Kisi-kisi Sulam Taufiq.docx

  • Uploaded by: Rwin Dhewhe
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kisi-kisi Sulam Taufiq.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 9,999
  • Pages: 37
Perkara-perkara yang Membatalkan Wudhu Perkara-perkara yang Membatalkan Wudhu Penulis: Syaikh Abu Malik Kamal as-Sayyid Salim hafidzahullah Ringkasan Hal-hal yang Membatalkan Wudhu: 1. Keluarnya Air Seni, Tinja, atau Angin dari Dua Jalan 2. Keluarnya Mani, Wadi, dan Madzi 3. Tidur yang Lelap Hingga Tidak Sadarkan Diri 4. Hilangnya Akal disebabkan Mabuk, Pingsan atau Gila 5. Menyentuh Kemaluan Tanpa Alas, Baik dengan Syahwat Maupun Tanpa Syahwat 6. Di antara yang Dapat Membatalkan Wudhu adalah Memakan Daging Unta, -ed.

Selasa, 15 Februari 2011

MACAM-MACAM MURTAD DALAM KITAB SULAM TAUFIQ macam-macam murtad sebagaimana di tulis dalam Kitab Sulam Taufiq sebagai berikut : 1. Murtad Fi’ly (perbuatan) : Yaitu segala aktivitas yang bisa menyebabkan kita keluar dari ajaran Islam, aktivitas tersebut apakah dilakukan dengan sungguh-sungguh atau hanya sekedar bercanda atau juga bohongbohongan semuanya sama saja termasuk murtad perbuatan, Contoh : 1) Bersujud kepada Berhala, bersujud kepada Matahari. 2) Melakukan ritual agama lain, perlu hati-hati juga jika diantara anda ada yang menjadi bintang film memerankan sebagai

seorang non Islam (nonI) kemudian melakukan peribadatan seperti seorang nonI walaupun hal itu dilakukan hanya sekedar tuntutan skenario, tetap saja hal itu termasuk murtad fi’ly, maka berhati-hatilah ketika memilih sebuah peran. 2. Murtad I’tiqady, murtad jenis ini dilakukan dengan hati kita seperti Ragu akan adanya Allah, Ragu Kalau Al Qur’an itu Firman Allah, Ragu adanya kehidupan setelah mati. 3. Murtad Qauly (ucapan) : yaitu murtad yang disebabkan lidah atau ucapan, murtad jenis ini banyak sekali dan terkadang kita gak sadar kalau hal itu termasuk murtad ucapan. Contoh: 1. Mencemoohkan ayat suci Al Qur’an : seperti pernah kita dengar ada orang yang membaca “iyyaaka na’budu waiyyaaka nasta ’iin” tapi didendangkan seperti irama manuk dadali.. naudzu billah. Ketika kita melihat teman yang memakai baju kegedean kemudian kita berkata : “hah …. bajunya segede ‘alaihim” — itupun bisa

menyebabkan murtad. 2. b. Memanggil seorang muslim dengan sebutan yang tidak terpuji, seperti : Hai Yahudi, Hai Kafir, Hai Orang yang tidak beragama, bahkan jangan anggap enteng ketika seseorang memanggil seorang muslim dengan nama binatang yang najis seperti anjing, babi … itu pun murtad. Bahkan ketika kita menuduh suatu kelompok sebagai penganut aliran sesat padahal belum jelas kesesatannya itupun bisa menyebabkan murtad, kecuali kalau aliran tersebut sudah jelas kesesatannya seperti AHMADIYAH ingat !!!! AHMADIYAH ITU SESAT. 3. Mengaku adanya Nabi setelah Nabi Muhammad. Awwass! diakui atau tidak AHMADIYAH telah mengakui Mirza GA sebagai Nabi itupun murtad, termasuk kita harus hati ketika kita mengatakan : “Al Hamdulillah ….. ini….

benar-benar mukjizat …. berkat pertolongan bapak Ustad …. penyakit yang diderita anak saya bisa sembuh”. wah…wah…wah gawat… bukankah kita tahu kalau mukjizat itu hanya diberikan kepada Para Nabi dan Rasul ?. Terus kalau kita nyebut mukjizat kepada selain Rasul apakah saat itu kita secara tidak langsung

F) Perkara yang mewajibkan mandi. Agama Islam menitik beratkan kebersihan pada diri setiap muslim, oleh kerana itu, Islam mewajibkan setiap muslim untuk membersihkan dirinya dengan mandi sekiranya mengalami keadaan tertentu. Sekiranya muslim itu mengalami keadaan di bawah ini, maka diwajikan mandi kerana untuk menghilangkan hadath besar(kekotoran besar). Mandi wajib menurut istilah bermaksud mengalirkan air ke seluruh anggota tubuh badan dengan niat yang tertentu. Firman Allah s.w.t.: َّ َ‫َو ِإن ُكنت ُ ْم ُجنُبًا ف‬ ۚ ‫اط َّه ُروا‬ Maksudnya: “....Dan sekiranya kamu semua berjunub, maka bersihkanlah(dengan mandi)...”. (Surah al-Maedah: 6)

Terdapat enam perkara yang mewajibkan mandi, iaitu:-

1) Apabila masuknya zakar sekadar bahagian yang terpotong(yang dikhatankan) ke dalam faraj walaupun tidak keluar air mani. 2) Keluar air mani. 3) Keluar haid. 4) Keluar nifas, iaitu darah selepas wanita bersalin. 5) Keluar wiladah, iaitu darah yang keluar mengiringi anak ketika bersalin. 6) Mati melainkan mati syahid.

Fardhu mandi wajib ada 2: 1) Niat. * Cara berniat mandi wajib ialah, “Sahaja aku mengangkat hadath besar, kerana Allah Ta’ala”, atau “Sahaja aku mandi wajib, kerana Allah Ta’ala”, ataupun seerti dengannya. 2) Meratakan air ke seluruh bahagian tubuh badan.

Antara perkara yang menyunatkan mandi, iaitu: 1) Sebelum keluar ke masjid untuk menunaikan solat Jumaat. 2) Sebelum keluar untuk menunaikan solat ‘Aid 3) Untuk menunaikan solat Istisqaq(meminta hujan) 4) Ketika sempurna gerhana matahari atau bulan. 5) Orang kafir yang memeluk Islam. 6) Orang yang pulih dari penyakit gila ataupun pengsan. 7) Orang yang memandikan jenazah. 8) Orang yang ingin memasuki kota Makkah.

Bersambung.... No comments: Post a Comment Newer Post Older Post Home

Berikut ini syarat-syarat sahnya sholat: 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Islam Baligh; Berakal Suci dari hadats dan najis. Suci badan, pakaian dan tempat untuk sholat Menutup aurat; -> aurat pria dari pusar sampai lutut; dan -> aurat wanita seluruh anggota badan, kecuali wajah dan kedua telapak tangan. 7. Telah masuk waktu untuk sholat; 8. Menghadap Kiblat 9. Mengetahui Mana yang rukun dan mana yang sunnah 10. Shalat Zhuhur : 11. Dari sejak tergelincirnya matahari ke arah barat (zawal) sampai bayangan benda sama panjang dengan tingginya. Imam Malik dan sekelompok ulama yang lain berpendapat apabila bayangan benda sudah sama panjang dengan tingginya maka waktu ashar sudah masuk namun waktu zhuhur belum dianggap keluar, bahkan waktu untuk shalat zhuhur masih berlaku seukuran lamanya seseorang melakukan shalat empat rakaat untuk menunaikan shalat zhuhur, dan dia tidak dinilai melakukan shalat di luar waktu yang semestinya. Sedangkan Imam Syafi’i demikian juga an-Nawawi berpandangan bahwa waktu terakhir shalat zhuhur adalah apabila bayangan benda sama panjang dengan tingginya tanpa ada waktu tambahan sesudahnya seukuran shalat empat rakaat (Syarah Nawawi li Nawawi, 3/420, lihat juga Subul as-Salam, 2/6. cet. Dar Ibn alJauzi). 12. Shalat ‘Ashar : 13. Dari sejak bayangan benda sama panjang dengan tingginya hingga terbenam matahari. Waktu ‘Ashar ada dua macam : waktu jawaaz/boleh shalat dan waktu dharurah/terjepit. Waktu jawaaz sejak bayangan benda sama panjang dengan tingginya hingga matahari tampak menguning. Apabila matahari sudah menguning maka waktu itu adalah waktu yang boleh tapi makruh, melakukan shalat ketika itu tetap dinilai sah dan belum dianggap keluar waktu (lihat Syarah Nawawi, 3/420). Shalat ‘ashar yang sengaja dikerjakan di saat matahari sudah menguning disebut sebagai shalatnya orang munafiq. Adapun waktu dharurah berakhir dengan terbenamnya matahari. Shalat Maghrib : 14. Dari sejak matahari tenggelam (kurang lebih selama 35 menit, sebagaimana dikatakan oleh Majijd al-Hamawi dalam ta’liqnya terhadap Matn al-Ghayah wa at-Taqrib hal.

59, kemudian setelah itu waktu yang makruh) sampai hilangnya warna kemerahan di langit 15. Shalat ‘Isyak : 16. Dari sejak hilangnya warna kemerahan di langit sampai pertengahan malam, ini disebut waktu jawaaz/boleh atau waktu mukhtar/terpilih (sebagian yang lain berpendapat sampai sepertiga malam pertama). Sedangkan waktu dharurat terus berjalan sampai datangnya fajar/waktu subuh (sebagian yang lain berpendapat ini masih termasuk waktu jawaz, namun apabila ditunda sampai menjelang adzan subuh maka makruh). 17. Shalat Subuh : 18. Awal waktunya sejak terbitnya fajar shadiq (yaitu fajar kedua, kurang lebih 20 menit setelah fajar pertama). Jika sengaja ditunda hingga muncul warna kemerahan di langit maka makruh. Dan terakhirnya adalah ketika terbitnya matahari (pembahasan ini disarikan dari al-Wajiz, hal. 60-62, al-Munakhkhalah, hal. 33 dengan sedikit penambahan dan perubahan, lihat juga Matn al-Ghayah wa at-Taqrib, hal.58-59). 19. Dalil-dalil ketentuan di atas adalah hadits-hadits berikut ini : 20.  Berdiri bagi yang mampu, bila tidak mampu berdiri maka dengan duduk, bila tidak mampu duduk maka dengan berbaring secara miring atau terlentang.Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Peliharalah semua shalat dan shalat wustha dan berdirilah untuk Allah dengan khusyu” (QS. Al-Baqarah: 238)# Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Shalatlah sambil berdiri, jika kamu tidak mampu shalatlah sambil duduk dan jika kamu tidak mampu shalatlah sambil berbaring” (HR. Bukhari dari Imran bin Hushain) 21.  Takbiratul Ihram ketika memulai shalat.# Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Kunci shalat adalah bersuci, dan pengharamnya adalah takbir dan penghalalnya adalah mengucapkan salam” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi) 22.  Membaca Al-Fatihah.# Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiallahu anhu sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak syah shalat bagi orang yang tidak membaca surat Al-Fatihah” (HR Muslim) 23.  Ruku’.# Perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang salah dalam shalatnya: “Kemudian ruku’lah sehingga kamu thuma’ninah dalam melaksanakannya” (HR Bukhari) 24.  I’tidal.# Perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang salah dalam shalatnya: “Kemudian berdirilah sehingga engkau tegak berdiri (I’tidal)” (HR Bukhari ) 25.  Sujud.# Perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang salah dalam shalatnya: “Kemudian sujudlah, sehingga kamu thuma’ninah dalam melaksanakannya” (HR Bukhari)# Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku diperintahkan untuk bersujud dengan tujuh tulang, Dahi –sambil beliau mengisyaratkan pada hidungnya-, dua tangan, dua lutut dan ujung-ujung jari kedua kaki” (HR Bukhari) 26.  Bangun dari sujud.# Perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang salah dalam shalatnya: “Kemudian bangkitlahlah sehingga kamu duduk dengan thuma’ninah” (HR Bukhari)

27.  Duduk di antara dua sujud.# Perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang salah dalam shalatnya: “Kemudian bangkitlahlah sehingga kamu duduk dengan thuma’ninah” (HR Bukhari) 28.  Thuma’ninah ketika melakukan setiap rukun shalat.Thuma’ninah adalah sikap tenang untuk sementara waktu setelah anggota badan yang digunakan tetap dan stabil. Jangka waktunya, menurut para ulama, kira-kira sama dengan membaca satu kali tasbih. 29.  Tasyahud Akhir 30.  Duduk Tasyahud Akhir 31.  Shalawat kepada Nabi 32.  Tertib dalam melaksanakan setiap rukun shalat  Salam# Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Hal Yang Harus Dilakukan Bagi Orang Yang Telah Mati Sebelum Dimandikan 1. Menutup matanya yang terbuka sambil berdo`a:

‫اللهم اغفرله وا رحمه وارفع درجته فى المهديين وا حلفه فى عقبه الغابرين واغفر لنا وله يا رب العالمين‬ ‫وا فسح له في قبره ونور له فيه‬ 2. Menutup mulutnya yang terbuka. 3. Melepas semua pakaian yang di kenakan dan menggantinya dengan selimut (kain yang menutupi mulai dari kepala hingga kaki) sebab pakaian yang melekat waktu kematiannya menyebabkan dia cepat rusak. 4. Hadapkanlah mayit tersebut kearah qiblat 5. Gunakanlah sesuatu yang mebuat ruangan mayit tersebut menjadi harum, seperti kemenyan dan sebagainya. Artinya ruangan yang ditempati tidak bau. 6. Dan perut mayit itu seyogyanya diberi benda asalkan bukan al-Quran. Sepeti halnya kaca dan lainnya. 7. Membebaskan mayit tersebut dari semua hak yang bersangkutan dengannya seperti hutang dan hak adami yang lainnya, juga kewajiban yang pernah di tinggalkannya ketika dia masih sakit, seperi halnya Sholat, puasa, Zakat, dan kewajiban lainnya yang tidak dia kerjakan pada waktu hidupnya.

1.

2. 3. 4. 5. 6.

MEMANDIKAN Sesuatu Yang perlu Dipersiapkan sebelum Memandikan: Air Mutlaq : Yaitu air yang suci dan mensucikan seperti air sumur, air sungai, air hujan, air sumber dan lain sebagainya. Jika tidak menemukan air atau ada tapi tapi sulit untuk memperolehnya atau ada udzur untuk memakai air seperti orang mati terbakar, maka diperbolehkan untuk diganti dengan debu yang bersih dan suci (tayammum) Kain (samper) atau baju gamis untuk menutupi badan atau aurat mayit, dan lebih baik kalau keduanya difungsikan secara bersamaan ketika nanti memandikan. Bangku (lencak, mad.) untuktempat memandikan dan di sekelilingnya dikasih Hijab (GOMBONG) Pohon pisang atau yang lainnya sebagai alas tubuh pada waktu dimandikan, bisa juga memakai alas kaki orang yang memandikan (jika berkelompok) Beberapa kain kecil untuk membantu membersihkan kotoran yng ada di dubur dan kemaluan dengan memperbalkan kain tersebut di tangan kiri. Harum-haruman seperti kemenyan yang diletakkan di lokasi memandikan, hal itu

dimaksudkan untuk mengantisipasi bau-bau yang tidak sedap, khawatir tercium orang lain sehingga mengundang pembicaran 7. Kapur atau sabun untuk membantu menghilangkan kotora-kotoran mayit. Mayit yang Harus Dimandikan Mayitnya orang muslim, walaupun seorang bayi asalkan pernah merasakan hidup dan lengkap anggota badannya. Mayit yang Tidak boleh Dimandikan 1. Orang yang mati Syahid (Orang yang mati karena memerangi orang-orang kafir dalam menegakan Agama Allah) 2. Kafir Harbi (orang kafir yang memusuhi islam dan muslimin) 3. Bayi yang keguguran (siqtu) dan tidak lengkap anggota badannya, tidak boleh dimandikan, tapi disunnahkan dikafani dan dikuburkan 4. Mayit yang udzur untuk memakai air (yakni kalau memakai air akan timbul kemudharatan terhadap si mayit) seperti orang yang mati terbakar dan lain sebagainya. Dan sebagai gantinya adalah harus ditayammumi. Orang yang harus memandikan 1. Orang yang sejenis (sekelamin) dengan si mayit atau istri dan muhrim si mayit (jika sendirian). Orang yang tidak boleh (haram) memandikan 1. Lain kelamin dengan si mayit 2. Bukan istri atau mahram si mayit 3. Orang yang terkenal membeberkan kejelekan-kejelekan si mayit ketika dia memandikan.

Cara-cara memandikan dan hal-hal yang dianjurkan di dalamnya. Adapun cara-cara memandikan mayit ada dua cara yang pertama ( cara yang oleh ulama’ diktakan sebagai cara yang kurang sempurna ) cukup dengan menyiramkan air keseluruh tubuh mayit cara yang kedua : yaitu cara yang sempurna yaitu: 1. Haruslah dimandikan ditempat yang sepi, tidak ada yang masuk kecuali orang yang memandikan dan wali si mayit ( keluarganya ) bisa di buatkan tabir ( gombong ) tempat memandikan. 2. Semua badan mayit harus tertutupi seperti keterangan di depan. 3. Kepanglah ( gellung) rambut mayit menjadi tiga kepangan, baik mayit perempuan atau laki-laki yang berambut panjang, agar tidak ada rambut yang jatuh sebelum dimandikan. 4. Letakkanlah mayit di bangku atau di lencak seperti yang di jelaskan di atas. 5. Mayit diletakkan di atas alas, seperti pohon pisang atau kaki orang yang akan memandikan agar gampang menjangkau anggota yang sulit dijangkau seperti dibagian tubuh mayit yang sulit dijangkau. 6. Air yang ingin dipakai untuk memandikan di jauhkan dari lokasi memandikan ke tempat ke tempat yang tidak terlalu jauh. Hal ini di maksudkan agar nanti air yang telah di pakai tidak kena pada air yang masih suci (belum di pakai). 7. Angkatlah kepalanya dengan memberikan alas (jika berkelompok) atau sandarkan kelutut kanan orang yang memandikan, agar air tidak masuk kedalam tubuh.

8. Lakukan tekanan (urutan) pada perut mayit dengan tangan kiri anda (orang- orang yang memandikan) untuk mengeluarkan kotoran-kotoran yang tersisa dalam perut mayit dan lakukanlah berulang-ulang dengan hati-hati (tidak kasar)sampai di yakini bahwa isi perut sudah tidak ada lagi. 9. Bersihkanlah dubur dan kemaluan mayit dengan tangan kiri berbalut kain dan gantilah kain tersebut dengan kain yang barujika sudah dipakai, dan lakukanlah sampai tiga kali atau lebih (tergantung kebutuhan). 10. Bersihkanlah mulut, lubang, hidung, kuping, mata, kuku tangan dan kaki dan anggota yang biasa terkena najis dan kotoran, bersihkanlah dengan air sampai tidak ada najis atau kotoran tersisa. Namun ingat jangan sampai menyakiti mayit. 11. Berniatlah dengan niat memandikan seperti di bawah ini:‫نويت‬

‫ نويت الغسل لهذه الميتة فرضا هلل تعالى‬/‫الغسل لهذا الميت فرضا هلل تعالى‬ 12. Kemudian siramlah mayit mulai dari kepalanya (rambutnya) dagaunya (jenggotnya jika ada) kemudian sisirlah keduanya dengan sisir yang besar giginya, lakukanlah dengan lembut dan hati-hati dan kembalikan lagi rambut dan jenggot yang jatuh jangan di buangMulailah menyiram dari anggota mayit yang kanan dan anggota wudhu` sesuai dengan hadits yang berbunyi:

"‫بميامنها ومواضع الوضوء منها" الحد يث رواه الشيخان‬.......... 13. Kemudian siramlah bagian sebelah kiri mayit. 14. Usahakanlah airnya menyentuh ke seluruh badan mayit sampai ke bagian-bagian tertentu seperti dubur (bagian yang terlihat ketika dalam keadaan jongkok) dan di bagian yang tampak pada vagina wanita yang masih perawan ketika dalam keadaan jongkok, dan hal itu hukumnya adalah wajib. 15. Pada setiap memandikan sunnah disertai dengan sabun dan harum-haruman yang lain untuk membantu menghilangkan kotoran-kotoran yang lengket, mengawetkan kulit mayit dan mengharumkan mayit. 16. Kemudian siramlah dengan air yang sedikit dicampur dengan kapur atau sabun 17. Kemudian wudhu’kanlah mayit tersebut dengan niat sebagai berikut:

‫ نويت الوضوء المسنون لهذه الميتة هلل تعالى‬/‫نويت الوضوء المسنون لهذا الميت هلل تعالى‬ 18. Kemudian siramlah lagi dengan air murni dan bersih pada seluruh badan mayit baik luar atau bagian dalam 19. Siraman dari no. 12 sampai no. 18 dihitung satu kali Catatan: Lakukanlah (mandikanlah) mayit tiga atau lima kali dan seterusnya (ganjil) hal itu tergantung kebutuhan pada diri mayit, dan diselesaikan pada hitungan ganjil juga seperti 3 kali atau 5 kali dan seterusnya. Hal-hal yang perlu dihindari dalam memandikan 1. Hindari adanya kotoran atau najis yang masih melekat pada badan mayit setelah dimandikan maka dari itu periksalah sebelum selesai dimandikan 2. Hindarkan air yang sudah terpakai dari badan mayit yang sudah bersih. Catatan:

 Jika keluar kotoran dari dubur atau kemaluan maka cukup hanya dengan membersihkannya saja tampa mengulangnya dari awal yakni memandikannya lagi dari awal  Jika sudah selesai dimandikan kemudian dipindahkan ke tempat dimana mayit tersebut akan dikafani. Dipindah dengan cara tetap ditutup dadannya dengan kain yang kering dan setelah sampai pada tempatnya si mayit dihanduk agar betul-betul lebih kering.  Dan kalau mayit perempuan sebaiknya dibedaki dan diberi “cellak” dan di dahinya ditulis lafadz Allah dengan “cellak” tersebut. MENGKAFANI Pembiayaan Biaya dalam mengkafani di ambil dari harta peninggalan yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak orang lain seperti barang gadaian dan sebagainya. Kalau harta peninggalan di atas tidak ada maka yang berkewajiban untuk membiayai adalah orang yang punya kewajiban memberi nafkah ketika masih hidup, jikalau orang yang berkewajiban tidak ada, maka bisa diambil dari baitul-mal, jika baitul-mal tidak ada maka pembiayaan diambil dari harta orang Islam yang mampu / kaya Kadar kain kafan Boleh dibungkus ( dikafani ) dengan kain yang halal baginya yang dipakai ketika masih hidup. Perempuan boleh dikafani dengan sutera sedangkan laki-laki tidak. Karena sutera dilarang dipakai laki-laki ketika masih hidup sedangkan bagiperempuan sebaliknya. Namun yang afdhol dalam mengkafani adalah menggunakan kain katun ( QOTNU ) berwarna putih dan sudah pernah dicuci ( bukan kain baru )

1. 2. 3. 4.

Langkah-langkah mengkafani. Dalam hal mengkani,kalau kita mengacu kepada haqqullah ( hak Allah) semata, maka kain yang dibutuhkan hanya sebatas penutup aurat. Bagi laki-laki hanya sebatas penutup pusar dan lututnya, sedangkan bagi perempuan baik orang yang merdeka atau budak adalah kain yang dapat menutupi semua anggota tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak tangannya. Adapun bagi banci/waria hukum mengkafaninya disamakan dengan perempuan. Akan tetapi kalau dipandang dari haqqullah dan haqqul adami, maka kain kafan yang dibutuhkan untuk mengkafani laki-laki secara sempurna adalah tiga lembar kain kafan warna putih. Sedangkan untuk perempuan dan waria adalah lima lembar kain yang terdiri dari : Dua lembar kain panjang yang cukup untuk membungkus seluruh tubuhnya. Kain sarung ( kain pembalut tubuh dari pusar sampai lututnya ) Baju kurung Kerudung (kain penutup kepala dengan bentuk khusus ) Adapun kain kafan untuk anak-anak adalah satu lembar kain kafan yang cukup untuk membungkus seluruh tubuhnya.Akan tetapi yang lebih utama tetap tiga lembar kain warna putih. Cara mengkafani laki-laki. 1. Bentangkan tiga lebar kain kafan yang suda dipotong sesuai denga ukuran yang dibutuhkan dengan cara disusun, kain yang paling lebar diletakkan dipaling bawah. Kalau ukuran lebar kain sama, geserlah kain yang ditengah kekanan sedikit dan yang paling atas kekiri sedikit atau sebaliknya. Dan jika sendainya lebar kain kafan tidak cukup untuk menyelimuti mayit, maka geser lagi hingga bisa menutupi mayit. Dan jika tetap tidak bisa menutupinya, baik karena mayitnya besar atau yang lain, maka

lakukan penambahan sesuai dengan kebutuhan. 2. Lulutlah (berilah) kain kafan dengan wangi-wangian. 3. Persiapkan tiga atau lima utas kain tali dan letakkan dibawah kain yang paling bawah. Dan agar tali dibagian dada (diatas tangan dan dibawahnya) tidak mudah bergeser, potonglah dengan bentuk khusus. (satu utas talli yang dibagi dua, sedangkan ditengan tetap tidak disobek) 4. Persiapkan kafan yang sudah diberi wangi-wangian kayu cendana untuk diletakkan dibagian anggota badan tertentu antara lain sebagaimana berikut. a. 1) 2) 3) 4)

Bagian Manfad (lubang terus) yang terdiri dari : Kedua mata Hidung Mulut Kedua telinga (dan sebaiknya menggunakan kapasyang lebar, sekiranya bisa menutupi seluruh muka mayit) 5) Kemaluan dan lubang anus. b. Bagian anggota sujud, yang terdiri dari : 6) Dahi 7) Kedua telapak tangan 8) Kadua lutut 9) Jari-jari kedua kaki c. Bagian persendian dan anggota yang tersembunyi, yang terdiri dari : 10) Kedua lutut paling belakang 11) Ketiak 12) Kedua telingan bagian belakang 5. Angkatlah dengan hati-hati dan baringkan diatas kain yang telah dipersiapkan sebagaimana tersebut diatas. 6. Tutuplah bagian anggota badan tertentu sebagaimana tersebut dinomor 4 7. Selimutkan kain kafan pada jenazah selembar demi selembar nulai dari yang paling atas hingga yang paling bawah, kemudian ikatlah dengan kain tali yang telah disediakan. Cara mengkafani perempuan. 1. Bentangkan dua lembar kain kafan yang sudah di potong sesuai dengan ukuran yang di butuhkan.kemudian letakkan pula kain sarung di atasnya di bagian bawah (tempat di mana badan antara pusar dan kedua lutut di rebahkan) 2. Persiapan baju kurung dan kerudung di tempatnya. 3. Sediaan tiga atau lima utas kain tali dan letakkandi bawah kain kafan yang paling bawahyang telah di bentangkan. 4. Sediakan kapas yang sudah diberi wangi-wangian untuk di letakkan dibagian anggota badan tertentu 5. Angkatlah jenazah dengan hati-hati, kemudian baringkan di atas kain kafan yang sudah di bentangkan dan yang sudah di lulut dengan wangi-wangian. 6. Letakkan kapas di bagian anggota badan tertentu sebagaimana tersebut di cara nomor 04 cara mengkafani mayit laki-laki. 7. Selimutkan kain sarung di badan mayit antara pusar dan kedua lutut dan pasangkan juga baju kurung berikut kain penutup kepala (kerudung).Bagi yang rambutnya panjang di kepang menjadi dua atau menjadi tiga, dan di letakkan di atas baju kurung tempatnya di bagian dada. 8. Setelah pemasangan baju kurung dan kerudung selesai, maka selimutkan kedua kain kafan selembar demi selembar mulai dari yang paling atas sampai yang paling bawah, setelah

selesai ikatlah dengan tiga atau lima tali yang telah di sediakan. Cara penempatan tali Jika tali yang tersedia itu ada tiga ,maka gunakan untuk mengikat kaki,tangan (dada0 dan kepala.jika tali yang tersedia ada lima maka yang harus di ika adalah kaki,lutut di bawah dan di atas tangan dan yang terahir adalah kepala.cara mengikat tali dia atas dan di bawah tangan lihat gambar seperti di atas seperti mengkafani mayat laki-laki. Catatan : Alahkah praktisnya jika si mayit sudah dalam keadaan kbeatul-betul kering, (kessap madura, red) lansung saja diletakkan di atas kafan yang sudah di sediakan. Setelah itu baru kapasnya diletakkan pada tempat yang sudah disebut di atas.

1. 2. 3. 4.

5.

Anjuran dalam mengkafani Mengunakan kain putih yang terbuat dari kain katun (qotnu) Melulut kain kafan dengan wangi-wangian Memberi kapas di bagin tertentu (lihat rinian pada nomor 04 cara mengkafani mayat lakilaki) Menggunakan kain kafan dengan hitungan ganjil, tiga lembar lebih utama dari dua atau empat lembar, akan tetapi penambahan hitungan kain kafan lebih dari satu lembar lebih baik meskipun satu termasuk hitungan ganjil sebagai penghormatan pada si mayit, jadi dua lembar lebih utama dari satu lembar. Menggunakan kain yang bagus tapi tidak mahal, yang di maksud di sini adalah kain yang berwarna putih, bersih, suci dan tebal. Larangan-larangan dalam mengkafani 7. Menggunakan kain kafan yang mahal. 8. Menulisi ayat Al-quran atau Asma’ul A’dhom 9. Menggunakan kain kafan yang tipis (tembus pandang) 10. Berlebih-lebihan dalam mengkafani (israf)

SHOLAT JANAZAH Rukun Sholat Janazah 1. Niat Niat sholat hadir jika mayit laki-laki dan menjadi makmum

‫اصلي على هذاالميت اربع تكيبرات فرض كفاية مأموما هلل تعالى‬ ‫اصلي على من صلى عليه االمام فرض كفاية مأموما هلل تعالى‬ ‫اصلي على ما حضرمن اموات المسلمين فرض كفاية مأموما هلل تعالى‬ Niat sholat hadir jika mayitnya perempuan dan menjadi imam

‫اصلي على هذه الميتة اربع تكيرات فرض كفاية اماما هلل تعالى‬ ‫اصلي على من حضرت من اموات المسلمات فرض كفاية اماما هلل تعالى‬ Niat sholat mayit hadir jika mayitnya laki-laki dan menjadi imam

‫اصلي على هذا الميتة اربع تكيرات فرض كفاية اماما هلل تعالى‬ ‫اصلي على من حضر من اموات المسلمين فرض كفاية اماما هلل تعالى‬ Niat sholat hadir mayitnya perempuan dan menjadi makmum.

‫اصلي على هذه الميتة اربع تكيبرات فرض كفاية مأموما هلل تعالى‬

‫اصلي على من صلى عليها االمام فرض كفاية مأموما هلل تعالى‬ ‫اصلي على ما حضرت من اموات المسلمات فرض كفاية مأموما هلل تعالى‬ Niat sholat ghoib (tidak ada di hadapan kita) dan menjadi imam.

‫اصلي على من تصح الصالة عليه من اموات المسلمين اربع تكبيرات فرض كفاية اماما هلل تعالى‬ ‫ فرض كفاية اماما هلل تعالى‬sebut namanya ‫اصلي على فالن ابن فالن فالنة ابن قالن‬ ‫اصلي على من غسل وكفن فى هذا اليوم فرض كفاية اماماهلل تعالى‬ Niat sholat ghoib jadi makmum

‫اصلي على من صلى عليه االمام فرض كفاية مأموما هلل تعالى‬ 2. Takbir Empat Kali Rukun yang kedua dari sholat jenazah adalah takbir sebanyak empat kali. Namuun jika ada orang bertakbir lebih dari empat kali, maka sholatnya tidak batal, tetap sah sebab hal itu bisa dikatakan dzikir yang tidak sampai membatalkan sholat.  Takbir pertama harus membaca surat al fatihah. Sunnat di baca dengan pelan-pelan (assir/tidak nyaring) meski pelaksanaan sholat pada malam hari. Sunnat pula di awali dengan ta`awwudz. Dan tidak sunnat diawali dengan do`a iftitah. Serta tidak di sunnatkan pula ditambah dengan bacaan surat. Hal ini menurut pendapat yang mu`tamad, sebab shalat jenazah merupakan sholat yang ringan (takhfif) kemudian setelah seseorang itu selesai baca fatihah maka harus takbir yang kedua.  Pada takbir yang kedua harus membaca shalawat kepada Rasulullah. Bacaan sholawat yang baik itu adalah seperti halnya shalawat yang dianjurkan oleh rasul yang terkenal dengan nama shalawat ibrahimiyah yaitu:

‫اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل محمد كما صليت على ابراهيم وعلى أل ابراهيم وبارك على محمد‬ .‫وعلى أل محمد كما باركت على ابراهيم وعلى أل ابراهيم فى العالمين انك حميد مجيد‬  Pada takbir yang ketuga ini harus berdo’a pada Allah untuk mayit. Doa yang biasa dibaca adalah doa yang dibaca oleh Rasulullah:

‫اللهم اغفرله وارحمه وعافه واعف عنه وأكرم نزله ووسع مدخله واغسله باالماء والثلج والبرد ونقه من‬ ‫الخطايا كما نقيت الثوب األ بيض من الدنس وأبدله دارا خيرا من أهله وزوجا خيرا من زوجه وأدخله‬ .‫الجنة وأعده من عداب القبر ومن عداب النار‬ Jka yang mati anak-anak dan tidak sampai pada batas baligh, maka doa yang dibaca adalah :

‫اللهم اجعله فرطا ألبويه وسلفا ودخرا وعظة واعتبارا وشفيعا وثقل به موازنهما وافرغ الصبر على‬ .‫قلوبهما وال تفتنا بعده وال تحرمهما اجره‬ Jika mayatnya perempuan maka tinggal merubah dhomir (hu) dirubah dengan (ha) . setelah takbir yang ke tiga ini maka harus takbir yang nomor empat.allahu akbar.  Pada takbir yang ke empat ini musholli (orang yang sholat) sebelum mengucapkan salam maka disunahkan berdo’a terlebih dahulu. Do’anya adalah;

. ‫اللهم ال تحرمنا اجره وال تفتنا بعده واغفر لنا وله‬  Kemudian langsung mengucap salam mengikuti imamnya. Pertama dia menoleh ke kanan dan mengucapkan:

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬ Dan kemudian menoleh ke kiri dan mengucapkan kata yang sama. .‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬ Al- Masbuq Dalam Sholat Jenazah Apabila ada seseorang ketinggalan takbir dari pada imam maka ia mengkodo’nya sesuai dengan jumlah takbir yang dia tinggalkan namun Abdullah ibnu Umar dan Al-Auzai

mensinyalir bahwa kita tidak usah mengkodo’ takbir yang tertinggal,kemudian langsung salam bersama imam. Janazah yang berhak di Sholati Merupakan kesepakatan para fuqaha’ bahwa bagi janazah muslim baik laki-laki maupun perempuan,tua ataupun muda, bahkan bayi sekalipun itu masih di sholati, bahkan menurut ijma’ ulama’, bayi selama diketahui tanda-tanda kehidupannya seperti suara bersin, erak dan lain sebagainya itu juga masih punya hak untuk dishalati. Siqith Siqit adalah anak yang lahir dari perut ibunya sebelum waktunya, dalam hal ini apabila siqit lahir sebelum umur empat bulan maka tidak wajib din shalati, hal ini tidak terjadi hilaf antara jumhurul fuqaha’dan sebaliknya apabila sampai sampai empat bulan atau lebih dan istihlal (ada suara bersin,bergerak) maka ia wajib di sholati menurut ittifaq (kasepakatan) Syahid Syahid adalah seorang yang gugur dalam peperangan melawan orang kafir. Imam Malik dan Asy-syafi’I berpendapat bahwa bagi syuhada’ yang seperti itu tidak wajib di mandikan dan di sholati dan apabila luka dan masih ada tanda kehidupan yang sempurna (hayatul mustaqirah) dan tidak lama kemudian dia meninggal maka wajib di mandikan dan di sholati. Meninggal karena Had (qisos atau rajam) Berdasarkan hadist yang di riwayatkan Al-Bukhori dari jabir orang yang meninggal karena Had seperti dalam hadist ini meninggal karena rajam maka wajib di sholatkan karena dia sudah taubat dengan sempurna. Seperti halnya orang yang menjalani hukum rajam karena berzina, hukum qisos karena membunuh, hukum jilid karena menuduh orang lain telah melakukan perzinahan. Semuanya tetap wajib disholati dan di mandikan. Meninggal karena Membunuh Menurut Al-Khottobi alasan Rasulullah tidak sholat atasnya adalah sebagai siksaan baginya, agar dijadikan i’tibar bagi orang lain. HAMLUL MAYIT 1. Pemikul harus berada di bagian depan keranda (katel madura red) dan kepalanya berada di antara dua kayu yang di letakkan di kedua bahunya. Cara ini jika yang memikul hanya dua orang. Di depan dan di belakang. 2. Jika yang memikul empat orang, maka dua orang ada di bagian depan dan dua orang yang lain ada di bagian belakang, masing-masing memegang ujung keranda. 3. Di pikul dengan cara mengelilingi keranda sebagaimana hadits yang di riwayatkan oleh Ibnu Majah, Baihaqi, Abu Daud dari Ibnu Mas’ud beliau berkata:

‫من تبع الجنازة فليحمل بجوانب السريركلها فانه من السنة ثم ان شاء فليتطوع وان شاء فليدع‬ 4. Dalam hal orang yang memikul haruslah orang laki-laki,tidak boleh perempuan. sebab perampuan berpotensi mendatangkan fitnah. Anjuran-anjura dalam memikul 1. Dianjurkan mempercepat jalan yang tidak sampai pada batas lari. 2. Di anjurkan janazah di iringi dengan dzikir ,baca qur’an dan baca sholawat 3. Pengantar dianjurkan berada di depan jenazah.

4. Pengantar dianjurkan berjalan kaki kecuali dalam keadaan dlorurot, maka yang berkendaraan dianjurkan berada di belakng jenazah. 5. Pengantar dianjurkan menunggu sampai upacara penguburan selesai. 6. Pengantar dianjurkan dekat dengan jenazah. 7. Pengantar dianjurkan berdiri kecuali bagi yang mendahului jenazah maka boleh berdir atau tidak. 8. Membuat suasana tenang/tidak ramai sambil berpikir tentang kematian dan sesudahnya. 9. Jenazah hendaknya dalam posisi siap dimasukkan kedalam kubur yakni kepalanya berada di sebelah utara. Hal ini di maksudkan agar gampang cara memasukkannya.

Larangan-Larangan dalam Memikul 1. Menyaringkan suara dengan dzikir, baca al-qur’an, shalawat dan sebagainya, 2. Menyertai dengan api, obor,dan sebagainya keuali dibutuhkan seperti pada malam hari. 3. Diikuti perempuan yang mendatngkan fitnah. 4. Duduk sbelum jenazah diturunkan. 5. Berdesak-desak dalam mengiringi jenazah.

MENGUBUR MAYIT Cara menurunkan mayit 1. Diletakkan diujung kubur (disebelah utara kalau di hulukan ke utara) agar gampang memasukkan tapi kalau hal itu tidak memungkinkan maka di masukkan dari arah manapun tetap di benarkan, lalu mayit dikeluarkan dengan hati-hati dan diserahkan kepada orang yang ada di dalam kubur sambil membaca:

‫بسم هللا وعلى ملة رسول هللا‬ 2. Diletakkan dengan posisi miring menghadap ke qiblat dan di belakangnya diberi lubelluh agar simayit tetap menghadap qiblat dalam artian tidak guling ke timur. 3. Dianjurkan pipi mayit disentuhkan ke bumi atau ke lubelluh (madura.peny), yakni gumpalan-gumpalan tanah yang dipersiapkan atas mayit, hal ini tentunya setelah kain kafan di pipinya dibuka. Dengan demikian mayit akan nampak kehinaannya dihadapan Allah. Maka dari itu makruh hukumnya memakai alas, bantal, peti dan sebagainya bila tidak dibutuhkan, lain halnya bila di butuhkan seperti tanahnya berair dan sebagainya maka tidak dimakruhkan. 4. Setelah itu mayit di tutup dengan batu bata atau semacamnya sebagai atap bagi mayit. Namun alngkah baiknya terlebih dahulu dikumandangkan adzan dan iqomah, baru setelah itu ditimbun dengan tanah sebagai langkah terakhir dalam menguburkan mayit. 5. Dianjurkan kubur itu hendaknya jangan ditambah dengan tanah selain tanah yang digali. Catatan:  Sebelum mayit dikubur , orang-orang yang hadir dianjurkan untuk mengambil tanah, kemudian tanah tersebut dibacakan

Pertama: dibacakan: ‫ منها خلقناكم‬Kedua: dibacakan : ‫ وفيها نعيدكم‬Ketiga: dibacakan : ‫ومنها‬ ‫ نخرجكم تارة أخرى‬Kemudian disertakan kedalam kubur. Setelah itu mengambil tanah lagi dibacakan surat al-qodr tujuh kali Tentang Mengubur Mayat dan Bentuk Kubur Sebenarnya mengubur mayit bukanlah praktek baru yang hanya dilaksanakan ummat Muhammad, melainkan praktek ini salah satu praktek kuno yang tetap dipelihara dan tetap dibenarkan pleh syari’at, bahkan praktek ini merupakan praktek terkuno yang bermula dari kematian seorang anak manusia, yaitu Habil yang dibunuh oleh Qobil saudaranya sendiri yang sempat mengalami kebingungan cara menguburnya/menanaminya. Lalu Allah menurunkan ilhamnya melalui seekor gagak yang menggali-gali tanah dengan paruh dan cakarnya untuk menguburkan saudaranya yang sudah menjadi mayit, lalu dia menimbunnya sampai menutupinya. Dengan itulah qobil mengambil ibroh yang nantinya akan menjadi pegangan ummat manusia di seluruh dunia Allah berfirman dalam surat Al-Maidah. Artinya: Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. (QS. al-Maai’dah:31) Menguburkan mayit bertujuan untuk menjaga kehormatan mayit dan juga menjaga agar orang yang masih hidup tidak terganggu olehnya. Dan tentunya karena adanya alasan agama. Bentuk kubur ada dua macam: 1. Kuburan yang disebut dengan lahd (landek, madura). Cara membuat lubang ini adalah lubang yang dasarnya agak diperlebar seperti ukuran mayit. 2. Bentuk syaqqu (jemporean madura,). Lubang ini seperti halnya parit kemudian dikedua sisinya dibangun dan diberi batu-bata, kemudian mayit diletakkan antara sisi batu-bata tersebut. Catatan: Bagi orang yang menggali kuburan hendaknya dia melebarkan galiannya sekiranya nanti akan memudahkan orang yang akan meletakkan mayit dan ukuran dalamnya kuburan yang digali sekitar 216 Cm. Bentuk Kubur Kubur itu supaya ditinggikan kira-kira satu jengkal, agar kubur dapat dikenal, diziarahi dan dimulyakan. Ibnu hibban menceritakan bahwa kubur rasul juga demikian. Sekarang apakah diperbolehkan melapisi kubur dengan tanah liat? Imam Haramain dan Imam Ghazali mengatakan tidak boleh. Yang demikian itu tidak disebutkan oleh kebanyakan ulama` madzhab syafi`I, bahwa beliau mengatakan tidak mengapa melapisi kubur dengan tanah liat. Adapun membangun, mengecet dan menulisi kuburan hukumnya makruh, hal ini apabila milik sendiri, maka seandainya ada orang yang mendirikan bangunan di atas kubur berupa kubah, bumbung atau pagar keliling hukumnya ditafsil. Jika ditanah pekuburan untuk umum (yang diwaqafkan) maka boleh dirobohkan. Sebab mendirikan bangunan pada tanah tersebut hukumnya haram. Sedangkan menulis nama atau nasab dikubur dengan tujuan agar dikenal, diziarahi dan dimuliakan maka hukumnya boleh. Dengan catatan sekedar kebutuhan. Apalagi makam-

makam para nabi, ulama` dan orang sholeh. Karena tanpa adanya pengenal tidak akan diketahui ketika mengalami pergeseran waktu yang pada akhirnya tidak diketahui pula bahwa makam itu adalah makam orang sholeh yang seyogyanya diziarahi karena adanya anjuran. Catatan: Seperti telah dijelaskan diatas bahwa membangun kubur diatas tanah yang diwaqafkan hukumnya haran tanpaq adanya pengecualian, tapi ada sebagian ulama` yang berpendapat bahwa membangun kubur diatas tanah yang diwaqafkan hukmnya boleh bagi para nabi, syuhada` dan orang-orang sholeh, sekalipun berbentuk qubah. Tujuannya untuk menghidupkan peziarah yang memang dianjurkan. Talqin Sebenarnya Talqin sudah menjadi perdebatan dikalangan ulama`, sebagian mereka mengatakan bahwa talqin itu tidak dianjurkan bahkan Imam Malik sendiri memakruhkannya. sedangkan Imam Syafi`i dan Imam Abu Hanifah menganjurkan. Karena talqin pada dasarnya adalah tadzkir (mengingatkan tentang tauhid). Sedangkan tadzkir secara umum mempunyai peranan penting dalam segala hal: "‫"فذكر فإن الذكر تنفع المؤمنين‬ Apalagi bagi orang kritis yang dihadapkan pada suatu pilihan yang menetukan untung rugi seseorang, maka mengingatkan pada kematian dengan cara talqin sangatlah dianjurkan. Talqin sendiri dapat dibagi menjdi dua: 1. )‫ (تلقين محتضر‬menalqin orang yang sedang sakaratul maut. 2. (‫ )تلقين بعد الدفن‬menalqin setelah di kubur. Yang kedua inilah yang dimaksudkan pada pembahasan talqin. Talqin yang kedua tidak ada kesepakatan di antara empat madzhab. Sedangkan talqin bentuk pertama semua ulama` mufakat tetang di sunnahkannya karena adanya hadits nabi SAW:

‫من كان أخر كالمه الاله اال هللا‬: "‫ )مع خبر الصحيح‬,‫لقنو موتاكم ال اله اال هللا( اى من حضره الميت‬ "‫دخل الجنة‬ Agar kalimat tauhid menjadi ucapan terakhir baginya yang akhirnya bisa memasukkan kedalam surga. Menalqin orang sakarat maut hendaklah: Langsung dengan lafadz “‫ ”ال اله اال هللا‬kecuali orang kafir, maka bagi mereka harus dengan lafadz penyaksian seperti “‫ " أشهد‬dan sebaginya, karena tidak dianggap syah islamnya tanpa adanya lafadz itu, selain itu harus di barengi dengan lafadz “‫”محمد رسول هللا‬. Jadi menalqin orang kafir harus dengan lafadz:

‫أشهد ان ال اله اال هللا و أشهد ان محمدرسول هللا‬ 1. Jangan sekali kali menalqin dengan lafadz yang tidak ada hubungannya dengan tauhid seperti lafadz “‫( ”قل‬katakanlah) dan sebagainya. 2. Hendaklah jangan sampai salah menalqin 3. Apabila sudah mengikuti apa yang ditalqin, sebaiknya jangan ditalqin dulu selama tidak bicara dengan kata-kata yang lain, kecuali apabila ia hendak berbicara dengan kata-kata selain penyaksian tersebut. Waktu itulah baru ia ditalqin lagi agar kalimat tauhid menjadi kata terakhir baginya. Menalqin mayit setelah dikubur hendaklah: 1. Penalqin hendaklah duduk menghadap kearah kepala mayit

2. Hadirin hendaknya berdiri ketika talqin dibacakan. 3. Penalqin hendaknya memanggil dengan nama ibunya atau ibu hawa (kalau ibunya tidak diketahui) seperti “‫ يا عبد هللا ابن فاطمة‬atau ‫يا عبد هللا ابن حواء‬ 4. Lafadz talqin apabila perempuan maka dhomirnya dirubah muaanats begitu juga sebalkinya seperti: ‫ أذكر‬menjadi “ menjadi “‫( ”أذكري‬inagtlah). 5. Talqin hendaknya diulang tiga kali. 6. Mayit hendaknya dimintai penyaksian baik kepada para hadirin seperti kata orang yang menalqin kepada para hadirin. “sekarang saya minta kesaksian kepada para hadirin bahwa mayit ini baik maka insyaallah ia akan baik. Apakah hadirin menyaksikan mayit ini baik. ** Di Presentasikan di LPI Bustanul Ulum Larangan Badung Pamekasan, pada tanggal 12 Nopember 2012 Oleh: Syahrul Anam, S.Pd.I Diposkan oleh Bustanul Ulum di 08.42 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest 3 komentar:

1. Hilana Vierrania22 Mei 2013 18.39

maaf, saya minta ijin buat membacanya. trims . . . Balas

2. Bustanul Ulum24 Juli 2013 08.31 sama-sama Balas

3. mizan sya'roni18 Februari 2014 14.14 mohon ijin untuk copas Balas Tambahkan komentar Muat yang lain...

Posting Lebih Baru Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Dokumentasi Kegiatan

Siklahkan Hubungi Kami

Kepala Madrasah:081949600360 Sekretaris:081931049278 Bendahara:087850515707

Entri Populer



Panduan Tata Cara Jamak & Qashar PENDAHULUAN Shalat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap manusia selama mereka masih hidup dan sempur...



Tata Cara Merawat Jenazah PRAKATA Bismillah… Alhamdulillah atas izin Allah SWT. akhirnya saya bisa meringkas kembali tulisan yang berisi tentang hal yang ber...



Tata Cara Thaharah (Bersesuci) PENDAHULUAN Thaharah menduduki masalah penting dalam Islam. Boleh dikatakan bahwa tanpa adanya thaharah ibadah kita kepada Allah...



Historis Berdirinya Bustanul Ulum Larangan Badung PROFIL MADRASAH BUSTANUL ULUM LARANGAN BADUNG A. Latar Belakang Lembaga Pendidikan Islam Bustanul Ulum Larangan Badung, meru...



Strategi Belajar yang Baik PENDAHULUAN Sebagaimana diakui bahwa manusia diciptakan oleh Allah swt. dengan sebaik-baik bentuk. Bekal fisik dan psikis (Panca indra, ...

Arsip Blog 

▼ 2013 (5) o ► Maret (1) o ► Februari (3) o ▼ Januari (1)  Tata Cara Merawat Jenazah

Mengenai Saya

Bustanul Ulum Lihat profil lengkapku

‫الصالة على اول وقتها‬ Kota: Tgl: Imsak: Shubuh: Terbit: Dhuhur: Ashar:

Pamekasan 22 Mar 2014 04:06:48 04:12:52 05:30:09 11:33:29 14:45:05

Maghrb: Isyak:

17:36:22 18:45:34

Pamekasan: Waktu: GMT +7 Lat: -7.150 LS Long: 113.483 BT Ke Mekkah: Arah: 293.85 ° Jarak: 8634 km 33. Perhatian kepada pembaca dan pelawat blog ini sekalian {Segala bahan bacaan yang didapati tidak sesuai dengan kefahaman aqal fikiran para pembaca hendaklah dirujuk kepada ahli kepada ilmu itu supaya mendapat pemahaman yang jelas akan apa yang disampaikan. Sesungguhnya setiap Muslim itu bersaudara, dan saudara sebenar-benarnya tidak akan sampai hati untuk menikam/membidaahkan/menyesatkan saudaranya yang lain semata-mata berlainan fikrah}

Wal 'asr~

Tarikh

Min aina antum?

Followers Persoalan? http://www.formspring.me/Simusafirilahi

mengakui

seseorang itu sebagai Rasul. 4. Dan masih banyak lagi contoh murtad lainnya. Diposkan oleh Firmanjava di 20.17 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Reaksi: 1 komentar:

Febri Zulkarnain mengatakan...

saya ingin tanya apabila seseorang memahami alqur’an dan ternyata ia beranggapan bahwa sholat itu hanya untuk mengingat all 7/tabel-perhitungan-zakat/

Nishob Zakat Bagi setiap harta tersebut ada nishob[4] yang telah ditentukan, sehingga tidak wajib zakat apabila harta tersebut belum mencapai nishobnya, maka (inilah nishobnya): 1. Biji-bijian dan buah-buahan nishobnya 5 wasaq, sedangkan 1 wasaq sama dengan 60 sho’[5], yaitu dengan ukuran sho’nya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Adapun jenisnya berupa kurma, kismis (anggur kering), gandum, beras, biji gandum dan yang semisalnya. Jika menggunakan ukuran nishob dengan sho’ Nabi shallallahu’alaihi wa sallam maka nishobnya adalah 300 sho’, sedangkan 1 sho’ sama dengan 4 cidukan dua tangan (jadi, nishobnya adalah 1200 cidukan dua tangan) orang dewasa yang ukurannya sedang dan kedua tangannya penuh terisi. Maka yang diwajibkan jika telah mencapai ukuran tersebut adalah 1/10 jika pohon kurma dan pertanian itu disirami dengan tanpa biaya, seperti dengan air hujan, aliran sungai, mata air dan yang semisalnya. Adapun jika pengairannya dengan biaya dan beban seperti dengan menggunakan hewan atau kendaraan penampung air dan membuat tempat-tempat yang tinggi untuk menampung atau yang semisalnya[6], maka yang diwajibkan adalah 1/20 sebagaimana telah shahih hadits tentang ketentuan tersebut dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. 1. Adapun nishob hewan ternak seperti unta, sapi[7] dan kambing, maka dalam permasalahan ini terdapat perincian yang jelas di dalam hadits-hadits yang shahih dari

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, bagi yang ingin mengilmuinya hendaklah bertanya kepada para ulama tentang permasalahan zakat hewan ternak tersebut[8]. Kalaulah bukan karena tujuannya hanya sekedar risalah ringkas tentu kami akan merincinya agar semakin melengkapi manfaat risalah ini. 2. Perak nishobnya adalah 140 mitsqol, setara dengan 56 riyal Saudi. Sedangkan emas nishobnya 20 mitsqol, setara dengan 11,3/7 Junaih Saudi. Adapun dalam ukuran gramnya (untuk nishob emas) adalah 92 gram[9], maka apabila perak dan emas telah mencapai nishob tersebut wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 1/40 (atau 2,5 %), baik nishobnya pada keduanya (emas dan perak), maupun salah satunya saja dan telah lewat satu tahun (haul) dalam kepemilikannya. Adapun kelebihan dari jumlah nishob tersebut maka haulnya mengikuti pokok harta (yang sudah mencapai nishob) tersebut[10], tidak diperlukan haul yang baru apabila harta tersebut meningkat karena keuntungan, sebagaimana berlaku pada anak hewan ternak yang telah sampai nishobnya maka haulnya mengikuti induknya, tidak perlu menunggu haul yang baru. Demikian pula uang kertas yang hari ini digunakan manusia hukumnya sama dengan emas dan perak, baik disebut dirham, dinar, dolar atau selain itu, hukumnya sama saja jika nilainya telah mencapai seperti nishobnya perak atau emas[11] dan telah lewat satu tahun kepemilikannya, maka wajib dikeluarkan zakatnya[12]. Juga termasuk dalam hukum ini adalah perhiasan wanita yang terbuat dari emas atau perak secara khusus apabila telah mencapai nishob dan telah lewat satu tahun dalam kepemilikannya maka wajib dikeluarkan zakatnya jika memang perhiasan tersebut dipersiapkan untuk dikenakan atau dipinjamkan, menurut pendapat yang paling kuat dari dua pendapat ulama dalam masalah ini, berdasarkan keumuman hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam: “Tidaklah seseorang yang memiliki emas atau perak kemudian tidak ditunaikan haknya, apabila datang hari kiamat dibentangkan baginya batu-batu yang lebar dari neraka.” [HR. Muslim Kitab Zakat (7: 67 no. 2287) dari hadits Abu Hurairah radiyallahu’anhu) Dan juga berdasarkan satu hadits dari Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bahwasannya beliau shallallahu’alaihi wa sallam melihat di tangan seorang wanita terdapat dua potong perhiasan melingkar dari emas, maka beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Apakah engkau telah mengeluarkan zakat perhiasan ini?” Wanita tersebut menjawab, “Tidak”, Beliau bersabda, “Apakah engkau mau dipakaikan Allah pada hari kiamat dengan dua gelang dari neraka?” Wanita itu pun langsung melemparnya seraya berkata, “Kedua gelang itu untuk Allah dan Rasul-Nya”.” (Dikeluarkan oleh Abu Daud dan An-Nasai, dengan sanad yang hasan). Juga terdapat satu hadits dari Ummu Salamah radiyallahu’anha, bahwasannya beliau mengenakan perhiasan yang terbuat dari emas, lalu beliau bertanya kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam: “Apakah ini termasuk kanzun (simpanan harta yang dilarang), Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Jika telah memenuhi syarat untuk dikeluarkan zakatnya kemudian engkau keluarkan, maka tidak termasuk kanzun”. Juga terdapat hadits-hadits lain yang semakna.

1. Barang dagangan[13] yang dipersiapkan untuk dijual harus dihitung pada akhir tahun dan dikeluarkan zakatnya sebanyak 1/40 atau 2,5 % dari nilainya, baik nilainya sama dengan harganya atau lebih atau kurang, tetap harus dikeluarkan zakatnya, berdasarkan hadits Samurah radiyallahu’anhu, beliau berkata: “Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk mengeluarkan zakat barang-barang yang kami persiapkan untuk dijual.” (HR. Abu Daud) Kewajiban zakat ini juga mencakup barang-barang yang dipersiapkan untuk dijual seperti tanah, bangunan, mobil, alat-alat penampung air maupun barang-barang dagangan lainnya. Adapun bangunan yang disewakan maka kewajiban zakat ada pada uang sewanya (jika mencapai nishob) dan telah lewat setahun dalam kepemilikan. Demikian pula mobil pribadi maupun mobil yang disewakan tidak ada kewajiban zakat atasnya karena tidak dipersiapkan untuk dijual tetapi untuk digunakan. Akan tetapi jika uang hasil disewakannya mobil tersebut atau uang apapun yang telah mencapai nishob dan telah lewat setahun dalam kepemilikan seseorang maka wajib untuk dikeluarkan zakatnya, baik uang tersebut dipersiapkan untuk nafkah, atau untuk menikah, atau untuk dibelikan perabot rumah, atau untuk dibayarkan hutang maupun untuk selainnya, berdasarkan keumuman dallil-dalil syar’i yang menunjukkan kewajiban zakat pada permasalahan seperti ini. Dan yang benar dari pendapat para ulama bahwa harta dari hasil berhutang pun dikenai kewajiban zakat berdasarkan penjelasan sebelumnya. Demikian pula hartanya anak yatim dan orang gila juga wajib dikeluarkan zakatnya menurut pendapat jumhur ulama, jika telah mencapai nishob dan telah lewat satu tahun dalam kepemilikan. Wajib bagi para walinya untuk mengeluarkan zakat mereka dengan meniatkannya dari mereka, ketika telah sempurna satu tahun, berdasarkan keumuman dalil, seperti sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dalam hadits Mu’adz radhiyallahu’anhu ketika Nabi shallallahu’alaihi wa sallam mengutus Mu’adz radhiyallahu’anhu ke negeri Orang-orang yang Berhak Menerima Zakat Zakat adalah hak Allah Ta’ala, tidak boleh diberikan kepada orang yang tidak berhak menerimanya. Tidak boleh pula zakat dikeluarkan dalam rangka mendapatkan suatu manfaat atau menolak suatu mudhorat, atau sekedar melindungi hartanya dan menghindari celaan, akan tetapi wajib atas seorang muslim memberikan zakatnya kepada yang berhak menerimanya dengan hati yang lapang dan ikhlas karena Allah Ta’ala, bukan karena tujuan lain, yang dengan itu berarti ia telah memenuhi kewajibannya dan berhak mendapatkan pahala yang besar serta ganti yang lebih baik dari Allah Ta’ala. Allah Ta’ala telah menjelaskan dalam kitab-Nya yang mulia tentang golongan-golongan penerima zakat dalam firman-Nya: َّ ‫سبِي ِل‬ ‫َّللاِ َواب ِْن‬ ِ َ‫ين َو ْالع‬ ِ ‫صدَقَاتُ ِل ْلفُقَ َر‬ َّ ‫إِنَّ َما ال‬ ِ ‫الر َقا‬ َ ‫َار ِمينَ َوفِي‬ َ ‫اء َو ْال َم‬ ِ ‫ب َو ْالغ‬ ِ ‫املِينَ َعلَ ْي َها َو ْال ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُ ُه ْم َوفِي‬ ِ ‫سا ِك‬ َ َّ ‫َّللاِ َو‬ َّ َ‫ضةً ِمن‬ ‫َّللاُ َع ِلي ٌم َح ِكي ٌم‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫ال‬ َّ َ ِ ِ ِ “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, budak (yang mau memerdekakan diri), orang-orang yang berhutang, orang yang sedang di jalan Allah dan musafir, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 60)

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di

Facebook dan

Twitter

[tutup]

Waktu haram puasa Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa

Waktu haram puasa adalah waktu di mana umat Islam dilarang berpuasa. Hikmahnya adalah ketika semua orang bergembira, seseorang itu perlu turut bersama merayakannya.   

Berpuasa pada Hari Raya Idul Fitri ( 1 Syawal ) Berpuasa pada Hari Raya Idul Adha ( 10 Zulhijjah ) Berpuasa pada hari-hari Tasyrik ( 11, 12, dan 13 Zulhijjah )

Selain hari-hari tersebut, ada pula waktu dimana umat Islam dianjurkan untuk tidak berpuasa, yaitu ketika ada kerabat atau teman yang sedang mengadakan pesta syukuran atau pernikahan. Hukum berpuasa pada hari ini bukan haram, melainkan makruh, karena Allah tidak menyukai jika seseorang hanya memikirkan kehidupan akhirat saja sementara kehidupan sosialnya (menjaga hubungan dengan kerabat atau masyarakat) ditinggalkan. 1. Hari Raya Idul Fithri Tanggal 1 Syawwal telah ditetapkan sebagai hari raya sakral umat Islam. Hari itu adalah hari kemenangan yang harus dirayakan dengan bergembira. Karena itu syariat telah mengatur bahwa di hari itu tidak diperkenankan seseorang untuk berpuasa sampai pada tingkat haram. Meski tidak ada yang bisa dimakan, paling tidak harus membatalkan puasanya atau tidak berniat untuk puasa. ْ ‫ َي ْو َم ال ِف‬:‫ص َي ِام َي ْو َمي ِْن‬ ‫طر‬ ْ َ ‫َو َي ْو َم األ‬ ُ ‫ض َحى – متفق عليه ِِنَ َهى َر‬ ِ ‫سلَّ َم َع ْن‬ َ ‫ى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫سو ُل هللا‬ َّ ‫صل‬ Rasulullah SAW melarang berpuasa pada dua hari: hari Fithr dan hari Adha. (HR Muttafaq ‘alaihi) 2. Hari Raya Idul Adha Hal yang sama juga pada tanggal 10 Zulhijjah sebagai Hari Raya kedua bagi umat Islam. Hari itu diharamkan untuk berpuasa dan umat Islam disunnahkan untuk menyembelih hewan Qurban dan membagikannya kepada fakir msikin dan kerabat serta keluarga. Agar semuanya bisa ikut merasakan kegembiraan dengan menyantap hewan qurban itu dan merayakan hari besar. 3. Hari Tasyrik Hari tasyrik adalah tanggal 11, 12 dan 13 bulan Zulhijjah. Pada tiga hari itu umat Islam masih dalam suasana perayaan hari Raya Idul Adha sehingga masih diharamkan untuk berpuasa. Namun sebagian pendapat mengatakan bahwa hukumnya makruh, bukan haram. Apalagi

mengingat masih ada kemungkinan orang yang tidak mampu membayar dam haji untuk puasa 3 hari selama dalam ibadah haji. ُ ‫إِنَّ َها أَيَّا ُم أَ ْك ٍل َو‬ ‫ش ْرب َو ِذ ْك ِر هللاِ تَعَالى – رواه مسلم‬ Sesungguhnya hari itu (tasyrik) adalah hari makan, minum dan zikrullah (HR Muslim) 4. Puasa sehari saja pada hari Jumat Puasa ini haram hukumnya bila tanpa didahului dengan hari sebelum atau sesudahnya. Kecuali ada kaitannya dengan puasa sunnah lainnya seperti puasa sunah nabi Daud, yaitu sehari berpuasa dan sehari tidak. Maka bila jatuh hari Jumat giliran untuk puasa, boleh berpuasa. Sebagian ulama tidak sampai mengharamkannya secara mutlak, namun hanya sampai makruh saja. 5. Puasa pada hari Syak Hari syah adalah tanggal 30 Sya‘ban bila orang-orang ragu tentang awal bulan Ramadhan karena hilal (bulan) tidak terlihat. Saat itu tidak ada kejelasan apakah sudah masuk bulan Ramadhan atau belum. Ketidak-jelasan ini disebut syak. Dan secara syar‘i umat Islam dilarang berpuasa pada hari itu. Namun ada juga yang berpendapat tidak mengharamkan tapi hanya memakruhkannya saja. 6. Puasa Selamanya Diharamkan bagi seseorang untuk berpuasa terus setiap hari. Meski dia sanggup untuk mengerjakannya karena memang tubuhnya kuat. Tetapi secara syar‘i puasa seperti itu dilarang oleh Islam. Bagi mereka yang ingin banyak puasa, Rasulullah SAW menyarankan untuk berpuasa seperti puasa Nabi Daud as yaitu sehari puasa dan sehari berbuka. 7. Wanita haidh atau nifas Wanita yang sedang mengalami haidh atau nifas diharamkan mengerjakan puasa. Karena kondisi tubuhnya sedang dalam keadaan tidak suci dari hadats besar. Apabila tetap melakukan puasa, maka berdosa hukumnya. Bukan berarti mereka boleh bebas makan dan minum sepuasnya. Tetapi harus menjaga kehormatan bulan Ramadhan dan kewajiban menggantinya di hari lain. 8. Puasa sunnah bagi wanita tanpa izin suaminya Seorang isteri bila akan mengerjakan puasa sunnah, maka harus meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya. Bila mendapatkan izin, maka boleh lah dia berpuasa. Sedangkan bila tidak diizinkan tetapi tetap puasa, maka puasanya haram secara syar‘i. Dalam kondisi itu suami berhak untuk memaksanya berbuka puasa. Kecuali bila telah mengetahui bahwa suaminya dalam kondisi tidak membutuhkannya. Misalnya ketika suami bepergian atau dalam keadaan ihram haji atau umrah atau sedang beri‘tikaf. Sabda Rasulullah SAW Tidak halal bagi wanita untuk berpuasa tanpa izin suaminya sedangkan suaminya ada dihadapannya. Karena hak suami itu wajib ditunaikan dan merupakan fardhu bagi isteri,

sedangkan puasa itu hukumnya sunnah. Kewajiban tidak boleh ditinggalkan untuk mengejar yang sunnah. Kategori: 

Rukun Islam

Top of Form ► ► ►

Adab dan Tata Cara Istinja'

Istinja' menurut bahasa artinya terlepas atau selamat, sedangkan menutur Istilah adalah bersuci sesudah buang air besar atau buang air kecil. Beristinja' hukumnya wajib bagi setiap orang yang baru buang air kecil maupun air besar, baik dengan air ataupun benda kesat selain air (seperti baSYARAT WAJIB HAJI 1. 2. 3. 4. 5.

Islam Berakal Baligh Merdeka Mampu

Kelima syarat di atas adalah syarat yang disepakati oleh para ulama. Sampai-sampai Ibnu Qudamah dalam Al Mughni berkata, “Saya tidak mengetahui ada khilaf (perselisihan) dalam penetapan syarat-syarat ini.” (Al Mughni, 3:164) Catatan: 1. Seandainya anak kecil berhaji, maka hajinya sah. Namun hajinya tersebut dianggap haji tathowwu’ (sunnah). Jika sudah baligh, ia masih tetap terkena kewajiban haji. Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’). 2. Syarat mampu bagi laki-laki dan perempuan adalah: (a) mampu dari sisi bekal dan kendaraan, (b) sehat badan, (c) jalan penuh rasa aman, (d) mampu melakukan perjalanan.

3. Mampu dari sisi bekal mencakup kelebihan dari tiga kebutuhan: (1) nafkah bagi keluarga yang ditinggal dan yang diberi nafkah, (2) kebutuhan keluarga berupa tempat tinggal dan pakaian, (3) penunaian utang. 4. Syarat mampu yang khusus bagi perempuan adalah: (1) ditemani suami atau mahrom, (2) tidak berada dalam masa ‘iddah. SYARAT SAHNYA HAJI 1. Islam 2. Berakal 3. Miqot zamani, artinya haji dilakukan di waktu tertentu (pada bulan-bulan haji), tidak di waktu lainnya. ‘Abullah bin ‘Umar, mayoritas sahabat dan ulama sesudahnya berkata bahwa waktu tersebut adalah bulan Syawwal, Dzulqo’dah, dan sepuluh hari (pertama) dari bulan Dzulhijjah. 4. Miqot makani, artinya haji (penunaian rukun dan wajib haji) dilakukan di tempat tertentu yang telah ditetapkan, tidak sah dilakukan tempat lainnya. Wukuf dilakukan di daerah Arofah. Thowaf dilakukan di sekeliling Ka’bah. Sa’i dilakukan di jalan antara Shofa dan Marwah. Dan seterusnya. Bersambung insya Allah …

pengertian riba

Pengertian Riba, Hukum Dan Macamnya Pengertian riba. Riba sering juga diartikan sebagai tambahan yang tidak disertai dengan adanya kompensasi. Tambahan nilai untuk pertukaran yang ada pada jual beli baik tambahan nilai uang, barang maupun kadar waktu. Di dalam sebuah transasaksi jual beli atau pertukaran barang dan barang yang lain atau pertukaran harta dengan harta lain yang sama-sama menguntungkan dengan nilai yang telah disepakati dan tidak merugikan salah satu pihak maka hal ini hukumnya halal. Namun berbeda dengan riba, tambahan harta yang harus dikembalikan salah satu pihak ke pihak lain dalam trasaksi jual beli ataupun pertukaran harta menjadikan kerugian untuk salah satu pihak bilamana terjadi penambahan nilai. Pengertian riba juga bisa sebagai sebuah kompensasi tertetu yang kesesuaiannya dengan timbangan tidak diketahui dengan jelas sesuai syariat, baik pada waktu aqad berlangsung maupun ketika adanya penundaan barang yang ditukarkan. Ada tiga macam riba yakni riba yadd, riba nasaa’, riba qardl dan riba fadlal. Sebelum bahasan mengenai macam-macam riba, alangkah baiknya kita mengetahui hukum riba.

Image courtesy of Tina Phillips / FreeDigitalPhotos.net Hukum Riba Dari pengertian riba yang ada yakni sebuah penambahan dalam tukar menukar atau jual beli maka hukum riba menurut syariat islam adalah haram. Keharaman riba ini berlaku baik untuk penambahan dengan nilai sedikit maupun dengan nilai besar. Larangan akan melalukan riba telah tertulis jelas dalam al-qur’an tepatnya pada surat Al-Baqarah ayat 275 dan 279 beserta ayat-ayat berikutnya . Perbuatan riba sama halnya dengan dosa besar yang bahkan lebih besar daripada melakukan zina, mencuri bahkan minum khamer. Allah dan Rosulullah SAW telah melaknat siapapun yang memakan harta riba karena riba sudah jelas hukumnya haram dalam agama Islam. Macam-Macam Riba a. Riba yadd Riba jenis ini terjadi karena adanya penundaan dalam membayar suatu barang. Kedua belah pihak yang melakukan transaksi ini telah terpisah dari tempat aqad sebelum diadakannya serah terima barang. b. Riba nasaa’ Riba ini adalah penambahan nilai atas sanksi yang diberikan pihak pemberi hutang kepada orang yang melakukan hutang karena keterlambatan pembayaran hutang yang tidak sesuai dengan waktu jatuh tempo pembayaran. c. Riba qardl Peminjaman uang atau barang kepada orang lain dengan syarat si peminjam akan memberikan kelebihan atau keuntungan terhadap pihak yang memberikan pinjaman. d. Riba fadlal Riba jenis ini adalah mengambil kelebihan atau penambahan nilai dari adanya pertukaran barang yang sejenis. Pembaca sudah membaca uraian di atas mengenai apa itu pengertian riba, hukum serta macamnya, semoga selanjutnya kita akan lebih berhati-hati dalam bertransaksi agar tidak terjerumus ke dalam riba. Diposkan oleh tri agung prabowo di 18.01

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Tidak ada komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog 

▼ 2013 (3) o ▼ Januari (3)  sejarah perkembangan bank syariah di indonesia  pengertian riba  perbedaan bank syariah dan bank konvensional

Mengenai Saya

tri agung prabowo menjadi lebih baik dan pantang menyerah Lihat profil lengkapku

tu, kertas). Menu Lanjut ke konten       

Beranda About Me Keluargaku Kepustakaan (Agama) Kepustakaan (Umum) Riwayat Hidupku Special Events

Macam macam Jenis Penyakit Hati / Sifat Buruk Posted on 04/02/2010 by Sudi Al-Faqir

Macam-macam arti penyakit hati dan sifat buruk manusia : 1. Iri Hati Iri hati adalah suatu sifat merasa tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati yang diperbolehkan dalam ajaran islam adalah iri dalam hal berbuat kebajikan, seperti iri untuk menjadi pintar agar ← NAHDLATUL ULAMA Maksiat Mata →

Maksiat Perut Jan 21 Posted by dulmid92...blog's Termasuk maksiat perut antara lain: 1. Makan riba 2. Makan upeti 3. Makan barang gasapan 4. Makan barang curian 5. Makan setiap yang diperoleh dengan cara yang diharamkan agama 6. Minum arak. Peminum arak harus di hukum dengan empat puluh kali cambukan bagi orang merdeka dan dua puluh kali untuk sahaya (budak). Dan bagi imam boleh menambah hukuman sebagai hajaran. 7. Makan setiap yang memabukan, barang najis, atau barang yang kotor (menjijikan). 8. Makan harta anak yatim atau harta wakaf dengan cara menyeleweng dari yang ditentukan oleh orang yang mewakafkan. 9. Makan barang yang didapat dari jalan malu (yang memberi karena malu/takut). Menjauhi Maksiat 1.

Mata

Engkau telah dianugerahi mata agar engkau pergunakan hanya untuk melihat menuju ke jalan yang benar, untuk memenuhi berbagai macam dari kerja-kerja kamu, untuk melihat keindahan alam semesta agar dapat engkau renungkan betapa besar keagungan Allah. Oleh kerana itu janganlah engkau gunakan mata kamu itu untuk empat hal yang tercela: 1. 2. 3. 4.

Melihat perempuan yang bukan mahrammu; Melihat sesuatu yang menghairahkan nafsu berahi dan memperbesarkan syahwat; Melihat sesama muslim dengan pandangan mengejek dan meremehkan; Melihat atau mencari-cari kesalahan orang lain dari kalangan kaum muslimin.

Maksiat Telinga

1) mendengar perkara-perkara yang melalaikan seperti muzik. 2) mendengar cerita tentang keburukan orang. 3) mendengar kata-kata cumbuan dari yang bukan isteri atau suami. 4) mendengar kata-kata umpatan. 5) mendengar semua perkara yang murkai ALLAH swt.dapat menyebarkan ilmunya di kemudian hari. Atau iri untuk membelanjakan harta di jalan kebenaran. 2. Dengki Dengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut. Sifat ini sangat berbahaya karena akan merusak dirinya sendiri dan tidak ada orang yang suka dengan orang yang memiliki sifat seperti ini. 3. Hasut / Hasud / Provokasi Hasud adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar amarah / marah orang tersebut meluap dengan tujuan agar dapat memecah belah persatuan dan tali persaudaraan agar timbul permusuhan dan kebencian antar sesama. 4. Fitnah Fitnah lebih kejam dari pembunuhan adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai, merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat. 5. Buruk Sangka Buruk sangka adalah sifat curiga yg berlebihan atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yang jelas (su’udzhon). 6. Khianat / Hianat Hianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan yang telah dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji. Khianat adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di kemudian hari.

Cara beristinja' dapat dilakukan dengan salah satu dari cara berikut : 1. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran dengan air sampai bersih. Ukuran bersih ini ditentukan oleh keyakinan masing-masing. 2. Membasuh atau membersihkan tempat keluar dengan batu, kemudian dibasuh dan dibersihkan dengan air. 3. Membersihkan tempat keluar kotoran dengan batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih. Membersihkan tempat keluar kotoran sekurang-kurangnya dengan tiga buah batu atau sebuah batu yang memiliki tiga permukaan sampai bersih.

Jumat, 12 Oktober 2012

Adab dan Tata Cara Istinja'

Istinja' menurut bahasa artinya terlepas atau selamat, sedangkan menutur Istilah adalah bersuci sesudah buang air besar atau buang air kecil. Beristinja' hukumnya wajib bagi setiap orang yang baru buang air kecil maupun air besar, baik dengan air ataupun benda kesat selain air (seperti batu, kertas). Cara beristinja' dapat dilakukan dengan salah satu dari cara berikut : 1. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran dengan air sampai bersih. Ukuran bersih ini ditentukan oleh keyakinan masing-masing. 2. Membasuh atau membersihkan tempat keluar dengan batu, kemudian dibasuh dan dibersihkan dengan air. 3. Membersihkan tempat keluar kotoran dengan batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih. Membersihkan tempat keluar kotoran sekurang-kurangnya dengan tiga buah batu atau sebuah batu yang memiliki tiga permukaan sampai bersih.

Jumat, 12 Oktober 2012

Adab dan Tata Cara Istinja'

Istinja' menurut bahasa artinya terlepas atau selamat, sedangkan menutur Istilah adalah bersuci sesudah buang air besar atau buang air kecil. Beristinja' hukumnya wajib bagi setiap orang yang baru buang air kecil maupun air besar, baik dengan air ataupun benda kesat selain air (seperti batu, kertas). Cara beristinja' dapat dilakukan dengan salah satu dari cara berikut : 1. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran dengan air sampai bersih. Ukuran bersih ini ditentukan oleh keyakinan masing-masing. 2. Membasuh atau membersihkan tempat keluar dengan batu, kemudian dibasuh dan dibersihkan dengan air. 3. Membersihkan tempat keluar kotoran dengan batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih. Membersihkan tempat keluar kotoran sekurang-kurangnya dengan tiga buah batu atau sebuah batu yang memiliki tiga permukaan sampai bersih.

Jumat, 12 Oktober 2012

Adab dan Tata Cara Istinja'

Istinja' menurut bahasa artinya terlepas atau selamat, sedangkan menutur Istilah adalah bersuci sesudah buang air besar atau buang air kecil. Beristinja' hukumnya wajib bagi setiap orang yang baru buang air kecil maupun air besar, baik dengan air ataupun benda kesat selain air (seperti batu, kertas). Cara beristinja' dapat dilakukan dengan salah satu dari cara berikut : 1. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran dengan air sampai bersih. Ukuran bersih ini ditentukan oleh keyakinan masing-masing. 2. Membasuh atau membersihkan tempat keluar dengan batu, kemudian dibasuh dan dibersihkan dengan air.

3. Membersihkan tempat keluar kotoran dengan batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih. Membersihkan tempat keluar kotoran sekurang-kurangnya dengan tiga buah batu atau sebuah batu yang memiliki tiga permukaan sampai b Firmanjava. Diberdayakan oleh Blogger.

Related Documents

Sulam Wusool
November 2019 9
Kisikisi Kuesioner
October 2019 70
Kisikisi Ppp Uts.docx
April 2020 49

More Documents from "Chadijah Chairun Nissa"