Sebuah opini..
“Ketika Pengobatan Alternatif Lebih Dipilih” oleh Andre Saputra Andai bisa berobat segampang ini, dengan modal Rp. 4000 perak, penyakit hilang sekejap, ga’ perlu ngantri dan ga’ perlu ada yang mati berdesakan. Apa lagi kalo ada kemasan sachet, kan gampang kalo cuma penyakit kudis, panu atau gatalgatal, jadi tinggal ditabur ! Tidak tanggung-tanggung hanya dalam beberapa hari pasien si dukun kecil menembus angka puluhan ribu orang tiap harinya. Harus diakui bahwa masyarakat melihat hal ini dari sisi kegunaan, penjelasan ilmiah urusan belakangan. Yang penting ingin sembuh dan tidak mahal, itu saja. Jangan ditanya mengapa fenomena ini dapat terjadi, mulai dari pelayanan kesehatan dari pemerintah yang masih buruk, birokrasi yang rumit dan dari segi ekonomi tetap tidak terjangkau. Celakanya, masyarakat cenderung menjadi tersesat akibat keadaan ini. Semakin banyak fenomena dukun-dukun cilik bermunculan dengan benda sakti yang dipercaya berkhasiat menyembuhkan. Dari segi legalitas, tidak bisa dipungkiri bahwa pengobatan alternatif bersifat legal di negeri ini, tentu saja dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Hal ini diatur oleh UU RI No. 23 Th 1992 Tentang Kesehatan. Dan mengenai deetai defenisi, jenis, serta teknis penyelenggaraannya diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1076/MENKES/ SK/VII/2003. Tapi saya kurang yakin ponari telah mendatangi Dinkes Jombang untuk mendapatkan izin praktek agar tempat prakteknya yang breakthrough sekali dengan omset 500 juta itu dilindungi hukum dengan kata lain legal. KaDinkes Jombang:“Ponari, coba kamu jelaskan metode yang kamu gunakan?” Ponari : “Simpel kok pak, diputer, digendong, dicelupin!” Memang, dari segi keamanan, metode ponari jauh lebih aman daripada intervensi obat dan prosedur operasi, tidak memiliki efek samping. Dilihat dari kemampuan daya serap minat pasien untuk berobat, Ponari jauh di atas angin. Wah, pelayanan kesehatan perifer harus belajar banyak dengan Tim Marketing Ponari! Nah, kalo dari segi efficacy? Saya tidak berani menjawab secara terburu-buru: menyimpulkan Ponari lebih sakti dari dokter, atau dokter lebih terbukti dan teruji daripada Ponari. Bisa dikatakan, Ponari adalah berkah bagi kita semua. Mengapa demikian? Karena ini semakin menunjukkan bahwa sistem pelayanan kesehatan dan perekonomian negeri kita perlu dibenahi. Hanya sistem yang salah? pastinya tidak. Lantas, siapakah yang seharusnya berperan dalam hal ini? Tentu saja semua komponen. • Mulai dari pemerintah yang harus menciptakan situasi kondusif pada masyarakat, bersikap lebih tegas dan lebih berani dalam memperjuangkan nasib kesehatan kelas bawah.
• •
Profesi kedokteran yang harus terus berbenah dari segi kualitas sehingga kepercayaan masyarakat terbentuk. Dan tentu saja dari masyarakat itu sendiri, tidak hanya ulama atau tokoh masyarakat, tetapi juga tiap individu agar mengedukasi diri sehingga lebih dewasa dalam memilih pelayanan kesehatan yang terjangkau, efektif, efisien, dan teruji.