Ketika Hujjah Tak Lagi Menjadi Prioritas Utama

  • Uploaded by: abdul haq
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ketika Hujjah Tak Lagi Menjadi Prioritas Utama as PDF for free.

More details

  • Words: 6,832
  • Pages: 22
“Ketika Hujjah tak lagi menjadi prioritas utama” |

Karya:

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

Gratis – Silakan disebarkan untuk kalangan Salafiyyin (Untuk kalangan sendiri) K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

1

MUQADDIMAH ‫ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ‬ ‫ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪ ﺍﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ‬,‫ﺍﻟﺤﻤﺪ ﷲ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ‬ : ‫ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ‬ Sinar mentari tadi siang terlampau menyengat, hingga mampu membuat langkah ini melambat guna mencapai lokasi perpustakaan umum, tempat saya menimba ilmu agama. Sebenarnya hari ini, saya tidak berhasrat untuk memasuki ruang perpustakaan. Namun karena masih ada beberapa tugas yang harus saya selesaikan, maka tidak ada pilihan lain kecuali mengunjungi perpustakaan umum itu. Dengan langkah yang terasa sangat lambat namun pasti, akhirnya sampailah diriku di ruang perpustakaan yang terasa sangat sejuk dan nyaman itu. Alhamdulillah. Sejenak setelah saya berada di perpustakaan sembari membolak-balik beberapa kitab yang sedang saya pelajari, ada seorang rekan menyapa dan menyatakan, “Koq kamu nggak segera membalas tulisan “Tim Redaksi?”, ujarnya polos. Dahi saya

berkerut, saya

juga sempat

melongo mendengar ucapan rekan saya yang satu ini, karena memang dia sangat kocak. Masih dalam suasana keheranan, akhirnya saya bertanya kepadanya: ‘Tim Redaksi’ yang mana ? Demikian serius tanggapan saya, hingga membuat rekan saya yang satu ini kelabakan. “Ya itu, ‘Tim Redaksi’ yang membantah tulisan kamu yang berjudul Tirai itu”, demikian jelasnya. “Apa kamu belum membuka e-mail? Coba buka pasti akan kamu dapati tulisan ‘Tim Redaksi’ disana,” lanjutnya dengan nada lirih, sembari berpaling meninggalkan saya dan tugastugas yang masih menumpuk itu. Memang sudah beberapa hari ini saya tidak membuka e-mail, usai sholat ‘Ashr hari itu juga saya

menyempatkan waktu untuk membuka e-mail, demi mendapatkan tulisan ‘Tim

Redaksi’. Saya

mengira bahwa Turobiyyah akan membantah tulisan saya

dengan sangat

ilmiyyah, namun setelah membuka e-mail saya ternyata… lidah saya seakan tercekat, saya sempat terpaku, keheranan memandangi isi tulisan ‘Tim Redaksi’. Entah berapa lama mereka mengarang tulisan itu, dan entah berapa orang pula yang saling bahu-membahu, guna menyusun kalimat yang sangat jauh dari kesan ilmiyyah itu. Sebenarnya tulisan ‘Tim Redaksi’ yang membantah tulisan “Tirai itu, kini telah tersingkap”, kurang layak untuk dikomentari, untuk diangkat atau bahkan untuk dibantah. Hal itu K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

2

karena jauhnya tulisan mereka dari kesan ilmiyyah, namun saya akan memanfaatkan tulisan mereka dari sisi lain, yang justru akan menambah tersingkapnya tirai mereka. “Saat hujjah tak lagi menjadi prioritas utama”. Sebuah dialog santai dengan ‘Tim Redaksi’ Turobi, demikian judul yang akan membawahi tulisan saya ini. Berikut ini adalah tulisan ‘Tim Redaksi’ yang masuk ke e-mail saya. Saya salinkan disini secara menyeluruh, agar para pembaca yang bijak menilai sendiri dengan seksama. Satu hal yang perlu diingat, karena tulisan ‘Tim Redaksi’ menyangkut beberapa keadaan manusia, maka saya hanya akan mengomentari tulisan mereka yang berkaitan dengan Abu Mahfudh. Inilah tulisan ‘Tim Redaksi’ yang mereka sebar di Internet lewat menteri Penerangan Turobiyyun 1, Muhammad Shiddiq bin Muhammad Arsyad Thalib Al-bughisy As-Sorowaky. Lewat emailnya Abu Abdirrohman, kita temukan baris-baris berikut di halaman dua file menepis.doc yakni : “Untuk penulis majhul (yakni Abu Mahfuzh dan para stafnya)” : Kami tidak mengetahui dari golongan apakah anda. Dari jenis jin ataukah manusia atau binatang melata? Orang waras ataukah orang gila? Dukun, dalang ataukah sutradara? Di alam nyata ataukah fatamorgana? Beraninya hanya berteriak di dunia maya. Sampai-sampai sebagian para Salafiyyat -hafizhohunnalloh- mengatai kalian sebagai banci belaka. Yang jelas kalian itu pembual dan pendusta, pengecut tapi sok bergaya. Maka jangan berhayal bahwa kami akan tanggapi gonggongan kalian, sampai kalian singkap sendiri tirai butut kalian, yang telah kumal bau dan luntur warnanya. Awan di langit tak akan surut berkelana di cakrawala, hanya karena lolongan anjing buduk di hutan belantara…” (Menepis Tuduhan Keji, bantahan atas selebaran Nasehat dan Teguran Terhadap Murid yang tidak Beradab. Penulis Al Akh Abu As Samh Iyad Al-Hasyidi, alih bahasa Abu Abdirrahman Utsman as-Semarangi dan Abu Arqom Muslih al-Magetani).

1

Disebarkan dengan judul Menepis Tuduhan Keji, bantahan atas selebaran Nasehat dan Teguran Terh adap Murid yang tidak Beradab.Penulis Al Akh Abu As Samh Iyad Al-Hasyidi, alih bahasa Abu Abdirrahman Utsman asSemarangi dan Abu Aqrom Muslih Al-Magetani. Isyrof : Abu Turob Al-jawi, Darul Hadits, Dammaj. K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

3

SAAT HUJJAH TAK LAGI MENJADI PRIORITAS UTAMA ‘Tim Redaksi’ Turoby berkata: “Untuk penulis majhul” Abu Mahfudzh menjawab : “Wahai ‘Tim Redaksi’ bukankah kalian telah membaca tulisan Abu Mahfudzh yang berjudul “Tirai itu kini telah tersingkap pertemuan kedua” Bukankah disana kalian mendapatkan bahwa Abu Mahfudzh berkata: “Mereka Turobiyyun menyatakan bahwa: "Abu Mahfudzh itu Majhul. Tidak ada yang mengenalnya." Saya katakan: “Apakah setelah kalian merasa ditelanjangi oleh tulisan Abu Mahfudzh (Tirai itu kini telah tersingkap, edisi pertama) dan kalian tidak bisa menjawab apa yang telah ditorehkan oleh Abu Mahfudzh - karena itu adalah fakta-, lantas kalian menyatakan bahwa Abu Mahfudzh itu majhul? Anggaplah apa yang kalian katakan itu benar, lantas apakah kalian bisa menerima apabila Asy Syaikh Rabi' usai membaca Mukhtashar Al Bayaan kemudian menyatakan bahwa orang yang bernama Al ustadz Abu Fairuz dan Al ustadz Abu Turob, keduanya Majhul ! Karena memang Asy Syaikh Robi' tidak mengenal kalian berdua? Atau kalian juga memiliki dua timbangan pada satu permasalahan yang sama? Wahai ustadz Abu Fairuz 'Abdurrahman Bin Sukaya, siapakah yang lebih pantas menerima julukan manjhul; Abu Mahfudzh ataukah teman teman kamu yang memberi catatan kaki pada beberapa selebaran yang kalian sebar di Dammaj dan di Indonesia dengan tanpa mencantumkan nama penulisnya? Biarkanlah mereka yang berada di Dammaj yang menilai karena kejadian itu mereka yang menyaksikan.

Ternyata saat ini saya mendapatkan waktu untuk menyampaikan firman Allah ini:         

          Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS Ash-Shaf 2 – 3) K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

4

Pada kesempatan ini saya ingin menambahkan: “Wahai ‘Tim Redaksi’ wahai ustadz Abu Arqom dan ustadz ‘Utsman, siapakah yang memberi catatan kaki pada selebaran himbauan untuk tidak menghadiri dauroh di Semarang yang akan diisi oleh ustadz Abu Hazim? Apakah si pemberi catatan kaki itu menyebutkan jati dirinya? Lebih parah lagi nama si pemberi catatan kaki-pun tidak diikut-sertakan, lantas apakah terdengar dari kalian menyatakan bahwa si pemberi catatan kaki itu majhul? (Lihat gambar 2) Tidak pernah terdengar dari kalian kalimat itu, dikarenakan yang memberi catatan kaki itu adalah teman-teman kalian sendiri. Pada

selebaran

penggalangan

dana

untuk

muhadhoroh

para

Masyayikh

yang

diselenggarakan oleh Yayasan Asy Syari’ah kalian juga memberikan catatan kaki padanya, namun apakah kalian menyebutkan jati-diri kalian? Nama kalian pun tidak diikut-sertakan dalam catatan kaki itu, lantas siapakah yang lebih pantas menerima julukan majhul? Biarkan para pembaca yang bijaksana yang menilainya.” Mungkin ‘Tim Redaksi’ turut resah dengan email dari al Akh Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur Al Malanji, sebagai salah satu ikhwan dari Malang, Indonesia yang simpati dengan tulisan “Tirai” dan lantas membantu menyebarkannya ? Lantas kalianpun serta-merta bakal mencap majhul, tidak dikenal, tertolak, titik tanpa tapi. Padahal mudah melacak siapa al Malanji itu, temukan ustadz Salafy di Malang, tanyakan apakah ustadz disana mengenal Abdul Ghafur Al Malanji?. 2 Belakangan ini Bani Hasan bin Mukiyi, Ngawi, pemilik percetakan CV Raya Agung, Ngawi - fanatikus Turobiyun dari Indonesia berbantahan dengan al Akh Abdul Ghafur. Nah, engkau tanyakan dulu pada link engkau itu siapakah Abdul Ghafur, biar dia yang mencarikan info buat engkau. Atau tanyakan pada jaringan engkau di Dammaj, misal al Ustadz Abu Mas’ud, Lamongan. Ini sekadar contoh, janganlah kalian mencoba memajhul-majhulkan saya, dia dan ikhwan Salafiyyin yang menjadi saksi disini, atau membawa bukti, lantaran kedangkalan pengetahuan engkau tentang siapa dia, engkau malas mencarinya, tidak tahu dalil pembantahnya, atau malas membantahnya, lantas mengambil jalan pintas itu. Majhul, tertolak, titik.

2

Nama al akh Abu Dzulqarnain Abdul Ghofur Al-Malanji cukup dikenal bahkan pihak Sururiyyun Malang pernah membantahnya di tahun 2005, bahkan namanya pernah disebut peneliti kafir dari ICG tahun 2004 merilis temuan mereka dalam mempelajari kenapa dakwah Salafy Indonesia yang murni, yang tidak bercampur dengan jaringan Teroris. buktikan di www.seasite.niu.edu/Indonesian/Islam/83_indonesia_backgrounder_why_ salafism_and_terrorism_don_t_mix_web.pdf. Lihatlah orang kafirpun tahu siapa Abdul Ghofur al-Malanji, jadi lain kali telitilah sebelum mencap Majhul siapapun, dan siapkan dalil bila membantah walaupun dari orang yang engkau anggap Majhul K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a – 5

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

‘Tim Redaksi’ Turoby berkata: “(yakni Abu Mahfuzh dan para stafnya)” Abu Mahfudzh menjawab : “Abu Mahfudzh dalam tulisanya yang berjudul “Tirai” baik pertemuan pertama, kedua - dan insya Allah menyusul yang ketiga - hanyalah sendirian. Abu Mahfudzh tidak memiliki ‘Tim Redaksi’, tidak pula memiliki staf seperti kalian. Tuduhan kalian bahwa Abu Mahfudzh memiliki para staf, tidak lain muncul dari sikap gegabah kalian dalam memutuskan satu permasalahan, tanpa melihat akibat buruk yang akan timbul dari sikap gegabah tersebut. Sementara tuduhan kalian itu dibangun di atas prasangka semata dan prasangka, tidak akan mampu menggoncang kebenaran !”

‘Tim Redaksi’ Turoby berkata: “Kami tidak mengetahui dari golongan apakah anda” Abu Mahfudzh menjawab : “Inilah kekurangan dan kepandiran yang kalian sebarkan, sehingga tidak mengetahui siapakah sejenis apakah sesosok yang diberi nama “Abu Mafudzh”, yang diantaranya mampu mengetik di komputer, sedang menuntut ilmu pada ulama’ di Yaman, memiliki identitas penduduk RI dan mudah ditemui oleh manusia lainnya. Dalam salah satu surat yang ditulis oleh Al ustadz Abu Fairuz ‘Abdurrahman bin Sukaya kepada salah seorang da’i Salafy bernama Lutfi yang kini bermukim di Indonesia. Abu Fairuz berkata: “Bila ada yang berkata: “Berita ini datang dari seseorang yang tidak saya kenal”, maka jawabannya: “Tidak akan membahayakannya hanya karena kamu tidak mengenalnya, karena dia seorang mustafid (murid senior) yang dikenal di sisi Syaikh Yahya Al Hajury hafidzhohullah. Dia juga dikenal di kalangan pelajar lainnya, terlebih para penduduk Lahj, dan seorang yang mengetahui sesuatu merupakan hujjah bagi mereka yang belum mengetahuinya.” (sampai disini ucapan Abu Fairuz).” Wahai ‘Tim Redaksi’, wahai ustadz Abu Arqom dan ustadz ‘Utsman, apakah kalian menerima ucapan teman kalian ini? Bila kalian menerimanya, maka saya

juga akan

menggunakan ucapan ini untuk kalian, saya katakan: “Tidaklah membahayakan Abu Mahfudzh hanya karena kalian tidak mengenalnya, karena Abu Mahfudzh dikenal oleh salafiyyin di desanya, di kabupatennya di propinsinya, bahkan di negaranya Indonesia. Dia juga dikenal oleh sebagian du’at salafiyyin Indonesia, para santri Indonesia yang berada di tempat Abu Mahfudzh belajar di Yaman, mereka juga mengenal siapa Abu Mahfudzh. Bahkan di Dammaj sendiri ada beberapa ikhwah Indonesia yang ‘aqil mengenal siapa Abu Mahfudzh. Bukankah seorang yang telah mengetahui sesuatu merupakan hujjah bagi mereka-mereka yang belum mengetahuinya? K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

6

Silahkan kalian meradang dengan ketidak-tahuan kalian tentang siapa itu Abu Mahfudzh, toh hal itu tidak akan membahayakan posisi Abu Mahfudzh sama sekali !” Namun sebagaimana biasanya, mereka-mereka Turobiyyun akan menerima ucapan yang bersumber dari mereka dan akan menolak ucapan yang bukan berasal dari mereka, walaupun dalam konteks dan kejadian yang sama. Apa sebabnya? Adanya dua timbangan dalam menilai satu barang yang sama. (lihat kembali “Tirai itu kini telah tersingkap” edisi pertama)”. Allahul Musta’an.

‘Tim Redaksi’ Turoby berkata: “Dari jenis jin ataukah manusia atau binatang melata?” Abu Mahfudzh menjawab : “Di kalangan jin ada orang-orang yang shalih, ada pula diantara mereka sebagai pemberi peringatan. Dan tidak menutup kemungkinan diantara mereka ada yang berpuluh-puluh kali atau bahkan beratus kali lipat lebih berilmu dibanding kalian, bukankah Allah berfirman:            Artinya: “Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang saleh dan diantara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (Al Jin: 11) Allah juga berfirman:                 Artinya : “Sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.” (QS Al Jin 13) Dari kalangan jin ada pula diantara mereka yang berperan menyampaikan al haq serta sebagai pemberi peringatan kepada kaum mereka, yang tidak lain adalah dari kalangan jin pula, sebagaimana Allah nyatakan dalam Al Quran sbb :             

K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

7

              

            

                

           

       Artinya : “Dan (ingatlah) ketika kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. 30. Mereka berkata: "Hai kaum kami, Sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. 31. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu[1390] dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. 32. dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah, maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka Bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata". (QS Al Ahqaf 29 – 32) Kalaulah seandainya Abu Mahfudzh itu dari kalangan jin, sebagaimana menurut persangkaan sebagian dari kalian, bukankah pada kenyataannya Abu Mahfudzh telah memberikan peringatan kepada kaumnya dari beberapa penyimpangan dan kesalahan Turobiyyah? Dengan demikian semua bisa menyimpulkan bahwa ketika kalian memposisikan Abu Mahfudzh dari kalangan ‘jin’, kemudian dia memperingatkan kaumnya (termasuk dari keumuman kaumnya Abu Mahfudzh adalah kalian, wahai Turobiyyun) - yang pada ayat di atas disebutkan jin itu memberikan peringatan kepada kaumnya dari kalangan jin pula-. Apakah K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

8

kalian bisa menerima vonis kalian, kembali menghantam diri-diri kalian sendiri?” Allahul Musta’an.

Sedangkan ucapan kalian: “ataukah manusia” Saya menjawab: “Memang demikianlah kenyataannya bahwa Abu Mahfudzh –semoga Allah selalu menjaganya, mengampuni dosa dan kesalahannya serta membimbingnya dan seluruh kaum muslimin untuk selalu berada di atas al haq amin- berasal dari kalangan manusia. Abu Mahfudzh merupakan salah seorang keturunan Nabi Adam ‘alaihisssalam, demikian pula yang diketahui oleh rekan-rekan Abu Mahfudzh as-salafiyyin yang berada di Dammaj, bahwa Abu Mahfudzh itu dari kalangan manusia. Berbeda dengan sangkaan orang-orang yang “nyeleneh” yang terbakar emosi, yang menyatakan Abu Mahfudzh itu dari kalangan jin atau binatang melata dan atau lain sebagainya.” Allahul Musta’an.

Sementara ucapan kalian: “atau binatang melata?” Saya menjawab : “Yang pertama, saya berkata bahwa: “Saya sendiri Abu Mahfudzh, para pembaca yang bijaksana, juga kalian, wahai ‘Tim Redaksi’, tak ketinggalan anda, wahai ustadz Abu Arqom dan ustadz ‘Utsman. Kita semua yang berada di muka bumi ini masuk dalam keumuman kalimat “binatang melata”. Demikianlah tafsiran para ‘ulama saat menjelaskan firman Allah yang berbunyi:                

         Artinya : “38. Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” Lantas apakah kalian mengingkari, bila ternyata ada binatang melata di muka bumi ini selain dari kalangan jin dan manusia -, yang berbicara menjelaskan kepada manusia bahwa mereka berada dalam kelalaian dari ayat-ayat Rabb mereka? Tidakkah kalian ingat dengan sebuah hadits yang berbunyi: K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

9

‫ ﺃﻻ ﺗﺘﻘﻲ ﺍﷲ ﺗﻨﺰﻉ ﻣﻨﻲ ﺭﺯﻗﺎ ﺳﺎﻗﻪ‬: ‫ ﻗﺎﻝ‬٬ ‫ ﻓﺄﻗﻌﻰ ﺍﻟﺬﺋﺐ ﻋﻠﻰ ﺫﻧﺒﻪ‬٬ ‫ ﻓﺎﻧﺘﺰﻋﻬﺎ ﻣﻨﻪ‬٬ ‫ ﻓﻄﻠﺒﻪ ﺍﻟﺮﺍﻋﻲ‬٬ ‫" ﻋﺪﺍ ﺍﻟﺬﺋﺐ ﻋﻠﻰ ﺷﺎﺓ ﻓﺄﺧﺬﻫﺎ‬ ‫ ﻳﺎ ﻋﺠﺒﻲ ﺫﺋﺐ ﻣﻘﻊ ﻋﻠﻰ ﺫﻧﺒﻪ ﻳﻜﻠﻤﻨﻲ ﻛﻼﻡ ﺍﻹﻧﺲ ! ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﺬﺋﺐ ﺃﻻ ﺃﺧﺒﺮﻙ ﺑﺄﻋﺠﺐ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ؟ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬: ‫ ﻓﻘﺎﻝ‬٬ ‫ﺍﷲ ﺇﻟﻲ‬ ‫ ﻓﺰﻭﺍﻫﺎ ﺇﻟﻰ ﺯﺍﻭﻳﺔ ﻣﻦ ﺯﻭﺍﻳﺎﻫﺎ‬٬ ‫ ﻓﺄﻗﺒﻞ ﺍﻟﺮﺍﻋﻰ ﻳﺴﻮﻕ ﻏﻨﻤﻪ ﺣﺘﻰ ﺩﺧﻞ ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ‬: ‫ ﻳﺨﺒﺮ ﺍ ﻟﻨﺎﺱ ﺑﺄﻧﺒﺎء ﻣﺎ ﻗﺪ ﺳﺒﻖ ! ﻗﺎﻝ‬٬ ‫ﻭﺳﻠﻢ ﺑﻴﺜﺮﺏ‬ ‫ ﻓﻘﺎﻝ‬٬ ‫ ﺛﻢ ﺧﺮﺝ‬٬ ‫ ﻓﺄﻣﺮ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻨﻮﺩﻱ ﺑﺎﻟﺼﻼﺓ ﺟﺎﻣﻌﺔ‬٬ ‫ ﺛﻢ ﺃﺗﻰ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﺄﺧﺒﺮﻩ‬٬ ‫)ﺭﻭﺍﻩ‬

.‫ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ‬. " ...‫ ﻭ ﺍﻟﺬﻱ ﻧﻔﺴﻲ ﺑﻴﺪﻩ‬٬ ‫ ﺻﺪﻕ‬: ‫ ﻓﻘﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬٬ ‫ ﻓﺄﺧﺒﺮﻫﻢ‬٬ ‫ ﺃﺧﺒﺮﻫﻢ‬: ‫ﻟﻠﺮﺍﻋﻲ‬ (‫ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﻟﺨﺪﺭﻱ‬

‫ ﻭ ﻫﺬﺍ ﺳﻨﺪ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﺟﺎﻟﻪ ﺛﻘﺎﺕ ﺭﺟﺎﻝ ﻣﺴﻠﻢ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻘﺎﺳﻢ ﻫﺬﺍ ﻭ ﻫﻮ ﺛﻘﺔ ﺍﺗﻔﺎﻕ ) ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﺔ‬: ‫ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﷲ‬ (121:‫ ﺹ‬/1:‫ﺝ‬/122:‫ﺑﺎﺏ‬ Artinya: "Seekor serigala menerkam seekor kambing dan memangsanya, si penggembala berusaha mengikuti dan menyelamatkan kambing dari cengkraman serigala, maka serigala tersebut duduk tersandar pada ekornya seraya berkata: “Tidakkah kamu takut kepada Allah, merampas dariku rizki yang telah Allah berikan kepadaku?” Si penggembala berkata: “Duhai betapa terherannya aku, seekor serigala yang duduk bersandar pada ekornya mengajakku berbicara dengan perkataan manusia!” Sang serigala berkata: “Maukah engkau aku beritahu sesuatu yang lebih mengherankan dari itu? Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam di Yatsrib (Madinah) memberitahu manusia kejadian-kejadian yang terjadi di masa lampau!” Si Penggembala segera menggiring kambing-kambingnya sampai memasuki Madinah dan meletakkan gembalaannya di salah satu sudut kota Madinah, kemudian dia mendatangi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan menceritakan kepada beliau kisah yang dialaminya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam segera memerintahkan untuk dikumandangkan “Ash Sholata Jami’ah”, kemudian beliau keluar seraya berkata kepada si penggembala: “Ceritakanlah kisah yang kamu alami kepada mereka (maka setelah si penggembala menceritakan kisahnya kepada para hadirin). Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam berkata: “Sungguh apa yang dialami dan diceritakannya benar-benar terjadi. Sungguh demi jiwaku yang berada dalam Tangan-Nya...” (diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad dari Shahabat Abu Sa’id Al Khudry ) Berkata Asy Syaikh Al Albany: “Hadits ini memiliki sanad yang Shohih, para perawinya terpercaya semuanya merupakan rawinya Imam Muslim, kecuali seorang yang bernama Al Qosim dan telah disepakati bahwa dia juga seorang yang terpercaya.” (lihat Ash Shohihah: Bab:122 Juz:1 Hal:121) Atau lupakah kalian dengan sebuah ayat yang berbunyi:

K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

10

            

     Artinya : “Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (QS An Naml 82) Saya masih berprasangka baik kepada kalian, wahai ‘Tim Redaksi’, wahai ustadz Abu Arqom dan ustadz ‘Utsman, bahwa kalian tidak akan mungkin mengingkari ayat dan hadits di atas yang menjelaskan bahwa binatang melata juga bisa berbicara dengan perkataan manusia dengan izin dari Allah -, untuk memperingatkan manusia dari kelalaian mereka terhadap ayatayat Allah. Bila manusia juga termasuk dalam keumuman kalimat “binatang melata” dan ada pula dari “binatang melata” - selain dari kalangan jin dan manusia -, yang mengajak manusia berbicara dengan perkataan manusia. Lantas apa hujjah kalian untuk menolak kebenaran yang telah ditorehkan oleh Abu Mahfudzh dalam tulisannya yang berjudul “Tirai itu kini telah tersingkap” itu? Atau apa pula argumentasi kalian hingga terasa berat untuk mengakui kesalahan kalian? Serta apa pula landasan kalian untuk tetap bertahan dalam kekeliruan kalian dan tidak bersegera membenahi kesalahan itu ? Apakah hanya karena kebingungan kalian terhadap slogan “binatang melata”, padahal dengan tanpa sadar diri kalian juga memposisikan diri-diri kalian dari jenis “binatang melata” itu?” Allahul Musta’an.

‘Tim Redaksi’ Turoby berkata: “Orang waras ataukah orang gila?” Abu Mahfudzh menjawab : “Abu Mahfudzh termasuk dari golongan orang yang waras, walhamdulillah. Semua itu tentunya dengan karunia yang Allah berikan kepada Abu Mahfudzh, suatu karunia yang harus disyukuri. Semoga dengan usaha mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada Abu Mahfudzh, berupa kewarasan dalam berfikir dan bertindak, lantas Allah akan menambahkan karunia-Nya kepada Abu Mahfudzh yang berlipat ganda. Amin. Adapun orang gila (hilang akalnya)? Sudah jelas mereka tidak menanggung dosa atas apa K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

11

yang mereka lakukan selama mereka gila. Terlepas dari hukum seputar prilaku orang gila (hilang akalnya), sungguh tidak terbetik sedikitpun dalam benak saya demikian juga tentunya para pembaca yang bijaksana, bahwa tulisan dengan judul “Tirai itu kini telah tersingkap” itu ditulis oleh seorang yang gila alias hilang akalnya. Namun apabila kalian wahai para ‘Tim Redaksi’ atau anda wahai Al ustadz Abu Arqom dan Al ustadz ‘Abu ‘Abdirrahman ‘Utsman menyangka tulisan dengan judul “Tirai itu kini telah tersingkap”, disusun oleh orang gila yang telah hilang akalnya maka saya katakan kepada kalian sepertinya ada yang kurang beres pada akal dan pola pikir kalian, atau mungkinkah kalian adalah “orang gila yang mengaku waras?”.” ‫ﻻ ﺣﻮﻝ ﻭﻻ ﻗﻮﺓ ﺇﻻ‬ ‫ﺑﺎﷲ‬ ‘Tim Redaksi’ Turoby berkata: “Dukun, dalang ataukah sutradara?” Abu Mahfudzh berkata: “Perdukunan bukanlah dari Islam bahkan sangat bertentangan dengan kemurnian Islam, di sisi lain perdukunan itu sendiri merupakan salah satu diantara sekian banyak pembatal Islam. Namun Abu Mahfudzh adalah orang yang senantiasa berharap menjadi orang yang - semoga Allah selalu menjauhkan Abu Mahfudzh dan para pembaca sekalian dari perdukunan dengan segala tetek bengeknya. Amin, ya Rabbi- memiliki sikap antipati dengan perdukunan, karena itu bertolak belakang dengan dakwah Tauhid serta bertolak-belakang pula dengan apa yang sedang dituntut oleh Abu Mahfudhz di Yaman di hadapan para ‘Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah saat ini. Adapun "dalang" maka itu bukanlah keadaan Abu Mahfudzh. Sementara “Sutradara”? Bukankah kita sama mengetahui bahwa sutradara itu selalu identik dengan cerita fiksi ? Sementara Islam mengharamkan dusta, termasuk di dalamnya cerita fiksi, film dan sejenisnya. Maka Abu Mahfudzh membebaskan diri dari tiga keadaan yang mungkin telah memenuhi prasangka sebagian orang. Demikianlah sikap Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, saat beliau menepis dari diri beliau suatu kecurigaan saat ada dua orang shahabat beliau yang berjalan dengan sangat tergesa-gesa, lantaran mereka melihat beliau berjalan dengan seorang wanita. Beliau bersabda: ‫ﺻ ﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬- ‫ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟﻨﱠﺒِﻰﱡ‬.‫ ﻭَﻛَﺒُﺮَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻤَﺎ‬.ِ‫ ﻓَﻘَﺎﻻَ ﺳُﺒْﺤَ ﺎﻥَ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬.‫ﻋَﻠَﻰ ﺭِﺳْﻠِﻜُﻤَﺎ ﺇِﻧﱠﻤَﺎ ﻫِﻰَ ﺻَﻔِﻴﱠﺔُ ﺑِﻨْﺖُ ﺣُﻴَﻰﱟ‬ ‫ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ‬2035 :‫ ﻭَﺇِﻧﱢﻰ ﺧَﺸِﻴﺖُ ﺃَﻥْ ﻳَﻘْﺬِﻑَ ﻓِﻰ ﻗُﻠُﻮﺑِﻜُﻤَﺎ ﺷَﻴْﺌًﺎ ) ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ‬٬ِ‫ ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﺸﱠﻴْﻄَﺎﻥَ ﻳَﺒْﻠُﻎُ ﻣِ ﻦَ ﺍﻹِﻧْﺴَﺎﻥِ ﻣَﺒْﻠَﻎَ ﺍﻟﺪﱠﻡ‬-‫ﻭﺳﻠﻢ‬ (‫ﺻﻔﻴﺔ ﺃﻡ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ‬ Artinya: “Hendaklah kalian berjalan dengan perlahan, karena sesungguhnya dia (wanita yang berjalan dengan beliau- pen) adalah Shafiyyah (yang tak lain adalah istri beliau- pen). Maka K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

12

mereka berdua berkata: “Subhanallah, wahai Rasulullah”. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pun bersabda: “Sesungguhnya syaithan itu berpadu dengan manusia dalam aliran darah, dan saya khawatir dia membisikkan ke dalam hati kalian sesuatu (berupa buruk sangkapen). (Hadits diriwayatkan oleh Al Bukhari: 2035 dari Shahabat bernama Shofiyyah istri beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam) ‘Tim Redaksi’ Turoby berkata: “Di alam nyata ataukah fatamorgana? Beraninya hanya berteriak di dunia maya” Abu Mahfudzh berkata: “Yah, tentu Abu Mahfudzh berada di alam nyata dan itu sesuatu yang tak diragukan lagi, kecuali oleh segelintir manusia yang tergabung dalam korps ‘Tim Redaksi’ dinasti Turoby. Adapun fatamorgana, maka kalimat itu sendiri sudah cukup mewakili Abu Mahfudzh untuk tidak mengomentari kalian, wahai ‘Tim Redaksi’. Namun apakah benar bahwa Abu Mahfudzh beraninya hanya berteriak di dunia maya? Sebelum saya menjawab pernyataan ‘Tim Redaksi’ dinasti Turoby ini, ada baiknya bila kita melihat kenyataan di lapangan beberapa bulan belakangan ini seraya bertanya: “Wahai ‘Tim Redaksi’, wahai al ustadz Abu Arqom dan al ustadz ‘Utsman, apakah yang telah kalian lakukan dalam peranan dakwah Salafiyyah di Indonesia? Kenapa tidak ada dari kalian yang terjun ke lapangan dakwah di Indonesia ? Disanalah medan juang kalian yang sesungguhnya ! Kenapa kalian bisanya hanya berteriak di dunia maya, melalui email-email, website, sembari memaki, mencela dan mencemooh para du’at salafiyyin Indonesia ? Padahal mereka-lah yang jelas nampak kiprahnya di dunia nyata, dengan gigih dan semangat tinggi berusaha menebarkan dakwah Sunnah ini di negeri mereka. Apakah kalian takut untuk mendarat di kampung halaman kalian sendiri, wahai para elang yang senantiasa terbang dan telah mulai lupa dengan daratan? Apakah kalian telah kapok saat melihat teman kalian (al ustadz Abu Hazim) yang tak dapat mendarat dengan selamat? Kini tiba giliran Abu Mahfudzh untuk menjawab keresahan para bapak dan ibu ‘Tim Redaksi’, maka saya katakan bahwa: “Abu Mahfudzh tidak hanya berteriak di dunia maya sebagaimana ungkapan kalian - namun Abu Mahfudzh akan selalu berbisik, berbicara dan berteriak di alam nyata, seperti saat ini, demi menjelaskan kepada rekan-rekan saya - salafiyyin Indonesia - akan bahaya Turobiyyah. Hingga kalian memperbaiki kesalahan kalian.

‘Tim Redaksi’ Turoby berkata: “Sampai-sampai sebagian para Salafiyyat -hafizhohunnallohK e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

13

mengatai kalian sebagai banci belaka” Abu Mahfudzh berkata: “Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan kepada ‘Tim Redaksi’ yaitu : a. Sepertinya ada yang kurang dari penulisan kalian, wahai ‘Tim Redaksi’. Dan sepertinya kalian perlu membentuk ‘Tim Editor’ guna menyeleksi tulisan-tulisan kalian, apakah telah layak terbit? Tulisan yang masih perlu untuk disempurnakan itu adalah nampak pada kata: “Sampai-sampai sebagian para Salafiyyat“, lebih tepat dilengkapi menjadi “Sampai-sampai sebagian para Salafiyyat Turobiyyat”! Kenapa saya katakan demikian? Karena ada para Salafiyyat yang berada di Dammaj, yang tidak termasuk dalam jajaran Turobiyyah, maka perlu dibedakan seperti itu. Sebagian salafiyyat menyambut tulisan Abu Mahfudzh dengan penilaian positif b. Para salafiyyat di beberapa daerah di Indonesia juga menilai tulisan Abu Mahfudzh dengan penilaian yang positif pula c. Syaikh Jamil Ash-Shilwy yang merupakan orang ‘alim di Dammaj, beliau saja tidak luput dari gunjingan dan rumpian sang permaisuri Turoby dan para dayangnya. Apatah lagi Abu Mahfudzh. Siapa syaikh Jamil Ash Shilwi dan siapa pula Abu Mahfudzh ? d. Wahai para “Salafiyyat Turobiyyat” rumpian kalian itu sangatlah murahan, namun demikian apa yang akan kalian lakukan bila ternyata Abu Mahfudzh berdo’a agar tuduhan kalian itu kembali kepada suami-suami kalian? saya tidak memastikan bahwa do’a saya pasti terkabul namun sikap optimis dalam suatu kebaikan adalah sikap yang sangat terpuji dan Bukankah do’a orang yang terdzholimi itu tiada pembatasnya? Bagaimana jika ternyata keadaan berbalik dan suami-suami kalian menjadi banci? Tidak menutup kemungkinan banyak dari kalian yang akan menempuh jalan paling syar’i, sebagai akhir dari suatu kesudahan yang teramat pahit setelah masa kebersamaan yang sangat diimpikan; yakni Khulu’...!!!”

Saya tambahkan, saudara Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji – yang mungkin kalian anggap majhul juga – membawakan informasi ternyata Turobiyyun-pun hendak mengobrak-abrik menggembosi seorang ummahat yang bernama Ummu Yahya. Lihat betapa bancinya tindakan Turobiyyun ini, selain beraninya sama wanita, ummahat, pun dilengkapi tanpa nama jelas dan alamat pengirim terang, isinya pun sebagian tanpa nama ! K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

14

Bagaimana hal ini tidak membikin berang & cemburu suaminya, Abu Yahya Ilyas, kenapa bukan dia yang dikirimi ? Kenapa satu bendel toolkit dari tim Turobiyyun dikirimkan pada istrinya. Diantaranya berjudul : (1) Nasehat

Asy-Syaikh

Muhammad

Hizam

yang

diterjemahkan

oleh

AlUstadz

Abu Arqam Al Jawi dengan Editor Abul 'Abbas Khadir AlMulky (2) Nasehat Ringkas (Bahasa Arab dan terjemah) Abu Ibrohim Muhammad bin Mani' (3) Fatwa Syaikh Robi' tentang Darul Hadits Dammaj (4) Pujian para Ulama buat Syaikhuna An Nashihul Amin (5) Penghinaan Luqman Kepada Syaikhuna Yahya Al Hajuri, Nb:tidak ada keterangan siapa yang mentranskripdan memberi catatan kaki (6) Tulisan Luqman Ba'abduh Rintangi Thullab ke Dammaj (7) Selebaran

yang

diberi

canggir

(catatan

pinggir)

dan

cawah

(catatan

bawah) yang juga tidak jelas siapa orangnya, majhul. Ini semua dikirimkan dengan tanpa nama jelas, hanya “Abu Muhammad d/a KPL Baron Nganjuk 67394”. Dengan bantuan akh Abu Nauval Suseno, dia mengontak beberapa ikhwah di Nganjuk untuk mengecek keberadaan sosok Abu Muhammad yang telah berhasil membikin marah dan cemburu Abu Yahya. Ternyata tidak ada ikhwah yang bernama Abu Muhammad yang berdomisili di Baron, majhul lagi.

Gambar 1. Gambar sampul dari si majhul, Abu Muhammad yang “pantang maju” K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

15

Gambar 2 : Selebaran dengan catatan pinggir oleh si majhul demi membantah tulisan asatidzah K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

16

Lantas saudara Rohmat dari Yogyakarta juga mendapatkan selebaran majhul berjudul “Tahdziran Syaikh Yahya bin ‘Ali al-Hajury kepada Luqman Ba’abduh”, yang disebar di waktu ada kajian Al Ustadz Dzulqarnain, Makassar di Solo. Ternyata sama, baik di Dammaj maupun di Indonesia cara engkau, yakni memajhul-majhulkan orang agar bisa berkelit tanpa dalil, atau memakai nama majhul karena takut akibat menyebarkan kesesatan itu, lantas mereka bakal dimintai pertanggung-jawabannya. Inilah kenyataan yang ada di kalangan Turobiyyun.

‘Tim Redaksi’ Turoby berkata: “Yang jelas kalian itu pembual dan pendusta, pengecut tapi sok bergaya.” Abu Mahfudzh berkata: “Sekali lagi saya luruskan tuduhan kalian yang tak berasas. Bukan “kalian” itu suatu kesalahan, akan tetapi yang benar adalah “anda”, apa sebabnya ? Sebabnya adalah semua tulisan Abu Mahfudzh adalah hasil karya sendiri tanpa adanya turut campur orang lain. Bukan pula “pembual dan pendusta” , itu juga merupakan kesalahan fatal, namun sebenarnya adalah “jujur dan terpercaya”. Sementara ucapan kalian “pengecut tapi sok bergaya”? Saya katakan, kalau pengecut maka Abu Mahfudzh tidak akan menerbitkan tulisan berjudul “Tirai itu kini telah tersingkap” baik edisi pertama, kedua dan insya Allah akan menyusul yang ketiga.” Ada satu hal yang perlu diperhatikan disini yaitu; kalian wahai para ‘Tim Redaksi’ menyatakan bahwa tulisan Abu Mahfudzh yang menjelaskan kesalahan kalian adalah bualan dan kedustaan. Namun kenapa kalian tidak mampu menunjukkan satu tempat saja dimana letak kedustaan Abu Mahfudzh dalam tulisan yang diterbitkannya? Ingatlah, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi, artinya : "Bukti harus dikemukakan si penuduh, dan sumpah harus diucapkan oleh tertuduh." (Shahih: Shahihul Jami’ no: 2896 dan Tirmidzi II: 399 no: 1356) Bukankah tulisan Abu Mahfudzh mencapai belasan halaman? Apa landasan kalian mendustakan tulisan Abu Mahfudzh dan kenapa pula kalian tidak mampu menukil kedustaan dalam tulisan Abu Mahfudzh (menurut kalian) ? Sebagaimana Abu Mahfudzh menjelaskan kesalahan dan penyimpangan kalian dalam tulisan-tulisan ini? Semua itu hanya akan menambah tersingkapnya ‘Tirai kalian’ oleh ulah kalian sendiri, dan para pembaca yang bijaksana tentunya akan lebih bisa menilai dengan seksama. Ada satu tambahan yang ini akan sangat bermanfaat bagi kalian, wahai para ‘Tim Redaksi’, terutama anda wahai saudara Abu Arqom. Masih ingatkah anda saat Abu Bakr Yusuf K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

17

yang berasal dari Belitung mendatangi anda dan menunjukkan kepada anda tulisan Abu Mahfudzh yang berjudul “Tirai itu kini telah tersingkap”? Bukankah anda ditanya oleh Abu Bakr Yusuf tentang keabsahan tulisan Abu Mahfudzh, yang kemudian anda membenarkan hal itu? Dan bukankah anda juga ditanya oleh Abu Bakr Yusuf tentang keadaan saudara kandung anda, Al ustadz Abu Hazim yang melakukan kesalahan-kesalahan yang dimuat oleh Abu Mahfudzh dalam tulisannya? Bukankah saat itu anda mengakui dan anda juga mengiyakan? Lantas kenapa saat ini anda menyatakan bahwa Abu Mahfudzh adalah “pembual dan pendusta” ? Apakah telah begitu lama kejadian dimana anda didatangi oleh Abu Bakr Yusuf sehingga anda telah melupakannya dan sekarang mengeluarkan ucapan yang sangat bertentangan dengan yang lalu ?

K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

18

ISAK TANGIS KESEDIHAN DI SELA DERAI TAWA KETERPAKSAAN ‘Tim Redaksi’ Turoby berkata: “Maka jangan berhayal bahwa kami akan tanggapi gonggongan kalian, sampai kalian singkap sendiri tirai butut kalian, yang telah kumal bau dan luntur warnanya.” Abu Mahfudzh menjawab : “Sepintas lalu tulisan kalian menggambarkan seakan kalian itu berada dalam suasana santai dan tenang, tidak terusik sedikitpun, tanpa memendam kebencian atas terbitnya tulisan Abu Mahfudzh yang berjudul “Tirai itu kini telah tersingkap”. Benarkah demikian? Wah, ternyata sangat berbeda lho dengan kenyataan di lapangan.! Para pembaca sekalian ingin bukti, sekali lagi saya paparkan sbb : 1. Abu ‘Abdirrahman ‘Alimuddin (‘Ali) asal Stabat, Sumatera Utara saat berada di warnet “Najasy” yang berada di Dammaj didatangi oleh al ustadz Abu Sholeh Dzakwan. Lantas Dzakwan bertanya kepada ‘Alimuddin, apakah dia mengetahui atau mengenal siapa Abu Mahfudzh ? 2. Abu Ibrahim ‘Abdullah asal Jakarta juga mengalami kasus yang sama, didatangi oleh Al ustadz Abu Sholeh Dzakwan bahkan sempat keluar kalimat “Abu Mampus” sebagai ganti dari Abu Mahfudzh 3. Dan siapa pulakah yang mendatangi saudara kita yang bernama Ismail yang berasal dari Bau Bau/Buthon dan bertanya tentang Abu Mahfudzh? 4. Bahkan sang ketua sebagai Panglima Tertinggi Turobiyyah (PTT) yang tak lain adalah Al ustadz Abu Turob Saif Al Hadi Bin Khadhir Al Jawi merasa sangat geregetan dengan tulisan

Abu

Mahfudzh,

tak

tanggung-tanggung

ternyata

kejengkelannya

itu

diungkapkannya saat terjadi jalsah ishlah antara dia dan Abu Salman Asal Buthon. Abu Turob melimpahkan kejengkelannya itu untuk menyudutkan Abu Salman. Lho koq mencak-mencak, ya ustadz ? Katanya nggak mau nanggapi ? 5. Plus munculnya risalah 32 halaman, berjudul “Menepis Tuduhan Keji, bantahan atas selebaran Nasehat dan Teguran Terhadap Murid yang tidak Beradab. Penulis Al Akh Abu As Samh Iyad Al-Hasyidi, alih bahasa Abu Abdirrahman Utsman as-Semarangi dan Abu K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

19

Arqom Muslih Al-Magetani” Nah lho, katanya ustadz nggak mau nanggapi, koq malah menulis khusus dibumbui makian demi makian ? Kalau memang ada kesalahan dan kekeliruan dalam tulisan ilmiyyah Abu Mahfudzh, asatidzah, ikhwan Salafiyyin lainnya, silahkan dibantah dengan ilmiyyah. Namun kalau memang kalian mengakui apa yang ditulis oleh Abu Mahfudzh itu benar, kenapa kalian tidak mau menerimanya ? Wahai ‘Tim Redaksi’, wahai al ustadz Abu Arqom dan al ustadz ‘Utsman, ternyata kalimat manis yang kalian ungkapkan itu hanya sekedar untuk menutupi kepahitan nyata yang sedang kalian pendam. Ibarat api dalam sekam, namun toh mereka-mereka para santri asal Indonesia yang yang berada di Dammaj - yang tidak termasuk dalam jajaran kalian - tetap akan mengetahui ketimpangan kalian dalam bersikap. ‘Tim Redaksi’ Turoby berkata: “Awan di langit tak akan surut berkelana di cakrawala, hanya karena lolongan anjing buduk di hutan belantara.” Abu Mahfudzh berkata: “Kalimat itu memang benar, dan mungkin dengan nada semakna itu pula para du’at salafiyyin tetap berjalan dengan dakwah mereka dan tidak memperdulikan kalian yang hanya mampu terbang melayang di negeri orang. Apakah kalian bisa terima saat hujjah kalian berbalik menghantam sendi-sendi pertahanan kalian? Dan dengan nada yang semakna pula, Abu Mahfudzh tetap berjalan dengan tulisannya dan tidak memperdulikan kalian yang hanya bisa menuduh, memaki dan mengancam. Sekali lagi semoga kalian bisa menerima ucapan kalian saat harus berbenturan dengan kalian sendiri. Ummat tidak butuh kepada tuduhan, mereka juga tidak butuh kepada makian dan bahkan mereka tidak butuh kepada ancaman, yang ummat butuhkan itu adalah bimbingan yang baik dan benar, penuh kelembutan dan kasih sayang, yang mereka butuhkan sebenarnya adalah hujjah.

“Tim Redaksi Turoby berkata: “Silakan kritik kami dari sisi sastra, tapi jangan kalian tolak kebenaran yang tertera.” Abu Mahfudzh berkata: “Apakah kalian menganggap tulisan-tulisan kalian adalah… "‫" ﺗﻨﺰﻳﻞ ﻣﻦ ﺣﻜﻴﻢ ﺣﻤﻴﺪ‬ Artinya:

“Diturunkan

dari

Dzat

yang

Maha

Bijaksana

K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

lagi

Maha

Terpuji”.

20

… sehingga tak pantas untuk dikritik??? Atau kalian menganggap bahwa tulisan-tulisan kalian lebih sempurna dan lebih berbobot dari Shahih Bukhari dan Shahih Muslim? Tentunya tidak demikian khan? Nah kenapa kalian memberi label itu? Lantas kalaupun apa yang kalian utarakan itu memang benar, lantas apakah kalian bisa menerima bila tulisan-tulisan Abu Mahfudzh atau du’at salafiyyin Indonesia lainnya ? Yakni tulisan-tulisan mereka yang ditulis secara ilmiah yang menjelaskan tentang kesalahan dan penyimpangan kalian, dan membantah tulisan kalian? Ataukah itu hanya berlaku untuk tulisan-tulisan kalian saja dan tidak berlaku bagi selain kalian? Dengan artian bahwa timbangan kalian masih belum berubah, timbangan yang selalu mendua, bersikap tebang-pilih atawa berstandar ganda. Wallahul musta’an. ‫ﻻ ﺣﻮﻝ ﻭﻻ ﻗﻮﺓ ﺇﻻ ﺑﺎﷲ‬

K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

21

PENUTUP Ungkapan terimakasih yang sebesarnya saya ucapkan kepada semua rekan-rekan yang telah turut andil dalam memberikan data dan masukan kepada saya tentang keadaan Turobiyyah, baik yang berada di Indonesia, Yaman secara umum atau bahkan mereka yang berada di Dammaj. Semoga usaha kalian termasuk dalam timbangan kebaikan kalian dan semoga Allah selalu menjaga kita semua untuk selalu berada di atas Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Teriring do’a agar kita bisa bersua dalam kebersamaan karena Allah Ta’ala. Semoga Allah menjaga kita semua dari penyimpangan setelah datangnya petunjuk dan kebenaran.

ُ‫ﺭَﺑﱠﻨَﺎ ﻟَﺎ ﺗُﺰِﻍْ ﻗُﻠُﻮﺑَﻨَﺎ ﺑَﻌْﺪَ ﺇِﺫْ ﻫَﺪَﻳْﺘَﻨَﺎ ﻭَﻫَﺐْ ﻟَﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻟَﺪُﻧْﻚَ ﺭَﺣْﻤَﺔً ﺇِﻧﱠﻚَ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟْﻮَﻫﱠﺎﺏ‬ .‫ﻭﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﺃﲨﻌﲔ‬ ‫ ﺃﺑﻮ ﳏﻔﻮﻅ ﻋﻠﻰ ﺑﻦ ﻋﻤﺮﺍﻥ ﺑﻦ ﻋﻠﻰ ﺁﺩﻡ ﺍﻷﻧﺪﻭﻧﻴﺴﻰ‬:‫ﻛﺘﺒﻪ ﺃﺧﻮﻛﻢ‬ ‫ ﻣﻦ ﺍﳍﺠﺮﺓ ﺍﻟﻨﺒﻮﻳﺔ‬1430 ‫ ﳏﺮﻡ‬22 ‫ﺍﳉﻤﻬﻮﺭ ﻳﺔ ﺍﻟﻴﻤﻨﻴﺔ‬ .‫ﻋﻠﻰ ﺻﺎﺣﺒﻬﺎ ﺃﻓﻀﻞ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ‬ CATATAN: (1) Dia adalah Abu ‘Abdirrahman ‘Utsman dari Semarang yang menikah di Dammaj dengan seorang akhwat asal Batubara – Medan. Hal ini untuk membedakan dengan Abu ‘Abdillah ‘Utsman yang dahulunya juga dari Dammaj, namun kini beliau telah kembali ke Indonesia mengemban Dakwah Salafiyyah bersama du’at salafiyyin Indonesia lainnya.

K e t ik a h u j j a h t a k l a g i m e n j a d i p r io r it a s u t a m a –

Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

22

Related Documents


More Documents from "Fajar Handoko"