Gratis – Silakan disebarkan untuk kalangan Salafiyyin (Untuk kalangan sendiri) Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
1
"
Tirai itu kini telah tersingkap
(3)
"
ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪ ﺍﳌﺮﺳﻠﲔ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﺃﲨﻌﲔ,ﺍﳊﻤﺪ ﷲ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﳌﲔ : ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ A. PENDAHULUAN Jalanan kota kecil itu telah ditelusurinya, hampir setiap sudut dan relung kota itu pun telah dilaluinya pula. Para penduduk yang bermukim di kota itu juga telah mengenalnya dengan sangat baik, bahkan banyak dari mereka yang telah menganggapnya sebagai bagian dari anggota keluarga mereka, semua mengiringi perjalanan hidupnya justru diusianya yang masih sangat belia.1 Baginya, negeri Raja-raja yang kecil nan mungil itu seakan adalah kampung halaman dimana dia terlahir dan dibesarkan. Di tempat mukim barunya itu, tiada terasa canggung lagi, tiada pula keterasingan yang tersisa, bahkan tiada sedikitpun kekhawatiran. Walau irama rentetan peluru dan dentuman bom selalu terdengar oleh telinga, justru menghiasi kehidupan, mewarnai pergolakan antara ummat beragama itu. Kini, setelah waktu berlalu, dan keberadaannya ditempat itu lebih dari dua tahun, negeri Rajaraja menjadi bagian dari sejarah kehidupannya. Selama itu pula dia terus berkelana, di tempat yang berlandaskan tujuan murni dan mulialah akhirnya dia mendarat di sana. Sebuah tekad bulat tertanam dalam dada, membela saudara-saudaranya muslimin yang tertindas oleh kebejatan kaum separatis Republik Maluku Sarani (RMS) Sore itu tepatnya 1 Ramadhan 1421 Hijriyah. Merupakan hari pertama bagi kaum muslimin dalam menyambut datangnya bulan puasa. Semua muslimin bergembira mengharap ampunan dari Dzat yang Maha Pemurah atas dosa dan kesalahan, menanti datangnya satu malam yang
1
Cerita berikut ini bukanlah fiksi melainkan suatu yang nyata, sebuah cerita tentang anak manusia yang bernama: Abu Mahfudzh ‘Ali bin Imron bin ‘Ali Adam Al Andunisy ketika berada di Ambon Manise yang bertugas sebagai anggota Laskar Jihad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (LJAWJ) di usianya yang memasuki tahun ke 17 Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
2
lebih baik dari seribu bulan, guna menghidupkannya, beribadah padanya, serta mengosongkan diri dari kepenatan dunia, demi menggapai kemuliaan dari Allah Ta’ala yang sangat utama. Di sore itu pula, sang Mentari kembali hendak terbenam seperti biasa, menebar pesona keindahan lembayung senja, dengan penuh ketaatannya, dia senantiasa menjalankan perintah Sang Pencipta Alam semesta. Terpancar darinya cahaya senja penuh pesona, sebagai pertanda bahwa dia akan segera sujud di bawah ‘Arsy Ar Rohman yang Maha Pengasih lagi Maha Mulia, sebuah keindahan yang terus menyapa, menawan pandangan mata, puluhan pemuda yang terus menatapnya, dari sebuah Talid di pesisir pantai kepulauan negeri Raja-raja. Masih di sore yang sama, gulungan ombak di kepulauan itu terlihat bagaikan pegunungan mungil, berjejer rapi, saling kejar-mengejar untuk kemudian menghempaskan buihnya di tepian pantai. Para nelayan yang mulai menepikan perahu layarnya menambah keindahan suasana, membawa hasil tangkapan, rona senyum kehidupan nampak dari kejauhan. Sementara anak-anak belia mulai sibuk berlalu-lalang, menghantarkan makanan ke masjid yang telah ramai dipenuhi oleh para pemuda dan orang tua, suasana khas buka bersama di bulan Ramadhan. Sang mentari mulai menghilang seakan menyelam di tengah lautan, debur ombak mulai dahsyat menghantam Talid, sementara gemuruhnya sangat mengusik keheningan suasana senja kala itu. Ternyata bulan Ramadhan tahun itu bertepatan dengan musim badai angin Barat, namun toh semua itu tak dihiraukan oleh puluhan pemuda yang terus berdzikir sembari menanti tenggelamnya matahari.
ﻢﺎﺋ ﺍﻟﺼ ﺃﹶﻓﹾﻄﹶﺮ ﻓﹶﻘﹶﺪ، ﺲﻤ ﺍﻟﺸﺖﺑﻏﹶﺮ ﻭ، ﺎﻨﺎ ﻫ ﻫﻦ ﻣﺎﺭﻬ ﺍﻟﻨﺮﺑﺃﹶﺩ ﻭ، ﺎﻨﺎ ﻫ ﻫﻦﻞﹸ ﻣﻞﹶ ﺍﻟﻠﱠﻴﺇﹺﺫﹶﺍ ﺃﹶﻗﹾﺒ “Apabila malam telah datang dari arah ini (Timur) dan siang talah berlalu dari arah ini pula (barat) serta matahari telah tenggelam maka sungguh telah datang waktu untuk berbuka bagi orang-orang yang berpuasa.2”. Demikianlah makna yang tersurat dari ucapan makhluk termulia Rasulullah Muhammad bin ‘Abdillah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Setelah matahari benar-benar terbenam, para pemuda yang tergabung dalam Forum Komunikasi Ahlussunnah Wal Jama’ah (FKAWJ)3 itu segera meninggalkan tepian pantai dan bergegas menuju markas mereka. Selanjutnya mereka-pun menyampaikan berita ke pusat bahwa telah tiba waktunya - bagi mereka-mereka yang selama seharian penuh menahan nafsu, lapar dan dahaga demi menjalankan perintah agama dan mengharapkan pahala - untuk berbuka puasa.
2
Diriwayatkan oleh Al Bukhary dan Muslim dari Shahabat ‘Umar bin Al Khaththab radliyallahu ‘anhu
3
Namun kini, setelah datangnya nasehat dan petuah para ‘Ulama untuk membubarkan Laskar Jihad dikarenakan kesalahan dan penyimpangan yang dilakukan oleh forum itu, maka saya pribadi menyatakan taubat serta berlepas diri dari kesalahan semasa Laskar Jihad dulu, semoga Allah mengampuni kita semua, para mantan laskar jihad yang telah bertaubat. Dan semoga mereka-mereka yang telah meninggal dalam perjuangan semasa kelaskaran dulu, mendapatkan pahala dan ganjaran mulia di sisi Allah Ta’ala. Amiin, ya Rabb. Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
3
Seiring berlangsungnya pergerakan Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama’ah (LJAWJ) di area konflik negeri raja-raja yang berlatar belakang Suku, Agama dan Ras itu (SARA). Ternyata nun jauh di sana, di kerajaan Saudi Arabia, para pemimpin ummat ini senantiasa mendapatkan laporan perkembangan terkini tentang pergerakan LJAWJ. Tak terkecuali penyimpangan dan penyelewengan sang panglima dari jalan yang benar juga sampai kepada mereka. Kesalahankesalahan FKAWJ secara umum juga ditulis, kesan seakan memaksakan diri dalam meneruskan perjuangan Jihad dan kekhilafan individu anggota Laskar Jihad (LJ) juga turut dirinci. Dengan satu harapan, semua kembali mengintrospeksi diri, menyesuaikan amalan dengan tuntunan syari’at yang suci, dengan bimbingan para pewaris Nabi. Saat perseteruan antar sesama saudara mencapai titik akhir batas kesabaran manusiawi, iri dan dengki telah menempati posisi setrategi, dendam kesumat tersulut membakar semangat buta, cacian dan celaan turut andil dalam memperkeruh suasana. Keadaan yang memilukan itu masih diperparah lagi oleh tingkah bapaknya para pelaku kesesatan Iblis la’natullah ‘alaihi yang telah mengambil alih bendera persatuan dan menggantinya dengan permusuhan. Ooh, lelah begitu diri… sementara letih menghiasi sanubari… dan entah apalagi…. Semua bersatu memenuhi kekosongan hati, menambah kebencian dan melupakan keadilan ini, semua terkulai lemas sembari, bersabar menanti sejuknya siraman kehidupan dari para pemimpin ummat ini. Di saat keadaan seperti itu keluarlah sebuah nasehat yang sejuk membelai, dari hembusan angin sepoi-sepoi, lebih segar dari mata air yang terburai, lebih terang dari cahaya bulan di kala purnama membuai. Nasehat yang sangat tulus dari seorang ayahanda, teruntuk semua anakanaknya tercinta, dari seorang guru pengasih kepada semua murid tersayang, dari seorang salafy untuk salafiyyin lainnya. Nasehat yang membawa kehidupan bagi jiwa dan raga, yang menjadi penerang bagai pelita dalam gulita, nasehat dari seorang ‘alim Syaikh Rabi’ Al Madkhali yang kami cinta, untuk membubarkan pergerakan Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama’ah (LJAWJ) yang telah terlumur dosa, kesalahan dan penyimpangan dari arahan agama.
ﻦﹺﻴﺗﺮ ﻣﺪﺍﺣﺮﹴ ﻭﺤ ﺟﻦ ﻣﻦﻣﺆﻍﹸ ﺍﻟﹾﻤﻠﹾﺪﻻﹶ ﻳ “Tidaklah pantas seorang Mukmin digigit dalam satu lubang yang sama terulang lagi sampai dua kali”4, demikian yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kepada ummatnya yang cerdik pandai, yang mau berfikir dengan lurus, berjalan searah dengan Al Kitab dan As Sunnah. Namun bagi mereka-mereka yang mengabaikan serta tidak mau mengambil pelajaran, dari tuntunan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam yang menjadi kunci kesuksesan, maka mereka harus siap untuk digigit, terjerembab, terjatuh dan terjatuh lagi dalam satu kesalahan, atau mungkin lebih dari tiga kali, lima kali atau bahkan hingga berpuluh kali berkelanjutan. .
ﻻ ﺣﻮﻝ ﻭﻻ ﻗﻮﺓ ﺇﻻ ﺑﺎﷲ ﺍﻟﻌﻠﻰ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ 4
Diriwayatkan oleh Al Bukhary dan Muslim dalam Shahih keduanya, dari shahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
4
Yang sangat disesalkan dari keadaan di atas adalah bahwa sikap gegabah ini (membiarkan dirinya digigit dalam satu lubang yang sama dan terulang lagi sampai dua kali), justru dilakukan oleh “sebagian orang” yang dahulunya mereka ikut berjihad membela saudara-saudara mereka yang ditindas oleh kaum kafir di beberapa wilayah konflik agama di Indonesia, yang ketika itu mereka tergabung dalam Laskar Jihad (LJ). Yakni setelah datang nasehat dari syaikh Rabi’ hafidzhohullah menjelaskan kebobrokan Laskar Jihad, lantas mereka menyatakan bertaubat. Namun kini mereka turun kembali “berjihad”, tapi bukan untuk membantu saudara-saudara mereka yang tertindas oleh kaum kafir seperti dahulu saat mereka tergabung dalam FKAWJ. Melainkan sebaliknya “jihad” yang sedang mereka kobarkan saat ini adalah untuk menggoncang keutuhan ukhuwwah Salafiyyah Indonesia yang telah dipersatukan oleh ALLAH dengan rahmatNya kemudian melalui Syaikh Robi’ hafidzhohullah dalam nasehatnya yang sangat berharga itu. Mereka-mereka para mantan LJ yang gegabah itu kini dalam “jihadnya” untuk menggoncang ukhuwwah Salafiyyin di Indonesia bergabung dengan Dinasti Turobiyyah (DT), di bawah komando sang Panglima Tertinggi Turobiyyah (PTT), panjenenganipun Abu Turob Saif Al Hadi Bin Khadhir Al Jawi. Sebuah Dinasti yang telah terbentuk di Dammaj sebelum “para mantan Laskar Jihad yang gegabah itu” tiba di Dammaj, Yaman. Saya katakan demikian dengan alasan bahwa orang-orang yang mau jujur ketika menilai keadaan masing-masing kita, saat dahulu bergabung dalam LJ terutama di akhir masa perjuangannya, mereka akan mendapatkan banyak penyimpangan dalam tubuh LJ. Keadaan seperti ini tentunya mendorong seseorang yang pikirannya masih sejalan dengan kebenaran untuk lebih teliti, berhati-hati saat hendak bergabung dengan suatu pergerakan atau suatu kelompok apapun labelnya, yang bakal menyangkut nasib di Akhirat. Setelah melihat keadaan mereka-mereka para mantan laskar yang gegabah itu yang kini bergabung ria dengan Dinasti Turobiyyah, secara membabi-buta dan tanpa melihat arah pergerakan mereka, bahkan mereka merasa sedang berjihad ! (simak di pembahasan Abu Fairuz pada artikel ini) Demi melihat kejanggalan itu, muncullah dalam benak saya suatu tekad untuk menyusun tulisan yang berjudul “Tirai itu kini telah tersingkap”, lanjutan dari dua sesi sebelumnya. Tentunya semua yang saya lakukan itu adalah untuk menjelaskan keadaan mereka yang sebenarnya kepada Salafiyyin Indonesia. Pada sesi pertama yang merupakan muqaddimah bagi tulisan “Tirai itu kini telah tersingkap”, sedikit telah saya jelaskan keadaan salah seorang petinggi Turoby yang tak lain adalah saudaraku Al Ustadz Al Muadzin Abu Hazim Muhsin Bin Muhammad Bashori dan beberapa kekhilafannya. Sebenarnya beliau hanya dijadikan pion oleh Turobiyyun untuk menggoncang ukhuwwah Salafiyyin Indonesia, namun usahanya menuai kegagalan dan tidak membawa hasil. Bahkan sebaliknya dia justru mencelakakan dirinya sendiri dengan usaha yang dilakukannya itu, bagai pepatah yang berbunyi: “Barangsiapa menggali lubang untuk menjebak saudaranya sendiri, maka dialah yang akan terjerembab ke dalam lubang yang digalinya itu”. Sementara pada sesi kedua dari tulisan “Tirai itu kini telah tersingkap”, saya telah menjelaskan kesalahan dan penyimpangan Turobiyyun secara umum. walaupun ternyata masih ada beberapa bab yang belum saya masukan seperti “Turobiyyah dan sikap gegabah” atau ‘Mangsa-mangsa Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
5
Turobiyyah” dan juga “Turobiyyah antara Ilmu dan Amal”, dan yang lainnya. Semoga Allah memudahkan saya untuk menyelesaikannya. Namun bagi mereka-mereka yang cerdik pandai, bijaksana, memiliki kelurusan dalam berfikir, mencari Al Haq dihiasi ikhlas dan jujur, serta memiliki fithrah yang masih suci yang sesuai dengan Al Haq, maka sesi kedua itu sudah cukup sebagai bekal untuk menilai keadaan mereka dan berhati-hati dari mereka.
ﻭﻓﻖ ﺍﷲ ﺍﳉﻤﻴﻊ ﳌﺎ ﳛﺒﻪ ﺍﷲ ﻭﻳﺮﺿﺎﻩ
B Nama- nama petinggi Turobiyyin Setelah sesi pertama dan kedua terbit, maka saat ini tiba waktunya bagi saya untuk menerbitkan sesi ketiga dengan menjelaskan siapa saja sebenarnya mereka-mereka yang sedang “berjihad” yang tergabung dalam pergerakan Dinasti Turobiyyah. Tentunya, tujuan saya, supaya kita dan semua pembaca yang bijak mengetahui keadaan mereka, berhati-hati dari mereka dan tidak tertipu dengan keadaan mereka yang seakan dekat dengan para ulama itu. Namun kenyataan di lapangan bagai pepatah mengatakan: “Jauh panggang dari api” maka saya katakan: Inilah nama-nama Turobiyyin yang sedang “berjuang” menggoncang keutuhan dakwah salafiyyah, du’at serta mad’u, menggoyang Salafiyyin Indonesia. Sesungguhnya setelah pembubaran Laskar Jihad mereka salafiyyin Indonesia telah kembali dipersatukan oleh ALLAH Ta’ala dengan rahmat dan karunia-Nya, lantas dengan adanya nasehat yang diberikan oleh Asy Syaikh Robi’ Bin Hadi Al Madkhali Hafidzhohullah dan juga usaha para ‘Ulama yang lainnya.
1. ABU TUROB SAIF AL HADI BIN KHADHIR AL JAWI Sebagaimana telah saya kemukakan pada sesi kedua bahwa pria ini adalah pendiri Dinasti Turobiyyah, dialah yang langsung memimpin Dinasti Turobiyyah yang didirikannya itu. Diawal abad 14 Hijriyyah, bersama sang permaisuri tercinta, dia tinggalkan kampung halamannya negeri Indonesia yang merupakan tanah tumpah darahnya, dia melakukan rihlah ke Dammaj, Yaman, guna mendalami ilmu Agama Islam. Sesampainya di Dammaj ternyata dia mendapati para siswa Indonesia yang telah banyak yang mendahuluinya tiba di tempat yang diberkahi itu (Insya Allah). Ternyata di awal kedatanganya dia telah mulai menyusun strateginya. Waktupun terus berlalu, beberapa tahun setelah kedatangannya, tepatnya setelah para seniornya Abu Turob mudik ke Indonesia, diapun mulai leluasa melancarkan serangan-serangannya kepada santri asal Indonesia yang datang setelahnya. Tak pelak lagi dia memiliki banyak pengikut dan semua bersatu menjalankan perintah sang ketua, maka hampir setiap anak Indonesia yang baru tiba di Dammaj di interogasi, "Kamu dari mana?" atau "Siapa nama ustadz kamu?". Kedua pertanyaan itu merupakan jembatan untuk sampai pada pertanyaan puncak yaitu; "Apa nama Yayasan pondok kamu ?" Yah, itu dulu, saat Abu Turob masih memiliki nama yang lumayan harum di kalangan pengikutnya, ketika itu mereka masih bersatu. Saat itu mereka masih memiliki kekuatan untuk melancarkan serangan-serangan mereka atas para santri yang baru datang. Waktu itu belum ada serangan balasan dari para pecinta dakwah Salafiyyah, waktu itu kebobrokan Abu Turob dkk belum tercium oleh kalangan manusia yang shalih lainnya. Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
6
Namun kini ketika para pecinta dakwah Salafiyyah, para pembela du’at Salafiyyin Indonesia mulai bangkit membela agama dan pengemban dakwah Salafiyyah di negeri mereka. Abu Turob mulai kewalahan, namanya kian hancur, popularitasnya menurun dengan sangat drastis, barang dagangannya tidak laku lagi dan hampir basi. Semua itu sebagai akibat dari ulahnya yang sangat gegabah, tergesa-gesa dalam memutuskan satu permasalahan, mungkin hal itu terjadi disebabkan dia tidak perhatian atas faidah-faidah yang disampaikan oleh Syaikh Yahya saat pelajaran umum dimulai, ya, Abu Turob nampak sibuk terus dengan laptopnya. “Hah ??? Loh koq bisa demikian Mas Abu Turob ???” Jawabannya adalah ‘memang demikian’, saat pelajaran umum dimulai dia sibuk membuka laptopnya, mencari ini dan itu sehingga tidak perhatian dengan pelajaran yang tengah disampaikan. Bahkan tak jarang dia membuka dan mencari kitab ini dan itu walau tanpa diminta oleh Syaikh Yahya, semua itu menyibukkannya dari pelajaran inti yang berakibat sangat fatal seperti yang tengah dialaminya saat ini. Sehingga efeknya Abu Turob menjadi tidak memiliki kemapanan ilmu, tidak mampu memutuskan suatu masalah dengan ilmiyyah yang bersumber dari Al Kitab dan As Sunnah As Shohihah yang sesuai dengan pemahaman para Salaful Ummah. Sementara keberadaan dia di Dammaj telah lebih dari delapan tahun lamanya. Dengan keadaannya yang demkian memprihatinkan itu, dia justru memutar roda, mengatur strategi, mengerahkan pasukan, menyiapkan bala-bantuan guna menyerang du’at dan dakwah Salafiyyah di Indonesia yang langsung berada di bawah bimbingan para pemimpin ummat ini dari kalangan ‘Ulama Rabbani, baik ‘Ulama yang berada di Saudi Arabia atau yang berada di Yaman. Lihatlah gambar 1, dicetaknya buku-buku yang direstui, dimuroja’ah dengan Abu Turob, jelas sebagai salah satu upaya untuk menaikkan citra sang ketua Turobi, Abu Turob Saif Al-Jawi AlIndonesy. Tak masalah kerjasama dengan CV Raya Agung yang juga memiliki struktur kepengurusan seperti Yayasan, melanggar prinsip demi membela prinsip !
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
7
Gambar 1. Scan buku “Mendobrak Kesepakatan Yang Bertujuan Membungkam Kebenaran”, yang diterbitkan RA Media. Tampak sebagai tata letak, Fuad Hasan ibn Mukiyi dan desain cover Aboo Ayyoob, sedangkan distributor Ahmad Hasan bin Mukiyi. 5 Lihatlah gambar 1, tampak Hasan sekeluarga selalu kompak mengawal paham Turobiyyah, kini ditemani Aboo Ayyoob, siapakah si Aboo Ayyoob majhul itu ? Demi melihat keadaan yang sedemikian parahnya pada diri sang ketua, maka anak buahnya yang masih senantiasa taat dan selalu tunduk dengan perkataannya, terus mencari cara untuk mengangkat kembali kedudukan sang ketua yang telah jatuh di mata Salafiyyin Indonesia. Bahkan di Dammaj sendiri, dia dikenal di kalangan para santri Indonesia -- yang anti Turobi -- sebagai pendusta. Maka mereka mengerahkan segala daya dan upaya untuk mengokohkan kembali kepribadian sang Ketua (yang pada kenyataannya di mata sebagian 5
Diarsipkan di http://img18.imageshack.us/img18/8665/mendobrak.jpg Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
8
pengikutnya sendiri, telah mengalami kemerosotan yang sangat jauh), temukan pada tulisan-tulisan Turobiyyin seperti:
maka mulailah kita
1. Pada tulisan dengan judul “Menebar Fitnah membela Hizbiyyah” yang disusun oleh salah seorang Turoby Kuh (tulen) di sana disebutkan kata: “Muroja’ah” (tulisan ini telah diteliti oleh) Abu Turob Saif Al Hadi Bin Khadhir Al Jawi. 2. Pada tulisan dengan judul “Menepis tuduhan keji...”, sebuah tulisan dalam bahasa Arab kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh dua orang mantan Laskar Jihad dan kini bergabung dengan Dinasti Turobiyyah bernama Saudara ‘Ustman dari Semarang dan saudara Mushlih dari Magetan. Di sana juga disebutkan kata: “Isyraf” (terjemahan ini dibawah bimbingan) Abu Turob Saif Al Hadi Bin Khadhir Al Jawi 3. Pada tulisan yang berjudul: “Menggulung Jaringan Sindikat…” yang disusun oleh Abu Sholih Dzakwan Al Medany tertulis: “Dengan Muroja'ah:” (penelitian ulang) Abu Turob Saif Al Jawy Al Indonesy ghofarallohu lahu wa liwalidaihi4. Dalam buku yang berjudul: “Konspirasi & Makar” yang ditulis oleh: Abu Zakariya Irham Bin Ahmad Al Jawi. Tertulis di sampul buku: “Muroja’ah” (diperiksa ulang oleh) Abu Turob Saif bin Khodhir Al Jawi Semua itu hanyalah upaya untuk mengangkat kembali nama Sang Ketua yang telah pudar di mata Salafiyyin Indonesia, namun sayangnya para mangsa Turoby itu tetap saja mengira bahwa usaha mereka akan mampu membuahkan hasil yang memukau pandangan mata, yang menurut mereka adalah senjata mutakhir untuk kembali melancarkan serangan-serangan terbaru pula. Padahal sebenarnya dalam segi keilmuan Sang Ketua tak lebih menakjubkan dari sekedar fatamorgana air di tengah Padang Sahara.
(39 :ﺌﹰﺎ )ﺍﻟﻨﻮﺭﻴ ﺷﻩﺠﹺﺪ ﻳ ﻟﹶﻢﺎﺀَﻩﻰ ﺇﹺﺫﹶﺍ ﺟﺘﺎﺀً ﺣﺂَﻥﹸ ﻣ ﺍﻟﻈﱠﻤﻪﺒﺴﺤ ﻳﺔﻴﻌﺍﺏﹴ ﺑﹺﻘﺮﻛﹶﺴ Artinya: “Bagai fatamorgana di padang Sahara, orang-orang yang haus lagi dahaga menyangkanya air tetapi ketika telah dihampirinya bayangan air itu dia tidak menjumpai apapun.” (An Nuur: 39) Demikianlah gambaran tentang keilmuan yang dimiliki oleh Sang Ketua yang hampir sepuluh tahun lamanya dia menimba ilmu agama di Dammaj, namun hanya bagai fatamorgana di padang Sahara. Fatamorgana yang tak dapat menghilangkan rasa lapar dan tak mampu pula menghilangkan rasa dahaga, justru hanya menambah kesedihan dan kepedihan manakala menyadari saat telah dihampiri dengan segenap asa dan harapan ternyata tak lebih dari sekedar bayang-bayang belaka. Apakah setelah ini kita berbangga dengan orang yang keadaannya seperti ini??? Apakah lantas kita hendak bergabung ria dalam barisannya untuk menggoncang Ukhuwwah antara du’at dan mad’u Salafiyyin Indonesia??? Apakah kita akan bersatu dengannya untuk menggoncang dakwah Salafiyyah di Indonesia yang langsung dipimpin oleh para ‘ulama rabbani zaman ini baik yang berada di Saudi ‘Arabia ataupun di Yaman??? Apakah kita lantas mengabaikan Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
9
nasehat dan petuah para ulama rabbani yang mereka itu adalah “Pelita dalam Gulita”, hanya karena pemikiran dan kehendak sang Ketua??? Apakah…??? Apakah…??? Dan apakah…??? Bagi mereka yang bijak, cerdik lagi pandai, yang memiliki keselarasan antara pikiran yang sehat dan positif dengan Al-Haq, memiliki fithrah yang suci dan belum terkotori oleh noda serta menginginkan Al Haq, dengan timbangan Al Kitab dan Sunnah Ash-Shahihah, mereka akan menyuarakan jawaban yang mapan : “Tidak!”. Kita tidak akan mengorbankan : “Dakwah Salafiyyah”, “Persaudaraan Salafy”, “du’at dan mad’u Salafiyyin”, serta “Nasehat-nasehat Ulama Salaf”, hanya demi mereka-mereka Turobiyyin. Namun bagi mereka yang telah membela sang Ketua dengan pembelaan yang membabi-buta maka mereka tidak mendapatkan jawaban lain kecuali hanya: “Dia itu adalah pria yang bijaksana, kita harus berjuang bersamanya, Dia itu dikenal oleh Syaikh. Dia itu memiliki keutamaaan. Dia itu begini. Dia itu begitu. Dia itu dan dia itu… dst. Untuk mengetahui lebih lanjut siapa sebenarnya sang Ketua dan bagaimana sepak-terjangnya, maka mari kita simak beberapa ucapan dan perbuatan yang dilakukan atau disetujui oleh sang Ketua, yang semua itu akan menunjukkan kepada kita sejauh mana ilmu yang didapatinya. Saya mengharapkan agar para pembaca sekalian benar-benar mengetahui keadaannya, serta agar kita tidak sekedar omong kosong, berbicara namun tanpa bukti. 1- Di rumahnya yang sederhana itu, sang Permaisuri tercinta memberikan pelajaran untuk akhwat-akhwat yang datang ke rumahnya, tak jarang saat pelajaran telah dimulai oleh sang Permaisuri. Ternyata si Abu Turob ini berada di ruangan (kamar) yang hanya bersebelahan saja, dengan ruang belajar para akhwat, padahal rumahnya amat sempit. Perlu diketahui bahwa para akhwat yang datang itu tidak diantarkan atau disertai oleh mahram mereka. Apakah dalam keadaan seperti ini sang Ketua merasa aman dari fitnah wanita yang tiada henti mengunjungi rumahnya ? Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ﻯﺪﻌ ﺑﻛﹾﺖﺮﺎ ﺗ ﻣ: ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﹶﺎﻝﹶﺒﹺﻰﻦﹺ ﺍﻟﻨ ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻋﺪﻳﻦﹺ ﺯﺔﹶ ﺑﺎﻣ ﺃﹸﺳﻦﻋ
(ﺎﺀِ ) ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺳﺎﻣﺔ ﺑﻦ ﺯﻳﺪﺴ ﺍﻟﻨﻦﺎﻝﹺ ﻣﺟﻠﹶﻰ ﺍﻟﺮ ﻋﺮﺔﹰ ﺃﹶﺿﻨﺘﻓ
Artinya: Dari Usamah bin Zaid radlyiallahu ‘anhuma dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam berkata: “Tidaklah aku tinggalkan suatu fitnah sepeninggalku nanti yang terasa sangat berat bagi pria dari pada fitnahnya wanita.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid) Dalam hadits lainnya beliau juga bersabda:
ﺎﺀِ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻣﻦﺴﻰ ﺍﻟﻨ ﻓﺖﻴﻞﹶ ﻛﹶﺎﻧﺍﺋﺮﻨﹺﻰ ﺇﹺﺳ ﺑﺔﻨﺘﻝﹶ ﻓﺎﺀَ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﺃﹶﻭﺴﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﻨﺍﺗﺎ ﻭﻴﻧﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﺪﻓﹶﺎﺗ (ﺣﺪﻳﺚ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﳋﺪﺭﻱ Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
10
Artinya: “Maka berhati-hatilah kalian dari fitnah dunia dan berhati-hatilah kalian dari fitnah wanita karena sesungguhnya awal petaka yang melanda Bani Israil adalah disebabkan fitnah wanita (Diriwayatkan oleh Muslim dari shahabat Abu Sa’id Al Khudry) Bukankah wanita merupakan fitnah terbesar? Wanita memang kurang akalnya, kurang pula agamanya, namun mampu menggoyahkan kekokohan seorang pria setangguh apapun keimanannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
)ﺭﻭﺍﻩ
ﺍﻛﹸﻦﺪ ﺇﹺﺣﻦﺎﺯﹺﻡﹺ ﻣﻞﹺ ﺍﻟﹾﺤﺟ ﺍﻟﺮﻠﹸﺐ ﻟﺐﻳﻦﹴ ﺃﹶﺫﹾﻫﺩﻘﹾﻞﹴ ﻭ ﻋﺎﺕﺼﺎﻗ ﻧﻦ ﻣﺖﺃﹶﻳﺎ ﺭﻣ
(ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﳋﺪﺭﻱ
Artinya: “Saya tidak mengetahui adanya orang yang kurang akal dan agamanya namun mampu menggoyahkan pertahanan pria yang kokoh agamanya melainkan hanya kalian (kaum wanita).” (HR Bukhari dari shahabat Abi Sa’id Al Khudri) Apa yang akan dilakukan oleh sang Ketua di hadapan hadits-hadits ini ? Apakah dia masih tetap bersikeras menyatakan bahwa aman dari fitnah ? Bukankah suara-suara merdu mereka seringkali (bukan lagi sesekali) terdengar di telinga dan terngiang dalam kesendirian yang diperindah oleh tipuan syaithon ? Apakah Abu Turob merasa aman dari mereka para wanita yang berasal dari negeri berbeda-beda yang hilir mudik di rumahnya dalam keadaan tanpa mahrom, sementara dia berada di dalam rumahnya yang sempit itu ? Kalau Abu Turob merasa dirinya aman dari itu semua maka Imamnya Tabi’in, Sa’id bin Musayyib tidak merasa aman, walau wanita itu seorang budak lagi berkulit hitam. Beliau berkata (yang artinya) : “Kalau seandainya mereka menitipkan kepadaku harta seberapapun banyaknya, maka aku akan mendapatkan diriku sebagai seorang yang amanah. Namun bila mereka menitipkan kepadaku seorang budak wanita, walaupun berkulit hitam, maka aku tidak akan mampu mengemban titipan tersebut.” Anggaplah saudara Abu Turob merasa aman dari fitnah para wanita yang hilir mudik ke rumahnya itu, namun apakah mereka para wanita itu juga bisa merasa aman dari fitnah yang akan menerpa mereka karena sering mendengar batuk dan deheman sang ketua ? Sang ketua yang bukan orang ‘sembarangan’, berasal dari Indonesia yang paling dipercaya oleh Syaikh Yahya dan juga sebagai seorang muadzin pilihan beliau ? Perlu diketahui bahwa ada perbedaan yang sangat besar antara berpapasannya pria dan wanita di sebuah jalan, yang keduanya sama-sama menutup aurat dan menjaga pandangan mata. Jauh berbeda dengan keadaan saat berada di dalam ruangan walaupun bersebelahan, seperti kenyataan saudara Abu Turob dan para santriwati istrinya. Bukankah baru-baru ini saat ada pertanyaan dari Indonesia seputar keberadaan pondok wanita Tarbiyatun Nisa’ (TN), syaikh Yahya berpendapat bahwa: “Berkumpulnya sejumlah wanita dengan pengajar wanita pula dalam tempat tertentu untuk belajar Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
11
agama ini adalah muhdatsah?”. Sudahkah mereka merealisasikan fatwa tersebut ? Atau mungkinkah sang Ketua dan permaisurinya tidak memahami fatwa ini ? Atau fatwa-fatwa Syaikh Yahya yang kalian ambil hanyalah yang bersesuaian dengan misi kalian saja untuk menggoncang dakwah Salafiyyah, ukhuwwah Salafiyyah, da’i dan mad’u salafiyyin Indonesia ? Abu Turob selalu teriak-teriak untuk membubarkan TN, namun ternyata dia mendengarkan suara-suara merdu para wanita yang tiada henti mengunjungi rumahnya. Wallahul musta’an. Mungkin ada yang bertanya, darimanakah anda wahai Aba Mahfudzh mengetahui hal ini ? Maka jawabannya kita kembalikan kepada kaidah yang berlaku di kalangan Turobiyyah yaitu: terima mentah-mentah khobar tsiqah. Sementara khobar tsiqoh ini telah mutawatir di kalangan anti Turobi yang berada di Dammaj. Dan anggota Turobiyyah jika mereka mau jujur, juga akan membenarkan serta mengiyakan apa yang tergores dalam lembaran ini. Namun sayangnya Turobiyyah lebih mengutamakan kekokohan kelompoknya dengan dibalut persaksian palsu dan kedustaan. 2- Memvonis orang yang melakukan pengecekan berita hingga sampai pada sumber berita tersebut sebagai seorang yang berpemikiran Mu’tazilah Wahai saudara yang mulia Abu Turob, siapakah yang mendahului saudara mengeluarkan kalimat sesat itu? Siapakah dari ‘ulama Salaf yang mendahului saudara ? Tolong sebutkan beserta teks ucapan mereka. Supaya para pembaca mengetahuinya. Ataukah saudara membuat kaidah tersendiri ? Untuk lebih jelasnya maka silahkan para pembaca sekalian memahami dan mencermati kalima-kalimat berikut ini. Abu Mahfudzh dalam “Tirai itu kini telah tersingkap” edisi kedua berkata : “Lumrah saja, bila seseorang mengusut suatu berita yang dia terima sampai kepada sumbernya, untuk mengetahui apakah berita itu benar atau salah, atau telah terjadi penambahan dan pengurangan pada berita itu, demi meminimalisir akibat buruk yang muncul setelah itu. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah kepada Nabi -Nya Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang yang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kalian menyesal atas perbuatan itu." (Al Hujuraat: 6) Memang dalam kaidah yang kita terapkan adalah; berita yang dibawa oleh orang yang terpercaya itu adalah diterima, namun bukan berarti saat kita meneliti berita yang dibawa oleh orang-orang yang terpercaya (tsiqah), lantas kita menuduh bahwa dia itu fasiq. Ini adalah pemahaman yang sangat jauh menyimpang dari kebenaran. Namun anehnya Turobiyyun justru mengambil pemahaman yang salah ini, sehingga salah seorang dari mereka menyatakan: "Bila saya meneliti berita yang dibawa oleh orang yang saya percayai, itu artinya (lazimnya) saya menuduh orang itu fasiq", yang lain menyatakan : "Barangsiapa menolak berita yang dibawa oleh orang yang Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
12
terpercaya, berarti (lazimnya) dia telah menuduh si pembawa berita sebagai pendusta, dan barangsiapa meneliti berita yang dibawa oleh orang yang terpercaya berarti (lazimnya) dia telah menuduh si pembawa berita itu fasiq" …..Ya Subhanallah….. Dari siapa mereka mengambil pemahaman seperti ini? Lupakah mereka dengan kisah Dzul Yadain saat dia menegur Rasulullah ketika beliau lupa dalam salah satu sholatnya, maka beliau berkata kepada yang hadir saat itu:
) 97/537 : ﻭﻣﺴﻠﻢ482 :ﺃﻛﻤﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﺫﻭ ﺍﻟﻴﺪﻳﻦ؟ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ Artinya: "Apakah seperti yang dikatakan oleh Dzul Yadain? (diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari: 482 dan Al Imam Muslim: 537/97) Siapa dari kalian yang berani menyatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam saat bertanya kepada para Shahabat tentang ucapan Dzul Yadain berarti beliau menganggap bahwa Dzul Yadain itu fasiq? Atau lupakah mereka dengan perkataan 'Umar Bin Al Khattab kepada Abu Musa Al Asy'ari saat beliau meriwayatkan suatu hadits tentang adab bertamu:
) 33/2153 : ﻭ ﻣﺴﻠﻢ6245 :ﻟﺘﺠﻴﺌﻦ ﺑﺒﻴﻨﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺬﻱ ﺗﻘﻮﻝ ﻭﺇﻻ ﺃﻭﺟﻌﺘﻚ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﻠﺮﻯ Artinya: "Engkau datangkan bukti atas apa yang engkau katakan kalau tidak maka Aku akan menghukum kamu." (diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari: 6245 dan Al Imam Muslim: 2153/33) Apakah Turobiyyun berani menyatakan bahwa 'Umar Bin Al Khattab menuduh Abu Musa Al Asy'ari fasiq? Atau lupakah mereka dengan kisah 'Umar bin Al Khattab yang terjadi di masa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam saat tersebar berita bahwa beliau menceraikan semua istrinya. 'Umar mendapatkan berita itu dari seorang Sahabat Anshor, maka 'Umar mendatangi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata:
) ﺭﻭﺍﻩ. ﻓﻘﻠﺖ ﺍﷲ ﺃﻛﱪ.ﰒ ﺩﺧﻠﺖ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﻠﺖ ﻭﺃﻧﺎ ﻗﺎﺋﻢ ﺃﻃﻠﻘﺖ ﻧﺴﺎﺀﻙ؟ ﻗﺎﻝ ﻻ ) 1479: ﻭ ﻣﺴﻠﻢ89 :ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ Artinya: "Kemudian Aku menemui Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan Ku tanyakan kepada beliau dalam keadaan aku masih berdiri: "Apakah engkau menceraikan semua istrimu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: "Tidak", selanjutnya aku berkata: "Allahu Akbar." (diriwayatkan oleh Al Bukhari: 89 dan Muslim: 1479) Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang menunjukkan bolehnya kita meneliti berita yang dibawa oleh orang yang terpercaya dan itu bukan berarti (lazimnya) kita menganggap bahwa orang itu adalah fasiq. Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
13
Wahai saudara-saudaraku yang masih terkungkung dalam kegelapan Tirai Turobiyyah, tidakkah kalian malu, saat ini kalian hidup dalam lingkungan ilmu, di sekeliling para 'Ulama, bila kalian tidak tahu kenapa kalian tidak bertanya kepada para 'Ulama di sekitar kalian? Atau mungkin kalian saat ini masih tidak menyadari bahwa sebenarnya kalian itu tidak tahu??? Selesai dinukil dari” Tirai Itu Kini Telah tesingkap” edisi kedua.
Gambar 2. Scan buku “Menggulung Jaringan Sindikat, Membongkar Makar Pengkhianat Abdurrohman Al-‘Adeny”, ditulis bang Dzakwan yang diterbitkan RA Media. Tampak Editor Fuad Hasan bin Mukiyi 6 Kemudian Sang Ketua mengomentari apa yang telah ditulis oleh Abu Mahfudzh ini dengan ucapan, tuduhan serta kedustaannya berbunyi: “Ini pula yang dipropagandakan oleh orang bertopeng yang berkunyah Abu Mahfudh atau dalangnya dengan bukti bahwa setiap kali terjepit dalam permasalahan yang telah nyata dan bukan rahasia lagi langsung dimentahkan dengan syiar tatsabbut. Bahkan 6
Diarsipkan di http://img10.imageshack.us/img10/7946/menggulung.jpg Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
14
sampaipun yang bersaksi adalah orang yang langsung bersinggungan dengannya tetap dituntut untuk tatsabbut. Rupanya sebagian pemikiran Washil bin 'Atho telah bercokol di benak mereka. Dan lebih menggelikan lagi adalah apa yang dilolongkan di "Tirai Butut" nya untuk menghantam lawannya tak satupun yang dikonfirmasikannya dengan pihak lawannya tersebut (catatan Abu Turob).” Lihat jaringan Sindikatnya Dzakwan halaman: 19 pada catatan kaki no 14. Sepertinya saya perlu menambahkan beberapa catatan untuk lebih memperjelas kesesatan dari ucapan yang telah ditorehkan oleh saudara Abu Turob dalam catatan kaki yang dimuat dalam “Jaringan Sindikatnya” Bang Dzakwan Medan
Tampak dengan sangat jelas pada tulisan Abu Mahfudzh di atas bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengecek kebenaran ucapan seorang shahabat mulia yang bergelar Dzul Yadain, lantas apakah lazim dari perbuatan beliau itu ada anggapan bahwa Dzul Yadain adalah fasiq ? Wahai saudaraku Abu Turob, bukankah kita berkeyakinan bahwa para shahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam semuanya terpercaya. Lantas apa yang menyebabkan saudara berkacak pinggang atas uraian Abu Mahfudzh seputar pengecekan berita ala Turobiyyah? Wahai saudara Abu Turob, apakah kini saudara juga akan berkata bahwa sebagian pemikiran Washil bin ‘Atho’ Al Mu’tazily bercokol di benak Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam hanya karena beliau mengecek kebenaran dari ucapan Dzul Yadain??? Sungguh sangat memilukan apa yang telah engkau utarakan dalam catatan kaki yang ditorehkan pada Jaringan Sindikatnya Bang Dzakwan
Tampak pula pada tulisan Abu Mahfudzh bahwa ‘Umar bin Khaththab mengecek lebih jauh lagi berita yang dibawa oleh dua shahabat mulia bernama Abu Musa Al ‘Asy‘ary dan Al Anshory. Apakah saudara Abu Turob berani menyatakan bahwa Abu Musa dan Al Anshori adalah fasiq hanya karena ‘Umar mengecek berita yang datang dari mereka? Bukankah inti dari ketiga hadits yang dibawakan oleh Abu Mahfudzh di atas adalah untuk menunjukkan bahwa pengecekan berita itu merupakan perkara yang sangat penting dan bagus bila dilakukan ? Dan bukan berarti (lazim) dari itu adalah menolak berita yang dibawa oleh seorang yang terpercaya. Kini beranikah saudara kita yang mulia yang menyandang kunyah Abu Turob dan bernama Saif Al Hadi bin Khadhir Al Jawi menyatakan bahwa: “Sebagian pemikiran Washil bin ‘Atho’ bercokol di benak ‘Umar bin Khaththab radliyallahu ‘anhu, hanya karena mengecek berita dari dua shahabat yang mulia ??? Sungguh sangat memilukan apa yang telah engkau utarakan dalam catatan kaki yang ditorehkan pada Jaringan Sindikatnya Bang Dzakwan. Yang lebih menggelikkan adalah apa yang diutarakannya: “Bahkan sampaipun yang bersaksi adalah orang yang langsung bersinggungan dengannya tetap dituntut untuk
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
15
tatsabbut”. Sedikit komentar dari saya: “Bukankah Abu Musa Al Asy’ary beliaulah yang langsung mendengar hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang adab izin untuk memasuki rumah orang lain? Lantas mengapa sahabat ‘Umar masih menuntut sahabat Abu Musa untuk mendatangkan bukti bahwa adab itu memang dia dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Bukankah itu menunjukkan betapa pentingnya permasalahan tatsabbut? Kita tidak sedang membicarakan tuntutan tatsabbut ala hizbiyyah karena jelas bobroknya slogan mereka itu, kita juga tidak sedang berbicara menguraikan penolakan terhadap berita yang dibawa oleh satu orang terpercaya. Namun yang tengah menjadi topik pembicaraan kita adalah: ““Lumrah saja, bila seseorang mengusut suatu berita yang dia terima sampai kepada sumbernya, untuk mengetahui apakah berita itu benar atau salah, atau telah terjadi penambahan dan pengurangan pada berita itu, demi meminimalisir akibat buruk yang muncul setelah itu.”. 3- Dalam perjalanannya menuntut ilmu Dien ini, di bawah bimbingan ‘Ulama Sunnah, di Markiz Daarul Hadits Dammaj. Darut Tauhid was Sunnah sebagai induk bagi dakwah Salafiyyah paling murni sedunia, ternyata dia justru malah mengucapkan ucapan kufur! Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’uun. Benarkah Sang Ketua mengucapkan ucapan kufur ? Jika benar apa bentuk dari ucapan kufur itu ? Bukankah saudara Abu Turob dikenal oleh Syaikh Yahya hafidzhohullah ? Bukankah manhajnya diakui kemurniannya ? Bukankah dia memiliki banyak karya tulis yang bermanfaat ? Bukankah… bukankah… dan bukankah… lantas koq bisa seperti ini… Mungkin demikianlah pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari benak para pembaca sekalian, namun semua itu akan terjawab manakala kita langsung membaca tulisan saudara Abu Turob ini. Dalam sebuah surat penjelasan yang ditulis dan dikeluarkan oleh sang Ketua dan beberapa anggotanya dia menyatakan:
ﻛﻠﺖ ﻫﺬﻩ:ﻭﻧﻘﻮﻝ ﻟﺸﻴﺨﻨﺎ ﺃﰊ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﳛﻲ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﺍﳊﺠﻮﺭﻱ ﻭﲨﻴﻊ ﺃﻋﻮﺍﻥ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺣﻔﻈﻬﻢ ﺍﷲ . ﻭﺟﻔﺖ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻗﻼﻡ ﻗﺒﻞ ﺇﲤﺎﻡ ﺍﻷﻧﻈﻤﺔ ﺍﳌﺪﺡ ﻟﻜﻢ,ﺍﻷﻟﺴﻨﺔ ﻋﻨﺪ ﻭﺻﻒ ﺍﻟﺜﻨﺎﺀ ﻋﻠﻴﻜﻢ Artinya: Dan kami menghaturkan kata teruntuk guru kami Yahya bin ‘Ali Al Hajury dan seluruh penolong Sunnah semoga Allah menjaga mereka: “Sungguh telah letih lisanlisan ini disaat mempersembahkan kalam pujian kepada kalian semua, dan telah mengering pula cairan tinta ini sebelum usai menghaturkan rangkaian bait-bait puja dan sanjungan kemuliaan untuk kalian.” La Haula Wala Quwwata Illa Billah. Wa Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un. Siapa menyangka sang Ketua akan terjatuh pada perbuatan kufur ini??? Siapa mengira akan serendah ini ? Siapa yang menebak bahwa sang Ketua akan melakukan perbuatan sehina ini ?
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
16
Sifat pujian yang demikian itu hanya layak untuk ditujukan dan dihaturkan kepada Allah semata, bukan kepada seorang makhluk, Allah Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya:
.ﺍﺩﺪ ﻣﻪﺜﹾﻠﺎ ﺑﹺﻤ ﺟﹺﺌﹾﻨﻟﹶﻮﻲ ﻭﺑ ﺭﺎﺕﻤ ﻛﹶﻠﻔﹶﺪﻨﻞﹶ ﺃﹶﻥﹾ ﺗ ﻗﹶﺒﺮﺤ ﺍﻟﹾﺒﺪﻔﻲ ﻟﹶﻨﺑ ﺭﺎﺕﻤﻜﹶﻠﺍ ﻟﺍﺩﺪ ﻣﺮﺤ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﺍﻟﹾﺒﻗﹸﻞﹾ ﻟﹶﻮ 109 :ﺍﻟﻜﻬﻒ Artinya: “Katakanlah kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimatkalimat Robb ku, sungguh habislah lautan itu sebelum selesainya penulisan kalimatkalimat Rabb-ku, meskipun kami tambahkan lautan sebanyak itu pula.” (Al Kahfi: 109) Ayat lainnya berbunyi:
. ﺍﻟﻠﱠﻪﺎﺕﻤ ﻛﹶﻠﺕﺪﻔﺎ ﻧﺮﹴ ﻣﺤﺔﹸ ﺃﹶﺑﻌﺒ ﺳﻩﺪﻌ ﺑﻦ ﻣﻩﺪﻤ ﻳﺮﺤﺍﻟﹾﺒ ﻭ ﺃﹶﻗﹾﻼﻡﺓﺮﺠ ﺷﻦﺽﹺ ﻣﻲ ﺍﻷﺭﺎ ﻓﻤ ﺃﹶﻧﻟﹶﻮﻭ 27 :ﻟﻘﻤﺎﻥ Artinya: “Dan kalau seandainya pepohonan di bumi itu menjadi pena, lautan juga menjadi tinta dan ditambahkan lagi dengan tujuh kali lipatnya (untuk menuliskan Kalimat-Kalimat Allah), maka niscaya Kalimat-Kalimat Allah tidak akan habis tertulis.” (Luqman: 27) Ditanyakan kepada salah sorang mustafid (murid senior) yang beliau adalah warga asli Dammaj juga salah seorang murid Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i rahimahullah, yang beliau bernama Abu ‘Abdillah ‘Adil Mi’wodh, bagaimana dengan perkataan yang telah diucapkan oleh Abu Turob itu? Maka dijawab dengan: “Itu adalah perkataan kufur dan tidak selayaknya ditujukan kepada makhluk. Ucapan itu selayaknya ditujukan hanya kepada Allah. Dan bagi yang telah mengucapkan kalimat itu harus bertaubat dari ucapannya.” Lantas apakah bedanya ucapan kufur yang telah keluar dari lisan Abu Turob saat memuji Syaikh Yahya dengan ucapan kufur yang keluar dari Al Bushiry saat memuji Rasulullah yang tercantum dalam kasidahnya yang berbunyi:
ﻭﻣﻦ ﻋﻠﻮﻣﻚ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﻠﻮﺡ ﻭﺍﻟﻘﻠﻢ... ﺎﻓﺈﻥ ﻣﻦ ﺟﻮﺩﻙ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﺿﺮ Diantara dermamu adalah terciptanya dunia dan semua kebutuhannya Dan diantara ilmu yang engkau miliki adalah ilmu Lauhul Mahfudzh dan Al Qolam Secara makna maka tiada bedanya sama sekali. Inilah keadaan sang Ketua yang telah dibanggabanggakan oleh para pengikutnya, yang tak lain adalah mangsa-mangsa Turobiyyah. Seperti yang saya utarakan di atas bahwa sebenarnya walaupun saudara Abu Turob telah lama menuntut ilmu di Dammaj, namun hasil dari keilmuan yang diraihnya tak lebih menakjubkan dari sekedar “Fatamorgana di tengah Gurun Sahara.” Inilah beberapa perbuatan dan catatan berkenaan dengan saudara sang Ketua Turobiyyah bernama Abu Turob Saif Al Hadi bin Khadir Al Jawi. Sebenarnya saya ingin menambahkan Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
17
beberapa poin lagi, namun khawatir halaman ini menjadi sangat panjang, hingga saya cukupkan sampai di sini. Semoga apa yang telah tertuang cukup untuk mengetahui siapa sebenarnya Abu Turob, dan semoga dia segera bergegas membersihkan dirinya dari beberapa kesalahan dan penyimpangan baik yang dilakukannya. Termasuk harapan saya, para anak buahnya juga bertaubat sebagaimana telah diakui sendiri bahwa sebagian dari mereka terlalu ghuluw (melampaui batas).
2. ABU HAZIM AL MUADZIN MUHSIN BIN MUHAMMAD BASHORI Bercerita tentang pria yang satu ini kita harus banyak menahan tawa, juga mengelus dada sebagai bentuk keprihatinan dengan sepak terjang yang dilakoninya. Bagaimana tidak sementara ucapannya selalu dilanggar dengan perbuatannya sendiri, alias tidak sinkron antara ucapan dan perbuatan. Melarang dari “kejelekan” namun beliau sendiri justru mengerjakan kejelekan dan berleha-leha dengan kejelekan itu. Suatu kejelekan (menurutnya dan Turobiyyah) yang telah dibungkus rapi dalam sebuah kado bernama Yayasan. Pada pertemuan pertama dalam tulisan “Tirai itu kini telah tersingkap” telah saya jelaskan sedikit tentang biografi saudara Abu Hazim ini. Lelaki ini bernama lengkap Abu Hazim Muhsin Bin Muhammad Bashori dari Magetan, Jawa Timur. Konon kabarnya dia adalah orang Indonesia yang paling lama menuntut ilmu di Dammaj, Yaman. Beliau di Dammaj lebih dikenal dengan panggilan Abu Hazim Al Muadzin. du’at Salafiyyin yang berada di Indonesia begitu juga Ikhwah Salafiyyin di Indonesia tentu lebih banyak mengetahui sepak terjang sang Elang yang tiga tahun lalu telah mendarat di negerinya itu. Di sini saya akan menyebutkan secara ringkas keadaannya sejak pertama kali dia mendarat di belahan bumi Indonesia, dan tentunya apa yang akan saya sebutkan ini dari satu sisi sangat bertentangan dengan keyakinan saudara Abu Hazim dan keyakinan Turobiyyun lainnya, namun entah dengan timbangan apa tetap saja dia memperbuat apa yang telah diingkari oleh lisannya itu. Anehnya pula, di saat yang bersamaan apa yang dilakukannya itu ternyata juga dilakukan oleh du’at Salafiyyin lainnya namun saudara Abu Hazim berteriak mencak-mencak seraya berkata: “Ini Haram ?! Ini Bid’ah !? Ini Muhdatsah ?! Lho koq jadi seperti ini ? Sementara saat dia yang melakukannya, dia diam-diam saja, namun kala du’at Salafiyyin yang melakukannya kenapa dia marah-marah !? Bukankah dari dulu saudara Abu Hazim telah mengetahui bahwa Yayasan yang digunakan oleh du’at Salafiyyin Indonesia tidaklah sama dengan Yayasan-yayasan kelompok Islam sempalan lainnya dari kalangan Ikhwaniyyun, Turotsiyyun, Jihadiyyun, Tablighiyyun, Shufiyyun, Muhammadiyyun, Sururiyyun dan Hizbiyyun dengan segala macam dan ragamnya yang bisa dengan mudah didapati di Indonesia itu !? Lantas kenapa Saudara Abu Hazim merasa bagaikan orang yang sedang kebakaran jenggot saat menyaksikan bahwa du’at Salafiyyin Indonesia menggunakan Yayasan yang tidak sama dengan yayasan-yayasan kelompok Islam sempalan sebagai wasilah dakwah??? Dan bukankah anda sendiri, wahai saudara Abu Hazim, juga sempat bergabung ria dengan yayasa-yayasan itu ? Lantas apa yang menyebabkan anda mengingkari mereka para du’at Salafiyyin Indonesia lainnya ? Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
18
Untuk membuka wawasan tentang Yayasan yang digunakan sebagai wasilah dakwah silahkan para pembaca yang budiman membaca sebuah buku yang disusun oleh seorang da’i salafy bernama Abu Karimah Askari hafidzhohullah. Buku itu mengupas tuntas masalah Yayasan, buku itu juga sangat bagus untuk dimiliki, dibaca dan direalisasikan dalam perjalanan yayasan sebagai wasilah dakwah. Saudara penulis (Abu Karimah) telah memberikan banyak faidah kepada kita berupa dalil-dalil serta ucapan para ‘ulama yang terpercaya, jazakallahu khairon ya Aba Karimah. Kita kembali ke inti pembicaraan sebelumnya. Mungkin karena dahulu saudara Abu Hazim tidak sempat berjihad bersama Laskar Jihad, maka untuk mengejar ketertinggalannya itu, kini dia berjihad bersama Dinasti Turobiyyah. Dan inilah sebagian dari ucapan dan perbuatan yang dilakukan oleh Abu Hazim yang merupakan anggota dari Dinasty Turobiyah: 1- “Barangsiapa yang melarang dari menuntut ilmu ke Dammaj, maka dia lebih sesat dari iblis.”7 Wahai saudara Abu Hazim, adakah yang lebih sesat dari Iblis bapak dari segala kesesatan? Siapakah ‘Ulama yang mendahului saudara menyuarakan kalimat itu? Siapakah ‘ulama Salaf yang menyatakan bahwa ada dari kalangan jin dan manusia yang lebih sesat dari Iblis ‘alaihi la’natullah ? Ataukah saudara juga berpendapat bahwa tak semua masalah harus ada salafnya ? 2- Tetap bertahan di atas pondok, masjid, asrama dan semua fasilitas yang dibangun bukan atas dasar ‘ketaqwaan’ - menurut saudara Abu Hazim dan Turobiyyun - alias ngemis bin tasawwul serta bermu’amalah dengan bank. Yayasan yang menaungi semua kegiatan dakwah pondok itu juga masih aktif dan belum resmi dibubarkan. Rekening bank sebagai sarana penerimaan dana juga masih aktif Namun anehnya, saudara Abu Hazim dan Turobiyyun terus berkoar-koar mengusung kalimat Haroom ! Bid’ah ‘Ashriyyah! Muhdatsah! Hizbiyyah! Tapi saudara Abu Hazim lupa atau pura-pura tidak tahu, atau memang sengaja menutup mata kalau di tempat tinggalnya sendiri, di bawah telapak kakinya yang selalu mengiringi semua langkahnya, semua slogan anti yayasan itu justru tumbuh dengan suburnya. Kenapa saudara tidak segera meninggalkan semua fasilitas itu? Apakah karena takut tidak akan mendapat tempat yang “basah” seperti saat ini ? Bukankah Abu Turob telah mengeluarkan dekritnya yang berisikan kata “dungu” bagi mereka yang masih bermu’amalah dengan Yayasan? Segeralah tinggalkan ‘kedunguan’ - ala Turobiyyah - itu, wahai Abu Hazim Di sisi lain saya ingin bertanya kepada saudara Abu Hazim yang telah sekian lama menuntut ilmu di Daarul Hadits Dammaj tercinta harosahallah. Pertanyaan saya berbunyi: “Wahai ustadz Abu Hazim sedemikian nihilkah pengetahuan saudara tentang 7
Perlu diketahui bahwa dalam penukilan berita ini saya menggunakan disiplin ilmu yang selalu diterapkan oleh Turobiyyah, yaitu menerima secara langsung berita yang dibawa oleh orang yang terpercaya. Apakah Turobiyyah bisa menerimanya kali ini? Atau mereka akan menolak berita ini? Jangan sampai pemikiran Washil bin ‘Atho’ bercokol di tubuh Turobiyyah. Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
19
Dienul Islam ini? Tidakkah saudara menghayati hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berbunyi:
ﻰﺣ ﺑﹺﺎﻟﺮﺎﺭﻤ ﺍﻟﹾﺤﻭﺭﺪﺎ ﻳﺎ ﻛﹶﻤ ﺑﹺﻬﻭﺭﺪ ﻓﹶﻴﻄﹾﻨﹺﻪ ﺑﺎﺏ ﺃﹶﻗﹾﺘﻖﻟﺪﻨﺎﺭﹺ ﻓﹶﺘﻰ ﺍﻟﻨﻠﹾﻘﹶﻰ ﻓﺔ ﻓﹶﻴﺎﻣﻴ ﺍﻟﹾﻘﻡﻮﻞﹺ ﻳﺟﻰ ﺑﹺﺎﻟﺮﺗﺆﻳ ﻠﹶﻰﻘﹸﻮﻝﹸ ﺑﻜﹶﺮﹺ ﻓﹶﻴﻨﻦﹺ ﺍﻟﹾﻤﻰ ﻋﻬﻨﺗ ﻭﻭﻑﺮﻌ ﺑﹺﺎﻟﹾﻤﺮﺄﹾﻣ ﺗﻜﹸﻦ ﺗ ﺃﹶﻟﹶﻢﺎ ﻟﹶﻚﺎ ﻓﹸﻼﹶﻥﹸ ﻣﻘﹸﻮﻟﹸﻮﻥﹶ ﻳﺎﺭﹺ ﻓﹶﻴﻞﹸ ﺍﻟﻨ ﺃﹶﻫﻪ ﺇﹺﻟﹶﻴﻊﻤﺘﺠﻓﹶﻴ ﻴﻪﺁﺗﻜﹶﺮﹺ ﻭﻨﻦﹺ ﺍﻟﹾﻤﻰ ﻋﻬﺃﹶﻧ ﻭﻴﻪﻻﹶ ﺁﺗ ﻭﻭﻑﺮﻌ ﺑﹺﺎﻟﹾﻤﺮ ﺁﻣﺖ ﻛﹸﻨﻗﹶﺪ Artinya: “Pada hari Kiamat nanti ada seorang yang dilemparkan kedalam neraka, maka bersemburatlah isi perutnya, dia mengelilingi isi perutnya sebagaimana seekor keledai berputar-putar di tempat penggilingan makanan. Maka para penghuni neraka dikumpulkan untuk menyaksikan keadaan itu. Seraya mereka berkata: “Wahai Fulan; apa yang terjadi denganmu sehingga engkau masuk ke dalam neraka? Bukankah dahulunya kamu mengajak kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran?” Maka orang tadi berkata: “Iya, aku selalu mengajak orang untuk berbuat kebaikan akan tetapi aku sendiri tidak mengerjakan kebaikan itu, dan aku melarang orang dari kemungkaran namun justru aku sendiri mengerjakan kemungkaran itu.”” (Diriwayatkan oleh Al Imam Muslim dalam Shahihnya) Yang paling aneh dari semua keanehan yang pernah terjadi pada sejarah Turobiyyah adalah: Sang Elang yang bakal 8 menjadi target Turobiyyin selanjutnya ini, yang masih mendekam di tanah Yayasan dan masjid hasil tasawwul digelari dengan Syaikhul Qiro’at oleh saudara Abu Fairuz yang ternyata lidahnya celat. 9 “Tahukah anda sekalian wahai para pembaca yang terhormat? Ternyata ada jalan terbaru tuk nikmati hasil tasawulat. Hanya dengan menyandang gelar sebagai seorang Syaikhul Qiro’at Gelar mulia torehan saudara Abu Fairuz si lidah celat… Tapi sayang semua hanya berlaku di kalangan Turobiyyat Jika kelompok lain hendak ikutan, wah mereka bisa gawat Bakalan dikutuk mati tujuh turunan sampai hari kiamat Oleh si lidah celat, yang hampir saja kena aperkat10 Tak lain adalah saudara Abu Fairuz si sonnic yang sok hebat Sekedar sindiran pantun jenaka Torehan Fairuz lidah celat 8
Bukan memastikan tapi hasil dari penelitian dari semua kasus -kasus yang lalu.
9
Maaf, celat di sini hanya sekedar ungkapan menunjukkan kekejiannya dalam bertutur kata sampaisampai ‘Ulama Saudi Arabia tak selamat dari lisannya. 10
Dia hampir saja kena bogeman aperkat dari Kholil asal Jakarta , saat Khalil mendatanginya untuk bertanya tentang siapa yang menulis para ruwaibidhoh Indonesia.
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
20
Saat kabur lintang pukang undurkan diri “dari Arena Gulat” Tidak mampu hadapi pesona kalimat yang begitu memikat Goresan di hati Abu Mahfudzh yang semoga selalu selamat Semoga Fairuz telinganya tidak memerah bagai buah tomat Karena sebagian pantunnya dinilai konyol amat Sudah ah malas beta terus ngomentari pantun si lidah celat Akhir kata beta rangkai sebuah doa sembari bermunajat Rendahkan diri dan hati di hadapan Raja Ardhi wa Samawat semoga muslimin selamat dari siksaan di hari kiamat temukan kenikmatan abadi tiada henti di dalam Jannat Amin ya Robbal ‘alamin bisikan di hati usai bermunajat Hanya untuk-Mu lah rangkaian puja dari sailiin wa sailaat11 3- Adanya taman pendidikan untuk putri, sementara semua orang tahu bagaimana fatwa dan kebencian sang Ketua dengan sarana pendidikan untuk putri alias Tarbiyatun Nisa. 12 Wahai saudaraku Abu Hazm, bagaimana pendapat saudara dengan pendidikan TN di negeri kita Indonesia? Apakah saudara sependapat dengan para du’at Salafiyyin Indonesia lainnya ataukah saudara sependapat dengan sang Ketua Turobiyyah? Mohon jawabannya, semoga Allah merahmati saudara ?! Dalam ceramahnya di Daurah Tajwid pada tanggal 1 Februari 2008 di Masjid Khalil, Sidoarjo, Abu Hazim ini berseloroh : “Syaikh Rabi’ menganjurkan, ketika datang orang-orang Yaman menemui, “Kalian mau mencari daging atau mencari ilmu ?” Kalau mencari ilmu, datang ke Dammaj, kalau mau mencari daging silakan ke Su’udi.” Abu Hazim menambahkan : “Ini beliau syaikh Rabi’ yang merupakan dosen Jami’ah Islamiyyah…” 13 Lihatlah, ucapan tanpa dasar seperti ini sering terucap, entah dimana beliau mengucapkan ini, kapan, dalam konteks apa dan sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin beliau sebagai dosen Jami’ah Islamiyyah sendiri, mencerca institusinya dengan istilah “mencari daging”, alias dosen di kampus ‘daging’, mencari harta, mengemis, dst. Terpenting, baginya ada kewajiban untuk membawakan sanad yang bersambung sampai Syaikh Rabi’ hafidhahullah dengan kriteria perawi tsiqah sebagaimana penjelasan Ahlul Hadits serta matan perkataan syaikh hafidhahullah, bukan semata makna ucapan atau yang sejenis, apalagi kalau dia bisa menghadirkan bukti berupa rekaman suara Syaikh Rabi’. Kita tunggu saudara Abu Hazim memenuhi kewajiban ilmiyyahnya dalam mempertanggungjawabkan pernyataan yang disandarkannya kepada Syaikh Rabi’ hafidhahullah. Wallahul musta’an.
11
Sailiin wa sailaat adalah orang-orang yang berdo’a dari kalangan pria dan wanita
12
Yakni file Fatwa Syaikh Yahya Hukum TN.doc, dikirimkan Turobi, Muhammad Arsyad yang isinya fatwa Syaikh Yahya Al Hajuri terkait Tarbiyatun Nisa'. 13
http://www.salafishare.com/26DNLTP6LKOP/JOSG116.mp3 Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
21
Comot-mencomot fatwa Ulama, terutama Syaikh Rabi’ juga sering diperbuat tetangga dan donatur kuatnya Abu Hazim di Magetan, Ahmad Hasan. Lihat “Bani Hasan, Sosok Pembela Turobi yang Penuh Keanehan” dari Abdul Ghofur, “R.A media ngawi, penulis tullab dammaj Al Akh Abu Fairuz&Abu Zakaria setelah diizinkan oleh Syeikh Yahya&Imam Robi.” “Tafadhol telpon dammaj ato Ustadz Muhsin dimagetan. Ana khobar tsiqoh dr Beliau untuk menyebarkan Muhtasor al Bayan yg salah satu isinya ada dlm buku tsb”. Rupanya hobi Abu Hanifah Ahmad Hasan Magetan dan Abu Hazim idem, Abu Hazim menggertak dengan ucapan “Imam Rabi’… Syaikh Rabi’ berkata… ”, namun tidak akan pernah bisa memberikan rekaman, kaset, tulisan sebagai buktinya dan menghindar sebisa-bisanya, karena apa !? Dusta itu sudah biasa, menghalalkan segala cara… Untuk melihat lebih lanjut apa saja yang dilakukan oleh saudara kita Abu Hazim ini maka silahkan membaca kembali tulisan berjudul “Tirai itu kini telah tersingkap” edisi pertama. Di sana saya sebutkan beberapa perbuatan yang dilakukan oleh saudara kita Abu Hazim yang sesungguhnya bertolak-belakang dengan kaidah dan peraturan Turobiyyah, namun tetap saja selamat dari jamahan mereka. Apakah juga terjadi nepotisme di kalangan Turobiyyin ?! Sepertinya memang demikianlah kenyataannya.
3. ABU FAIRUZ ‘ABDURRAHMAN HARDI BIN SUKAYA AL KUDSI Pria ini adalah salah seorang mantan anggota Laskar Jihad (LJ) yang sempat berjuang di Ambon guna membela saudara-saudaranya muslimin yang tertindas oleh kaum kafir. Tidak diketahui dengan pasti apakah dia telah bertaubat dari penyimpangan Laskar Jihad ataukah belum, namun kini dia kembali ‘berjihad’ sesuai baris puisinya, bersama Dinasti Turobiyyah, namun bukan untuk membela mereka-mereka yang tertindas, melainkan untuk menggoncang serta mencabikcabik keutuhan ukhuwwah salafiyyah di Indonesia. Simak puisi kebanggaannya yang dicetak oleh RA Media itu : “Buat Mujahidin yang berhati lembut (2) bermental baja bertarung pantang surut(3) ... di dalam jihad si Fut juga penakut (55) Jika diajak jihad bilangnya "Nggak mut!" (56) ... Wahai mujahidun yang kuat dan gesit (190) sapalah si Fut meskipun sekelumit (191)... Jika mujahidun yang terancam granat (415) dia ceria dengan senyum terlipat (416). Jika jundulloh jihad dengan semangat (417) bangkit menghambat dengan label nasihat (418) ... Wahai hamba yang berjihad tanpa takut (644) Sudah berulang kali si Abu Mahfut (645) menghantam kita tuk membikin kemelut (646) ... tujuannya untuk bikin kita pucat (698) agar roda jihad berhenti di tempat (699) ... siap korban nyawa hingga masuk lahat (705) Demi roda jihad yang terus melesat (706) Dakwah Salaf yang murni di masyarakat (707) ... Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
22
Tidak salah bahwa jihad ini berat (825) Tidak sama kini dan yang telah lewat (826) ... O indahnya penyambutan malaikat... (831)| bagi mujahidin yang tegar dan kuat (832) ... Asah jihad hingga tajam mengerucut (899) Jangan pusing dengan sampah Abu Mahfut (890) Nanti akan hancur tirainya yang butut. (891) ... Ayo jihad! Siapa yang ingin ikut? (914) Kami di sinipun melaju dan ngebut (915) Memerangi musuh yang di dalam slimut (916) ... Jihad itu terkadang yang datang maut, (920) juga kelaparan yang membikin surut, (921) dan kemiskinan yang bikin dahi kerut, (922) dan nama dirusak hingga carut-marut. (923) Sabarnya kita dalam jihad dituntut (924) ... tidak lupa jihad juga rajin sholat (1404) semuanya tidak egois dan jahat (1405) siap korban waktu dan badan yang sehat (1406) membela Al Haq dan perangi syirkiyyat (1407) tak diam terhadap maksiat-muhdatsat (1408) ...” (Dikutip dari puisi Abu Fairuz berjudul Turun Dari Arena Gulat, di sisi kanan adalah nomor baris puisinya) Lihatlah ungkapan perang, jihad, maut, memerangi, mujahidin, terlontar dalam upaya membela Turobiyyin dalam puisi Abu Fairuz. Inilah Abu Fairuz, salah seorang “mantan Laskar Jihad yang gegabah”, yang membiarkan dirinya untuk terjerembab dalam satu lubang yang sama lebih dari dua kali. Kita memohon pada Allah Ta’ala agar dikaruniai keselamatan dari segala macam petaka. Sebenarnya saudara Abu Fairuz ini merupakan anggota baru dalam Dinasti Turobiyyah, sebelumnya dia bersama rekan-rekannya yang bijak dalam berfikir dan bertindak, datang dan pergi selalu bersama. Dia mengerjakan tugas bersama temannya, tak pernah berpisah, menyelesaikan masalah selalu dengan musyawarah, memiliki akhlaq yang mulia, rajin, cerdas dan penuh wibawa. Namun seiring waktu berlalu ternyata dia berbalik arah dan menghantam rekan-rekan lamanya, sungguh sangat benar ucapan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam saat beliau bersabda:
ﺇﻥ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﺑﲔ ﺃﺻﺒﻌﲔ ﻣﻦ ﺃﺻﺎﺑﻊ ﺍﷲ ﻳﻘﻠﺒﻬﺎ ﻛﻴﻒ ﻳﺸﺎﺀ ) ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻭﺻﺤﺤﻪ (ﺍﻷﻟﺒﺎﱐ Artinya: “Sesungguhnya hati para hamba itu ada diantara dua jari-jemari Allah. Dia membolak-balikkan hati itu sesuai dengan kehendak-Nya.” (Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan Ibnu Majah serta di Shahihkan oleh Al Albany) Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
23
Abu Fairuz, demikianlah orang-orang biasa menyapanya, ia lebih dikenal dengan kunyah daripada namanya. Di Dammaj dia banyak mengajarkan ilmu yang didapatinya kepada santri dari Indonesia yang datang setelahnya. Kepedulian dan semangat gotong-royongnya sangat tinggi, tawadlu’nya juga sesuai dengan kepribadiannya. Banyak orang yang menyukainya karena sifat-sifat utama yang dimiliki itu, disamping kecerdasan yang Allah berikan kepadanya. Sampai-sampai seorang teman setianya - yang kemudian dikhianatinya - sempat berseloroh: “Teman yang seperti Abu Fairuz itu hanya ada seribu satu di dunia ini ”. Yah itu dulu, saat semua masih bersama dan mementingkan kebersamaan pula, namun kini, seiring bergulirnya waktu, di kala virus-virus Turobi yang secara perlahan namun pasti terus menyerang jantung pertahanannya, dia pun berubah. Entah karena dia tidak memiliki antivirus yang ampuh, atau mungkin pula dia sengaja membiarkan virus-virus itu terus menyerang dan bersarang pada pemikirannya. Hingga akhirnya dia menjadi seorang Asy Syaikh Al ‘Allamah Al Hammam Abu Fairuz ‘Abdurrahman Hardi bin Sukaya, yang belakangan ini mulai tenar dengan risalah-risalah fitnah karangannya, yang diterbitkan di Indonesia oleh pemujanya RA Media. RA Media, yang salah seorang pemiliknya mengaku Salafy namun penuh keanehan, tiada lain adalah saudara Bani Hasan. Sebenarnya di Dammaj dia tak lain adalah sebagai seorang pekerja Abu Kholid Muntilan yang telah kembali ke Indonesia. Namun anehnya dia dan Turobiyyun justru membicarakan Abu Khalid dari sisi perdagangannya, sehingga mereka mengatakan Abu Khalid At Tajir (Abu Khalid si pedagang itu), dst. Wahai Abu Fairuz, maka izinkan serta dengarlah saat ini saya berkata: “Abu Fairuz Al ‘Amil li Abi Khalid (Abu Fairuz si pekerja bayaran, yang menerima upah dari Abu Khalid, pen)”, semoga telinga saudara Abu Fairuz tidak terbakar mendengar panggilan ini. Diantara ucapan dan perbuatan saudara Abu Fairuz ini adalah sebagai berikut:
1- Mengomentari dakwah para ‘Ulama Su’udiyyah (Arab Saudi) dengan ucapan: “Adapun dakwah di Su’udiyyah maka mayoritasnya dipenuhi dengan ngemis-ngemis (Tasawwul) Subhanallah. Na’udzubillah min hadzal kalaam. Al Bayyinatal Bayyinah, ya Aba Fairuz!? (Segala puji bagi Allah. Kita berlindung kepada Allah dari ucapan keji ini. Mana buktimu, wahai Abu Fairuz atas ucapan kotor dan tuduhan keji ini !?) Para pembaca sekalian tentu mengetahui bagaimana kekayaan negeri Tauhid dan Sunnah yang bernama Su’udiyah. Dan bagaimana pula iffahnya para ‘Ulama Sunnah di sana. Lantas apakah setelah itu layak bagi seseorang yang baru moncong senjatanya sekaliber 0,0000001 mm, itupun peluru karet dari seseorang yang bernama Abu Fairuz, lantaran belum pernah menginjakkan kakinya di Su’udiyyah, belum pula pernah melihat dakwah para ‘Ulama Su’udiyyah ? Bahkan dia juga belum pernah pula bersimpuh di hadapan para pemimpin ummat ini, mengetahui situasi kondisi langsung, lantas berkata dengan sesumbarnya bahwa dakwah mereka dipenuhi dengan ngemis-ngemis ? Saya tak ingin panjang lebar mengomentari ucapan saudara Abu Fairuz ini, karena para pembaca sendiri sudah mengetahui bagaimana konsekwensi dari ucapan kotor dan tuduhan keji yang dilontarkannya. Abu Fairuz sama saja mencerca dakwah para ‘Ulama Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
24
Sunnah di Su’udiyah secara membabi-buta. Tidak perlu dibuktikan, apalah gunanya menyalakan sebatang lilin di siang bolong di bawah terangnya sang Mentari ?
2- Ucapan kufur yang diucapkan oleh sang Ketua juga diucapkan olehnya, sepertinya tak perlu untuk diperjelas, karena telah saya rinci saat menerangkan kufurnya ucapan itu.
3- Selalu menggunakan lazimul qaul (kelaziman atau kemestian dari ucapan seseorang) untuk menyalahkan orang yang mengeluarkan ucapan tersebut. Walaupun pada kenyataannya ucapan orang itu justru tidak bersentuhan dengan kelazimannya. Dalam surat-suratnya yang ditujukan kepada anak-anak Indonesia sebagai surat bantahan atau surat peringatan atau malzamah-malzamah yang dia terbitkan, dia selalu menggunakan lazimul qaul untuk menyudutkan atau menyalahkan orang yang menjadi lawan bicaranya, sekalipun lawan bicaranya tidak memiliki paham dari lazimul qaul itu. Padahal : “Lazimul qaul laisa bil qaul” (Sekedar kelaziman atau kemestian dari ucapan seseorang itu tidaklah bisa dianggap sebagai bagian dari ucapan orang tersebut). Inilah sekelumit profil pria yang bernama Abu Fairuz itu, yang belakangan ini banyak tulisantulisannya yang disebar di Indonesia.
4. ABUL HUSAIN MUHAMMAD (NUR KHOLIS) AL JAWI Dia memiliki andil yang cukup kuat dalam menggoncang ukhuwwah Salafiyyah Indonesia, dengan tulisan-tulisan yang dia sebarkan yang seakan merasa paling ilmiyyah. Dia menganggap bahwa yang tidak mau menerima tulisannya adalah penyimpang yang harus dibumi-hanguskan. Abul Husain Muhammad Nur Kholis Al Jawy inilah penulis kitab "Al Jam'iyyat Harokat bila Barokat" yang diterbitkan di negara Aljazair. Bisa dikatakan bahwa Abul Husain ini juga merupakan mantan laskar jihad yang juga gegabah, membiarkan dirinya terjatuh dalam satu lubang yang sama sampai terulang dua kali. 5. ABU SHOLIH DZAKWAN BIN HANAFI NASUTION AL MEDANY Di Medan sempat berkembang sebuah gosip tentang sang pengajar bagi adik-adiknya (yang saya maksudkan adalah bang Dzakwan sendiri) yang berada di bawah bimbingannya saat mondok di Riau. Namanya gosip - yang apabila digosok semakin siip… - itu berkisah bahwa bang Dzakwan ini di Dammaj adalah sebagai supir pribadi Syaikh Yahya, sekaligus ‘tangan kanan’ Syaikh Yahya. Benarkah gosip tersebut !? Ikuti penjelasan selanjutnya. Terlepas dari benar atau tidaknya gosip tersebut yang jelas kewajiban bang Dzakwan adalah menepis gosip tersebut dari dirinya. Bukankah demikian yang harus anda lakukan, wahai bang Dzakwan ? Sebagaimana anda telah menuntut saudara Abu ‘Abdillah Muhammmad yang berasal dari Stabat, Medan, saat kalian duduk di kamar seorang mangsa Turoby bernama Khairul ‘Abdi dari Aceh, demi untuk menyelesaikan masalah yang tengah melanda !? Mungkin bang Dzakwan belum mendengar gosip itu, namun kini setelah membaca risalah ini semoga dia segera menepis gosip tersebut. Hal itu sangat perlu dilakukan agar mereka-mereka Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
25
yang sempat termakan oleh gosip itu sadar, bahwa ternyata yang sampai kepada mereka hanayalah sebuah gosip belaka alias berita dusta. Dan lebih dari itu adalah, akankah bang Dzakwan mampu menunaikan tuntutan ini ? Yang pada kenyataannya ini adalah tuntutan dia kepada Abu ‘Abdillah Muhammad dari Stabat itu? Bagaimana wahai bang Dzakwan ? Waqod qiila dzalik !? Bang Dzakwan ini adalah pemilik “…Jaringan Sindikat…” yang di muroja’ah oleh Sang Ketua Abu Turob. Diantara perbuatan bang Dzakwan asal Medan ini adalah sebagai berikut:
Tidak memiliki keadilan dalam bersikap dan bertindak, sebagai contoh adalah bungkamnya 14 dia dari yayasan yang ada dalam asuhan ustadznya sendiri, yaitu ustadz Abu Mundzir Dzul Akmal
Turut andil dalam memberikan semangat atas ucapan kufur yang diucapkan oleh sang ketua Abu Turob dan juga Abu Fairuz
Berdusta, menyamar dan memalsukan identitas demi menuntut ilmu. Bang Dzakwan, bolehkah hal itu dilakukan ?
Yang terakhir ini dia lakukan setelah tertangkapnya dia oleh aparat keamanan Yaman, padahal telah ditanyakan kepada Syaikh Yahya berkaitan dengan masalah ini. Lantas beliau berpendapat bahwa hal itu tidak boleh dilakukan karena dikhawatirkan si penuntut ilmu yang memalsu identitas, menyamar dan berdusta (seperti yang dilakukan oleh bang Dzakwan ini) ilmunya tidak barokah. Mungkin ini salah satu sebab yang menyeret bang Dzakwan ini untuk bergabung dengan Turobiyyah, punya sedikit kecerdasan, tapi karena nipu akhirnya ilmunya tidak barokah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
(ﺎ ) ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢﻨ ﻣﺲﺎ ﻓﹶﻠﹶﻴﻨ ﻏﹶﺸﻦ َﻣ: ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﹶﺎﻝﹶﻮﻝﹶ ﺍﻟﻠﱠﻪﺳﺓﹶ ﺃﹶﻥﱠ ﺭﺮﻳﺮ ﺃﹶﺑﹺﻰ ﻫﻦﻋ Artinya: “Barangsiapa yang menipu kami, maka dia bukan dari golongan kami” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim) Bang Dzakwan sendiri adalah salah seorang mantan LJ yang “Gegabah” dalam mengambil sikap, yang pada kenyataannya dia membiarkan dirinya terjerembab kedalam lubang yang sama terulang lagi hingga dua kali atau bahkan lebih. Kecerobohannya itu tampak jelas manakala ia bergabung ria dengan Turobiyyah untuk menggoncang ukhuwwah Salafiyyah di Indonesia. Bukti dia tergabung dalam dinasti Turobiyyah, disebut dalam puisi “Arena Gulat” Abu Fairuz, baris ke 1370 : "Ada juga Dzakwan penulis "Sindikat".” Footnote tertulis : "Abu Sholih Dzakwan Al Maidany -hafizhahulloh-, dengan kitabnya "Menggulung Jaringan sindikat Membongkar Makar Pengkhianat" yang merupakan ringkasan dari "Mukhtashor Bayan"
14
Tak terdengarnya suara-suara sumbang dia atas Yayasan Ta’zhimus Sunnah dan para pengelolanya, sebagaimana suara-suara sumbang dia atas yayasan lainnya. Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
26
dengan beberapa tambahan yang sangat penting." Serta di baris ke 1692 : “Abu Sholih Dzakwan yang berkorban berat”. Kita memohon keselamatan pada Allah dari penyimpangan setelah datangnya kebenaran. 6. ABU ARQOM MUSHLIH ZARQONI AL MEGETANI Abu Arqom belum menyusun malzamah fitnah Yaman tersendiri, namun pernah tercatat mengoreksi tulisan Abul Abbas Khadir Al Mulki, bersama-sama Abu Turob Al-Jawi, yakni berjudul :
ﲔﻗﺎﺩ ﺻﻢﺘ ﺇﹺﻥﹾ ﻛﹸﻨﻜﹸﻢﺎﻧﻫﺮﻮﺍ ﺑﺎﺗﻗﹸﻞﹾ ﻫ Namun, saudara dari Abu Hazim Magetan ini, bersama-sama Abu Abdirrahman Utsman AsSemarangi memberikan sumbangsih yang nyata dalam tulisan terjemahan berjudul "MENEPIS TUDUHAN KEJI" yang ditulis Al Akh Abu as Samh Iyad Al- Hasyidi. Abu Turob memberikan pengesahan setelah dia melakukan penelitian atas karya terjemahannya itu. 7. ABU ZAKARIYYA IRHAM BIN AHMAD AL JAWI Abu Zakariyya ini berasal dari kota Purworejo, Jawa Tengah. Disebutkan dalam puisi “Arena Gulat” baris ke 1385 : “Irham Purworejo penulis berbakat”. Mungkin terkait tulisannya yang disahkan oleh Abu Turob Al-Jawi berjudul : “Menebar Fitnah Membela HIZBIYYAH”, lantas dicetak oleh RA Media dengan judul “Konspirasi & Makar Terhadap Darul Hadits Dammaj”. 8. ABU ‘ABDIRRAHMAN IRHAM AL MAIDANI “Irham Medan penghapal yang berbarokat”, “Irham Medan yang rumahnya berbarokat” demikian sanjungan luarbiasa dari Abu Fairuz dalam “Arena Gulatnya” baris ke 1386 dan 1693 itu. Lantas Dinasti Turobiyyah ini memberikan kepercayaan lewat kesaksiannya yang dikutip pada footnote 37, 38, 42, tentang kesaksian Abu Abdirrohman Irham Al Maidany ini. Kiprahnya dalam Turobiyyah makin kokoh, dengan karya terjemahannya berjudul : "Pelurusan dan Penopangan Terhadap Nasehat Tanggal Sembilan", yang ditulis Abu Abdillah Kamal bin Tsabit Al 'Adny. Delapan orang ini, Abu Hazim, Abu Turob, Abu Fairuz, Abul Husain, bang Dzakwan, Abu Arqom, dua Irham, memiliki andil yang cukup besar untuk mengacaukan barisan Salafiyyah di Indonesia, sementara selain mereka hanyalah para pengikut yang sekedar membebek saja. Apa kata para petinggi, maka itu pulalah yang mereka suarakan. Yang ada pada mereka hanyalah sekedar “Kami mendengar manusia mengatakan demikian, maka kamipun juga ikut mengatakan demikian.” Dengan kata lain hanya (maaf) “hanya mbebek”, sebagaimana sifat seekor bebek yang hanya mengikuti apa titah pemimpinnya, tanpa berpikir panjang akan efeknya, dst. Merekalah tokoh pada thobaqat pertama, kemudian setelah mereka yang juga masih dalam thabaqat pertama, namun tingkat bahayanya berada di bawah para tokoh itu, sehingga disebut “pengikut Turobiyyin”. Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
27
C. Nama- nama PENGIKUT Turobiyyin Berikut ini adalah nama-nama para pengikut, pengekor dan pembeo yang hanya sekedar membebek dari belakang saja. 1. ABU ‘ABDILLAH MUHAMMAD BIN ‘UMAR Pria ini berdomisili di Langsa, di kalangan teman-teman lamanya dia biasa dipanggil Mukhlish Armen. Dia juga merupakan salah seorang mantan laskar jihad yang turut “gegabah”, yang setelah pembubaran laskar malah turut bergabung dengan Dinasti Tuobiyyah yang bertujuan untuk mencabik-cabik ukhuwwah Salafiyyah di Indonesia, Sebenarnya dia tidak memiliki karya-karya tulis seperti teman-temannya yang lain, dia hanya menterjemahkan masalah ‘Arsy yang kemudian juga disebar di Internet, diantara perbuatan dia adalah:
Turut andil mendatangi anak-anak Indonesia untuk menguji dan mengetes mereka berkaitan dengan masalah fitnah yang tengah terjadi di Yaman, padahal pengetesan itu merupakan ushlub hizbiyyah.
Seperti sebelumnya dia juga turut andil dalam memberikan semangat atas kalimat kufur yang diucapkan oleh Abu Turob dan Abu Fairuz.
Masih seperti sebelumnya (yaitu Dzakwan), tidak memiliki keadilan dalam bersikap dan bertindak, sebagai contoh adalah bungkamnya 15 dia dari yayasan yang ada dalam asuhan ustadznya sendiri yaitu ustadz Abu Mundzir Dzul Akmal
Sebagai bukti posisi dia dalam kabinet Turobiyyah, disebutkan dalam puisi “Arena Gulat” Abu Fairuz dalam baris ke 1371 : “Muhammad penerjemah "Arsy" yang hangat”. Di footnotenya tertulis : “Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Umar Aceh - hafidzahulloh – penerjemah malzamah yang berbicara tentang silang pendapat seputar istiwa Alloh di atas 'Arsy dengan bersentuhan ataukah tidak bersentuhan.” 2. ABU KHALIFAH ‘ABDUL GHAFUR Sungguh perlu dikasihani saudara kita, Abu Khalifah Abdul Ghafur dari Jawa Timur ini. Pria ini sekedar hanya membeo para pembesarnya (Abu Turob), akhirnya dia harus merasakan indahnya bogeman mentah dari saudara Abu Sahl Sa’ad. Itulah akibat ringan yang diterimanya hanya karena menelan berita mentah-mentah, dan tidak mau mengecek berita itu, padahal dia selalu bersua dengan si sumber berita. 15
Tak terdengarnya suara-suara sumbang dia atas Yayasan Ta’zhimus Sunnah dan para pengelolanya sebagaimana suara-suara sumbang dia atas yayasan lainnya. Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
28
Kalau seandainya dengan pukulan itu, dia dapat karena mempertahankan kebenaran serta bukan pada sesuatu yang salah maka itu adalah suatu kemuliaan, namun sedihnya apa yang dia dapatkan itu adalah hasil dari kecerobohan dan kurang telitinya dia. Dari tindakan dia yang asal menerima berita yang sampai kepadanya, padahal kenyataan sebenarnya tidaklah sama dengan apa yang dia sebarkan. Allahul Musta’an. Pria ini juga turut andil memberikan semangat pada ucapan kufur yang ditulis oleh Abu Turob dan Abu Fairuz. Sebagai bukti jaringan Turobiyah merengkuh si Abdul Ghafur, lihat puisi “Arena Gulat” dari Abu Fairuz nomor baris ke 1387 : “Abdul Ghofur ramah dan pegang amanat”. Tragis, dia sudah kena aperkat jago gulat Turobiyyat, masih juga dirangkul ? 3. ABU ZAKI ‘ABDUL A’LA Di awal kedatangannya di Dammaj tercinta, dia lebih dikenal dengan panggilan Mumun. Abu Zaki ‘Abdul A’la berasal dari Lamongan, pria ini juga turut andil memberikan semangat untuk menyebarkan kalimat kufur yang ditulis oleh Abu Turob dan Abu Fairuz. Apakah Abu Zaki ini memiliki kedekatan dengan Abu Mas’ud, yang sama-sama dari Lamongan? Tidak salah lagi. Abu Mas’ud yang bernomor HP 0852 7866 4013, juga amat gigih membela Turobiyyun dan diketahui mengisi daurah di markiz besar Turobiyyin Indonesia, Ma’had Yayasan Tarbiyatus Sunnah, Sampung, Magetan pada tanggal 19 Maret 2009 ba’da Dhuhur. Abu Mas’ud didampingi dengan Imam Hanafi, sang elang yang telah mendarat di Indonesia dan Nurul Yakin (alumni Madinah). Abu Mas’ud juga kenal baik dengan Ahmad Hasan, keluarga yang paling aneh dan satu keluarga kompak membela Turobiyyah. Yang anehnya mereka semua yang tersebut di atas (kecuali Nur Kholis) bersatu dalam ucapan kufur tersebut. Maka saya ingin mengingatkan mereka dengan firman Allah yang berbuntui:
(65 : ) ﺍﻟﺰﻣﺮ: ﻠﹸﻚﻤ ﻋﻄﹶﻦﺒﺤ ﻟﹶﻴﻛﹾﺖﺮ ﺃﹶﺷﻦ ﻟﹶﺌﻚﻠ ﻗﹶﺒﻦ ﻣﻳﻦﺇﹺ ﻟﹶﻰ ﺍﻟﱠﺬ ﻭﻚ ﺇﹺﻟﹶﻴﻲ ﺃﹸﻭﺣﻟﹶﻘﹶﺪﻭ Artinya: Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu (Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam) dan kepada orang-orang sebelum kamu: “Jika kamu melakukan kesyirikan maka amal perbuatan kebaikanmu akan sia-sia.” (Az Zumar: 65)
(88 : )ﺍﻷﻧﻌﺎﻡ.ﻠﹸﻮﻥﹶﻤﻌﻮﺍ ﻳﺎ ﻛﹶﺎﻧ ﻣﻢﻬﻨﺒﹺﻂﹶ ﻋﻛﹸﻮﺍ ﻟﹶﺤﺮ ﺃﹶﺷﻟﹶﻮﻭ Artinya: “Dan jka mereka melakukan kesyirikan, maka akan terhapuslah semua amal kebaikan mereka”. (Al An’am: 88) Bukti Abu Zaki dalam barisan Turobiyyah, ditorehkan dalam puisi Abu Fairuz “Arena Gulat” baris ke 1373 - 1374 : “Abdul A'la yang baik hati dan sehat. kocak, sopan, dan hapalan juga kuat.” Ternyata dengan berbekal kocak dan sopan, menteri Abu Fairuz akhirnya keluarkan SK Tazkiyyahnya. 4. ABU ‘ABDIRRAHMAN ‘UTSMAN
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
29
Dia berdomisili di Semarang, menikah di Dammaj dengan seorang akhwat yang berasal dari Batu Bara Medan sekarang masih berada di Dammaj. Ini untuk membedakannya dengan Abu ‘Abdillah Utsman yang kini telah mudik ke Indonesia yang sekarang berdakwah mengajak manusia ke Jalan Allah, beliau juga bersama pendahulunya dalam mengemban dakwah ini. Pria ini merupakan juga salah seorang “mantan Laskar jihad yang gegabah”, yang membiarkan atau bahkan sengaja untuk terjatuh dalam satu lubang terulang lagi hingga dua kali. Terlihat dengan kecerobohannya dia bergabung ria dengan Dinasti Turobiyyah dam mencabik-cabik Ukhuwwah Salafiyyah di Indonesia. Sebagai bukti posisisnya di kabinet Turobiyyah ini, adanya karya terjemahannya, berjudul "MENEPIS TUDUHAN KEJI" yang ditulis Al Akh Abu as Samh Iyad Al- Hasyidi, diterjemahkan bersama Abu Arqom Muslih Al Magetani, dan disahkan oleh Abu Turob Al-Jawi. Abu Fairuz menulis konyol di footnote nomor 16, di bagian ke 4 “Arena Gulat”nya, terkait diri Abu Abdirrrahman Utsman as Semarangi : “ Adapun ana, karena ana sudah berjasa membocorkan nama-nama berbahaya ini padamu, juga telah memberimu tazkiyyah di risalah "Inbi'atsut Tanabbuh bi inksyafi Hizbiyyati Luqman Ba Abduh" maka kasihlah ana tazkiyyah barang sedikit biar bisa menikah dan dapat rizqi. ” 5. ABU ‘ABDIRRAHMAN MUHAMMAD SHIDDIQ Nama lengkapnya Muhammad Shiddiq bin Arsyad Thalib berasal dari Bugis, Sorowako, Sulawesi Selatan. Dengan semangat yang membabi buta dia berusaha menterjemahkan banyak risalah kemudian disebar di Indonesia. Dia mengira usahanya itu merupakan suatu hasil yang sangat memuaskan, namun ternyata sebaliknya, justru dia merusak dirinya dengan ulahnya sendiri Bergabungnya dia dengan Turobiyyah bisa dikatakan baru-baru saja, karena sejak awal berkembangnya Dinasti Turobiyyah dia tidak memiliki kedudukan apa-apa. Namun kini dia merupakan salah seorang penulis andalan Turobiyyah yang sengaja dipasang untuk mengecoh para du’at Salafiyyin Indonesia. Namun sayang seribu sayang, hasil usahanya meleset jauh dari yang diperhitungkannya. Posisi Shiddiq dalam dinasti Turobiyyah ini dikukuhkan dalam baris ke 1391 puisi “Arena Gulat” Abu Fairuz : “Shiddiq yang jujur dan punya tekad kuat”. Melalui email-emailnya, Shiddiq menyebarkan pemikiran Turobiyyah sekian kali, dengan email abuabdirrohmanymn diantaranya pada tanggal 10 Desember 2008, 16 Januari 2009, 5 Februari 2009, 6 Februari 2009, 12 Maret 2009 dll. 6. ABU IBRAHIM ALWI 7. ABU HANIFAH 8. ABU SAIF MUFTI Inilah nama-nama para anggota Turobiyyah yang menduduki posisi pada thobaqot kedua, sejujurnya mereka kurang bisa mengenal mana kawan dan mana lawan. Mereka hanya tahu, Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
30
siapa saja yang telah terdaftar saja pada jajaran Turobiyyah, maka mereka adalah teman, sementara yang anti dengan Turobiyyah mereka adalah lawan. Titik. Sementara selain mereka hanyalah para pengikut yang sekedar membebek saja atau katakanlah bahwa mereka adalah “para mangsa” Turobiyyah. Apa kata para petinggi, maka itu pulalah yang mereka suarakan. Yang ada pada mereka hanyalah sekedar : “Kami mendengar manusia mengatakan demikian, maka kamipun juga ikut mengatakan demikian.” Dengan kata lain hanya (maaf) “hanya mbebek”, sebagaimana sifat seekor bebek yang hanya mengikuti apa titah pemimpinnya, tanpa berpikir panjang akan efeknya, dst. D. Nama- nama YANG MENJADI KORBAN Turobiyyin Dammaj yang tercinta kini dipenuhi oleh ratusan pemuda yang berasal dari Indonesia. Dari ratusan jumlah itu ternyata sebagian dari mereka menjadi mangsa keganasan fitnah Turobiyyah yang tengan melanda, kini terjadilah dilema antara sesama santri Indonesia yang kini berada di Dammaj harosahallah. Sebagai contohnya, Abul Abbas Khadir Al Mulki dari Limboro, kec. Seram Barat, Maluku Tengah ini, termasuk paling depan dalam mengirimkan malzamah fitnah Yaman secara bertubitubi.sejak tanggal 10 November 2008, Abul Abbas ini terus menghantam email salafiyyin di Indonesia, mengekspor fitnah ini agar tersebar luas di negeri Indonesia. Dalam puisi “Arena Gulat”, disebutkan nama-nama korban konflik Maluku yang kini ikut-ikutan bergabung dengan dinasti Turobiyyah adalah sbb : Adam Ahmad Abul Jauhar, Abu Dujanah Amin Al Ambony bin Nurdin, Ridhwan, Abu Usamah, Imron, Faris, Fikri, Pak Alfi, Abul Husain, Sulaiman Abu Sulaim, Abul Jauhar, Abul Abbas Khoidir Al Mulki, Abu Yusuf Abdul Malik, dll. Di lembar berikutnya, saya akan menyebutkan nama-nama korban dari kegalakan Dinasti Turobiyyah ini dengan menyebutkan sepintas keterangan berkaitan dengan yang bersangkutan. Sangat disayangkan, anak-anak korban konflik SARA yang baru mempelajari Dienul Islam yang mereka berasal dari Ambon, Maluku, mayoritasnya menjadi sasaran Turobiyyah. Entah karena mereka masih baru mengkaji Dienul Islam ini, sehingga terkesan memiliki semangat yang keliru dan membabi-buta, atau kemungkinan kedua karena mereka memang tidak memiliki kesiapan untuk berhadapan dengan arus fitnah Turobiyyah. Maka tak pelak lagi, mereka menjadi sasaran akan keganasan Turobiyyah. Sementara harapan orangtuanya di Maluku, mereka diharapkan menjadi generasi penerus dakwah Salafiyyah. Maluku membutuhkan ratusan da’i Salafy untuk menyebarkan dakwah Salafiyyah kepada warganya yang hingga kini tiada henti dari konflik SARA itu. Demi melihat kenyataan yang memilukan ini, anak-anak Ambon yang berada di Dammaj bukan malah menyadari keadaan yang sesungguhnya, namun mereka justru mengekspor fitnah Turobiyyah ke daerah asal mereka. Akhirnya tindakan gegabah itu menyebabkan orang-orang yang tidak faham, atau belum memahami kondisi Turobiyyah yang sesungguhnya dari kalangan awam salafiyyin di Maluku, meninggalkan pengajian mereka yang selama ini ditekuni bersama para da’i Salafy di sana. Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
31
Lihatlah fitnah ini ternyata membikin banyak dari mereka, muslimin di Ambon yang futur, tidak lagi mengaji, atau bahkan kembali menekuni kejahatan di masa lalu, wal’iyadzubillah. Saat ditanyakan kepada mereka kenapa menjadi seperti itu? Jawab mereka enteng : “Ustadznya sudah ditahdzir oleh pihak Dammaj.” Subhanallah... Seperti inikah didikan yang mampu kalian berikan, wahai para elang yang hanya mampu berteriak di negeri orang? Inikah didikan anak-anak Ambon yang berada di Dammaj kepada masyarakatnya yang baru bertaubat dan mengkaji Dienul Islam ini dengan baik dan benar ? Apakah kalian lebih senang mereka-mereka futur, malas mengaji dan bahkan ada diantara mereka yang kembali menjadi awam, bahkan meninggalkan sholat serta kembali ke sekolah umum, hanya berawal dari fitnah Turobiyyah yang kalian ekspor ini? Senangkah kalian ?! Siapkah kalian menanggung dosa mereka hanya karena sebab pemikiran kalian itu lantas mereka meninggalkan Tholabul Ilmi dan menjauhi majlis-majlisnya para Da’i Salafi yang di sana? Seperti inikah cara kalian mendidik Ummat Islam? Ingatlah firman Allah yang berbunyi:
(25 :ﻭﻥ )ﺍﻟﻨﺤﻞﺰﹺﺭﺎ ﻳﺎﺀَ ﻣﻠﹾﻢﹴ ﺃﹶﻟﹶﺎ ﺳﺮﹺ ﻋﻴ ﺑﹺﻐﻢﻬﻠﱡﻮﻧﻀ ﻳﻳﻦﺍﺭﹺ ﺍﻟﱠﺬﺯ ﺃﹶﻭﻦﻣ ﻭﺔﺎﻣﻴ ﺍﻟﹾﻘﻡﻮﻠﹶﺔﹰ ﻳ ﻛﹶﺎﻣﻢﻫﺍﺭﺯﻠﹸﻮﺍ ﺃﹶﻭﻤﺤﻴﻟ Artinya: “Dan agar supaya mereka memikul dosa-dosa mereka dengan sepenuhnya di hari Kiamat dan juga dosa orang-orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka sebenarnya disesatkan) sungguh teramat buruk apa yang mereka pikul.” (An Nahl: 25) Dan berkata Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini:
ﻳﺼﲑ: ﺃﻱ،ﻢﻢ ﻭﻳﻮﺍﻓﻘﻮ ﺇﳕﺎ ﻗﺪﺭﻧﺎ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻟﻮﺍ ﺫﻟﻚ ﻓﻴﺘﺤﻤﻠﻮﺍ ﺃﻭ ﺯﺍﺭﻫﻢ ﻭﻣﻦ ﺃﻭﺯﺍﺭ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺘﺒﻌﻮ:ﺃﻱ "ﻣﻦ ﺩﻋﺎ: ﻛﻤﺎ ﺟﺎﺀ ﰲ ﺍﳊﺪﻳﺚ،ﻢ ﻭﺧﻄﻴﺌﺔ ﺇﻏﻮﺍﺋﻬﻢ ﻟﻐﲑﻫﻢ ﻭﺍﻗﺘﺪﺍﺀ ﺃﻭﻟﺌﻚ،ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺧﻄﻴﺌﺔ ﺿﻼﳍﻢ ﰲ ﺃﻧﻔﺴﻬﻢ ﻭﻣﻦ ﺩﻋﺎ ﺇﱃ ﺿﻼﻟﺔ ﻛﺎﻥ، ﻻ ﻳﻨﻘﺺ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺃﺟﻮﺭﻫﻢ ﺷﻴﺌﹰﺎ،ﺪﻯ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﻣﻦ ﺍﻷﺟﺮ ﻣﺜﻞ ﺃﺟﻮﺭ ﻣﻦ ﺍﺗﺒﻌﻪﺇﱃ ﻫ ."ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻹ ﰒ ﻣﺜﻞﹸ ﺁﺛﺎﻡ ﻣﻦ ﺍﺗﺒﻌﻪ ﻻ ﻳﻨﻘﺺ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺁﺛﺎﻣﻬﻢ ﺷﻴﺌﹰﺎ Artinya: “Makna dari ayat ini adalah; sesungguhnya Kamilah yang telah mentaqdirkan mereka untuk mengucapkan ucapan itu, sehingga dengan sebab itu mereka akan memikul dosa-dosa mereka sendiri dan juga dosa orang-orang yang mengikuti dan mencocoki mereka. Dengan kata lain bahwa mereka menanggung dosa kesesatan mereka sendiri dan juga dosa di kala mereka menyesatkan orang lain, serta mereka memikul kesalahan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kesesatan. Hal ini sebagaimana tertera dalam sebuah hadits yang berbunyi: “Barangsiapa yang mengajak manusia menuju petunjuk maka dia mendapatkan pahala sebanyak pahala orang-orang yang mengikutinya di atas petunjuk itu dengan tanpa mengurangi pahala orang-orang yang mengikutinya. Dan barangsiapa yang mengajak manusia menuju kesesatan maka dia menanggung dosa sebanyak dosa orang-orang yang mengikutinya di atas kesesatan itu dengan tanpa mengurangi dosa orang-orang yang mengikutinya.” Di sisi lain orang yang berakal dari mereka yang bernama Abul ‘Abbas ‘Arifin Ambon, yang memiliki baik sangka kepada kebijaksanaan para du’at salafiyyin yang berada di sana justru Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
32
dimusuhi dan dicap oleh Turobiyyun sebagai orang yang berpenyakit hatinya. Hanya karena dia tidak sejalan dan tidak sependapat dengan kekonyolan Turobiyyin dan ank-anak Ambon lainnya dalam kaitannya sikap keras dan membabi buta mereka kepada para du’at Salafiyyin Indonesia. Seperti inilah gambaran pendidikan yang ditelorkan oleh Turobiyyah, dan seperti itu pula yang ditancapkan oleh putra-putra Ambon yang tengah bergabung ria dengan Dinasti Turobiyyah dengan segala keanehan mereka. Kebaikan apa yang diharapkan akan muncul dari cara pendidikan seperti ini ? Pendidikan yang justru mengajak orang untuk meninggalkan syariat yang murni dan jalan keselamatan dunia dan Akhirat ?! Hanya kepada Allah sajalah kita mengadukan segala permasalahan yang tengah kita hadapi.
Dan berikut adalah nama anak-anak Ambon yang tertipu dan terbuai, menjadi mangsa fitnah Turobiyyah, diantaranya sbb : 1. ABUL ‘ABBAS KHADIR BIN NUR SALIM Berangkat dari Ambon, sempat singgah di Tangerang untuk menunggu keberangkatan ke Dammaj, Yaman. Daurah Masyayikh di Jogjakarta yang terakhir dilaksanakan pun terlewatkan, lantaran menunggu travel yang kabarnya tidak menentu itu tanggal keberangkatannya. “Khoidir yang datang dan penuh semangat”, demikian goresan pena Abu Fairuz di puisi “Arena Gulat” baris ke 1363. Dengan semangat ‘45’, ketika datang di Dammaj, belum genap 3 bulan, programnya langsung menghantam email-email salafiyyin Indonesia. Ya, mulai tanggal 9 November 2008 resmi genderang peperangan ditabuh oleh Khadir. Demi melihat semangat luar biasa ini, tentu saja Abu Fairuz menorehkan ‘penuh semangat’ dalam SK Turobiyyahnya. Kini bocah Limboro dari kec. Seram Barat, Maluku Tengah ini mulai mencapai kedewasaannya, email Abul Abbas terkait fitnah sejak 8 November 2008 kini mereda. Mungkin dia sudah menyadari bahwa dirinya adalah mangsa Turobiyyah ? 2. ADAM AHMAD ABUL JAUHAR Dalam SK Turobiyyah nomor baris ke 1361, yang dikeluarkan menteri Turobiyyah, Abu Fairuz tertera : “Abul Jauhar yang lembut tapi hebat”. Dialah yang paling gencar menyirami emailemail kita, mengekspor fitnah Yaman sejadi-jadinya sejak tanggal 4 Desember 2008 dengan ID abuljauhar1429, hingga Maret 2009 ini. Adam Ahmad-lah yang mengirimkan email atas perintah bang Dzakwan untuk menulis kalimat dengan tinta emas nan indah menyejukkan itu dengan ucapan : “Bismillah.... edisi revisi dari "nasehat dan wasiat " disertai vonis Masyayikhus Sunnah terhadap Luqman ba 'Abduh Al Hizby . Abu Mahfudz (Mampus) Ali bin Imron bin Ali Adam : "majhul "( tidak dikenal) apakah dia jin atau manusia, muslim atau apa ?!! Yang jelas ini adalah sifat Hizbiyyin yang selalu menyandang nama samaran , karena mereka adalah para pengecut dan pendusta.”
3. ABU SULAIM SULAIMAN
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
33
Dalam beberapa kali kunjungan ke Solo di pondok Ibnu Taimiyyah, saya sempat bertemu dan berbincang dengannya saat dia mondok di Solo. Namun mungkin dia telah lupa atau sengaja melupakannya sehingga bisa dijadikan sebagai suatu alasan bahwa Abu Mahfudzh itu “Majhul”. Dan memang inilah lagu lama yang selalu didendangkan Turobiyyah, manakala mereka tidak mampu menjawab hujjah yang disampaikan, baik karena kurang akal atau malas. Persaksian temannya akan keanehan dia sebagaimana tersebut dalam Silsilah Rasail karya akhina ‘Abdil Karim - jazahullah - cukup mewakili untuk mengungkap lebih lanjut tentang Abu Sulaim Sulaiman ini. Tazkiyyah dari Menteri Turobiyyah atas Abu Sulaim dan Sulaiman ini tertera pada baris ke 1358 – 1359 yang berbunyi :” Sulaiman kecil yang hapalan kuat Abu Sulaim penerjemah yang giat”. 4. ABU DUJANAH AMIN BIN NURDIN Dalam SK Turobiyyah baris ke 1357 – 1353 tertulis bahwa Amin langsung dibina oleh Abu Turob : “Amin sibuk belajar juga ibadat menempa diri agar makin mengkilat ilmu dan akalnya semakin meningkat diasuh Syaikh Yahya yang ilmunya hebat juga masyayikh lain yang sangat kuat Bersama qudama' yang jaga amanat kayak Abu Turob yang terus melesat.” Juga di baris ke 1369 : “untuk bina Amin yang jadi amanat.”, “Mereka pun tak rela Amin terjerat”, tampak di baris 1397. Juga “Tentang teman Amin yang tadi tercatat”, di baris ke 1401. Dan “Moga Amin nanti di suatu saat..” disambung dari baris ke 1429 hingga 1461, tampak sekali sang sastrawan dadakan Abu Fairuz memiliki hubungan emosional yang cukup kuat dengan Amin ini, cukup panjang baris yang dihadiahkan kepada Amin dan bapaknya. 5. ABU YUSUF ABDUL MALIK (CIWANK) Kesaksian Abu Yusuf dimanfaatkan oleh Abu Fairuz pada footnote ke 40 dan disebut dalam putusan majelis Turobiyyah baris ke 1356 : “Abu Yusuf yang semangat juga hangat.” Entah apa maksudnya ‘hangat’ itu ? Dan disusul di baris ke 1694, “Abu Yusuf yang mudah dengar nasihat”. 6. RIDHWAN Kesaksian Ridhwan juga dimanfaatkan oleh Abu Fairuz bersama Abu Yusuf pada footnote ke 40. 7. ANWAR “Anwar yang baru datang langsung melesat”, demikian keterangan dari lembar dokumen “Arena Gulat” Abu Fairuz di baris ke 1362. 8. UMAIR BIN NUR SALIM “Umair yang lucu dan agak hangat”, demikian sang menteri Turobiyyah mendefinisikan tentang sosok Umair di baris ke 1360. Kalau Abu Yusuf hangat, Umar agak hangat, ditambah lucu, duh, penilaian yang cukup menggelikan, tapi inilah kenyataannya, wahai para pembaca sekalian. Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
34
9. MUSTHOFA
Dan berikut adalah nama anak-anak Sumatera yang tertipu dan terbuai, menjadi mangsa fitnah Turobiyyah, diantaranya sbb : Ternyata Aceh juga tak jauh berbeda dengan Ambon, hanya saja kalau di Ambon mayoritas mereka adalah mangsa Turobiyyah, adapun Aceh hanya segelintir orang saja. Namun mereka jumlahnya segelintir itu, juga sama-sama menjadi mangsa keganasan fitnah Turobiyyah. Sebut saja pria bernama Masdal, dia dengan semangat yang membabi buta berusaha menjauhkan kakaknya dari majlis ilmu yang diisi oleh para Da’i Salafy yang berada di Aceh. Semua itu dia lakukan hanya untuk memenuhi ambisi para ketuanya yang duduk di jajaran Dinasti Turobiyyah. Wahai Masdal, bukankah engkau sadar bahwa kakakmu adalah orang yang baru saja mengkaji dan mempelajari Dienul Islam ini? Bila engkau menyuruh kakakmu menjauh dari majelis para da’i Salafi yang berada di Aceh, lantas kepada siapakah engkau mengarahkan kakakmu untuk mempelajari agama ini? Apakah engkau akan membiarkan kakakmu kembali menjadi awam? Atau kembali meninggalkan shalat? Atau lebih buruk dari itu semua engkau membiarkan kakakmu mempelajari Dien yang haq ini dari para Shufiyyah atau Jama’ah Tabligh yang banyak tersebar di Aceh?! Berfikirlah wahai saudaraku Masdal yang terhormat. Berfikirlah Jangan hanya karena kamu ingin memenuhi semua ambisi Turobiyyah yang konyol itu lantas kamu mengorbankan kakakmu, janganlah engkau tertipu dengan keadaan mereka yang seakan dekat dengan para ‘Ulama namun pada hakekatnya mereka bak “jauh panggang dari api” lihatlah mereka-mereka yang berada di sekelilingmu yang dahulunya mereka juga bergabung dengan Turobiyyah, namun saat mereka menyadari kesalahan dan kebobrokan Turobiyyah mereka segera meninggalkannya. Semoga ini cukup sebagai nasehat kepada saudara Masdal dari Aceh yang masih baru mengkaji Dinul Islam ini. Dilain pihak ternyata kakak si Masdal yang kini berada di Aceh jauh lebih cerdik dan lebih berpemikiran jernih bila dibanding dengan si adik yang berada di Dammaj. Dia tidak ingin kembali mundur ke belakang, maka dengan tetap memberikan kasih sayang kepada adiknya ini, dia tetap tak hendak meninggalkan majelis para du’at Salafiyyin yang berada di Aceh. Jazahullahu Khairon. 10. MASDAL, ACEH Dalam SK Menteri Dalam Negeri Turobiyyah, tertuang nomor 1384, yang disahkan Abu Turob, tertulis : “Juga Masdal yang terus naik peringkat”. 11. ABU HAIDAR, ACEH Abu Haidar berhasil masuk ranking ke 1383 yang berbunyi : “Abu Haidar yang kejar al haq dapat”, di lembaran “Arena Gulat” itu. 12. ABU HUDZAIFAH HABIBI, ACEH Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
35
Dalam "Risalah Abu Fairuz.zip", nama Habibi Aceh, disebut-sebut dalam email Adam Ahmad, terkait kisah di tanggal 2 Dzulhijjah 1429 H itu. 13. ABDUL HADI, MEDAN Tertera dalam SK Abu Turob pada baris ke 1382 : “Sholih dan Abdul Hadi yang bersemangat”. 14. SHOLIH , MEDAN Idem, tampak dalam SK Abu Turob pada baris ke 1382 : “Sholih dan Abdul Hadi yang bersemangat”. 15. KHAIRUL ‘ABDI, ACEH 16. ABU AHMAD ZAKI, ACEH 17. ‘ABDUL QADIR (IBNU), RIAU 18. ABU JA’FAR, RIAU 19. ABU SYAIBAH HANIF, PADANG
Berikut anak-anak korban Turobiyyah yang berasal dari Jawa, sbb: 20. MUHAMMAD AJI Aji mendapatkan tazkiyah di SK Abu Turob dan Abu Fairuz nomor 1381 : “Aji moga sabar ujian yang berat”. 21. AFIF Tentu saja bukan al Akh Muhammad Afifuddin, Gresik, namun Afif lain yang direstui Abu Turob dengan ungkapan : “Adib, Ibnu, Afif dan Hisyam yang giat”, di SK Turobiyyah baris ke 1390. 22. ADIB Nomor SK idem dengan Afif 23. ABU NAFI’ Tertera di baris ke 1378, “Dan Abu Nafi' yang senyum menyemburat”, SK Turobiyyah diturunkan Abu Fairuz lantaran mengumbar senyum dengan Abu Turob. 24. ABDUL WAHID SK no 1375, dalam kitab puisi Turobiyyah disebutkan : “Abdul Wahid yang sabar dalam merawat”. 25. HARIS JABALI Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
36
SK kementerian Turobiyyah nomor 1372 memuji : “juga Harits Jabali teman yang giat”. 26. MUHAMMAD SHUBHI Pasal ke 1388 dari surat putusan Abu Fairuz itu menyatakan keloyalitasan Shubhi lantas dipuji : “Muhammad Shubhi yang lucu bersahabat”. 27. ABU USAMAH SHOFWAN “Dan Shofwan yang teliti hingga selamat”, demikian puji Abu Fairuz di baris ke 1376. 28. EMPAT BERSAUDARA KELUARGA NGAWI YANG PENUH KEANEHAN
HASAN
DARI
“Hasan dan Abu Hanifah hati kuat”, demikian pujian singkat yang amat pendek di baris ke 1380, yang telah mempersembahkan ribuan eksemplar buku fitnah ditebar seantero Indonesia. Lihatlah bandingkan dengan ‘kehangatan’ Abu Fairuz yang direstui Abu Turob pada Al Akh Amin Abu Dujanah. Adapun buat Abu Ayyoob Arif Hasan bin Mukiyi yang menjadi desainer buku-buku Turobiyyah RA Media itu, akhirnya mendapatkan SK langsung dari Abu Turob di baris ke 812- 813 : “Semoga tercurahkan salam dan rohmat kepada Pak Arif Ngawi yang terhormat”. Sayang, si pemilik email Bani Hasan bin Mukiyi yang terlanjur tersebar keanehannya, juga Fuad yang sama-sama gila nonton TV bola bin parabola itu, walaupun banyak ‘jasanya’, tidak dapat disebutkan dalam SK Turobiyyah. “Penonton bola harap maklum adanya. Terima kasih atas perhatian, kegigihan dan bantuan Anda….” Itu kira-kira ucapan Abu Fairuz yang kelupaan menyertakan nama keduanya. Wallahul musta’an. 29. Abu Mas’ud, LAMONGAN Bagaimana kiprah beliau, sebenarnya beliau belum memiliki SK dari Turobiyyah, namun sudah berjuang habis-habisan membela Turobiyyah, berdebat lewat SMS. Abu Risalah teman Abu Mas’ud itu mengirimkan SMS ke al akh Abdul Ghofur, Malang. Abu Risalah menyatakan bahwa ustadz Abu Mas’ud menyatakan: “Yayasan itu tidak lebih baik daripada BABI”, ketika ditanya siapa yang bilang. Silakan tabayyun langsung ke HP Abu Mas’ud di nomor 0852 7866 4013, sesuai saran Abu Risalah Surabaya HP 08123117924. Itulah sedikit bukti kegigihan beliau dalam membela Turobiyyun, sama-sama mengharam-hizbisesatkan Yayasan. Terakhir, beliau diketahui mengisi daurah di markiz besar Turobiyyin Indonesia, Ma’had Yayasan Tarbiyatus Sunnah, Sampung, Magetan pada tanggal 19 Maret 2009 ba’da Dhuhur. Abu Mas’ud didampingi dengan Imam Hanafi, sang elang Yaman yang barusan mendarat di Indonesia dan Nurul Yakin (alumni Madinah). Hanya sayangnya SK Pengangkatan Turobiyyah itu belum turun dari atas. Mohon para simpatisan Turobiyyah yang ingin menjadi pegawai tetap Turobiyyah harap maklum adanya. Terima kasih.
Berikut nama-nama korban Turobiyyah yang lainnya, yang berada di luar Jawa dan Sumatera : Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
37
30. AFFAN SK Pengangkatan dari Menteri Turobiyyah, nomor 1392 bertajuk : “Abu Sholih dan 'Affan rajin dan giat.”
31. ABUL MUNDZIR MUJAHID Baris ke 1379, Abu Turob mengamini pujian Abu Fairuz : “Abul Mundzir mujahid tinggi martabat”. 32. ABU ‘ABDILLAH IMAM HANAFI Kini Imam Hanafi mulai merintis berjuang menjadi Turobiyyun sejati, bersama Abu Mas’ud, agar segera turun SK dari Abu Turob. Imam Hanafy tampil dalam daurah “Tertutup” di markiz Sampung, Magetan tanggal 19 Maret 2009 kemarin. Kendati pernah menerjemahkan tulisan Abu Turob Saif al Hadi bin Khadhir Al Jawi berjudul : “Nasehat dan Wasiat Buat Salafiyyun Indonesia”, namun dalam SK pengangkatan Turobiyyah terakhir, belum ada namanya. Mudah-mudahan ada revisi SK tersebut, sehingga karya terjemahan Imam Hanafy bersama-sama bang Dzakwan dan Abdul A’laa tidak sia-sia. 33. ABU FADHL ABDUL WAHHAB THOWIL Nama aslinya Restu Puji Laksono, asal Samarinda, Kalimantan Timur. Kitab "Al Jum'iyyah Bid'ah Ashriyah fi Da'wah", yang didalamnya menyebut kesaksian tentang yayasan As Salaf, Balikpapan, menyebut nama Abdul Wahab Al Andunisiy. Diberi tambahan Ath-Thowil, untuk membedakan dengan Abdul Wahab lainnya. Nama asli Abdul Wahab adalah Restu Puji Laksono, lahir di samarinda (ibukota propinsi Kalimantan Timur Indonesia) tanggal 6 September 1974. Semula Restu aktif di Yayasan As Salaf, Balikpapan sejak tahun 2003. Restu termasuk salah satu pendiri yayasan As Salaf, dan bekerja di bagian Humas yayasan tersebut. Sampailah ia dihinggapi racun Turobiyyah dan bersilat lidah dalam kesaksiannya itu. 34. HISYAM, MALAYSIA Hisyam telah mendapatkan SK nomor 1390/Arena Gulat/PTT yang berbunyi : “Adib, Ibnu, Afif, dan Hisyam yang giat”. Inilah nama-nama yang tergabung dalam Dinasti Turobiyyah, yang saling bahu-membahu untuk menggoncang dakwah, ukhuwwah da’i dan mad’u salafiyyin Indonesia.
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
38
E. SIapakah Kita… Abu Fairuz di kala melarikan diri “Dari Arena Gulat”-nya sempat mengeluarkan kalimatkalimat, yang apabila diteliti dengan seksama ternyata tak lebih bagaikan igauan seorang petarung yang bersombong sesaat akan ditemukan dengan lawannya. Di kala ia terbuai dengan sorak-sorai pemirsa yang seakan mendukungnya, sang petarung yunior itu berharap-harap cemas bakal mampu memenangkan pertandingan, serta akan pulang dengan menggondol piala medali emas idaman. Namun sayang seribu sayang ternyata setelah dia bertemu dengan lawannya di atas ring dalam “Arena Gulat”, ternyata dia malah jatuh tersungkur, terhenyak menyaksikan sang lawan. Maka tak ayal lagi dia pun segera “Turun Sejenak” (baca: lari tunggang-langgang, lintang-pukang, jurus kaki seribu) dari ‘Arena Gulat”. Sembari ia berteriak kuat-kuat dengan menyatakan di footnote ke 16 bagian ke IV “Arena Gulat” : ”Wahai Abu Mahfut yang suka nguping, tolong sampaikan pada Mufti 'Am Al 'Allamah Luqman Ba Abduh pesan ana: Kamu sudah mengumumkan tahdziran terhadap para tholabatul 'ilmi yang datang dari Markiz Induk Dammaj, kecuali orang-orang yang dapat tazkiyyah dari gerombolanmu. Ana sudah membantumu menuliskan banyak nama tokoh pembela Syaikhuna Yahya - hafidzahulloh – dari kalangan Indonesiin - hafidzahulloh -. Catat baik-baik nama-nama tadi dan peringatkanlah umat dari mereka, jangan sampai menghadiri majelis ilmu mereka ataupun menikahkan anak perempuan dengan mereka. Bahkan kasih tahu juga para Malaikat agar jangan mengantarkan rizqi pada mereka, jangan mengiringi berangkatnya fi sabilillah dengan panji-panji, jangan mengiringi jenazah mereka jika meninggal, jangan membukakan pintu langit buat mereka, dan agar jangan membukakan pintu Jannah buat mereka jika Alloh mengidzinkan mereka masuk Jannah. Adapun ana, karena ana sudah berjasa membocorkan nama-nama berbahaya ini padamu, juga telah memberimu tazkiyyah di risalah "Inbi'atsut Tanabbuh bi inksyafi Hizbiyyati Luqman Ba Abduh" maka kasihlah ana tazkiyyah barang sedikit biar bisa menikah dan dapat rizqi. Ana sudah tahu ada satu orang anak buahmu di markiz ini yang berusaha menggagalkan pernikahan Akhuna 'Utsman Semarang. Alhamdulillah Alloh ta'ala menolong 'Utsman dan menggagalkan makar kroco tadi.”
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
39
Gambar 3. Scan buku “Turun Sejenak dari Arena Gulat” SERI 4, yang ditulis Abu Fairuz Abdurohman, muroja’ah Abu Turob Saif Al-Jawi, dijual dan dikomersilkan oleh RA Media. 16 Lihatlah gambar 3, sebagai buktinya, inilah igauan si petarung yang tak mampu memenangkan pertandingannya, yang harus meninggalkan “Arena Gulat” dengan berselimut handuk tipis, sekedar bisa menutupi wajahnya agar tak ketahuan para pemirsa. Sehingga apabila ternyata dia hanya memenangkan pertandingan dalam alam hayalannya saja, sehingga nggak malu-malu amat meninggalkan “Arena Gulat”, lari langkah seribu dengan wajah yang tertutup. Terlepas dari kemana kaburnya si petarung itu setelah KO, maka saya memiliki sedikit catatan dari ucapannya itu. a. “Bahkan kasih tahu juga para Malaikat agar jangan mengantarkan rizqi pada mereka, jangan mengiringi berangkatnya fi sabilillah dengan panji-panji, jangan mengiringi jenazah mereka jika meninggal, jangan membukakan pintu langit buat mereka, dan agar jangan membukakan pintu Jannah buat mereka jika Alloh mengidzinkan mereka masuk Jannah.” Tanggapan : Mari kita ceramati igauan si petarung yang tak menjadi pemenang pertandingan ini. Siapakah kita… ? Kita hanyalah manusia biasa yang tercipta dari air yang hina, dan orang yang paling mulia diantara kita adalah yang paling bertaqwa kepada Allah. Dari sini kita akan menyadari bahwa: “Apabila kita kalah bertanding maka harus mengakui kekalahan sendiri dan tidak mengeluarkan igauan yang hanya akan menambah kekalahan itu menjadi berlipat-lipat? 16
Diarsipkan ke http://img6.imageshack.us/img6/3816/turunsejenak4abumahfudz.jpg Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
40
Tak mengapa bila selanjutnya kita berbenah diri untuk memperbaiki kekurangan yang selama ini menyelimuti kita, agar supaya pada pertandingan-pertandingan berikutnya kita berharap bisa menjadi pemenang. Janganlah kita mencontoh saudara kita si petarung yang kalah ini (Abu Fairuz) dari rona wajah kekalahannya tampak dengan sangat jelas bahwa ucapan yang dia keluarkan itu (sadar atau tidak) tak lain adalah semata igauan. Igauan akibat tidak bisa menerima kekalahan sendiri dan masih tetap berambisi untuk menjadi petarung hebat yang akan memenangkan pertandingan.” Siapakah kita… Kita hanyalah manusia biasa yang tercipta dari air yang hina, dan orang yang paling mulia diantara kita adalah yang paling bertaqwa kepada Allah. Dari sini kita akan menyadari bahwa: “Tak seorangpun mampu mencegah para malaikat agar tidak mengantarkan rizqi yang telah Allah taqdirkan kepada para hamba-Nya sekalipun mereka adalah kafir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya) : (Maka apabila janin itu telah berumur 120 hari dalam kandungan ibunya-am) “Allah mengutus seorang malaikat yang diperintahkan untuk menentukan empat perkara, Rizqinya, Ajalnya, Perbuatannya dan celaka atau bahagia. (Muttafaqun ‘alaih dari hadits Ibn Mas’ud radliallahu ‘anhu) Bila rizqi itu telah Allah tetapkan kepada setiap hamba-Nya dan Dia jugalah yang telah menentukan ukuran sampainya rizqi tersebut, maka apa makna dari ucapan si petarung yang kalah bertanding ini? Bukankah itu hanya sekedar igauan akibat kalah bertarung? Lebih para dari itu adalah igauan dia itu merupakan penghinaan (walau dari sisi yang samar) kepada para malaikat, yang mereka tidak akan melanggar apa yang Allah perintahkan kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka. Allahul Musta’an. Janganlah kita mencontoh saudara kita si petarung yang kalah ini (Abu Fairuz) dari rona wajah kekalahannya Tampak dengan sangat jelas bahwa ucapan yang dia keluarkan itu (sadar atau tidak) tak lain adalah semata igauan, akibat tidak bisa menerima kekalahan sendiri dan masih tetap berambisi untuk menjadi petarung hebat yang akan memenangkan pertandingan.” b. Adapun ana, karena ana sudah berjasa membocorkan nama-nama berbahaya ini padamu, juga telah memberimu tazkiyyah di risalah "Inbi'atsut Tanabbuh bi inksyafi Hizbiyyati Luqman Ba Abduh" maka kasihlah ana tazkiyyah barang sedikit biar bisa menikah dan dapat rizqi. Siapakah kita… Kita hanyalah manusia biasa yang tercipta dari air yang hina, dan orang yang paling mulia diantara kita adalah yang paling bertaqwa kepada Allah. Dari sini kita akan menyadari bahwa: “Setiap mukmin itu adalah bersaudara sehingga apa yang mengganggu serta menyakitkan mereka adalah mengganggu dan menyakitkan kita pula dan apa yang menyenangkan serta membahagiakan mereka juga menyenangkan dan membahagiakan kita. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengkhabarkan tentang hubungan antar sesama mukmin dengan sabdanya (artinya) : “Hubungan antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya adalah seperti bangunan yang saling menopang antara satu dan yang lainnya kemudian beliau menyatukan antara jari jemarinya” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim dari Shahabat Abu Musa radliyallahu ‘anhu) Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
41
Dalam hadits lainnya beliau juga bersabda (artinya): “Permisalan sesama kaum mukminin dalam cinta, kasih sayang dan kebersamaan mereka laksana satu tubuh yang apabila salah satu anggota tubuh itu sakit, maka yang lainnya tuut merasakan sakit pula dengan tidak bisa tidur disertai demam.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhary dan Muslim dari Shahabat An Nu’man bin Basyir radliallahu ‘anhu) Bila kita telah memahami hal ini tentu kita tidak akan menyakiti mereka, kaum mukminin, karena pada hakikatnya kita menyakiti diri-diri kita sendiri, namun hal itu berbeda dengan apa yang dilakukan oleh si petarung yang kalah bertanding ini (Abu Fairuz) dia malah ingin mengkhianati teman-teman sejawatnya sebagaimana dalam ucapannya: “Adapun ana, karena ana sudah berjasa membocorkan nama-nama berbahaya ini padamu”, terlepas dari apakah dia bermain-main atau sungguhan dengan ucapannya itu, maka dari sudut pandang yang jelas kita mengetahui bahwa ternyata dia memang seorang pengkhianat, yang pengkhianatannya itu dia wujudkan dengan perbuatan (menngkhianatai teman-temannya yang dahulu) atau dengan ucapan (mengkhianati teman-temannya sekarang). Tentu lebih dari itu kita harus menyadari bahwa semua ucapan dan perbuatan yang kita lakukan dicatat oleh para malaikat yang ditugaskan untuk mencatat perbuatan dan ucapan kita. Dan ingatlah juga hadits Rasulullah yang berbunyi: “Dan sesungguhnya seorang hamba yang dia itu berbicara dengan satu kalimat berupa kemurkaan Allah dengan tanpa memperdulikan kalimat itu menyebabkan dia terjerumus kedalam Jahannam.” (diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Shahabat Abu Hurairah radliallahu ‘anhu) Ini sebagai nasehat kepada diri saya pribadi dan para pembaca sekalian agar kita berhati-hati dalam berucap. Dan tentunya juga sebagai nasehat teruntuk saudara si petarung yang kalah bertanding bernama Abu Fairuz Al Kudsi. Janganlah kita mencontoh saudara kita si petarung yang kalah ini (Abu Fairuz) dari rona wajah kekalahannya tampak dengan sangat jelas, bahwa ucapan yang dia keluarkan itu (sadar atau tidak) tak lain adalah semata igauan. Yah, akibat tidak bisa menerima kekalahan sendiri dan masih tetap berambisi untuk menjadi petarung hebat yang bermimpi bakal memenangkan pertandingan.” Siapakah kita… Kita hanyalah manusia biasa yang tercipta dari air yang hina, dan orang yang paling mulia diantara kita adalah yang paling bertaqwa kepada Allah. Dari sini kita akan menyadari bahwa: “Kita tidak mungkin mentazkiyyah diri-diri kita sendiri karena hanya Allah sajalah yang Maha Mengetahui hakekat dari setiap urusan, sehingga kita tidak tahu apa yang akan terjdi pada diri kita, kenyataan ini mendidik kita untuk tidak berani mentazkiyyah orang lain pula, apalagi bermain-main dalam meminta atau memberikan tazkiyyah baik kepada diri sendiri atau kepada orang lain. Allah Ta’ala berfirman (artinya) : “Maka janganlah kalian mentazkiyyah diri-diri kalian Dia lah yang Maha Mengetahui siapakah orang-orang yang paling bertaqwa.” (An Najm: 32). Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
42
Dalam ayat yang lainnya Allab berfirman (artinya) : “Maka hanya Allah sajalah yang berhak memberikan tazkiyyah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (An Nisa: 49) Bila kita telah mengetahui bahwa Allah melarang kita untuk mentazkiyyah diri-diri kita, dan Allah juga mengkhabarkan kepada kita bahwa hanya Dia sajalah yang pantas memberikan tazkiyyah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Maka kita mengetahui bahwa ucapan si petarung yang kalah ini yang minta ditazkiyyah agar bisa memenuhi kebutuhan perut dan birahinya adalah suatu kesalahan. Apabila yang dia maksudkan hanyalah bermain-main dengan igauannya itu maka ini justru kesalahan lainnya, yaitu berolok-olok atas nama Ad Dien, dan lebih parah dari itu semua adalah penghinaan terhadap Robbul ‘Alamin (dari sisi yang samar, baik dia sadar atau tidak) yaitu dengan meminta tazkiyyah dari para makhluk dengan mengesampingkan Al Khaliq. Padahal para makhluk itu telah dia vonis (walau dengan segala kecerobohan dan sikap gegabah tentunya) sebagai seorang Hizby Hina !? Janganlah kita mencontoh saudara kita si petarung yang kalah ini (Abu Fairuz) dari rona wajah kekalahannya tampak dengan sangat jelas, bahwa ucapan yang dia keluarkan itu (sadar atau tidak) tak lain adalah semata igauan. Yah, akibat tidak bisa menerima kekalahan sendiri dan masih tetap berambisi untuk menjadi petarung hebat yang akan memenangkan pertandingan.” Siapakah kita… Kita hanyalah manusia biasa yang tercipta dari air yang hina, dan orang yang paling mulia diantara kita adalah yang paling bertaqwa kepada Allah. Dari sini kita akan menyadari bahwa: Kita adalah para hamba Allah yang selayaknya menyandarkan semua kebutuhan kita hanya kepada Allah pula, bukan kepada para makhluk, bila kita meminta hanya kepada Allah ini adalah ibadah yang mulia, bahkan semakin kita menyandarkan semua kebutuhan kita hanya kepada Allah maka kita (dengan idzin dari Allah tentunya) akan menjadi hamba yang dekat kepada-Nya. Namun ‘aneh tapi nyata” si petarung yang kalah sebelum bertanding ini justru ngemis, memintaminta alias tasawwul bin tala’ub kepada para makhluk untuk mendapatkan tazkiyyah yang dengannya dia bisa memenuhi hasrat birahinya dan juga bisa mengisi perutnya yang keroncongan. Hanya kepada Allah sajalah kita mengadukan semua kebutuhan kita. Janganlah kita mencontoh saudara kita si petarung yang kalah ini (Abu Fairuz) dari rona wajah kekalahannya Tampak dengan sangat jelas bahwa ucapan yang dia keluarkan itu (sadar atau tidak) tak lain adalah semata igauan, akibat tidak bisa menerima kekalahan sendiri dan masih tetap berambisi untuk menjadi petarung hebat yang akan memenangkan pertandingan.” Siapakah Kita… Kita hanyalah manusia biasa yang tercipta dari air yang hina, dan orang yang paling mulia diantara kita adalah yang paling bertaqwa kepada Allah… inilah catatan atas igauan si petarung yang kalah bertanding serta harus “Turun Sejenak dari Arena Gulat” yang akhirnya lari tunggang-langgang meninggalkan “Arena Gulat” dengan berselimut handuk tipis untuk menutupi wajahnya yang telah lebam-lebam itu. Lebam bukan karena kena bogeman aperkat melainkan lebam karena rasa malu karena telah sesumbar dan sok paling hebat, namun jatuh terhenyak, kemudian lari lintang-pukang meninggalkan “Arena Gulat”… Kini kenyataan pahit harus diterima oleh Turobiyyah, karena kini mereka mulai terpecah belah diantara sesama mereka, dengan kata lain purnawirawan Turobiyyah terus bertambah jumlahnya. Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
43
Itu artinya sesama mereka kini tengah terjadi perseteruan yang sangat seru dan perpecahan yang memilukan. Hal itu terjadi manakala sebagian orang yang kini tengah mengetahui kebobrokan mereka mulai ambil jarak, perpecahan mereka ini tidak menutup kemungkinan dikarenakan doa dari orang-orang yang selalu mereka dhalimi. Seperti saudara yang bernama Nashrul, Fahmi, (kakak-beradik) Abu Zubair Abul Maulud Tanjung Priok, Adam (guru dan murid), mereka kini telah mengetahui siapa sebenarnya Turobiyyah, dan kita masih menunggu yang lainnya mengeluarkan diri-diri mereka dari Dinasti Turoby. Mereka berempat kini telah mengetahui kebobrokan Turobiyyah dan sikap kaku mereka dalam menilai dan memutuskan serta menjatuhkan suatu hukum kepada orang-orang yang anti atau tidak sepaham dengan mereka. Semoga Allah selalu menjaga kita semua dari penyimpangan setelah datangnya kebenaran. Akhirnya, kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk memberikan hidayah dan taufiq-Nya kepada kita, termasuk kepada saudaraku yang namanya disebut di sini semuanya, serta para pembaca sekalian. Semoga kita semuanya selalu senantiasa istiqamah di jalan dan manhaj yang Rasulullah dan para shahabatnya berada di atasnya. Inilah jalan sesungguhnya, jalan keselamatan di dunia dan di Akhirat. Adapun kesalahan datang dari saya atau syaithan dan kebenaran datang dari Allah Ta’ala. Kritikan para pembaca semua selalu saya nantikan. Wallahu a’lam.
ﻭ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﺃﲨﻌﲔ
ﺃﺑﻮ ﳏﻔﻮﻅ ﻋﻠﻰ ﺑﻦ ﻋﻤﺮﺍﻥ ﺑﻦ ﻋﻠﻰ ﺁﺩﻡ ﺍﻷﻧﺪﻭﻧﻴﺴﻰ:ﻛﺘﺒﻪ ﺃﺧﻮﻛﻢ ﻣﻦ ﺍﳍﺠﺮﺓ ﺍﻟﻨﺒﻮﻳﺔ1430 ﺭﺑﻴﻊ ﺛﺎﱐ16 ﺍﳉﻤﻬﻮﺭﻳﺔ ﺍﻟﻴﻤﻨﻴﺔ ﻋﻠﻰ ﺻﺎﺣﺒﻬﺎ ﺃﻓﻀﻞ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
44