Kelompok 1 Andika G. P., Arbiarso W., Pilar P., R. Andhika
Kerajaan Kutai A. Pertumbuhan dan Perkembangan Letak geografis Kerajaan Kutai yang berada menjorok ke daerah pedalaman, menyebabkan Kutai menjadi tempat yang menarik sebagai persinggahan bagi para pedagang dari Cina dan India. Hal inilah yang menyebabkan pengaruh Hindu masuk ke Kutai, serta membuat kegiatan perdagangan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai. Letak dari Kutai yang berada disekitar aliran Sungai Mahakam merupakan potensi yang besar bagi penduduk Kutai untuk melakukan kegiatan bertani. Masyarakat di kerajaan Kutai tertata, tertib, dan teratur. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem pemerintahan raja. Selain itu mereka juga sangat menjaga akar tradisi budaya nenek moyangnya. Dalam kaitan ini, mereka melestarikan tradisi megalithikum melalui pembuatan tiang batu (yupa) untuk mengenang apa yang mereka buat.
Prasasti yupa dari kerajaan kutai
1
Kelompok 1 Andika G. P., Arbiarso W., Pilar P., R. Andhika Masyarakat Kutai juga adalah masyarakat yang respon terhadap perubahan dan kemajuan budaya. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan masyarakat Kutai yang menerima dan mengadaptasi budaya luar (India) ke dalam kehidupan masyarakat. Selain dari itu masyarakat Kutai dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi spirit keagamaan dalam kehidupan kebudayaanya. Penyebutan Brahmana sebagai pemimpin spiritual dan ritual keagamaan dalam yupa-prasasti yang mereka tulis menguatkan kesimpulan itu. Dalam Kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti dijelaskan dalam prasasti Yupa, bahwa Raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah suci bernama Waprakeswara. B. Masa Kejayaan Masa kejayaan Kerajaaan Kutai berada pada massa pemerintahan Raja Mulawarman. Hal ini dibuktikan dengan pemberian sedekah kepada kaum Brahmana berupa 20.000 ekor sapi. Jumlah 20.000 ekor sapi ini membuktikan bahwa pada masa itu kerajaan Kutai telah mempunyai kehidupan yang makmur dan telah mencapai massa kejayaannya. C. Keruntuhan Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara. (wikipedia.org)
2