TUGAS PANCASILA NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KERAJAAN DEMAK
Disusun Oleh : Reyhan Ammar Asri Endang Kuswandari M. Ilham Firmansyah
(165061100111003) (165061100111007) (165061100111010)
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2019 A.
SEJARAH SINGKAT KERAJAAN DEMAK Kerajaan Demak terletak di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di pesisir utara Jawa. Wilayah Demak sebelumnya merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit. Kerajaan ini merupakan pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Nusantara. Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478 M. Beliau merupakan putra Prabu Kertabumi, seorang raja Majapahit. Setelah tahta ayahnya jatuh ke tangan Girindra Wardhana dari Keling (Daha) dan Demak menjadi terancam, terjadilah peperangan antara Demak dan Majapahit yang dipimpin oleh Girindra Wardhana dan keturunannya, Prabu Udara, hingga tahun 1518 M.
Majapahit mengalami kekalahan dan pusat kekuasaan bergeser ke Demak. Sejak itu Demak berkembang menjadi besar dan menguasai jalur perdagangan di Nusantara. Wilayah kekuasaan Demak cukup luas, meliputi daerah sepanjang pantai utara Pulau Jawa, sedangkan daerah pengaruhnya sampai ke Palembang, Jambi, Banjar dan Maluku. Pada tahun 1518 M Raden Patah digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus. Sebelum menduduki tahta, Pati Unus pernah memimpin armada laut Demak dalam menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1513 M. Namun, penyerangan itu gagal. Sekembalinya dari Malaka ia mendapat gelar Pangeran Sabrang Lor. Setelah Pati Unus naik tahta, ia tidak mencoba lagi menyerang Malaka. Ia tetap memperkuat pertahanan lautnya agar Portugis tidak masuk ke Jawa. Sikap permusuhan Demak terhadap Portugis ternyata sangat merugikan Portugis dan Bandar Malaka karena Demak tidak lagi mengirimkan barang-barang dagangannya ke Malaka. Para pedagang dari negara lain juga enggan datang berdagang ke Bandar Malaka. Kekuasaan Kerajaan Demak berakhir pada tahun 1568 M. Joko Tingkir memindahkan pusat pemerintahan dari Demak ke Pajang, dan di sana ia mendirikan Kerajaan Pajang (Afifah, 2018). B.
NILAI – NILAI PANCASILA DALAM KERAJAAN DEMAK 1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa Berkembangnya agama islam di era Kerajaan Demak dilaksanakan dengan damai. Para pemeluk agama islam pada waktu itu dapat hidup berdampingan dengan pemeluk agama lainnya. Bahkan pada era Kerajaan Demak, wali songo turut menggunakan corak budaya lokal dalam menyebarkan agama islam. Terbukti dengan munculnya hasil karya budaya seperti seni kaligrafi, seni ukir, seni pahat, dan seni bangunan. Pada masa Kerajaan Demak dibangun suatu tempat ibadah yaitu Masjid Agung Demak yang letaknya dekat dari istana. Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran agama islam. . (Wasitaadmadja dkk, 2018) 2.
Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Pada masa Kerajaan Demak juga terjalin hubungan yang erat antara Raja/bangsawan, para wali/ulama denagn rakyat. Hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di masjid atau pondok pesantren, sehingga tercipta kebeersamaan / ukhuwah islamiyah. (www.gurupendidikan.co.id)
3.
Sila Ketiga: Persatuan Indonesia Nilai persatuan yang muncul pada zaman Kerajaan Demak terlihat dengan jalas, yaitu ketika Kerajaan Demak harus menghadapi bangsa Portugis dan harus mengusirnya di Malaka. Dalam mengusir penjajah, Kerajaan Demak membentuk Nilai-Nilai Pancasila dalam Kerajaan Demak
persekutuan dengan kerajaan islam lainnya, yaitu dengan Kerajaan Palembang dan Kerajaan Aceh untuk bersatu melawan bangsa Portugis. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1513. Raja Demak kala itu, Raden Patah mengutus putranya sendiri yaitu Pati Unus dan para armadanya untuk menyerang Portugis di Malaka. Walaupun telah bersekutu dengan Kerajaan Aceh dan Palambang, nyatanya serangan itu gagal dikarenakan kualitas persenjataan yang kurang memadai jika dibandingkan dengan pasukan Portugis (Wasitaadmadja dkk, 2018). Nilai dalam sila ketiga yang lain adalah cinta tanah air. Pada abad ke-16 dan 17, kerajaan-kerajaan islam termasuk Kerajaan Demak memiliki peranan penting dalam mempertahankan wilayah kekuasaannya dari pendudukan bangsa Eropa. Raja kedua Demak, Pati Unus sangat terkenal sebagai panglima perang yang gagah beranid an pernah memimpin perlawanan terhadap Portugis dan mengadakan blokade terhadapnya. Oleh karena keberaniannya itu, Pati Unus mendapatkan julukan Pangeran Sabrang Lor. Raja selanjutnya, yaitu Sultan Trenggono memiliki cita-cita untuk menyatukan Pulau Jawa dengan mengambil langkah berupa penyerangan ke beberapa daerah yaitu Pasuruan (Kerajaan Hindu Sapit Urang), Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon yang dipimpin oleh Fatahillah. Langkah lainnya adalah dengan mengadakan perkawinan politik lintas kerajaan. (www.gurupendidikan.co.id) 4.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan Musyawarah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pemerintahan kerajaan Demak. Raja Demak tidak akan bertindak tanpa memusyawarahkan segala rencanya kepada para pejabat istana atau kepada penasihat raja. Isu-isu kenegaraan seperti perluasan wilayah, memperkuat pasukan, penerimaan pajak rakyat dan lainnya selalu dimusyawarahkan terlebih dahulu. Para wali seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Bonang juga pernah menjadi penasihat Raja, seperti yang dilakukan oleh Sunan Kudus yang memberi nasihat kepada Raden Patah untuk menghancurkan kekuatan Portugis dan membuat pertahanan yang kuat (Wasitaadmadja dkk, 2018).
5.
Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Nilai keadilan sosial yang dapat diambil dari Kerajaan Demak yaitu pemerintah Kerajaan Demak memperhatikan masalah pertanian untuk rakyatnya, sehingga beras menjadi salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang. Dengan demikian, kegiatan perdagangan yang ditunjang oleh hasil pertanian Nilai-Nilai Pancasila dalam Kerajaan Demak
mampu
menggerakkan
diuntungkan
secara
roda ekonomi.
perekonomian
sehingga
Kerajaan
(www.gurupendidikan.co.id).
Demak
Selain
itu,
pengamalan syariat islam seperti zakat dan sedekah juga dilaksanakan, di mana setiap orang yang mampu diharapkan dapat menyisihkan sebagian rezekinya untuk dizakatkan kepada orang yang tidak mampu (Wasitaadmadja dkk, 2018). C.
Daftar Pustaka Afifah, Nurul. 2018. Kepemimpinan di Kerajaan Demak 1521-1546 M Ditinjau dengan Konsep Kepemimpinan Jawa. Skripsi. Fakultas Adab dan Ilmu Budaya. UIN Sunan Kalijaga. https://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-demak-sejarah-raja-dan-peninggalanbeserta-masa-kejayaannya-secara-lengkap/ Wasitaatmadja, Fokky Fuad dkk. Spiritualisme Pancasila. 2018. Jakarta: Prenadamedia Group.
Nilai-Nilai Pancasila dalam Kerajaan Demak