Kembali Ke Surau

  • Uploaded by: H Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kembali Ke Surau as PDF for free.

More details

  • Words: 944
  • Pages: 2
Kembali ke Mesjid

َ َ َ َّ ‫م ال‬ ‫م‬ ِ ‫ن بِالل ّهِ وَالْيَوْم ِ اْل‬ َ ‫خرِ وَأقَا‬ َ ‫م‬ ْ َ ‫صَلةَ وَءَاتَى الَّزكَاة َ َول‬ َ ‫ن ءَا‬ َ ِ‫جد َ الل ّه‬ ِ ‫سا‬ َ ‫مُر‬ ُ ْ‫ما يَع‬ َ َّ ‫إِن‬ َ ‫م‬ ْ ‫م‬ َ َ ِ ‫خش إَّل الل َّه فَعسى أُولَئ‬ ‫ن‬ ِ ‫ن يَكُونُوا‬ ْ ‫كأ‬ َ َ َ ُ ْ ‫ن ال‬ َ ‫مهْتَدِي‬ َ ‫م‬ ِ َ ْ َ‫ي‬ “Sesungguhnya yang memakmunkan Masjid-masjid Allah ialah orang-onang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidah takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka (semoga) merekalah orang-orang yang dapat petunjuk (QS. At Taubah: 18) Ramadhan baru saja berlalu meninggalkan kita. Banyak kenangan yang tidak terlupakan selama kita berada dalam bulan suci nan penuh berkah itu. Masih segar dalam ingatan kita, betapa dekatnya kita dengan Sang Khaliq Allah SWT. Hampir saja tiada waktu yang hilang dengan sia-sia, karena diisi dengan upaya mendekatkan diri kepada Rabbul izzah, bcrtaqarrub melalui ibadah fardhiyah maupun sunnah. Kita tata hati dcngan penuh khusyu’, thadharru’ dan thawadhu’, kita jaga kcsucian jiwa dengan terus berzikir. mengingat Allah kapan dan di manapun kita berada. Hal itu kita lakukan disamping karena hegitu ketatnya kita memelihara agar puasa kita tidak ternodai olch scsuatu yang dapat mcmbatalkannya atau yang mengurangi pahalanya, dan juga karena begitu semangatnya kita dalam upaya mencapai derajat taqwa yang dijanjikan Allah SWT bagi para shaimin. Di siang hari kita bagaikan seorang "suci" yang begitu telaten memelihara diri. Malam harinya, amaliyah sunnah tak pernah tertinggal oleh kita shalat tarawih, shalat tahajjud dan sebagainya. Keheningan malam kita hiasi dengan tilawah dan tadarus Al Qur’an, dan yang tak kalah pentingnya, masjid, surau mushalla atau langgar secara beramai-ramai kita makmurkan. Di saat itu tampak nyata betapa indahnya berislam dan menjadi seorang muslim yang muttaqin. Dan suasana yang digambarkan di atas timbul pertanyaan besar bagi setiap individu muslim, termasuk diri kita. Adakah semua amal ibadah yang sangat mulia yang telah kita amalkan sclama bulan suci Ramadhan itu kita tinggalkan seiring dengan berlalunya bulan Ramadhan ? Masih yakinkah bertilawah dan bertadarus al Qur’an ? masih sempatkah kita makmurkan ? masih adakah azimah kita untuk qiyam di seperempat malam ? tiada yang dapat menjawabnya kecuali kita seorang. Pada masa Rasulullah SAW. masjid merupakan ruang publik untuk berbagai kcgiatan masyarakat. Di masjidlah Nabi menjelaskan wahyu, yang diterimanya, menjawab berbagai pcrtanyaan sahabat. memberi fatwa, mengajarkan agama, membudayakan musyawarah, dan bcrsilaturahmi dcngan masyarakat dan di masjid pulalah bcliau menyusun strategi perang, menyelcsaikan perkara dan pcrselisihan umat, dan menerima perutusan-perutusan (duta) serta di masjid pulalah beliau menyantuni fakir miskin. Mantan Ketua MUI Pusat K.H. Ali Yafie beliau memaknai bahwa kembali ke mcsjid sebagai kemblai menjalin hidup secara berjamaah. "Kebersamaan akan mendorong lahirnya rasa persaudaraan". Seikh Yusuf Qordhowi dalam bukunya Tuntunan Membangun Masjid mengatakan : "Masjid merupakan tempat para penduduk saling berjumpa, saling berkenalan, saling mendekatkan hati, berjabat tangan, memperkuat ikatan persaudaraa, bisa saling bertanya kondisi masing-masing. Selain itu, masjid juga harus digunakan sebagai tempat untuk memahami al Qur’an, lembaga BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq dan Sadaqah) ; lembaga solidaritas untuk kemanusiaan, dan lembaga belajar bagi anak-anak muda dan para remaja. Juga bisa digunakan sebagai sekretariat kelembagaan peduli perempuan, pengasuh anak, lembaga pembinaan dan pengarahan bagi anak-anak muda untuk melindungi mereka dari perilaku menyimpang". Masjid dimasa Rasulullah memiliki multi fungsi. bahkan menjadi suatu Islamic centre; pusat segala kegiatan keislaman. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah. Rasulullah SAW. menjadikan masjid sebagai tempat pengemblengan para sahabat, tak aneh jika kemudian para ahli sejarah menyebut generasi Nabi Muhammad SAW. sebagai generasi mesjid. Mereka, para sahabat Rasulullah yang "lulusan masjid" itu telah ditulis dalam sejarah dengan tinta emas. Mereka, para Khalafaur Rasyidin yang sangat ahli dalam bidang agama, cakap dalam memerintah, dan jago strategi perang, dimana kesemua itu banyak mereka dapati dalam pendidikan di masjid. Lalu ada Zaid bin Tsabit, sekretaris Nabi Muhammad SAW. kemudian Khalid bin Walid panglima perang dimasa Rasulullah, Amru bin ‘Ash panglima perang dimasa Umar bin Khattab, yang mengislamkan Afrika Utara dan akhirnya menjadi gubernur di Mesir, dan lainnya, yang mana jika dicatat daftar lulusan masjid Rasulullah tu sangatlah panjang. Mereka bukan saja ahli agama, tapi juga ahli ilmu-ilmu keduniawiaan. Sementara di masjid yang ada sekarang memang belum berfungsi multidimensi, lebih difungsikan sebagai tempat shalat belaka. Jika tidak ada kegiatan shalat, maka masjid akan tampak sepi tanpa jamaah. Menurut Achmad Subianto, ketua ICMI Orsat Cempaka Putih Jakarta, program kembali ke masjid dapat dilakukan dengan;

1. Mengaktifkan kepengurusan masjid. 2. Mengaktifkan kegiatan masjid, dalam rangka mcmak-murkan masjid Sebagai Islamic center. 3. Meningkatkan kepedulian terhadap jamaah masjid. Baik antara jama’ah yang satu dengan jama’ ah lainnya atau antara jama’ ah dengan imam dan pengurus masjid. 4. Meningkatkan kualitas manajemen masjid. Jangan hanya asal-asalan, tetapi harus mengikuti asas manajemen modern dengan teteap berpegang teguh serta meneladani sunnah Rasulullah, untuk tercapainya prediket khairu ummah “umat terbaik". 5. Dalam Al Qur’an shalat dan zakat selalu berdekatan tertulis di 27 surat, ini menunjukkan shalat yang wajibnya dilakukan di masjid mempunyal hubungan yang erat. Keterpaduan antara tiga pilar: Dewan Masjid, Pusat Zakat dan Babinrohis (Badan Pembinaan Rohani Islam) harus ditata dalam suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan. 6. Penataan jamaah, adalah suatu ide yang bagus, walaupun masih pro dan kontra. Jika kita hayati dan renungkan atau bayangkan sejenak kita kembali ke suasana selama Ramadhan yang baru sebentar meninggalkan kita, dimana setiap waktu masjid tak pernah sepi dari orang-orang yang memakmurkannya. Keba-nyakan kita bahkan telah hadir sebelum azan shalat fardhu dikumandangkan, khusus malam hari, riuh rcndah suara Al Qur’an dibacakan terdcngar sayup. Di hampir semua masjid terdengar suara orang-orang bertadarus. Dan kini, Ramadhan telah berlalu, adakah suasana Ramdhan dapat kita jumpai? Semoga ya Allah. AlIahu a‘lam.

Related Documents


More Documents from "Prof. DR. H. Imam Suprayogo"