Kelompok 6 - Review Jurnal.docx

  • Uploaded by: Kadek Natalia
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 6 - Review Jurnal.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,810
  • Pages: 13
TUGAS KEDOKTERAN KEPULAUAN REVIEW JURNAL “Consumption of barracuda in the Caribbean Sea linked to ciguatera fish poisoning among Filipino seafarers”

Oleh: Claritha K.L. Lenggu

- 1608010012

Ni Kadek A.V. Natalia - 1608010024 Gregorius A. Kua

- 1608010028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2019

I.

Pendahuluan

1. Metode pencarian literatur Pencarian literatur dalam telaah jurnal ini dilakukan melalui Pubmed, yaitu pada alamat https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/id. Kata kunci yang digunakan untuk penelusuran jurnal yang akan ditelaah ini adalah “Seafood poisoning”. Setelah dimasukkan kata kunci pada mesin pencari keluar sekitar 1809 hasil penelusuran 10 detik. Tidak ada kriteria inklusi dan eksklusi yang digunakan. 2. Abstrak (abstrak dari jurnal) Keracunan ikan Ciguatera (CFP) sering terjadi di perairan tropis dan subtropis. Pada 13 November 2015, delapan Pelaut Filipina dari sebuah kapal kargo berlayar di Laut Karibia mengalami serangkaian gejala setelah mengkonsumsi barakuda. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan kasus tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian case-series pada kasus yang dirawat di rumah sakit di Manila, Filipina. Pasien diwawancarai menggunakan kuesioner standar. Sampel urin dan serum dari kasus dikumpulkan untuk pengujian ciguatoxin (CTX) dengan uji radiologis dan receptorbinding assay. Hasil penelitian didapatkan delapan dari 25 pelaut di kapal tersebut memakan barakuda; semua delapan orang tersebut memenuhi definisi kasus CFP. Usia berkisar antara 37 hingga 58 tahun (median: 47 tahun) dan semuanya berjenis kelamin laki-laki.Timbulnya gejala berkisar antara 1 hingga 3 jam (median: 2 jam) setelah menelan barakuda. Semua kasus mengalami gangguan gastrointestinal (mual, muntah, Diare) dan neurologis (suhu allodynia, gatal) tetapi tidak ada manifestasi kardiovaskular.

Urin dan spesimen serum dari semua delapan kasus menunjukkan CTX di bawah batas deteksi.Biro Epidemiologi Filipina merekomendasikan agar Otoritas Maritim Filipina memasukkan CTX keracunan dan risiko kesehatannya dalam pelatihan pelaut untuk mencegah kasus CFP di masa depan.

II.

Deskripsi artikel / jurnal

1. Deskripsi umum a. Judul

: Consumption of barracuda in the Caribbean Sea linked to ciguatera fish

poisoning among Filipino seafarers

b. Penulis

: Nino Rebato, Vikki Carr de los Reyes, Ma Nemia Sucaldito, Flor

D’Lynn Gallardo, Julius Erving Ballera, Irma Asuncion dan Kenneth Hartigan-Go

c. Publikasi

: Dipublikasikan oleh NCBI,

Western Pacific Surveillance and Response Journal WPSAR, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30766742

e. Penelaah

: Claritha Lenggu (1608010012), Ni Kadek Natalia (1608010024),

Gregorius Kua (1608010028)

f. Tanggal telaah : 18 Maret 2019

2. Deskripsi konten

a. Tujuan Penelitian Tidak dijelaskan dalam jurnal.

b. Hasil penelitian Terdapat delapan pelaut dari 25 pelaut di atas kapal yang mengkonsusmis barakuda, juga mengonsumsi nasi (n = 7), telur (n = 4), ham (n = 4) dan ayam (n = 2) saat makan siang pukul 12:00 pada 13 November 2015. Setelah 1 hingga 3 jam (median: 2 jam), delapan pelaut tersebut menunjukkan gejala mual, muntah, diare, gatal dan suhu allodynia (pembalikan sensasi termal). Usia mereka berkisar antara 37 hingga 58 tahun (median: 47 tahun) dan semuanya berjenis kelamin laki-laki. sebagai pertolongan pertama mereka diberi cairan charcoal untuk mengatasi keracunan makanan dan obat antispasmodik untuk membantu meredakan diare. Tidak ada manifestasi kardiovaskular yang tampak. Pasien tidak memiliki riwayat CTX keracunan sebelumnya dan Tidak ada jugariwayat konsumsi alkohol dalam satu minggu terakhir. Sampel urin dan serum dikumpulkan dari semua delapan kasus, tetapi toksinnya tidak terdeteksi.

c. Kesimpulan penelitian Tidak terdapat kesimpulan pada jurnal ini.

III.

Telaah / review

1. Fokus penelitian Delapan kasus CFP dilaporkan setelah mengonsumsibarakuda di Laut Karibia. Semua pelaut yang mengonsumsi barakuda yang sama mengalami tanda dan gejala gannguan neurologis khas CTX dan gangguan gastrointestinal.Tidak ada kasus yang memiliki komplikasi kardiovaskular.Pada manusia, dosis rata-rata CTX yang diperlukan untuk menimbulkan gejala diperkirakan <0,08 hingga 0,1 μg / kgdari berat badan..Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini tidak ada ikan sisa yang tersedia untuk analisis toksin dan kultur bakteri. Fokus utama dalam penelitian ini sudah cukup jelas hanya berbicara mengenai 8 kasus yang terjadi saat itu dan menjelaskan mengenai keracunan ikan ciguatera di Laut Karibia. 2. Gaya dan sistematika penulisan Sistematika penulisan disusun dengan rapi, namun belum tercantum kesimpulan dan tujuan penelitian. Tujuan penelitian merupakan hal yang penting karena dengan adanya tujuan penelitian akan dapat diketahui arah dari penyusunan sebuah karya ilmiah

tersebut. Tata bahasa dalam penelitian ini mudah dipahami dan menggunakan bahasa inggris sehingga bisa dimengerti secara global.

3. Penulis Penulis dalam penelitian ini berasal dari FETP Pilipina dan Depertemen Kesehatan Pilipina. Tidak ada keterangan lebih lanjut tentang peneliti, seperti status peneliti dalam depertemen tersebut.

4. Judul Penelitian : “Consumption of barracuda in the Caribbean Sea linked to ciguatera fish poisoning among Filipino seafarers” Judul penelitian tersebut sudah jelas dan tidak ambigu. Dalam judul penelitian ini, tidak dicantumkan tahun penelitian.

5. Abstrak : a. Kelebihan : Abstrak merupakan ringkasan atau ulasan singkat isi karya tulis ilmiah / skripsi, tanpa tambahan penafsiran, kritik, maupun tanggapan penulis. Abstrak dalam penelitian ini mencakup tentang masalah yang diteliti, metode, hasil serta saran dari penelitian. b. Kekurangan : Kata-kata dalam abstrak ini melebihi 200 kata, yaitu sebanyak 257 kata. Abstrak dalam penelitian ini masih belum mencakup kesimpulan yang jelas dari hasil penelitian.

6. Masalah dan tujuan penelitian : Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mencari apakah ada hubungan konsumsi ikan baracuda di laut Karibia dengan keracunan ikan ciguatera (CFP) pada pelaut di Filipina. Tujuan dalam penelitian ini yaitu investigasi secara epidemiologi untuk mendeskripsikan kasus keracunan ikan ciguareta yang terjadi pada pelaut di Filipina.

7. Literatur/tinjauan pustaka: Penulisan jurnal ini menggunakan penelitian deskriptif, dimana peneliti mengumpulkan data dari berbagai kasus yang terjadi di Rumah sakit di Manila lalu peneliti mengumpulkan informasi serta hasil laboratorium dari kasus lalu di bandingkan dengan kejadian keracunan dan referensi lain yang menjelaskan tentang efek racun ikan ciguareta terhadap sistem tubuh.

8. Hipotesis Hipotesis penelitian ini terdapat hubungan konsumsi ikan barakuda dengan keracunan ikan ciguareta terhadap pelaut di filipina. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah dinoflagellate yang memproduksi ciguatoxins telah memperluas kehadirannya sehingga meningkatkan risiko CFP di antaranya mereka yang mengonsumsi ikan dari lautan Karibia. Tingkat keracunan ikan ciguareta dapat dikurangi dengan edukasi kepada kelompok beresiko tinggi terutama para pelaut tentang ikan-ikan yang dapat menyebabkan keracunan.

9. Populasi dan sampel Sampel yang digunakan adalah pelaut yang dirawat di Rumah sakit Manila. Pelaut tersebut adalah individu-individu yang sebelumnya sehat yang kemudian terdapat setidaknya satu kombinasi dimana terdapat gejala gastrointestinal (diare,nyeri abdominal, mual atau muntah) dan gejala neurologis (pusing, kelemahan atau rasa gatal atau allodynia suhu).

10. Pertimbangan etik Izin etis dalam penelitian ini dibebaskan karena investigasi ini adalah bagian dari respon terhadap wabah.

11. Metode penelitian : Para sampel di wawancarai untukmenggali informasi demografis dan klinis, makanan riwayat asupan dan persiapan makanan barakuda menggunakan kuesioner standar dengan kedua terbuka dan tertutup pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti.Sampel urine dan serum dikumpulkandan diserahkan ke Riset Nuklir Filipina Lembaga untuk mendeteksi CTX menggunakan uji reseptor-mengikat (RBA).

12. Data dan analisa data Semua analisis data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2013.

13. Hasil penelitian

Terdapat 25 penumpang dalam kapal, 8 diantaranya makan siang pukul 12 siang pada 13 november 2015. Semua pasien dilaporkan mengkonsumsi ikan barakuda, ditambah pula nasi (n=7), telur (n=4), ham (n=4) dan ayam (n=2). Dalam 1-3 jam (median 2 jam), 8 pasien tersebut langsung mengalami mual, muntah, diare, gatal-gatal dan temperature allodynia (tidak peka terhadap suhu). Umur pasien antar 37 hingga 58 tahun (median: 47 tahun), semuanya pria. Pasien diberikan liquid charcoal sebagai pertolongan pertama untun keracunan makanan dan obat antispasmodic untuk mengurangi diare. Dari hasil observasi tidak ditemukan manifestasi kelainan kardiovaskular. Pasien tidak pernah mengalami keracunan CTX (Ciguatoxin) sebelumnya. Juga seluruh pasien tidak ada riwayat konsumsi alcohol dalam 1 minggu sebelum kejadian. Pada urin dan serum sample tidak ditemukan adanya toxin.

14. Pembahasan hasil penelitian Delapan kasus CFP dilaporkan setelah konsumsi barakuda di Laut Karibia. Semua pelaut yang mengonsumsi barakuda yang sama mengalami gejala dan gejala gastrointestinal dan neurologis khas CTX. Tidak ada pasien yang memiliki komplikasi kardiovaskular, yang diamati pada sekitar 10-15% dari kasus CTX. Pada manusia, dosis rata-rata CTX yang diperlukan untuk menyebabkan gejala keracunan diperkirakan serendah 0,08 hingga 0,1 μg / kg berat badan. Suhu laut yang meningkat dapat mempengaruhi pola angin, yang dapat memaksa perairan tropis yang hangat ke daerah pantai endemik non-CFP. Akibatnya , dinoflagellata yang memproduksi ciguatoxin telah memperluas keberadaannya ke lautan yang sebelumnya tidak terkena CTX, meningkatkan risiko CFP di antara mereka yang mengonsumsi ikan dari lautan ini. CFP

menyebabkan dampak signifikan pada kegiatan para marinir karena tingkat serangan yang tinggi dan gejala kronis, yang dapat mengakibatkan pelaut membutuhkan periode pemulihan yang lama. Memberikan informasi tentang organism laut yang berpotensi terkontaminasi CTX untuk kelompok berisiko tinggi ini dapat membantu mengurangi terjadinya CFP. Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Wabah terjadi ketika pasien berlayar di Laut Karibia; karenanya, tidak ada ikan sisa yang tersedia untuk analisis toksin dan kultur bakteri. Spesies ikan tidak dikonfirmasi; alih-alih, pelaut yang menangkap ikan mengidentifikasikannya sebagai barakuda. Juga, peneliti tidak dapat mewawancarai orang yang menangkap dan menyiapkan makanan untuk kasus-kasus tersebut; karenanya, rantai produksi makanan tidak dapat dibangun dan diselidiki. Diketahui bahwa ikan yang lebih besar dalam rantai makanan memiliki tingkat akumulasi racun yang lebih tinggi, tetapi tidak ada informasi tentang ukuran sebenarnya dari ikan yang ditangkap. Kenyataan bahwa CTX tidak terdeteksi dapat dikaitkan dengan tingkat yang sangat rendah dan waktu paruh alfa toksin yang cepat, meninggalkan konsentrasi toksin yang tidak terdeteksi dalam darah. Kultur bakteri tidak dilakukan untuk menguji pathoseafarers lain. Berdasarkan hal diatas bisa kita lihat bahwa Peneliti telah mengemukakan dengan benar paparan data. Temuan penelitian juga sudah sesuai dengan penelitian, karena temuan penelitian yang dikemukakan tetap harus merujuk pada permasalahan yang dituangkan dalam fokus penelitian yang telah disajikan pada penelitian. Pada bagian analisa belum membandingkan secara mendalam antara hasil penelitian dengan teori yang ada di dalam penelitian ini hanya disebutkan garis besarnya saja.

15. Referensi Penulisan jurnal sudah menggunakan analitis kritis berdasarkan literatur yang ada dengan membandingkan temuan-temuan pada penelitian sebelumnya dengan hasil yang didapatkan oleh penulis. Beberapa jurnal dan penelitian ilmiah internasional digunakan sebagai referensi dan juga artikel –artikel ilmiah sudah cukup relevan sehingga dapat digunakan dalam penyusunan penelitian ini. Untuk sebuah karya tulis ilmiah, daftar pustaka atau referensi tulisan sangatlah penting sebagai syarat kelengkapan karya tulis. Berdasarkan referensi yang ditulis dalam jurnal yang berjudul “Consumption of barracuda in the Caribbean Sea linked to ciguatera fish poisoning among Filipino seafarers” bahwa gaya referensi yang digunakan adalah Vancouver style. Penulisan referensi dengan menggunakan Vancouver style sudah baik dan memenuhi syarat penulisan referensi jurnal internasional. Karena penulisan referensi jurnal internasional biasanya menggunakan penulisan referensi dengan havard style atau vancouver style.

16. Kesimpulan dan saran

Kesimpulan harus benar-benar menggambarkan isi dari penelitian yang disusun secara padat, ringkas dan jelas. Jurnal yang berjudul “Consumption of barracuda in the Caribbean Sea linked to ciguatera fish poisoning among Filipino seafarers” tidak mencantumkan sub kesimpulan dan saran secara khusus, namun disatukan dengan sub discussion, sehingga pembaca agak kesulitan mencari keberadaan kesimpulan dan saran.

IV.

Penutup

Penelitian ini telah memberikan sumbangan yang positif bagi ilmu pengetahuan yakni berupa potensi keracunan akibat konsumsi ikan barakuda yang selama ini dikenal aman di kalangan masyarakat. Jurnal ini dapat pula dijadikan acuan untuk penelitian – penelitian selanjutnya.

Referensi Jurnal 1.

Report OI. Poisoning among Filipino seafarers. 2018;9(4):2016–9.

Related Documents

Kelompok 6
November 2019 33
Kelompok 6
December 2019 36
Review 6
October 2019 27

More Documents from "Rahmawati Putri"