TUGAS MASALAH KESEHATAN KEPULAUAN STRATEGI TANTANGAN REVOLUSI KIA DI NTT
Marguerita Wora Wora
Maria Paulina Wende
Elisabeth Kedang
I Gede A. I. Wardhana
Fretrien Jiliamarch Supardi
Ronaldo Ndolu
Augenina Radja
Maria Ch. Hala Tokan
Ni Kadek Natalia
Maria Tianshy Meko
Alvin Kiha Dadi
Eliza P. Utami Pakaenoni
Savitry Djunaidi
Jessica Allo
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2019
A.
Latar Belakang Sebagai suatu negara yang berdaulat, pemerintah Indonesia tidak bisa lepas
tangan atas permasalahan kesehatan. Pemerintah Indonesia harus berupaya membangun kesejahteraan warga negaranya, salah satunya melalui peningkatan mutu kesehatan ibu dan bayi. Angka kematian ibu di Indonesia adalah angka kematian tertinggi keempat diantara beberapa negara di Asia Tenggara menyusul Kamboja, Timor-Leste dan Laos. Angka tersebut lebih tinggi dari ratarata Angka Kematian Ibu di ASEAN dan Asia Tenggara. Selain itu, jumlah kematian ibu di Indonesia adalah yang tertinggi diantara negara-negara Asia Timur dalam kurun waktu 10 tahun terakhir . Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu penyumbang tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Pada tahun 2002 – 2003 AKI di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 07 per 100.000 kelahiran hidup diperoleh dari hasil SDKI 2002 - 2003, dan kemudian menurun menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Sehubungan dengan peningkatan mutu kesehatan ibu dan bayi, dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak, maka Dinas Kesehatan Provinsi NTT pada tahun 2009 mencanangkan suatu gerakan yang disebut `Revolusi KIA'. Dalam Revolusi KIA ada enam elemen. Pertama, orang yang menolong harus memadai. Kedua, peralatan kesehatan harus sesuai standar. Ketiga, obat dan bahan yang dibutuhkan. Keempat, bangunan yang sesuai dengan standar dan fungsi. Kelima, sistem pelayanan yang bagus. Keenam, anggaran yang memadai
B.
Tantangan dan strategi
1. Kuantitas dan kualitas tenaga medis yang terbatas Strategi: a.
memberikan pelatihan terpadu dan dalam waktu tertentu kepada seluruh pegawai dan tenaga medis
b.
menambah jumlah kader-kader dari masyarakat
c.
memberikan tempat tinggal kepada tenaga kesehatan di sekitar puskesmas
2. Fasilitas pelayanan kesehatan kurang memadai: tempat tidur pasien yang kurang layak pakai, kasur tipis, sprei kumal, lantai kamar mandi menguning dan licin, ditambah bau kurang sedap mewarnai hampir setiap ruang rawat pasien, serta ambulance yang terbatas. Strategi: a.
Melakukan pengadaan fasilitas kesehatan secara berkala
b.
Melakukan monitoring fasilitas secara berkala
c.
Memantapkan kualitas rujukan kegawatdaruratan kebidanan serta bayi baru lahir
3. Pasien dilayani tanpa mengikuti standar minimal yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan Strategi: a.
Membuat SOP sesuai standar kemenkes
b.
Melakukan pelatihan kepada pegawai dan tenaga medis tentang standar minimal dari kementrian kesehatan
c.
Memberlakukan sistem reward dan punishment
d.
Melakukan evaluasi kinerja secara berkala
4. Persediaan obat-obatan habis atau kadaluwarsa, makanan pasien yang terlambat disajikan atau tidak sesuai dengan program diet (untuk pasien rawat inap), dan kondisi ruang rawat yang kurang bersih sehingga menjadi sumber penyebaran infeksi Strategi: a.
Pendataan obat yang masuk dan keluar beserta tanggal kadaluarsanya
b.
Memperbaiki tempat penyimpanan obat-obatan agar sesuai standar dan penyusunannya sistematis agar mudah di monitor
c.
Pemeriksaan berkala terhadap persediaan obat dan tanggal kadaluarsanya
d.
Menyediakan petugas ahli gizi untuk pengaturan diet
e.
Memberikan sanksi kepada petugas yang mengantarkan makanan terlambat
f.
Melalukan pembersihan peralatan makan dan fasilitas kesehatan secara berkala (mempekerjakan petugas kesehatan)
5. Minimnya kesadaran dan semangat pelayanan dari pegawai Strategi:
a.
Memberikan reward
kepada pegawai yang melayani pasien dengan
baik dan sesuai standar b.
Meningkatkan kinerja SDM kesehatan dan selalu diingatkan untuk selalu melakukan tugas pokok dan fungsi serta perannya dengan maksimal