Kelompok 6 Ibu Hamil Dengan Eklampsia.docx

  • Uploaded by: Karima yulida
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 6 Ibu Hamil Dengan Eklampsia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,341
  • Pages: 9
Penerapan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Eklampsia

Nama Kelompok 6: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Anggi Vina H Anisa Dwi Lestari Arida Wahyu E Ariska Utami Astry Messakh Atika Layyin Dini Bella Safira

030218A026 030218A027 030218A028 030218A029 030218A031 030218A032 030218A033

Program Studi S-1 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo 2019

Penerapan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Eklampsia

A. Eklampsia 1. Definisi Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang biasa terjadi pada kehamilan tetapi tidak selalu komplikasi dari pre-eklampsia. Konvulsi dapat terjadi sebelum, selama dan sesudah persalinan. Jika ANC dan INC memiliki standar yang tinggi, konvulsi post-partum akan sering terhindar. Ini yang terjadi lebih dari 48 -72 jam setelahnya. Monitor tekanan darah dan urin, untuk protein uria harus dilakukan dan dilanjutkan selama periode post-partum (Marmi,2015). Eklampsia didefinisikan sebagai kejadian kejang pada wanita dengan preeklampsia yang ditandai dengan hipertensi yang tiba-tiba, proteinuria dan edema yang bukan disebabkan oleh adanya koinsidensi penyakit neurologi lain. Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, bersalin atau nifas yang ditandai dengan timbunya kejang atau koma, yang sebelumnya telah menunjukan gejala-gejala pre-eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma. Eklampsia lebih sering pada primigravida daripada multipara. Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum (eklampsia antepartum), eklampsia parturientum (eklampsia intrapartum), dan eklampsia puerperale (eklampsia postpartum).

2. Etiologi Etiologi eklampsia hingga saat ini masih belum diketahui. Adapun faktor risiko

terjadinya

preeklampsia

yang

mendahului

eklampsia

adalah

primigravida, hiperplasentosis, seperti mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus, hydrops fetalis dan bayi besar, umur yang terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan ada riwayat dalam keluarga yang pernah preeklamsia/eklamsia, ada penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan, dan obesitas (Angga, 2017). Ada beberapa faktor yang mebuat resiko tinggi mengalami eklampsia, yaitu: 1. Berusia diatas 35 tahun 2. Berusia dibawah 20 tahun 3. Kehamilan pertama/ primigravida 4. Kehamilan ganda/ kembar 5. Diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal atau kondisi lain yag mempengaruhi pembuluh darah 6. Memiliki riwayat pola makan yang buruk atau malnutrisi.

3. Gejala dan tanda Pada umumnya kejang didahului oleh semakin memburuknya preeklamsia dengan gejala-gejala sakit kepala, mual-muntah,nyeri epigastrum, gangguan penglihatan dan hiperefleksia. Bila keadaan ini tidak segera ditangani, akan timbul gejala umum dari eklampsia, seperti kejang/koma. Kejang pada eklampsia dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu: a) Tingkat awal atau aura Keadaan ini berlangsung kira-kira selama 30 detik. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya dan kepala diputar ke kanan dan kekiri. b) Tingkat kejang tonik Berlangsung lebih 30 detik, dalam tingkat ini seluruh oto menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka menjadi sianotik dan lidah dapat tergigit.

c) Tingkat kejang klonik Berlangsung antara 1-2 menit. Spasme tonik menghilang, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut keluar lidah yang berbusa, wajah menunjukkan kongesti dan sianotis. Kejadian klonik ini demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Setelah kejang terhenti, pasien bernafas dengan mendengkur. d) Tingkat koma Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara perlahan – lahan penderita biasa menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru yang berulang, sehingga ia tetap dalam koma.

CONTOH KASUS Ny.S umur 34 G3P2A0 umur kehamilan 32 minggu 3 hari, datang ke RSUD Ungaran pada tanggal 18 Maret 2019 dengan keluhan pusing, pandangan kabur, mulut keluar lidah busa. Pasien sempat mengalami satu kali kejang selama beberapa menit di mobil dalam perjalanannya menuju RSUD.

S: Ny.S datang ke RSUD Ungaran pada tanggal 18 maret 2019 dengan keluhan pusing dan pandangan kabur. Pasien sempat mengalami satu kali kejang selama beberapa menit di mobil dalam perjalanannya menuju RSUD.

O: Keadaan Umum: tidak baik, Kesadaran: Stupor. TTV, TD: 200/120 mmHg, Nadi: 120x/menit, Pernapasan: 26x/menit, Suhu: 36○C, Berat Badan 70 Kg, Tinggi Badan 160cm. Riwayat kehamilan sekarang: HPHT 3 Agustus 2018 TP: 10 Mei 2019. Riwayat menstruasi teratur siklus haid 28 hari, dengan lama menstruasi 7 hari. Riwayat penyakit sekarang: riwayat tekanan darah tinggi, pasien mengaku hanya pada saat kehamilan ketiganya saja mengalami peningkatan tekanan darah tinggi. Riwayat penyakit dahulu: tidak ada, Riwayat penyakit keluarga : penyakit darah tinggi dan jantung yang diderita oleh ibu pasien. Pemeriksaan fisik: mulut: mukosa basah dan keluar lidah yang berbusa, oedema: kaki/tangan (+/+). Reflek patella (+/+) Pemeriksaan Abdomen: Leopold I: TFU 28 cm , Bokong teraba lunak kurang bulat tidak melenting, Leopold II: PU-KA teraba bagian besar janin teraba pada bagian kanan ibu, Leopold III: Kepala teraba bagian keras bulat melenting, Leopold IV: bagian terendah janin belum masuk PAP., TBJ: 2480. DJJ: 150x/m . Pemeriksaan Laboratorium, HB: 9,2 gr/dL, Protein urin: (++++).

A: Ny. S umur 34 G3P2A0 umur kehamilan 32 minggu 3 hari dengan Eklampsia P: 1. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan pada Ny.S 2. Memberikan informed consent kepada keluarga pasien 3. Melindungi pasien dari kemungkinan trauma 4. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dipasang infuse RL 5. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang berupa MgSO4 dengan syarat pemberian : frekuensi pernapasan minimal

16x/menit, reflek patella positif, jumlah urine minimal 0,5 mL/kgBB/jam, tersedia kalsium glukonas 10%. 6. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6 L/menit. 7. Melakukan pemantauan setelah diberikan MgSO4 kepada ibu. 8. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien harus di rawat di Rumah Sakit.

I: 1. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan pada Ny.S 2. Memberikan informed consen kepada keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan. 3. Melindungi pasien dari kemungkinan trauma dengan mengikat pasien tetapi jangan diikat terlalu kuat 4. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dipasang infuse RL 5. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang berupa MgSO4 dengan syarat pemberian : frekuensi pernapasan minimal 16x/menit, reflek patella positif, jumlah urine minimal 0,5 mL/kgBB/jam, tersedia kalsium glukonas 10%. Cara Pemberian MgSO4 Dosis Awal: 

Ambil 4 gram larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dengan 10 ml akuades



Berikan larutan larutan tersebut secara perlahan IV selama 20 menit



Jika akses intravena sulit, berikan masing-masing 5 g MgSO4 (12,5ml larutan MgSO4 40%) IM di bokong kiri dan kanan

Cara Pemberian Dosis Rumatan: 

Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/Ringer Asetat, lalu berikan secara IV dengan

kecepatan 28 tpm selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila eklampsia). 6. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6 L/menit. 7. Melakukan pemantauan setelah diberikan MgSO4 kepada ibu. Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi TD, Nadi, Pernafasan, Reflek patella dan jumlah urine. Bila frekuensi nafas < 16x/menit, dan tidak didapatkan reflek tendo patella, dan terdapat oliguria (produksi urine < 0,5 mL/kgBB/jam), segera hentikan pemberian MgSO4. Jika terjadi depresi napas berikan kalsium glukonas 1 g IV (10 ml larutan 10%) bolus dalam 10 menit. Berikan kembali MgSO4 2 g IV perlahan (15-20 menit). Bila setelah pemberian MgSO4 ulangan masih terdapat kejang dapat dipertimbangkan pemberian diazepam 10 mg IV selama 2 menit. 8. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien harus di rawat di Rumah Sakit dan dilakukan pemantauan lebih lanjut.

E: 1. Keluarga pasien menyetujui tindakan yang akan dilakukan 2. Keluarga bersedia menandatangani informed consent yang diberikan. 3. Pasien telah dilindungi kemungkinan terjadinya trauma 4. Infus RL telah terpasang pada pasien 5. MgSO4 telah diberikan kepada pasien sesuai dengan syarat pemberian 6. Pasien telah diberikan Oksigen 4-6 liter/menit 7. Pasien sedang dilakukan pemantauan setelah pemberian MgSO4 8. Keluarga pasien menyetujui bahwa ibu harus dirawat di Rumah Sakit

R: 

Jika terjadi kejang berulang lakukan intubasi dan segera kirim ibu ke ruang ICU yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif.



Jika usia kehamilan sudah mencapai 34 minggu dan ibu masih mengalami eklampsia lagi maka bayi harus segera dilahirkan dalam 12 jam sejak terjadinya kejang secara SC.

Daftar Pustaka

Angga A. 2017. Wanita Usia 20 Tahun, Primigravida Hamil 37 Minggu Dengan Eklamsi Antepartum. J Medulla Unila Vol.7 No. 1 Januari 2017

Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan. WHO Country Office : Jakarta

Marni. 2015. Asuhan Kebidanan Patologi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Related Documents


More Documents from "Deyana"