Kelompok 4 Komkep.docx

  • Uploaded by: Isma Nur Hikmah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 4 Komkep.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,268
  • Pages: 25
KOMUNIKASI TERAPEUTIK, KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS, DAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELUARGA

Disusun oleh: 1. Salehah

(04184746)

2. Fatrawaty R.A

(04184747)

3. Hikmatul Azizah

(04184749)

4. Husna Raharusun

(04184750)

5. Isma Nur Hikmah

(04184751)

6. Luluk Hasna Putri

(04184752)

7. Milnawati

(04184753)

8. Nadya Icha Safitri

(04184754)

Dosen pengampu : Riza Yulina Amri.,S.kep.,Ns.,M.kep

STIKes Surya Global Yogyakarta Tahun 2019

Kata pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul Komunikasi Terapeutik, Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Dengan Penyakit Kronis, dan Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga. Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan semester II. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun selalu di harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan khususnya pembaca pada umumnya.

Yogyakarta,

Penyusun

Daftar Isi Kata pengantar…………………………………………….. Daftar isi……………………………………………………. BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang…………………………………………. B. Rumusan Masalah……………………………………… C. Tujuan…………………………………………………... BAB II Tinjauan Pustaka BAB III Penutup

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam kehidupan keseharian kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain. Manusia sebagai pribadi maupun makhluk social akan saling berkomunikasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang beraneka ragam, dengan gaya dan cara yang berbeda pula. Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia.Interaksi manusia baik antara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi tanpa komunikasi. Begitupun dalam interaksi keluarga, baik antar pribadi anggota keluarga, orang tua dengan anak maupun dengan keluarga yang lain sebagai perorangan , kelompok maupun sebagai keluarga itu sendiri. Seberapa jauh komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia dan waktu yang diluangkan dalam proses komunikasi sangat besar, timbul pertanyaan berapa banyak waktu yang digunakan dalam proses komunikasi di dalam keseharian. Adapun bentuk kegiatan komunikasi yang digunakan untuk menulis, untuk membaca, dan untuk berbicara serta untuk mendengarkan orang lain berbicara, Hal tersebut membuktikan bahwa komunikasi sangat memiliki peran yang penting dalam kehidupan sosial manusia, dengan kata lain komunikasi telah menjadi jantung dari kehidupan kita. Komunikasi amat berperan penting dalam menjelaskan segala sesuatunya, banyak orang yang salah memahami makna pesan yang di sampaikan akibat pola komunikasi yang salah. Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan lainnya.Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien selalu menuntut pelayanan perawatan yang paripurna. Sakit yang diderita bukan hanya sakit secara fisik saja, namun psiko (jiwanya) juga terutama mengalami gangguan emosi. Penyebabnya bisa dikarenakan oleh proses adaptasi dengan lingkungannya seharihari. Misalnya saja lingkungan di rumah sakit yang sebagian besar serba putih dan

berbeda dengan rumah pasien yang bisa beraneka warna. Keadaan demikian menyebabkan pasien yang baru masuk terasa asing dan cenderung gelisah atau takut.

B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian komunikasi terapeutik? 2. Apa tujuan komunikasi terapeutik? 3. Bagaimana proses komunikasi terapeutik? 4. Apa pengertian komunikasi terapeutik pada keluarga? 5. Apa saja ciri-ciri komunikasi terapeutik pada keluarga? 6. Apa saja bentuk komunikasi teraputik pada keluarga? 7. Bagaimana komunikasi terapeutik pada pasien yang terkena penyakit kronis?

C. Tujuan 1. Agar bisa mengetahui komunikasi terapeutik 2. Agar bisa mengetahui komunikasi terapeutik pada pasien yang terkena penyakit kronis 3. Agar mengetahui komunikasi terapeutik dalam keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian komunikasi terapeutik Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proposional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen penting yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya. Komunikasi terapeuitk termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien. Menurut Purwanto komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilan dasar utnuk melakukan wawancara dan penyuluhan dalam artian wawancara digunakan pada saat petugas kesehatan melakukan pengkajian memberi penyuluhan kesehatan dan perencaan perawatan. B. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Menurut Purwanto tujuan dari komunikasi terapeutik : 1. membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran mempertahakan kekuatan egonya. 2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang ada . 3. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif dan mempengaruhi orang di lingkungan fisik dan dirinya. Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala komunikasi yaitu : a. Tingkah laku perawat Dirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang peranan penting; tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai oleh masyarakat. Bahkan sering juga surat kabar memuat berita berita tentang perawat rumah sakit. Bertindak yang tidak sebenarnya. Dipandang oleh klien perawat judes, jahat dan sebagainya. b. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit

Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang diderita klien semata, sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian. Tujuan pelaksaan perawatan yang sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi bio, psiko dan sosial. •

Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan keturunan.



Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan masalah yang ada hubungnnya dengan jiwa



Sosial : Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat dari klien di dalam masyarakat.

c. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan, serta kurang memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien sehingga menghambat hubungan baik. Saya sudah hampir 20 tahun menjadi perawat di rumah sakit ini, walaupun gaji saya kecil tapi saya dituntut untuk bekerja keras melayani para pasien sering kali saya mendapat cacian dari pasien karena saya terlambat memberikan pelayanan. Hal ini sering terjadi kalau saya piket malam karena keterbatasan jumlah perawat yang piket kemudian permintaan pelayanan dari pasien banyak sehingga kami kewalahan melayaninya dan berdampak pada keterlambatan pelayanan ujar suster T . Sehingga sering kali karena terlambat kami menerima cacian dari pasien dan takala kami menerangkan alasannya kenapa kami telat terus kami minta pengertaian dari pasiean untuk bersabar malah pasien sering mensalah artikan kata-kata kami sehingga kami kadang mendapat julukan suster cerewet atau suster judes “ tambahnya. Hal inilah yang sering terjadi sehingga dapat menghambat terjalinnya komunikasi terapeutik yang harmonis diantara perawat dan pasien .

C. Proses Komunikasi Terapeutik Proses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan tahapan komunikasi. Unsur komunikasi terdiri dari : Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut komunikator yaitu orang yang menyampaikan atau menyiapkan pesan. Komunikator dalam makalah ini adalah para perawat yang tugas utamanya ialah membantu pasien dalam

mengatasi masalah sakit akut, sakit kronis, dan memberikan pertolongan pertama pada pasien dalam keadaan gawat darurat. Komunikator memiliki peranan penting untuk menentukan keberhasilan dalam membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain dalam makalah ini ialah pasien. Kemampuan komunikator mencakup keahliaan atau kredibilitas daya tarik dan keterpercayaan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan keberhasilan dalam melakukan komunikasi ( TAN, 1981:104). Unsur komunikasi terapeutik selain komunikator, yaitu pesan merupakan salah satu unsur penting yang harus ada dalam proses komunikasi. Tanpa kehadiran pesan, proses komunikasi tidak terjadi. Komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti, dan dapat diterima komunikan. Moore dalam Rakhmat (1993:297) mengemukakan bahwa keberhasilan komunikasi sangat ditentukan oleh daya tarik pesan. Effendy (2000:41) mengatakan bahwa komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Pesan harus direncanakan 2. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak 3. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima 4. Pesan harus berisi hal-hal yang mudah difahami 5. Pesan yang disampaikan tidak samar-samar. Prinsip komunikasi terapeutik Komunikasi interpersonal yang terapeutik mempunyai beberapa prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal De Vito yaitu keterbukaan,empati, sifat mendukung sikap positif dan kesetaraan. D. Tahap interaksi pada komunikasi terapeutik Wood mengatakan pada umumnya hubungan antar pribadi berkembang melalui tahap-tahap yaitu : 1. Tahap awal atau tahap orientasi pada tahap ini antara petugas dan pasien terjadi kontak dan pada tahap iini penampilan fisik begitu penting karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati. Kualitas-kualitas lain seperti sifat bersahabat kehangatan, keterbukaan dan dinamisme juga terungkap. Yang dapat dialkukan pada terapi ini

menurut purwanto ialah pengenalan, mengidentifikasi masalah dan mengukur tingkat kecemasan diri pasien. 2. Tahap lanjutan adalah tahap pengenalan lebih jauh, menurut purwanto (1994: 25) dilakukan untuk meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi kecemasan, melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada, menurut De Vito (1997:24) komunikasi pada tahap ini mengikatkan pada diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga mngungkapkan diri kita. Pada tahap ini termasuk pada tahap persahabatan yang menghendaki agar kedua pihak harus merasa mempunyai kedudukan yang sama, dalam artian ada keseimbangan dan kesejajaran kedudukan. Argyle dan Henderson dalam Liliweri (1997:55) mengemukakan, persahabatan mempunyai beberapa fungsi, yaitu : 1. membagi pengalaman agar kedua pihak merasa sama-sama puas dan sukses 2. menunjukan hubungan emosional 3. membuat pihak lain menjadi senang 4. membantu sesama kalau dia berhalangan untuk suatu urusan Purwanto (1994:26) mengatakan pada tahap komunikasi terapeutik ini harus : a. melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada b. meningkatkan Komunikasi c. mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan mengambil tindakan berdasarkan masalah yang ada. Secara psikologis komunikasi yang bersifat terapeutik akan membuat pasien lebih tenang, dan tidak gelisah.

3. Tahapan terminasi menurut purwanto (1994:26) pada tahap ini terjadi pengikatan antar pribadi yang lebih jauh, merupakan fase persiapan mental untuk membuat perencanaan tentang kesimpulan perawatan yang didapat dan mempertahankan batas hubungan yang ditentukan, yang diukur antara lain mengantisipasi masalah yang akan timbul karena pada tahap ini merupakan tahap persiapan mental atas rencana pengobatan, melakukan peningkatan komunikasi untuk mengurangi ketergantungan pasien pada petugas. Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan antara petugas dengan klien.

Menurut Uripni (1993: 61) bahwa tahap terminasi dibagi dua, yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari setiap pertemuan, pada terminasi ini klien akan bertemu kembali pada waktu yang telah ditentukan, sedangkan terminasi akhir terjadi jika klien selesai menjalani pengobatan. Penjelasan Perawat-Klien Baru datang Yang perlu dijelaskan oleh perawat kepada klien yang baru datang adalah meliputi : 1. Peaturan-peraturan rumah sakit 2. peraturan jam berkunjung 3. peraturan makan sehari 3 kali 4. makanan yang perlu dimakan (dietnya) atau bila ada keluarga yang membawa makanan sendiri 5. bel dimeja bila keperluan memanggil perawat 6. jam kunjungan dokter 7. bagi klien yang bisa jalan, perlu diberitahu tempat kamar mandi, WC dan sebagainya. 8. waktu jam mandi 9. Memperkenalkan teman klien sekamar (klien di bed sebelahnya). Budi Pekerti Dalam Keperawatan Budi pekerti keperawatan merupakan salah satu pendorong kekuatan (stimulus) bagi perawat dalam melaksanakan tugasnya setiap hari. Karena dari budi pekertilah yang menentukan martabat/derajat tinggi rendahnya sifat manusia itu sendiri. E. Pengertian komunikasi dalam keluarga Komunikasi adalah suatu proses penyampaian ide,perasaan dan pikiran antara dua orang atau lebih sehingga terjadi perubahan sikap dan tingkah laku bagi semua yang saling berkomunikasi. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. Pada dasaranya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam “satu atap”. Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami istri dan saling interaksi

dan berpotensi punya anak akhirnya membentuk komunikasi baru yang disebut keluarga. Karenanya keluargapun dapat diberi batasan sebagai sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita perhubungan mana sedikit banyak bertahan lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Pengertian keluarga menurut Noor (1983) adalah suatu unit atau lingkungan masyarakat yang paling kecil atau merupakan masyarakat yang paling bawah dari satu lingkungan negara. Posisi keluarga atau rumah tangga ini sangat sentral seperti diungkapkan oleh Aristoteles (dalam Noor, 1983) bahwa keluarga rumah tangga adalah dasar pembinaan negara. Dari beberapa keluarga rumah tangga berdirilah suatu kampung kemudian berdiri suatu kota. Dari beberapa kota berdiri daru propinsi, dan dari beberapa propinsi berdiridatu negara. Menurut

Rae

Sedwig

(1985),

Komunikasi

Keluarga

adalah

suatu

pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian. Komunikasi

dalam

keluarga

juga

dapat

diartikan

sebagai

kesiapan

membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan. F. Ciri-Ciri Komunikasi Keluarga Menurut Kumar (Wijaya,1987) ciri-ciri komunikasi dalam keluarga adalah sebagai berikut: a. Keterbukaan (openess) Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk terbuka dengan orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi memungkinkan perilakunya dapat memberikan tanggapan secara jelas terhadap segala pikiran dan perasaan yang diungkapkannya. b. Empati (Empathy) Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan ataupun tanggapan orang tersebut.

c. Dukungan Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam melakukan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini lebih diharapkan dari orang terdekat yaitu, keluarga. d. Perasaan Positif (Positiveness) Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa yang sudah dikatakan orang lain terhadap dirinya e. Kesamaan (Equality) kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai kesamaan dengan orang lain dalam hal berbicara dan mendengarkan.

G. Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Keluarga a. Komunikasi orang tua yaitu suami-istri Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada peran penting suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga. Keluarga dengan anggota keluarga (ayah, ibu, anak). b. Komunikasi orang tua dan anak Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anaknya. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat. Hubungan komunikasi yang efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang tua dan anak. c. Komunikasi ayah dan anak Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran ayah dalam memberi informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan keputusan pada anak yang peran komunikasinya cenderung meminta dan menerima. Misal, memilih sekolah. Komunikasi ibu dan anak Lebih bersifat pengasuhan kecenderungan anak untuk berhubungan dengan ibu jika anak merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih menonjol.

d. Komunikasi anak dan anak yang lainnya

Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana anak yang lebih tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak yang masih muda. Biasanya dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.

H. Pola Komunikasi dan Interaksi dalam Keluarga Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran dan sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota – anggota keluarga pun sukar untuk dihindari.Beberapa pola komunikasi yang dilakukan dalam Interaksi keluarga :  Model stimulus – respons (S-R) Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “aksi – reaksi” yang sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan –tulisan) isyarat-isyarat nonversal, gambar-gambar dantindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan, proses ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek.  Model Interaksional Model Interaksional ini berlawanan dengan model S-R. Sementara model S-R mengasumsikan manusia adalah pasif, model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan makna yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Berapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri, diri orang lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.  Hubungan antar peran Komunikasi dalam keluarga dapat pula dipengaruhi oleh pola hubungan antar peran hal ini, disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga dilaksanakan melalui komunikasi.  Model ABX Pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam komunikasi antara anggota keluarga adalah model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb dari

perspektif psikologi-sosial. Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A) menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X).

I. Aneka Komunikasi dalam Keluarga 1) Komunikasi verbal Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara individu atau kelompok yang mempergunakan bahasa sebagai alat perhubungan efektif tidaknya suatu kegiatan komunikasi bergantung dari ketepatan kata-kata atau kalimat dalam mengungkapkan sesuatu. Kegiatan komunikasi verbal menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga setiap hari orang tua selalu ingin berbincang-bincang kepada anaknya., canda dan tawa menyertai dialog antara orang tua dan anak. 2) Komunikasi non verbal Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga tidak hanya dalam bentuk verbal, tetapi juga dalam bentuk nonverbal. Walaupun begitu, komunikasi nonverbal suatu ketika bisa berfungsi sebagai penguat komunikasi verbal. Fungsi komunikasi verbal sangat terasa jika, komunikasi yang dilakukan secara verbal tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas. 3) Komunikasi Individual Komunikasi individual atau komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi berlangsung dalam sebuah interaksi antarpribadi, antara suami dan istri, antara ayah dan anak, antara ibu dan anak, antar anak dan anak. 4) Komunikasi kelompok Hubungan akrab antara orang tua dan anak sangat penting untuk dibina dalam keluarga keakraban hubungan itu dapat dilihat dari frekuensi pertemuan antara orang tua dan anak dalam suatu waktu dan kesempatan. Sudah waktunya orang tua meluangkan waktu dan kesempatan untuk duduk bersama dengan anak-anak, berbicara, berdialog dalam suasana santai.

J. Tahap-Tahap Perkembangan Komunikasi Keluarga a) Keluarga dengan anak – anak prasekolah Pada tahap ini dari lahir hingga usia 6 tahun, anak – anak ada pada tahun puncak untuk mempelajari bahasa. Kemampuan berbahasa terutama diperoleh dari keluarga

khususnya dari interaksi anatara anak dan pengasuh utama, ibunya. Anak – anak memulai kemampuan berbahasa dengan menggunakan kata – kata tunggal. Anatara usia 18 – 24 bulan, ungkapan – ungkapan dua kata muncul. Menjelangn usia 3 tahun anakanak menguasai kira – kira seribu kata, dan mulai usia 4-5 tahun mereka memperoleh kira-kira 50 kata setiap bulan. b) Keluarga dengan anak – anak usia sekolah Anak – anak semakin mengalami kebebasan sejalan dengan pertambahan usia. Mereka memperoleh pengaruh tidak hanya lewat komunikasi keluarga yang masih merupakan kekuatan dominan, tapi juga lewat komunikasi dengan pihak – pihak di luar keluarga. Dua dimensi komunikasi orang tua-anak menjadi penting ; penerimaan – penolakan dan kontrol otonomi. c) Keluarga dengan anak – anak remaja Tahap ini cenderung ditandai dengan bertambahnya konflik sehubungan dengan bertambahya kebebasan anak – anak. Masalah – masalah otonomi dan kontrol menjadi sangat tajam pada tahun –tahun ini. Anak – anak remaja mulai mengalihkan komunikasi dari komunikasi keluarga kepada komunikasi dengan teman- teman sebaya. Karena perubahan – perubahan fisiologis dan psikologis yang dialami remaja, topik –topik tertentu menjadi perhatian mereka. Pendeknya, usia remaja merupakan tantangan terbesar bagi komunikasi keluarga. Bila orang tua dan anak dapat mengatasi badai, komunikasi selanjutnya akan lebih lancar. Selanjutnya dapat disimpulkan dengan pertambahan usia, hubungan kita dengan saudara- saudara kandung tetap penting.

K. Teknik Komunikasi Efektif dalam Keluarga Ada lima hal yang harus diperhatikan agar komunikasi di dalam keluarga tercipta secara efektif,yaitu: 1. Respek Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai (respectfull attitude). Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa (timbal balik) dari si lawan diskusi. Orangtua akan sukses berkomunikasi dengan anak bila ia melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anak pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orangtua atau orang di sekitanya. 2. Empati Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi

yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang lain. Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau pasangannya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, mendengar keluhan dan harapannya. Mendengarkan di sini tidak hanya melibatkan indra saja, tapi melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa saling percaya dan keterbukaan dalam keluarga. 3. Audibel Audibel berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik. Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi yang audibel ini. 4. Jelas Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak pemahaman,

selain

harus

terbuka

dan

transparan.

Ketika

berkomunikasi

dengan anak, orangtua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami (melihat tingkatan usia). 5. Tepat Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat baik waktunya, tema maupun sasarannya. Waktu yang tepat untuk membicarakan masalah anak misalnya pada waktu makan malam. Pada waktu sarapan pagi, karena ketergesaan maka yang dibicarakan umumnya masalah yang ringan saja. 6. Rendah Hati Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah, saling menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih tahu, lemah lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati ini maka laaawaaan diskusi kita memjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang dapat diungkapkan dari diskusi tersebut.

L. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Dilain waktu seseorang mengeluh tidak dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain.

Ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga, seperti yang akan di uraikan berikut ini :  Citra diri dan citra orang lain Setiap orang mempunyai gambaran – gambaran tertentu mengenai dirinya statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa dan bagaimana ia berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung disekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang. Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempengaruhi cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia yang lemah, ingusan, tak tahu apa-apa, harus di atur, maka ia berbicara secara otoriter. Akhirnya, citra diri dan citra orang lain harus saling berkaitan, saling lengkap-melengkapai. Perpaduan kedua citra itu menentukan gaya dancara komunikasi.  Suasana Psikologis Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya.  Lingkungan Fisik Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan cara yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang harus diataati, maka komunikasi yang berlangsungpun harus taat norma.  Kepemimpinan Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk hubunganhubungan tersebut.  Bahasa Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang

dipergunakan oleh orang tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut untuk menggunakan bahasa yang mudah dimengerti antara komunikator dan komunikasi.  Perbedaan Usia Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia masing-masing yang harus dipahami.

M. Peran Perawat dalam Memberikan Asuahan Perawatan Keluarga Dalam memberikan asuhan perawatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain: a. Pemberian asuhan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit b. Pengenal atau pengamat masalah kebutuhan kesehatan keluarga c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga d. Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat mudah dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya e. Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku yang sehat.

O. Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Yang Terkena Penyakit Kronis 

SITUASI KONDISI KLIEN KRONIS Ketika orang mengalami penyakit akut terpencil atau masalah kesehatan dan

mencari perawatan, rencana perawatan klien sering fokus pada pemahaman dan persiapan untuk tes diagnostik, medis dan bedah intervensi, dan pemulihan kegiatan. Penyakit akut adalah terbatas dengan serangan, pengobatan, dan penyembuhan tahapan, dan kembali ke klien mereka biasa dengan gaya hidup sederhana, jika ada perubahan yang diperlukan. ketika orang mengalami penyakit kronis namun, rencana perawatan harus beralih dari fokus pada obat untuk fokus pada penyakit dan perubahan gaya hidup. tidak ada fase penyembuhan selesai, dan perubahan gaya hidup yang pasti terjadi sebagai penyakit

berlangsung. klien dengan penyakit kronis dan keluarganya harus belajar untuk beradaptasi terhadap perubahan berbagi aspek kehidupan, antara lain: 1. Identitas 2. Peran 3. Relationship 4. Kemampuan 5. Pola prilaku Tahap Perjalanan Penyakit Kronis Sebagai penyakit yang menuntut perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, Penyakit kronis melalui tahapan, sebagai berikut: 1. Progresif Tingkat kemampuan meningkat dengan perode sembuh yang minimal. Adaptasi terhadap penyakit dan tuntutan perubahan peran sangat dibutuhkan. a. Penyakit yang sangat progresif memerlukan peningkatan adaptasi dengan periode waktu yang singkat Contoh: Penyakit kanker yang tidak berespon terhadap pengobatan. b. Penyakit progresif yang lamban memerlukan stamina yang lebih besar dalam menghadapi penyakitnya yang berkembang secara lambat. Contoh: Emfisema, Diabetes Mellitus 2. Konstan/ Menetap Setelah injuri akut seperti dtroke atau injury spinal cord akan diikuti dengan periode stabilitas fisik dan adaptasi terhadap penurunan fungsi adaptasi atau keterbatasan. Secara umum periode stabilitas dan kebutuhan akan perawatan dapat diperkirakan. 3. Kambuh/ Episodic Periode kambuh tidak dapat dipredikasi, menyebabkan ketegangan pada klien dan keluarga. Seperti migraine, multiple selerosis mempunyai periode yang bervariasi dengan tanda dan gejala yang minimal sampai dengan tidak ada. Gaya hidup normal menjadi terganggu dengan munculnya periode akut dimana membutuhkan perawatan yang seringkali menyebabkan perubahan peran keluarga.



TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KRONIS

Area intervensi dan peran Komunikasi antara lain: 1. Mengenal, mengakui dan menerima emosi klien dan keluarga terhadap status fisik dan kebutuhan pengobatan Cara yang terpenting adalah melalui komunikasi saat mengobservasi dan bekerja dengan klien dan keluarga, perawat harus belajar tentang perasaan dan reaksi mereka merupakan kunci intervensi komunikasi adalah mendengar Tahapan mendengar yang terapeutik, antara lain: a. Menyatakan bahwa anda mendengar, seperti pernyataan sederhana bahwa anda mendengar mereka, memberi kesempatan untuk berbicara dan mengemukakan hal yang dipikirkan. b. Menyatakan isi atau kandungan dari apa yang telah dikatakan, seperti mengulang kembali, memberi kesempatan pada klien untuk klarifikasi, dan melanjutkan atau menggali lebih dalam. c. Menyatakan kembali emosi yang telah diperlihatkan dengan cara merefleksikan kembali emosi yang telah diekspresikan seperti merespon terhadap tingkat emosional dapat memberikan hasil yang baik dan biasanya memfasilitasi ekspresi perasaan. d. Menggali informasi lebih banyak dengan cara menunjukan bahwa anda tertarik atau ingin mengetahui lebih jelas tentang hal-hal yang ingin dikatakan atau kebutuhan atau keinginan. 2. Bekerja dengan klien dan keluarga untuk mengidentifikasi pemahaman tentang sakit dan keterlibatan di dalam perwatan serta harapan mereka terhadap petugas kesehatan. Sering diasumsikan bahwa seseorang dengan sakit kronik dan keluarganya. Mengerti akan proses penyakit dan pengobatan karena mereka telah hidup lama dengan kondisi tersebut menjadi asumsi yang tidak dibenarkan sehingga tujuan yang diharapkan perawat tidak sesuai dengan tujuan klien dan keluarga. Pada perencanaan harus dibuat bersama dan didiskusikan sehingga didapat gambaran tentang pemahaman klien, kemampuan untuk menerima proses penyakit, dampak penyakit serta kemampuan yang diharapkan untuk berfungsi. Jika klien dan keluarga mengalami shock atau denial perlu dilakukan pendekatan dengan fokus, antara lain: a. Support terhadap emosi merekab. Sharing dan menguatkan informasi mendasar tentang sakit dan perawatan rutin, seperti: 1) Mengulang informasi

2) Menulis informasi 3) Secara bertahap menambah detail dan kedalaman penjelasan Biasanya mereka akan memperlihatkan kesiapannya melalui pertanyaan-pertanyaan dan keingintahuannya tentang apa saja yang telah dilakukan dengan melihat terhadap kemungkinan adanya kesempatan untuk menolong mereka lebih memahami apa yang terjadi dan tujuan intevensi yang dilakukan, seperti: a) Marah terhadap apa yang terjadi mungkin diarahkan kepada staff Yang harus dilakukan perawat adalah menerima keluhan dan klarifikasi apa yang menyebabkan klien dan keluarga marah dan hindari perilaku nonverbal yang konfrontasi. b) Bagaimana interprestasi dan reaksi klien terhadap tanda dan gejala yang dialaminya dapat menjadi petunjuk terhadap pemahaman dan reaksi terhadap penyakit. Hal-hal yang harus diperhatikan perawat adalah: • Hati-hati melakukan pemeriksan fisik • Observasi terhadap respon fisik klien Contoh: Pucat, nadi meningkat, tekanan darah meningkat, berkeringat, meringis, kesulitan tidur. • Observasi respon emosional klien Contoh: Menarik diri, Perlakuan iritabel. • Gali bagimana biasanya mereka mengekspresikan bila rasa nyeri dan stress timbul. Contoh: Apakah cenderung menahan diri atau hanya dirinya yang tahu, apakah mereka mengekspresikan emosinya ketika nyeri dan stress terjadi. • Jika pengobatan dan perawatan tidak dapat mengurangi keluhan mungkin nyeri merupakan bagian dari masalah • Ketika klien mengalami kehilangan fungsi fisik atau peran keluarga, kehilangan tersebut dapat diekspresikan sebagai nyeri • Jika nyeri menjadi kronik dan merupakan fokus utama klien maka masalah dapat berkembang menyangkut keluarga dan sosial, pekerjaan, farmakologik dan dimensi interpersonal

• Keberhasilan penanganan memerlukan pengkajian yang lengkap dari multidisiplin untuk tiap dimensi, diikuti oleh intervensi multidisiplin yang tepat dan konsisten. Dalam hl ini membutuhkan komunikasi yang jelas, konsisten dan terkoordinasi dengan klien dan keluarga. 3. Bekerja untuk menyamakan harapan klien dan professional Hal-hal yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi harapan klien adalah: a. Sharing informasi tentang proses penyakit dan penjelasan mengenai penanganan terapi, medikasi dan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi b. Menetapkan keperawatan rutin yang tepat dimana klien dapat melaksanakannya c. Dorong klien dan keluarga untuk bertanya dan berpartisipasi dalam membuat keputusan 4. Koordinasi kebutuhan perawatan dan pengobatan dengan kemampuan dan tingkat energi serta keluarga Penyakit kronis dapat menurunkan energi klien secara fisik, mental dan emosional. Kekhawatiran financial dapat menjadi stressor utama yang dapat mempengaruhi mental dan emosi. Jika kelelahan menjadi kronik dan berdampak pada kesehatan dan kemampuan secara umum untuk melakukan aktifitas yang diharapkan. Dengan mengetahui bahwa perawat memperhatikan kebutuhan mereka akan mengajarkan mereka untuk mengevaluasi secara periodic. 5. Suport strategi koping yang positif dan penggunaan sumber-sumber multidisiplin yang dibutuhkan. Peran kunci perawat bekerja dengan klien dan keluarga adalah membantu mereka dapat mengatasi stress dengan sukses dengan strategi yang difokuskan pada: a. Pencegahan atau menurunan stress b. Meningkatkan kemapuan untuk menghadapi stress



INTERVENSI PADA PENDERITA KRONIS Bantuan yang diberikan kepada klien dan keluarga ditekankan pada kebutuhan fisik dan psikososial dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan. Kebutuhan dan perubahan kemampuan selalu berubah dipengaruhi oleh usia dan rasa berduka yang disebabkan oleh penyakit yang dihubungkan dengan beberapa hal, antara lain:

1. Kehilangan, 2. Pola keyakinan, 3. Tujuan personal, 4. Perubahan peran, 5. Faktor financial, 6. Metoda koping, 7. Tingkat pengetahuan, 8. Support system.

Rencana keperawatan efektif diperlukan kebebasan, terbuka, komunikasi tanpa henti dengan klien dan keluarga sebagai pusat kesehatan dalam keperawatan (Weaver dan Wilson, 1994). Intervensi pada klien dan keluarga dihubungkan dengan issue yang pada pengkajiannya perlu mengidentifikasi Kemampuan fungsional dan psikososial, serta kekuatan dan kelemahan. Hal penting yang harus diketahui oleh klien dan keluarga sebagai dampak dari perubahan penyakit pada masa transisi. Adapun faktor-faktor yang harus diidentifikasi adalah 1. Apakah arti transisi bagi klien dan keluarga? 2. Apa harapan klien dan keluarga terhadap adanya perubahan? 3. Bagaimana status fisik dan emosional klien dan keluarga? 4. Apakah klien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melewati masa transisi? 5. Apakah lingkungan mendukung? 6. Bagaimana kebenaran perancanaan yang dibuat untuk membantu pasien dan keluarga dalam bekerja melewati masa transisi?

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi terapeuitk termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien. Menurut Purwanto komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilan dasar utnuk melakukan wawancara dan penyuluhan dalam artian wawancara digunakan pada saat petugas kesehatan melakukan pengkajian memberi penyuluhan kesehatan dan perencaan perawatan. Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup.

B. Saran Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui pengertian dari komunikasi terapeutik dan dapat mengaplikasikannya pada dunia kerja perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Devito,Joseph. 1997. Komunikasi Antar manusia.Jakarta : Professional Book. Djuarsa, sasa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka

Effendy,

Onong.

2000.

Ilmu

Teori

dan

Filsafat

Komunikasi.Bandung

:

PT.Rosdakarya Fisher Aubrey. 1997. Teori-teori Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Farouk.2004. Praktik Ilmu Komunikasi. Teraju Foster & Anderson.1986. Antropologi Kesehatan.Jakarta Penerbit UI Kariyoso.1994.

Pengantar

Komunikasi

Bagi

Siswa

Perawat.Penerbit

Buku

Kedokteran EGC Liliweri, Alo. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta :

Pustaka

Pelajar LittleJohn. 1999. Theories of Human Communication. United States of America : Wadsworth Publishing Company. Mulyana, Deddy.2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya Muwarni,anita.(2009).Komunikasi terapeutik panduan bagi keperawatan. Fitramaya:yogyakarta

Related Documents

Kelompok 4
June 2020 26
Kelompok 4
May 2020 39
Kelompok 4
May 2020 37
Kelompok 4
May 2020 38
Kelompok 4
April 2020 29
Kelompok 4
May 2020 34

More Documents from "aprilia dwi safitri"

Istirahat Dan Tidur.pptx
December 2019 32
Darina.pptx
May 2020 27
Jalur Koord 2018-2019.docx
December 2019 30
Kelompok 4 Komkep.docx
December 2019 32
Panitia Milad-4.docx
May 2020 34
Cover-1.docx
December 2019 28