Kelompok 2 Biaya Standar.docx

  • Uploaded by: NUR ANNISA
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 2 Biaya Standar.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,761
  • Pages: 19
MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN “BIAYA STANDAR”

OLEH KELOMPOK 2 :

ANDI MUH. NUR JIHAD K.

(B1C114162)

NIRMALA PERMATASARI

(B1C117189)

NUR ANNISA

(B1C117191)

SARLI

(B1C117201)

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2019

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul “BIAYA STANDAR” Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan kritik sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah “BIAYA STANDAR” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Kendari, 10 Maret 2019

Kelompok 2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................. DAFTAR ISI............................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................. 2.1 Pengertian Biaya Standar ......................................................................... 2.2 Jenis-Jenis Standar.................................................................................. 2.3 Manfaat Sistem Biaya Standar Dalam Pengendalian Biaya................................................................................. 2.4 Prosedur Penentuan Biaya Standar........................................................ 2.5 Pengertian Analisis Varians/Selisih......................................................................................... 2.6 Beberapa Selisish dalam Unsur Biaya Produksi..................................... 2.7 Hubungan antara Biaya Standar dan Analisis Varians.........................

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Perhitungan Bahan Baku perusahaan Mebel Jepara Putra dengan Metode Dua Selisih........................................................... 3.2 Perhitungan Tenaga Kerja Langsung perusahaan Mebel Jepara Putra dengan Metode Dua Selisih........................................................... 3.3 Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Selisih dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja pada perusahaan Mebel Jepara Putra.............................................................. BAB IV PENUTUP................................................................................................. 4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 4.2 Saran ......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Standar adalah suatu benchmark atau "norma" untuk pengukuran kinerja. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan standar. Pertimbangkan apa yang akan terjadi ketika seorang pengemudi duduk di kursi pengemudi mobil. Pengemudi itu memasukkan kunci di kontaknya, memutar kunci dan mesin mobil akan hidup. Harapan pengemudi (standar) bahwa mesin mobil akan hidup, sehingga pengemudi tidak perlu membuka kap mobil dan mengecek aki, kabel-kabel yang berhubungan, selang bensin dan lain-lain. Jika pengemudi memutar kunci dan mesin mobil tidak mau hidup, maka yang terjadi adalah ketidakcocokan (selisih). Selanjutnya pengemudi harus menyelidiki mengapa mesin mobil tidak mau hidup. Akan lebih bijaksana jika pengemudi menyelidiki penyebabnya jika sudah menghidupkan mobil dua kali. Jika penyebabnya tidak ditemukan dan diperbaiki, masalah yang lebih buruk akan muncul kembali. Pengendalian biaya produksi dan penetapan harga pokok produksi yang cermat dan tepat sangat penting, karena biaya produksi akan memberikan pengaruh langsung terhadap harga pokok produksi yang akhirnya berakibat juga pada laba yang diharapkan perusahaan. Sehingga diperlukan suatu alat pengendalian yang diantaranya berupa penetapan biaya standar. Biaya standar merupakan alat yang penting didalam menilai pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan sebelumnya. Jika biaya standar ditentukan realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan yang efektif, karena pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan, dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut seharusnya dilaksanakan. Pada perusahaan pengolahan atau manufacturing, biaya standar dibuat untuk bahan baku langsung (direct raw material), tenaga kerja langsung (direc labor) dan biaya overhead pabrik (factory overhead). Biaya standar ini biasanya di gunakan oleh perusahaan manufaktur jika perusahaan tersebut menggunakan harga bahan baku yang ditentukan dari standar biaya. Biasanya harga yang diperkirakan akan berlaku dimasa mendatang, biasanya untuk jangka waktu satu tahun, harga yang berlaku pada saat penyusunan standar, harga yang diperkirakan akan merupakan harga yang normal dalam jangka panjang. Dengan adanya biaya standar, manajemen dapat membuat perbandingan antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya standar sehingga dapat mengukur prestasinya dan menghilangkan ketidakefisienan. Pada biaya standar ini dikatakan menguntungkan apabila biaya standar lebih besar dari pada aktualnya, dan dikatakan tidak menguntungkan apabila terjadi sebaliknya. Salah satu perusahaan manufaktur di Indonesia yaitu PD. Mebel Jepara Putra adalah perusahaan yang bergerak dalam pembuatan furniture.Perusahaan Dagang Mebel Jepara Putra didirikan pada tahun 1992 yang beralamat di Jalan Nusantara Raya No. 10 Perumnas 3, Kecamatan Bekasi

Timur, Kelurahan Aren Jaya Kota Bekasi.. Perusahaan ini menjalankan usaha atau produksi furnitur (furnitur finished) dari kayu setengah jadi.yang menggunakan biaya standar untuk menentukan harga produk. Untuk itu terjadinya penyimpangan terhadap biaya standar, akan dianalisis untuk kemudian ditindaklanjuti dengan langkah pengendalian biaya produksi yang diperlukan oleh manajemen. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Perhitungan Bahan Baku pada perusahaan Mebel Jepara Putra dengan metode dua selisih? 2. Bagaimana Perhitungan Tenaga Kerja Langsung pada perusahaan Mebel Jepara Putra dengan metode dua selisih? 3. Faktor apakah yang menyebabkan terjadinya selisih biaya bahan baku, dan biaya tenaga kerja pada perusahaan Mebel Jepara Putra? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui bagaimana Perhitungan Bahan Baku pada perusahaan Mebel Jepara Putra dengan metode dua selisih. 2. Untuk mengetahui bagaimana Perhitungan Tenaga Kerja Langsung pada perusahaan Mebel Jepara Putra dengan metode dua selisih. 3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan atau selisih menurut data perusahaan Mebel Jepara Putra.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biaya Standar Berikut ini beberapa pengertian biaya standar menurut beberapa sumber: 1. Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisien dan faktor-faktor lain tertentu (Mulyadi, 1995 : 415). 2. Biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan terlebih dahulu (diperkirakan akan taerjadi) dan apabila penyimpangan terhadapnya, maka biaya standar ini dianggap benar (Abdul Halim, 1998 : 9). 3. Sistem biaya standar sama dengan sistem biaya aktual kecuali ditambahkan perkiraan varian. Biaya standar biasanya berbeda dengan biaya yang benar-benar dikeluarkan dan diperkirakan varian merupakan tempat penampungan untuk perbedaan ini (Robert N Anthony dan Roger H. Hermanson, 1993 : 40) Sebagai contoh, suatu perusahaan minuman ringan dalam botol dapat memutuskan bahwa lima ons fruktosa harus digunakan untuk tiap 16 ons botol kola (standar kuantitas) dan harga fruktosa harus $0,05 per ons (standar harga). Jadi, biaya standar untuk fruktosa per botol kola adalah $0,25 (5 x $0,05). Biaya standar fruktosa per unit fruktosa bisa digunakan untuk memprediksi berapa total biaya fruktosa seharusnya ketika tingkat aktivitas berubah. Kemudian perhitungan tersebut akan menjadi rumus anggaran fleksibel, jadi, jika 10.000 botol kola diproduksi, total biaya fruktosa yang diperkirakan adalah $2.500 ($0,25 x 10.000). Jika 15.000 botol diproduksi, total biaya fruktosa yang diperkirakan adalah $3.750 ($0,25 x 15.000). 2.2 Jenis-Jenis Standar Standar umumnya diklasifikasikan sebagai sesuatu yang ideal dan sesuatu yang saat ini dapat tercapai. 

Standar ideal membutuhkan efisiensi maksimum dan hanya dapat dicapai jika segala sesuatu beroperasi secara sempurna dan berjalan sempurna. Tidak ada mesin yang rusak, menganggur atau kurangnya keterampilan (bahkan jika hanya sementara) yang menguntungkan.



Standar yang saat ini dapat tercapai (currently attainable standard) bisa dicapai dengan beroperasi secara efisien. Terdapat toleransi untuk kerusakan normal, gangguan, keterampilan yang lebih rendah dari sempurna, dan lain-lain. Standar ini merupakan standar yang menantang tetapi dapat dicapai. Dari dua jenis standar, standar yang saat ini dapat tercapai menawarkan keunggulan

dalam hal perilaku pekerja. Jika standar terlalu ketat dan tidak pernah dapat tercapai, maka pekerja menjadi frustasi dan tingkat kinerja dapat menurun. Akan tetapi, standar yang menantang dan dapat dicapai cenderung menghasilkan tingkat kinerja yang lebih tinggi, khususnya ketika para individu yang bertanggung jawab mencapai standar telah berpartisipasi dalam penetapan standar tersebut. 2.3 Manfaat Sistem Biaya Standar Dalam Pengendalian Biaya Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Biaya standar merupakan alat yang penting didalam menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika biaya standar ditentukan dengan realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya dengan efektif, karena pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan, dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut seharusnya dilaksanakan. Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja dan kegiatan lainnya. Sistem biaya standar yang menyajikan analisis penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar memungkinkan manajemen melaksanakan pengelolaan mereka dengan “prinsip kelainan” (exeption principles). Dengan memusatkan perhatian mereka terhadap keadaankeadaan yang menyimpang dari keadaan yang seharusnya, manajemen dilengkapi dengan alat yang efektif untuk mengendalikan kegiatan perusahaan. (Mulyadi, 2009 : 388) 2.4 Prosedur Penentuan Biaya Standar 1. Biaya Bahan Baku Standar Biaya bahan baku standar terdiri dari : a. Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah keluaran fisik tertentu, atau lebih dikenal dengan nama kuantitas standar. b. Harga per satuan masukan fisik tersebut, atau disebut pula harga standar.

Untuk mengubah kuantitas standar bahan baku menjadi biaya bahan baku standar, maka perlu ditentukan harga standar bahan baku. Harga standar ini pada umumnya ditentukan dari daftar harga pemasok, catalog atau informasi yang sejenis dan informasi lain yang tersedia yang berhubungan dengan kemungkinan perubahan harga-harga tersebut di masa depan. Menurut Mulyadi (2009 : 392), harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa : a. Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu satu tahun. b. Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar. c. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang. 2. Biaya Tenaga Kerja Standar Menurut Mulyadi (2009 : 392) biaya tenaga kerja standar terdiri dari dua unsur yaitu : 1. Jam Tenaga Kerja Standar Jam tenaga kerja standar dapat ditentukan dengan cara : a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok (cost sheet) periode yang lalu. b. Membuat test-run operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan. c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan dibawah keadaan yang diharapkan. d. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk. Jam tenaga kerja standar ditentukan dengan cara memperhitungkan kelonggaran waktu untuk istirahat, penundaan kerja yang tak bisa dihindari (menunggu bahan baku, reparasi dan pemeliharaan mesin) dan faktor-faktor kelelahan kerja. 2. Tarif Upah Standar Penentuan tarif upah standar memerlukan pengetahuan mengenai kegiatan yang dijalankan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang diperlukan dan rata-rata upah per jam yang diperkirakan akan dibayar. Untuk menentukan tarif upah standar dapat ditentukan atas dasar : 1. Perjanjian dengan organisasi karyawan. 2. Data upah masa lalu. Dalam hal ini yang dapat dipergunakan sebagai tarif upah standar adalah : rata-rata hitung, rata-rata tertimbang atau median dari upah karyawan masa lalu. 3. Perhitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal. Sedangkan menurut Bastian dan Nurlela (2006 : 79), untuk penentuan standar biaya tenaga kerja perlu diperhatikan :

1. 2. 3. 4.

Perencanaan menyeluruh dari sistem pengupahan Lingkungan perusahaan Study gerak dan waktu Petunjuk yang jelas untuk setiap bidang tugas

3. Biaya Overhead Pabrik Standar BOP adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, karena itu BOP juga merupakan salah satu unsur dari harga pokok produk. Menurut Bustami dan Nurlela bahwa “BOP Standar merupakan salah satu cara dalam mengalokasikan overhead pabrik ke persediaan untuk keputusan penetapan harga dan pengendalian biaya”. (2009 : 70) Standar biaya overhead pabrik adalah biaya overhead pabrik yang seharusnya terjadi dalam pembuatan satu-satuan produk. Manfaat utama tarif overhead standar ini meliputi unsur biaya overhead pabrik variabel dan tetap, adlaah untuk penentuan harga pokok produk dan perencanaan. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik dalam sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas. Tarif biaya overhead standar menggabungkan biaya tetap dan variabel dalam satu tarif yang didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu. Sebagai akibatnya dalam tarif biaya overhead pabrik ini semua biaya overhead pabrik diperlakukan sebagai biaya variabel. Di lain pihak anggaran fleksibel memisahkan faktor-faktor biaya tetap dan variabel, dan memperlakukan biaya overhead tetap sebagai biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume tertentu. (Mulyadi, 2009 : 393) Contoh Kartu Biaya Standar. Deskripsi Bahan baku langsung Jagung kuning Minyak goreng Garam Limau Bungkus Total bahan baku langsung Tenaga kerja langsung Pengawas Operator mesin Total tenaga kerja langsung Overhead

Harga Standar 0,006 0,031 0,005 0,4 0,044

Penggunaan Standar 18 2 1 0,01 1

Biaya Standar

Subtotal

0,108 0,062 0,005 0,004 0,044 0,223

7 10

0,007 0,0008

0,049 0,008 0,057

Overhead variable Overhead tetap Total Overhead Total biaya standar unit

3,85 32,05

0,0078 0,0078

0,030 0,250 0,280 0,560

2. 5 Pengertian Analisis Varians/Selisih Perbedaan antara harga standar dengan dan harga sesungguhnya, serta kuantitas standar dengan kuantitas sesungguhnya adalah pengertian dari varians. Sedangkan tindakan dalam menghitung dan menginterpretasikan selisih disebut analisis selisih. Dalam materi ini akan sering kita mendengar biaya standar dan biaya akrual/sesungguhnya. Sebab-sebab dari terjadinya selisih perhitungan perlu diketahui oleh seorang manajer, karena selisih menunjukkan adanya ketidaktepatan atau ketidakefisienan dari pelaksanaan maupun penetapan standar yang ada. Jika kita berbicara pada umumnya,apabila biaya pelaksanaan sesungguhnya menyimpang dari standar secara terus-menerus dengan jenis penyimpangan yang sama, seperti adanya kita temui kata tidak menguntungkan, maka biasanya terjadi kesalahan pada standar yang ada. Maka manajemen harus merevisi standarnya. Tetapi apabila penyimpangan yang terjadi tidak terus menerus baik jenis dan jumlah yang berbeda-beda maka kesalahan ada pada pelaksanaan atau biaya akrualnya. Maka manajer juga harus cepat mengambil keputusan yang tepat. 2.6 Beberapa Selisish dalam Unsur Biaya Produksi a) Selisih terhadap biaya material (selisih material) b) Selisih pada biaya upah langsung (selisih upah langsung) c) Selisih pada biaya overhead pabrik (selisih overhead pabrik) Standar adalah tolak ukur, apabila biaya aktual lebih besar dari standar maka akan dianggap tidak menguntungkan (unfavorable). Sebaliknya apabila pengeluatran aktual lebih kecil dari biaya standar maka dianggap menguntungkan (favorable). Karena meteri yanga akan dibahas adalah mengenai selisih terhadap biaya material maka penulis akan menjelaskan bagin tersebut pada bagian ini. Selisih Material (Bahan Baku)

Selisih material merupakan perbedaan antara biaya material menurut standar dengan biaya material akrual yang dikeluarkan. Sebab-sebab selisih material adalah: a) Selisih harga material Mengukur perbedaan antara berapa yang harus dibayar untuk bahan baku dan berapa yang secara aktual dibayar. Rumus: MPV = (SP x AQ) - (AP x AQ) Atau MPV = (SP-AP) x AQ Dimana: MPV = Material Price Variance AP

= (Actual Price) Harga aktual per

SP

= (Standart Price) Harga standar per

AQ = (Actual Quantity) Kuantitas aktual b) Selisih harga pemakaian material (kuantitas) Mengukur perbedaan antara bahan baku langsung yang secara aktual digunakan dan bahan baku langsung yang seharusnya digunkan untuk output aktual. Rumus : MUV = (SP x SQ) - (SP x AQ) Atau MUV = (AQ – SQ) x SP Dimana : MUV = Material Usage Variance AQ = (Actual Quantity) Kuantitas aktual SQ = (Standart Quantity) Kuantitas standar SP = (Standart Price) Harga standar

2.7 Hubungan antara Biaya Standar dan Analisis Varians Biaya standar merupakan alat bantu manajemen dalam pengendalian biaya, dimana biaya standar yang telah disusun digunakan sebagai tolak ukur apakah pengeluaran biaya sudah sesuai dengan yang distandarkan. Setelah biaya standar diketahui, kemudian dibandingakan dengan standar, maka akan timbul perbedaan atau selisih. Manajemen harus menyelidiki sebab-sebab terjadinya perubahan itu. Dalam hal ini manajemen melakukan analisis varians (analisis selisih)

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Perhitungan Bahan Baku dengan Metode Dua Selisih Pada PD.Mebel Jaya Putra Perusahaan Mebel Jepara Putra pada awalnya berdiri pada tahun 1992, sudah memproduksi banyak jenis produk furnitur yaitu lemari pakaian, tempat tidur, satu set kursi tamu, colet (meja rias), lemari buffet, lemari gantung, meja makan dan lemari kaca. Dengan banyaknya produk furnitur yang dihasilkan oleh PD. Mebel Jepara Putra, maka kami membatasi permasalahan pada satu produk yang akan kami bahas, yaitu hanya pada produk satu set kursi tamu. Dimana dalam produksi satu set kursi tamu ini perusahaan menghasilkan produk satu set kursi tamu yang berbeda variasinya seperti variasi model monako dan minimalis.  Perhitungan Bahan Baku Metode Dua Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Monako Daftar Harga Bahan Baku Kursi Tamu Tipe Manako Bulan Januari 2012 No

Jenis Bahan Baku

Kuantitas Standar (satuan)

Harga Standar per Satuan (Rp)

1 M3 1M 1M 1,5 M

6.000.000 40.000 100.000 450.000

1 2 3 4

Kayu Jati jenis A4 Kain/Lawon Jok Karet dan Busa Jok Kaca ukuran 5 milimeter Sumber : PD. Mebel Jaya Putra Selisih Harga Bahan Baku (1) SH

Kayu Jati = (HSt – Hs) x Ks = (Rp6.000.000 – Rp5.500.000) x 1 = Rp500.000 (Selisih menguntungkan)

(2)

Kain atau Lawon Jok

SH

= (HSt – Hs) x Ks = (Rp40.000 – Rp50.000) x 1 = Rp10.000 (Selisih tidak menguntungkan)

Kuantitas Harga Sesungguhnya Sesungguhnya (satuan) per Satuan (Rp) 3 1M 5.500.000 1M 50.000 1M 150.000 1,1 M 350.000

(3)

Karet dan Busa Jok

SH

= (HSt – Hs) x Ks = (Rp100.000 – Rp 150.000) x 1 = Rp50.000 (Selisih tidak mengutungkan)

(4) HS

Kaca Ukuran Lima Milimeter = (HSt – Hs) x Ks =(Rp450.000–Rp350.000) x 1.1 = Rp110.000 (Selisih Menguntungkan)

 Perhitungan Bahan Baku dengan Metode Dua Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Minimalis Daftar Harga Bahan Baku Kursi Tamu Tipe Minimalis Bulan Januari 2012 No

1

Jenis Bahan Baku

Kayu Jati jenis A1

Kuantitas Standar (satuan)

Harga Standar per Satuan (Rp)

1 M3

1.800.000

Kuantitas Harga Sesungguhnya Sesungguhnya (satuan) per Satuan (Rp) 3 1M 2.500.000

Sumber : PD. Mebel Jaya Putra Selisih Harga Bahan Baku (1)

Kayu Jati SH

= (HSt – Hs) x Ks = (Rp1.800.000 – Rp2.500.000) x 1 = Rp700.000 (Selisih tidak menguntungkan)

Keterangan : Kst

: Kuantitas standar

Ks

: Kuantitas Sesungguhnya

HSt

: Harga Standar

Hs

: Harga Sesungguhnya

3.2 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung dengan Metode Dua Selisih Tenaga kerja dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung yang digunakan untuk kursi sebanyak sebelas orang, dimana tujuh orang di bagian pembuatan kursi tamu tipe monako dan empat orang di bagian pembuatan kursi tamu minimalis. Daftar BTKL Standar Bulan Januari 2012 No

Jenis Kursi Tamu

1 Manako 2 Minimalis Sumber : PD. Mebel Jepara Putra

Tarif Upah Standar/ jam

Jam Kerja Standar (jam)

Rp.2.500 Rp. 2.500

1.176 992

Daftar BTKL Sesungguhnya Bulan Januari 2012 No Jenis Kursi Tamu Tarif Upah Sesungguhnya/ Jam Kerja Sesungguhnya jam (jam) 1 Manako Rp.1.500 1.617 2 Minimalis Rp. 1.500 1.364 Sumber : PD. Mebel Jepara Putra Perhitungan BTKL dengan Metode Dua Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Monako 1. Selisih tarif upah (TUSt – TUS) x JKS ( Rp 2.500 – Rp 1.500) x 1.617 = Rp 1.617.000 (Selisih menguntungkan) 2. Selisih efisiensi upah (JKSt – JKs) x TUSt (1.176 – 1.617) x Rp 2500 = Rp 1.102.500 (Selisih tidak menguntungkan) Perhitungan BTKL dengan Metode Dua Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Minimalis 1. Selisih tarif upah (TUSt – TUS) x JKS (Rp 2.500 – Rp 1.500) x 1.364 = Rp 1.364.000 (Selisih menguntungkan) 2. Selisih efisiensi upah (JKSt – JKS) x TUSt (992 – 1.364) x Rp 2.500 = Rp 930.000 (Selisih tidak menguntungkan) Keterangan: TUSt : Tarif upah standar JKSt : Jam kerja standar

TUS : Tarif upah sesungguhnya JKS : Jam kerja sesungguhnya

3.3 Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Selisih dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja pada perusahaan Mebel Jepara Putra Analisa Selisih Biaya Bahan Baku Kursi Tamu Tipe Monako: 1.

Kayu Jati

Untuk jenis kayu jati yang dipakai pada tipe Monako adalah kayu jati kelas A4. Harga kayu jati kelas A4 berkisar antara Rp 5.2 juta sampai dengan Rp 10 juta. Perusahaan menetapkan harga standar sebesar Rp 6.000.000 berdasarkan pengalaman. Harga sesungguhnya ternyata sebesar Rp 5.500.000, lebih rendah dari harga standar. Hal ini terjadi karena tingkatan kualitas dari kayu tersebut berbeda. Disini si pemilik perusahaan memilih kualitas kayu jati yang standar. Apabila si pemilik perusahaan memilih kualitas yang sangat bagus maka anggaran yang akan dikeluarkan oleh perusahaan pun akan menjadi lebih besar dari anggaran standarnya sehingga perusahaan akan mengalami kerugian. 2.

Kain/Lawon Jok

Untuk kain/lawon jok selisih kerugian terjadi pada harga yaitu Rp10.000, hal ini dikarenakan kain/lawon jok yang digunakan adalah kain Ateja, yang memiliki kualitas yang sangat baik. Harga untuk kain Ateja ini berkisar antara Rp 50.000 sampai dengan Rp 55.000 per satu meter. Perusahaan menetapkan harga standar pada kain/lawon jok sebesar Rp 40.000, tetapi pada kenyataannya di awal tahun 2012 kain Ateja ini mengalami kenaikan harga per meternya. Hal ini disebabkan karena kualitas dari kain Ateja itu sendiri sudah terjamin mutunya, dan produsen mengakui bahwa betapa sulitnya produsen dalam memperoleh bahan baku untuk pembuatan kain Ateja itu sendiri, sehingga produsen dari kain Ateja ini menaikkan harga pada kain Ateja itu sendiri per meternya. 3.

Karet dan Busa Jok

Untuk karet dan busa jok terjadi selisih kerugian pada harga yaitu sebesar Rp50.000, hal ini dikarenakan harga karet dipasaran tersebut mengalami peningkatan harga, yang disebabkan ketersediaan karet dari pemasok mengalami kelangkaan. Kelangkaan tersebut disebabkan ketersediaan pohon karet sudah jarang ditemukan karena banyaknya penebangan pohon karet yang tidak diimbangi dengan pelestariannya. 4.

Kaca Ukuran 5 Milimeter

Untuk kaca yang berukuran 5 Milimeter yang akan digunakan untuk meja kursi tamu tipe Monako mengalami selisih keuntungan pada harga sebesar Rp 110.000, hal ini disebabkan karena adanya kerja sama yang telah terjalin cukup lama antara pemilik perusahaan dengan produsen kaca.

Kursi Tamu Tipe Minimalis: 1.

Kayu Jati

Untuk kayu jati yang digunakan pada kursi tamu tipe minimalis adalah kayu jati kelas A1. Harga kayu jati kelas A1 ini berkisar antara Rp 1.500.000 sampai dengan Rp 2.000.000, namun disini perusahaan mebel mengalami kerugian pada selisih harga sebesar Rp 700.000. Hal ini disebab karena faktor alam yang mengakibatkan suplai dari kayu jati tersebut menjadi terhambat, dan mengakibatkan harga kayu jati tersebut tidak sesuai dengan harga standar dipasarannya. Analisa Selisih Biaya Tenaga Kerja Untuk kedua jenis kursi tamu tipe Monako dan Minimalis, perusahaan mebel memperoleh selisih efisiensi upah yang tidak menguntungkan, hal ini disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja dan para pekerja tidak memenuhi prosedur kerja yang berlaku, adanya borongan order dari konsumen, sehingga menyebabkan adanya penambahan jam kerja (lembur). Untuk tarif upahnya sendiri berbeda karena tarif upah sesunggguhnya berbeda dengan tarif standar yang sudah ditetapkan oleh pemilik perusahaan mebel. Hal ini dikarenakan tarif upah sesungguhnya merupakan tarif upah borongan yang belum ditambahkan dengan bonus dari perusahaan mebel tersebut.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu. Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Sistem biaya standar menyajikan analisis penyimpangan biaya sesungguhnya dan biaya standar. 4.2 Saran 

Penetapan standar untuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik hendaknya lebih cermat dengan memperhatikan faktor-faktor baik dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan agar varians yang terjadi dapat diminimalisir.



Standar sebagai alat pengendalian biaya hendaknya ditinjau secara periodik, karena standar yang tidak pernah ditinjau tidak dapat dipakai sebagai alat pengendalian biaya.

DAFTAR PUSTAKA

Hansen D.R dan Maryanne M. Mowen. “Akuntansi Manajemen edisi 4 jilid 1”. Jakarta : Penerbit Erlangga. Prof. Drs.H.Lili M. Sadeli, M.Pd. dan Drs. H. Bedjo Siswanto,M.Si., “Akuntansi Manajemen”, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2004) Lely_jado. 2015. “Jurnal AKBI”. http://lelyjado3l91.blogspot.com/2013/06/journal-akbi-biaya-

standar.html. diakses tangga 11 Maret 2019.

Related Documents

Biaya
October 2019 65
Biaya
August 2019 64
Kelompok 2
May 2020 42
Kelompok 2
May 2020 44
Kelompok 2
May 2020 39

More Documents from "Nini Azniati"