Kelompok 1.docx

  • Uploaded by: muhammad fajri
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,623
  • Pages: 16
TUGAS TERSTRUKTUR

DOSEN PENGAMPU

Dalam Mata Kuliah Studi Hadits

Zulhendri Rais,Lc.MA

HADITS SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1: 1. 2. 3.

AFDALIYA DIAN PUSPITA LATIFAH ZAHIRAH

MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA (PMT) SEMESTER I KELAS 1-C FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU TAHUN 2018

0

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang pengertian,sumber hadits, sanad,matam,rawi,kedudukan studi hadits . Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang “Studi Hadist” yang menjelaskan tentang pengertian,sumber hadits, sanad, matan,rawi, kedudukan studi hadits. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Studi hadits yang telah membimbing penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................1 DAFTAR ISI ...........................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................3 A. Latar belakang ..............................................................................................3 B. Rumusan masalah.........................................................................................4 C. Tujuan ..........................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5 A. Pengertian hadits, sunnah, khatbar, dan atsar ..............................................5 B. Struktur hadis yang memenuhi sanad,matan, rawi.......................................9 C. Kedudukan dan fungsi al-hadis ..................................................................11 BAB III PENUTUP ..............................................................................................13 A. Kesimpulan ................................................................................................13 B. Saran ...........................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15

2

BAB I (PENDAHULUAN)

A. LATAR BELAKANG Umat Islam mengalami kemajuan pada zaman klasik (650-1250). Dalam sejarah, puncak kemajuan ini terjadi pada sekitar tahun 650-1000 M. Pada masa ini telah hidup ulama besar, yang tidak sedikit jumlahnya, baik di bidang tafsir, hadits, fiqih, ilmu kalam, filsafat, tasawuf, sejarah maupun bidang pengetahuan lainnya. Berdasarkan bukti histories ini menggambarka bahwa periwayatan dan perkembangan pengetahuan hadits berjalan seiirng dengan perkembangan pengetahuan lainnya. Menatap prespektif keilmuan hadist, sungguh pun ajaran hadist telah ikut mendorong kemajuan umat Islam. Sebab hadits Nabi, sebagaimana halnya AlQur’an telah memerintahkan orang-orang beriman menuntut pengetahuan. Dengan demikian prespektif keilmuan hadits, justru menyebabkan kemajuan umat Islam. Bahkan suatu kenyataan yang tidak boleh luput dari perhatian, adalah sebab-sebab dimana al-Qur’an diturunkan. Dalam dunia pengetahuan tentang agama Islam, sebenarnya benih metode sosio-historis telah ada pengikutsertaan pengetahuan asbab al nuul (sebab-sebab wahyu diturunakan) untuk memahami al-Qur’an, dan asbab al-wurud (sebab-sebab hadits diucapkan) untuk memahami al-Sunnah. Meskipun asbab al-Nuzul dan asbab al –Wurud terbatas pada peristiwa dan pertanyaan yang mendahului nuzul (turun) Al-Qur’an dan wurud (disampaikannya) hadits, tetapi kenyataannya justru tercipta suasana keilmuan pada hadits Nabi SAW. Tak heran jika pada saat ini muncul berbagai ilmu hadits serta cabang-cabangnya untuk memahami hadits Nabi, sehingga AsSunnah sebagai sumber hukum Islam yang kedua dapat dipahami serta diamalkan oleh umat Islam sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Rasulullah

3

B. TUJUAN Adapun tujuan makalah ini ialah : 1. Untuk mengetahui pengertian hadits, sunnah, khabar, dan atsar 2. Agar mengerti tentang sanad, matan, rawi 3. Kedudukan studi hadits

C. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan makalah ini ialah : 1. Apakah yang dimaksud dengan hadits, sunnah, khabar, dan atsar ? 2. Apa yang dimaksud dengan sanad, matan, dan rawi ? 3. Bagaimanakah kedudukan hadits ?

4

BAB II (PEMBAHASAN) HADITS SEBAGAI SUMBER HADITS

A. PENGERTIAN HADITS, SUNNAH, KHABAR, DAN ATSAR a. Pengertian hadits Kata ‫ الحديث‬berarti komunikasi, cerita, percakapan, baik dalam konteks agama maupun duniawi, atau daalam konteks sejarah atau peristiwa dan kejadian actual. Jamaknya adalah ahaadis yang memiliki banyak arti yaitu al-jadid ( sesuatu yang baru), al-qarib (sesuatu yang dekat), dan al-khabar (kabar berita). Penggunaan kata hadits ditinjau dari sudut kebahasaan tersebut juga dapat ditemukan dalam Al Quran, disebut sebanyak 28 kali dengan rician 23 dalam bentuk mufrad dan 5 dalam bentuk jamak. Menurut MM.Azami penggunaan kata hadits dari sudut kebahasaan dalam al-Quran ini antara lain : a. Komunikasi religious, pesan, atau al-Quran, sebagaimana terdapat dalam

‫“ ه‬Allah telah menurunkan QS. Al-Zumar:23 : ‫ث ِكت َابًا‬ ِ ‫سنَ ْال َحدِي‬ َ ْ‫َّللاُ ن هَز َل أَح‬ perkataan yang paling baik (yaitu) al-Quran.” Dalam Hadist Nabi yang diriwayat kan oleh bukhari : “Sesungguhnya sebaik baik hadist adalah kitab Allah (Al Quran) b. Cerita duniawi atau kejadian alam pada umumnya, seperti dalam al-Quran

QS. Al-An’am:68 : ٍ ‫ض َع ْن ُه ْم َحته ٰى يَ ُخوضُوا فِي َحدِي‬ ۚ ‫ث َغي ِْر ِه‬ ْ ‫َو ِإذَا َرأَيْتَ الهذِينَ يَ ُخوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَع ِْر‬ “Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain”. Juga dalam Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh al-Bukhari : “Dan orang-orang yang mendengar hadits (cerita) sedangkan mereka benci terhadapnya”. c. Cerita sejarah (historical stories) sebagaimana terdapat dalam QS. Taha: 9

5

ُ ‫“ َوه َْل أَتَاكَ َحد‬Dan apakah telah sampai kepadamu kisah Musa”. ‫سى‬ َ ‫ِيث ُمو‬ Dalam Hadits Nabi : “ Ceritakanlah mengenai Bani Israil dan tidak mengapa” d. Rahasia atau percakapan yang masih hangat sebagaimana terdapat dapat

QS. At-Tahrim: 3

‫اج ِه‬ ِ ‫ي ِإلَ ٰى َب ْع‬ َ َ ‫ “ َو ِإذْ أ‬Dan ingat lah ketika Nabi ِ ‫ض أ َ ْز َو‬ ُّ ‫س هر النه ِب‬

membicarakan rahasia kepada salah satu istri istrinya suatu peristiwa”. Dalam sebuah hadits yang diriwayat kan oleh Attirmizy : “Apabila seseorang mengungkapkan hadits (rahasia) kemudian dia mengembara maka kata katanya adalah suatu amanah. b. PENGERTIAN SUNNAH Menurut bahasa sunnah berarti ‫الطريقة محمودة كانت اومذمونة‬ “Jalan yang terpuji atau tercela”.6 Firman Allah s.w.t “Dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah”. Adapun menurut istilah, ta’rif Sunnah antara lain sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad ajaj al-khathib: ‫م من قول اوفعل اوتقريراوصفةخلقية‬.‫ا أثر عن النبى ص‬ Artinya: “Segala yang dinukilkan dari Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup baik sebelum Nabi diangkat jadi rasul atau sesudahnya”. Sabda Nabi SAW, ‫لتتبعن سنن من قبلكم شبرا بشبرودراعابدراع حتى لودخلواحجرالضب لدخلتموه‬ Artinya:”sungguh kamu akan mengikuti sunnah-sunnah (perjalanan-perjalan) orang yang sebelummu” sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga sekiranya mereka memasuki seorang dan (berupa biawak) sungguh kamu memasuki juga”. 7 (HR. Muslim)

6

Menurut istilah as-sunnah adalah pensarah Al-Qur’an, karena Rasulullah bertugas menyampaikan Al-Qur’an dan menjelaskan pengertiannya. Maka As-asunnah menerangkan ma’na Al-Qur’an, adalah dengan cara: a.

Menerangkan apa yang dimaksud dari ayat-ayat mudjmal, seperti

menerangkan waktu-waktu sembayang, bilangan raka’at, kaifiyat ruku’, kaifiyat sujud, kadar-kadar zakat, waktu-waktu memberikan zakat, macam-macamnya dan cara-cara mengerjakan haji. Karena inilah Rasulullah s.a.w. bersabda: Artinya “ambillah olehmu dariku perbuatan-perbuatan yang dikerjakan dalam ibadah haji”. b.

Menerangkan hukum-hukum yang tidak ada didalam Al-Qur’an seperti

mengharamkan kita menikahi seseorang wanita bersamaan dengan menikahi saudaranya ayahnya, atau saudara ibunya, seperti mengharamkan kita makan binatang-binatang yang bertaring. c.

Menerangkan ma’na lafad, seperti mentafsirkan al maghdlubi ‘alaihim

dengan orang yahudi dan mantafsirkan adldlallin, dengan orang nasroni

c. PENGERTIAN KHABAR

Khabar menurut bahasa serupa dengan makna hadits, yakni segala berita yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Untuk itu, dilihat dari sudut pendekatan ini (sudut pendekatan bahasa), kata khabar sama artinya dengan hadits. Menurut istilah, antara satu ulama degan ulama lainnya berbeda pendapat. Menurut Ibn Ajar Al-Asqalani, yang dikutip As-Suyuthi, bahwa istilah hadits sama artinya dengan khabar, keduanya dapat dipakai untuk sesuatu marfu’, mauquf’, dan maqthu’. Ulama lain mengatakan bahwa khabar adalah sesuatu yang datang selain dari Nabi SAW, sedang yang datang dari Nabi SAW disebut hadits. Ada juga yang mengatakan bahwa hadits lebih umum dan lebih luas daripada khabar, sehingga tiap hadits dapat dikatakan khabar, tetapi tidak semua khabar dapat dijadikan hadits.

7

d. PENGERTIAN ATSAR

Atsar menurut pendekatan bahasa berarti bekasan sesuatu, atau sesuatu, dan berarti nukilan (yang dinukilkan). Sesuatu do’a umpamanya yang dinukilkan dari Nabi dinamai do’a matsur. Secara istilah, terjadi perbedaan pendapat di antara ulama. Jumhur ahli hadits mengatakan bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, sahabat, dan tabi’in. Sedangkan menurut ulama khurasan, bahwa atsar untuk yang mauquf’ dan khabar untuk yang marfu’.

Perbedaan Hadits dengan Sunnah, Khabar dan Atsar

Dari keempat istilah, yaitu hadits, sunnah, khabar dan atsar, menurut jumhur ulama hadits dapat dipergunakan untuk maksud yang sama, yaitu bahwa hadits disebut juga dengan sunnah, khabar dan atsar. Begitu pula halnya sunnah, dapat disebut dengan hadits, khabar dan atsar. Maka hadits mutawatir dapat juga disebut dengan sunnah mutawatir atau khabar mutawatir. Begitu juga hadits shahih dapat disebut dengan sunnah shahih, khabar shahih dan astar shahih. Dari keempat tema tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tema tersebut sangat berguna sebagai ilmu tambahan bagi masyarakat Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menentukan kulitas dan kuwantitas Hadits, sunnah, Khabar dan Atsar.15 Para ulama juga membedakan antara hadits, sunnah, khabar dan atsar sebagai berikut: a.

Hadits dan sunnah: hadits terbatas pada perkataan, perbuatan, takrir yang bersumber pada Nabi SAW, sedangkan sunnah segala yang bersumber dari Nabi

8

SAW baik berupa perkataan, perbuatan, takrir, tabiat, budi pekerti atau perjalanan hidupnya, baik sebelum di angkat menjadi rasulmaupun sesudahnya. b.

Hadits dan khabar: sebagian ulama hadits berpendapat bahwa khabar sebagai suatu yang berasal atau disandarkan kepada selain nabi SAW., hadits sebagai sesuatu yang berasal atau disandarkan pada Nabi SAW.

c.

Hadits dan atsar: jumhur ulama berpendapat bahwa atsar sama artinya dengan khabar dan hadits. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan pada Nabi SAW, sahabat dan tabiin.

B. Struktur hadits yang memenuhi sanad, matan, rawi 1. Sanad Kata “Sanad” menurut bahasa adalah “sandaran” atau sesuatu yang akan dijadikan sandaran. Dikatakan demikian, karena hadist bersandar kepadanya. Sedangkan menurut istilah, terdapat perbedaan rumusan pengertian. Al-Badru bin Jama’ah dan Al-Thiby mengatakan bahwa : “Berita tentang jalan matan”. Ada juga yang menyebutkan :“Silsilah para perawi yang menukilkan hadist dari sumbernya yang pertama”17 Sedangkan menurut Ahli Hadist: “Jalan yang menyampaikan kepada matan hadits.18 Yang berkaitan dengan istilah sanad,terdapat kata-kata seperti, al-isnad, al-musnid dan al-musnad. Kata-kata ini secara terminologis mempunyai arti yang cukup luas, sebagaimana yang dikembangkan oleh para ulama. Kata al-isnad berarti menyandarkan, mengasalkan (mengembalikan ke asal) dan mengangkat. Yang dimaksud disini ialah menyandarkan hadits kepada orang yang mengatakannya (raf’u hadits ila qa ‘ilih atau ‘azwu hadits ila qa’ilih). Menurut At-thiby, “Kata al-isnad dan al-sanad digunakan oleh para ahli dengan pengertian yang sama”.Kata al-musnad mempunyai beberapa arti, bisa berarti hadits yang disandarkan atau diisnadkan oleh seseorang, bisa berarti nama suatu

9

kitab yang menghimpun hadits-hadits dengan system penyusunan berdasarkan nama-nama para sahabat, perawi hadits, seperti kitab Musnad Ahmad, bisa juga berarti nama bagi hadits yang marfu’ dan muttashil. 2. Matan Kata “matan” atau “al-matn” menurut bahasa berarti Mairtafa’a min alardi (tanah yang meninggi). Sedangkan menurut istilah ahli hadits adalah : “Perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nai SAW. Yang disebutkan sanadnya”.19 3. Rawi ( periwayat) Kata “rawi” atau “al-rawi” berarti orang yang meriwayatkan atau memberitakan hadits (naqil al-hadits). Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Sanad-sanad hadits pada tiap-tiap tabaqahnya juga disebut rawi, jika yang dimaksud rawi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadits. Akan tetapi yang membedakan antara sanad dan rawi adalah terletak pada pembukuan atau pentadwinan hadits. Orang yang menerima hadits dan kemudian menghimpunnya dalam suatu kitab tadwin, disebut dengan perawi. Dengan demikian, maka perawi dapat disebut mudawwin (Orang yang membukan dan menghimpn hadits). Dari berbagai pengertian tentang sanad, matan dan rawi dengan berbagai urgensi yang berbeda-beda yang menunjukan begitu indah perbedaan pemikiran yang menghiasi pengertian tentang sanad, matan dan rawi. Dengan ini kami menyimpulkan bahwa yang dimaksud sanad adalah orang-orang yang meriwayatkan hadits atau yang menyampaikan hadits pada matan. Matan adalah isi, materi atau lafadz hadits itu sendiri sedangkan rawi adalah orang yang menghimpun dan membukukan hadits.

10

C.

Kedudukan dan Fungsi Al- Hadist Hadits Nabi SAW. Merupakan penafsiran Al-Qur’an dalam praktek atau

penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal. Demikian ini mengingat bahwa pribadi Rasulullah merupakan perwujudan dari Al-Qur’an yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran Islam yang dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kedudukan hadits terhadap Al-Qur’an, sedikitnya mempunya tiga fungsi pokok yaitu: 1. Memperkuat dan menetapkan hukum-hukum yang telah ditentukan oleh AlQur’an (sebagai bayan taqrir). 2. Memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat yang masih bersifat mujmal dan bersifat mutlak (bayan tafsir). Penjelasan (penafsiran) Rasulullah terhadap ayatayat yang demikian, dapat berupa: a. Menafsirkan kemujmalannya seperti pemerintah mengerjakan salat, membayar zakat, dan menunaikan haji. b. Menaqyidkan (memberikan persyaratan), misalnya ketentuan tentang anak-anak dapat memusakai harta orang tuanya dan keluarganya didalam Al-Qur’an dilukiskan secara umum. c. Memberikan kekhususan (bayan takhsis), ayat yang masih bersifat umum, misalnya tentang keharaman bangkai dan darah. 3. Menetapkan hukum aturan-aturan yang tidak didapati( diterangkan di dalam AlQur’an), misalnya dalam masalah perkawinan (nikah). Adapun fungsi perbandingan hadits dengan Al-Qur’an, Sunnah atau hadits dalam Islam merupakan sumber hukum kedua dan kedudukannya setingkat lebih rendah dari pada Al-Qur’an.Al-Qur’an adalah kalamullah yang diwahyukan Allah lewat Malaikat Jibril secara lengkap berupa lafaz dan sanadnya sekaligus, sedangkan lafaz hadits bukanlah dari Allah melainkan dari Nabi sendiri.Dari segi kekuatan dalalah-nya, Al-Qur’an adalah mutawatir yang Qat’i sedangkan hadits kebanyakannya khabar ahad yang hanya memiliki dalalah Danni. Sekalipun ada hadits yang mencapai martabat mutawatir namun jumlahnya hanya sedikit.Para sahabat mengumpulkan Al-Qur’an dalam mushaf dan menyampaikan kepada

11

umat dengan keadaan aslinya, satu huruf pun tidak berubah atau hilang. Dan mushaf itu terus terpelihara dengan sempurna dari masa ke masa. Sedangkan hadits tidak demikan keadaannya, karena hadits Qauli hanya sedikit yang mutawatir. Kebayakan hadits yang mutawatir mengenai amal prakter sehari-hari seperti bilangan rakaat salat dan tatacaranya.Al-Qur’an merupakan hukum dasar yang isinya pada umumnya bersifat mujmal dan mutlak. Sedangkan hadits sebagai ketentuan-ketentuan pelaksanaan (praktisnya)

12

BAB III PENUTUP A.

Kesimpulan 1. Definisi Al-Hadits Dalam kamus besar bahasa Arab [al-‘ashri], Kata Al-Hadits berasal dari bahasa Arab “al-hadist” yang berarti baru, berita. Ditinjau dari segi bahasa, kata ini memiliki banyak arti, dintaranya:

a.Al-jadid (yang baru), lawan dari al-Qadim (yang lama) b. dekat (Qarib), tidak lama lagi terjadi, lawan dari jauh (ba’id) c.warta berita (khabar), sesuatu yang dipercayakan dan dipindahkan dari sesorang kepada orang lain. Disamping itu, ada beberapa kata yang bersinonim (muradif) dengan kata hadits seperti: sunnah, khabar, dan atsar. 2. Definisi As-Sunnah Menurut bahasa sunnah berarti ‫الطريقة محمودة كانت اومذمونة‬ “Jalan yang terpuji atau tercela”.

3. Khabar Secara etimologis khabar

berasal dari kata :khabar, yang berarti

‘berita’.Adapun secara terminologis, para ulama Hadits tidak sepakat dalam menyikapi lafadz tersebut.sebagaimana mereka berpendapat adalah sinonim dari kata hadits dan sebagian lagi tidak demikian. Karena Khabar adalah berita, baik berita dari Nabi SAW, maupun dari sahabat atau berita dari tabi’in. 4. Atsar Atsar dari segi bahasa artinya bekas sesuatu atau sisa. Sesuatu dan berarti pula nukilan (yang dinukilkan). Karena doa yang dinukilkan / berasal dari Nabi SAW. Dinamakan doa maksur. A. Kriteria al-hadits Adapun kriteria hadits dibagi menjadi tiga yaitu: sanat, matan, rawi. 13

B.

Kedudukan dan fungsi al- hadits Hadits Nabi SAW. Merupakan penafsiran Al-Qur’an dalam praktek atau penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal. Demikian ini mengingat bahwa pribadi Rasulullah merupakan perwujudan dari Al-Qur’an yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran Islam yang dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kedudukan hadits terhadap Al-Qur’an, sedikitnya mempunya tiga fungsi pokok yaitu:

1. Memperkuat dan menetapkan hukum-hukum yang telah ditentukan oleh AlQur’an (sebagai bayan taqrir). 2.

Memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat yang masih bersifat mujmal dan bersifat mutlak (bayan tafsir).

3.

Menetapkan hukum aturan-aturan yang tidak didapati( diterangkan di dalam AlQur’an), misalnya dalam masalah perkawinan (nikah).

B. Saran Setelah kita mempelajari pengertian dan struktur hadits semoga dapat menambah wawasan dalam ilmu keagamaan, khususnya ilmu hadits. Mohon maaf atas segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kritik dan saran sangat dibutuhkan dalam pembuatan makalah selanjutnya agar lebih baik dan benar.

14

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Muhammad dan M. Mudzaki.Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia. 2004. Definisi hadist” http://kangsaviking.wordpress.com/definisi-hadist/ di akses pada tanggal 03 November 2012. Mengenal Hadits, Sunnah, Khabar, Atsar, Dan Strukturnya (Sanad, Matan, Rawi)”http://longlifeeducation-sukses.blogspot.com/2011/03/mengenal-haditssunnah-khabar-atsar-dan.html di akses pada tanggal 27 Oktober 2012. Mudasir.Ilmu Hadits.Bandung: Pustaka Setia. 1999. Rofiah, Khusniatu.Studi Ilmu Hadits. Yogyakarya: STAIN PO Press. 2010. Shiddieqy, Hasbi Ash. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang. 1972. Soetari, Endang. Ulumul Al-Hadits. Bandung: Pustaka Setia. 2010. Suparta, Munzier. Ilmu Hadits. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003.

15

Related Documents

Kelompok
May 2020 52
Kelompok
May 2020 50
Kelompok
May 2020 61
Kelompok
June 2020 49
Kelompok 7 Kelompok 12
June 2020 53

More Documents from "Kevin Bran"

Asbab_nuzul_al_quran.docx
November 2019 11
Asbab_al_nuzul_al_quran.doc
November 2019 8
Kelompok 1.docx
November 2019 11
Format Rtl Ppk.docx
June 2020 13