Kel 1 B.lela.docx

  • Uploaded by: Neny Kartini
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kel 1 B.lela.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,631
  • Pages: 23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemitraan merupakan upaya melibatkan berbagai komponen baik kelompok, masyarakat, lembaga pemerintah atau non pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip dan peran masing-masing.

Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini manfaat yang diperoleh masyarakat, dan partisipasi masyarakat yang diharapkan. Meskipun di dalam Undang-undang telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat termasuk komunitas perlu mencoba mencari terobosan yang kreatif agar program-program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan.

Hingga saat ini, dan beberapa tahun yang akan datang di negara-negara berkembang seperti Indonesia, masalah kesehatan masih menjadi prioritas utama di kalangan masyarakat. Dan ini menjadi salah satu patokan keberhasilan program kesehatan di negara-negara yang sedang berkembang.

Kelompok masyarakat di negara ini, rata- rata mencangkup bayi, balita, anak, remaja, dewasa, ibu hamil dll. Secara biologis dan sosiologis merupakan kesatuan yang sangat erat untuk menanggung resiko kesehatan yang relatif lebih berat dan berjalan dengan seadanya. Kelompok ibu berada dalam peran reproduksi (kehamilan dan

1

persalinan) disamping mereka juga sebagai tulang punggung kehidupan keluarga. Sementaraitu, anak sampai dengan usia 5 tahun adalah kelompok yang sangat bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang

justru sedang dalam fase kritis dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosialnya.

Angka kematian yang terus melonjak pada setiap tahunnya, termasuk angka kematian bayi yang terus meningkat, contoh kasusnya seperti : dikarenakan penyebab utama tingginya angka-angka tersebut memang masih kompleks. Pertolongan persalinan yang saat ini masih dilakukan oleh “dukun bersalin tradisional” memang masih dianggap sebagai pemegang peran utama tingginya angka-angka tersebut, meskipun pendekatan kepada dukun-dukun tersebut sebenarnya sudah merupakan salah satu kegiatan utama dalam program KIA. Keterlambatan merujuk ke fasilitas yang lebih mampu (Rumah Sakit, Dokter atau Bidan) yang diduga masih menjadi penyebab tingginya “kecelakaan” persalinan bila dukun-dukun tadi tiba-tiba menghadapi proses persalinan yang tidak normal, meskipun kewaspadaan untuk menghadapi hal-hal seperti ini sebenarnya sudah termasuk dalam bahan pelatihan yang seringkali diberikan kepada dukun-dukun tadi.

Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut yang juga membutuhkan partisipasi masyarakat baik secara individu maupun secara kelompok agar derajat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan. Peran serta masyarakat dalam hal ini dapat berbentuk program kemitraan yang saling menguntungkan.

B.

Rumusan Masalah 1. Apa definisi kemitraan dalam promosi kesehatan? 2. Apa tujuan kemitraan dalam promosi kesehatan? 3. Apa saja unsur-unsur kemitraan dalam promosi kesehatan?

2

4. Apa saja prinsip kemitraan dalam promosi kesehatan? 5. Apa saja ruang lingkup kemitraan dalam promosi kesehatan? 6. Bagaimana perlunya kemitraan dalam promosi kesehatan? 7. Siapa saja pelaku dan peran mitra promosi kesehatan? 8. Bagaimana bentuk dan mekanisme kerja kemitraan? 9. Bagaimana langkah-langkah dalam kemitraan? 10. Apa saja kiat-kiat dalam bermitra? 11. Apa saja indikator keberhasilan dalam bermitra?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi kemitraan dalam promosi kesehatan 2. Untuk mengetahui tujuan kemitraan dalam promosi kesehatan 3. Untuk mengetahui unsur-unsur kemitraan dalam promosi kesehatan 4. Untuk mengetahui prinsip kemitraan dalam promosi kesehatan 5. Untuk mengetahui ruang lingkup kemitraan dalam promosi kesehatan 6. Untuk mengetahui perlunya kemitraan dalam promosi kesehatan 7. Untuk mengetahui pelaku dan peran mitra promosi kesehatan 8. Untuk mengetahui bentuk dan mekanisme kerja kemitraan 9. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam kemitraan 10. Untuk mengetahui kiat-kiat dalam bermitra 11. Untuk mengetahui indikator keberhasilan dalam bermitra

3

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Kemitraan 1. Pengertian Kemitraan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra.Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.

Menurut Notoatmodjo (2003), Kemitraan adalah suatu kerja sama formal

antara

individu-individu,

kelompok-kelompok

atau

organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Berbagai pengertian kemitraan secara umum menurut Promkes Depkes RI a.

kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua pihak atau lebih dimana masingmasing pihak merupakan ”mitra” atau ”partner”.

b.

Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.

c.

Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau nonpemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masingmasing.

4

d.

Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil

dan

melaksanakan

serta

membagi

tugas,

menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan.

Sehingga kemitraan dalam promosi kesehatan adalah hubungan (kerja sama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat).

2.

Tujuan Kemitraan a. Tujuan umum Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan pada umumnya.

b. Tujuan khusus 1) Meningkatkan saling pengertian 2) Meningkatkan saling percaya 3) Meningkatkan saling memerlukan 4) Meningkatkan rasa kedekatan 5) Membuka peluang untuk saling membantu 6) Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan 7) Meningkatkan rasa saling menghargai

3.

Unsur-Unsur Kemitraan Adapun unsur-unsur kemitraan adalah : a.

Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih

b.

Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut

c.

Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut

5

d.

Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.

Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut : a.

Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harusmerasa mempunyai perhatian dan kepentingan bersama. Tanpaadanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatumasalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upaya-upaya informasi dan advokasi secara intensif.

b.

Saling mempercayai dan saling menghormati Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan antara manusia

c.

Tujuan yang jelas dan terukur Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan advokasi dan informasi.

d.

Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.

Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakati bersama,

dan akan

komitmen bersama

sangat untuk

memudahkan

menanggulangi

untuk timbulnya

masalah

kesehatan

bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.

6

4.

Prinsip-Prinsip Kemitraan Dalam Promosi Kesehatan a.

Saling menguntungkan (mutual benefit) Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu dilihat dari kebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan

b.

Pendekatan berorientasi hasil Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi pada tindakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan berbasis pada kemampuan efektif dan kapasitas operasional yang konkrit

c.

Keterbukaan (transparansi) Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota mitra harus diketahhui oleh anggota yang lain Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat yang setara) dengan menekankan konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan transparansi, termasuk transparansi finansial, membantu meningkatkan kepercayaan antar organisasi

d.

Kesetaraan Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain. Kesetaraan membutuhkan rasa saling menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat besaran dan kekuatan. Para peserta harus saling menghormati mandat kewajiban dan kemandirian dari anggota yang lain serta memahami keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling menghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam pertukaran pendapat

yang

konstruktif

7

e.

Tanggung Jawab Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain dalam menempuh tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara yang relevan dan tepat. Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki

alat,

kompetensi,

keahlian

dan

kapasitas

untuk

mewujudkan komitmen tersebut. Pencegahan yang tegas dan jelas terhadap penyelewengan yang dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanjutan

f.

Saling Melengkapi Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun

atas

kelebihan-kelebihan

komparatif

dan

saling

melengkapi kontribusi yang satu dengan yang lain. Kapasitas lokal adalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangang. Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan aset lokal sebagai bagian integral dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya dan bahasa harus diatasi.

Prinsip-prinsip kemitraan menurut WHO untuk membangun kemitraan kesehatan :

5.

a.

Policy-makers (pengambil kebijakan)

b.

Health managers

c.

Health professionals

d.

Academic institutions

e.

Communities institutions

Ruang Lingkup Kemitraan Adapun ruang lingkup kemitraan secara garis besar adalah :

8

a.

Persiapan;

b.

Inisiasi Kemitraan;

c.

Pelaksanaan kerjasama;

d.

Pelaporan;

e.

Publikasi hasil pelaksanaan.

B. Upaya Kemitraan Dengan Masyarakat Dan Berbagai Organisasi Masyarakat Dalam Promosi 1.

Perlunya Kemitraan

Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektorsektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut.Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.

2.

Pelaku Dan Peran Mitra a.

Inisiator Memprakarsai

kemitraan

dalam

rangka

sosialisasi

dan

operasionalisasi Indonesia sehat b.

Motor/Dinamisator Sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama dan sebaginya.

c.

Fasilitator Memfasilitasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemtraan dapat berjalan lancer.

d.

Anggota aktif

9

Berperan sebagai anggoota kemitraan yang aktif e.

Peserta kreatif Sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif

f.

Pemasok sumberdaya Memberikan masukan teknis (program kesehatan)

g.

Dukungan sumber daya Memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan potensi yang ada.

3.

Bentuk Dan Mekanisme Kerja Dalam Kemitraan Berdasarkan kerangka konsep khususnya mekanisme kerja dalam kemitraan, kegiatan nyata promosi kesehatan yang perlu dilakukan adalah : a.

Pemberdayaan masyarakat, yaitu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian semua komponen masyarakat untuk dapat hidup sehat.

b.

Pengembangan

kemitraan,

yaitu

upaya

untuk

membangun

hubungan para mitra kerja berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling memberikan manfaat. c.

Upaya advokasi, yaitu upaya untuk mendekati, mendampingi, da mempengaruhi para pembuat kebijakan sacara bijak, sehingga mereka sepakat untuk memberi dukungan terhadap pembangunan kesehatan.

d.

Pembinaan suasana, yaitu kegiatan untuk membuat suasana atau iklim yang mendukung terwujudnya perilaku sehat dengan mengembangkan opini publik yang positif melalui media massa, tokoh masyarakat, “public figur”’ dll.

e.

Pengembangan Sumber Daya Manusia, yaitu kegiatan pendidikan, pelatihan, pertemuan-pertemuan, dll untuk meningkatkan wawasan,

10

kemauan, dan ketrampilan baik petugas kesehatan maupun kelompok-kelompok potensial masyarakat. f.

Pengembangan iptek, yaitu kegiatan untuk selalu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang promosi, informasi, komunikasi, pemasaran, advokasi, dll yang selalu tumbuh dan berkembang.

g.

Pengembangan

media

dan

sarana,

yaitu

kegiatan

untuk

“mempersenjatai” diri dengan penyediaan media dan sarana yang diperlukan untuk mendukung kegiatan promosi kesehatan. h.

Pengembangan Infra Struktur, yaitu kegiatan penunjang promosi kesehatan : sekretariat, tim promosi, serta berbagai perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan.

4.

Langkah-Langkah Kemitraan Kemitraan di bidang kesehatan tidak dapat datang dengan sendirinya. Kemitraan itu harus digalang agar kerjasama yang terbentuk tidak mengabaikan prinsip-prinsip kemitraan. Dengan demikian kemitraan dan kerjasama akan berlangsung secara efektif dan bertahan lama.

Agar kemitraan dan kerjasama berlangsung secara efektif dan bertahan lama, upaya menggalang kemitraan harus dilaksanakan dengan langkahlangkah yang benar dan sistematis diatas landasan yang kuat (saling hubung, struktur keterbukaan kapasitas, imbalan kedekatan, dan sinergi).

Adapun langkah-langkah kemitraan dibidang kesehatan meliputi: a.

Menyusun Gagasan Kemitraan Langkah pertama dalam menggalang kemitraan tentu saja adalah menyusun gagasan kemitraan, yaitu program kesehatan yang akan dimintakan kontribusi positifnya dari satu ataau beberapa pihak lain. Misalnya saja program Promosi Asi Eksklusif program

11

Imunisasi Hepatitis, program Pembinaan PHBS di institusi Pendidikan, dan lain-lain. Tidak mungkin kemitraan dapat digalang dengan baik, jikagagasan kemitraan belum ada atau belum disusun dengan baik dan jelas.

Dalam rangka percepatan pencapaian sasaran strategi pembangunan kesehatan, maka penetapan dan penyusunan gagasan kemitraan harus mengacu kepada Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Mengacu kepada landasan kemitraan tersebut diatas, gagasan kemitraan harus disusun dengan memperhatikan segi-segi saling-hubungnya, strukturnya,

keterbukaannya, kapasitasnya,

imbalannya, kedekatannya, dan sinerginya.

b.

Mengidentifikasi Calon Mitra Langkah ini bertujuan untuk mengenali dan menetapkan pihakpihak yang sesuai diajak bermitra dalam rangka melaksanakan gagasan kemitraan. Dengan demikian keluaran dari langkah ini adalah daftar pihak-pihak yang akan diajak bermitra. Dari gagasan kemitraan yang sudah disusun sebenarnya sudah tersirat pihakpihak yang perlu diajak bermitra demi suksesnya program kemitraan. Akan tetapi, mengacu kepada landasan kemitraan tersebut diatas, seyogianya dicari calon mitra yang: 1) Peduli terhadap masalah yang dihadapi dan pemecahan masalah tersebut melalui gagasan bermitra. 2) Bersedia mengembangkan komunikasi dua arah. 3) Memiliki pemikiran dan cara kerja yang sistematis. 4) Secara internal memiliki pembagian kerja dan koordinasi yang baik. 5) Memiliki kesediaan yang tulus untuk membantu melalui kemitraan.

12

6) Siap memberikan saran-saran yang konstruktif dan dukungan bagi terlaksananya gagasan kemitraan. 7) Fleksibel, informal dan mudah dihubungi. 8) Bersedia dan dapat menyediakan waktu, tenaga, dan sumber daya lain untuk kepentingan kemitraan. 9) Mengetahui cara-cara bermitra, lebih baik lagi jika memiliki pengalaman bermitra. 10) Bersedian dan dapat memberikan kontribusi untuk gagasan atau “proyek kemitraan” sesuai dengan kesepakatan. 11) Memiliki atau bersedia membangun kedekatan (setidaktidaknya secara sosial psikologis) dan kesiapan akses. 12) Dalam tim yang kompak, satu konsep dan satu bahasa. 13) Kontribusinya berkelanjutan dan taat kepada kesepakatan yang telah dirumuskan bersama.

c.

Merumuskan Tujuan dan Peran Jika sudah didapat calon atau sejumlah calon mitra dan mengetahui seluk-beluk mitra tersebut (bidang garapan, visi, misi, kegiatan, dan lain-lain), selanjutnya dirumuskan tujuan kemitraan (tujuan umum) dan peran (kontribusi) yang diharapkan dari mitra atau para mitra. Peran mitra atau para mitra ini kelak akan menjadi acuan dalam merumuskan tujuan-tujuan khusus kemitraan.

Setelah

dirumuskannya

tujuan

kemitraan

dan

peran

yang

diharapkan dari para mitra, gagasan kemitraan disempurnakan dengan menambahkan usul mengenai tujuan kemitraan dan peranperan tersebut. Dengan demikian, gagasan kemitraan menjadi lengkap dan lebih konkrit, siap untuk ditawarkan kepada para calon mitra

13

d.

Menyiapkan Diri Agar dapat mengawali upaya advokasi untuk menggalang kemitraan, sebaiknya pihak yang berinisiatif melakukan konsolidasi dulu. Persiapan diri yang kurang matang tidak jarang dapat menimbulkan kegagalan upaya kemitraan.

e.

Menumbuhkan Kesepakatan Tujuan dari langkah ini adalah dapat diperolehnya kesepakatan dan ikatan antara pihak yang berinisiatif dengan pihak-pihak yang diajak bermitra. Untuk bersama-sama mendukung pelaksanaan gagasan kemitraan. Hasil dari langkah ini sebaiknya tidak dinyatakan

dalam

bentuk

lisan

atau

ucapan-ucapan

saja.

Kesepakatan sebaiknya dinyatakan dan dirumuskan dalam bentuk perjanjian tertulis atau nota kesepahaman (memorandum of understanding).

f.

Merumuskan Rencana Kerjasama Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis, kesepakatan ini digunakan sebagai titik awal untuk menyusun rencana kerjasama. Rencana kerjasama ini sangat penting karena merupakan acuan bagaimana mencapai tujuan-tujuan kerjasama. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan ditentukan dengan baik dalam merumuskan rencana kerjasama adalah: 1) Kejelasan Tujuan Tujuan umum kerjasama memang sudah tercantuk dalam dokumen gagasan kemitraan. Namun demikian, selama proses advokasi atau upaya menumbuhkan kesepakatan, tujuan umum tentu dibahas agar diperoleh pemahaman bersama. Dengan proses

pembahasan

terbentuknya

ini

pemahaman

tidak baru

tertutup tentang

kemungkinan tujuan

umum

kerjasama. Jika hal ini terjadi, maka tujuan umum sesuai

14

dengan pemahaman baru itulah yang dirumuskan sebagai tujuan umum kerjasama.

Demikian pun dengan peran para pihak yang diajak bermitra, juga sudah tercantum dalam gagasan kemitraan. Namun, sebagimana halnya dengan tujuan umum, dalam pembahasanpembahasan untuk membangun kesepakatan, peran-peran itu pun dapat pula mengalami perubahan (setidak-tidaknya perubahan rumusan). Peran-peran ini kemudian dirumuskan menjadi tujuan-tujuan khusus kerjasama.

2) Kejelasan dan Sinkronisasi kegiatan Setelah tujuan-tujuan khusus dirumuskan, maka langkah selanjutnya

adalah

menetapkan

kegiatan-kegiatan

untuk

mencapai tujuan-tujuan khusus tersebut.

Karena tujuan-tujuan khusus berasal dari rumusan peran-peran, maka menjadi tugas masing-masing pihak untuk menetapkan kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai tujuan khusus yang merupakan jelmaan dari perannya. Penetapan kegiatankegiatan untuk mencapai tujuan khusus dilakukan oleh masingmasing pihak agar kegiatan-kegiatan ini merupakan bagian (tidak terlepas) dari program internal masing-masing pihak sangat penting, agar bagi pihak yang bermitra kegiatankegiatan kemitraan bukan merupakan benda asing yang terlepas dari system internal.

3) Kejelasan Alokasi Sumber Daya Kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan akan dapat terlaksana dengan baik apabila sumber daya (tenaga, dana, sarana dan prasarana) untuk kegiatan-kegiatan tersebut dialokasikan secara

15

memadai. Oleh karena itu, dalam rangka merumuskan rencana kerjasama, kejelasan alokasi sumber daya untuk setiap kegiatan sangat

diperlukan.

Masing-masing

pihak

yang

telah

menetapkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan khusus yang menjadi tanggung jawabnya harus menetapkan pula siapa dan dari mana pelaksana kegiatan, berapa besar dana dialokasikan dan sumber dananya, sarana dan prasarana apa saja yang dialokasikan oleh bagaimana pengadaannya.

4) Kejelasan Waktu Pelaksanaan Sering kali program kemitraan tidak berjalan karena tidak kunjung dimulai akibat tidak jelasnya waktu pelaksanaan. Oleh sebab

itu, masing-masing pihak harus menetapkan jadwal

pelaksanaan kegiatannya untuk kemudin dibahas bersama agar diperoleh sinkronaisasi dalam hal waktu pelaksanaan kegiatan, hasil sinkronisasi ini digunakan untuk membuat jadwal keseluruhan program kerjasama yang diinformasikan kepada semua pihak, sehingga masing-masing dapat menjaga ketepatan waktu pelaksanaan kegiatannya demi menjaga sinkronisasi. Perubahan-perubahan

waktu

pelaksanaan

yang

terpaksa

dilakukan harus segera dikomunikasikan kepada pihak-pihak lain,

terutama

untuk

kegitan-kegiatan

yang

memiliki

keterkaitan langsung dengan pihak-pihak lain tersebut.

g.

Melaksanakan Kerjasama Sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, kegiatan-kegiatan dilaksanakan. Kerap kali sebagai tanda dimulainya kegiatankegiatan proyek kemitraan dilakukan semacam peresmian atau pencanangan. Acara ini tidak sekedar bersifat seremoniaol, tetapi yang penting adalah sebagai pengingat kembali atas kesepakatan-

16

kesepakatan yang telah dicapai dan peneguhan tekad untuk memulai kerjasama (kemitraan).

h.

Menyelenggarakan Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan dilakukan selama program kemitraan berlangsung untuk mengetahui dengan segera (1) kemajuan-kemajuan yang dicapa, (2) penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan evluasi dilakukan secara cross sectional pada saat-saat tertentu setelah program kemitran berjalan beberapa waktu, termasuk setelah berakhirnya program kemitraan. Jika program kemitran direncanakan selama lima tahun, evaluasi dilaksanakan setelah tahun kelima selesai. Kerap kali juga dilakukan evaluasi tengah periode, yaitu misalnya pada saat program kemitraan sudah berjalan selama 2,5 tahun. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah program kemitraan (khususnya strateginya)masih efektif dilihat dari sisi perkembangan lingkungan strategis.

5.

Kiat-Kiat Bermitra Kegiatan promosi kesehatan diselenggarakan melalui proses : Pengkajian, Perencanaan, Pengerakan pelaksanaan, serta Pemantauan, penilaian dan Pelaporan. a.

Phase pengkajian atau pemetaan masalah Proses dimulai dari pengkajian kualitas hidup, masalh kesehatan, masalah perilaku, faktor penyebab, sampai keadaan internal dan external, Output phase pengkajian ini adalah : pemetaan masalah perilaku, penyebabnya, dll.

b.

Informasi Kualitas Kehidupan Diperoleh cukup dengan melihat data sekunder (Strata keluarga), karena informasi ini hanya berfungsi sebagai latar belakang masalh saja. Demikian pula Phase pengkajian atau pemetaan masalah :

17

Proses dimulai dari pengkajian kualitas hidup, masalh kesehatan, masalah perilaku, faktor penyebab, sampai informasi tentang derajat kesehatan juga dapat dilihat dari data sekunder (data penyakit di Puskesmas).

c.

Informasi tentang perilaku sehat Diperoleh dari kunjungan rumah arau di pos yandu (dengan menggunakan formulir phbs; akan diketemukan strata tatanan : i, ii, iii, dan iv).

d.

Informasi tentang faktor penyebab (pre desposing, enabling dan reenforcing factors) Diperoleh melalui survey cepat etnografi (Rapid etnography assesment) yang dilakukan oleh tingkatan kabupaten / kota.

e.

Informasi tentang faktor internal (tenaga, sarana, dana promosi kesehatan) dan external (peraturan, lingkungan di luar unit) diperoleh dari lapangan/tempat.

f.

Phase Perencanaan Output phase ini adalah rumusan rencana, dan yang terpenting adalah rumusan tujuan (yaitu rumusan peningkatan perilaku yang diinginkan, setelah mengkaji fakta perilaku, faktor-faktor internal dan external), dan rumusan kegiatan untuk melakukan intervensi terhadap faktor penyebab, yang diinventarisir dan disusun dalam kegiatan yang berurutan.

g.

Phase Penggerakan pelaksanaan Outputnya adalah siapnya kegiatan (pra pelaksanaan : yaitu tenaga, sarana, dll), dan pelaksanaan kegiatan sesuai rencana.

18

h.

Phase Pemantauan Fokusnya pada pemantauan pra pelaksanaan dan pada pelaksanaan : apabila ada penyimpangan segera dilakukan perbaikan (koreksi).

i.

Phase penilaian Fokusnya pada perbaikan rencana. : perlu dilihat keseluruhan komponen : rumusan tujuan, jenis kegiatan intervensi, dll.

j.

Phase pelaporan Adalah pelaporan keseluruhan proses dan komponen, termasuk tujuan yang dicapai, kegiatan yang dilakukan, sumber daya yang dipergunakan, dll.

6.

Indikator Keberhasilan Bermitra Untuk dapat mengetahui keberhasilan pengembangan kemitraan diperlukan adanya indikator yang dapat diukur. Dalam penentuan indikator sebaiknya dipahami prinsip-prinsip indikator yaitu: spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis dan tepat waktu. Sedangkan pengembangan indikator melalui pendekatan manajemen program yaitu:

19

a. Indikator Input Tolak ukur keberhasilan input dapat diukur dari tiga indikator, yaitu: 1) Terbentuknya tim wadah atau sekretariat yang ditandai dengan adanya kesepakatan bersama dalam kemitraan. 2) Adanya sumber dana/biaya yang memang diperuntukkan bagi pengembangan kemitraan. 3) Adanya dokumen perencanaan yang telah disepakati oleh institusi terkait. Hasil evaluasi terhadap input dinilai berhasil apabila ketiga tolok ukur tersebut terbukti ada.

b. Indikator Proses Tolok ukur keberhasilan proses dapat diukur dari indikator sebagai frekuensi dan kualiatas pertemuan tim atau secretariat sesuai kebutuhan. Hasil evaluasi terhadap proses nilai berhasil, apabila tolok ukur tersebut terbukti adanya yang dilengkapi dengan agenda pertemuan, daftar hadir dan notulen hasil pertemuan. c. Indikator Output Tolok ukur keberhasilan output dapat diukur dari indikator sebagai berikut: Jumlah kegiatan yang dikerjakan oleh institusi terkait sesuai dengan kesepakatan peran masing-masing institusi. Hasil evaluasi terhadap output dinilai berhasil, apabila tolok ukur tersebut diatas terbukti ada. d. Indikator Outcome Tolok ukur keberhasilan outcome adalah menurunnya angka kesakitan dan Kematian karena penyakit.

20

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang terlibat, sumberdaya (3M) tersedia (input), pertemuan-pertemuan, lokakarya, kesepakatan bersama, seminat (proses), terbentuknya jaringan kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan kegiatan bersama (output), membaiknya indikator derajat kesehatan (outcome).

Fokus dalam komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat. Pengorganisasikan komponen masyarakat yang dilakukan oleh perawat spesialis komunitas dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan

pendekatan

pengembangan

masyarakat (community

development). Intervensi promosi kesehatan yang paling penting adalah membangun kolaborasi dan kemitraan bersama anggota masyarakat dan komponen masyarakat lainnya, karena dengan terbentuknya kemitraan yang saling menguntungkan dapat mempercepat terciptanya masyarakat yang sehat.

Dalam tulisan ini telah disajikan analisis mengenai kemanfaatan model kemitraan promosi kesehatan terhadap: kebidanan komunitas, sistem pendidikan kebidanan komunitas, regulasi, sistem pelayanan kesehatan, dan masyarakat serta implikasi model terhadap pengembangan kebijakan kebidanan dalam menerapkan promosi kesehatan di Indonesia.

B. Saran 1.

Dapat

dikembangkannya

model

promosi

kesehatan

yang

terintegrasi antara praktik kebidanan dengan basis riset ilmiah.

21

2.

Mengenalkan model promosi kesehatan dalam kebidanan.

3.

Meningkatkan

proses

berpikir

kritis

dan

pengorganisasian

pengembangan kesehatan masyarakat 4.

Meningkatkan jejaring dan kemitraan dengan masyarakat dan sektor terkait.

22

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 2006, Kemitraan Dan Peran Serta, promosi kesehatan online, mailto: webmaster@ promokes.qo.id. Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. WHO, 2000, Chalenges And Opportunities For Partnership In Health Development, Geneva

23

Related Documents

Kel 1
June 2020 27
Unguenta Kel.1.pptx
May 2020 11
Kel 1.docx
June 2020 13
Kel 1 B.lela.docx
April 2020 8
Klh Kel.1.pptx
June 2020 24

More Documents from "aprilia dwi safitri"

Chairani.docx
April 2020 38
Epid K3 B. Epti.docx
December 2019 44
Bella.docx
April 2020 38