EPIDEMIOLOGI EPIDEMILOGI DESKRIPTIF
OLEH : KELOMPOK 3 YAYUK SUSENO CHAIRANI FUADI NOVITA ARMY
DOSEN PEMBIMBING
EPTI YORITA,SST.MPH.
PRODI DIV KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES BENGKULU 2019 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan utama atas penyusunan makalah ini guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah epidemiologi. Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membangun, demi terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes Bengkulu terutama Prodi DIV Kebidanan.
Bengkulu, Februari 2019
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................i Kata Pengantar .................................................................................ii Daftar Isi ..........................................................................................iii Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ...........................................................................1 B. Rumusan Masalah ......................................................................2 C. Tujuan ........................................................................................2 Bab II Pembahasan A. Pengertian Epidemiologi deskriptif ...........................................3 B. Macam Epidemiologi Deskriptif................................................5 Bab III Penutup A. Kesimpulan ................................................................................15 B. Saran ..........................................................................................15 Daftar Pustaka
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada setiap kelompok penduduk, tiap individu yang membentuk kelompok tersebut dan memiliki tingkat atau derajat keterpaparan atau resiko yang berbeda pada setiap penyakit tertentu. Mereka mempunyai derajat keterpaparan yang sama terhadap suatu penyakit tertentu, tidak semuanya menderita penyakit tersebut secara sama pula pada waktu dan tempat tertentu. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan demikian, penjelasan epidemiologi harus sebanyak mungkin keterangan yang ada sehingga memungkinkan untuk membedakan besarnya kejadian insiden maupun prevalensi pada setiap karakteristik tertentu terutama karakteristik tentang orang atau person (siapa- siapa yang terkena dengan sifat karakteristiknya masing-masing), tentang tempat kejadian (kapan dan berapa lama kejadiannya) termasuk pula penjelasan tentang lingkungan, keadaan sosial budaya serta pekerjaan dan keterangan lainnya. Dalam bidang epidemiologi, untuk memberikan gambaran keadaan penyakit dan peristiwanya pada umumnya digunakan angka perbandingan (terutama rate) dan bukan nilai absolut. Dalam menggunakan nilai-nilai perbandingan tersebut kita menghadapi beberapa keterbatasan. Pertama, keadaan
penyakit dalam
masyarakat sangat dipengaruhi
oleh
kemampuan dan tingkat kebenaran pelaporan, sistem klasifikasi penyakit yang digunakan serta alat dan cara diagnosis. Kedua, dalam menghitung nilai perbandingan atau rate, kemungkinan jumlah populasi yang mengalami resiko atau keterpaparan tidak diketahui dengan pasti. Ketiga, kemungkinan adanya variabel yang saling mempengaruhi atau saling ketergantungan satu dengan yang lain serta umur atau jenis kelamin dengan pekerjaan , daerah tempat
tinggal
dengan status ekonomi dan lainnya. Keempat, variabel yang
berpengaruh secara bermakna mungkin tidak tampak atau tidak dicurigai atau mungkin pula belum dapat dijelaskan secara epidemiologis.
1
B. Rumusan Masalah 1. Apakah itu epidemiologi deskriptif ? 2. Apa macam epidemiologi deskriptif ?
C. Tujuan 1. Mengetahui definisi dari epidemiologi deskriptif 2. Mengetahui berbagai macam epidemiologi deskriptif
2
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Epidemiologi deskriptif adalah bagian yang dilakukan tanpa harus membuat suatu hipotesa khusus. Kajian ini sering dipakai pada kajian awal kemunculan penyakit baru, agar kita dapat memperoleh karakter penyakit, menghitung frekuensinya, dan menentukan bagaimana variasinya terkait dengan tingkat individu, tempat dan waktu (Ferasyi,2008). Epidemiologi deskriptif adalah epidemiologi yang mempelajari tentang frequensi dn penyebaran suatu masalah kesehatan tanpa memandang perlu mencari jawaban terhadap faktor-faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan tersebut (Effendy, 1998). Epidemiologi deskriptif juga merupakan studi epidemiologi yang bertujuan menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit menurut orang, tempat, dan waktu (Rajab, 2009). Epidemiologi Deskriptif
terutama
menganalisis masalah yang ada dalam suatu
populasi tertentu serta menerangkan keadaan dan sifat masalah tersebut, termasuk berbagai faktor yang erat hubungannya dengan memberikan gambaran
tentang
timbulnya masalah. Bentuk
kegiatan ini dapat
adanya masalah dalam populasi tertentu dengan
membandingkan populasi tersebut terhadap populasi lainnya, atau dengan populasi yang sama pada waktu yang berbeda. Bentuk ini banyak digunakan dalam mencari keterangan tenteng keadaan derajat kesehatan maupun masalkah kesehatan dalam suatu populasi tertentu pada waktu dan tempat yang tertentu pula. Disamping itu, epidemiologi deskriptif dapat pula memberikan gambaran tentang faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit atau gangguan
kesehatan
pada suatu populasi tertentu dengan menggunakan analisis data
epidemiologi dan data informasi lain yang bersumber dari berbagai disiplin seperti data genetika, biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi, sosial ekonomi dan sumber keterangan lainnya. Sebagai contoh penggunaan epidemiologi deskriptif antara lain pada usaha penanggulangan berbagai wabah penyakit menular yang timbul dalam masyarakat. Selain itu, 3
penggunaan epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis masalah kesehatan, penyusunan program kesehatan masyarakat dan penilaian hasil usaha dibidang kesehatan masyarakat, serta bidang lain yang berkaitan erat dengan kesehatan seperti bidang kependudukan, keluarga dan gizi. Epidemiologi deskriptif mempelajari
kejadian dan distribusi penyakit. Kejadian
penyakit dapat dipelajari melalui riwayat alamiah penyakit. Dalam epidemiologi deskriptif, distribusi penyakitnya menurut variabel variabel orang, waktu dan tempat (Lapau, 2011). Tujuan epidemiologi deskriptif adalah : 1. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang. 2. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok. 3. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis). Adapun Ciri-ciri studi deskriptif sebagai berikut: 1. Bertujuan untukmenggambarkan 2. Tidak terdapat kelompok pembanding 3. Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan ataau semacam asumsi 4. Hasil penelitiannya berupa hipotesis 5. Merupakan studi pendahluan untuk studi yang mendalam Hasil penelitian deskriptif dapat di gunakan untuk: 1. Untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan 2. Untuk menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah dilaksanakan 3. sebagai bahan untuk mengadakan penelitain lebih lanjut 4. Untuk Membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara wilayah atau satu wil dalam waktu yang berbeda.
4
B. MACAM EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF Di dalam epidemiolgi deskriptif dipelajari bagaimana frequensi penyakit berubah menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang, tempat dan waktu. Dalam sebuah penelitian gambaran epidemiologi kasus campak di cirebon tahun 2004-2011, menyebutkan variabel terkait adalah jumlah kejadian campak, variabel bebasnya terdiri dari umur, jenis kelamin, vitamin A, status imunisasi, tempat dan waktu (bulan). 1. Variabel orang Variabel adalah sesuatu yang dapat diamati dan dapat dihitung secara statistik. Variabel orang dalam epidemiologi adalah karakteristik indvidu yang ada hubungannya dengan keterpapanan atau kerentanan terhadap suatu penyakit. Setiap orang pasti mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaan karakteristik individu secara tidak langsung dapat memberi perbedaan pada sifat keterpaparan maupun derajat risk dan reaksi individu terhadap keterpaparan. Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh faktor genetis bersifat tetap, seperti jenis kelamin, ras, dan data kelahiran, faktor biologis yaitu yang berhubungan erat dengan kehidupan biologis, seperti umur, status gizi, dan kehamilan, dan faktor perilaku, seperti mobilitas, status perkawinan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal dan sebagainya. a. Umur Umur merupakan variabel yang sangat penting dalam epidemiologi deskriptif karena cukup banyak penyakit ditemukan dengan berbagai variasi frekuensi yang disebabkan oleh umur. Umur sangat mempengaruhi kemungkinan seseorang manusia utuk terpapar (contohnnya anak-anak sekolah yang terpapar pada penyakit yang timbul pada masa kanak-kanak, dan orang dewasa yang terppar penyakit akibat kerja), status imun, serta kondisi fisik dan mental.
5
Umur berhubungan dengan keadaan, sedangkan keadaan berhubungan dengan variabel lain seperti, proses umur, perkembangan fisiologis, dan imunitas. Umur dikaitkan dengan, -
Refleksi dari perubahan kebiasaan perilaku dan kebiasaan makan
-
Hasil percobaan dari daya tahan tubuh (imunitas)
-
Alat diagnostik
-
Fenomena kohort Hubungan antara frekuensi penyakit dengan umur dinyatakan dalam bentuk
age specific incidence maupun prevalence (angka kejadadian umur khusus), yakni jumlah kejadian suatu penyakit pada kelompok umur tertentu. Umur mempunyai hubungan yang erat dengan keterpaparan dan mempunyai hubungan yang dengan besar risiko penyakit dan sifat resistensi pada berbagai kelompok umur tertentu. Dengan demikian, adanya perbedaan pengalaman terhadap penyakit menurut umur sangat mempunyai kemaknaan (pengaruh) yang berhubungan dengan adanya perbedaan tingkat keterpaparan dan kerentanan menurut umur, adanya perbedaan dalam proses kejadian patogenesis, maupun adanya perbedaan pengalaman terhadap penyakit tertentu. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval di dalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola esakitan atau kematian, dan apakan pengolompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain. Untuk keperluar perbandingan maka WHO menganjurkan pembagian-pembagian umur sebagai berikut : Menurut tingkat kedewasaan, - 0 – 14 Tahun : Bayi dan anak-anak yaitu :
- 15 – 49 Tahun : Orang muda dan dewasa - 50 Tahun ke atas : Orang tua
Interval 5 Tahun :
-
Kurang dari 1 tahun,
-
1 – 4,
-
5 – 9,
6
Untuk
mempelajari
anak :
penyakit -
10 – 14, dan sebagainya. 0 – 4 Bulan
-
5 – 10 Bulan
-
11 – 23 Bulan
-
2 – 4 Tahun
-
5 – 9 Tahun
-
9 – 14 Tahun
b. Jenis Kelamin Perbedaan frekuensi penyakit antara jenis kelamin wanita dan pria tergantung pada berbagai faktor seperti perbedaan fisiologis, genetik, faktor risiko luar, tekanan emosional, kebiasaan individu, dan pelayanan medic. Jenis kelamin mempunyai hubungan tersendiri yang cukup erat dengan sifat keterpaparan dan tingkat kerentanan terhadap penyakit tertentu. Pertama, adanya penyakit yang hanya dijumpai pada jenis kelamin tertentu terutama yang berhubungan dengan alat reproduksi atau yang secara genetis berperan dalam perbedaan jenis kelamin, misalnya pada hipertrofi prostat pada pria atau karsinoma payudara pada wanita. Kedua, penyakit yang mempunyai kecenderungan hanya pada jenis kelamin tertentu atau lebih sering dijumpai pada jenis kelamin tertentu seperti hipertiroidisme, batu kandung empedu yang lebih sering pada wanita. Ketiga, kemungkinan timbulnya perubahan frekuensi penyakit dari jenis kelamin tertentu ke jenis kelamin lainnya. c. Kelompok Etnik Kelompok etnik meliputi kelompok homogen berdasarkan kebiasaan hidup maupun homogenitas biologis/genetis. Dari segi epidemiologi kelompok orang yang tinggal dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama dan membutuhkan karakteristik tertentu baik secara biologis maupun dalam hal mekanisme sosial merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan.
7
1) Ras Ada tiga ras utama yang dikenal di dunia yakni ras Kaukasia (kulit putih), Neroid (kulit hitam) dan Mongoloid (kulit cokelat). Cukup banyak studi epidemiologi yang telah dilakukan tentang perbandingan kejadian penyakit menurut ras tersebut. Misalnya ras Negro yang secara genetik mempunyai sel darah merah yang berbentuk oval sehingga ras Negro tersebut menderita “sickle cell anemia”. Ras Negro secara sosio-ekonomis termasuk golongan berpendapatan rendah sehingga mereka rentan untuk menderita penyakit infeksi, misalnya penyakit TBC. Dalam menganalisis penyakit yang berkaitan dengan ras penduduk, harus diperhatikan beberapa yang mungkin berpengaruh antara lain : a) Adanya penyakit tertentu yang secara genetis berhubungan erat dengan ras, seperti anemia sickle sel ; b) Adanya penyakit tertentu yang tampaknya mempunyai perbedaan frekuensi terhadap ras, tetapi lebih dipengaruhi oleh lingkungan dan kebiasaan hidup ; c) Adanya suku terasing dengan pengalaman penyakit tertentu seperti penyakit kuru pada penduduk asli di Irian Jaya, begitu pula adanya kelompok penduduk dengan ras tertentu yang memiliki sosial ekonomi serta kehidupan kultural yang ketat dan dapat mempengaruhi frekuensi penyakit tertentu. 2) Kelompok Etnik Kelompok etnik lebih didasarkan pada perbedaan adat, kebiaaan hidup, keadaan sosial ekonomi dan lingkungan hidup, jenis pekerjaan utama, dan lainnya. Dengan demikian, maka tingginya angka risiko dan timbulnya perbedaan frekuensi kejadian penyakit dan kematian erat hubungannya dengan perbedaan sifat – sifat tertentu. d. Agama Agama dapat memberikan keterangan tentang pengalaman dan keadaan penyakit tertentu. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai faktor yang erat 8
hubungannya dengan agama, misalnya perbedaan makanan yang dinyatakan terlarang oleh agama atau ritual khusus keagamaan akan menghindarkan mereka dari penyakit tertentu dan tingkat risiko terhadap penyakit tertentu. Selain itu kemungkinan adanya isolasi sosial terhadap agama tertentu, terutama agama minoritas di wilayah tertentu dapat mempengaruhi proses timbulnya penyakit infeksi dan manifestasi setempat. Mereka yang beragama non–Islam biasanya memakan babi sehingga ada kemungkinan terserang trichiniasis, yaitu penyakit pada seseorang yang terinfeksi trichinella spiralis. Wanita yang suaminya non–Yahudi dan non–Islam bisanya tidak disunat sehingga berhubungan seksual yang non–higienis dapat menimbulkan kanker leher Rahim. e. Struktur Keluarga Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesakdesakan di dalam rumah yang luasnya terbatas. Sehingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggotanya. Keluarga yang besar, juga mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya. f. Jenis Pekerjaan Peran dalam menimbulkan penyakit melalui beberapa faktor, yakni : 1) Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan, dan sebagainya. 2) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor yang berperan pada timbulnya hipertensi, dan ulkus lambung). 3) Ada tidaknya aktivitas fisik di dalam pekerjaan. 4) Karena berkerumuh dalam satu tempat yang relatif sempit maka terjadi proses penularan penyakit antar para pekera. 9
5) Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait pekerjaan di tambang. Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di indonesia terutama pola penyakit kronis, misalnya penyakit jantung koroner, tekanan darahtinggi, dan kanker. g. Status Perkawinan Status perkawinan mempunyai peranan yang cukup penting, terhadap derajat keterpaparan maupun dalam hal besarnya risiko dan pada derajat kerentanan. Dalam hal ini keterangan tentang kawin/tidak kawin, cerai/janda/duda merupakan variabel dalam penentuan status perkawinan. Variabel status perkawinan tersebut erat hubungannya dengan lingkungan sosisal, kebiasaan hidup dan ketentuan hukum yang berlaku, yang berhubungan dengan status perkawinan, seperti boleh tidaknya berpoligami, mudah tidaknya terjadi perceraian serta kebiasaan dan pandangan masyarakat terhadap hidup sendiri (single) bagi laki-laki maupun bagi wanita. Dalam hal ini, faktor agama dan faktor adat kebiasaan sangat erat hubungannya dengan variabel status perkawinan, termasuk usia perkawinan. Variabel status perkawinan sangat erat hubungannya dengan tingkat fertilitas dan dengan sifat reproduksi. h. Status Sosial Ekonomi Kelas sosial adalah variabel yang sering dilihat hubungannya dengan kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tigkat kehidupan seseorang. Status sosial ekonomi sangat erat hubungannya dengan pekerjaan dan jenis pekerjaan serta tempat tinggal, kebiasaan hidup keluarga termasuk kebiasaan makan, dan sebagainya. Selain itu, erat pula hubungannya pada faktor psikologi individu dan keluarga dalam masyarakat. Menurut penelitian di Uni Eropa, menunjukkan bahwa faktor tunawisma adalah interaksi antara faktor individu dan struktural. Individu termasuk kemiskinan, masalah keluarga, kesehatan dan penyalahgunaan masalah mental. Ketersediaan perumahan murah dianggap struktur yang paling penting bagi tunawisma. 10
i.
Pendidikan Tingkat pendidikan dengan penyebaran penyakit dan kematian. Kelompok masyarakat dengan pendidikan yang berpendidikan tinggi cenderung lebih mengetahui cara-caramencegah penyakit.
j. Penghasilan Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transpor, dan sebagainya. 2. Variabel Tempat Keterangan tempat dapat bersifat : (1) keadaaan geografi umpamanya daerah pegunungan, pantai, serta dataran rendah; (2) batas adminitratif/ politik umpamanya batas negara,provinsi,kabupaten,kecamatan. Kejadian
penyakit
maupun
gangguan
kesehatan
lainnya
mempunyai
kecenderungan ditemukan pada tempat-tempat tertentu. Umpamanya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) lebih sering ditemukan di daerah perkotaan yang berpenduduk padat, dan hal ini erat hubungannya dengan sifat vektor dan lingkungan. Sedangkan penyakit leptospirosis lebih sering terjadi di daerah pertanian terutama daerah pertanian campur peternakan. Dalam analisis epidemiologi maka adanya perbedaan keadaan atau frekuensi penyakit dalam masyarakat berdasarkan tempat dapat timbul karena berbagai hal tertentu. a. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan letak geografis,administrasi maupun keadaan urban terhadab rural. b. Perbedaan tersebut timbul karena unit ruang lingkup di mana variabel internak akan bertambah pada ruang lingkup yang lebih luas. c. Perbedaan dan standar diagnosis yang digunakan maupun perbedaan sistem pelaporan yang berlaku setempat, serta perbedaan situasi geografis dan demografis pada pembagian administratif di berbagai tingkatan.
11
Faktor tempat dan pengaruh lingkungan yang ada di dalamnya meliputi lingkungan biologis,kimiawi,fisik dan sosial sangat penting artinya dalam analisis faktor tempat (Noor,2008). a. Lingkungan biologis Gambaram tempat sebagai penyebab penyakit yang paling mudah dimengerti adalah ciri iklim dan ekologi yang menentukan jenis flora dan fauna yang terdapat di tempat tersebut. Ciri tersebut dapat mempengaruhi pola penyakit dengan melalui suhu,kelembaban dan kondisi lain yang sesuai untuk hidupnya parasit penyebab penyakit yang hidup di luar tubuh manusia. Contohnya pada kasus penyakit flu burung, selain cuaca kejadian kasus pada hewan atau unggas tersebut juga dipengaruhi oleh migrasi burung-burung liar. Virus H5N1 dengan patogenitas yang tinggi (HPAI) dapat bertahan lama pada lingkungan dengan suhu udara yang rendah. Terlihat bahwa daerah yang rata-rata suhu udaranya rendah berisiko lebih besar terserang penyakit Avian Influenza/flu burung. Kabupaten Bandung, Bogor dan kabupaten Magelang dengan suhu udara rata-rata-nya 23,5o, 24oC dan Kabupaten Magelang yang dikelilingi pegunungan dan beriklim sejuk yang cocok untuk budidaya unggas. b. Lingkungan kimiawi dan lingkungan fisik Sebagai lingkungan kimiawi terdapat dua jenis bahan kimia utama yaitu air dan udara. Air merupakan faktor yang dapat mempngaruhi terjadinya penyakit seperti kandungan mineralnya ( yodium,fluor,tembaga dan seng). Kekurangan zat yodium dalam air minum dapat menimbulkan penyakit gondok endemis. Lingkungan fisik yang berpengaruh terutama pada suhu udara di ketinggian suatu tempat mempengaruhi tekanan oksigen setempat. c. Lingkungan sosial Kemajuan kehidupan sosial di suatu lingkungan sosial merupakan faktor penentu utama terhadap lingkungan biologis, kimiawi, fisik, yang menimbulkan pemaparan terhadap penduduk. Lingkungan sosial merupakan penentu sifat dan 12
jumlah fauna dan flora yang ada di lingkungan tersebut, adanya reservoir serta vektor yang menyebarkan penyakit, adanya pencemaran serta jenis dan tingkat pencemaran fisik dan kimiawi pada udara dan air. Dengan demikian, sifat kehidupan sosial masyarakat pada suatu daerah tertentu dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan yang berhubungan dengan status kesehatan dan pola penyakit setempat. 3. Variabel waktu Perubahan berbagai faktor dari waktu ke waktu seperti perubahan jumlah dan komposisi umur penduduk,perubahan lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis dan sosial, perubahan kriteria penyakit dan alat diagnosis yang semakin canggih dan kemajuan cara pengobatan maupun berbagai teknologi kedokteran. 1) Perubahan dalam waktu singkat Keadaan epidemi dapat bersifat singkat yang biasanya disebut common source atau point epidemic yakni keadaan timbulnya wabah secara mendadak ynag terfokus pada limit waktu sesuai masa tunas terpanjang penyakittersebut, dengan titik awal pada saat penyebab timbul atau mulainya keterpaparan. Hal tersebut biasanya ditemukan pada gangguan kesehatan yang berkaitan dengan pemaparan organisme biologis atau unsur kimiawi melalui udara, makanan, air atau kontak kulit. 2) Perubahan yang terjadi secara periodik Perubahan secara periodik yang biasanya merupakan variasi siklis pada frekuensi penyakit sangat penting dalam analisis epidemiologi. Fluktuasi penyakit menurut musim erat hubungannya dengan keadaan musimann flora dan fauna di lingungan sekitar, dan mempunyzi pengaruh dan efek yang cukup besar pada penyakit tertentu. Hal ini telah banyak diamati dan diteliti dalam upaya menerangkan adanya perubahan secara periodik dari rate berbagai penyakit tersebut.seperti halnya pada penyakit demam berdarah dengue yang berkaitan dengan populasi nyamuk pada perubahan musim serta penyakit asma yang mengalami perubahan pada musim tertentu.
13
3) Perubahan secara sekular Perubahan sekular adalah perubahan yang terjadi sedikit demi sedikit dalam jangka waktu lama yang biasanya terjadi setelah sekian tahun ( 5-10 tahun atau lebih) yang menampakkan perubahan keadaan penyakit kematian yang cukup berarti, dalam interaksi atantara pejamu/orang, penyebab/agent, dan lingkungan. Perubahan semacam ini dapat timbul karena berbagai sebab seperti variasi cara diagnosis karena kemajuan ilmu dan perkembangan alatdiagnosisi,perubahan sistem pengobatan dan perawatan yang lebih maju sesusi dengan kemajuan perkembangan ilmu kedokteran, perubahan sifat penyakit (perubahan keganasan) maupun perubaan kriteria penyakit/klasifikasi penyakit serta perubahan cara pencatatan dan pelaporan yang lebih lengkap dengan alat yang lebih canggih. Beberapa kegunaan dari karakteristik waktu anatara lain : 1) Dapat digunakan dalam menentukan masa tunas penyakit menular tertentudan masa penularan rata-rata penyakit tersebut (period of communicability). 2) Dapat memeberikan gambaran tentang waktu kejadian dan waktu keterpaparan serta peristiwa yang mempengaruhi tingakat kerentanan khusus suatu penyakit tertentu, umpamanya kegiatan tonsilektomi yang erat hubungannya dengan terjadinya wabah polio dalam masyarakat. 3) Efek dari koho kelahiran dalam masa yang relatif singkat yang mempengaruhi keadaan penyakit dalam masyarakat (umpamanya pengaruh imunisasi terhadap perubahan pola penyakit polio).
14
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Epidemiologi Deskriptif terutama menganalisis masalah yang ada dalam suatu populasi tertentu serta menerangkan keadaan dan sifat masalah tersebut, termasuk berbagai faktor yang erat hubungannya dengan timbulnya masalah. Bentuk kegiatan ini dapat memberikan gambaran tentang adanya masalah dalam populasi tertentu dengan membandingkan populasi tersebut terhadap populasi lainnya, atau dengan populasi yang sama pada waktu yang berbeda. Bentuk ini banyak digunakan dalam mencari keterangan tenteng keadaan derajat kesehatan maupun masalkah kesehatan dalam suatu populasi tertentu pada waktu dan tempat yang tertentu pula. Disamping itu, epidemiologi deskriptif dapat pula memberikan gambaran tentang faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan pada suatu populasi tertentu dengan menggunakan analisis data epidemiologi dan data informasi lain yang bersumber dari berbagai disiplin seperti data genetika, biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi, sosial ekonomi dan sumber keterangan lainnya. Sebagai contoh penggunaan epidemiologi deskriptif antara lain pada usaha penanggulangan berbagai wabah penyakit menular yang timbul dalam masyarakat. Selain itu, penggunaan epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis masalah kesehatan, penyusunan program kesehatan masyarakat dan penilaian hasil usaha dibidang kesehatan masyarakat, serta bidang lain yang berkaitan erat dengan kesehatan seperti bidang kependudukan, keluarga dan gizi.
B. SARAN Diharapkan dapat menambah wawasan para pembaca mengenai Epidemiologi Yaitu Epidemiologi Deskriptif
terutama bagi mahasiswa Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
15
DAFTAR PUSTAKA
Lapau, Buchari.2011.Prinsip dan Metode Epidemiologi.Jakarta : FKUI. Noor, Nur Nasry.2008.Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo.2011.Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni.Jakarta : Rineka Cipta. Rajab, Wahyudin.2009.Buku Ajar Epidemiologi.Jakarta : EGC. Ratna Djuwita dan Ajeng Tias Endarti.2006.Epidemiologi Deskriptif Penyakit Avian Flu di lima Provinsi di Indonesia, 2005-2006.Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No. 1
16