Kebijakan Limbah.docx

  • Uploaded by: Diah Arum
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kebijakan Limbah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,791
  • Pages: 13
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH KARIMA UTAMA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH KARIMA UTAMA SURAKARTA Menimbang

: a.

Bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit diperlukan Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka perlu ditetrapkan keputusan Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama.

Mengingat

: 1. Undang – undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan; 2. Undang – undang Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit; 3. Keputusan Direktur PT. Karima Utama Sejahtera No 003/B/PT.KUS/SK-08/XII/2013 tentang pengangkatan pejabat Rumah Sakit Khusus Bedah Karima utama; 4. Undang – undang No 29 Tahun 2014 tentang Praktik Kedokteran; 5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. MEMUTUSKAN

Menetapkan Pertama Kedua Ketiga

: Keputusan Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama tentang Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama. : Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini. : Keputusan ini berlaku sesuai tanggal yang ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Surakarta Pada tanggal 13 Juni 2018 Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta

dr. Nining Tri Maryani

Lampiran : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH KARIMA UTAMA SURAKARTA NOMOR : 14/B/RSKU/PER-03/III/2014 TENTANG : KEBIJAKAN UNIT CLEANING SERVICE

RS. KHUSUS BEDAH KARIMA UTAMA SURAKARTA KEBIJAKAN UNIT CLEANING SERVICE RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH KARIMA UTAMA SURAKARTA 1. KEBIJAKAN UMUM Kebersihan menjadi prioritas utama pada sarana rumah sakit khusus bedah karima utama surakarta. 2. KEWASPADAAN STANDAR Meliputi kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri, disinfeksi, penatalaksanaan limbah dan benda tajam, pengendalian lingkungan, program kesehatan karyawan, penempatan pasien. Kewaspadaan standar diterapkan secara menyeluruh di semua area RS dengan mengukur risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan aktivitas pelayanan sesuai Pedoman PPI RS Khusus Bedah Karima Utama Surakarta. 3. KEBERSIHAN TANGAN a. Kebersihan tangan dilakukan mengacu pada kebijakan PPI rumah sakit khusus bedah karima utama surakarta. b. Melakukan program edukasi kebersihan tangan ( cuci tangan ) pada seluruh petugas cleaning service dan dilakukan monitoring oleh anggota komite PPI di unit cleaning service. 4. KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI Kewaspadaan berdasarkan transmisi dilakukan mengacu pada kebijakan PPI rumah sakit khusus bedah karima utama surakarta. 5. ALAT PELINDUNG DIRI (APD) Ditata perencanaan, penyediaan, penggunaan dan evaluasinya oleh Komite PPI RS bersama K3 RS, instalasi farmasi dan bagian logistik RS.

a. APD digunakan berdasarkan prinsip kewaspadaan standar dan isolasi dengan selalu mengukur potensi risiko spesifik pada setiap aktivitas pelayanan / tindakan medik sehingga tepat, efektif dan efisien. b. APD sekali pakai disediakan melalui instalasi farmasi. c. Adanya ceklist tindakan yang menggunakan APD dan kebersihan tangan. d. APD yang lain disediakan melalui unit K3 RS. e. Tim K3 RS, PMKP melakukan monitoring dan audit ketepatan penggunaan APD

sebagai

bahan

dalam

evaluasi

dan

rekomendasi

peningkatan

efektivitasnya. 6. PENGENDALIAN LINGKUNGAN RS Meliputi penyehatan air, pengendalian serangga dan binatang pengganggu, penyehatan ruang dan bangunan, pemantauan higiene sanitasi makanan, pemantauan penyehatan linen, disinfeksi permukaan / udara / lantai, pengelolaan limbah cair / limbah B3 / limbah padat medis / non medis dikelola oleh Instalasi Sanitasi Lingkungan RS (ISLRS) dan Cleaning Service bekerjasama dengan pihak ketiga bila ada, dan berkoordinasi dengan Komite PPI RS, sehingga aman bagi lingkungan. a. Pengelolaan limbah padat harus memperhatikan prinsip sebagai berikut : 1) Semua limbah beresiko tinggi harus diberi label / tanda yang jelas ( Limbah medis infeksius dan limbah non infeksius. 2) Wadah / container diberi alas kantong plastik dengan warna : a) Kuning untuk limbah medis infeksius & B3, b) Hitam untuk limbah non medis / domestika. 3) Limbah tidak boleh dibiarkan atau disimpan > 24 jam. 4) Kantong plastik tempat limbah tidak diisi terlalu penuh ( cukup 3/4). 5) Wadah / container harus tertutup, tahan bocor, tidak berkarat, mudah dikosongkan atau diangkat, mudah dibersihkan dan berada ditempat yang terlindungi binatang atau serangga. b. Limbah cair seperti urine, BAB dibuang ke closet

dan limbah carian

laboratorium dengan pengelolaan IPAL. c. Darah pada drain dan sisa pada kantong darah pasien dibuang langsung ke tempat sampah limbah medis infeksius kantong plastik warna kuning.

d. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah anti bocor dan tahan tusukan ( kontainer khusus / Safety box ), tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidak. e. Jarum dan syringe harus dimasukkan ke dalam “ kontainer khusus / safety box “. f. Pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang tertutup. Pengangkutan dilakukan 2 kali sehari atau bila sudah terisi ¾ . g. Pembuangan atau pemusnahan limbah medis padat harus dilakukan di tempat pengelolaan sampah medis dalam hal ini Rumah Sakit bekerjasama dengan pihak ketiga. h. Petugas yang menangani limbah harus mengunakan APD seperti sarung tangan rumah tangga, masker, sepatu boot, apron / Clemek, pelindung mata, dan bila perlu helm. i. Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan, pemilihan bahan desinfektan, cara penyiapan dan penggunaannya dilaksanakan berdasarkan telaah komite PPI RS untuk mencapai efektivitas yang tinggi. 7. PENDIDIKAN dan PELATIHAN PPI RS Direncanakan dan dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan oleh bagian Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) bekerjasama dengan Komite PPI RS untuk menjamin setiap petugas yang berada dan bekerja di RS (termasuk peserta didik dan karyawan kontrak) memahami dan mampu melaksanakan program PPI RS , khususnya kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi. a.

Seluruh SDM baru di RS wajib mengikuti program orientasi, termasuk materi PPIRS.

b.

Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh bagian SDM bersama Komite PPI RS sesuai ketentuan yang berlaku sebagai dasar perencanaan program selanjutnya.

c.

Seluruh staff dididik tentang pengelolaan infeksius.

8. PENGGUNAAN CAIRAN DESINFEKTAN a. Proses desinfeksi alat dapat dikategorikan menjadi: 1) Peralatan Kritis / risiko tinggi : adalah peralatan medis yang masuk kedalam jaringan tubuh steril atau sirkulasi darah. Contoh isntrumen bedah. Pengelolaannya dengan cara sterilisasi.

2) Peralatan semikritis / risiko sedang : adalah peralatan yang kontak dengan membrana mukosa tubuh. Pada peralatan semikritis, proses sterilisasi disarankan namun tidak mutlak, jadi bisa dilakukan disinfeksi tingkat tinggi. 3) Peralatan Nonkritis / resiko rendah : adalah peralatan yang kontak dengan permukaan kulit utuh contoh: tensimeter, stetoskop, linen, alat makan, lantai, perabot, tempat tidur. Untuk jenis peralatan ini dapat digunakan disinfeksi tingkat sedang sampai tingkat rendah. b. Disinfeksi lingkungan rumah sakit 1) Permukaan lingkungan : lantai, dinding, dan permukaan meja, trolly didisenfeksi dengan detergen netral. 2) Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan dengan desinfektan tingkat menengah. c. Penggunaan disinfektan di ruang infeksi (menular) dan Area kritis 1) Untuk mengepel / membersihkan lantai dan wc menggunakan : creolin 2) Untuk area yang sering disentuh (High touch area) menggunakan disinfektan : Lysol 1 : 100 (permukaan logam), Chlorine 0.05 % (permukaan bukan logam). 3) Untuk area yang jarang disentuh (Non High touch area) menggunakan sabun PH netral d. Penggunaan disinfektan di area banyak tumpahan darah/cairan tubuh : menggunakan disinfektan Chlorine 0.5%. Cairan desinfektan yang digunakan di RS Khusus Bedah Karima Utama Surakarta : NO

ISI

1

Alkohol ( Ethinol 70% ) Alkohol

2

MERK

PENGGUNAAN 70

+ chlorhexidine 0.5 %

Fresco handsrub

Chlorhexidine 4 %

viorex

%, Antiseptik kulit Antiseptik kebersihan tangan ruang perawatan, antiseptik kulit pre operasi

3

Povidone Iodine 7.5%

Bethadine Solotion

Antiseptik kulit dan luka operasi

4

Chlorin 0.5 %

Chlorin 0.5 %

Disinfektan tumpahan

darah dan cairan tubuh lainnya. untuk wabah (mis ;C difficile) Multi Drug Resisten Organisem (Mis MRSA) 5

Gluteraldehyde 3.4%

Steranios

2%, High level desinfektan

Stabimed, Odex 6 7

Propanol, biphenylol 2.0 Primasept

Antiseptik

g

bedah

Ethanol

Lysol

kulit

kamar

Low level Disinfeksi

Ditetapkan di Surakarta Pada Tanggal 03 Maret 2014 Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta

dr. Nining Tri Maryani

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH KARIMA UTAMA NOMOR : 15/B/RSKU/PER-04/III/2014 TENTANG KEBIJAKAN UNIT CSSD DAN LAUNDRY RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH KARIMA UTAMA SURAKARTA Menimbang

: a.

Bahwa untuk terciptanya pelayanan kesehatan yang berkualitas diperlukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi, peningkatan mutu dan keselamatan pasien. b. Bahwa berdasarkan pertimbangan butir (a) perlu adanya Kebijakan Unit CSSD dan Laundry.

Mengingat

: 1. Undang – undang nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran 2. Undang – undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 3. Undang – undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 4. SK Menkes No 270/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman PPI di RS dan fasYanKes lainnya. MEMUTUSKAN

Menetapkan Pertama

Kedua Ketiga Keempat

: PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH KARIMA UTAMA TENTANG KEBIJAKAN UNIT CSSD DAN LAUNDRY RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH KARIMA UTAMA SURAKARTA . : Kebijakan Unit CSSD dan Laundry Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta sebagaimana terlampir dalam peraturan ini. : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dilakukan pencabutan kembali. : Apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini, akan ditinjau kembali dan dibetulkan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di Surakarta Pada tanggal 04 Maret 2014 Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta

dr. Nining Tri Maryani

Lampiran : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH KARIMA UTAMA SURAKARTA NOMOR : 15/B/RSKU/PER-04/III/2014 TENTANG : KEBIJAKAN UNIT CSSD DAN LAUNDRY RS. KHUSUS BEDAH KARIMA UTAMA SURAKARTA

KEBIJAKAN UNIT CSSD DAN LAUNDRY RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH KARIMA UTAMA SURAKARTA 1. Proses sterilisasi dan managemen linen sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan dan menekan kejadian infeksi di rumah sakit khusus bedah karima utama. 2. KEWASPADAAN STANDAR Meliputi kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri, disinfeksi dan sterilisasi, tata laksana linen, penatalaksanaan limbah dan benda tajam, pengendalian lingkungan, perawatan peralatan pasien, penatalaksanaan linen, program kesehatan karyawan. Kewaspadaan standar diterapkan secara menyeluruh di semua area RS dengan mengukur risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan aktivitas pelayanan sesuai Pedoman PPI RS Khusus Bedah Karima Utama Surakarta. 3. KEBERSIHAN TANGAN a. Kebersihan tangan dilakukan mengacu pada kebijakan PPI rumah sakit khusus bedah karima utama surakarta. b. Melakukan program edukasi kebersihan tangan ( cuci tangan ) pada seluruh petugas CSSD dan Laundry dilakukan monitoring oleh anggota komite PPI di unit CSSD dan Laundry. 4. ALAT PELINDUNG DIRI (APD) Ditata perencanaan, penyediaan, penggunaan dan evaluasinya oleh Komite PPI RS bersama K3 RS, instalasi farmasi dan bagian logistik RS.

a. APD digunakan berdasarkan prinsip kewaspadaan standar dan isolasi dengan selalu mengukur potensi risiko spesifik pada setiap aktivitas pelayanan / tindakan medik sehingga tepat, efektif dan efisien. b. APD sekali pakai disediakan melalui instalasi farmasi. c. Adanya ceklist tindakan yang menggunakan APD dan kebersihan tangan. d. APD yang lain disediakan melalui unit K3 RS. e. Tim K3 RS, PMKP melakukan monitoring dan audit ketepatan penggunaan APD

sebagai

bahan

dalam

evaluasi

dan

rekomendasi

peningkatan

efektivitasnya. 5. STERILISASI ALAT / INSTRUMEN KESEHATAN PASKA PAKAI Di RS dilakukan dengan 2 cara yaitu secara fisika atau kimia, melalui tahapan pencucian (termasuk perendaman dan pembilasan), pengeringan, pengemasan, labeling, indikatorisasi, sterilisasi, penyimpanan, distribusi diikuti dengan pemantauan dan evaluasi proses serta kualitas / mutu hasil sterilisasi secara terpusat melalui Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi (CSSD) : a. Pemrosesan alat / instrumen paska pakai dipilih berdasarkan kriteria alat. Sterilisasi dilakukan untuk alat kritikal, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) dilakukan untuk alat semi kritikal, disinfeksi tingkat rendah untuk alat non kritikal. b. Kriteria pemilihan desinfektan didasari telaah secara cermat terkait kriteria memiliki spektrum luas dengan daya bunuh kuman yang tinggi dengan toksisitas rendah, waktu disinfeksi singkat, stabil dalam penyimpanan, tidak merusak bahan dan efisien. Unit kerja yang bertanggung jawab terhadap penyediaan desinfektandan antiseptik di RS sesuai rekomendasi Komite PPI RS Khusus Bedah Karima Utama Surakarta melalui instalasi farmasi. c. Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi (CSSD) bertanggung jawab menyusun panduan dan prosedur tetap, mengkoordinasikan serta melakukan monitoring dan evaluasi proses serta kualitas / mutu hasil sterilisasi dengan persetujuan Komite PPI RS. d. Alur proses Sterilisasi alat / instrumen di RS Khusus Bedah Karima Utama Surakarta adalah area dekontaminasi ( masing – masing unit ) - penerimaan barang bersih di CSSD – area bersih ( proses sterilisasi )– penyimpanan – loket penyerahan barang steril.

e. Unit CSSD memonitor pelaksanaan proses dekontaminasi di setiap unit menggunakan form. 6. Pemeliharaan dan pembersihan alat CSSD dan Laundry dilakukan setiap hari oleh petugas unit CSSD dan Laundry, serta secara berkala setiap 2 bulan sekali oleh IPSRS. 7. PEMAKAIAN ULANG PERALATAN & MATERIAL SEKALI PAKAI (single use yang dire-use). Dapat digunakan kembali sesuai dengan rekomendasi manufactur - nya. Alat Medis Sekali Pakai dapat digunakan ulang (reuse of single use devices) sesuai kebijakan RS sebagai berikut : a. Di Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama tidak ada alat dan material single use yang di re use. b. Kriteria Alat dan Material Sekali Pakai sangat dibutuhkan penggunaannya, tetapi sulit diperoleh atau sangat mahal harganya dengan rekomendasi manufactur / industri yang buat alat, bahwa alat tersebut single use dapat di proses re use. c. Apabila ada sesuai point b, Alat dan Materal Sekali Pakai dapat diproses secara benar / tepat (rasional) dan hasil sterilisasi masih efektif dan efisien baik secara fisik / fungsi, kualitas serta aman digunakan bagi pasien : 1) Pemrosesan Alat Material Sekali Pakai yang disterilkan dan digunakan kembali harus melalui proses pencatatan dan pengawasan mutu oleh CSSD. 2) Alat dan Material Sekali Pakai yang non steril dilakukan pengawasan mutu dengan melihat secara visual dan fungsi dari alat / bahan. 3) Daftar Alat dan Material Sekali Pakai yang akan digunakan kembali ditentukan oleh RS. 4) Adanya form daftar monitoring alat single use yang dire-use. 8. PENGELOLAAN LINEN a.

Jenis linen di RS Khusus Bedah Karima Utama Surakarta dikualifikasikan menjadi linen bersih, linen kotor infeksius, linen kotor non infeksius

b.

Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan kantong linen yang berbeda, linen kotor dengan kantong linen berwarna hitam dan linen kotor infeksius dengan kantong linen kuning. Serta tidak boleh dilantai.

c.

Pengangkutan linen kotor dari ruangan perawatan ke unit laundry menggunakan trolly tertutup untuk mencegah infeksi udara dari linen kotor.

d.

Pengelolaan linen kotor infeksius langsung masuk ke mesin cuci infeksius yang terpisah dengan mesin cuci non infeksius, tanpa adanya manipulasi kegiatan seperti perendaman dan menyikat / menggosok linen infeksius.

e.

Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan dengan desinfeksi kereta linen, pengepelan / disinfeksi lantai, implementasi praktik kebersihan tangan ( cuci tangan ), penggunaan alat pelindung diri (APD) sesuai potensi resiko selama bekerja.

9. PENDIDIKAN dan PELATIHAN PPI RS Direncanakan dan dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan oleh bagian Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) bekerjasama dengan Komite PPI RS untuk menjamin setiap petugas yang berada dan bekerja di RS (termasuk peserta didik dan karyawan kontrak) memahami dan mampu melaksanakan program PPI RS , khususnya kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi. a.

Seluruh SDM baru di RS wajib mengikuti program orientasi, termasuk materi PPIRS.

b.

Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh bagian SDM bersama Komite PPI RS sesuai ketentuan yang berlaku sebagai dasar perencanaan program selanjutnya.

c.

Seluruh staff dididik tentang pengelolaan infeksius.

10. PENGGUNAAN CAIRAN DESINFEKTAN a.

Proses desinfeksi alat dapat dikategorikan menjadi: 1) Peralatan Kritis / risiko tinggi : adalah peralatan medis yang masuk kedalam jaringan tubuh steril atau sirkulasi darah. Contoh isntrumen bedah. Pengelolaannya dengan cara sterilisasi. 2) Peralatan semikritis / risiko sedang : adalah peralatan yang kontak dengan membrana mukosa tubuh. Pada peralatan semikritis, proses sterilisasi disarankan namun tidak mutlak, jadi bisa dilakukan disinfeksi tingkat tinggi. 3) Peralatan Nonkritis / resiko rendah : adalah peralatan yang kontak dengan permukaan kulit utuh contoh: tensimeter, stetoskop, linen, alat

makan, lantai, perabot, tempat tidur. Untuk jenis peralatan ini dapat digunakan disinfeksi tingkat sedang sampai tingkat rendah. b. Disinfeksi lingkungan rumah sakit 1) Permukaan lingkungan : lantai, dinding, dan permukaan meja, trolly didisenfeksi dengan detergen netral. 2) Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan dengan desinfektan tingkat menengah. c. Penggunaan disinfektan di ruang infeksi (menular) dan Area kritis 1) Untuk mengepel / membersihkan lantai dan wc menggunakan : creolin 2) Untuk area yang sering disentuh (High touch area) menggunakan disinfektan : Lysol 1 : 100 (permukaan logam), Chlorine 0.05 % (permukaan bukan logam). 3) Untuk area yang jarang disentuh (Non High touch area) menggunakan sabun PH netral d. Penggunaan disinfektan di area banyak tumpahan darah/cairan tubuh : menggunakan disinfektan Chlorine 0.5%. Cairan desinfektan yang digunakan di RS Khusus Bedah Karima Utama Surakarta : NO

ISI

1

Alkohol ( Ethinol 70% ) + Alkohol

2

MERK

PENGGUNAAN 70

%, Antiseptik kulit

chlorhexidine 0.5 %

Fresco handsrub

Chlorhexidine 4 %

viorex

Antiseptik kebersihan tangan ruang perawatan, antiseptik kulit pre operasi

3 4

Povidone Iodine 7.5% Chlorin 0.5 %

Bethadine

Antiseptik kulit dan luka

Solotion

operasi

Chlorin 0.5 %

Disinfektan tumpahan darah dan cairan tubuh lainnya. untuk wabah (mis ;C difficile) Multi Drug Resisten Organisem (Mis MRSA)

5

Gluteraldehyde 3.4%

Steranios

2%, High level desinfektan

Stabimed, Odex 6

Propanol, biphenylol 2.0 g

Primasept

Antiseptik

kulit

kamar

bedah 7

Ethanol

Lysol

Low level Disinfeksi

11. PEMERIKSAAN KULTUR dan SWAB MIKROBIOLOGI DI CSSD RUMAH SAKIT a. Swab dilakukan 2 kali setahun untuk alat steril dan linen steril b. Swab bowie dick test autoclave satu tahun sekali. Ditetapkan di Surakarta Pada Tanggal 04 Maret 2014 Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta

dr. Nining Tri Maryani

Related Documents

Kebijakan
June 2020 51
Kebijakan
May 2020 52
Kebijakan
June 2020 46
Kebijakan Rm.docx
December 2019 35
Kebijakan Publik.docx
April 2020 29

More Documents from "Dyana Pratiwi"

Kebijakan Limbah.docx
October 2019 36
Teknik Instrumen.docx
October 2019 26
Artikel Etika Batuk.docx
October 2019 23
Teknik Heating.docx
October 2019 30
Permentan242011.pdf
November 2019 37