Kdk 3.docx

  • Uploaded by: Asri Ananda
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kdk 3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,321
  • Pages: 15
Kata Pengantar Assamualaikum Wr.Wb. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tak lupa pula penulis ucapkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena beliaulah yang telah menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah. Adapun judul makalah yang akan dibahas adalah “Pemasaran Sosial Dalam Promosi Kesehatan”, Dan penulis sangat berharap semoga dengan adanya makalah ini penulis dapat memberikan sedikit gambaran dan memperluas wawasan ilmu yang penulis miliki. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada yang terhormat ; 1. Ibu Hj. Kholis Nur Handayani, S.Kp., M.Kep sebagai Direktur Akper Kabupaten Subang. 2. Bapak H.Daryono,A.MK.,S.Pd selaku dosen pembimbimg mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan III.. 3. Kedua orang tua serta saudara yang senantiasa memberikan doa dan dukungan bagi penulis. 4. Seluruh teman-teman Keperawatan yang telah memberikan motivasi. 5. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah terlibat banyak membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari semua pihak demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Wassalamualaikum Wr Wb. Subang, Oktober 2017 Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi kesehatan masyarakat saat ini sudah mengalami perubahan yang sangat pesat dan mendasar dari strategi yang bersifat partial komunikasi kesehatan telah bergeser kepada strategi komprehensif berdasarkan hasil studi empiris. Komunikasi kesehatan saat ini juga telah memanfaatkan teknologi baru yang di modifikasi dengan komunikasi pembangunan. Prinsipprinsip pemasaran sosial. Analisis perilaku serta manejemen yang berorientasi kepada pelanggan. Tujuan pokok dari program komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan. Dengan adanya interfensi komunikasi kesehatan juga di harapkan dapat menumbuhkan permintaan terhadap produk atau pelayanan kesehatan yang di butuhkan seperti keluarga berencana. Kelangsungan hidup anak, pencegahan penyakit infeksi yang aman dan efektif. Upaya menumbuhkan permintaan terhadap pelayanan kesehatan merupakan “ efek “ dari proses komunikasi kepada anggota masyarakat bahwa telah tersedia pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan muda di dapat dan di gunakan. Informasi ini dapat mengubah perilaku masyarakat yang mulanya tidak pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan karena tidak tahu kini bahkan menjadi kebutuhan. Salah satu efek dari komunikasi kesehatan masyarakat adalah tumbuhnya motifasi masyarakat untuk mengadopsi kebiasaan atau perilaku baru dan bersikap “ fasilitasi “ terhadap masalah kesehatan yang di hadapi. Dengan tumbuhnya motifasi di kalangan masyarakat di harapkan upaya-upaya pergerakan-pergerakan masyarakat menjadi lebih dinamis untuk memperoleh kesempatan dan peluang dalam upaya baik pencegahan (prefentif) maupun promotif. Upaya promotif tersebutlah yang dinamakan dengan pemasaran social di bidang kesehatan. Konsep pemasaran pada mulanya di terapkan di perusahaan-perusahaan besar di Negara industri yang telah maju, dan berkembang sedemikain rupa sehingga menjadi penentu setiap

usaha. Penerapan konsep tersebut saat ini sudah meluas sampai ke luar bidan, yaitu bidang politik dan social. Di bidang kesehatan, konsep pemasaran telah di terapkan di berbagai negara untuk berbagai program. Indonesia telah menggunakan pendekataan ini dalam penanggulangan diare melalui rehidraksi oral, imunisasi, penanggulan kekurangan vitamin A, keluarga berencana dan lainnya. Pengertian pemasaran seringkali dikacaukan dengan penjualan. Padahal kedua konsep hal tersebut sangat berbeda. Penjualan bertolak dari produk yang telah di buat, kemudian diupayakan untuk dijual pada konsumen. Sedangkan pemasaran bertolak dari kebutuhan dan keinginan konsumen, kemudian baru dibuat atau di kembangkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen itu. Pemasaran di definisikan sebagai suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuaru yang bernilai satu sama lain. Definisi ini berdasarkan konsep inti pemasaran, yaitu; kebutuhan, keinginan, dan permintaan; produk; nilai, biaya, dan kepuasan; pertukaran, transaksi, dan hubungan; pasar serta pemasar dan calon pembeli. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kegiatan pemasaran social.

B.

Rumusan Masalah 1. Apa batasan dan pengertian pemasaran social? 2. Bagaimana prinsip dan kegiatan pemasaran social? 3. Bagaimana langkah-langkah kegiatan pemasaran social? 4. Apa factor penentu keberhasilan pemasaran social?

C.

Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa/i mampu mengetahui dan memahami 2. Mahasiswa/i mampu mengetahui dan memahami 3. Mahasiswa/i mampu mengetahui dan memahami

D. Manfaat Penulisan Mahasiswa dapat mengatahui upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kegiatan pemasaran social di bidang kesehatan

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Batasan dan Pengertian Konsep pengertian berbeda dengan konsep penjualan. Penjualan bertolak dari produk yang telah dibuat, kemudian diupayakan untuk dijual kepada konsumen. Sementara itu, pemasaran bertolak dari kebutuhan dan keinginan konsumen, kemudian baru dibuat dan dikembangkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen itu. Pemasaran adalah suatu proses social dan menejerial ketika individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Pengertian tersebut berdasarkan konsep inti pemasaran, yaitu kebutuhan, keinginan dan permintaan, produk, nilai, biaya dan kepuasaan, pertukaran, transaksi dan hubungan, pasar serta pemasar dan calon pembeli. Konsep-konsep tersebut dapat terdapat pada Gambar 7.1

Gambar 7.1 Konsep inti pemasaran. Seiring dengan perubahan kebijakan pembangunan kesehatan di Indonesia, pemasaran social telah banyak dipergunakan dalam berbagai keperluan program kesehatan, yang merupakan salah satu bentuk operasional dari komunikasi kesehatan. Sebagai contoh, upaya penanggulangan diare melalui dehidrasi oral, imunisasi, penanggulangan kekurangan vitamin A, dan keluarga berencana. Philip Kotler dalam bukunya “Marketing for Nonprofit

Organization” yang dikutip oleh Machfoedz dkk. (2005), menyatakan bahwa pemasaran social adalah suatu proses untuk membuat rancangan, implementasi, dan pengawasan program yang bertujuan meningkatkan penerimaan gagasan social atau perilaku pada suatu kelompok sasaran. Selanjutnya, pemasaran dalam kontek promosi kesehatan adalah keterampilan manajemen dalam hal mengidentifikasi kesempatan-kesempatan untuk memenuhi permintaan konsumen atau klien sehingga memberikan perlindungan maksimal dan/atau perbaikan dalam kesehatan mereka (Ewles dan Simnett, 1994).

B. Prinsip dan Kegiatan Pemasaran Sosial Pemasaran social pada dasarnya adalah penerapan konsep dan teknik pemasaran untuk mendapatkan manfaat social. Dengan demikian, prinsip dan kegiatan pemasaran social tidak berbeda dengan pemasaran komersial dalam hal penggunaan teknik analisis yang meliputi riset pasar (marketing research), pengembangan produk, penentuan harga (keterjangkauan), dan periklanan serta promosi. Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara pemasaran komersial dengan pemasaran social. 1. Penggunaan produk social sering kali lebih rumit. 2. Produk social sering lebih kontroversial. 3. Keuntungan produk social tidak segera tampak atau tidak dapat segera dirasakan, 4. Saluran distribusi produk social sulit digunakan dan dikontrol. 5. Pasar produk social sulit dianalisis. 6. Sasaran produk social memiliki sumber yang sangat terbatas. 7. Ukuran keberhasilan penjualan atau adopsi produk social lebih berat dibandingkan produk komersial. Pusat kegiatan pada pemasaran social dan konsumen atau masyarakat, atau pemasaran social berorientasi pada konsumen, bukan pada perusahaan seperti pada pemasaran komersial. Hal ini berarti bahwa tingkat keberhasilan kegiatan pemasaran social ditentukan berdasarkan ukuran konsumen atau masyarakat.

Konsumen sebagai tolak ukur proses mempunyai empat unsur, yaitu produk, harga, tempat, dan promosi. Keempatt unsur tersebut harus dikembangkan dan dikelola secara terpadu sebagai kesatuan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Keterpaduan unsur-unsur tersebut dikenal sebagai bauran pemasaran atau marketing mix.

1. Konsumen Konsumen secara sistematis dimintai saran sepanjang proses pemasaran social dan memberikan data untuk menentukan strategi pemasaran. Konsumen bukan hanya sebagai sasaran, tetapi juga sebagai pengukur kegiatan, apakah pelaksanaan kegiatan cocok, diminati, dan berhasil. Langkah pertama sebelum produk baru diperkenalkan

adalah

penelitian secara cermat tentang factor lingkungan dan psikologis yang memengaruhi sikap sasaran terhadap produk, melalui “riset pasar”. Riset pasar dalam kesehatan masyarakat dilakukan dengan mempelajari atau menelaah sikap dan perilaku apa yang sekiranya dapat “dijual” (misalnya, sikap dan perilaku cuci tangan, sikap dan perilaku penggunaan pelayanan kesehatan). Selain itu, dalam riset pasar, juga penting untuk menentukan sasaran berdasarkan karakteristik tertentu yang disebut segmentasi sasaran. Segmentasi pasar adalah proses mengelompokkan sasaran dalam subsub kelompok yang lebih homogeny yang memiliki kesamaan kebutuhan dan atau karakter. Tujuan melakukan segmentasi adalah menentukan cara, metode, dan media yang sesuai untuk setiap kelompok sasaran. Secara umum, segmentasi sasaran ditentukan berdasarkan karakteristik sebagai berikut. 1. Karakteristik demografik (usia, jenis kelamin, pendidikan, social ekonomi, tempat tinggal dan agama). 2. Karakteristik geografi (wilayah, luas daerah, dan kepadatan) 3. Karakteristik perilaku (gaya hidup, nilai-nilai, norma, dan keyakinan) Dari karakteristik tersebut, dapat ditemukan, dapat ditentukan pebagian sub-kelompok sasaran yang meliputi hal-hal berikut. 1. Sasaran primer, yakni sasaran pokok yang diharapkan dapat berubah perikunya

2. Sasaran sekunder, yakni sasaran antara yang mempunyai pengaruh terhadap sasaran primer, misalnya petugas kesehatan, tokoh masyarakat, dan anggota keluarga. 3. Sasaran tersier, yaitu sasaran penunjang yang ikut menentukan keberhasilan program, misalnya penyangdang dana, pengambil keputusan, dan orang-orang berpengaruh untuk itu.

2. Produk Jenis produk yang akan dijual dalam pemasangan social adalah produk social atau produk yang secara social bermanfaat. Hal ini berupa jenis pelayanan (penimbangan balita, pemeriksaan ibu hamil) atau perilaku baru ( berhenti merokok, kesegaran jasmani) atau dapat juga berupa benda nyata (kapsul vitamin A, tablet besi), yang berdasarkan minat atau kebutuhan masyarakat. Produk social dibuat dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen. Disisi lain, perlu dipahami, kebutuhan dan keinginan konsumen selalu berkembang sesuai keadaan dan factor-faktor yang memengaruhinya. Oleh karena itu, produk social harus selalu dimodifikasi sesuai tuntutan keadaan. Kesinambungan riset pasar perlu dilaksanakan sejak tahap perencanaan, pengembangan produk, penerapan, sampai evaluasi.

3. Harga Dalam pemasaran komersial, penentuan harga didasarkan pada besarnya biaya yang diperlukan dalam memproduksi barang tersebut. Sementara dalam pemasaran social, harga produk ditentukan berdasarkan manfaat atau kemudahan yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Harga dapat berupa uang, kesempatan, status, atau waktu. Contohnya, meskipun posyandu memberikan pelayanan secara gratis, tetapi reaksi anak terhadap imunisasi dan gangguan keluarga, termasuk biaya untuk jajan anak dan transportasi ke posyandu, dapat dianggap harga yang harus dibandingkan dengan manfaat yang didapat. Dengan demikian, harga menjadi sangat bervariasi untuk setiap individu. Penetapan harga tidak terlepas dari ketiga unsur pemasaran lainnya karena setiap unsur saling memengeruhi dan turut menentukan besarnya harga yang harus dibayar konsumen.

4. Tempat Tempat pemasaran social adalah lokasi tempat produk dapat diperoleh. Penyediaan dan distribusi produk social tidak hanya melibatkan system agen dan pengecer, tetapi dapat melalui kader, tenaga lapangan, sarana pelayanan kesehatan, atau tenaga kesehatan sendiri. Didalam pemasaran social, jalur distribusi menyangkut bermacam-macam institusi yang terlibat, mulai dari perumus gagasan sampai penerima yang dituju. Factor efektivitas dan efisiensi harus tetap dipertimbangkan sehingga produk sebaiknya ditempatkan ketika terjadi kontak maksimal dengan konsumen. Arus penyaluran produk harus lancar dan persediaan harus selalu cukup.

5. Promosi Dalam

meningkatkan

penjualan

produk,

diperlukan

kegiatan

promosi,

yaitu

mengomunikasikan keunggulan dan membujuk konsumen atau kelompok sasaran untuk menggunakan produk yang ditawarkan. Efektivitas pemasaran sangat bergantung pada efektivitas komunikasi, karena pada dasarnya promosi adalah komunikasi. Tema pokok promosi harus mengikat semua unsur pemasaran, uaitu tempat, produk, dan harga karena ketiga unsur tersebut juga merupakan alat promosi. Keterpaduan unsur-unsur tersebut harus dapat membangun citra produk yang sejalan dengan citra diri konsumen.

C. Langkah-Langkah Kegiatan Pemasaran Sosial Menurut Granz dkk. (1997), proses pemasaran terdiri atas enam tingkatan, dengan memperhitungkan keinginan sasaran, kebutuhan, harapan, dan kepuasan atau ketidakpuasan dalam menyusun tujuan program, dengan menggunakan pendekatan integrasi pemasaran dan mix serta memperkembangkan kebutuhan konsumen dan respons pasar terhadap program. Keenam tingkatan proses pemasaran tersebut digambarkan sebagai roda pemasaran social. Menurut departemen kesehatan RI (Notoatmodjo, 2005), pengembangan kegiatan pemasaran social terdiri atas empat belas langkah berikut. Riset formatif. Riset formatif dilakukan untuk menentukan format strategi kegiatan. Hal ini berarti bahwa sebelum menganjurkan orang untuk mengubah perilakunya, harus

diketahui dulu bagaimana sekarang dan bagaimana sikapnya terhadap perilaku yang dianjurkan. Dalam riset formatif, tentukan sampel dari kelompok sasaran, temukan tokoh yang paling dihormati oleh kelompok sasaran dan sikap mereka terhadap pelayanan yang ada, misalnya puskesmas, kader, dan organisasi kemasyarakatan. Disamping itu, lakukan wawancara terhadap petugas dan berbagai intansi. Wawancara dilakukan untuk mengetahui pola interaksi dalam masyarakat, tempat yang dikunjungi, rasio, dan frekuensi media massa yang mereka manfaatkan, hiburan serta peristiwa keagamaan atau budaya yang mereka hadiri. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikembangkan strategi kegiatan pemasaran. Penyusunan strategi. Strategi mencakup berbagai kelompok sasaran (primer, sekunder, tersier), perilaku yang diharapkan dari setiap kelompok sasaran, sikap negative terhadap perilaku yang diharapkan dari setiap kelompok sasaran, pemecahan yang disarankan untuk mengatasi hambatan tersebut dan berbagai saluran komunikasi yang ada untuk analisis selanjutnya. Uji coba strategi. Setelah strategi disusun, kemudian strategi tersebut diuji cobakan terhadap sasaran primer. Strategi digunakan untuk meyakinkan sasaran agar mau melaksanakan apa yang disarankan. Dalam pelaksanaannya mungkin saran belum cukup meyakinkan dan pada tahap ini, petugas lapangan dapat bekerja sama untuk menemukan cara melakukannya sampai sasaran sepenuhnya puas dan setuju untuk melakukannya. Biasanya setelah satu minngu petugas lapangan akan dating lagi dan membicarakan hasilnya dengan sasaran. Jika gagal atau setengah hati melaksanakannya, kaji kembali apa masalahnya, rasa keberatan apa yang masih ada serta bagaimana masalah dan keberatan itu dapat diatasi. Hasil yang ditemukan dapat dijadikan penyempurnaan strategi yang digunakan. Menulis arahan kreatif dan media. Pada tahap ini, tulis strategi kreatif dan media. Arahan tertulis ini penting meskipun pelaksanaannya dilakukan oleh intansi lain. Arahan ini akan menyimpulkan tentang tujuan dan maksud kegiatan, gambaran rinci data ekonomi, social, dan geografis daerah kegiatan serta daftar kelompok sasaran primer, sekunder, tersier, dan gambaran keadaan mereka. Selain itu, arahan berisi analisis saluran dan media komunikasi yang mungkin dipakai untuk mencapai sasaran primer. Kemudian, catat bagaimana komunikasi dan motivasi sasaran sekunder dan tersier akan dilaksanakan. Bagian kedua dari arahan berupa uraian kelompok sasaran dan jenis kegiatan yang ditujukan pada

setiap kelompok sasaran, pesan-pesan yang harus diterima, semua keengganan yang diketahui, hambatan penerimaan, dan bagaimana rasa keberatan tersebut diatasi serta tokoh yang dapat diterima kelompok sasaran. Menentukan konsultan kreatif dan konsultan media. Sangat disarankan untuk menggunakan ahli kreatif dan ahli media, apakah dari orang yang berpengalaman dibidangnya, lembaga konsultan atau biro iklan untuk membuat bahan-bahan media. Jika digunakan media massa, perlu perencanaan yang matang, alokasi waktu, dan pemantauan. Menyusun pesan dan bahan serta rencana media. Para perencana kreatif dan media pada bagian ini menyajikan rancangan lengkap tentang pesan dan bentuk semua bahan cetak, naskah untuk radio spot dan cerita untuk tv atau film. Kemukakan alas an tertulis untuk semua pesan dan ilustrasi, untuk membuktikan dan memastikan bahwa strategi telah dimanfaatkan sepenuhnya sebagian dasar penyusunan bahan-bahan tersebut. Perencanaan media diuraikan secara terperinci termasuk biaya yang diperlukan, dan menunjukan jangkauan terhadap semua kelompok sasaran dengan frekuensi yang memadai dan biaya yang sesuai. Selain itu, analisis efektivitas kader sebagai komunikator dan biaya yang diperlukan untuk jangkauan, frekuensi, dan jalur komunikasi formal dan informal lain. Menguji bahan dan pesan. Selanjutnya dilakukan uji coba. Uji coba ini untuk memastikan bahwa pesannya jelas, tidak membingungkan, dapat dimengerti, dipercaya, sejalan dengan budaya, secara emosional merangsang, dan bebas dari hal-hal negative. Hasil uji coba sangat berbeda untuk menyempurnakan semua bahan. Memperbaiki bahan. Setelah melalui uji coba, semua bahan dapat diperbanyak, tetapi mungkin uji coba ulang secara informal tetap diperlukan utnuk memastikan perbaikan bahan yang dilakukan dapat diterima kelompok sasaran. Penyempurnaan program. Setelah tahap-tahap diatas dilakukan, program dapat disempurnakan. Kesimpulan akhir dibuat secara tertulis dan dilengkapi slide untuk penyajian dan kordinasi. Memproduksi bahan. Semua bahan lalu diperbanyak dalam bentuk akhir (setelah melalui uji coba dan uji coba ulang). Pengumpulan data dasar dan evaluasi. Pengumpulan data dasar didaerah uji coba dan daerah control. Lalu, tentukan masa proyek dan jadwal evaluasi.

Orientasi dan pelatihan. Sebelum kegiatan dilaksanakan, kadar dan semua sector serta kelompok masyarakat yang terlibat dilatih dan diberi orientasi tentang peran mereka. Melaksanakan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan promosi dan hubungan masyarakat langsung sebaiknya dilaksanakan pada saat pencanangan, misalnya pencanangan program tertentu oleh kepala daerah yang dihadiri para pelaksana, instansi, dan media yang terlibat. Bahan-bahan luar ruang dipasang, seperti spanduk, poster atau papan iklan. Kelompok masyarakat dan kader memulai kegiatan komunikasi jika digunakan media massa sebaiknya paling tidak 10-20 spot perhari disetiap stasiun radio pada bulan pertama. Memantau dan memperbaiki. Untuk memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai harapan, kegiatan perlu senantiasa dipantau. Pemantauan sebaiknya dilakukan setiap 3,6, atau12 bulan. Kegiatan pemantauan lebih dalam dilakukan untuk menjajaki efektivitas pesan yang disampaikan. Titik utama uji coba pemasaran adalah memantau dan memperbaiki kegiatan komunikasi yang diperlukan dan ditemukan dalam proses pengalaman, apa saluran komunikasi dan pesan yang paling efektif untuk mencapai tujuan program. Beberapa pertanyaan untuk memantau kegiatan dapat diajukan seperti apakah spanduk atau poster dipasang ditempat yang tepat? Apa kader sudah dilatih? Apakah mereka sudah punya peraga yang harus dipakai? Apakah kelompok masyarakat tahu peran mereka? Apakah mereka aktif? Apakah bahan disiarkan?” selain itu, pertanyaan mengenai kegiatan untuk memantau efektifitas pesan seperti, “apakah kelompok sasaran menerima pesan? Apakah pesannya benar dan dapat dimengerti? Apakah ada masalah atau kesulitan atau hambatan yang dialami dalam menerapkan isi pesan?” jawaban dari semua pertanyaan diatas dijadikan bahan untuk perbaikan kegiatan selanjutnya. Penelitian pemantauan lebih mengutamakan hasil kualitatif. Analisis kualitatif meliputi uraian tentang persepsi responden, yakni untuk mengetahui pendapat, perilaku, dan pemahaman responden.

D. Faktor Penentu Keberhasilan Pemasaran Sosial Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan keberhasilan pemasaran sosial meliputi manajemen, konsumen, kelompok sasaran, identitas, manfaat, biaya, ketersedian, saluran komunikasi, pemantauan

dan perbaikan, dan evaluasi.

1. Manajemen Pemasaran sosial yang baik harus di dukung manajem yang baik.manager bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan meskipun di bentuk kelompok kerja. Dengan demikian manager harus memiliki beberapa keterampilan khusus. Berikut beberapa keterampilan yang harus dimiliki maneger dalam kegiatan pemasaran sosial. 1. Memahami pola kegiatan yang akan dilaksanakan meskipun secara teknis ia tidak harus ahli tentang produk atau pelayanan yang di promosikan. 2. Mengerti sikap sekelompok sasaran terhadap program yang akan dilaksanakan. 3. Memiliki kemampuan dan keterampilan mengordinasikan kegiatan 4. Mampu menulis arahan yang jelas dan mendalam untuk riset perencanaan media serta menganalisis dan menafsirkan laporan penelitian. 5. Melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan termasuk penggunaan biaya.

2. Konsumen Konsumen merupakan titik tolak semua unsur kegiatan pemasaran sehingga penyusunan pesan, bagaimana pesan disampaikan dan saluran komunikasi yang digunakan harus berdasarkan penelitian tentang konsumen.

3. Kelompok sasaran Program komunikasi akan berhasil jika pesan-pesan ditunjukan langsung kepada kelompok sasaran yang sesuai. Misalnya, pesan imunisasi harus khusus ditunjukan pada ibu dari anak usia balita. Berdasarkan hasil penelitian pesan yang berbeda diperlukan bagi para ibu yang mempunyai anak dengan usia berbeda. Kelompok sasaran dapat berbeda berdasarkan pola makan anak pada umur yang berbeda sehingga pesan dapat ditunjukan kepada ibu dari setiap tingkat usia balita tersebut.

4. Identitas

Produk atau pelayanan yang dipromosikan harus memilih identitas yang jelas dan tegas (misalnya, “sayuran mengandung vitamin yang menyehatkan” memberikan identitas yang jelas pada sayuran tersebut dibandigkan “sayuran baik untuk anak-anak”

5. Manfaat Produk atau pelayanan yang di promosikan harus memberikan manfaat atau keuntungan yang jelas dan nyata. Penelitian yang cermat akan membantu menunjukan keuntungan atau manfaat cermat akan membantu menunjukan keuntungan atau manfaat nyata dan dapat dipercaya (misalnya, poster yang berbunyi “ Datanglah ke Posyandu dan Timbang Anak Anda” tidak akan memberikan pengaruh yang diharapkan karena tidak menunjukan manfaat apa yang dapat diperoleh degan membawa anak ke posyandu. 6. Biaya Biaya berhubungan dengan keterjangkauan konsumen untuk membeli produk atau pelayanan yang akan dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh. Keterjangkauan biaya harus mencakup biaya nyata dan biaya tersebunyi. Meskipun pelayan posyandu gratis, terdapat biaya tersembunyi yang harus dikeluarkan seperti waktu, biaya untuk jajan anak, transportasi, dll. Keputusan datang atau tidaknya ke posyandu merupakan hasil dari usaha membandingkan semua biaya (yang nyata dan tersembunyi) dengan manfaat datang ke posyandu. 7. Ketersediaan Promosi apapun tidak akan berhasil jika produk atau pelayanan yang dipromosikan tidak dapat atau sulit diperoleh. Oleh karena itu harus dipastikan bahwa produk memang dapat diperoleh sebelum promosi direncanakan (misalnya, promosi oralit tidak akan berhasil jika oralitnya sulit diperoleh atau promosi kebiasaan buang sampah pada tempatnya akan sulit di wujudkan jika tempat sampahnya tidak tersedia. 8. Saluran komunikasi Pesan dapat diterima kelompok sasaran melalui komunikasi yang dapat dipercaya sehingga penting menentukan saluran komunikasi yang dapat dipakai seperti media masa, kader, dan kelompok masyarakat,. Tentukan juga berapa persen kelompok sasaran yang dapat dicapai setiap saluran komunikasi dan berapa frekuensinya.

Berdasarkan penentuan saluran komunikasi rencana pemanfaatan media disusun untuk mencapai kelompok sasaran sebanyak dan sesering mungkin dengan biaya yang tersedia. Panduan media yang digunakan sangat bergantung pada saluran komunikasi baik secara langsung (pelaksana di jajaran kesehatan dan masyarakat) atau tidak langsung (melalui media) 9. Pemantauan dan Perbaikan System pemantauan merupakan bagian dari pendekatan pemasaran sosial. Pemantauan dilakukan untuk mengetahui apakah semua unsure komunikasi sesuai rencana dan perbaikan yang sekiranya diperlukan. 10. Evaluasi Ketercapaian dan dampak kegiatan dapat diketahui melalui evaluasi. Evaluasi dilakukan pada akhir program sesuai jangka panjang. Penelitian evaluasi dapat dilaksanakan untuk memperoleh hasil kuantitatif. Analisis kuantitatif meliputi jumlah presentase dn menyangkut sebagian besar responden. Hal ini berbeda untuk penelitian pemantauan yang menggunakan analisis kualitatif.

Related Documents

Kdk Fix.docx
October 2019 32
Kdk Kelompok.docx
October 2019 28
Kdk Roni.docx
November 2019 24
Kdk Menik.docx
December 2019 26
Kdk Nisa.docx
May 2020 14
Kdk Nst.docx
October 2019 19

More Documents from "Magdalena Hutahaean"

Kdk 3.docx
November 2019 9
April 2020 43
Uv Vis.docx
June 2020 39
Hasi.docx
June 2020 39