Kdk Nisa.docx

  • Uploaded by: a17genap fakultaskeperawatan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kdk Nisa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,626
  • Pages: 8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Sendi ekstremitas bawah, sendi panggul dan sendi lutut, juga kolumna vertebralis servikal dan lumbal merupakan sendi yang paling banyak gerakannya dan yang paling banyak menerima tumpuan berat badan yang akan mengakibatkan terjadinya kerusakan akibat proses degenerasi. Begitu banyak dan beraneka ragamnya aktivitas yang dilakukan dan juga semakin meningkatnya usia harapan hidup manusia, maka peran fisioterapi dalam menangani masalah gerak sendi secara tuntas sangatlah panting. Terjadinya proses degenerasi akan menurunkan fungsi struktur tubuh dan daya tahan tubuh, termasuk bagian tubuh pembentuk gerak seperti: tulang, sendi dan otot. Kerusakan sendi dapat terjadi akibat adanya gesekan dan gerakan yang terus menerus dan kerusakan sendi akan semakin parah jika stabilitas mulai berkurang. Gangguan pada sendi lutut dipengaruhi oleh banyak factor antara lain:umur, jenis kelamin, trauma, proses degenerasi, obesitas dan deformitas. Osteoartrosis lutut adalah salah satu penyakit degeneratif sendi yang sering terjadi. 1.2 Rumusan masalah 1) Bagaimana aplikasi nanda, nic, dan noc dalam kasus klien dengan gangguan mobilitas fisik? 2) Bagaimana proses keperawatan pada pasien dengan diagnosa gangguan mobilitas fisik? 3) Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa gangguan mobilitas fisik? 4) Apa teori yang menyertai disnosa dan intervensi pada pasien dengan diagnosa gangguan mobilitas fisik? 1.3 Tujuan penulisan 1) Aplikasi nanda, nic, dan noc dalam menyelesaikan kasus . 2) Proses keperawatan pada pasien dengan diagnosa gangguan mobilitas fisik. 3) rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa gangguan mobilitas fisik. 4) Teori yang menyertai disnosa dan intervensi pada pasien dengan diagnosa gangguan mobilitas fisik.

1.4 Manfaat penulisan Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan untuk menyelesaikan suatu kasus sesuai dengan aplikasi nanda, nic, dan noc dalam melakukan proses asuhan keperawatan dan kegunaannya dalam keperawatan dan pembaca dapat memahami proses perumusan rencana asuhan keperawatan dalam kehidupan sehari-hari atau lebih khususnya dalam bidang keperawatan. 1.5 Metode penulisan Dalam penyelesaian kasus ini penulis memperoleh materi melalui studi pustaka dengan cara mengambil bahan dari buku-buku terkait. Penulis juga mengambil tambahan materi melalui internet.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Ilustrasi Kasus Seorang laki-laki, 48 tahun, diraat diruang neurologi dengan keluhan penurunan kesadaran GCS 12. Saat dikaji adanya kelumpuhan ekstremitas kanan atas dan bawah dengan nilai kekuatan otot

555↑222

. Klien terpasang ngt, dan kateter urin. Dalam 24 jam tercatat

555↑222

haluaran 1.400 cc. Klien terpasang infus NaCl 0,9 %. TTV : frekuensi Pernapasan 20x/ menit, frekuensi nadi 98x/menit, suhu 36,50 C. 2.2 Proses Perawatan 1) Pengkajian keperawatan Data objectif  Kelumpuhan ekstremitas kanan atas dan bawah dengan nilai kekuatan otot 555↑222 555↑222

    

24 jam tercatat haluaran 1.400 cc. Terpasang infus NaCl 0,9 %. Frekuensi Pernapasan 20x/ menit Frekuensi nadi 98x/menit Suhu 36,50 C Data subjectif  Keluhan pasien mengalami penurunan kesadaran GCS 12 a) Tanda-tanda vital  Frekuensi Pernapasan 20x/ menit  Suhu 36,50 C.  Frekuensi nadi 98x/menit b) Riwayat kesehatan  Riwayat kesehatan terdahulu  Riwayat kesehatan sekarang Kelumpuhan ekstremitas kanan atas dan bawah dengan nilai kekuatan otot dan penurunan kesadaran GCS 12.  Riwayat kesehatan keluarga Ayah dari tuan P merupakan penderita stroke. c) Pemeriksaan fisik  Inspeksi dan palpasi Uji kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah d) Pemeriksaan penunjang  Uji urine  Uji refleks patella

555↑222 555↑222

2) Diagnosa keperawatan 1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ganguan neuromuskular dibuktikan dengan keluhan penuurunan kesadaran GCS 12. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum di tandai dengan 555↑222

kelumpuhan ekstremitas atas dan bawah dengan nilai kekuatan otot 555↑222. 3. Risiko infeksi ditandai dengan peningkatan paparan organisme patogen lingkungan. 3) Rencana tindakan keperawatan 1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ganguan neuromuskular dibuktikan dengan keluhan penuurunan kesadaran GCS 12. 2.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum di tandai dengan 555↑222

kelumpuhan ekstremitas atas dan bawah dengan nilai kekuatan otot 555↑222. 3.

Risiko infeksi ditandai dengan lingkungan.

peningkatan paparan organisme patogen

4) Implementasi Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan berhubungan dengan diagnosa keperawatan. 5) Evaluasi 1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ganguan neuromuskular dibuktikan dengan keluhan penuurunan kesadaran GCS 12.  2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum di tandai dengan 555↑222

kelumpuhan ekstremitas atas dan bawah dengan nilai kekuatan otot 555↑222. 3. Risiko infeksi ditandai dengan lingkungan.

peningkatan paparan organisme patogen

2.3 Rencana Asuhan Keperawatan 1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ganguan neuromuskular dibuktikan dengan keluhan penuurunan kesadaran GCS 12. 

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum di tandai dengan 555↑222

kelumpuhan ekstremitas atas dan bawah dengan nilai kekuatan otot 555↑222. 2.4 Teori yang Menyertai Pemilihan Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang. Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan bebas Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudahdan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsigastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegeramungkin, biasanya dalam waktu 12 jam. Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak sajakehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunanaktifitas dari kebiasaan normalnya. Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia,individu dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik (kehilangan fungsi motorik,klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gipsatau traksi), dan pembatasan gerakan volunteer(Potter, 2005). Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakantulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerjasebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Padakontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksiisometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihankuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaianenergi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatankecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihanisometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadiandan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembanganotot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus ototdan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuhdan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletaladalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan,mel indungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.

Untuk menguji kemampuan seseorang dapat dilakukan dengan pemeriksaan kekuatan otot.Pemeriksaan kekuatan otot ialah suatu cara yang dilakukan oleh seorang petugas kesehatan untuk menilai kekuatan otot sesorang setelah mengalami suatu cidera ataupun stroke. pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan dua cara yaitu 1) Pasien disuruh menggerakkan ekstemitas atau badannya dan petugas kesehatan menahan gerakkan pasien tersebut 2) Pasien disuruh menggerakkan ekstremitas atau bagian dari badan nya dan pasien disuruh menahan nya selama beberapa waktu. SKALA KEKUATAN OTOT DENGAN METODE DIATAS Skala Normal Baik

Nilai 5 4

Sedang

3

Sedikit Buruk Tidak ada

2 1 0

Ket. Kekuatan otot utuh, mampu melawan gravitasi Kekuatan otot sedikit berkurang, mampu melawan gravitasi sesaat, lalu jatuh. Mampu mengangkat tangan dengan bantuan, saat bantuan dilepaskan tangan ikut jatuh. Hanya mampu menggeser sedikit. Hanya mampu menggerakkan ujung ekstremitas Tidak mampu bergerak sama sekali.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Dari kasus yang didapat yaitu Seorang laki-laki, 48 tahun, dirawat diruang neurologi dengan keluhan penurunan kesadaran GCS 12. Saat dikaji adanya kelumpuhan ekstremitas kanan atas dan bawah dengan nilai kekuatan otot

555↑222

. Klien terpasang ngt, dan kateter urin. Dalam 24 jam tercatat haluaran

555↑222

1.400 cc. Klien terpasang infus NaCl 0,9 %. TTV : frekuensi Pernapasan 20x/ menit, frekuensi nadi 98x/menit, suhu 36,50 C. Dari data diatas diagnosa keperawatan yang dapat dinyatakan Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ganguan neuromuskular dibuktikan dengan keluhan penuurunan kesadaran GCS 12 dan diagnosa kedua Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum di tandai dengan kelumpuhan ekstremitas 555↑222

atas dan bawah dengan nilai kekuatan otot 555↑222. Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan teori yang ada yaitu dengan uji kekuatan otot.

3.2 Saran Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca,khususnya mahasiswa keperawatan, yang nantinya akan menerapkan asuhan keperawatan dalam pekerjaannya. Penting sekali bagi perawat untuk memahami tahap ini,karena hal ini menjadi dasar selanjut pada tahap proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M.dkk. 2013. Nursing Interventions Classification : NIC. Edisi Keenam. Yogyakarta :CV. Mocomedia Debora, Oda.2013. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Salemba Medika Maroorhead, Sue. dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification : NOC. Edisi Kelima. Yogyakarta : CV. Mocomedia PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 3. Jakarta : DPP PPNI

Related Documents

Kdk Fix.docx
October 2019 32
Kdk Kelompok.docx
October 2019 28
Kdk Roni.docx
November 2019 24
Kdk Menik.docx
December 2019 26
Kdk Nisa.docx
May 2020 14
Kdk Nst.docx
October 2019 19

More Documents from "Magdalena Hutahaean"

Preface.docx
November 2019 3
Amalan.docx
November 2019 2
Kdk Nisa.docx
May 2020 14