MAKALAH PERSIAPAN DIAGNOSTIK NONSTRESS TEST Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan DosenPengampu: Ns. Lia Komalasari, S.Kep, MM.
Disusun Oleh :
Latifah Indah Rahma
P17324417020
Regita Septiany
P17324417022
Tania Damayanti Motiec
P17324417018
Yanti Oktavia Br Sigiro
P17324417024
Jalum 1A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI BANDUNG PRODI KEBIDANAN KARAWANG 2018
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan lancar untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan. Makalah ini membahas mengenai “Persiapan Diagnostik Nonstress Test”. Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Ns. Lia Komalasari, S.Kep, MM.M.Kes selaku dosen pengampu,mata kuliah atas segala bimbingan, saran dan kritik yang membangun selama ini. kami pun mengucapkan terimakasih bagi kedua orang tua yang selalu mendukung dalam setiap hal positif dan bagi semua pihak yang telah turut terlibat hingga terselesainya makalah ini. Kami menyadari masih begitu banyak kekurangan dalam makalah ini. segala kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan dengan tangan terbuka demi perbaikan selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat di gunakan sebagaimana mestinya dan memberikan manfaat bagi pembaca.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................... i BAB I .................................................................................................................. 1 1.1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3
Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II................................................................................................................. 4 2.1
Dasar Teori ............................................................................................... 4
2.2
Tujuan ...................................................................................................... 4
2.3
Referensi Mengenai NST ......................................................................... 4
2.4
Mekanisme Kardiotokografi (KTG) ........................................................ 5
2.5
Alat Kardiotokografi ................................................................................ 9
2.6
Fungsi Serta Penggunaan Alat ............................................................... 10
2.7
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN .................................................. 15
2.8
STANDART OPERASIONAL PROCEDURE ..................................... 16
BAB III ............................................................................................................. 18 3.1 3.2
Kesimpulan ............................................................................................ 18 Saran ....................................................................................................... 18
Daftar Pustaka ................................................................................................... 19
i
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang
disebabkan oleh penyakit penyulit hipoksia janin dalam rahim antara lain dengan melakukan pemantauan kesejahteraan janin dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan hipoksia janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan tersebut dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut. Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar, persalinan berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut tak pelak lagi dibutuhkan pemeriksaan kehamilan yang teratur. Sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat untuk kesejahteraan janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya; mempertahankan dan meningkatkan kesehatan selama kehamilan; mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan; mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya, juga bila kehamilannya dikategorikan dalam risiko tinggi, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang aman kelak." Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan mencegah janin lahir prematur, berat bayi lahir rendah, lahir mati, ataupun mengalami kematian saat baru lahir. Pemeriksaan non-stress (NST) telah diterima luas sebagai metode pengevaluasi status janin. Pemeriksaan tersebut melibatkan bagaimana frekuensi jantung janin (FHR) bervariasi dalam hubungannya dengan gerakan janin. Variasi ini tidak terdapat atau berkurang bila janin prematur, tidur, dipengaruhi oleh pemberian sedatif pada ibu, dan tidak menerima cukup oksigen. Peningkatan variasi menandakan sistem saraf otonom atau pusat normal dan janin tidak menderiat hipoksia.
1
Pemeriksaan NST biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya terdiri dari :
1. IBU Pre-eklampsia-eklampsia, Ketuban pecah, Diabetes melitus, Kehamilan ³ 40 minggu, Vitium cordis, Asthma bronkhiale, Inkompatibilitas Rhesus atau ABO, Infeksi TORCH, Bekas SC, Induksi atau akselerasi persalinan, Persalinan preterm, Hipotensi, Perdarahan antepartum, Ibu perokok, Ibu berusia lanjut, Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid.
2. JANIN Pertumbuhan janin terhambat (PJT), gerakan janin berkurang, suspek lilitan tali pusat, aritmia, bradikardi, atau takikardi janin, hidrops fetalis, Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar, mekoneum dalam cairan ketuban, riwayat lahir mati kehamilan ganda dan lain-lain.
2
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dari Kardiotokografi (KTG) ? 2. Bagaimana mekanisme dari Kardiotokografi (KTG) ?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dari Kardiotokografi (KTG) 2. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme dari Kardiotokografi (KTG)
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Dasar Teori NST atau juga disebut CTG ( Kardiotokografi ) merupakan salah satu alat
elektronik yang digunakan untuk tujuan melakukan pemantauan kesejahteraan dan kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim.
2.2
Tujuan Pemeriksaan dengan kardiotokografi merupakan salah satu upaya untuk
menurunkan angka kematian bayi yang disebabkan oleh penyakit penyulit hipoksi janin dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan hipoksi janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan tersebut dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim yang adekuat.
2.3
Referensi Mengenai NST Kardiotokografi berasal dari dua kata kardiografi dan tokografi.
Kardiografi adalah grafik dari pemeriksaan ultrasound untuk mengukur frekuensi denyut jantung janin. Sedangkan tokografi adalah grafik dari pemeriksaan tonometer untuk mengukur kontraksi otot rahim dan gerakan janin.
Jadi,
Kardiotokografi adalah seperangkat alat elektronik yang dapat dipergunakan
4
dalam memantau kesejahteraan janin melalui penilaian denyut jantung janin (DJJ), kontraksi uterus, dan gerak janin
dalam waktu bersamaan. Bila pada
doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi ibu juga terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat kontraksi dan diluar kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik. Cara pengukuran CTG hampir sama dengan doppler hanya pada CTG yang ditempelkan 2 alat yang satu untuk mendeteksi DJJ yang satu untuk mendeteksi kontraksi, alat ini ditempelkan selama kurang lebih 10-15 menit Pada saat pemeriksaan CTG, posisi pasien tidak boleh tidur terlentang, tetapi harus setengah duduk atau tidur miring. Dikenal dua jenis kardiotokografi,
yaitu
CTG
konvensional
dan
CTG
terkomputerisasi
(Computerized cardiotocography).
1. Kardiotokografi konvensional adalah peralatan kardiotokografi yang hasil interpretasinya dilakukan oleh dokter pemeriksa. 2. Kardiotokografi terkomputerisasi adalah peralatan kardiotokografi yang sebagian Hasil interpretasi pemeriksaan CTG dilakukan oleh komputer yang ada didalam peralatan CTG tersebut berdasarkan suatu ”data-base”.
2.4
Mekanisme Kardiotokografi (KTG)
i. Karakteristik Gambaran DJJ Gambaran DJJ dalam pemeriksaan CTG dapat digolongkan ke dalam 2 bagian besar, yaitu: 1) Denyut jantung janin dasar (baseline fetal heart rate). Yang termasuk disini adalah frekuensi dasar dan variabilitas DJJ. 2) Perubahan periodik / episodik DJJ. Yang dimaksud dengan perubahan periodik djj adalah perubahan djj yang terjadi akibat kontraksi uterus; sedangkan perubahan episodik djj adalah perubahan DJJ yang bukan
5
disebabkan oleh kontraksi uterus (misalnya gerakan janin dan refleks tali pusat).
a. Frekuensi dasar DJJ Frekuensi dasar DJJ adalah frekuensi rata-rata DJJ yang terlihat selama periode 10 menit, tanpa disertai periode variabilitas DJJ yang berlebihan (lebih dari 25 dpm), tidak terdapat perubahan periodik atau episodik DJJ, dan tidak terdapat \perubahan frekuensi dasar yang lebih dari 25 denyut per menit (dpm).
1) Dalam keadaan normal, frekuensi dasar DJJ berkisar antara 120 – 160 dpm (pendapat ini yang dianut di Indonesia). Frekuensi dasar DJJ yang lebih dari 160 dpm disebut takhikardia; bila kurang dari 120 dpm disebut bradikardia. 2) Ada juga yang memakai batasan normal 115 – 160 dpm, atau 110 - 160 dpm (RCOG, National Institute for Clinical Excellence UK, 2001). Takhikardia dapat terjadi pada keadaan hipoksia janin, akan tetapi gambaran tersebut biasanya tidak berdiri sendiri. Bila takhikardia diserta dengan variabilitas DJJ yang normal, biasanya janin masih dalam keadaan baik. Bradikardia dapat terjadi sebagai respons awal keadaan hipoksia akut. Pada hipoksia ringan frekuensi DJJ berkisar antara 100-120 dpm dan variabilitas DJJ masih normal. Hal ini menunjukkan bahwa janin masih mampu mengadakan kompensasi terhadap stres hipoksia. Bila hipoksia semakin berat janin akanmengalami dekompensasi terhadap stres tersebut. Pada keadaan ini akan terjadi bradikardia yang kurang dari 100 dpm, disertai dengan berkurang atau menghilangnya variabilitas DJJ. b. Variabilitas Djj Variabilitas DJJ dapat dijabarkan sebagai tidak teraturnya irama jantung normal yang terlihat pada rekaman DJJ. Fisiologi terjadinya variabilitas DJJ masih mengandung perdebatan, diduga akibat adanya keseimbangan interaksi
6
sistem saraf simpatis (kardioakselerator) dan parasimpatis (kardiodeselerator). Tetapi ada bukti lain bahwa variabilitas DJJ terjadi akibat stimulus di daerah korteks serebri yang merangsang pusat pengatur denyut jantung di batang otak dengan perantaraan nervus vagus. Penilaian variabilitas DJJ yang paling mudah adalah dengan mengukur besarnya amplitudo dari variabilitas (long term variability). Berdasarkan besarnya amplitudo tersebut, variabilitas DJJ dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Variabilitas normal: amplitudo berkisar antara 5 – 25 dpm. 2) Variabilitas berkurang: amplitudo 2 – 5 dpm. 3) Variabilitas menghilang: amplitudo kurang dari 2 dpm. 4) Variabilitas berlebih(saltatory): amplitudo lebih dari 25 dpm.
Pemeriksaan KTG 1) Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan. 2) Waktu pemeriksaan maksimal selama 20 menit 3) Selama pemeriksaan, posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi. 4) Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai. 5) Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan :
7
a. Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi kronis, dll) b. Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth Retriction) c. Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali) d. Polihidramnion (air ketuban berlebih)
Kontra Indikasi Kardiotokografi Sampai saat ini belum ditemukan kontraindikasi pemeriksaan Cardiotokografi terhadap ibu maupun janin. Syarat Pemeriksaan KTG 1) Janin hidup dengan usia kehamilan ≥ 28 minggu. 2) Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan). 3) Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui. 4) Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada KTG terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.
Persiapan Pasien 1) Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan). 2) Kosongkan kandung kencing. 3) Periksa kesadaran dan tanda vital ibu. 4) Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit. 5) Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punktum maksimum DJJ
Pemeriksaan Kardiotokografi
8
1) Hitung DJJ selama satu menit, bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir. 2) Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum. 3) Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman CTG. 4) Hidupkan komputer dan Kardiotokograf. 5) Lama perekaman adalah 20 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai). 6) Lakukan pencetakkan hasil rekaman CTG. 7) Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit). 8) Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali alat pada tempatnya. 9) Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai. 10) Berikan hasil rekaman CTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap.
2.5
Alat Kardiotokografi Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal Monitor adalah alat
yang digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya
9
dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim yang adekuat. Apabila kemungkinan terdapat masalah pada janin maka dokter akan melakukan pemeriksaan NST (non stress test) dengan memberikan infus oksitosin untuk menimbulkan kontraksi rahim (his) dan denyut jantung janin diperiksa dengan CTG. Apabila tampak kelainan pada hasil pemeriksaan CTG maka dokter kandungan akanmelakukan tindakan persalinan dengan segera. Pemeriksaan dengan CTG sangat diperlukan pada fasilitas pelayanan persalinan. Dengan adanya kemajuan teknologi dan produksi harga peralatan CTG dapat menjadi lebih ekonomis. Dahulu hanya rumah sakit yang menyediakannya. Sekarang tidak lagi agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil dan bersalin berjalan dengan baik rumah bersalin, klinik dokter bahkan bidan praktek swasta sebaiknya memiliki CTG agar tidak ada kasus keterlambatan dalam mendiagnosis adanya masalah pada ibu hamil dan melahirkan.
2.6
Fungsi Serta Penggunaan Alat
i. Fungsi
10
Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran djj dalam hubungannya dengan gerakan / aktivitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi dasar denyut janin (baseline, variabilitas (variability) dan timbulnya akselerasi yang sesuai gerakan /aktifitas janin (Fetal Activity Determination/ FAD). Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin ( djj ) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Baseline : 1. Normal = 110 – 160 beats/min 2. Tachycardia – Moderate 160 – 180 beats/min 3. Severe > 180 beats/min 4. Bradycardia – Moderate 100 – 110 beats/min Severe < 100 beats/min Variability: Normal > 5 beats/min Reduced 3 – 5 beats/min Absent < 3 beats/min Gambar 2.3 Output Fetal Heart Monitor
ii. Indikasi Beberapa indikasi tes antepartum pada ibu, yaitu : Sindrom antifosfolipid Hipertiroidisme Hemoglobinopati Penyakit jantung sianosis Lupus aritematosus sistemik Penyakit ginjal kronis Diabetes mellitus tipe I Gangguan hipertensi.
11
Indikasi obstetri untuk tes antepartum pada ibu, yaitu : Kecurigaan pertumbuhan intrauteri terhambat (IUGR) pada kehamilan saat ini. Riwayat IUGR pada kehamilan sebelumnya. Diabetes sebelum hamil. Diabetes kehamilan. Hipertensi kronis. Hipertensi kehamilan. Pre- eklamsia. Kehamilan kembar. Oligohidramnion. Kehamilan pascamatur. Isoimunisasi Rh. Ketuban pecah dini. Penurunan gerakan janin. Kelahiran mati pada kehamilan sebelumnya.
Dugaan Terjadinya ganguan Dugaan terjadinya gangguan kesehatan janin adalah indikasi untuk melakukan pemeriksaan kesehatan janin: - Ibu berbaring dan miring kiri. - DJJ dan kontraksi uterus dipantau terus menerus melalui transduser pada dinding abdomen ibu. - Ibu diminta memencet tombol khusus saat merasakan adanya gerakan janin. - Ditentukan adanya perubahan pada frekuensi DJJ akibat gerakan janin dan kontraksi uterus: 1) NORMAL: Respon perubahan DJJ saat ada gerakan janin adalah > 15 dpm diatas nilai dasar dan sekurang kurangnya berlangsung selama 15 detik 2) REAKTIF : Bila terdapat 2 akselerasi dalam periode 20 menit dan janin dalam keadaan baik iii. Patofisiologi Aktifitas dinamika jantung dipengaruhi oleh sistem saraf autonom yaitu simpatis dan parasimpatis. Bunyi jantung dasar dan variabilitas dari jantung janin normal terjadi bila oksigenasi jantung normal. Bila cadangan plasenta untuk nutrisi (oksigen) cukup, maka stres intrinsik (gerakan janin) akan menghasilkan
12
akselerasi bunyi jantung janin, dan stres ekstrinsik (kontraksi rahim) tidak akan mengakibatkan deselerasi.
Cara Menghitung Gerakan Janin Pengkajian riwayat merupakan langkah yang penting. Klien sering melaporkan penurunan gerakan janin karena mereka lupa merasakan aktivitas janin selama periode waktu tertentu dan juga tidak terlalu perhatian terhadap hal ini. Anjurkan klien untuk fokus pada aktivitas janin selama periode waktu satu jam, terutama saat ia sedang beristirahat, dalam kondisi gizi baik, dan asupan cairan cukup. Apabila klien mampu membaca dan memahami prosedur grafik dasar, maka dapat menggunakan metode menghitung sampai 10 : 1) Jadwalkan satu sesi perhitungan per hari 2) Jadwalkan sesi pada waktu yang sama setiap hari. 3) Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi dalam 1 jam. 4) Apabila gerakan kurang dari 10 kali dalam 1 jam, jika dibutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai 10 kali gerakan, atau jika tidak terasa gerakan dalam 1 jam, maka hubungi bidan.
Bunyi Yang Sering Terdengar Ketika Memeriksa Denyut Jantung Janin a. Desir tali pusat Disebabkan semburan darah melalui arteri umbilikalis. Suara ini terdengar seperti siulan nyaring yang singkron dengan denyut jantung janin. Suara ini tidak konstan, kadang-kadang terdengar jelas ketika diperiksa pada suatu waktu namun pada pemeriksaan di lain tidak terdengar.
13
b. Desir uterus Terdengar sebagai suara hembusan lembut yang singkron dengan denyut ibu. Bunyi ini biasanya paling jelas terdengar saat auskultasi segmen bawah uterus. Suara ini dihasilkan oleh pasase darah melalui pembuluh-pembuluh uterus yang berdilatasi dan dijumpai tidak saja pada kehamilan tetapi juga pada setiap keadaan yang menyebabkan alirah darah ke uterus meningkat, hingga pengaliran darah menjadi luas. c. Suara akibat gerakan janin Suara gerakan ini seperti suara pukulan, dikarenakan janin mendapat reaksi dari luar. d. Gerakan usus Suara ini seperti berkumur-kumur, dihasilkan oleh berjalannya gas atau cairan melalui usus ibu.
Frekuensi Denyut Jantung a. Bradikardi Frekuensi denyut jantung janin yang kurang dari 110 denyut/menit. Keadaan ini dianggap sebagai tanda akhir hipoksia janin. Penyebabnya : - hipoksia janin tahap lanjut - obat-obatan beta-adrenergetik (propanolol; anestetik untuk blok epidural, spinal, kaudal, dan pudendal) - hipotensi pada ibu - kompresi tali pusat yang lama - blok jantung kongenital pada janin b. Tacikardi
14
Frekuensi denyut jantung janin yang lebih dari 160 denyut/menit. Keadaan ini dianggap sebagai tanda awal hipoksia janin. Penyebabnya : - hipoksia janin dini - demam pada ibu - obat-obatan parasimpatik (atropin, hidroksizin) - obat-obatan beta-simpatomimetik (ritodrin, isoksuprin) - hipertiroid pada ibu - anemia pada janin - gagal jantung pada janin - aritmia jantung pada jani
2.7
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN Kardiotokografi (KTG) Sonicaid System 8002 adalah suatu kardiotokograf
terbaru yang terkomputerisasi dimana sebagian besar interpretasi hasilrekaman penilaian kesejahteraan janin dilakukan oleh komputer yangterdapat di dalamnya. Cara pembacaan hasil rekaman KTG ini adaperbedaan dengan KTG yang konvensional. Pada KTG Sonicaid System8002, dokter pemeriksa akan memperoleh sejumlah hasil interpretasikomputer terhadap semua data rekaman aktivitas / kondisi janin dan ibuserta anjuran yang diperlukan. Keputusan akhir tetap ada padatangandokter yang bersangkutan setelah juga menila i keadaan klinis danmemberikan penjelasan pada pasien/keluarganya (informed consent). Pemeriksaan ini ditujukanuntuk menilai kesejahteraan janin dan dapatdimulai sejak kehamilan ≥28 minggu (setelah fungsi sistem saraf otonomberfungsi sempurna)
15
2.8
STANDART OPERASIONAL PROCEDURE
Prosedur Pelaksanaan : 1) Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri 2) Tekanan darah diukur setiap 10 menit 3) Dipasang kardio dan tokodinamometer 4) Frekuensi jantung janin dicatat 5) Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi 6) Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit 7) Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan) 8) Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual Prosedur Pembacaan hasil : a. Reaktif, bila : a. Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit b. Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit c. Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20 menit d. Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian e. Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe yang lain diulang setiap minggu b. Tidak reaktif, bila : 1) Denyut jantung basal 120-160 kali per menit 2) Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit 3) Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
16
4) Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar Prosedur Pemeliharaan Alat / Maintenance
Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan juga tetap baik.
Hidupkan peralatan CTG sesuai dengan tatacara yang dianjurkan oleh pabrik pembuat peralatan tersebut. Panduan pengoperasian peralatan CTG sebaiknya diletakkan di dekat mesin CTG, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat akibat ketidaktahuan operator CTG.
Perhatikan tegangan listrik pada RUANGAN CTG, karena tegangan yang terlalu naik-turun akan membuat peralatan elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang stabilisator tegangan listrik.
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan CTG, bersihkan semua peralatan dengan hati-hati, terutama pada transduser (penjejak) yang mudah rusak. Bersihkan transduser dengan memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak merusak transduser (informasi ini dapat diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin CTG).
Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan dan bersihkan kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah semua rapih, tutuplah mesin CTG dengan plastik penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah mesin CTG dari siraman air atau zat kimia lainnya.
Prosedur Penempatan Alat Pastikan bahwa CardioTocoGraphy disimpan di tempat yang berventilasi baik di mana kelembaban dan suhu terjaga agar alat lebih awet dan terMinimalisir dari Trouble.
17
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan Kardiotokografi merupakan salah satu alat elektronik yang digunakan untuk tujuan melakukan pemantauan kesejahteraan janin melalui penilaian pola denyut jantung janin dalam hubungannya dengan adanya kontraksi ataupun aktifitas janin. Laparoskopi adalah suatu instrumen untuk melihat rongga peritoneum. Struktur rongga pelvik dan dapat juga dipakai untuk tindakan operatif.
3.2
Saran Dari makalah yang kami susun ini, kami mengharapkan pembaca memahami secara jelas mengenai pemantauan kesehatan janin sebagai salah satu kebutuhan dasar ibu hamil. kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi ibu hamil pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://Google.com/image.html Oktavinola, Febrina. 2010. NST DALAM KEHAMILAN. Raito, Aou. 2014. MAKALAH ASKEB 1 TENTANG PENGKAJIAN FETAL DAN
19