Kasus Seminar Jiwa.docx

  • Uploaded by: Hasan
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kasus Seminar Jiwa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 17,422
  • Pages: 140
Laporan Seminar Kasus Departemen Jiwa ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY. M DENGAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN GANGGUAN PRESEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGELIHATAN DI RUANG KENANGA RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN

OLEH: KELOMPOK 2 ASTUTI DEWI INTAN, S.KEP

(70900118007)

THAHIRAH ANNISA, S.KEP

(70900118001)

MASTURI, S.KEP

(70900118013)

BARAKATUL KAMILAH, S.KEP

(70900118031)

NURHALIJA ULFIANA, S.KEP

(70900118035)

LILISRIANI, S.KEP

(70900180

)

PROGRAM PROFESI NERS ANGK. XIV FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2018

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN SEMINAR KASUS DEPARTEMEN JIWA DENGAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN GANGGUAN PRESEPSI SENSORI: HALUSINASI DI RUANG KENANGA RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN 18 FEBRUARI – 9 MARET 2019 Dengan Ini Disahkan Sebagai Laporan Hasil Seminar Kasus Departemen Keperawatan Jiwa Menyetujui Pembimbing Institusi

Pembimbing Lahan

Syisnawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.J

Rahmianti Arsyad, S.Kep.,Ns Mengetahui

Koordinator Departemen Keperawatan Jiwa

Koordinator Profesi Ners

Syisnawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.J

Dr. Risnah, S.Kep,. Ns., M.Kes

Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Dr. Muh. Anwar Hafid.,S.Kep., Ns., M.Kes

ii

KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang paling pantas penulis panjatkan selain puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga

penulis

masih

diberi

kesempatan

dan

nikmat

kesehatan

untuk

menyelesaikan suatu hasil karya berupa laporan kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa

Pada Ny. M dengan Diagnosa gangguan Presepsi Sensori:

Halusinasi di Ruang Kenanga RSKD Provinsi Sulawesi Selatan tanggal 18 Februari – 9 Maret 2019”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW sebagai Rahmatan Lil Alamin dan para sahabat, yang telah berjuang untuk menyempurnakan akhlak manusia di atas bumi ini. Dalam penyusunan laporan kasus ini, penyusun telah banyak dibantu oleh berbagai pihak, saya ucapkan terima kasih Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tentu ada kelemahan dan kekurangan dalam laporankasus ini, baik dalam hal sistematika penulisan, bahasa, materi dan sebagai akumulasi pengalaman penyusun dalam membaca, mengamati, mendengar dan berbicara isi laporankasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dari segenap pembaca, penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk lebih meningkatkan mutu penulisan selanjutnya. Wabillahi Taufik Wal Hidayah . Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Samata, Maret 2019 Penyusun, Kelompok 2 iii

DAFTAR ISI SAMPUL LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................

ii

KATA PENGANTAR ...................................................................

iii

DAFTAR ISI ..................................................................................

iv

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................

1

A. Latar Belakang .........................................................................

1

B. Tujuan penulisan ......................................................................

3

C. Manfaat Penulisan ....................................................................

3

BAB II TINJAUAN TEORI ..........................................................

5

A. Pengertian Halusinasi ...........................................................

5

B. Proses Terjadinya Masalah...................................................

5

1. Penyebab Halusinasi ........................................................

5

2. Tanda dan gejala ..............................................................

6

3. Akibat ..............................................................................

7

4. Tahapan/ Tingkat Halusinasi ...........................................

8

5. Klasifikasi Halusinasi ......................................................

9

C. Pohon Masalah .....................................................................

11

D. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji .............

11

E. Diagnosa Keperawatan .........................................................

13

F. Rencana Tindakan Keperawatan ..........................................

13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .........................................

18

A. Pengkajian ............................................................................

18

B. Diagnosa Keperawatan .........................................................

40

C. Rencana Keperawatan ..........................................................

41

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ............................

51

BAB IV PEMBAHASAN .............................................................

106

A. Pengkajian ............................................................................

107

B. Diagnosa Keperawatan .........................................................

110 iv

C. Intrevensi Keperawatan ........................................................

114

D. Implemntasi Keperawatan ....................................................

119

E. Evaluasi Keperawatan ..........................................................

125

BAB V PENUTUP ........................................................................

131

A. Kesimpulan...........................................................................

131

B. Saran .....................................................................................

132

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................

133

v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).Kesehatan jiwa adalah kondisi seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas dari stress yang serius (Direja, 2011). Kesehatan Jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan Jiwa menurut UU No.3 tahun 1966 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain (Direja, 2011). WHO (2011) menyatakan penderita gangguan jiwa telah menempati tingkat yang luar biasa.Lebih dari 24 juta jiwa mengalami gangguan jiwa berat. Indonesia menjadi peringkat pertama dengan gangguan jiwa terbanyak. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi gangguan jiwa berat pada pendudukIndonesia 1,7jiwa atau 1-2 orang dari 1000 warga indonesia. Jumlah ini cukup besar artinya 50 juta atau sekitar 25% dari jumlah penduduk indonesia mengalami gangguan jiwa. Peningkatan proporsi gangguan jiwa pada data yang didapatkan Riskesdas 2018 cukup signifikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, naik dari 1,7% menjadi 7%. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI

1

Yogyakarta (2,7%), Aceh (2,7%), Bali (2,3%), dan Jawa Tengah (2,3%) dan provinsi jawa timur (2,2%). Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan adalah satusatunya Rumah Sakit Jiwa yang ada di Makassar. Berdasarkan data dari Rekam medik RSKD Provensi Sulawesi Selatan, pasien halusinasi yang dirawat pada tahun 2008 dari bulan Januari sampai Desember rata-rata 268 orang setiap bulannya, sedangkan untuk tahun 2009 dan bulan Januari sampai Desember rata rata 362 orang setiap bulannya (sumber buku registrasi ruangan rekam medik). Halusinasi adalah ketidak mampuan klien dalam mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai yang diterima oleh panca indra yang ada. Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada (Videbeck, 2008). Halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam jumlah atau pola rangsang yang mendekat (baik yang dimulai secara eksternal maupun internal) disertai dengan respon yang berkurang dibesarbesarkan, distorsi atau kerusakan rangsang tertentu (Baihaqi, 2005).

Dari

keempat pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa melibatkan sumber dari luar yang meliputi semua system panca indra. Berdasarkan laporan dari RSKD Prov. Sulawesi Selatan bulan JanuariMaret 2019 di ruang Kenanga, terdapat 96 jiwa jumlah pasien yang di rawat. Sekitar 70

jiwa (74%)

pasien yang dirawat disana mempunyai riwayat

halusinas. Dan pada saat melaksanakan program praktik klinik di RSKD Prov.Sul-sel, penulis mendapat paisen kelolaan dengan kasus Halusinasi. Dari

2

data tersebut, penulis berinisiatif untuk mengangkat masalah ini dalam sebuah kasus seminar “Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Gangguan Presepsi sensori halusinasi di Ruang Kenanga RSKD Prov. Sulawesi-Selatan”. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan kasus pada Ny. M dengan halusinasi di RSKD Prov. Sulawesi Selatan. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melkaukan pengkajian pada Ny. M dengan halusinnasi b. Penulis mampu merumuskan diagnosa pada Ny. M dengan halusinasi c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. M dengan halusinasi d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. M dengan halusinasi e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. M dengan halusinasi C. Manfaat Penulisan 1. Bagi penulis a. Dapat mengerti dan menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan tepat. b. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan. c. Meningkatkan keterampilan dalam memebrikan asuhan keperawatan. 2. Bagi profesi

3

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan sehingga klien mendapatkan penanganan yang tepat dan optimal. 3. Bagi institusi a. Rumah sakit 1) Sebagai bahan masukan yang dieprlukan dalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya jiwa pada halusinasi 2) Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan, sehingga klien mendapatkan penanganan yang cepat, tepat dan optimal. b. Bagi pendidikan Sebagai sumber bacaana atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya pada klien dengan perilaku kekerasan dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

4

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian 1. Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas. 2. Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan 3. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. ( Direja, 2011) B. Proses TerjadinyaMasalah

1. Penyebab Yang menjadi penyebab munculnya halusinasi antara lain klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan stumulus eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.

5

Rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatic sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takutditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri. Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secaratiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah,melakukan gerakan seperti menikmati sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan). 2. Tanda dan gejala Tanda dan gejala dari halusinasi adalah : a. Bicara, senyum, tertawa sendiri b. Mengatakan

mendengarkan

suara,

melihat,

mengecap,

menghirup

(mencium) dan merasas uatu yang tidak nyata. c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata e. Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi f. Sikap curiga dan saling bermusuhan. g. Pembicaraan kacau kadang takmasuk akal h. Menarik diri menghindar dari orang lain i. Sulit membuat keputusan 6

j. Ketakutan k. Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti pakaian, berhias yang rapi l. Mudah tersinggung, jengkel, marah m. Menyalahkandiriatau orang lain. 3.

Akibat Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Ini diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal di luar kesadarannya. Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan

oleh

isi

halusinasinya.

Klien

benar-benar

kehilangan

kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan. Akibat yang dapat dilihat pada klien adalah : 1. Muka merah 2. Pandangan tajam 3. Otot tegang 4. Nada suara tinggi 5. Berdebat 7

6. Memaksakan kehendak :merampas makanan, memukul jika tidak senang. 4. Tahapan/TingkatanHalusinasi Menurut Stuart dan Laraia (2011), terdiridari 4 fase : a. Fase I : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri. Tapi hal ini bersifat sementara, jika kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya namun intesitas persepsi meningkat.Bahkan Allah sendiri melarang kita larut dalam kesedihan dan kecemasan yang berkepanjangan.Sebagaimana Firman Allah dalam surah Al-Imran : 139

َ‫َو ََل ت َ ِهنُوا َو ََل ت َ ْحزَ نُوا َوأ َ ْنت ُ ُم ْاْل َ ْعلَ ْونَ ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ُمؤْ ِمنِين‬ Terjemahan: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. b. Fase II : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung,

8

pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita. c. Fase III : Klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain. d. Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan. 5.

Klasifikasi Halusinasi a. Halusinasi pendengaran : Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

9

b. Halusinasi penglihatan : Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan. c. Halusinasi penciuman: Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis danbau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungandengan stroke, tumor, kejang dan demensia. d. Halusinasi peraba : Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh :merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain. e. Halusinasi pengecap : Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan. f. Halusinasi sinestetik : Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan di cerna atau pembentukan urine. (Menurut Stuart, 2017)

10

C. Pohon Masalah Efek

:Resiko prilaku kekerasan

Cp

:Ggn persepsi sensori: Halusinasi

Etiologi: Gangguan interaksi : Isolasi Sosial

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji 1. Masalah keperawatan a. Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi b. Resiko Perilaku Kekerasan c. Isolasi Sosial d. Harga Diri Rendah 1. Data yang perludikaji a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Data Subyektif : 1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang 2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. 3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya

11

Data Objektif : 1) Mata merah, wajah agak merah 2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain 3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam 4) Merusak dan melempar barang-barang b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi Data Subjektif : 1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata 2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata 3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus 4) Klien merasa makan sesuatu 5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya 6) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar 7) Klien ingin memukul/melempar barang-barang Data Objektif : 1) Klien berbicara dan tertawa sendiri 2) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu 3) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu 4) Disorientasi c. Isolasisosial : menarikdiri 12

Data Subyektif : Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data Obyektif : Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan. E. Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi 2. Isolasi sosial : menarik diri F. Rencana Tindakan Keperawatan DiagnosaI :Perubahan sensori persepsi halusinasi Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Tujuan khusus: 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya Tindakan : 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara : a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan 13

c. Tanyakan nama lengkap klien dan namapanggilan yang disukai d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien 2. Klien dapat mengenal halusinasinya Tindakan : 2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap 2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara 2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar b. Apa yang dikatakan halusinasinya c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu ,namun perawat sendiri tidak mendengarnya. d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien 2.4 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya. 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya Tindakan : 14

3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll) 3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian 3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi 4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya Tindakan : 4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi 4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah) 5. Klien memanfaatkan obat denganbaik Tindakan : 5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum obat 5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya 5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat yang dirasakan 5.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi 5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar. Diagnosa II : isolasi sosial menarikdiri Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 15

Tindakan : 1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu. 1.2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab. 1.3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien. 2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Tindakan : 2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya 2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul 2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul 2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Tindakan : 3.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain 3.2 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain 16

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain 4. Klien dapat melaksanakan hubungan social Tindakan : 4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain 4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain 4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai 4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan 5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain Tindakan : 5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain 5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain 5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain.

17

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian

I.

II.

Tanggal MRS

: 10 Desember 2018

Tanggal di rawat di ruangan

: 11 Desember 2018

Tanggal pengkajian

: 18 Februari 2019

Ruang rawat

: Ruangan kenanga

Identitas Nama

: Ny. M

Umur

: 28 tahun

Alamat

: Jln. WR Supratman No. 14 Makassar

Pendidikan

: SMP

Agama

: Islam

Status

: Sudah menikah

Pekerjaan

: IRT (Ibu Rumah Tangga)

Jenis kelamin

: Perempuan

No RM

: 113526

Alasan Masuk a. Data Primer Klien mengatakan sering mendengar suara-suara pangeran dan anak kecil yang disiksa. Klien juga mengatakan memiliki dua orang anak, laki-laki dan perempuan yang bekerja sebagai polisi dan pramugari. Menurutnya anak perempuannya lebih tinggi dari anak laki-lakinya. Klien mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan yaitu memukuli saudaranya dan merusak barang-

18

barang di rumahnya, seperti TV, lemari dan membanting pintu. Klien mengatakan dia mengamuk karena merasa tidak dihargai oleh saudaranya. Klien juga mengatakan saat di rumah klien selalu berjalan mondar mandir tanpa arah tujuan yang jelas. Klien juga sering merasa pusing dan pikiran melayang-layang. Klien juga mengatakan saat dirumah lebih memilih untuk tinggal di rumah dibandingkan berkumpul dengan tetangga atau keluarganya karena merasa malu di usia 28 tahun belum mempunyai anak. b.

Data Sekunder Perubahan perilaku klien dimulai sejak ±2 tahun yang lalu sebelum klien masuk RS. Awalnya klien sering mengamuk, mengumpulkan pakaian dalam orang lain dan membuangnya ke got. Kemudian klien juga sering berbicara sendiri dan suka ganti baju ditempat umum jika ada pakian orang lain yang dilihatnya. Klien suka mengurung diri di kamar. Klien susah makan dan susah tidur dan jika diajak berbicara suka tidak nyambung

c.

Keluhan utama saat pengkajian Klien mengatakan sering mendengar suara-suara pangeran yang menyuruhnya untuk nakal, marah-marah, mengamuk dan membuang pakaian dalam orang di got. Klien juga mengeluh sering melihat anak kecil usia 16 tahun disiksa neraka, dipukul-pukul sama dipasung. Keluhan tersebut dialami walaupun sedang melakukan kegiatan di kamar mandi atau istirahat/baring-baring.

III.

Riwayat Penyakit Sekarang ( Faktor Presipitasi ) Klien masuk rumah sakit sejak 2 tahun yang lalu yang disebabkan karena klien sering mengumpulkan pakaian dalam orang lain dan dibuang ke got. Klien juga sering mendengar suara-suara bisikan dan berbicara sendiri. Klien mengalami

19

perubahan sikap seperti sering berjalan mondar-mandir, kadang diam dan tibatiba mengamuk tanpa alasan yang jelas. Klien juga susah tidur dan susah makan. Klien mengatakan sering pusing dan pikiran melayang. Klien pernah mengkonsumsi obat namun tidak ingat apa nama dan jenis obat yang dia konsumsi. IV.

Riwayat Penyakit Dahulu ( Faktor Predisposisi ) 1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu. Klien sudah pernah dirawat di RSKD Dadi dan ini adalah perawatan ketiga kalinya. 2. Pengobatan sebelumnya Kurang berhasil 3. Trauma Trauma

Usia

Pelaku

Korban

Saksi

Aniaya fisik

10

Orangtua Pasien

-

Aniaya seksual

-

-

-

-

Penolakan

-

-

-

-

Kekerasan

dalam -

-

-

-

-

-

-

keluarga Tindakan kriminal

-

Penjelasan : pasien mengatakan waktu kecil sering dipukul oleh ayahnya karena tidak mau pergi sekolah. Masalah keperawatan : Respon pasca trauma

20

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ? Klien mengatakan ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Gejala: gelisah sering mondar-mandir, bicara sendiri Riwayat pengobatan: tidak diketahui 5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan. Pasien mengatakan sering dipukul karena tidak mau pergi sekolah, dicaci dan dimaki karena dianggap gila oleh adiknya, klien merasa kehilangan saat ibu klien meninggal Masalah keperawatan: Respon pasca trauma V.

Pemeriksaan Fisik 1. TTV

: TD: 110/80mmHg N : 78x/i S : 36,4◦ C P : 18x/i

BB

: 50 kg

TB

: 160 cm

2. Keluhan Fisik Pasien mengatakan gatal-gatal di seluruh tubuh. Tampak ada luka kecilkecil dibagian kaki dan tangan. Masalah keperawatan : Kerusakan integritas kulit VI.

Psikososial

21

1. Genogram

Penjelasan : a. Kakek adalah anak ketiga dari lima bersaudara, klien tinggal dengan suaminya dan tidak memiliki anak. b. Klien mengatakan anggota keluarga yang paling dekat dengan dia adalah omnya. c.

Pola asuh dalam keluarga tidak diketahui pasti, tapi klien mengatakan tidak ada yang dibeda-bedakan dalam keluarga.

d. Dirumah sakit klien tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan temantemannya, apabila teman cuek atau tidak berespon, klien langsung menghindar dan duduk menyendiri diatas tempat tidur. e. Komunikasi dalam keluarga baik, pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah, tetapi untuk pengambilan keputusan masalah keluarga masih kurang karena keluarga klien belum mampu merawat klien yang mendrita gangguan jiwa. f. Ada satu anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa, yaitu pamannya dengan gejala yang sama tetapi sudah meninggal. 2. Konsep Diri

22

a. Citra Tubuh Klien mengatakan tidak memiliki masalah pada dirinya dan menerima apa yang telah terjadi pada dirinya, klien juga mengatakan suka dengan semua anggota tubuhnya, klien juga suka kebersihan. b. Identitas Diri Klien anak ketiga dari lima bersaudara dan klien memiliki seorang suami tetapi belum mempunyai anak. Klien kadan-kadang mengatakan sudah memiliki dua orang anak laki-laki dan perempuan padahal sebenarnya tidak. c. Peran Sebelum pasien masuk kerumah sakit, klien tinggal bersama suaminya, klien mengatakan bahwa dirinya sebagai istri yang gagal karena tidak dapat menyenangkan suami dan keluarga akibat dirinya tidak punya anak. d. Ideal Diri Klien

sangat

berharap

dirinya

masih

bisa

diterima

dalam

keluarga/masyarakat dan berharap bisa keluar dari rumah sakit dan kembali kerumah, klien juga sanag berharap bisa mempunyai anak. e. Harga Diri Klien merasa malu diumur 28 tahun belum mempunyai anak Masalah keperawatan : Gangguan identitas pribadi Harga diri rendah situasional 3. Hubungan Sosial a. Orang yang berarti Klien sangat menyayangi saudara-saudaranya dan suaminya

23

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat Klien kooperatif selalu mengikuti kegiatan yang diadakan mahasiswa seperti penyuluhan kesehatan bahaya merokok dan kepatuhan minum obat c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Klien tidak ada hambatan dalam hubungannya dengan orang lain, interaksi sosial lancar. 4. Spiritual a. Nilai dan keyakinan Klien mengatakan penyakitnya sekarang ini karena hukuman dari Allah SWT. Klien juga yakin kalau Allah SWT itu ada dan Allah SWT yang menyembuhkan segala penyakit. b. Kegiatan ibadah Klien mengatakan selalu mengaji setiap selesai shalat, klien juga tampak menyimpan Al-Qur’an ditempat tidurnya. VII.

Status Mental 1. Penampilan (penampilan usia, berpakaian, kebersihan) Penampilan klien bersih sesuai keadaan dan rapi. 2. Pembicaraan Klien tampak lancar dan kooperatif dalam berinteraksi, selalu menjawab ketika ditanya. 3. Aktivitas motorik Jari-jari

tampak

gemetar

ketika

klien

menjulurkan

tangan

dan

merentangkan jari-jari, klien juga tampak bingung dan gelisah karena ingin cepat sembuh.

24

4. Alam perasaan Khawatir karena suara-suara tidak jelas dan tidak ada wujudnya itu selalu mengganggu klien, selain itu selalu juga tampak sosok anak kecil yang disiksa. 5. Afek Labil, Ekspresi wajah mudah berubah ketika diberi stimulus 6. Interaksi selama wawancara Kooperatif dan mau menjawab pertanyaan-pertanyaan. 7. Persepsi Pendengaran dan penglihatan Klien mengatakan sering mendengar suara-suara pangeran yang menyuruhnya untuk nakal, marah-marah dan membuang pakaian dalam orang di got, klien juga mengeluh sering melihat anak kecil usia 16 tahun disiksa mereka dipukul-pukul dan dipasung. 8. Isi piker Phobia dengan ular 9. Waham Klien tidak mengalami waham 10. Arus piker Blocking dimana pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari orang lain kemudian dilanjutkan kembali. 11. Tingkat Kesadaran Klien tidak mengalami disorientasi, klien mampu menyebutkan tanggal lahir ini dan tahun serta tempat dimana dia berada sekarang.

25

12. Memori Konfabulasi, Pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya, seperti klien mengatakan iya memiliki dua orang anak laki-laki dan perempuan, yang bekerja sebagai polisi dan pramugari, baru-baru ini pernah datang menjenguknya pada hari jumat dan waktu tahun baru, anak perempuannya lebih tinggi daripada anak laki-lakinya. 13. Tingkat konsentrasi dan mudah berhitung Mudah beralih, pertahankan klien mudah berganti dari satu objek ke objek yang lainnya, misalnya: saat berbicara mengenai kegiatannya sehari-hari, dia akan langsung beralih ditengah-tengah dan membahas tentang anaknya yang akan datang memberikan uang empat ratus ribu, saat ditanya dia mempunyai anak kadang menjawabnya iya kadang juga tidak. 14. Kemampuan penilaian Gangguan ringan Klien dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain misalnya klien memiliki makana dia akan membagikan kepada temantemannya yang lain tapi harus diberitahu agar semuanya dikasi sedikitsedikit. 15. Daya tilik diri Klien menerima penyakit yang diderita dan tidak menyalahkan orang lain, klien menyadari adanya penyakit yang diderta dan suka meminta pertolongan orang lain ketika halusinasinya datang. Klien menyadari

26

penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang sifatnya tidak diketahui dan ada pada dirinya. VIII.

Kebutuhan Perencanaan Pulang 1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan a. Makan Klien mampu makan dengan sendirinya tanpa dibantu. Klien selalu menghabiskan porsi makannya. b. Keamanan Klien tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari bahaya luar. c. Perawatan kesehatan Klien mengatakan kesehatannya diperiksa hanya jika perawat atau dokter memanggilnya untuk kontrol. d. Pakaian Klien mampu berpakaian secara mandiri tanpa dibantu. e. Tempat tinggal Klien mengatakan tempat tinggal sudah dijamin oleh pihak rumah sakit. f. Uang Selama di rawat pasien tidak diberikan uang untuk transportasi pulang karena klien belum mampu menjaga dirinya sendiri. 2. Kegiatan hidup sehari-hari a. Perawatan diri 1) Mandi Klien mandi 2x sehari dan melakukannya secara mandiri.

27

2) Kebersihan Klien mampu membersihkan seluruh tubuhnya dengan mandiri. 3) Makan Klien makan secara mandiri. Klien selalu menghabiskan porsi makannya. 4) BAB/BAK Klien mengatakan BAB/BAK secara mandiri dan mengetahui bahwa jika ingin BAB/BAK harus di WC. 5) Ganti pakaian Klien mengatakan dapat mengganti pakaiannya secara mandiri dan selalu mengganti pakaian setiap hari. b. Nutrisi 1) Klien mengatakan tidak puas dengan pola makan yang telah di atur oleh rumah sakit. 2) Frekuensi makan 3x sehari 3) Frekuensi kudapan 1x sehari 4) Klien mengatakan selama di rawat di rumah sakit nafsu makan kurang karena menu yang diberikan kadang tidak disukainya. Klien memiliki berat badan terendah 45 kg dan berat badan tertinggi 50 kg, di rumah sakit makan dibatasi karena ada beberapa pasien juga dirawat. c. Tidur 1) Klien mengatakan ada masalah tidur, yaitu insomnia. 2) Klien mengatakan tidak merasa segar setelah bangun tidur.

28

3) Klien mengatakan selama di rawat klien tidur siang 4) Lama tidur siang ±2 jam 5) Klien mengatakan tidur malam mulai dari pukul 21.00 WITA, bangun jam 04.00 WITA. 6) Klien

mengatakan

sulit

tidur

karena

sering berhalusinasi,

lingkungan yang bising dan panas. Klien sering terbangun pada malam hari , namun tetap melanjutkan tidurnya. Masalah keperawatan : Gangguan pola tidur 3. Kemampuan klien dalam : a. Mengantisipasi kebutuhan sendiri Klien belum mampu mengantisipasi kebutuhannya sendiri b. Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri Klien mampu membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri c. Mengatur penggunaan obat Klien mengatakan mengetahui jadwal meminum obat dan dosis obat yang diminumnya. d. Melakukan pemeriksaan kesehatan Klien mengatakan hanya melakukan pemeriksaan kesehatan jika dipanggil oleh perawat atau dokter. 4. Klien memiliki sistem pendukung a. Keluarga Klien mengatakan memiliki keluarga yang mendukung dalam kehidupan sehari-hari. b. Terapis

29

Klien mengatakan tidak pernah di terapi dan tidak memiliki teman atau kerabat yang seorang therapis. c. Teman sejawat Klien mengatakan mempunyai teman dekat selama di rawat, klien selalu bercerita dengan temannya itu. 5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi ? Ya, klien hobby bernyanyi IX.

Mekanisme Koping Adaptif

Maladaptif

a. Bicara dengan orang lain

a. Minum alkhohol

b. Mampu

b. Reaksi lambat/berlebihan

menyelesaikan

masalah

c. Bekerja berlebihan

c. Teknik relaksasi

d. Menghindar

d. Aktivitas konstruktif

e. Menciderai diri

e. Olah raga

f. Lain-lain......

f. Lain-lain...... Penjelasan : : mekanisme koping yang dimiliki klien yaitu maladaptif. Dimana ketika klien mengalami masalah, klien menghindar, mengamuk, kadang berbicara sendiri, merokok, dan beresiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Masalah Keperawatan : Koping Maladaktif X.

Masalah Psikososial 1. Masalah dengan dukungan kelompok : Klien mengatakan keluarga masih mendukung klien untuk sembuh dan kembali seperti semula

30

2. Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien mengatakan masih bergaul dengan baik dengan teman-teman dilingkungannya. 3. Masalah dengan pendidikan : klien mengatakan sudah tidak bersekolah lagi, terakhir klien lulusan SMP. 4. Masalah dengan pekerjaan : Klien mengatakan tidak bekerja dan hanya ibu rumah tangga. 5. Masalah dengan perumahan : klien mengatakan tinggal bersama suaminya. 6. Masalah dengan ekonomi : Klien mengatakan tidak ada masalah ekonomi 7. Masalah dengan pelayanan kesehatan : Klien mengatakan tidak ada masalah. XI.

Kurang pengetahuan tentang : 1. Klien mengatakan tidak mengerti tentang apa itu gangguan jiwa / penyakit jiwa, pemahamannya tentang hal tersebut masih sangat sederhana, Klien mengatakan kenapa dirinya disebut gangguan jiwa padahal dirinya merasa sama seperti yang lain. 2. Untuk pertanyaan yang lain seperti sistem pendukung, faktor presipitasi, mekanisme koping, penyakit fisik, dan lain-lain, klien kurang mengerti tentang hal tersebut. Klien nampak bingung, klien bertanya tentang gangguan jiwa. 3. Klien mengatakan tidak mengetahui tentang bahaya merokok Masalah Keperawatan :Kurang Pengetahuan

XII.

Aspek Medik 1. Diagnosa medis : Skizoprenia

31

2. Terapi medis : Risperidon 5 mg (3x1) Trihexyphenidyl 2 mg (3x1) Chlorpromazine 100 mg (0-0-1) XIII. Daftar Masalah Keperawatan 1. Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran dan penglihatan 2. Respon pasca trauma 3. Harga diri rendah situasional 4. Koping keluarga tidak efektif 5. Risiko tinggi cedera 6. Resiko tinggi perilaku kekerasan 7. Kerusakan integritas kulit 8. Gangguan identitas pribadi 9. Gangguan pola tidur 10. Kurang pengetahuan XIV. Pohon Masalah Resiko perilaku kekerasan Efek :

Tidak mampu mengotrol perilaku

resiko cedera diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Masalah utama :

Gangguan pesepsi sensorik halusinasi Pendengaran dan penglihatan

Penyebab

Menarik diri Isolasi Sosial

Trauma, Masalah Psikososial, harga diri rendah, kesedihan memanjang dan putus minum obat 32

XV. DATA 1. KLASIFIKASI DATA Data Subyektif 1. Klien

Data Obyektif mengatakan

sering 1. Klien sering diam menyendiri.

mendengar suara-suara pangeran 2. Klien susah untuk tidur. ketika beraktivitas sendiri di kamar 3. Gelisah mandi atau baring-baring. 2. Klien

4. Mengarahkan telinga ke sumber

mengatakan

mendengar

sering

bisikan

yang 5. Mengarahkan tatapan pada satu

menyuruhnya untuk nakal, marahmarah,

mengamuk

mengumpulkan dalam

semua

orang

mengatakan

arah

dan 6. Klien pakaian

lain

tampak

mengalihkan

pembicaraan Ketika berinteraksi

dan 7. Klien tampak sering menyentuh

membuangnya ke got. 3. Klien

suara.

lukanya. takut

dan 8. Klien tanpak menggaruk bagian

khawatir saat suara-suara atau yang di lihatnya datang 4. Klien mengatakan sering melihat

kaki dan tangannya. 9. Tanpak ada luka di bagian tangan dan kaki.

anak kecil usia 16 tahun di siksa 10. Tampak wajah tidak segar dan nereka, di pukul-pukul dan di pasung. 5. Klien mengtakan merasa gatal pada badannya. 6. Klien mengatakan ada luka kecil di

lesuh. 11. Ketika klien mengalami masalah, klien melakukan hal-hal negative seperti

menghindar,

mengamuk,

bahkan bertengkar dengan orang

33

tangan dan kakinya.

lain.

7. Klien mengatakan sulit tidur karena 12. Klien halusinasinya

tampak

menunduk

saat

bercerita tentang keluarganya.

8. Klien mengatakan lebih memilih 13. Nada bicara klien merendah ketika tinggal

di

rumah

daripada

berbicara tentang kaluarga.

berkumpul dengan tetangga ataupun 14. Rambut klien tampak kering keluarganya.

15. Gigi klien nampak kuning

9. Klien suka menyendiri di kamar 10. Klien

mengatakan

risih

karena

16. Kuku klien tampak panjang dan kotor

tangan dan kakinya penuh luka 17. Pakaian klien terlihat lusuh dan bekas garukan.

selalu menggunakan baju yang

11. Klien mengatakan merasa malu di

sama

usai 28 tahun belum mempunyai 18. Cara bicara cepat anak

19. Intonasi bicara tinggi.

12. Klien mengatakan dia adalah istri yang gagal dan tidak berguna karena

tidak

bisa

memberikan

keturunan. 13. Klien mengatakan mungkin karena dia tidak memiliki anak maka orang lain meremehkannya. 14. Klien mengatakan jarang mencuci rambut. 15. Klien mengatakan jarang menyikat

34

gigi. 16. Klien mengatakan sering ganti baju tapi tidak dicuci. 17. Klien mengatakan selalu merasa ingin marah tanpa sebab. 18. Klien mengatakan pernah memukul orang lain dan merusak barangbarang di rumahnya. 2. ANALISA DATA NO. 1.

DATA

MASALAH

Ds : 1. Klien

Halusinasi mengatakan

pendengaran

dan

sering penglihatan

mendengar suara dan bisikan pangeran yang menyuruhnya untuk nakal, marah-marah, mengamuk,

dan

mengumpulkan

semua

pakaian dalam orang lain dan membuangnya ke got. 2. Klien

mengatakan

halusinasinya biasa muncul ketika beraktivitas sendiri di kamar mandi atau baringbaring

35

3. Klien

mengatakan

sering

melihat anak kecil usia 16 tahun di siksa neraka, di pukul-pukul dan di pasung\ 4. Klien mengatakan sulit tidur karena halusinasinya DO: 1. Klien

sering

diam

menyendiri. 2. Klien susah untuk tidur. 3. Klien

tampak

gelisah,

khawatir dan takut. 4. Mengarahkan

telinga

ke

sumber suara. 5. Mengarahkann tatapan pada satu arah 6. Klien tampak mengalihkan pembicaraan

Ketika

berinteraksi. 2.

Ds : 1. Klien

Resiko Perilaku Kekerasan mengatakan

selalu

merasa ingin marah tanpa sebab. 2. Klien

mengatakan

pernah

36

memukul

orang

merusak

lain

dan

barang-barang

di

rumahnya. Do : 1. Ketika

klien

mengalami

masalah,

klien

hal-hal

negative

menghindar, bahkan

melakukan seperti

mengamuk,

bertengkar

dengan

orang lain. 2. Cara bicara cepat 3. Intonasi bicara tinggi. 4. Wajah tampak tegang

4.

DS: 1. Klien

Harga Diri Rendah mengatakan

lebih

memilih tinggal di rumah daripada berkumpul dengan tetangga ataupun keluarganya. 2. Klien suka menyendiri di kamar 3. Klien karena

mengatakan

risih

tangan dan kakinya

penuh luka bekas garukan.

37

4. Klien

mengatakan

merasa

malu di usai 28 tahun belum mempunyai anak 5. Klien mengatakan dia adalah istri yang gagal dan tidak berguna karena tidak bisa memberikan keturunan. 6. Klien mengatakan mungkin karena dia tidak memiliki anak

maka

orang

lain

meremehkannya. Do : 1. Klien

sering

diam

menyendiri. 2. Klien tampak menunduk saat bercerita tentang keluarganya. 3. Nada bicara klien merendah ketika

berbicara

tentang

kaluarga

5.

Ds : 1. Klien

Defisist Perawatan Diri mengatakan

jarang

mencuci rambut. 2. Klien

mengatakan

jarang

38

menyikat gigi. 3. Klien

mengatakan

sering

ganti baju tapi tidak dicuci. 4. Klien mengtakan merasa gatal pada badannya. 5. Klien mengatakan ada luka kecil di tangan dan kakinya. 6. Klien karena

mengatakan

risih

tangan dan kakinya

penuh luka bekas garukan. Do : 1. Klien

tampak

sering

menyentuh lukanya. 2. Klien

tanpak

menggaruk

bagian kaki dan tangannya. 3. Tanpak ada luka di bagian tangan dan kaki. 4. Tampak wajah tidak segar dan lesuh. 5. Rambut klien tampak kering. 6. Gigi klien nampak kuning 7. Pakaian klien terlihat lusuh dan selalu menggunakan baju yang sama.

39

8. Kuku klien tampak panjang dan kotor.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN NO. 1

DIAGNOSA Gangguan sensori persepsi

TANGGAL

TANGGAL

DITEMUKAN

TERATASI

19-02-2019

halusinasi pendengaran dan penglihatan 2.

Resiko Perilaku Kekerasan

19-02-2019

3.

Harga Diri Rendah

19-02-2019

4.

Defisit Perawatan Diri

19-02-2019

40

C. RENCANA KEPERAWATAN No 1

DIAGNOSA

STRATEGI PELAKSANAN

Gangguan sensori

Pasien

Keluarga

persepsi halusinasi

Sp1p

pendengaran dan

1. Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu 1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat

penglihatan

terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon.

Sp1k

pasien.

2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, 2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan.

terjadinya halusinasi (gunakan booklet).

3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan 3. Jelaskan cara merawat halusinasi. menghardik

4. Latih cara merawat halusinasi: hardik.

4. Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan menghardik.

memberi pujian.

Sp2p

Sp2k

1.

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih

Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian.

2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan

pasien menghardik. Beri pujian

obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis, 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat.

41

frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)

3. Latih cara memberikan/ membimbing minum obat.

3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual latihan menghardik dan minum obat

dan

memberi pujian.

Sp3p

Sp3K

1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik & 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih obat. Beri pujian. 2. Latih

cara

pasien menghardik dan memberikan obat. Beri

mengontrol

halusinasi

dg

bercakap-cakap saat terjadi halusinasi.

2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan

3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan

menghardik,

minum

bercakap-cakap.

obat

pujian.

kegiatan untuk mengontrol halusinasi.

dan 3. Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan pasien terutama saat halusinasi. 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian.

Sp4p

Sp4k

1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih & bercakap-cakap. Beri pujian.

pasien menghardik, memberikan obat & bercakap-

42

2. Latih cara mengontrol halusinasi dg melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan).

cakap. Beri pujian. 2. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan.

3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat, bercakap-

3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian.

cakap dan kegiatan harian. Sp5p

Sp5k

1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik & 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih obat & bercakap-cakap & kegiatan harian.

pasien menghardik &

Beri pujian.

bercakap-cakap & melakukkan kegiatan harian dan

2. Latih kegiatan harian.

memberikan obat &

follow up. Beri pujian.

3. Nilai kemampuan yang telah mandiri.

2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien.

4. Nilai apakah halusinasi terkontrol

3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ/PKM.

2

Resiko Perilaku Kekerasan

Pasien Sp1p

Keluarga Sp1k

43

1. Identifikasi penyebab, tanda & gejala, PK

1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.

yang dilakukan, akibat PK. 2. Jelaskan cara mengontrol PK dengan cara fisik, obat, verbal, dan spiritual.

2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya PK. 3. Jelaskan cara merawat PK.

3. Latih cara mengontrol PK secara fisik : tarik 4. Latih salah satu cara merawat PK dengan nafas dalam dan pukul kasur/bantal. 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik.

melakukan kegiatan disik : tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur. 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan member pujian.

Sp2p

Sp2k

1. Evaluasi kegiatan fisik. Beri pujian.

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawt/melatih

2. Latih cara mengontrol PK dengan obat

pasien secara fisik. Beri pujian.

(jelaskan 6 benar : jenis, guna, dosis,

2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat.

frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).

3. Latih cara memberikan/membimbing minum obat.

3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat.

4. Anjurkan nembantu pasien sesuai jadwal dan member pujian.

44

Sp3p

Sp3K

1. Evaluasi kegiatan fisik & obat. Beri pujian.

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih

2. Latih cara mengontrol Pk secara verbal ( 3 cara

yaitu

mengungkapkan,

pasien secara fisik dan minum obat.

meminta, 2. Latih cara membimbing bicara yang baik.

menolak dengan benar).

3. Latih cara membimbing kegiatan spiritual

3. Masukkan apda jadwal kegiatan untuk 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan latihan fisik, minum obat dan verbal.

memberikan pujian.

Sp4p

Sp4k

1. Evaluasi kegiatan fisik, obat & verbal. Beri

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih

pujian. 2. Latih cara mengontrol spiritual (2 kegiatan). 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal, dan spiritual.

pasien fisik, memberikan obat, latihan bicara yang baik & kegiatan spiritual. Beri pujian. 2. Jelaskan follow op ke RSJ/PKM, tandah kambuh, rujukan. 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian.

3

Harga Diri Rendah

Sp1p

Sp1k

45

1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan). 2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih daftar kegiatan). 3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih. 4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya). 5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 2x sehari.

1. Diskusikan amsalah yang dirasakan dalam merawat pasien. 2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya harga diri rendah. 3. Diskusikan kemampuan atau aspek positef yang pernah dimiliki pasien sebelum dan selama sakit. 4. Jelaskan cara merawat klien harga diri rendah terutama memberikan pujian semua hal positif pada pasien. 5. Latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan pertama yang dipilih pasien ; bimbing dan beri pujian. 6. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian.

Sp2p

Sp2k

1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing

46

dan berikan pujian. 2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dialtih.

pasien melaksanakan kegiatan pertama yang dipilih dan dilatih pasien. Beri pujian. 2. Bersama

keluargaa

melatih

pasien

dalam

3. Latih kegaitan kedua (alat dan cara)

melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien.

4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk

3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan

latihan : dua kegiatan masing-masing 2x

member pujian.

sehari.

Sp3p 1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan beri pujian. 2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih. 3. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara). 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan tiga kegiatan, masing-maisng 2x sehari.

Sp3k 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegaitan pertama dan keldua yang telah dilatih. Beri pujian. 2. Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegaitan yang dipilih. 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian.

47

Sp4p

Sp4k

1.Evaluasi kegiatan pertama, kedua, dan ketiga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing

yang telah dialtih dan berikan pujian.

pasien melaksanakan kegiatan pertama, kedua,

2.Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih.

ketiga., beri pujian. 2. Bersama keluarga melatih pasien melakukan

3.Latih kegiatan keempat (alat dan cara).

kegiatan keempat yang dipilih.

4.Masukkan pada jadwal kegiatan untuk altihan

3. Jelaskan follow up ke RSJ.PKM, tanda

empat kegiatan masing-masing 2x sehari.

kambuh, rujukan. 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian.

4

Defisit Perawatan

Sp1p

Diri

1. Identifikasi

Sp1k. masalah

perawatan

diri

:

kebersihan diri, berdandan, makan/minum, BAB/BAK. 2. Jelaskan pengertian kebersihan diri. 3. Latih cara dan alat kebersihan diri.

1. Diskusikan

masalah

yang

dirasakan

selama

merawat klien. 2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala proses terjadinya perawatan diri. 3. Jelaskan cara merawat deficit perawatan diri.

48

4. Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dang anti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku.

4. Latih dua cara : kebersihan diri dan berdandan. 5. Anjurkan membantu pasien sesuai ajdwal dan berikan pujian

5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan mandi, siakt gigi (2x sehari), cuci rambut (2x seminggu), potong kuku (1x seminggu). Sp2p

Sp2k

1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri

1. Evaluasi

pujian.

kegiatan

keluarga

dalam

merawat/melatih pasien kebersihan diri.

2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan.

2. Latih dua cara merawt : makan minum ,

3. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri, merias nwajah, sisiran, cukuran untuk pria.

bab/bak. 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan

4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk

memberi pujian.

kebersihan diri dan berdandan. Sp3p 1. Evaluasi

Sp3k. kegiatan

kebersihan

diri

dan

1. Evaluasi

kegiatan

keluarga

dalam

49

berdandan. Beri pujian.

merawat/melatih pasien kebersihan diri dan

2. Jelaskan cara dan alat makan dan minum. 3. Latih cara makan dan minum yang baik.

berdandan. Beri pujian. 2. Bimbing keluarga merawat kebersihan diri,

4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk altihan kebersihan diri,

berdandan, makan dan

berdandan, makan minum, BAB/BAK. 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan

minum yang baik.

Sp4p 1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan minum yang baik. Beri pujian. 2. Jelaskan cara BAB/BAK yang baik. 3. Latih cara BAB/BAK yang baik. 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan, makan & minum dan BAB/BAK.

berikan pujian.

Sp4k 1. Evaluasi

kegaitan

merawat/melatih

pasien

keluarga kebersihan

dalam diri,

berdandan, makan minum, BAB/BAK. 2. Bimbing keluarga merawat BAB dan BAK pasien. 3. Jelskan follo up RSJ/PKM tanda kambuh, rujukan.

50

4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian. D. IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN No 1

DIAGNOSA

HARI/TGL

IMPLEMENTASI

EVALUASI

Gangguan

Selasa, 19-

Komunikasi terapeutik dengan membina Selasa, 19-02-2019.

sensori

02-2019

hubungan saling percaya dengan pasien, Pukul 14.00

persepsi

08.30

menyebutkan nama, (berkenalan dengan S :Klien mengatakan mendengar suara-suara

halusinasi

psaien), berjabat tangan dengan pasien dan bisikan yang memerintahkan klien untuk nakal

pendengaran

melakukan kontak mata.

mengganggu teman, marah-marah, dan

dan

Hasil :

mengamuk.

penglihatan

Klien mau terbuka dan memperkenalkan O: dirinya, mau berjabat tangan, menjawab 1. Klien ngomel sendiri salam,

duduk

berdampingan

serta 2. Klien senyum-senyum sendiri

kooperatif dalam menjawab pertanyaan. 3. Gelisah Klien mengalami halusinasi pendengaran 4. Klien kadang diam-diam sendiri dan pengelihatan

5. Klien tampak melamun

51

Sp1p

6. Mengarahkan telinga ke sumber suara

1. Mengidentifikasi frekuensi,

halusinasi:

waktu

terjadi,

isi, 7. Klien susah tidur situasi 8. TTV:

pencetus, perasaan, respon.

TD: 110/80 mmHg

Hasil :

N: 78x/menit

a. Klien mengatakan sering mendengar

S: 36,40C

bisikan

dari

pangeran

yang

P: 18x/menit

menyuruhnya untuk nakal, marah- A: Halusinasi positif . Lanjut ke Sp2p marah, mengamuk dan membuang P: Evaluasi Sp1p dan lanjutkan cara mengontrol pakaian dalam orang lain ke got. Klien

juga

mengatakan

halusinasi dengan Sp2p

sering 1. Evaluasi masalah dan latihan sebelumnya

melihat anak kecil usia 16 tahun 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan disiksa neraka, dipukul-pukul dan dipasung.

3. Bimbing klien memasukkan dalam jadwal

b. Klien mengalami halusinasi dua kali dalam

berbincang-bincang dengan orang lain

sehari.

harian.

Kadang-kadang

52

muncul disaat pagi, kadang-kadang malam hari, dan kadang juga tibatiba. c. Terjadi saat beraktivitas sendiri, didalam kamar mandi atau baringbaring sendiri. d. Saat mendengar bisikan, klien biasabiasa saja, kadang bicara sendiri sambil tertawa, dan mondar-mandir dalam ruangan serta mengajak orang lain bertengkar. Jika melihat anak kecil yang disiksa, klien merasa sedih, khawatir dan takut. 2. Menjelaskan

cara

mengontrol

halusinasi: hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan.

53

Hasil : Klien

mendengarkannya,

langsung

memotong

kadang

pembicaraan,

bertanya dan mengulangi apa yang dikatakan. 3. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan

menghardik

memperkenalkan

cara

dan yang

lain.

(mengambil air wudhu dan beristigfar) Hasil : a. Klien

menutup

mengatakan SAYA KAMU

TIDAK SUARA

telingadan

“PERGI…PERGI.., MAU

DENGAR.

PALSU.

KAMU

TIDAK NYATA”. b. Klien menutup mata dan mengatakan

54

“PERGI..PERGI.., MAU

LIHAT

SAYA

TIDAK

KAMU.,

KAMU

TIDAK NYATA”. c. Klien pergi mengambil air wudhu dan beristigfar. 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik. Hasil: Klien terus mengulangi cara itu jika diminta dan akan melakukannya tiap hari dan jika halusinasinya datang.

2

Resiko

Selasa, 19-

Sp1p

Selasa , 19 februari 2019.

Perilaku

02-2019

1. Mendiskusikan bersama klien penyebab Pukul 14.00

Kekerasan

09.00

marah, tanda, & gejala PK, Pk yang S : dilakukan, akibat PK.

1. Klien mengatakan penyebab marahnya tidak

55

Hasil :

jelas.

a. Klien mengatakan biasanya marah 2. Klien mengatakan akibat dari perilakunya saat halusinasinya datang dan ketika

hingga akhirnya keluarganya membawanya

ada

ke rumah sakit.

temannya

yang

mengjaknya

berbicara. b. Klien

3. Klien mengatakan merasa rileks ketika telah

mengatakan

kalau

marah

melakukan teknik nafas dalam,.

tangannya dikepal, muka tegang dan O : selalu ingin memukul orang lain.

Klien kooperatif, tatapan mata tajam. Klien

c. Klien pernah menghancurkan barang- dapat mendemonstrasikan cara mengontrol Pk barang di ruamh seperti Tv dan dengan cara tarik nafas dalam dan pukul kasur. perabotan rumah. Klien juga pernah A : Resiko perilaku kekerasan (+). bertengkar

dengan

orang

lain, P : Evalusasi Sp1p dan Lanjutkan latihan

memukul dan mengancam.

mengontrol PK Sp2p.

d. Klien mengatakan semenjak itu orang lain menjauhinya karena takut, dia dikurung dalam kamar dan barang-

56

barang di rumahnya menjadi rusak. 2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan cara fisik, obat, verbal, dan spiritual. Hasil : Klien langsung

mendengarkannya, memotong

kadang

pembicaraan,

bertanya dan mengulangi apa yang dikatakan. 3. Mengajarkna cara mengontrol PK dengan cara fisik (tarik nafas dalam dan bilang Astaghfirullah , dan pukul kasur) Hasil : a. Klien menarik napas dalam melalui hidung, kemudian ditahan beberapa menit lalu menghebuskannya melalui mulut seperti meniup terompet dan

57

diakhiri

dengan

mengatakan

Astagfirullah. b. Klien memukul-mukul bantal yang ada dikamarnya dengan kedua tangan, tampak ekspresi sepesti meluapkan emosi. 4. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Hasil : Klien terus mengulangi cara yang dilatih jika diminta dan akan melakukannya tiap hari dan jika marahnya datang.

3

Harga Diri

Selasa, 19-

Sp1p

Rendah

02-2019

1. Identifikasi

09.30

Selasa, 19 Februari 2019 kemampuan

melakukan 14.00

kegiatan dan aspek positif pasien (buat S:

58

daftar kegiatan).

1. Klien menjawab salam dan mengucapkan

Hasil : Klien

selamat pagi mengatakan

bisa

melakukan 2. Klien mengatakan namanya Ny. M dan suka

kegiatan seperti bersih-bersih kamar dan mengaji.

dipanggil M 3. Klien menyebutkan kegiatan seperti bangun

2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih daftar

pagi, mandi, membersihkan tempat tidur dan makan

kegiatan).

O:

Hasil:

1. Klien mau berjabat tangan

Kegiatan yang dapat dilakukan saat ini 2. Klien membalas salam perawat yaitu

bersih-bersih

kamar,

mandi, 3. Klien menunduk saat berbicara

mencuci, cuci piring, menulis, latihan 4. Klien mau duduk berdampingan menghardik, latihan tarik napas dalam 5. Klien dapat menyebutkan kegiatannya pukul-pukul bantal, berwudhu, sholat A : Harga diri rendah positif dan mengaji. 3. Bantu

pasien

P : Evaluasi Sp1p dan Lanjutkan ke Sp2p memilih

salah

satu

59

kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih. Hasil : Salah kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih yaitu, latihan menghardik, latihan tarik napas dalam pukul-pukul bantal dan berwudhu. 4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya). Hasil : a. Latihan Menghardik Menutup telinga dan mengatakan “PERGI…PERGI.., SAYA TIDAK MAU DENGAR. KAMU SUARA PALSU. KAMU TIDAK NYATA”. Menutup

mata

dan

mengatakan

60

“PERGI..PERGI.., MAU

LIHAT

SAYA

TIDAK

KAMU.,

KAMU

TIDAK NYATA”. b. latihan tarik napas dalam pukulpukul bantal Pertama,

menarik

napas

dalam

melalui hidung, kemudian ditahan beberapa

menit

menghebuskannya

melalui

lalu mulut

seperti meniup terompet dan diakhiri dengan mengatakan Astagfirullah. Kedua, memukul-mukul bantal yang ada dikamar dengan kedua tangan sambil meluapkan emosi.

c. Berwudhu

61

Berdoa/ Niat terlebih dahulu : Nawaitul whudu-a lirof’il hadatsii ashghori fardhon lillaahi ta’aalaa Artinya : “Saya

niat

berwudhu

untuk

menghilangkan hadast kecil fardu (wajib) karena Allah ta’ala”. Berwudhu dengan cara : Mencuci

kedua

telapak

tangan

sebanayak 3 x, berkumur sebanyak 3x, membasuh hidung sebanyak 3x, membasuh

muka

sebanyak

3x,

membasuh kedua tangan sampai siku 3x (kiri dan kanan), membasuh kepala mulai dari ubun-ubun 3x, membasuh

kedua

telinga

3x,

62

mencuci kedua kaki 3x (kiri dan kanan), semua harus dilakukan tertib dan teratur serta tidak boleh dibolakbalik dari cara satu ke cara yang lainnya. Berdoa sesudah wudhu : Asyhadu

allaa

ilaaha

illaloohu

wahdahuu laa syariika lahu wa asyhadu

anna

anduhuuwa

muhammadan rasuuluhuu,

alloohumaj’alnii minat tawwaabiina waj’alnii

minal

mutathhhiriina,

waj’alnii min ;ibadikash shaalihiina. Artinya : “ Aku bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tidak

63

ada

sekutu

baginya,

dan

aku

mengaku bahwa Nabi Muhammad itu adalah hamba dari utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku

dari

golongan orang-orang yang suci dan jadikanlah aku dari golongan orangorang yang bertaubat dan jadikanlah aku dari golongan hamba-hambamu yang shaleh”. 5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik

1x sehari, tarik

napas dalam dan pukul-pukul bantal 1x sehari, berwudhu 5x sehari. Hasil : Klien

mengulangi cara yang dilatih

seperti menghardik 1x sehari, tarik

64

napas dalam dan pukul-pukul bantal 1x sehari dan berwudhu setiap sholat. 4

Defisit

Selasa, 19-

Sp1p

Perawatan Diri

02-2019

1. Mengidentifikasi masalah perawatan diri 14.00

10.00

Selasa , 19 Februari 2019

klien.

S:

Hasil :

1. Klien mengatakan mandi 2x sehari namun

Klien mengatakan mandi 2x sehari

tidak mencuci rambutnya dan jarang

namun tidak mencuci rambutnya dan

menggosok gigi.

jarang

menggosok

gigi.

Klien 2. Klien mengatakan sering mengganti baju

mengatakan sering mengganti baju tapi

tapi jarang dicuci.

jarang dicuci karena persediaan pakaian 3. Klien mengatakan persediaan pakaian minim. minim dan banyak pasien, klien takut O : Rambut klien nampak kering, gigi masih bajunya diambil pasien lain. Kuku klien kuning, baju tidak rapi, kuku panjang. juga tampak panjang.

A : Defisit perawatan diri (+)

2. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri. P : Evaluasi Sp1p dan Lanjutkan Sp2p. Hasil :

65

Klien

mengerti

bahwa

pentingnya

menjaga kebersihan diri agar terhindar dari prnyakit, tubuh menjadi bersih, perasaan segar dan kalau kuku pendek tidak melukai orang lain, kotoran tidak gampang masuk dan mempermudah dalam berwudhu. 3. Menjelaskan cara dan alat kebersihan diri. Hasil : Klien mengerti bahwa kita harus mandi sekurang-kurangnya 2x sehari saat aktif beraktivitas dengan menggunakan sabun dan menggosok seluruh bagian tubuh, sikat gigi menggunakan selesai

makan

dan

odol

setiap

sebelum

tidur,

66

mencuci rambut sekurang-kurangnya 3 kali

dalam

shampo,

seminggu

menggunakan

menyisir rambut dan berhias

diri menggunakan lipstick dan bedak sewajarnya, sebelum makan cuci tangan dulu dan kalau perlu di sabun tangannya, duduk pada saat

makan , memotong

kuku menggunakan potong kuku dan tidak memakai gigi, buang air besar dan kecil di kloset. 4. Masukkan pada jadwal kegiatan Hasil : Untuk mandi 2x sehari , sikat gigi (setiap selesai makan dan sebelum tidur pada malam hari), cuci rambut (3x seminggu), potong kuku (1x seminggu).

67

5

Gangguan

Rabu, 20-

Sp2p

Rabu, 20-02-2019

sensori

02-1-2019

1. Mengevaluasi

persepsi

08.30

kegiatan

menghardik. 14.00

Memberi pujian.

S:

halusinasi

Hasil :

Klien mengatakan masih mengingat cara

pendengaran

Klien masih mengingat cara menghardik menghardik, dan mengerti penjelasan obat yang

dan

dan cara lain yang dilatih dengan diberikan.

penglihatan

meyebutkan

ketika

diminta

sambil O : klien mengangguk

memperagakan

Klien menyebutan obat yang diminum, warna

a. Klien menutup telingadan mengatakan dan menyebutkan manfaat yang dirasakan. “PERGI…PERGI.., MAU

DENGAR.

SAYA KAMU

TIDAK A : halusinasi (+) SUARA P: Evaluasi Sp2p Lanjutkan intervensi Sp3p

PALSU. KAMU TIDAK NYATA”. b. Klien menutup mata dan mengatakan “PERGI..PERGI..,

SAYA

TIDAK

MAU LIHAT KAMU., KAMU TIDAK NYATA”.

68

c. Klien pergi mengambil air wudhu dan beristigfar. 2. Melatih

cara

mengontrol

halusinasi

dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat) Hasil : a. Klien memahami pentingnnya minum obat teratur dan menyebutkan jenis obat yang diminum yaitu resperidone 3x sehari (pagi, siang, malam), Cpz 1x sehari yaitu pada malam hari dan Trihexyphenidyl (THP) 2x sehari. b. Klien mampu menyebutkan kegunaan minum obat yaitu agar penyakit tidak kambuh,

tidak

gelisah,

mudah

69

istirahat, tidak gampang marah dan membantu dalam bercakap-cakap serta melakukan kegiatan. 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan minum obat. Hasil : Klien

mengulangi cara yang dilatih

seperti menghardik 1x sehari dan minum obat teratur sesuai jadwal minum obat. 6

Resiko

Rabu, 20-

Sp2p

Rabu 20 Februari 2019

Perilaku

02-1-2019

1. Mengevaluasi kegaitan latihan fisik

14.00

Kekerasan

09.00

mengontrol marah.

S:

Hasil :

1. Klien masih mengingat cara mengontrol Pk

Klien

mampu

mengulangi

cara

mengontol marah dengan menarik napas dalam dan

dengan cara fisik dan mampu mendemonstrasikannya.

memukul-mukul bantal 2. Klien mengatakan dapat mengenali obat-

70

dengan mempraktekkannya seperti :

obatnya yang sudah tau cara mengkonsumsi

a. Klien menarik napas dalam melalui

dengan baik.

hidung, kemudian ditahan beberapa O : Klien dapat mempraktekkan cara minum menit lalu menghebuskannya melalui

obat dengan baik.

mulut seperti meniup terompet dan A : Resiko perilaku kekerasan (+) diakhiri

dengan

mengatakan P : Evaluasi latihan mengontrol Pk dengan

Astagfirullah.

minum obat dan lanjutkan intervensi Sp3p.

b. Klien memukul-mukul bantal yang ada dikamarnya dengan kedua tangan, tampak ekspresi sepesti meluapkan emosi. 2. Menjelaskan cara mengontrol Pk dengan obat. Hasil : Klien memahami pentingnnya minum obat teratur dan menyebutkan jenis obat

71

yang diminum yaitu resperidone 3x sehari (pagi, siang, malam), Cpz 1x sehari yaitu pada malam hari dan Trihexyphenidyl (THP) 2x sehari. 3. Membimbing pasien

memasukkan

ke

jadwal harian. Hasil : Klien teratur minum obat dengan tidak menyembunyikannya dibawah lidah atau pura-pura minum obat dan

terus

mengulangi cara yang dilatih jika diminta dan akan melakukannya tiap hari (1x) dan jika marahnya datang.

7

Harga Diri

Rabu, 20-

Sp2p

Rabu, 20 Februari 2019-03-10

Rendah

02-1-2019

1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah 14.00

72

09.30

dilatih dan berikan pujian.

S:

Hasil :

1. Klien menjawab salam

Pasien

masih

mengingat

dan 2. Klien mengatakan merasa lebih berguna dan

mempraktekkan kegiatan yang dilatih

bersyukur masih memiliki keluarga

a. Menghardik

dibanding yang lain

Klien

menutup

mengatakan SAYA

TIDAK

KAMU

telinga

dan 3. Klien mengatakan bisa bersih-bersih ruangan

“PERGI…PERGI.., MAU

SUARA

DENGAR. 4. Klien mengatakan senang membaca Al-

PALSU.

KAMU

TIDAK NYATA”. Menutup

mata

LIHAT

TIDAK NYATA”.

qur’an setiap selesai sholat. O:

dan

“PERGI..PERGI.., MAU

dan senang melakukan itu

mengatakan 1. Klien menjawab salam

SAYA

KAMU.,

TIDAK 2. Klien terlihat memegang Al-qur’an dan KAMU

membacanya 3. Klien nampak senang

b. latihan tarik napas dalam pukul- A : Harga diri rendah (+) pukul bantal

P : Evaluasi Sp2p dan lanjutkan intervensi Sp3p

73

Pertama, Klien menarik napas dalam melalui hidung, kemudian ditahan beberapa

menit

menghebuskannya

melalui

lalu mulut

seperti meniup terompet dan diakhiri dengan mengatakan Astagfirullah. Kedua, klien memukul-mukul bantal yang ada dikamar dengan kedua tangan sambil meluapkan emosi. c. Berwudhu Berdoa/ Niat terlebih dahulu dengan menggunakan bahasa indonesia “Saya berniat

berwudhu untuk

menghilangkan hadast kecil wajib karena Allah”. Berwudhu dengan cara :

74

Mencuci

kedua

telapak

tangan

sebanayak 3 x, berkumur sebanyak 3x, membasuh hidung sebanyak 3x, membasuh

muka

sebanyak

3x,

membasuh kedua tangan sampai siku 3x (kiri dan kanan), membasuh kepala mulai dari ubun-ubun 3x, membasuh

kedua

telinga

3x,

mencuci kedua kaki 3x (kiri dan kanan), semua harus dilakukan tertib dan teratur serta tidak boleh dibolakbalik dari cara satu ke cara yang lainnya. Berdoa sesudah wudhu

dengan

menggunakan bahasa indonesi : “ Aku bersaksi, tiada Tuhan selain

75

Allah , tidak ada yang seperti dia, dan aku mengaku

bahwa Nabi

Muhammad itu utusannya. Allah, jadikanlah aku

golongan orang-

orang suci, jadikanlah aku golongan orang bertaubat dan jadikanlah aku golongan hambamu yang shaleh”. 2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dialtih. Hasil : Klien mengatakan kegiatan kedua yang ingin dilatih yaitu menulis 3. Latih kegaitan kedua (alat dan cara) Hasil: Alat yang digunakan yaitu pulpen hitam dan kertas 1 lembar. Klien menuliskan

76

nama lengkapnya, alamatnya, nama suaminya,

nama

anaknya,

hobinya,

kegiatannya sehari-hari dan nama teman sekamarnya. 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : dua kegiatan masing-masing 1x sehari Hasil : Klien

mengulangi cara yang dilatih

seperti menghardik 1x sehari, tarik napas dalam dan pukul-pukul bantal 1x sehari dan berwudhu setiap sholat dan menulis 1x sehari. 8

Defisit

Rabu, 20-

Sp2p

Rabu, 20 Februari 2019

Perawatan Diri

02-1-2019

1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri

14.00

10.00

pujian.

S: Klien mengatakan akan membiasakan diri

77

Hasil : Klien

untuk berdandan sudah

menggunakan

mandi sabun,

2x sikat

sehari O: Klien tampak menyisir rambutnya dan gigi

menggunakan lipstik

menggunakan odol setiap selesai makan A: Defisit perawatan diri (+) dan saat ingin tidur, mencuci rambut 1x P : Evaluasi Sp2p dan Lanjutkan intervensi saat mandi, memotong kukunya.

Sp3p

2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan. Hasil : Klien mampu menyebutkan alat untuk berdandan yaitu bedak, sisir , ikat rambut dan lipstik. Caranya : selesai mandi rambut harus disisir, lalu diikat. Setelah itu

menggunakan bedak sedikit dan

jangan terlalu banyak, kemudian pakai lipstik di bibir jangan terlalu banyak supaya tidak terang warnanya.

78

3. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri, merias nwajah, sisiran, cukuran untuk pria. Hasil : Klien

mampu

menyisir

mempraktekkan

rambut

rambut,

cara

mengikat

rambut . Setelah itu menggunakan bedak sedikit dan jangan

terlalu banyak,

kemudian pakai lipstik di bibir jangan terlalu

banyak

supaya

tidak

terang

warnanya. 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan. Hasil : Klien

sudah

menggunakan

mandi sabun,

2x sikat

sehari gigi

79

menggunakan

odol

setiap

selesai

makan dan saat ingin tidur, mencuci rambut

1x

saat

mandi,

memotong

kukunya. selesai mandi rambut harus disisir,

lalu

diikat.

Setelah

itu

menggunakan bedak sedikit dan jangan terlalu banyak, kemudian pakai lipstik di bibir jangan terlalu banyak supaya tidak terang warnanya. 9

Gangguan

Kamis, 21-

Sp3p

sensori

02-2019.

1. Mengevaluasi

persepsi

08.00

Kamis, 21-02-2019 kegiatan

latihan 14.00

menghardik & obat. Memberi pujian.

S:

halusinasi

Hasil :

1. Klien mengatakan kadang-kadang

pendengaran

Klien melakukan latihan menghardik 1x

mendengar suara-suara yang menyuruhnya

dan

sehari dan minum obat teratur setiap

untuk nakal, marah-marah dan mengamuk

penglihatan

jadwal minum obat.

serta membuang pakaian dalam orang lain ke

80

got 2. Melatih dengan

cara

mengontrol

bercakap-cakap

halusinasi 2. Klien mengatakan kadang-kadang melihat

saat

terjadi

anak kecil disiksa neraka.

halusinasi.

O:

Hasil :

1. Klien koperatif

Sudah dilakukan, dengan mengatakan 2. Klien sudah jarang melamun pada klien jika halusinasinya datang 3. Klien berbaur dengan temannya langsung mencari teman untuk diajak A : Halusinasi (+) berbicara dan meminta teman untuk P : Evaluasi Sp3p Lanjut Sp4p bercakap-cakap. 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat dan bercakap-cakap. Hasil : Klien

mengulangi cara yang dilatih

seperti menghardik 1x sehari dan minum

81

obat teratur sesuai jadwal minum obat dan bercakap-cakap setiap tidak ada kegiatan atau halusinasi datang. 10

Resiko

Kamis, 21-

Sp3p

Kamis, 21 Februari 2019

Perilaku

02-2019.

1. Mengevalaluasi kegiatan latihan fisik dan

14.00

Kekerasan

08.30

minum obat.

S : Klien mengatakan dapat mengontrol

Hasil :

marahnya dengan dapat mengungkapkan

Klien teratur minum obat dengan tidak

perasaannya dengan baik.

menyembunyikannya dibawah lidah atau O : Klien tampak mampu mendemonstrasikan pura-pura minum obat dan

terus

cara mengontrol Pk secara verbal.

mengulangi cara yang dilatih untuk A : Resiko perilaku kekerasan (+) mengontrol marah dengan menarik napas P : Evaluasi latihan mengontrol PK dengan dalam dan memukul-mukul bantal jika

verbal dan lanjutkan intervensi Sp4p

diminta dan akan melakukannya tiap hari (1x) dan jika marahnya datang.

82

2. Melatih cara mengontrol Pk dengan cara verbal ( berbicara yang baik, menolak, mengungkapkan, dan meminta yang baik). Hasil : Klien mengerti cara mengontrol perilaku kekerasan dengan berbicara yang baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta tidak meggunakan kata-kata kasar, menolak dengan cara yang baik dengan tidak membentak dan memukul serta mengungkapkan perasaan kesal dengan tenang. 3. Membimbing memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, dan berbicara yang baik.

83

Hasil : klien

tetap

melakukan

latihan

menghardik 1x sehari, tarik napas dalam dan pukul-pukul bantal 1x sehari, minum obat teratur sesuai jadwal dan latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal ( berbicara yang baik, menolak, mengungkapkan, dan meminta yang baik).

11

Harga Diri

Kamis, 21-

Sp3p

Rendah

02-2019.

1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua 14.00

09.00

Kamis, 21 Februari 2019

yang telah dilatih dan beri pujian.

S:

Hasil :

1. Klien menjawab salam

Pasien

masih

mengingat

dan 2. Klien mengatakan merasa lebih berguna dan

84

mempraktekkan

kegiatan pertama dan

kedua yang dilatih a.

dibanding yang lain

Menghardik Klien

SAYA

3. Klien mengatakan bisa bersih-bersih ruangan

menutup

mengatakan TIDAK

KAMU

telinga

dan

MAU

DENGAR.

PALSU.

makanan

mata

dan

“PERGI..PERGI.., LIHAT

qur’an setiap selesai sholat.

KAMU 5. Klien mulai membantu teman membagikan

TIDAK NYATA”.

MAU

dan senang melakukan itu

“PERGI…PERGI.., 4. Klien mengatakan senang membaca Al-

SUARA

Menutup

bersyukur masih memiliki keluarga

mengatakan O :

SAYA

KAMU.,

TIDAK 1. Klien menjawab salam KAMU 2. Klien terlihat membantu teman membagikan

TIDAK NYATA”.

makanan

b. latihan tarik napas dalam pukul- 3. Klien nampak senang pukul bantal

A : Harga diri rendah (+)

Pertama, Klien menarik napas dalam P : Evaluasi Sp3p dan lanjutkan intervensi Sp4p melalui hidung, kemudian ditahan

85

beberapa

menit

menghebuskannya

melalui

lalu mulut

seperti meniup terompet dan diakhiri dengan mengatakan Astagfirullah. Kedua, klien memukul-mukul bantal yang ada dikamar dengan kedua tangan sambil meluapkan emosi. c. Berwudhu Berdoa/ Niat terlebih dahulu dengan menggunakan bahasa indonesia “Saya berniat

berwudhu untuk

menghilangkan hadast kecil wajib karena Allah”. Berwudhu dengan cara : Mencuci

kedua

telapak

tangan

sebanayak 3 x, berkumur sebanyak

86

3x, membasuh hidung sebanyak 3x, membasuh

muka

sebanyak

3x,

membasuh kedua tangan sampai siku 3x (kiri dan kanan), membasuh kepala mulai dari ubun-ubun 3x, membasuh

kedua

telinga

3x,

mencuci kedua kaki 3x (kiri dan kanan), semua harus dilakukan tertib dan teratur serta tidak boleh dibolakbalik dari cara satu ke cara yang lainnya. Berdoa sesudah wudhu

dengan

menggunakan bahasa indonesi : “ Aku bersaksi, tiada Tuhan selain Allah , tidak ada yang seperti dia, dan aku mengaku

bahwa Nabi

87

Muhammad itu utusannya. Allah, jadikanlah aku

golongan orang-

orang suci, jadikanlah aku golongan orang bertaubat dan jadikanlah aku golongan hambamu yang shaleh”. d. Menulis Klien

menulis

1x

sehari,

tapi

sekarang yang ditulis itu adalah makanan kesukaannya yang ditulis di bawah tulisan sebelumnya. 2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih. Hasil : Klien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih yaitu melipat pakaian

88

3. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara). Hasil : Klien mengambil semua bajunya dan melipatnya sesuai yang di ajarkan yaitu kalau melipat baju lengan tangan kiri dan kanan dilipat masuk kedalam secara sejajar lalu baju dilipat dua. Untuk celana dilipat dua, dimana kedua sisi bertemu lalu dilipat dua dipertemukan dari ujung ke ujung. 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan tiga kegiatan, masing-maisng 1x sehari. Hasil: Klien

mengulangi cara yang dilatih

seperti menghardik 1x sehari, tarik napas

89

dalam dan pukul-pukul bantal 1x sehari dan berwudhu setiap sholat, menulis 1x sehari dan melipat pakaian 1x sehari.

12

Defisit

Kamis, 21-

Sp3p

Perawatan Diri

02-2019.

1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan 14.00

10.00

Kamis, 21 Februari 2019

berdandan. Beri pujian.

S: Klien mengatakan akan membiasakan diri

Hasil : Klien

untuk makan dan minum yang baik dan sudah

menggunakan

mandi sabun,

2x sikat

sehari

benar

gigi O: Klien tampak makan dengan posisi duduk

menggunakan odol setiap selesai makan

dan piring diletakkan diatas meja serta

dan saat ingin tidur, mencuci rambut 1x

makan menggunakan tangan kanan

saat mandi, memotong kukunya, dan A: Defisit perawatan diri (+) berdandan atau berhias selesai mandi P : Evaluasi Sp3p dan Lanjutkan intervensi (menyisir

rambut,

mengikat

rambut, Sp4p

menggunakan bedak dan lipstik)

90

2. Jelaskan cara dan alat makan dan minum. Hasil : Menjelaskan pada klien tentang alat yang digunakan untuk makan dan minum yaitu piring dan gelas. Piring digunakan untuk tempat makanan, gelas digunakan untuk tempat air minum, cuci tangan sebelum makan, menyimpan makanan dipiring

secukupnya

jangan

sampai

tumpah, jika ingin makan harus duduk dengan baik diatas kursi dan makanan diletakkan diatas meja serta sebelum makan harus berdoa dulu. 3. Latih cara makan dan minum yang baik. Hasil : Klien menerapkan apa yang dijelaskan

91

pada jam makan siang dimana makanan diletakkan diatas piring secukupnya agar tidak tumpah, menyimpan air dalam gelas secukupnya agar tidak tumpah, cuci tangan sebelum makan, duduk di kursi saat ingin makan dan makanan diletakkan diatas meja serta sebelum makan klien berdoa dulu. 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk ltihan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum yang baik. Hasil : Klien

sudah

mandi

menggunakan

sabun,

menggunakan

odol

2x sikat setiap

sehari gigi selesai

makan dan saat ingin tidur, mencuci

92

rambut

1x

saat

mandi,

memotong

kukunya. selesai mandi rambut harus disisir,

lalu

diikat.

Setelah

itu

menggunakan bedak sedikit dan jangan terlalu banyak, kemudian pakai lipstik di bibir jangan terlalu banyak supaya tidak terang warnanya. Pada jam makan, makanan

diletakkan

secukupnya

agar

diatas tidak

piring tumpah,

menyimpan air dalam gelas secukupnya agar tidak tumpah, cuci tangan sebelum makan, duduk di kursi saat ingin makan dan makanan diletakkan diatas meja serta sebelum makan klien berdoa dulu. 13

Gangguan

Jumat, 22-

Sp4p

sensori

02-2019

1. Mengevaluasi

Jumat, 22-02-2019 kegiatan

latihan 14.00

93

persepsi

08.00

menghardik & obat & bercakap-cakap. S: Klien mengatakan suara-suara sudah jarang

halusinasi

Memberi pujian.

muncul, begitupun yang dilihatnya.

pendengaran

Hasil :

O: klien koperatif

dan

Klien melakukan latihan menghardik 1x Klien sudah jarang melamun

penglihatan

sehari , minum obat teratur setiap jadwal Klien berbaur dengan teman-temannya minum obat dan bercakap-cakap pada Klien tidak gelisah saat waktu luang. 2. Melatih

cara

A : Halusinasi (+) mengontrol

halusinasi P: Anjurkan klien tetap menerapkan latihan

dengan melakukan kegiatan harian.

menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan

Hasil :

beraktivitas. Anjurkan klien untuk tetap

Klien biasanya bangun pagi jam 4 subuh berwudhu dan beristigfar saat halusinasinya untuk

minum

obat,

membantu datang lagi.

membagikan obat, setelah itu menunggu waktu sholat subuh, berwudhu, sholat, mengaji, membersihkan tempat tidur, mandi,

makan

pagi,

mebantu

94

membagikan makanan, membersihkan, latihan

menghardik,

bercakap-cakap,

laitahn napas dalam dan pukul-pukul bantal, mandi lagi dan terapi aktivitas kelompok. 3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan

menghardik,

minum

obat,

bercakap-cakap dan kegiatan harian. Hasil : Klien

mengulangi cara yang dilatih

seperti menghardik 1x sehari dan minum obat teratur sesuai jadwal minum obat dan bercakap-cakap setiap tidak ada kegiatan atau halusinasi datang dan melakukan aktivitas sesuai jadwal.

95

14

Resiko

Jumat, 22-

Sp4p

Jumat, 22 Februari 2019

Perilaku

02-2019

1. Mengevaluasi kegiatan latihan fisik, obat, 14.00

Kekerasan

09.00

dan verbal.

S : Klien mengatakan menghapal surah An-

Hasil :

Naas dan akan membacanya untuk

Klien teratur minum obat dengan tidak

mengontrol amarahnya.

menyembunyikannya dibawah lidah atau O : Klien tampak tenang, tersenyum, pura-pura minum obat dan

terus

kooperatif.

mengulangi cara yang dilatih untuk A : Resiko perilaku kekerasan (+). mengontrol marah dengan menarik napas P : Pertahankan kondisi pasien. dalam dan memukul-mukul bantal jika diminta dan akan melakukannya tiap hari (1x) dan jika marahnya datang dan latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal ( berbicara yang baik, menolak, mengungkapkan, dan meminta yang baik).

96

2. Melatih cara mengontrol PK dengan spiritual. Hasil : Klien mengatakan menghapal surah AnNaas dan akan membacanya untuk mengontrol amarahnya. 3. Membimbing pasien memasukkan ke jadwal kegiatan untuk kontrol PK secara spiritual. Hasil : klien tetap melakukan latihan tarik napas dalam dan pukul-pukul bantal 1x sehari, minum obat teratur sesuai jadwal dan latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal ( berbicara yang baik, menolak, mengungkapkan, dan meminta

97

yang baik) serta membaca surah An-Naas dan untuk mengontrol amarahnya. 15

Harga Diri

Jumat, 22-

Sp4p

Rendah

02-2019

1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua, dan 14.00

09.30

Jumat, 21 Februari 2019

ketiga yang telah dialtih dan berikan S: pujian.

1. Klien menjawab salam

Hasil :

2. Klien mengatakan merasa lebih berguna dan

Klien

mengulangi cara yang dilatih

seperti menghardik 1x sehari, tarik napas

bersyukur masih memiliki keluarga dibanding yang lain

dalam dan pukul-pukul bantal 1x sehari 3. Klien mengatakan bisa bersih-bersih ruangan dan berwudhu setiap sholat, menulis 1x sehari dan melipat pakaian 1x sehari. 2. Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih. Hasil :

dan senang melakukan itu 4. Klien mengatakan senang membaca Alqur’an setiap selesai sholat. 5. Klien mulai membantu teman membagikan makanan

Klien memilih kegiatan keempat yang 6. Klien mulai membantu dalam membagikan

98

akan dilatih adalah menggunakan jilbab yang baik dan benar. 3. Latih kegiatan keempat (alat dan cara). Hasil : Menjelaskan sebelum memakai jilbab

obat O: 1. Klien menjawab salam 2. Klien terlihat membantu teman membagikan makanan dan membagikan obat

kita harus mengikat rambut terlebih 3. Klien nampak senang dahulu supaya rambutnya tidak kelihatan A : Harga diri rendah (+) nanti, setelah itu kita pakai jilbabnya P : Evaluasi Sp4p dan pertahankan kegiatan perhatikan supaya tidak miring-miring

yang sudah terjadwal

dan rambut tidak kelihatan. Jika ingin memakai jilbab pakaian yang digunakan harus lengan panjang, menggunakan rok atau celana panjang, menggunakan baju tidak terlalu ketat dan menutupi dada. 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk altihan empat kegiatan masing-masing 1x

99

sehari. Hasil: Klien

mengulangi cara yang dilatih

seperti tarik napas dalam dan pukulpukul bantal 1x sehari, berwudhu setiap sholat, menulis 1x sehari dan melipat pakaian 1x sehari., dan latihan memakai jilbab 1x sehari. 16

Defisit

Jumat, 22-

Sp4p

Perawatan Diri

02-2019

1. Evaluasi

10.30

Jumat, 22 Februari 2019 kegiatan

kebersihan

diri, 14.00

berdandan, makan minum yang baik. S: Klien mengatakan akan membiasakan diri Beri pujian.

untuk BAK di kloset

Hasil : Klien

O: sudah

mandi

menggunakan

sabun,

menggunakan

odol

2x sikat setiap

sehari A: Defisit perawatan diri (+) gigi P : Evaluasi Sp4p dan pertahankan yang telah selesai

dilatih.

100

makan dan saat ingin tidur, mencuci rambut

1x

saat

mandi,

memotong

kukunya. selesai mandi rambut harus disisir,

lalu

diikat.

Setelah

itu

menggunakan bedak sedikit dan jangan terlalu banyak, kemudian pakai lipstik di bibir jangan terlalu banyak supaya tidak terang warnanya. Pada jam makan, makanan secukupnya

diletakkan agar

diatas tidak

piring tumpah,

menyimpan air dalam gelas secukupnya agar tidak tumpah, cuci tangan sebelum makan, duduk di kursi saat ingin makan dan makanan diletakkan diatas meja serta sebelum makan klien berdoa dulu.

101

2. Jelaskan cara BAB/BAK yang baik. Hasil : Menjelaskan kepada klien jika ingin buang air besar atau kecil harus dikamar mandi

dan

klosetnya

kloset, jangan

perhatikan sampai

arah

terbalik,

ruangan harus tertutup dan tidak dilihat orang lain, gunakan tangan kiri jika ingin membilas ( menyeka kemaluan) saat selesai buang air besar atau kecil dan harus sampai bersih kalau perlu gunakan sabun, jangan bersuara atau berbicara saat buang air besar atau kecil, dan jangan menahan BAK dan BAB. 3. Latih cara BAB/BAK yang baik. Hasil :

102

Klien hanya menjelaskan jika ingin buang air besar atau kecil harus dikamar mandi, perhatikan arah kloset, ruangan harus tertutup, gunakan tangan kiri jika ingin membilas saat selesai buang air besar atau kecil dan harus sampai bersih menggunakan sabun, jangan berbicara saat buang air besar atau kecil, dan jangan menahan BAK dan BAB. 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan, makan & minum dan BAB/BAK. Hasil : Klien

sudah

mandi

menggunakan

sabun,

menggunakan

odol

2x sikat setiap

sehari gigi selesai

103

makan dan saat ingin tidur, mencuci rambut

1x

saat

mandi,

memotong

kukunya. selesai mandi rambut harus disisir,

lalu

diikat.

Setelah

itu

menggunakan bedak sedikit dan jangan terlalu banyak, kemudian pakai lipstik di bibir jangan terlalu banyak supaya tidak terang warnanya. Pada jam makan, makanan secukupnya

diletakkan agar

diatas tidak

piring tumpah,

menyimpan air dalam gelas secukupnya agar tidak tumpah, cuci tangan sebelum makan, duduk di kursi saat ingin makan dan makanan diletakkan diatas meja serta sebelum makan klien berdoa dulu. jika ingin buang air besar atau kecil harus

104

dikamar mandi, perhatikan arah kloset, ruangan harus tertutup, gunakan tangan kiri jika ingin membilas saat selesai buang air besar atau kecil dan harus sampai

bersih

menggunakan

sabun,

jangan berbicara saat buang air besar atau kecil, dan jangan menahan BAK dan BAB.

105

BAB IV PEMBAHASAN Dalam BAB ini, dibahas mengenai halusinasi. Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas. Halusinasi juga dapat diartikan sebagai persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan atau merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Kusumawati, 2010). Beberapa macam halusinasi yaitu: 1. Halusinasi pendengaran Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. 2. Halusinasi penglihatan Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

106

3. Halusinasi penciuman Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis danbau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungandengan stroke, tumor, kejang dan demensia. 4. Halusinasi peraba Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh :merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain. 5. Halusinasi pengecap Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan. 6. Halusinasi sinestetik Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan di cerna atau pembentukan urine (Menurut Stuart, 2017). Pada kasus Ny. M terjadi resiko Gangguan persepsi sensorik halusinasi pendengaran dan pengelihatan . Dalam kasus ini ada beberapa yang perlu dibahas, antara lain : A. Pengkajian Keperawatan Craven & Hirnle (dalam Keliat, 2009) menyatakan pengkajian merupakan pengumpulan data subyektif dan obyektif secara sistematis untuk menentukan tindakan keperawatan bagi individu, keluarga, dan komunitas. Pengumpulan data pengkajian meliputi aspek identitas 107

klien, alasan masuk, faktor predisposisi, fisik, psikososial, status mental,

kebutuhan

persiapan

pulang, mekanisme

koping, masalah

psikososial dan lingkungan, pengetahuan, dan aspek medik. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara dengan Ny. M, observasi secara langsung terhadap kemampuan dan perilaku Ny. M serta dari status Ny. M . Namun, disaat pengkajian tidak ada anggota keluarga Nn. M yang menjenguknya sehingga, penulis tidak memperoleh informasi dari pihak keluarga. Sebelumnya Klien mengatakan sering mendengar suara dan bisikan pangeran yang menyuruhnya untuk nakal, marah-marah, mengamuk, dan mengumpulkan semua pakaian dalam orang lain dan membuangnya ke got. Klien juga mengatakan sering melihat anak kecil usia 16 tahun di siksa neraka, di pukul-pukul dan di pasung. Klien mengatakan halusinasinya biasa muncul ketika beraktivitas sendiri di kamar mandi atau baring-baring dan sulit tidur karena halusinasinya. Klien juga mengatakan memiliki dua orang anak, laki-laki dan perempuan yang bekerja sebagai polisi dan pramugari. Menurutnya anak perempuannya lebih tinggi dari anak laki-lakinya. Klien pernah melakukan tindak kekerasan yaitu memukuli orang lain dan merusak barang-barang di rumahnya, seperti TV, lemari dan membanting pintu. Klien mengatakan dia mengamuk karena merasa tidak dihargai oleh orang lain. Klien juga mengatakan saat di rumah klien selalu berjalan mondar mandir tanpa arah tujuan yang jelas. Klien juga sering 108

merasa pusing dan pikiran melayang-layang. Klien juga mengatakan saat dirumah lebih memilih untuk tinggal di rumah dibandingkan berkumpul dengan tetangga atau keluarganya karena merasa malu di usia 28 tahun belum mempunyai anak dan merasa menjadi istri yang gagal karena tidak bisa memberikan keturunan. Perubahan perilaku klien dimulai sejak ± 2 tahun yang lalu sebelum klien masuk RS. Awalnya klien sering mengamuk, marah-marah tidak jelas dan suka membanting pintu serta mengumpulkan pakaian dalam orang lain dan membuangnya ke got. Kemudian klien juga sering berbicara sendiri dan suka ganti baju ditempat umum jika ada pakian orang lain yang dilihatnya. Klien juga sering bertengkar dengan orang lain yang ditemuainya di jalan. Klien suka mengurung diri di kamar. Klien susah makan, mandi dan susah tidur . Tanda dan gejala yang ditemui pada pasien melalui observasi atau wawancara tentang halusinasi menurut Keliat (2012) adalah sebagai berikut : Bicara, senyum, tertawa sendiri, mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup (mencium) dan merasakan sesuatu yang tidak nyata. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi, sikap curiga dan saling bermusuhan, pembicaraan kacau kadang tak masuk akal, menarik diri menghindar dari orang lain, sulit membuat keputusan, ketakutan dan tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti pakaian, 109

berhias yang rapi. Mudah tersinggung, jengkel, marah Menyalahkan diri atau orang lain. Gejala gejala tersebut dialami Nn. M seperti sering mendengar suara dan bisikan pangeran yang menyuruhnya untuk nakal, marah-marah, mengamuk, dan mengumpulkan semua pakaian dalam orang lain dan membuangnya ke got. Klien juga mengatakan sering melihat anak kecil usia 16 tahun di siksa neraka, di pukul-pukul dan di pasung, klien tampak tegang, tatapan mata tajam dan kuat, intonasi bicara yang tinggi, klien juga pernah memukul orang lain dan merusak barang-barang yang ada dirumahnya. Klien lebih memilih untuk tinggal di rumah dibandingkan berkumpul dengan tetangga atau keluarganya karena merasa malu dan tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti pakaian, berhias yang rapi. B. Diagnosa Keperawatan Videbeck (2010) menyatakan bahwa diagnosis keperawatan berbeda dari diagnosa psikiatrik medis dimana diagnosis keperawatan adalah respon klien terhadap masalah medis atau bagaimana masalah mempengaruhi fungsi klien sehari-hari yang merupakan perhatian utama diagnosis keperawatan. Menurut Kusumawati & Yudi (2010) pada pohon masalah dijelaskan bahwa gangguan isolasi sosial: menarik diri merupakan etiologi, gangguan persepsi sensori: halusinasi merupakan masalah utama (core problem) sedangkan resiko perilaku kekerasan merupakan akibat. Namun, pada kasus Ny. M, pada analisis data penulis 110

lebih memprioritaskan diagnosis keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi. SDKI (2017) menyatakan pada diagnosis gangguan persepsi sensori memiliki batasan karakteristik: mendengar suara bisikan atau melihat bayangan, merasakan sesuatu melalui panca indera (perabaan, penciuman, pengecapan), distorsi sensori, respons tidak sesuai, bersikap seolah merasakan (melihat, mendengar, meraba, mengecap, mencium) sesuatu, menyendiri, melamun, konsentrasi buruk, disorientasi (waktu, tempat, orang atau situasi), curiga, melihat ke satu arah, mondar-mandir dan bicara sendiri. Data

yang

memperkuat

penulis

mengangkat

diagnosis

Keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran dan pengelihatan yaitu dari data

subyektif yang

diperoleh : Ny. M

mengatakan sering mendengar suara-suara pangeran. Klien juga mengeluh sering melihat anak kecil usia 16 tahun disiksa neraka, dipukul-pukul sama dipasung. Keluhan tersebut dialami walaupun sedang melakukan kegiatan di kamar mandi atau istirahat/baring-baring. Klien mengatakan memiliki dua orang anak, laki-laki dan perempuan yang bekerja sebagai polisi dan pramugari padahal klien belum mempunyai anak. Menurutnya anak perempuannya lebih tinggi dari anak laki-lakinya. Klien mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan yaitu memukuli orang lain dan merusak barang-barang yang ada di rumahnya, seperti TV, lemari dan membanting pintu. Klien mengatakan dia 111

mengamuk karena merasa tidak dihargai oleh orang lain. Klien juga mengatakan saat di rumah klien selalu berjalan mondar mandir tanpa arah tujuan yang jelas. Klien juga sering merasa pusing dan pikiran melayanglayang. Klien juga mengatakan saat dirumah lebih memilih untuk tinggal di rumah dibandingkan berkumpul dengan tetangga atau keluarganya karena merasa malu. Diagnosis keperawatan selanjutnya yang didapat apda saat observasi yaitu adanya resiko perilaku kekerasan yang dialami Ny. M. Menurut SDKI (2017) batasan karakteristik pada seseorang yang beresiko melakukan perilaku kekerasan yaitu antara lain pemikiran waham/ delusi, curiga pada orang lain, halusinasi, berencana bunuh diri, disfungsi sistem keluarga, kerusakan kognitif, disorientasi atau konfusi, kerusakan kontrol implus, persepsi pada lingkungan tidak akurat, alam perasaan depresi, riwayat kekerasan pada hewan, kelainan neurologis, lingkungan tidak teratur, penganiayaan atau pengabaian anak, riwayat atau ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain serta destruksi properti orang lain, impulsif dan ilusi. Pada kasus Ny. M, ditemukan beberapa tanda klien mengalami resiko perilaku kekerasan yaitu Klien mengatakan selalu merasa ingin marah tanpa sebab, pernah memukul orang lain dan merusak barang-barang di rumahnya seperti seperti TV, lemari dan membanting pintu. Klien mengatakan dia mengamuk karena merasa tidak dihargai oleh orang lain, Ketika klien mengalami masalah klien melakukan hal-hal negative seperti menghindar, mengamuk, bahkan bertengkar 112

dengan orang lain, Cara bicara cepat, Intonasi bicara tinggi dan Wajah tampak tegang. Diagnosis keperawatan selanjutnya yang didapat apda saat observasi yaitu adanya harga diri rendah yang dialami Ny. M. Menurut SDKI (2017) batasan karakteristik pada seseorang yang mengalami harga diri rendah situasional yaitu antara lain menilai diri negetif (mis. Tidak berguna dan tidak tertolong), merasa malu/ bersalah, melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri, menolak penilaian positif tentang diri sendiri, berbicara pelan dan lirih, menolak berinteraksi dengan orang lain, berjalan/ berbicara menunduk serta posur tubuh menunduk. Dan pada kasus Tn. R, ditemukan beberapa tanda klien mengalami harga diri renah, yakni diantaranya gangguan peran sosial dimana klien lebih memilih tinggal didalam rumahnya daripada berkumpul dengan tetangga maupun keluarganya, juga dari riwayat kehilangan yaitu sejak ibu klien meninggal keluarganya sering meremehkannya, serta dari gangguan citra tubuh yakni selama klien dirawat di rumah sakit, klien mengeluhkan gatal-gatal sehingga muncul banyak luka di tangan dan kakinya, dan klien merasa risih akan hal tersebut. Klien juga merasa malu karena di usia 28 tahun belum memiliki anak dan merasa menjadi istri yang tidak berguna karena tidak bisa memberikan keturunan. Diagnosis keperawatan selanjutnya yang ditemukan yaitu adanya defisit perawatan diri (mandi dan berpakaian). Diagnosis tersebut dibuktikan dengan data klien mengatakan jarang mencuci rambut dan 113

menggosok gigi, klien juga mengatakan sering mengganti baju tetapi jarang mencucinya, rambut klien tampak kering dan gigi klien nampak kuning, serta penampilan klien yang lusuh. Ketika ditanya kenapa klien jarang mencuci bajunya, klien menjawab alasan dirinya jarang mencuci baju karena persediaan baju di ruang rawatnya terbatas, sedangkan jumlah pasien yang dirawat banyak, sehingga ia takut bajunya dipakai orang lain. C. Intervensi Keperawatan Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi. Rencana keperawatan yang penulis lakukan sama dengan landasan teori, karena rencana tindakan keperawatan tersebut telah sesuai dengan SOP (Standart Operasional Prosedure) yang telah ditetapkan. Dalam kasus penulis juga mencantumkan alasan ilmiah atau rasional dari setiap tindakan keperawatan. Rizky Fitryasari PK (2015) Tujuan umum gangguan persepsi sensori halusinasi yaitu

klien dapat mengenal dan mengontrol

halusinasinya. Ada beberapa intervensi untuk gangguan seonsori persepsi halusinasi, antara lain: 1. Bina

hubungan

saling

percaya

dengan

menggunakan

prinsip

komunikasi terapeutik dengan cara : 114

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien dan namapanggilan yang disukai d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien 2. Bantu klien mengenal halusinasinya a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara c. Tanyakan apakah ada suara yang didengar atau sesuatu yang dilihat d. Apa yang dikatakan halusinasinya atau apa yang dilihatnya e. Katakan perawat percaya klien mendengar suara atau melihat itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya. f. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu g. Katakan bahwa perawat akan membantu klien 3. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.

115

4. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll). 5. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian. 6. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi 7. Diskusikan bersama klien cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, sepetri menutup mata atau telinga dan mengatakan “ PERGI….PERGI…, SAYA TIDAK MAU DENGAR ATAU LIHAT KAMU. KAMU PALSU, KAMU TIDAK NYATA”. 8. Diskusikan bersama klien cara mengontrol halusinasi dengan cara meminum obat-obatan dengan benar ( jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat). 9. Diskusikan bersama klien cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. 10. Diskusikan bersama klien cara mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas. 11. Masukkan kedalam jadwal kegiatan harian. Yosep (2009) mengemukakan Tujuan umum resiko perilaku kekerasan yaitu klien tidak mencederai

diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Intervensi untuk resiko perilaku kekerasan antara lain : 1. Identifikasi penyebab, tanda & gejala, PK yang dilakukan, akibat PK. 2. Jelaskan cara mengontrol PK dengan cara fisik, obat, verbal, dan spiritual. 116

3. Latih cara mengontrol PK secara fisik : tarik nafas dalam dan pukul kasur/bantal. 4. Latih cara mengontrol PK dengan obat (jelaskan 6 benar : jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat). 5. Latih cara mengontrol Pk secara verbal ( 3 cara yaitu mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar). 6. Latih cara mengontrol spiritual (2 kegiatan). 7. Evaluasi dan masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal, dan spiritual. Menurut Fitria (2010), Tujuan umum dari diagnosis keperawatan harga diri rendah yaitu klien memiliki konsep diri yang positif. Intervensi untuk resiko perilaku kekerasan antara lain : 1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan). 2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih daftar kegiatan). 3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih. 4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya). 5. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian. 6. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dialtih. 7. Latih kegaitan kedua (alat dan cara) 8. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan beri pujian. 117

9. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih. 10. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara). 11. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan beri pujian. 12. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih. 13. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara). 14. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan tiga kegiatan, masingmaisng 2x sehari. 15. Evaluasi kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang telah dialtih dan berikan pujian. 16. Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih. 17. Latih kegiatan keempat (alat dan cara). 18. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk altihan empat kegiatan masingmasing 2x sehari. Menurut Farida dan Yudi Hartono (2010), Tujuan umum dari diagnosis defisit perawatan diri yaitu pasien dapat memelihara kebersihan diri secara mandiri. Intervensi untuk diagnosis keperawatan defisit perawatan diri antara lain 1. Identifikasi masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, makan/minum, BAB/BAK. 2. Jelaskan pengertian kebersihan diri. 3. Latih cara dan alat kebersihan diri. 4. Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dang anti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku. 118

5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan mandi, siakt gigi (2x sehari), cuci rambut (2x seminggu), potong kuku (1x seminggu). 6. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, Beri pujian. 7. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan. 8. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri, merias nwajah, sisiran, cukuran untuk pria. 9. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan. 10. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian. 11. Jelaskan cara dan alat makan dan minum. 12. Latih cara makan dan minum yang baik. 13. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk altihan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum yang baik. 14. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan minum yang baik. Beri pujian. 15. Jelaskan cara BAB/BAK yang baik. 16. Latih cara BAB/BAK yang baik. 17. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan, makan & minum dan BAB/BAK D. Implementasi Keperawatan Effendy (2011) menyatakan implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri (independent), saling ketergantungan atau 119

kolaborasi (interdependent), dan tindakan rujukan atau ketergantungan (dependent). Penulis dalam melakukan implementasi menggunakan jenis tindakan mandiri. Implementasi pertama untuk diagnosis keperawatan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran dan pengelihatan dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2019 pukul 08.30, Penulis melakukan strategi pelaksanaan 1 yaitu membantu Identifikasi halusinasi dan menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, teratur minum obat, bercakap-cakap dengan orang lain dan melakukan aktivitas, melatih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik. Implementasi

pertama untuk diagnosis keperawatan resiko

perilaku kekerasan dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2019, pukul 09.00.

Penulis melakukan

strategi

pelaksanaan 1 yaitu membantu

Identifikasi penyebab, tanda & gejala, PK yang dilakukan, akibat PK, menjelaskan cara mengontrol PK dengan cara fisik, obat, verbal, dan spiritual, melatih cara mengontrol PK secara fisik : tarik nafas dalam dan pukul kasur/bantal, Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik. Implementasi

pertama untuk diagnosis

harga diri rendah

dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2019, pukul 09.30. Penulis melakukan strategi pelaksanaan 1 dikarenakan Ny. M menderita harga diri rendah, jadi penulis tetap melakukan strategi pelaksanaan 1 yaitu identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat 120

daftar kegiatan), Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih daftar kegiatan), Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih, Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya), Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 2x sehari. Implementasi perawatan diri

pertama juga dilakukan pada diagnosis defisit

pada tanggal 19 Februari 2019, pukul 10.00. Penulis

melakukan strategi pelaksanaan 1 dikarenakan Ny. N defisit perawatan diri, jadi penulis tetap melakukan strategi pelaksanaan 1 yaitu identifikasi masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, makan/minum, BAB/BAK,

Jelaskan pengertian kebersihan diri, Latih cara dan alat

kebersihan diri, Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dang anti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku, Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan mandi, siakt gigi (2x sehari), cuci rambut (2x seminggu), potong kuku (1x seminggu). Pada awal-awal interaksi klien hanya merespon seadanya dikarenakan belum terjalinnya hubungan saling percaya antara perawat dan klien. Nampak Ny. M masih terlihat ragu-ragu dalam mengungkapkan perasaanya, Sedangkan perawat membimbing atau mengarahkan klien untuk mencapai tujuan dalam perawatan. Sehingga pada interaksi selanjutnya dalam berjalannya proses ini terjalin BHSP yang baik selama interaksi dan sangat membantu dalam berjalannya proses terapi antara perawat dan klien sehingga pasien dapat dengan mudah menerapkan apa 121

yang telah di berikan dan tidak terlihat ragu lagi mengungkapkan perasaannya dengan demikian secara perlahan dapat mengontrol halusinasinya. Kemudian selanjtunya penulis melakukan Sp2 gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran dan pengelihatan pada tanggal 20 Februari 2019 pukul 08.30. Penulis melakukan strategi pelaksanaan 2 yaitu membantu

mengevaluasi cara menghardik yang telah dilakukan

sebelumnya dan menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan cara teratur minum obat dan masukkan pada jadwal kegiatan untuk minum obat teratur setiap harinya. Selanjtunya penulis melakukan Sp2 untuk diagnosis keperawatan resiko perilaku kekerasan pada tanggal 20 Februari 2019 pukul 09.00. penulis mengevaluasi klien dalam mengontrol resiko PK dengan cara latihan fisik, kemudian penulis mendiskusikan bersama klien cara mengontrol PK yang kedua yaitu dengan cara meminum obat yang benar. Kemudian penulis juga membantu klien untuk memasukkan latihan ke jadwal harian kegiatan klien. Penulis melakukan Sp2 untuk diagnosis harga diri rendah pada tanggal 20 Februari 2019 pukul 09.30. penulis mengevaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan membantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih dan memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian. Kemudian Penulis melakukan Sp2 untuk diagnosis defisit perawatan diri pada tanggal 20 Februari 2019 pukul 10.00. penulis 122

mengevaluasi

kegiatan kebersihan diri dan memberikan pujian serta

menjelaskan cara dan alat untuk berdandan, melatih cara berdandan setelah kebersihan diri, merias nwajah, sisiran, dan potong kuku lalu memasukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan. Kemudian pada tanggal 21 Februari 2019, penulis kembali melakukan Sp3p untuk diagnosis keperawatan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran dan pengelihatan pukul 08.00. Penulis melakukan evaluasi kegiatan latihan menghardik dan minum obat teratur, melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat terjadi halusinasi dan Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat teratur dan bercakap-cakap. Selanjtunya penulis melakukan Sp3 untuk diagnosis keperawatan resiko perilaku kekerasan pada tanggal 21 Februari 2019 pukul 08.30. penulis mengevaluasi klien dalam kegiatan latihan fisik dan minum obat teratur, Melatih cara mengontrol Pk dengamn cara verbal ( berbicara yang baik,

menolak,

mengungkapkan,

dan

meminta

yang

baik)

dan

Membimbing memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, dan berbicara yang baik. Penulis melakukan Sp3 untuk diagnosis harga diri rendah pada tanggal 21 Februari 2019 pukul 09.00. penulis mengevaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan beri pujian, Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih, melatih kegiatan ketiga (alat

123

dan cara) dan Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan tiga kegiatan, masing-maisng 2x sehari. Kemudian Penulis melakukan Sp3 untuk diagnosis defisit perawatan diri pada tanggal 21 Februari 2019 pukul 09.30. Penulis mengevaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan lalu memberikan pujian, menjelaskan cara dan alat makan dan minum, melatih cara makan dan minum yang baik dan memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum yang baik. Pada tanggal 22 Februari 2019, penulis kembali melakukan Sp4p untuk diagnosis keperawatan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran dan pengelihatan pukul 08.00. Penulis melakukan evaluasi kegiatan latihan menghardik, minum obat teratur dan bercakap-cakap lalu memberikan pujian, melatih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan) dan memasukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan kegiatan harian. Penulis melakukan Sp4p resiko perilaku kekerasan pada tanggal 22 Februari 2019 jam 08.30. Penulis mengevaluasi kembali kegiatan latihan mengontrol PK klien dengan cara fisik, minum obat, dan verbal. Kemudian penulis mendiskusikan dan melatih klien mengontrol PK dengan cara spiritual, yakni dengan cara berwudhu dan membaca ayat-ayat al-quran yang dihafal klien. Dan terkahir penulis membimbing klien memasukkan ke jadwal kegiatan harian klien. 124

Penulis melakukan Sp4p untuk diagnosis harga diri rendah pada tanggal 22 Februari 2019 pukul 09.00. penulis mengevaluasi kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang telah dialtih dan memberikan pujian, membantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih, melatih kegiatan keempat (alat dan cara) dan memasukkan pada jadwal kegiatan untuk altihan empat kegiatan masing-masing 2x sehari.

Kemudian Penulis melakukan Sp4 untuk diagnosis defisit perawatan diri pada tanggal 22 Februari 2019 pukul 09.30. Penulis mengevaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan minum yang baik lalu memberikan pujian. Melaskan cara BAB/BAK yang baik, melatih cara BAB/BAK yang baik dan masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan, makan & minum dan BAB/BAK. E. Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Pada strategi pelaksanaan 1 tanggal 19 Februari 2019 pukul 14.00 WITA, Ny. M berhasil melakukan dengan baik dalam

mengenal

halusinasinya dan

klien mampu mengontrol

halusinasi dengan cara menghardik. Pada hari selasa, 19 Februari 2019 Pukul 14.00. Ketika dilakukan Sp1p oleh penulis, Klien mengatakan penyebab marahnya tidak jelas, Klien mengatakan akibat dari perilakunya hingga akhirnya keluarganya membawanya ke rumah sakit, Klien mengatakan merasa rileks ketika telah melakukan teknik nafas dalam. Klien kooperatif, tatapan mata tajam. Klien 125

dapat mendemonstrasikan cara mengontrol Pk dengan cara tarik nafas dalam dan pukul kasur. Penulis tetap menganjurkan klien untuk melanjutkan cara mengontrol PK dengan cara fisik. Pada hari selasa, 19 februari 2019. Setelah penulis memberikan Sp1p kepada pasien untuk diagnose defisit perawtan diri, penulis dapat menyimpulkan hasil evaluasi Sp1p yang telah diberikan dengan data : Klien mengatakan mandi 2x sehari namun tidak mencuci rambut dan jarang menggosok gigi, klien juga mengatakan rajin mengganti baju tapi denganbaju yang kadang belum dicuci dengan alasan persediaan baju untuk pasien di ruang rawatnya sedikit, sedangkan jumlah pasien yang dirawat banyak, sehingga dia takut bajunya diambil oleh pasien yang lain. Rambut klien tampak kering, gigi klien kuning dan pakaian klien tampak lusuh. Sehingga penulis tetap menganjurkan klien untuk tetap menjaga kebersihan dirinya tertuama dalam hal mandi. Hari rabu , 20 Februari 2019. Pukul 14.00. Setelah penulis kembali bertemu dengan klien untuk melaksanakan Sp2P, Klien masih mengingat cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan mampu mendomontrasikannya, klien mengatakan mengenali obat-obatnya dan sudah tau cara mengkonsumsi obat dengan baik. Klien dapat mempraktekkan cara minum obat dengan baik. Halusinasi (+). Sehingga penulis mengatakan kepada klien untuk tetap melanjutkan latihan mengontrol halusinasi dengan menghardik dan minum obat teratur.

126

Hari rabu , 20 Februari 2019. Pukul 14.00. Setelah penulis kembali bertemu dengan klien untuk melaksanakan Sp2P, Klien masih mengingat cara mengontrol Pk dengan cara fisik dan mampu mendemonstrasikannya, Klien mengatakan dapat mengenali obat-obatnya dan sudah tau cara mengkonsumsi dengan baik. Klien dapat mempraktekkan cara minum obat dengan baik. Resiko perilaku kekerasan (+). Sehingga penulis mengatakan kepada klien untuk tetap melanjutkan latihan mengontrol Pk dengan minum obat (Sp2). Pada hari rabu 20 februari 2019. Setelah penulis memberikan Sp2p kepada pasien untuk diagnosis defisit perawtan diri, penulis dapat menyimpulkan hasil evaluasi Sp2p yang telah diberikan dengan data : Klien mengatakan mandi 2x sehari namun tidak mencuci rambut dan jarang menggosok gigi, klien juga mengatakan rajin mengganti baju tapi dengan baju yang kadang belum dicuci dengan alasan persediaan baju untuk pasien di ruang rawatnya sedikit, sedangkan jumlah pasien yang dirawat banyak, sehingga dia takut bajunya diambil oleh pasien yang lain. Rambut klien tampak kering, gigi klien kuning dan pakaian klien tampak lusuh. Sehingga penulis tetap menganjurkan klien untuk tetap menjaga kebersihan dirinya tertuama dalam hal mandi dan makan dengan baik dan benar dimana klien makan dengan posisi duduk diatas kursi dan makanan diletakkan diatas meja, sambil makan dengan tangan kanan. Hari kamis tanggal 21 Februari 2019, setelah melakukan Sp3p kepada

pasien

halusinasi,

klien

mengatakan

mampu

mengonrol 127

halusinasinya dengan baik. Klien tampak mampu mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain dan penulis tetap menganjurkan klien untuk melanjutkan cara mengontrol halusinasi melalui bercakap-cakap dan memasukkannya ke jadwal kegiatan harian. Hari kamis tanggal 21 Februari 2019, setelah melakukan Sp3p kepada pasien resiko perilaku kekerasan, klien mengatakan dapat mengontrol marahnya dengan dapat mengungkapkan perasaannya dengan baik. Klien tampak mampu mendemonstrasikan cara mengontrol PK secara verbal. Dan penulis tetap menganjurkan klien untuk melanjutkan cara mengontrol PK dengan cara verbal yang baik. Pada hari kamis 21 februari 2019. Setelah penulis memberikan Sp3p kepada pasien untuk diagnosis defisit perawtan diri, penulis dapat menyimpulkan hasil evaluasi Sp3p yang telah diberikan dengan data : Klien mengatakan mukanya sudah lebih segar, tampak mulai memakai lipstik merah dibibir, tampak menggunakan jilbab dan meggunakan sedikit bedak. Dan yang terakhir, hari jumat 22 Februari 2019. Setelah dilakukan Sp4p pada klien, klien mengatakan suara-suara sudah jarang muncul, begitupun yang dilihatnya. klien koperatif, Klien sudah jarang melamun, klien berbaur dengan teman-temannya dan tidak gelisah lagi. Halusinasi (+) dan tetap menganjurkan klien menerapkan latihan menghardik, minum

128

obat, bercakap-cakap, dan beraktivitas serta menganjurkan klien untuk tetap berwudhu dan beristigfar saat halusinasinya datang lagi. Hari jumat 22 Februari 2019. Setelah dilakukan Sp4p pada klien dengan resiko perilaku kekerasan, klien mampu menghafal surat An-Naas dan akan membacanya untuk mengontrol amarahnya. Klien tampak tenang, tersenyum dan kooperatif. Olehnya itu, penulis menyarankan kepada klien untuk tetap memeprtahankan kondisinya dan tetap mengulang latihan-latihan yang telah dipelajari untuk mengontrol amarahnya. Dari segi penampilan, klien juga sudah tampak ada kemajuan. Walaupun dari segi pakaian masih belum ada perubahan karena disebabkan minimnya persediaan pakaian yang ada di ruang rawat, namun dari segi kebersihan gigi klien sudah tidak nampak kuning, bibir klien juga nampak bersih. Klien juga mengatakan sudah rajin menggosok giginya tiap mandi. Namun masih jarang menggunakan sampo untuk mencuci rambut. Klien hanya mengatakan hanya menyiram kepalanya saja namun tidak berkeramas. Klien juga mengatakan mulai menerapkan buang air kecil di kloset untuk menghindari bau pesing pada kamar mandi. Penghargaan dan motivasi positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa

frekuensi

respons meningkat karena diikuti dengan

stimulus yang mendukung atau rewarding. Bentuk-bentuk penguatan positif

adalah

berupa hadiah seperti permen, kado, atau makanan,

perilaku sepeti senyum,

menganggukkan kepala untuk menyetujui, 129

bertepuk tangan, mengacungkan jempol, atau penghargaan (Ngadiran, 2010). Penghargaan ataupun motivasi memiliki power atau kemampuan yang memungkinkan tindakan yang diberi reinforcement positif akan dilakukan secara berulang oleh pelaku tindakan tanpa adanya paksaan yaitu dengan kesadaran pelaku tindakan itu sendiri (Ngadiran, 2010).

130

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Pada pengkajian keperawatan didapatkan data dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan observasi. 2. Penetapan diagnosis keperawatan berdasarkan masalah keperawatan yang didapatkan meliputi : Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran dan pengelihatan, resiko perilaku kekerasan, harga diri rendah dan defisit perawatan diri. 3. Penyusunan intervensi keperawatan berdasarkan konsep standar asuhan keperawatan jiwa. Perawat merencanakan intervensi keperawatan sebagai berikut: membina hubungan saling percaya, mendiskusikan bersama klien tentang cara mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi dan cara menghardik, minum obat dengan baik dan benar, bercakap-cakap serta melakukan aktivitas. Mendiskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan masa lalu, diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan,

diskusikan bersama pasien perilaku

kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah, diskusikan bersama pasien akibat perilakunya, diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan, latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu latihan napas dalam dan pukul kasur/bantal, secara sosial/verbal, secara spiritual, dan patuh minum obat, ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok. Identifikasi kemampuan melakukan 131

kegiatan dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan), Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih daftar kegiatan), Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih, Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya) dan Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 2x sehari. Identifikasi masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, makan/minum, BAB/BAK. Jelaskan pengertian kebersihan diri. Latih cara dan alat kebersihan diri. Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dang anti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan mandi, siakt gigi (2x sehari), cuci rambut (2x seminggu), potong kuku (1x seminggu). 4.

Evaluasi keperawatan dilakukan berdasarkan respon klien. Dari awal interaksi sampai dengan akhir dari terapi yang dijalankan klien menunjukkan hasil yang tidak terlalu signifikan. Hal ini di tunjukkan dengan kemajuan klien selama proses interaksi yaitu klien pelan-pelan mulai membuka diri dan dalam pelaksanaan intevensi yang telah direncanakan klien bisa melakukannya sampai strategi pelaksanaan 4.

B. SARAN 1. Bagi mahasiswa dapat memahami tentang gangguan persepsi sensori halusinasi, resiko perilaku kekerasan, harga diri rendah, defisit perawatan diri dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien. 2. Bagi pemberi pelayanan kesehatan agar lebih meningkatkan skill dan pengetahuan tentang perawatan pada pasien gangguan persepsi sensori 132

halusinasi, resiko perilaku kekerasan, harga diri rendah dan defisit perawatan diri. 3. Bagi masyarakat dapat membantu keluarga dalam mengontrol halusinasi dan perilaku kekerasan serta membantu klien untuk menilai asfek positif yang ada pada dirinya dan turut serta membantu dalam menjaga klien dari segi perawatan diri.

133

DAFTAR PUSTAKA Dalami Ermawati, 2010. Konsep Keperawatan Kesehatan Jiwa. JAKARTA : Penerbit CV. Trans Info Medika. Damaiyanti & Iskandar, 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung, Penerbit Buku PT. Refika Aditama. Damaiyanti Mukripah, 2010. Komunikasi Terapeutik Keperawatan. Bandung, Penerbit Buku Nuha Medika.

Dalam

Praktik

Direja, Ade Herman Surya, 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta, Penerbit Buku Nuha Medika. Fityasari, Rizky. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika.

Jakarta,

Hidayanti, Eni. 2012. Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan Perilaku Kekerasan, http://e.journal.unimus.ac.id.pdf diakses pada tanggal 8 Juli 2018. Kelliat Budi A & Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta , Penerbit BUku Kedokteran EGC. Kusumawati F & hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika. Nanda, 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Ngadiran, A. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta, Salemba Medika. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, volume 1 edisi 4. Jakarta, EGC. Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Keperawatan Jiwa. Jakarta , Nuha Medika. Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta, penerbit buku Kedokteran, EGC. Sugiyanti, 2012. Studi Kasus Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Perilaku Kekerasan. http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&i d=01=gdl-sugiartip0-220 diakses 7 Juli 2018 134

Widiyatmoko, Wahyu Tri. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Perilaku Kekerasan, http://e.journal.ums.ac.id.pdf diakses tanggal 7 Juli 2018. Yosep, Iyus. 2010. Buku Keperawatan Jiwa. Bandung, Penerbit BUku PT Refika Aditama.

135

Related Documents


More Documents from "Ribka Putri"