Kasus Pengeboman di Surabaya
Pada Minggu (13/5) Kota Surabaya diguncang serangan bom bunuh diri. Bom pertama meledak di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel pada pukul 06.30 WIB. Lantas bom kedua meletup di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro pukul 07.15 WIB, disusul serangan bom ketiga di Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno pada pukul 07.53 WIB. Serangan terjadi ketika jemaah gereja sedang melaksanakan ibadah Misa Minggu. Hingga saat ini korban tewas dalam serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya berjumlah 13 orang. Menurut polisi, itu sudah termasuk para pelaku diduga berjumlah enam orang. Sedangkan korban luka-luka tercatat mencapai 41 orang. Setelah melakukan identifikasi dan olah tempat kejadian perkara serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, polisi menyatakan seluruh pelaku adalah satu keluarga. Mereka adalah Dita Upriyanto (48), istrinya Puji Kuswati (43) dan mengajak empat anaknya bernama Yusuf Fadil (18), Firman Halim (16), Fadilah Sari (12), dan Pamela Rizkita (9). YF, adalah anak sulung dari DU dan PK, dan saat ini masih duduk di bangku SMA. Selanjutnya FH, anak kedua dari DU dan PK masih duduk di bangku SMP. FS merupakan anak ketiga, berjenis kelamin perempuan dan masih sekolah kelas 5 SD. Selanjutnya, PR merupakan anak keempat, dan masih duduk di kelas 2 SD. DU sehari-hari dikenal sebagai pengusaha yang bergerak di bidang produksi minyak kemiri. Sedangkan isteri DU, PK, sempat bekerja menjadi perawat di salah satu rumah sakit di Surabaya. Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, DU merupakan pimpinan kelompok Jamaah Ansharut Daulah di Surabaya. Kelompok itu adalah pengikut Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
Menurut polisi, para terduga pelaku berangkat untuk melakukan serangan secara terpisah. Terduga pelaku pasangan suami istri DU dan PK serta dua anak, FS dan FR, berangkat bersama menggunakan mobil. Sedangkan YF dan FH berboncengan dengan sepeda motor sambil membawa bom. Mereka langsung menuju Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel dan melaksanakan serangan pada pukul 06.30 WIB. DU lantas mengantar sang istri dan kedua anaknya ke Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro, dan langsung melakukan serangan pada pukul 07.15 WIB. DU yang memasang bom di mobilnya kemudian menuju Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno. Dia menerobos ke tempat parkir dan meledakkan bom pada pukul 07.53 WIB. Kelompok radikal Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di Surabaya, pada Minggu (13/5). Mereka menyatakan hal itu melalui biro pemberitaan ISIS, Amaq News Agency. Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror dan Gegana menggeledah tempat tinggal terduga pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, pada Minggu (13/5), sekitar pukul 18.00 WIB. Rumah itu berada di perumahan Wisma Indah blok K22 RT 02/RW 03 Kelurahan Wonorejo, Rungkut, Surabaya. Rumah dihuni oleh DU bersama isterinya PK dan empat orang anak yang bernama YF, FH, FS, serta PR. Polisi menemukan sejumlah busur dan anak panah, serta empat bom aktif berdaya ledak tinggi, beserta sisa bahan baku bom. Bom itu berjenis TATP (triacetone triporopsaid). Mereka juga menemukan potongan gabus (styrofoam) yang dipakai buat membungkus bom, dan berfungsi memperbesar ledakan. Mereka lantas menjinakkan sisa bom aktif di lokasi.
Sumber
:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180514084714-20-297934/rekapitulasi-
fakta-rentetan-bom-surabaya-dan-sidoarjo