Kasus Ny W Di Rc Revisi.docx

  • Uploaded by: Ardianti
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kasus Ny W Di Rc Revisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,419
  • Pages: 12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun fisiologis. Pasien dengan penurunan kesadaran akan sulit untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Sebagai perawat kita harus mampu untuk memberi pertolongan pada pasien baik pasien denga penurunan kesadaran maupun tidak. Salah satu pemenuhan kebutuhan yang harus adalah di penuhi yaitu pemenuhan nutrisi juga personal hygine. Cara pemeberian makanan enteral bagi pasien dengan penurunan kesadaran ialah pemasangan NGT. Selain bisa memasang NGT perawat tentunya harus paham diit dan cara pemberian bagi pasiennya. Memberi makan enteral lebih dipilih daripada nutrisi parenteral karena ini memperbaiki penggunaan nutrien, lebih aman untuk klien dan sedikit lebih murah. Personal hygine pasien juga tetap harus dijaga untuk kenyamanan, kebersihan, juga pencegahan infeksi bagi pasien. Perawat harus mampu memberikan penanganan yang tepat. Kasus pada Ny.W seorang penderita diabetes dengan penurunan kesadaran sangat di butuhkan bantuan perawat dalam pemenuhan kebutuhannya. Pasien yang sudah tua dan tidak mampu untuk beranjak dari tempat tidur, mengalami penurunan kesadaran dan di haruskan menggunakan NGT untuk pemenuhan nutrisinya. Ny.W juga penderita diabetes yang sangat rentan terhadap infeksi, oleh karena itu personal hyginenya harus tetap dijaga, selain membasuh badan, merawat luka, perlu juga untuk menjaga kebersihan daerah genetalia pasien. B. Rumusan Masalah a. Bagaimana penjelasan diagnosa dan apa terapi yang diberikan pada Ny.W? b. Bagaimana prosedur dan evaluasi pemberian diit berdasarkan teori dan praktek lapangan? c. Bagaimana prosedur dan evaluasi vulva hygine berdasarkan teori dan praktek lapangan? C. Tujuan Makalah ini dibuat sebagai evaluasi pembelajaran mahasiswa selama berada di lahan praktik. Untuk mengetahui kesenjangan persiapan dan prosedur antara teori dan praktek. 1

BAB II PEMBAHASAN A. Diagnosa dan Terapi Masuk tanggal, jam

: 11 Oktober 2016, 19:50

Ruang

: Pringgodani

NAMA

: Ny.W

UMUR

: 69 tahun

ALAMAT

: Kretek RT 03

DIAGNOSA

: Ulkus DM, Hiperglikemia, Ketoasidosis Diabetik, Penkes

Diabetes Militus yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya insulin atau ketidakmampuan tubuh untuk memanfaatkan insulin (Insulin resistance), dengan simtoma berupa hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes melitus berdasarkan perawatan dan simtoma 1. Tipe I Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) 2. Tipe II Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus) 3. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan sindrom lainnya. 4. Diabetes Mellitus Gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus) Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau. Hiperglikemia adalah istilah medis untuk keadaan di mana kadar gula dalam darah lebih tinggi dari nilai normal. Dalam keadaan normal, gula darah berkisar antara 50 – 150 mg/dL. Dikatakan Hiperglikemia jika GDS (Gula Darah Sementara) lebih dari 250 mg/dL Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan salah satu komplikasi diabetes dengan adanya kadar keton dalam urin dan menyebabkan darah menjadi asam. TERAPI

: - Infus NaCl 20 tpm - Injeksi insulin (novorapid) 10 ui/8jam 2

- Injeksi ceftriaxone 1 gr/8 jam - Injeksi Metronidazol 500 ml/8jam - Pantoprazole oral 2x1 - Diit DM 1380 kal/hari - Syrup Propepsa 3x1 - NGT - Inhalasi oksigen 3 lpm - Kateter B. Prosedur Memberikan Diit Melalui NGT MEMBERIKAN DIIT DM MELALUI NGT PADA NY.W

Masuk tanggal, jam

: 11 Oktober 2016, 19:50

Ruang

: Pringgodani

NAMA

: Ny.W

UMUR

: 69 tahun

ALAMAT

: Kretek RT 03

DIAGNOSA

: Ulkus DM, Hiperglikemia, Ketoasidosis Diabetik, Penkes

TERAPI

: - Infus NaCl 20 tpm - Injeksi insulin (novorapid) 10 ui/8jam - Injeksi ceftriaxone 1 gr/8 jam - Injeksi Metronidazol 500 ml/8jam - Pantoprazole oral 2x1 - Diit DM 1780 kal/hari - Syrup Propepsa 3x1 - NGT - Inhalasi oksigen - Kateter

PENGERTIAN Merupakan suatu tindakan memberi obat atau makanan yang sudah dihaluskan pada pasien sesuai diit melalui selang NGT. NGT (Nasogastric Tube) adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutrisi cair dengan selang plastik yang dipasang melalui hidung sampai lambung. Tidak semua klien mampu makan secara enteral tetapi bila sistem GI

3

(gastrointestinal) mampu mencerna dan mengabsorpsi nutrien, maka pemberian makan dengan cara ini harus digunakan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki atau mempertahankan status nutrisi pasien, sebagai jalur pemberian obat oral, mengeluarkan isi lambung seperti cairan; udara; darah dan racun. Indikasi pasien yang dipasang ngt adalah pasien tidak sadar (koma), pesien dengan kesulitan menelan, pasien yang keracunan, pasien yang muntah darah, pasien pra atau post operasi esophagus atau mulut, pasien dengan masalah pencernaan atas seperti stenosis esofagus; tumor mulut, dll dan pada bayi prematur atau bayi yang tidak dapat menghisap. Kontraindikasi pemasangan NGT adalah pada pasien yang memiliki tumor di rongga hidung atau esophagus, pasien dengan cidera cerebrospinal, pasien dengan trauma cervical, pasien dengan fratur facialis. Makanan yang dapat diberikan adalah makanan cair, makanan yang diblender halus, dan formula khusus makanan eteral. Residu lambung harus di cek sebelum memberikan makanan. Residu>50 cc tunda pemeberian makanan selama 1 jam. Hindari mendorong makanan untuk mencegah iritasi lambung. Berikan makananan atau obat dengan ketinggian selang ± 45 cm dari abdomen. Setelah pemberian makanan atau obat perhatika reaksi interaksi obat dan makanan, terutama susu jika ada pemberian obat peroral.

PERSIAPAN ALAT (Sesuai yang disiapkan di lapangan) - Cairan makanan (sonde) - Spuit 60 cc - Tissue - Handscoon - Plastik sampah (Berdasarkan teori) - Cairan makanan (sonde) - Spuit 60 cc - Tissue - Handscoon - Bengkok

4

PROSEDUR TINDAKAN (Sesuai yang disiapkan di lapangan) 1. Mencuci tangan 6 langkah 2. Menggunakan handscoon 3. Menjaga privasi pasien 4. Menjelaskan tujuan dan prosedur 5. Meletakkan alat di dekat pasien atau meja. 6. Mengatur posisi pasien semi fowler 7. Memastikan sonde tidak panas, kemudian mengisi spuit 60 cc dengan sonde dan memastikan tidak ada udara 8. Tangan kiri memegang ujung selang NGT menggunakan tissue kemudian mengklem selang NGT dengan cara ujung selang ditekuk. 9. Tangan kanan melepaskan spuit 10 cc di ujung selang NGT lalu menyambungkan selang NGT dengan spuit 60 cc berisi sonde. 10. Mengangkat selang NGT setinggi ± 45 cm di atas abdomen. 11. Melepaskan tekukan pada selang NGT kemudian memasukkan makanan perlahanlahan. 12. Setelah sonde habis dimasukkan, mengklem kembali ujung selang NGT kemudian melepaskan spuit 60 cc. 13. Mengisi kembali spuit 60 cc dengan sonde dan memastikan tidak ada udara. 14. Menyambungkan selang NGT dengan spuit 60 cc berisi sonde. 15. Mengangkat selang NGT setinggi ± 45 cm di atas abdomen. 16. Melepaskan tekukan pada selang NGT kemudian memasukkan makanan perlahanlahan. 17. Setelah sonde habis dimasukkan, membersihkan selang NGT dengan memasukkan air putih secukupnya, mengklem kembali ujung selang NGT kemudian melepaskan spuit 60 cc. 18. Menyambungkan selang NGT dengan spuit 10 cc kemudian melepas klem. 19. Membersihkan bekas cairan dengan tissue 20. Membuang sampah pada plastik sampah 21. Mengkaji apakah pasien merasa mual setelah di beri makanan melalui NGT 22. Merapihkan pasien dan membereskan alat 23. Menjelaskan pada keluarga pasien bahw pasien sudah di berikan makanan 24. Melepaskan handscoon, membuang di tempat sampah infeksius 5

25. Mencuci tangan 6 langkah 26. Mendokumentasi tindakan (Berdasarkan teori) 1. Mencuci tangan 6 langkah 2. Menggunakan handscoon 3. Menjaga privasi pasien 4. Menjelaskan tujuan dan prosedur 5. Meletakkan alat di dekat pasien atau meja. 6. Mengatur posisi pasien semi fowler 7. Memasang perlak pengalas di bawah ujung selang NGT 8. Mengaspirasi cairan/residu lambung. Jika tidak lebih dari 50 cc lanjutkan pemeberian makanan 9. Membuang cairan lambung di bengkok 10. Memastikan cairan makanan tidak panas, kemudian mengisi spuit 60 cc dengan cairan makanan dan memastikan tidak ada udara 11. Tangan kiri memegang ujung selang NGT kemudian mengklem selang NGT dengan cara ujung selang ditekuk. 12. Tangan kanan melepaskan spuit 10 cc di ujung selang NGT lalu menyambungkan selang NGT dengan spuit 60 cc berisi makanan cair. 13. Mengangkat selang NGT setinggi ± 45 cm di atas abdomen. 14. Melepaskan tekukan pada selang NGT kemudian memasukkan makanan perlahanlahan. 15. Setelah makanan habis dimasukkan, mengklem kembali ujung selang NGT kemudian melepaskan spuit 60 cc. 16. Mengisi kembali spuit 60 cc dengan makanan cair dan memastikan tidak ada udara. 17. Menyambungkan selang NGT dengan spuit 60 cc berisi makanan cair. 18. Mengangkat selang NGT setinggi ± 45 cm di atas abdomen. 19. Melepaskan tekukan pada selang NGT kemudian memasukkan makanan perlahanlahan. 20. Setelah sonde habis dimasukkan, membersihkan selang NGT dengan memasukkan air putih secukupnya, mengklem kembali ujung selang NGT kemudian melepaskan spuit 60 cc. 21. Menyambungkan selang NGT dengan spuit 10 cc kemudian melepas klem. 22. Membersihkan bekas cairan dengan tissue 6

23. Membuang sampah di bengkok 24. Mengkaji apakah pasien merasa mual setelah di beri makanan melalui NGT 25. Merapihkan pasien dan membereskan alat 26. Menjelaskan pada keluarga pasien bahwa pasien sudah di berikan makanan 27. Melepaskan handscoon, membuang di tempat sampah infeksius 28. Mencuci tangan 6 langkah 29. Mencatat diit yang telah diberikan EVALUASI Evaluasi Hasil

:

Pasien sudah menerima asupan 120 cc sonde Pasien tidak muntah setelah di berikan makanan melalui NGT Sebelumnya pasien tidak menerima obat oral Evaluasi persiapan dan prosedur

:

Berdasarkan teori sebelum pemberian makanan melalui NGT dilakukan pengecekkan residu lambung terlebih dahulu dengan cara mengaspirasi cairan lambung. Namun, pada praktik di lapangan tidak dilakukan pengecekkan jumlah residu lambung karena bahan cairan, IWL seimbang, dan pasien tidak muntah.

C. Prosedur Vulva Hygine Vulva Hygine pada Ny.W Masuk tanggal, jam

: 11 Oktober 2016, 19:50

Ruang

: Pringgodani

NAMA

: Ny.W

UMUR

: 69 tahun

ALAMAT

: Kretek RT 03

DIAGNOSA

: Ulkus DM, Hiperglikemia, Ketoasidosis Diabetik, Penkes

TERAPI

: - Infus NaCl 20 tpm - Injeksi insulin (novorapid) 10 ui/8jam - Injeksi ceftriaxone 1 gr/8 jam - Injeksi Metronidazol 500 ml/8jam - Pantoprazole oral 2x1 - Diit DM 1780 kal/hari - Syrup Propepsa 3x1 7

- NGT - Inhalasi oksigen - Kateter PENGERTIAN Vulva hygine adalah tindakan membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang tidak dapat melakukannya sendiri, pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus, pasien tidak sadar). Tujuan dari tindakan ini adalah : untuk mencegah infeksi, untuk membersihkan daerah vulva dari keputihan dan secret vagina, untuk kebersihan perineum, juga untuk memberikan rasa nyaman bagi klien.

PEERSIAPAN ALAT (Sesuai yang disiapkan di lapangan) 1. 5 kasa sublimat dalam kom 2. Handscoon 3. Plastik sampah (Berdasarkan teori) 1. Perlak 2. Pispot 3. Botol cebok 4. Kom berisi 5 kapas alkohol 5. Waslap 6. Tissue 7. Selimut mandi 8. Handscoon 9. Bengkok 10. Kom 11. Larutan disinfektan

PROSEDUR TINDAKAN (Sesuai yang disiapkan di lapangan) 1. Mencuci tangan 6 langkah 2. Menggunakan handscoon 3. Menjaga privasi pasien 4. Menjelaskan tujuan dan prosedur 8

5. Meletakkan alat di dekat pasien 6. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent 7. Mengambil kasa sublimat menggunakan pinset 8. Tangan kiri membuka labia mayora 9. Dengan 5 kassa sublimat dan dipegang menggunakan pinset, tangan kanan membersihkan labia mayora kanan dari atas ke bawah sekali usap. Kemudian labia mayora kiri, di lanjutkan labia minora kanan, labia minora kiri, kemudian usap bagian tengah genital sampai ke anus. 10. Membersihkan selang kateter (selang DC) 11. Membuang bekas kasa di plastik infeksius 12. Merapihkan pasien dan membereskan alat 13. Memberitahu bahwa tindakan sudah selesai dilakukan 14. Melepaskan handscoon dan membuang di tempat sampah infeksius 15. Mendekontaminasi alat di larutan klorin 0,5% 16. Mencuci tangan 6 langkah 17. Mengeringkan alat lalu di sterilkan menggunakan oven (Berdasarkan teori) 1. Mencuci tangan 6 langkah 2. Menggunakan handscoon 3. Menjaga privasi pasien 4. Menjelaskan tujuan dan prosedur 5. Meletakkan alat di dekat pasien 6. Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi 7. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent dan melepaskan pakaian bawah pasien 8. Memasang perlak di bawah bokong pasien 9. Memasang pispot di bokong pasien 10. Meminta pasien untuk BAK 11. Menyiapkan botol cebok 12. Jika sudah BAK, membuka labia mayora dengan tangan kiri dan mengguyur dengan botol cebok mulai dari arah vulva ke perineal 13. Mengangkat pispot dari bokong pasien 14. Mendekatkan kom berisi kapas dan bengkok di antara kaki pasien 15. Mengambil kapas menggunakan pinset 16. Tangan kiri membuka labia mayora 9

17. Dengan 5 kapas sublimat dan dipegang menggunakan pinset, tangan kanan membersihkan labia mayora kanan dari atas ke bawah sekali usap. Kemudian labia mayora kiri, di lanjutkan labia minora kanan , labia minora kiri, kemudian usap bagian tengah genital sampai ke anus. 18. Membersihkan selang kateter (selang DC) 19. Membereskan alat dan menyisihkan kom dan bengkok 20. Membantu pasien untuk miring 21. Membersihkan dari vagina ke anus menggunakan waslap sampai bersih 22. Mengeringkan dengan tissue 23. Membantu pasien untuk terlentang 24. Melapaskan sarung tangan secara terbalik ke dalam larutan klorin 0,5% 25. Membantu pasien menggunakan pakaian bawahnya dan menggulung perlak 26. Mengganti selimut mandi dengan selimut tidur 27. Merapihkan pasien 28. Menyampaikan pada pasien bahwa tindakan sudah selesai 29. Mendekontaminas alat dengan larutan klorin 0,5% serta membuang sampah basah dan kering. 30. Mencuci tangan 6 lagkah

EVALUASI Evaluasi hasil

:

Keputihan pada Ny.W telah di bersihkan Urin di dalam drainase sudah di buang Pasien merasa lebih bersih dan nyaman Evaluasi persiapan dan prosedur

:

Berdasarkan teori pada persiapan alat disiapkan perlak sebagai pengalas. Sedangkan pada praktiknya tidak menggunakan perlak pengalas. Berdasarkan teori selimut pasien diganti dengan selimut mandi sedangkan pada praktiknya tidak. Berdasarkan teori pasien diminta BAK terlebih dahulu menggunakan pispot, namun karena pada praktiknya Ny.W telah menggunakan kateter jadi tindakan tersebut tidak perlu dilakukan.

10

Berdasarkan teori setelah membersihkan vulva dengan kapas sublimat daerah perinial hingga anus di basuh lagi menggunakan waslap dan di keringkan dengan tissue. Sedangkan pada praktiknya tidak dilakukan langkah tersebut. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam melakukan tindakan harus memperhatikan prinsip prasat tersebut dan selalu mengevaluasi hasil tindakan pada pasien. Dalam tindakan pemberian diit digunakan prinsip steril. Sebelum memberikan diit pastikan terlebih dahulu identitas pasien jenis diit dan jumlah yang akan di berikan, setelahnya evaluasi hasil tindakan pada pasien. Dalam tindakan vulva hygine juag digunakan prinsip steril. Memegang kasa harus menggunakan pinset. Dan setelah tindakan lakukan evaluasi terhadap pasien kemudian mensterilkan alat. B. Saran Untuk RS.Rajawali Citra

:

Pengelolaan sampah dan prinsip steril pada RS Rajawali Citra sudah sangat baik. Namun ada baiknya hal kecil pada prasat seperti penggunaan perlak dan selimut mandi tetap dilakukan karena sangat efektif, sehingga perawat tidak perlu mengganti alat tenun pasien sebelum waktunya menggati karena terkena cairan atau kotoran saat melakukan tindakan. Untuk Kampus

:

Selalu update teori terbaru seputar kesehatan Untuk Pribadi

:

Selalu memperhatikan prinsip steril, gunakan APD, selalu perhatikan identitas dengan prasat yang dilakukan. Selalu lakukan dokumentasi setelah melakuakn tindakan.

11

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_melitus Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku

12

Related Documents

Rc
June 2020 31
Rc
November 2019 34
Rc
December 2019 37

More Documents from ""