Karya Ulfa Cerpen.docx

  • Uploaded by: Alizar Yusza
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Karya Ulfa Cerpen.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,374
  • Pages: 4
Tanpa Bukti Karya :Ismi Maulfa Rahma/9A/13 Mara sangat kesal. Dia terus mengutak atik handphone pink miliknya. Mara bingung dengan sikap sahabat-sahabatnya. Selalu saja salah paham. Waktu itu sekitar pukul 13.00, Mara sebenernya sudah ada janji dengan Putri sahabatnya. Putri mengajak Mara menonton basket. Kebetulan salah satu pemain basket itu adalah doi Putri. Mara bingung apakah dia harus menonton atau tidak. Mara takut ada kesalahpahaman antara dia dengan teman baiknya yang sudah lama dekat dengan Mara. Dia laki-laki satu sekolah dengan Mara. Mara menganggap dia sahabat yang namanya Faiz. Faiz itu adalah teman satu kelas kembaran Mara sewaktu masih kelas 7. Ya, Mara sudah kelas 9 sekarang. Waktu begitu cepatnya berlalu. Agak gerimis, langit lumayan mendung dan Ambal tempat pertandingan basket lumayan jauh. Mereka berencana menggunakan motor. Maka dibuatlah grup whatsapp membahas rencana mereka. Win yang juga salah satu sahabatnya yang merupakan salah satu anggota grup Whatsapp yang diberi nama “Priweee :”v” itu atau yang dalam bahasa Indonesia berarti Gimana itu tiba-tiba membatalkan rencana. Langsung saja Mara membatalkan juga. Semua dikeluarkan mungkin.Putri sangat kecewa akan hal itu. Rencana batal,akhirnya Mara dan kembarannya Mira memutuskan untuk membuat tugas terlebih dahulu. Win yang memutuskan membatalkan rencana itu juga ikut membuat tugas. Win menjemput Mira dan Mara. Sebenarnya yang membuat tugas adalah Mira tetapi Karena Mara bingung dia harus apa akhirnya dia ikut serta membuat tugas. “Kamu duluan aja Win, aku sama Mara jalan aja sampe MI yaa takut dikira apa sama tetangga okeh ,“ Mira angkat bicara sewaktu Win baru saja sampai dirumahnya. Win langsung bergegas menaiki motornya. Sesekali menengok kebelakang melihat Mara dan Mira yang saking santainya berjalan sambil bermain handphone. Setelah beberapa menit berjalan,akhirnya Mira dan Mara sampai di MI yang merupakan sekolahnya dulu. Waktu itu sedang ada pramuka yang rutin dijalani setiap hari Jumat. Win sudah sampai dulu. Ia langsung membuka Tab miliknya dan entah apa yang dia lakukan. Karena kekurangan kendaraan,Win segera meWhatsapp temannya, Afid. Tak lama kemudian muncullah Afid dengan motir gigiannya yang mungkin sudah dimodifikasi. Mira tidak mau berboncengan dengan Afid. Entah kenapa dengan Mira. Dengan santainya, Mara berkata“Lah udahlah gapapa ribet banget sih”.Afid tertawa kecil melihat tingkah laku Mira yang sangat kekanak-kanakkan. Rejeki anak sholeh memang. Tiba-tiba ada suara sapaan hangat yang bercampur teriakan dan suara gas motor yang lumayan keras mengagetkan suasana yang lumayan ribet itu. “Rohaaaa sinih” teriakan Afid mengglegar. Walaupun badannya kecil,lumayan keras suaranya waktu berteriak. Roha bergegas menghampiri Afid yang mukanya terlihat bingung. “Tolong dong Han anterin nih Mira,nggak mau boncengan sama aku

sampai Bumdes aja yaaa plisss bgt” Kata Afid. Mungkin karena kasihan melihat muka Afid yang memelas sewaktu itu Roha akhirnya bersedia. Sekitar 5 menit sampailah mereka di Warnet dekat Bumdes. Mereka mengucapkan terimakasih kepada Roha. Dan langsung Roha bergegas menaiki motornya dan beberapa detik kemudian Motor Roha kembali dijalan raya. Mara bergegas masuk dan meminta petugas Warnet mencarikan komputer untuk dia dan ketiga sahabat,teman,dan saudaranya itu. Mereka langsung membuat tugas mencari midi lagu tugas untuk besok. Disana mereka bertemu Rizki teman Mira. Mara agak asing dengan dia. Mara mengira dia adalah kakak kelasnya yang telah lulus. Ternyata dia adalah teman satu sekolahnya dan satu angkatan juga. Win dan Mira meminta bantuan Rizki untuk menyimpan midi yang telah mereka cari. Sementara Mara dan temannya Afid hanya iseng-iseng mencari lagu K-pop kesukaan Mara dan ternyata juga kesukaan Afid. Mara menikmati lagu milik Black Pink berjudul du du du yang baru saja jadi trending topik. Sekitar pukul 15.30 mereka memutuskan untuk pulang. Hujan turun dengan derasnya. Mara yang masih menggunakan baju pramuka yang besok akan digunakan kembali merasa “ ya sudah lah mau gimana lagi toh besok kering”pikirnya. Mereka memutuskan untuk pulang hujan-hujanan. Diperjalanan, Win mendapat ide untuk kerumahnya terlebih dahulu yang tak jauh dari Warnet itu. Akhirnya Mara setuju. Mara agak malas pulang dan apa lah kalau harus dimaraih oleh ibunya yang lumayan galak kadang-kadang, tapi baik. Setelah beberapa menit mereka sampai di rumah Win yang memang benar tidak jauh dari Warnet itu. Mira ingin sekali memakan cimol yang ada diwarung yang tidak jauh dari rumah Win. Sebenarnya Mira tidak tau rasanya enak atau tidak mungkin saja enak pikirnya. Menurut pengakuan Ahmar dan Mira, cimol itu enak. Karena rasa kepo yang sudah over dan akut akhirnya Mara memaksa Win pergi kewarung itu. Win yang sangat baik,murah hati,dan penurut itu akhirnya menuruti permintaan kecil Mira. Mereka membeli cimol itu. Cimolnya berbentuk bulat kecil dan sempurna. Imut sekali sewaktu pertama melihatnya. Ditambah bumbu asin dan pedas membuat rasa cimol semakin bertambah enak dengan hujan yang semakin deras saja. Baju Mara benar-benar basah sekarang. Ya sudahlah, akhirnya Win membuatkan mie untuk mereka semua. Sebelum mie jadi ada satu perjuangan lagi untuk membeli mie itu. Afid harus berlari-lari mengejar Mira ditengah hujan dan sawah. Sementara Mara dan Win tertawatawa melihat Afid yang harus membawa sandal yang dia pakai agar Afid cepat sampai dirumah Win. Disana Mara bermain-main menikmati hujan yang terus deras diselingi dengan gemuruh yang membuat Mara takut. Memanjat truk adalah yang membuat Mara agak takut. Dengan santainya, Win memanjat truk yang lumayan tinggi itu. Mie sudah habis beserta agar-agar coklat dan hijau yang berhasil dikuasai ole Mara,Mira,dan Afid. Sementara Win, tuan rumah biasa saja dan dengan sifat jailnya,Win mengambil agar-

agar hijau milik Afid. Mara hanya tertawa kecil melihat tingkah laku sahabatsahabatnya itu yang seperti anak kecil. Mara memutuskan untuk pulang. Bajunya yang terlanjur basah membuat Mara kedinginan. Sampai dirumah, Mara langsung membuka kembali handphonennya. Banyak pesan yang masuk termasuk dari Fahmi yang juga sahabat Mara. Ia marahmarah digrup bermain yang sudah lama dibuat. Mereka berencana liburan bersama melepas penatnya TUC yang semakin sering saja. Tiba-tiba ia memutuskan tidak jadi ikut liburan. Langsung saja Win merespon dan membujuk Fahmi agar mau ikut. Kara yang merupakan sahabat dekat Fahmi terus saja membela Fahmi. Mara menenangkan sahabat-sahabatnya termasuk Win dan Fahmi. Keadaan semakin panas saja. Fahmi dan Kara menyalahkan Win yang mereka duga menjadi biang kerok Mara dan Mira yang tidak jadi ikut. Mara terus menenangkan semuanya. Jangan sampai persahabatan selesai hanya karena salah paham yang belum mencapai titik terang. Fahmi memutuskan untuk menyelesaikan semuanya disekolah. Pagi yang cerah datang. Mara sebenarnya malas menyelesaikan masalah yang terus saja ada silih berganti. Fahmi terus menghindari Win yang ingin menyelesaikan masalah. Mara menceritakan semuanya kepada Pak Dari yang merupakan guru kepercayaan Mara. Pak Dari menyelesaikan masalah itu kepada BK. Sebenarnya Mara malas berurusan dengan BK yang banyak ditakuti oleh para murid kebanyakan. Kebetulan waktu itu tepatnya hari Sabtu itu diadakan upacara untuk memperingati Hari Pahlawan. Sebenarnya Mara ingin sekali masalah itu cepat selesai. Tapi apalah sewaktu ingin membujuk Fahmi pengumuman datang dispeaker masing-masing kelas menyuruh anak-anak untuk berkumpul dilapangan upacara. Sewaktu menuju lapangan, Mara dan Win tidak sengaja bertemu dengan Putri dan Nifah. Mereka terlihat agak kesal tapi tetap tersenyum seperti biasanya. Mereka terlihat menutup-nutupi masalah. Win membujuk mereka agar tidak marah. Mara juga sama membujuk mereka juga. Tapi apalah tidak ada gunanya. Mara memutuskan menarik Win agar segera menuju lapangan daripada harus berdebat dipinggir kelas dan tentu saja terlihat dari lapangan upacara. Siang, sekitar pukul 11.30, bel pulang berbunyi dengan kerasnya. Mara tidak langsung pulang, ia akan latihan musikalisasi puisi yang akan ditampilkan minggu depan. Ia melihat Fahmi yang terlihat marah. Mara biasa saja melihat tingkah laku Fahmi. Sangat egois dan menyebalkan pendapat Mara sewaktu orang bertanya tentang Fahmi pada dia. Fahmi memanggil semua sahabatnya untuk berkumpul di kelas 9C. Seperti sultan saja pikir Mara dalam kepalanya. Mereka semua berkumpul. Mara yang akan latihan terpaksa meminta izin untuk berkumpul terlebih dahulu. Agak debat memang. Fahmi lalu angkat bicara “Lah kamu Win gimana sih malah bilang digrup tentang tugas-tugas ya secara nggak langsung kamu mempengaruhi lainnya buat nggak nonton basket”. Mara kesal dengan kata-kata

Fahmi. “Sebenarnya bukan masalah tugas aja aku emang lagi males pergi aja toh aku mau nonton siapasih” unek-unek Mara dalam hati. Satu orang dipanggil satu persatu termasuk Mara yang mukanya semakin kesal saja melihat Fahmi yang sama sekali tidak merasa bersalah berkata kasar yang seharusnya Fahmi tidak katakan. Mara menceritakan semuanya dari A-Z. Mara merasa sudah cukup bercerita dan memutuskan untuk berlatih pergi meninggalkan Fahmi yang menyebalkan. Akhirnya masalah itu mencapai titik terang. Ada kesalahpahaman dengan kata-kata Putri yang secara tidak langsung menyalahkan Aji. Mara hanya berpikir sampai kapan harus begini terus menerus saja menyalahkan tanpa bukti. Dan sebagai gantinya, akhirnya, Mara menonton basket pada malam harinya.

Related Documents

Karya Ulfa Cerpen.docx
June 2020 15
Ulfa
May 2020 13
Ulfa Paud.docx
May 2020 11
Bu Ulfa 2.docx
May 2020 26

More Documents from "Raisa la Tanza"