Jurnal Juanda A.docx

  • Uploaded by: Wirfan Fahreza
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jurnal Juanda A.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,080
  • Pages: 11
“ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN JARAK DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN TERHADAP DISTRIBUSI SINAR X PADA TABUNG PESAWAT RONTGEN DALAM PENCITRAAN RADIODIAGNOSTIK “ JUANDA KONSENTRASI FISIKA MEDIK, JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN 2013

INTISARI

Telah dilakukan penelitian tentang analisis pengaruh perubahan jarak dan luas lapangan penyinaran (kolimasi) terhadap distribusi sinar-X pada tabung rontgen dalam bentuk eksperimen. Penelitian ini penulis mengukur nilai densitas dengan variasi jarak 90 cm, 110 cm, 130 cm dan 150 cm serta variasi kolimasi 10 cm x 32 cm, 15 cm x 34 cm, 20 cm x 36 cm dan 25 cm x 38 cm pada film radiografi dari 6 (enam) sisi serta menggunakan alat ukur densitometer, dengan tujuan menetukan selisih nilai densitas yang terbesar antara katoda dan anoda sehingga mengetahui jarak dan kolimasi yang terbaik tentang distribusi sinar-X pada tabung pesawat rontgen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kolimasi ukuran 10 cm x 32 cm serta jarak 110 cm memiliki selisih nilai densitas antara katoda dan anoda lebih besar dibandingkan ukuran dan jarak lainnya sehingga distribusi sinar-X nya paling baik.

Kata Kunci : Pesawat Sinar-X, Densitometer, Faktor Eksposi, Jarak dan Kolimasi.

PENDAHULUAN Hasil pencintraan radiografi yang baik dapat dihasilkan apabila seorang radiografer melaksanakan pemeriksaan radiologi sesuai dengan prosedur serta memperhatikan teknik-teknik dalam melakukan pemeriksaan. Kreativitas seorang radiografer dalam melakukan pemeriksaan sangat penting untuk diperhatikan.Akan tetapi, dalam kenyataannya banyak didapatkan hasil radiografi yang tidak

optimal hanya karena kurang diperhatikannya faktor-faktor yang bisa mempengaruhi hasil pencitraan radiografi. misalnya hasil radiografi yang memilki densitas yang tidak merata sehingga kontras, ketajaman serta detail dan struktur anatomi tidak dapat tervisualisasi dengan baik. Anatomi tubuh manusia hampir keseluruhan memiliki ketebalan dan nomor atom yang berbeda, terutama pada tulang – tulang panjang antara bagian atas dengan bagian

bawah, seperti juga pada rongga dada dan rongga perut. Pemeriksaan radografi memilki jarak yaitu jarak antara objek ke film ( Object Film Distance ), jarak film ke objek ( Film Objeck Distance ) dan jarak antara titik pusat dengan film ( Focus Film Distance ), untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam memberikan diagnosa yang tepat jarak ini harus diperhatikan secara seksama agar bayangan hampir sesuai dengan objek aslinya. Demikian pula halnya dengan luas lapangan penyinaran ( kolimasi ) dalam radiografi juga berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Pesawat rontgen dalam distribusi sinar x ketika keluar dari tabung yang searah katoda dan anoda itupun berbeda. Penelitian ini menunjukan adanya pengaruh perubahan jarak dan luas lapangan penyinaran terhadap distribusi sinar x. Penelitian dilakukan dengan menggunakan variasi jarak 90 cm ( 50 kV , 10 mAs ) , 110 cm ( 50 kV , 15 mAs ) , 130 cm ( 50 kV , 21 mAs ) dan 150 cm ( 50 kV , 28 mAs ) dengan variasi luas lapangan penyinaran masing – masing 10 cm x 32 cm, 15 cm x 34 cm , 20 cm x 36 cm dan 25 cm x 38 cm serta jarak 100 cm dengan kolimasi 24 cm x 30 cm di lakukan sebanyak 6 (lima) kali. Tujuan Penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menentukan distribusi sinar X dengan nilai densitas pada film radiografi berdasarkan variasi jarak penyinaran ( FFD ). 2. Menentukan distribusi sinar X dengan nilai densitas pada film radiografi berdasarkan luas lapangan penyinaran (kolimasi)

Pembentukan dan Distribusi Sinar X Intensitas sinar-X dapat diartikan sebagai besarnya energi sinar-X yang mengalir melalui penampang seluas 1 cm² persatuan waktu. Intensitas sinar-X dipengaruhi oleh tegangan tabung , kuat arus tabung. Tegangan tabung merupakan beda potensial antara katoda dan anoda di dalam tabung yang diperlukan untuk memindahkan satu satuan muatan, yaitu untuk menarik elektron dari filament ke permukaan target yang tertanam dalam anoda. Semakin tinggi tegangan tabung yang digunakan maka sinar-X yang dihasilkan akan mempunyai panjang gelombang yang semakin pendek sehingga sinar-X tersebut mempunyai daya tembus yang lebih besar. Penambahan tegangan tabung juga akan menambah jumlah pancaran radiasi dari target atau meningkatkan intensitas radiasi yang dipancarkan. Kuat arus tabung (milliampere) didefenisikan sebagai muatan listrik yang mengalir persatuan waktu melalui penampang. Pada tabung sinar x kuat arus merupakan arus yang mengalir dari anoda ke katoda, arus ini menyatakan jumlah elektron. Didalam tabung sinar-x terdapat dua diode yaitu katoda dan anoda dengan katoda bermuatan negatif dan anoda bermuatan positif. Saat filamen yang berada di katoda dipanaskan, filamen ini akan mengeluarkan elektron. Semakin lama dipanaskan, elektron yang keluar dari filamen akan semakin banyak sehingga terjadilah apa yang disebut dengan awan electron.

Gambar II 2.6. Susunan tabung sinar-x (Nova Rahman: Radiofotografi, 2009) Kemudian antara katoda dengan anoda diberi beda potensial yang sangat tinggi, minimal 40 kV (40.000 volt), sehingga elektron yang berada di katoda akan bergerak dengan sangat cepat menuju anoda. Elektron yang bergerak menuju ke anoda dengan sangat cepat ini, akan menumbuk bagian kecil dari anoda yang disebut target. Pada kejadian ini jumlah elektron secara tepat dikontrol oleh energi kinetik. Secara umum lebih dari 99% energi kinetik dari proyektil elektron ini diubah menjadi energi panas dan menyisakan kurang dari 1% yang berubah menjadi sinarx. Sinar-x yang dihasilkan di target dapat dibedakan menurut proses terjadinya yaitu sinar-x karakteristik dan sinar-x bremstrahlung. Sinar-X karakteristik Jika proyektil elektron berinteraksi dengan elektron kulit yang di dalam dari atom target dibandingkan dengan elektron kulit terluar, maka akan terbentuk sinar-x karakteristik. Sinar-x karakteristik dihasilkan saat interaksi dibentuk dari energi yang cukup besar sehingga mampu mengionisasi atom target dengan menggeser keseluruhan eklektron kulit terluar.

Eksitasi pada elektron kulit yang di dalam tidak menghasilkan sinar-x.Saat proyektil elektron mengionisasi atom target dengan menggeser elektron pada kulit K, terdapat lubang sementara pada kulit K ini merupakan kondisi yang tidak lazim untuk atom target dan hal ini akan diperbaiki elektron kulit terluar dengan jatuh ke kulit K. Perpindahan elektron dari kulit terluar menuju kulit di dalamnya diiringi dengan emisi sinar-x. Energi sinar-x yang dihasilkan sebanding dengan perbedaan pada energi ikat dari elektron orbital yang terlibat. (Nova Rahman: Radiofotografi, 2009). Sinar-X Brehmstrahlung Produksi panas dan sinar-x karakteristik melibatkan interaksi antara elektron proyektil dan elektron atom target. Ada tipe interaksi dimana energi kinetik dari proyektil elektron akan hilang. Hal ini bisa terjadi apabila proyektil elektron berinteraksi dengan inti atom target.Pada tipe interaksi ini, energi kinetik dari proyektil elektron dikonversi menjadi energi elektromagnetik. Elektron proyektil yang secara utuh menghindari elektron kulit saat menembus atom target bisa mendekati inti atom target. Dikarenakan elektron bermuatan negatif dan inti bermuatan positif, maka akan terjadi gaya elektrostatik akibat gaya tarik keduanya. Saat proyektil elektron mendekati inti, gaya inti memberikan pengaruh terhadap proyektil elektron ini dengan cara melambatkan proyektil elektron yang menuju inti dan kemudian memantulkan ke arah lain. Ini berakibat berkurangnya energi kinetik proyektil elektron dengan arah yang berlainan. Energi kinetik yang hilang ini kemudian muncul kembali dalam bentuk foton sinar-x(mengingat energi tidak bisa

hilang tetapi hanya berubah bentuk). Sinar-x yang seperti ini disebut dengan sinar-x Bremstrahlung. Dalam bahasa Jerman, Bremstrahlung berarti perlambatan atau pengereman.Sinar-x Bremstrahlung berarti sinar-x yang terjadi akibat pengereman proyektil elektron oleh inti. Secara umum ketika dilakukan pemeriksaan radiografi, sinar-x yang dihasilkan adalah sinar-x jenis Bremstrahlung ini. Hal ini dikarenakan sinar-x yang terjadi dihasilkan dari energi yang tidak terlalu tinggi. Umumnya pemeriksaan radiografi memerlukan sinar-x yang tidak terlalu tinggi seperti pemeriksaan thorax(rongga dada) dan ekstremitas. (Nova Rahman: Radiofotografi, 2009) Jarak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil pencitraan radodiagnostik, dalam hal ini meliputi a. Jarak antara focus dan film ( FFD : Focus Film Distance ) b. Jarak antara objek dan film ( OFD : Object Film Distance ) c. Jarak antara fokus dan Objek ( FOD : Focus Object Distance ) Dalam pencitraan radiodiagnostik jarak antara fokus dan film yang paling banyak mengalami perubahan, oleh karena itu untuk mendapatkan nilai densitas yang sama harus digunakan rumus perubahan jarak. 𝒎𝑨𝒔𝟐

=

𝑭𝑭𝑫𝟐 𝟐 𝑭𝑭𝑫𝟏 𝟐

× 𝒎𝑨𝒔𝟏 .........................

( 1)

Prosedur Penelitian Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam analisa data pengukuran densitas anatara lain : 1. Pengambilan data Pengukuran Data pengukuran nilai densitas diambil setelah eksposi terhadap film. Untuk

pengambilan data pertama menggunakan variasi jarak dan variasi kolimasi yang berbeda, kedua untuk ketepatan hasil pengukuran, pengambilan data dilakukan sebanyak 6 (enam) kali penyinaran dengan menggunakan factor eksposi dan variasi jarak serta kolimasi yang konstan. 2. Membuat grafik hubungan antara jarak dan kolimasi. 3. Membuat kontur penyebaran nilai densitas pada film. 4. Menganalisa prosentase kesalahan penyebaran densitas film. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengukuran Adapun hasil penelitian ini meliputi hasil pengukuran nilai densitas dengan menggunakan alat densitometer mulai titik tengah film, arah anoda, arah katoda, arah bawah tabung, arah atas tabung, arah kanan atas anoda, arah kanan bawah anoda, arah kiri atas katoda dan arah kiri bawah katoda dengan setiap arah dibagi 8 titik penilaian densitas pada film yang akan diuraikan dalam bentuk tabel, kurva dan kontur. Hasil/Data Pengukuran Nilai Densitas dan Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada pesawat X- Ray General Purpose di RS. Dr Tadjuddin Chalid Makassar maka diperoleh hasil nilai densitas pada tabel IV.1 s/d 4 ( lampiran 1 ) selengkapnya.

Tabel IV.1. Hasil Pengukuran Nilai Densitas dengan variasi jarak dan kolimasi / arah horozontal Arah 10 cm x 32 cm 15 cm x 34 cm 20 cm x 36 cm 25 cm x 38 cm

Anoda Katoda Anoda Katoda Anoda Katoda Anoda Katoda

90 cm 2.73 2.74 2.76 2.75 2.76 2.75 2.76 2.75

110 cm 2.72 2.73 2.70 2.71 2.70 2.71 2.70 2.71

130 cm 2.70 2.70 2.70 2.70 2.68 2.69 2.69 2.69

150 cm 2.77 2.77 2.77 2.76 2.74 2.75 2.74 2.75

Tabel IV.2. Hasil Pengukuran Nilai Densitas dengan variasi jarak dan kolimasi / arah atas 90 cm

Arah 10 cm x 32 cm 15 cm x 34 cm 20 cm x 36 cm 25 cm x 38 cm

Anoda Katoda Anoda Katoda Anoda Katoda Anoda Katoda

2.73 2.73 2.75 2.74 2.76 2.75 2.76 2.75

110 cm 2.73 2.74 2.75 2.76 2.77 2.78 2.78 2.78

130 cm 2.73 2.73 2.70 2.72 2.71 2.72 2.70 2.71

150 cm 2.69 2.70 2.69 2.69 2.70 2.70 2.69 2.70

Tabel IV.3. Hasil Pengukuran Nilai Densitas dengan variasi jarak dan kolimasi / arah bawah Arah 10 cm x 32 cm 15 cm x 34 cm 20 cm x 36 cm 25 cm x 38 cm

Anoda Katoda Anoda Katoda Anoda Katoda Anoda Katoda

90 cm

110 cm

130 cm

150 cm

2.72 2.73 2.77 2.75 2.73 2.74 2.74 2.73

2.75 2.76 2.77 2.76 2.75 2.76 2.73 2.74

2.72 2.72 2.69 2.70 2.70 2.70 2.70 2.70

2.69 2.69 2.70 2.69 2.70 2.70 2.69 2.69

Tabel IV.4. Hasil Pengukuran Nilai Densitas dengan variabel tetap. Arah horizontal

atas

bawah

F.1

F.2

F.3

F.4

F.5

F.6

Anoda

2.60

2.60

2.59

2.59

2.60

2.59

Katoda

2.62

2.61

2.61

2.6

2.58

2.61

Anoda

2.60

2.60

2.59

2.59

2.59

2.60

Katoda

2.63

2.61

2.60

2.60

2.60

2.59

Anoda

2.59

2.59

2.59

2.59

2.58

2.59

Katoda

2.6

2.62

2.60

2.60

2.59

2.61

Hasil pengukuran rata-rata nilai densitas pada film radiografi dengan menggunakan pesawat X- Ray General Purpose terlihat pada Tabel IV.I. Berdasarkan Tabel IV.1. dapat dibuat grafik seperti pada gambar dibawah ini : 2.8

90 cm

2.75

110 cm

2.7

130 cm

2.65 0

5

10

150 cm

Gambar IV.2.1 Grafik anoda katoda dengan variasi jarak dan kolimasi arah Horizontal.

Terlihat bahwa untuk pengaturan kolimasi 10 cm x 32 cm distribusi sinar X yang paling baik pada jarak 110 cm karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda. Untuk pengaturan kolimasi 15 cm x 34 cm distribusi sinar X yang paling baik pada jarak 110 cm karena selisih nilai densitas katoda lebih besar anoda. Untuk pengaturan kolimasi 20 cm x 36 cm distribusi sinar X yang paling baik pada jarak 130 cm karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda dan distribusi yang tidak baik pada jarak 90 cm karena nilai densitas anoda lebih besar dari katoda.. Untuk pengaturan kolimasi 25 cm x 38 cm distribusi sinar X yang paling baik pada

jarak 110 cm karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda. Terlihat bahwa untuk pengaturan jarak 90 cm distribusi sinar X yang paling baik pada kolimasi 10 cm x 32 cm karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda . Untuk pengaturan jarak 110 cm distribusi sinar X yang paling baik pada ketiga kalomasi. karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda. Untuk pengaturan jarak 130 cm distribusi sinar X yang paling baik pada kalimasi 20 cm x 36 cm. karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda. Untuk pengaturan jarak 150 cm distribusi sinar X yang paling baik pada kalimasi 20 cm x 36 cm dan 25 cm x 38 cm. karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda. Berdasarkan Gambar Grafik IV.2.1 menunjukan bahwa untuk variasi kolimasi distribusi sinar X yang baik pada jarak 110 cm, sedangkan untuk variasi jarak distribusi sinar X yang baik pada kolimasi 20 cm x 36 cm. Berdasarkan Tabel IV.2. dapat dibuat grafik seperti pada gambar dibawah ini : 2.8

90 cm

2.75

110 cm

2.7

130 cm

2.65 0

5

10

150 cm

Gambar IV.2.2 Grafik anoda katoda dengan variasi jarak dan kolimasi arah atas.

Terlihat bahwa untuk pengaturan kolimasi 10 cm x 32 cm distribusi sinar X yang paling baik pada jarak 150 cm karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda di bandingkan jarak lainnya.

Untuk pengaturan kolimasi 15 cm x 34 cm distribusi sinar X yang paling baik pada jarak 130 cm karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda. Untuk pengaturan kolimasi 20 cm x 36 cm distribusi sinar X yang paling baik pada jarak 130 cm karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda. Untuk pengaturan kolimasi 25 cm x 38 cm distribusi sinar X yang paling baik pada jarak 150 cm karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda. Terlihat bahwa untuk pengaturan jarak 90 cm distribusi sinar X yang paling baik pada kolimasi 10 cm x 32 cm karena nilai densitas katoda dan anoda sama, sedangkan ketiga kolimasi lainnya kurang baik karena densitas anoda lebih besar. Untuk pengaturan jarak 110 cm distribusi sinar X yang paling baik pada kalomasi 10 cm x 32 cm. karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda . Untuk pengaturan jarak 130 cm distribusi sinar X yang paling baik pada kalimasi 15 cm x 34 cm. karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda. Untuk pengaturan jarak 150 cm distribusi sinar X yang paling baik pada kalimasi 10 cm x 32 cm dan 25 cm x 38 cm. karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda. Berdasarkan Gambar Grafik IV.2.2 menunjukan bahwa untuk variasi kolimasi distribusi sinar X yang baik pada jarak 150 cm, sedangkan untuk variasi jarak distribusi sinar X yang baik pada kolimasi 10 cm x 32 cm.

Berdasarkan Tabel IV.3. dapat dibuat grafik seperti pada gambar dibawah ini : 2.78 2.76 2.74 2.72 2.7 2.68

90 cm 110 cm 130 cm 150 cm 0

5

10

Gambar IV.2.3 Grafik anoda katoda dengan variasi jarak dan kolimasi arah bawah.

Terlihat bahwa untuk pengaturan kolimasi 10 cm x 32 cm distribusi sinar X yang paling baik pada jarak 90 cm karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda. Untuk pengaturan kolimasi 15 cm x 34 cm distribusi sinar X yang paling baik pada jarak 130 cm karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda. Untuk pengaturan kolimasi 20 cm x 36 cm distribusi sinar X yang paling baik pada jarak 90 cm karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda. Untuk pengaturan kolimasi 25 cm x 38 cm distribusi sinar X yang paling baik pada jarak 110 cm karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda, sedangkan distribusi sinar X yang kurang baik pada jarak 90 cm karena Terlihat bahwa untuk pengaturan jarak 90 cm distribusi sinar X yang paling baik pada kolimasi 10 cm x 32 cm karena nilai densitas katoda lebih besar dari anoda. Untuk pengaturan jarak 110 cm distribusi sinar X yang paling baik pada kalomasi 25 cm x 38 cm. karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda, sedangkan distribusi sinar X yang kurang baik pada kolimasi 15 cm x 34 cm karena nilai densitas anoda lebih besar dari katoda.

Untuk pengaturan jarak 130 cm distribusi sinar X yang paling baik pada kalimasi 15 cm x 34 cm. karena selisih nilai densitas katoda lebih besar dari anoda. Untuk pengaturan jarak 150 cm distribusi sinar X yang kurang baik pada kolimasi 15 cm x 34 cm karena selisih nilai densitas anodalebih besar dari katoda. Berdasarkan Gambar Grafik IV.2.3 menunjukan bahwa untuk variasi kolimasi distribusi sinar X yang baik pada jarak 90 cm, sedangkan untuk variasi jarak distribusi sinar X yang baik pada kolimasi 10 cm x 32 cm.sedangkan untuk variasi jarak distribusi sinar X yang kurang baik pada kolimasi 15 cm x 34 cm. Berdasarkan Tabel IV.4. dapat dibuat grafik seperti pada gambar dibawah ini : 2.64

horizontal anoda

2.62 2.6 2.58

horizontal katoda

2.56

atas anoda 0

5

10

Gambar IV.2.3 Grafik anoda katoda dengan variable tetap.

Berdasarkan Gambar IV.2.4.Grafik anoda dan katoda dengan variabel tetap, menunjukkan bahwa pada arah horizontal. Terlihat bahwa arah katoda nilai densitasnya lebih besar dibandingkan arah anoda, hal ini di sebabkan oleh pengaruh kemiringan anoda ( bidang target ), sedangkan selisih nilai densitas anoda dan katoda yang kecil disebabkan aus nya anoda akibat 99 % panas yang di hasilkan dari tumbukan elektron dengan bidang target dalam waktu lama. Untuk arah atas terlihat bahwa arah katoda nilai densitasnya lebih besar dibandingkan arah anoda, hal ini di sebabkan oleh

pengaruh kemiringan anoda ( bidang target ), sedangkan selisih nilai densitas anoda dan katoda yang kecil disebabkan aus nya anoda akibat 99 % panas yang di hasilkan dari tumbukan elektron dengan bidang target dalam waktu lama. Untuk arah bawah terlihat bahwa arah katoda nilai densitasnya lebih besar dibandingkan arah anoda, hal ini di sebabkan oleh pengaruh kemiringan anoda ( bidang target ). Kontur

Untuk arah horizontal nilai densitas yang tertinggi pada katoda terletak pada sumbu ( -8 , 0 ), ( -14 , 0 ) dan ( -16 , 0 ) dengan nilai 2,74. Untuk arah anoda memiliki nilai densitas yang sama mulai sumbu ( 0 , 0 ) sampai garis lurus ke arah kanan dengan nilai 2,73 Untuk arah atas nilai densitas yang tertinggi pada katoda terletak pada sumbu ( -8 , 2,5 ) sampai garis lurus diagonal kiri atas dengan dengan nilai 2,73. Untuk arah anoda memiliki nilai densitas yang sama mulai sumbu ( 0 , 0 ) sampai garis lurus diagonal kanan atas dengan nilai 2,72.

Berdasarkan Tabel IV.1, Tabel IV.2 dan Tabel IV.3 dapat dibuatkan kontur seperti gambar – gambar dibawah ini :

Gambar IV.3.2. Kontur Hubungan Hasil Pengukuran Nilai Densitas Dengan Kolimasi 15 cm x 34 cm. Gambar IV.3.1. Kontur Hubungan Hasil Pengukuran Nilai Densitas Dengan Kolimasi 10 cm x 32 cm.

Gambar IV.3.1 kontur kolimasi 10 cm x 32 cm menunjukan untuk arah bawah nilai densitas yang tertinggi pada katoda terletak pada sumbu ( 0 , 0 ), (- 4 , -1,125 ), ( -8 , -2,5 ) sampai garis lurus diagonal kiri bawah dengan nilai 2,73. Untuk arah anoda nilai densitas tertinggi pada sumbu ( 4, -1,25 ) sampai garis lurus diagonal kanan bawah dengan nilai 2,72.

Gambar IV.3.2 kontur kolimasi 15 cm x 34 cm menunjukan untuk arah bawah memiliki nilai densitas yang sama mulai sumbu ( 0 , 0 ) sampai garis lurus diagonal kiri bawah dengan nilai 2,73. Untuk arah anoda nilai densitas tertinggi pada sumbu ( 0 , 0 ) sampai garis lurus diagonal kanan bawah dengan nilai 2,73 kecuali sumbu ( 17 , -7,5 ). Untuk arah horizontal memiliki nilai densitas yang sama mulai sumbu ( 0 , 0 ) sampai garis lurus ke arah kiri bawah dengan nilai 2,73. Untuk arah anoda memiliki nilai densitas tertinggi pada sumbu ( 6,375 , 0 ), ( 14,875 , 0 ) dan ( 17 , 0 ) dengan nilai 2,74

Untuk arah atas memiliki nilai densitas 2,73 mulai sumbu ( -2,125 , 0,938 ) sampai garis lurus diagonal kiri bawah. Untuk arah anoda yang memiliki nilai densitas tertinggi padasumbu ( 6,375 , - 2,813 ) dan ( 10,625 , - 4,688 ) sampai garis lurus diagonal kanan atas dengan nilai 2,73.

( 9 , 5 ) sampai garis lurus diagonal kanan atas sumbu ( 15,75 , 8,75 ) dengan dengan nilai 2,74.

Gambar IV.3.4. Kontur Hubungan Hasil Pengukuran Nilai Densitas Dengan Kolimasi 25 cm x 38 cm. Gambar IV.3.3. Kontur Hubungan Hasil Pengukuran Nilai Densitas Dengan Kolimasi 20 cm x 36 cm.

Gambar IV.3.3 kontur kolimasi 20 cm x 36 cm menunjukan untuk arah bawah nilai densitas yang tertinggi pada katoda terletak pada sumbu ( 0 , 0 ) sampai garis lurus diagonal kiri bawah sumbu ( -9 , -5 ) dengan nilai 2,73. Untuk arah anoda nilai densitas tertinggi pada sumbu ( 2,25 , -1,25 ) dan ( 6,75 , -3,75 ) dengan nilai 2,73. Untuk arah horizontal nilai densitas yang tertinggi pada katoda terletak pada sumbu ( 0 , 0 ), ( -6,75 , 0 ) dan ( -11,25 , 0 ) dengan nilai 2,73. Untuk arah anoda memiliki nilai densitas yang sama mulai sumbu ( 0 , 0 ) dan ( 2,25 , 0 ) dengan nilai 2,73. Untuk arah atas nilai densitas yang tertinggi pada katoda terletak pada sumbu ( -2,25 , 1,25 ) sampai garis lurus diagonal kiri atas sumbu ( -9 , 5 ) dengan dengan nilai 2,74. Untuk arah anoda memiliki nilai densitas tertinggi mulai sumbu

Gambar IV.3.4 kontur kolimasi 25 cm x 38 cm menunjukan untuk arah bawah nilai densitas yang tertinggi pada katoda terletak pada sumbu ( 0 , 0 ) sampai garis lurus diagonal kiri bawah sumbu ( -4,75 , 3,125 ) dengan nilai 2,72. Untuk arah anoda nilai densitas tertinggi pada sumbu ( 0 , 0 ) dan ( 2,375 , -1,563 ) dengan nilai 2,72. Untuk arah horizontal nilai densitas yang tertinggi pada katoda terletak pada sumbu ( 9,5 , 0 ), ( -11,875 , 0 ) , ( -16,625 , 0 ) dan ( -19 , 0 ) dengan nilai 2,73. Untuk arah anoda memiliki nilai densitas yang sama mulai sumbu ( 0 , 0 ) sampai garis lurus ke arah kanan sumbu ( 7,125 , 0 ) dan ( 11,875 , 0 ) sampai ( 19 , 0 ) dengan nilai 2,7. Untuk arah atas nilai densitas yang tertinggi pada katoda terletak pada sumbu ( -9,5 , 6,25 ) dan ( -11,875 , 7,813 ) dengan nilai 2,74. Untuk arah anoda memiliki nilai densitas tertinggi pada sumbu ( 7,125 , 4,688 ) dan ( 9,5 , 6,25 ) dengan nilai 2,74.

Kesimpulan Berdasarkan interpretasi hasil yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. 1. Nilai Densitas yang di hasilkan oleh pesawat sinar X dengan variasi jarak, bahwa distribusi sinar X dengan arah katoda lebih besar di bandingkan arah anoda terjadi pada kolimasi ukuran 10 cm x 32 cm.Selisih nilai densitas antara katoda dan anoda sangat kecil sehingga distribusi sinar X pada setiap kolimasi hampir merata, hal ini di sebabkan aus nya anoda akibat 99 % panas yang di hasilkan dari tumbukan elektron dengan bidang target dalam waktu lama. 2. 2. Nilai Densitas yang di hasilkan oleh pesawat sinar X dengan variasi kolimasi, bahwa distribusi sinar X dengan arah katoda lebih besar di bandingkan arah anoda terjadi pada jarak 110 cm.Selisih nilai densitas antara katoda dan anoda sangat kecil sehingga distribusi sinar X pada setiap jarakhampir merata, hal ini di sebabkan aus nya anoda akibat 99 % panas yang di hasilkan dari tumbukan elektron dengan bidang target dalam waktu lama. Saran 1. Dalam setiap pemeriksaaan rontgen untuk mendapatkan hasil yang optimal baik kontras, detail dan ketajaman hendaknya radiografer memperhatikan arah anoda dan katoda.

DAFTAR PUSTAKA Ph.D, R.T.(R), Terry L. Fauber, Radiographic Imaging & Exposure, Mosby, Inc, Missouri (2000) Rahman , Nova. Universitas Baiturrahmah, Padang (2009) Bruce W Long, MS. John A Rafert, Orthopaedic Radiography, Departement of Radiologic Sciene Indiana University School Of Medicine, Indianapolis Indiana 1995 Ballinger P W, Merril’s Atlas Of Radiographc and Radiologic, Eight Edition Volume Two, The C V Mosby Company 1995 Vinita Merril, Atlas Of Roentgenographic Position And Standard Radiologic Procedures, Volume Three, Four Edition, The CV, Mosby Company, Saint Louis 1975 Van Der Plaats, G J, Medical X Ray Technique, Third Revised and Enlarge Edition, Centrex Publishing Company Einhoven, Netherlands 1969 Rasad, S, Kartoleksono, Ekayuda, I, Radiologi Diagnostic, Jakarta, FKUI 1991 Chesney, Noreen D, The Radiographic Photographic, Third Printing, Blackweel Scientific Publication, Melbourne 1971 Meredith, W J andMassey, J B, Fundamental Physics Of Radilogie, John Wright Sons, Ltd, Bristol 1974

Malueka, R G, Diagnostic Radiologi, Pustaka Cendikia Press Yogyakarta 2007 Busong, SC, Radiologic Sciene for Technologists Physics, Biology, And Protection 1975

Related Documents

Jurnal Juanda A.docx
June 2020 1
Jurnal
December 2019 93
Jurnal
May 2020 64
Jurnal
August 2019 90
Jurnal
August 2019 117
Jurnal
June 2020 36

More Documents from ""