Tugas Plambing.docx

  • Uploaded by: rizky fahreza
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Plambing.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,410
  • Pages: 29
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ....................................................................................................... 1 BAB I

PENDAHULUAN .............................................................................. 2 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 2 1.2 Ruang Lingkup ............................................................................... 2 1.3 Maksud dan Tujuan ....................................................................... 3 1.4 Sistematika Pembahasan ............................................................... 3

BAB II

REFERENSI ...................................................................................... 4

BAB III DASAR PERENCANAAN ............................................................... 5 3.1 Air Bersih ...................................................................................... 5 3.2 Air Buangan ................................................................................... 12 3.3 Air Hujan ....................................................................................... 14 BAB IV TINJAUAN UMUM GEDUNG ........................................................ 16 BAB V

PERENCANAAN SISTEM PEMIPAAN AIR BERSIH ................ 17

PUSTAKA ............. ........................................................................................... . 29

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pembangunan gedung-gedung di Indonesia meningkat sangat pesat saat ini. Hampir seluruh kota di Indonesia melakukan pembangunan bangunan untuk kepentingan kegiatan manusia demi kelancaran mewujudkan perkembangan nasional dengan mengutamakan kelestarian lingkungan. Setiap bangunan harus dirancang dengan baik untuk sistem pelayanan dan keamanannya, demi kenyamanan pengguna didalam maupun disekitar bangunan dengan memperhitungkan biaya yang efisien. Salah satu bangunan yang dibangun adalah gedung. Gedung dibangun harus memiliki sistem pelayanan dan keamanan yang baik agar penghuni merasa nyaman selama memakai gedung tersebut. Bentuk sistem pelayanan dan keamanan pada sebuah gedung adalah sistem plambing gedung. Sistem plambing merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan sistem plambing harus dilakukan sesuai dengan tahapan perencanaan gedung. Pekerjaan sistem plambing terdiri dari sistem penyediaan air bersih, sistem penyaluran air kotor dan sistem pemadam kebakaran. Penyediaan sistem plambing harus memperhatikan juga segi lingkungan sekitar supaya tidak merugikan lingkungan agar tercipta kehidupan lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing dimulai dengan rencana konsep awal, rencana dasar, rencana pendahuluan, dan gambar gambar pelaksanaan, dengan memperhatikan koordinasi dan keserasian dengan perencanaan dan perancangan elemen pendukung lainnya dalam gedung. Pemerintah juga banyak mengeluarkan kebijakan dalam hal lingkungan hidup yang dikaitkan dengan pembangunan bidang properti, sehingga kebutuhan akan tenaga ahli dalam bidang perancangan khususnya perancangan dalam bidang plambing meningkat. Mengingat sistem plambing merupakan bagian yang sangat vital dalam suatu bangunan gedung, apalagi perancangan sistem plambing untuk rumah sakit yang memerlukan keahlian yang memadai dalam perancangannya. Sekolah 5 lantai yang terdiri dari 21 kelas, 3 laboratorium dan 43 ruangan diharapkan dapat menjadi tempat yang memberikan kenyamanan dan kepuasan penghuni. Oleh karena itu, sistem plambing untuk penyediaan air bersih dan penyaluran air buangan harus direncanakan dengan baik.

1.2

Ruang Lingkup Dalam perencanaan gedung sekolah memperhatikan beberapa aspek yang menentukan perencanaan. Aspek tersebut adalah: a.

Kebutuhan Air •

Metode berdasarkan jumlah penghuni dengan data jumlah penghuni



Metode berdasarkan jenis dan jumlah alat plumbing 2



Metode berdasarkan alat plumbing (UAP)

b.

Sistem perpipaan air bersih

c.

Penentuan jumlah dan letak Ground Water Tank dan Roof Tank

d.

Sistem perpipaan air kotor dan air bekas

e.

Jumlah alat plumbing yang digunakan

Tugas besar ini juga mencakup perencanaan denah bangunan yang menggambarkan jaringan pipa di seluruh bagian gedung untuk menyalurkan air (bersih dan limbah) dan setiap peralatan yang terhubung supaya sistem plambing dapat bekerja secara optimal sesuai dengan SNI 8153, 2015 tentang Sistem Plambing dalam Gedung, SNI 03-7065, 2005, SNI 03-6481, 2000, dan Buku Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing oleh Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura Tahun 2005. 1.3

maksud dan tujuan maksud dari penulisan tugas alat plumbing ini adalah untuk merencanakan sistem instalasi plambing pada suatu gedung sekolah, dengan tujuan:

1.4

1.

membuat sistem perpipaan air bersih

2.

membuat sistem perpipaan air buangan dan ven

3.

Gedung yang direncanakan dapat beroperasi secara optimal.

sitematika penulisan 1.

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, serta ruang lingkup perencanaan sistem plumbing.

2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini disajikan tulisan atau penemuan, baik dari para tokoh dibidangnya maupun para peneliti terdahulu yang berkaitan dengan topik laporan. Fakta-fakta yang dikemukakan didalam bab ini sejauh mungkin diambil dari sumber aslinya.

3.

BAB III GAMBARAN UMUM bab ini menjelaskan secara rinci mengenai dasar perencanaan air bersih, air buangan, dan air hujan.

4.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN bab ini menjelaskan mengenai analisa umum tentang gedung yang digunakan serta segala bentuk kebutuhan yang telah diperhitungkan.

5.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN bab ini menjelaskan dari kesimpulan dan saran dari hasil analisa dan pembahasan.

3

BAB II REFERENSI Referensi yang digunakan pada perencanaan sistem plambing gedung sekolah ini adalah: 1. Noerbambang, Soufyan. Takeo Morimura. 1993. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. Pradnya Paramita: Jakarta 2. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 1. Erlangga: Jakarta 3. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 2. Erlangga: Jakarta 4. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-6381-2000 Tentang Sistem Plambing, 2000. 5. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-7065-2005 Tentang Tata Perencanaan Sistem Plambing, 2005 6. Standar Nasional Indonesia, SNI 8153-2015 Tentang Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung, 2015. 7. Depkes RI, 1990. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990, Jakarta.

4

BAB III DASAR PERENCANAAN 3.1

Air Bersih 3.1.1

Definisi Air Bersih Definisi air bersih menurut Permenkes No. 416 tahun 1990, adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Departemen dalam Negeri Republik Indonesia, Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

3.1.2

Sumber Air Bersih Rangkaian instalasi air bersih di dalam rumah, atau biasa disebut instalasi pipa sekunder, umumnya menggunakan pipa ukuran 0,5 inci. Namun ukuran instalasi pipa primer (dari sumber air keinstalasi dalam rumah) berbeda – beda bergantung pada sumber airnya. 







3.1.3

Air PAM langsung dihubungkan keinstalasi pipa di rumah, maka pipa primernyamenggunakan pipa berukuran sama dengan instalasi pipa sekunder,yaitu ukuran 0,5 inchi. Air PAM didistribusikan keinstalasi pipa di rumah melalui bak penampung (tower air), maka pipa dari meteran PAM ke tower air menggunakan pipa ukuran 0,5 inci. Sedangkan dari tower air keinstalasi di rumah menggunakan pipa ukuran ¾ , 1 inci. Air tanah, dengan bantuan jet pump, dialirkan langsung ke instalasi pemipaan di rumah. Instalasi pipa dari pompa ke instalasi di rumah menggunakan pipa yang berukuran sama dengan besar penampang pipa keluaran (outtake) di pompa. Air tanah didistribusikan kesistem pemipaan di rumah melalui tower air, maka pipa dari pompa ke tower air menggunakan ukuran yang sama dengan pipa keluar (outtake) dari pompa. Sedangkan dari tower air ke instalasi pipa di rumah menggunakan pipa ¾ inci, 1inci.

Karakteristik Air Bersih Dengan berlakunya baku mutu air untuk badan air, air limbah dan air bersih, maka dapat dilakukan penilaian kualitas air untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 416 tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan 1990 Kriteria penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:

5

1. Persyaratan kualitas air untuk air minum. 2. Persyaratan kualitas air untuk air bersih. 3. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah beroperasi. Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu: 1.

Syarat fisik, antara lain:     

2.

Syarat kimiawi, antara lain:    

3.

Air harus bersih dan tidak keruh. Tidak berwarna Tidak berasa Tidak berbau Suhu antara 10o-25 o C (sejuk)

Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan. Cukup yodium. pH air antara 6,5 – 9,2. Syarat bakteriologi, antara lain: Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.

Pada umumnya kualitas air baku akan menentukan besar kecilnya investasi instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga jual air bersih.

3.1.4

Kebutuhan air bersih Menurut Noerbambang, SM dan Takeo, M. (2005) metode penentuan kebutuhan air bersih berdasarkan pada : a. Jumlah penghuni Metode ini didasarkan atas pemakaian air rata-rata sehari dari setiap penghuni, dan perkiraan jumlah air sebari dapat diperkirakan, walaupun jenis maupun jumlah alat plambing belum ditentukan. Metode ini praktis utnuk tahap perencanaan dan perancangan. Apabila jumlah penghuni diketahui, atau ditetapkan untuk suatu gedung maka angka tersebut dipakai untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan "standar" mengenai pemakaian air per orang per hari untuk sifat penggunaan gudang tersebut, tetapi bila jumlah penghuni tidak diketahui, biasanya ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan padatan hunian per luas lantai. Luas lantai gedung yang dimaksudkan adalah luas lantai efektif berkisar antara 55 sampai

6

80 persen dari luas seluruhnya. Apabila jumlah data penghuni tidak diketahui maka metode perhitungannya: 1) Luas gedung total = Jumlah lantai x luas gedung 2) Luas gedung efektif = Perbandingan luas lantai total x luas gedung seluruhnya 3) Kepadatan penduduk atau penghuni 5-10 m3 / orang Jumlah Penghuni = Luas gedung efektif / kepadatan penghuni. b. Jenis dan Jumlah alat Plambing Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat diketahui, misalnya untuk perumahan atau gedung kecil lainnya. Juga harus diketahui jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut. c. Metode Berdasarkan Unit Alat Plambing (UAP) Metode ini dihitung berdasarkan pengambilan data beberapa jenis alat plambing dan jumlah alat plambing yang ditetapkan suatu uit beban ( fixture unit ) untuk setiap alat plambing.

3.1.5

Klasifikasi Sistem Penyediaan Air Bersih Menurut Noerbambang, SM., dan Takeo, M. (2005), ada beberapa sistem penyediaan air bersih : a. Sistem Sambungan Langsung Pada sistem ini, pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih sistem ini dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah, karena pada umumnya pada perumahan dan gedung kecil tekanan dalam pipa utama terbatas dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama. Ukuran pipa cabang biasanya diatur dan ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum. b. Sistem Tangki Atap Pada sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah), kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Air dari tangki ini kemudian didistribusikan ke seluruh bangunan. Sistem ini diterapkan karena alasan-alasan sebagai berikut: 1. Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang teradi pada alat plambing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka air dalam tangki atap. 2. Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara otomatik dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya kesulitan. 3. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki atap 7

4. Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya tangki tekan. c. Sistem Tangki Tekan Prinsip sistem ini adalah sebagai berikut air yang telah ditampung dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatik yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang menutup membuka saklar motor listrik penggerak pompa: pompa berhenti bekerja kembali setelah tekanan mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan bekerja kembali setelah tekanan mencapai suatu batas maksimum tekanan yang ditetapkan juga. Kelebihan sistem tangki tekan adalah: 1. Dari segi estetika tidak menyolok jika dibandingkan dengan tangki atap; 2. Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama pompa-pompa lainnya; 3. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di atas Menara; 4. Kekurangannya adalah pompa akan sering bekerja sehingga menyebabkan keausan pada saklar lebih cepat. d. Sistem Tanpa Tangki Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki tekan maupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misal pipa utama PDAM). 3.1.6

Sistem Pipa Air Bersih Perencanaan sistem air bersih menggunakan tabel sistem pipa air bersih untuk mempermudah dalam menentukan jalur, sistem, dan diameter pipa yang dipakai pada setiap pipa yang dibutuhkan. Tabel tersebut juga memuat nilai eqivalen pipa, faktor pemakaian debit aliran air, panjang pipa, dan juga kecepatan aliran pada suatu jalur pipa. 1.

Laju Aliran Pemakaian air oleh suatu masyarakat bertambah besar dengan kemajuan masyarakat tersebut, sehingga pemakaian air seringkali dipakai sebagai salah satu tolak ukur tinggi rendahnya suatu kemajuan masyarakat. Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk sesuatu bangunan, kapasitas peralatan dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air yang harus disediakan kepada bangunan tersebut jumlah dan laju aliran air tersebut seharusnya diperoleh dari penelitian keadaan sesungguhnya. Kemudian dibuat angka-angka peramalan yang sedapat mungkin mendekati keadaan sesungguhnya setelah bangunan digunakan. Sebagai akibat adanya gesekan air terhadap dinding pipa maka timbul tekanan terhadap aliran, yang biasanya disebut kerugian gesek. Kerugian gesek ini dapat dinyatakan dengan rumus Darcy-Wersbach sebagai berikut: h = (λ) (l/d) (v2/2g) Keterangan: 8

h = kerugian gesek pipa lurus (m) koefisien gesekan l = panjang pipa lurus (m) d = diameter dalam (m) v = kecepatan rata-rata aliran air (m/s) g = percepatan gravitasi (980 m/sJ/s) Kerugian gesek untuk setiap satuan panjang pipa (h/l) disebut gradien hidrolik, dinyatakan dengan “i” ; dan kalau laju aliran air dinyatakan dengan “Q” , maka secara experimentil diperoleh hubungan berikut ini yang dikenal sebagai rumus Hanzen Williams : Q = (1,67) (c) (d^2.63) (i^0.54) (10000) Dimana Q : Laju aliran air (liter/menit) c : Koefesien kecepatan aliran d : Diameter dalam pipa (m) i : Gradien hidraulik (m/m) 2.

Tekanan Air dan Kecepatan Aliran Air Tekanan air yang kurang mecakupi akan menimbulkan kesulitan dalam peralatan plambing pemakaian air yang kurang mencakupi akan menimbulkan pancaran air serta mempercepat kerusakan dan menambah kemungkinan timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik berkisar dalam suatu daerah yang agak lebar dan bergantung pada persyaratan pemakaian atau alat yang harus dilayani.

3.

Sistem Distribusi Pipa Menurut Soufyan dan Morimura (2005), ada 2 sistem pipa penyediaan air dalam gedung, yaitu system pengaliran ke atas dan sistem pengaliran ke bawah. Sistem pengaliran ke atas, pipa utama dipasang dari tangki atas ke bawah sampai langit-langit terbawah dari gedung kemudian mendatar dan bercabangcabang tegak keatas untuk melayani lantai-lantai diatasnya. Sedangkan sistem pengaliran ke bawah, pipa utama tangki atas dan pipa mendatar ini dibuat cabang-cabang tegak ke bawah melayani lantai-lantai kebawahnya. Diantara kedua sistem tersebut, diatas agak sulit untuk dinyatakan sistem mana yang terbaik masing-masing sistem mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan lebih banyak ditentukan oleh ciri khas kontruksi atau penggunaan gedung atau prefensi perancangnya. Sistem pengaliran kebawah, memerlukan ruang yang cukup dalam langit-langit lantai teratas untuk memasang pipa utama mendatar, ruang yang cukup pula untuk memasang pemeriksaan, perawatan operasi, dan penyetelan atas katup-katup pada pipa-pipa cabang tegak ke bawah, pembuangan udara yang tertinggal dalam pipa relatif cukup mudah. Lantai terbawah dari suatu gedung sering digunakan sebagai tempat memasang mesin-mesin peralatan gedung dimana langit-langitnya cukup tinggi dari lantai sehingga cukup tempat untuk memasang pipa-pipa utama mendatar. Berdasarkan keadaan tersebut maka sistem pengaliran keatas dapat dipilih. Pemeriksaan perawatan operasian penyetelan 9

katup-katup pada pipa-pipa cabang tegak keatas dapat dilakukan dengan mudah. Tetapi karena adanya pipa utama yang dipasang dari tangki atas sampai pipa mendatar dalam langit-langit terbawah, maka jika dibandingkan dengan sistem pengaliran kebawah akan menambah panjang pipa utama. 4.

3.1.7

Pemasangan Katup Pemasangan pipa biasanya diawali dengan pipa utama dan dilanjutkan pada pipa-pipa cabang. Pipa cabang digunakan untuk melayani pada tiap-tiap lantai pada gedung bertingkat. Pada pipa cabang hendak dipasang katup-katup pemisah yang dekat dengan pipa utama. Katup pemisah tersebut dilakukan untuk kegiatan perawatan dan perbaikan (Soufyan dkk,2005). Katup sorong (gate valve) banyak dipasang sebagai katup pemisah pipa cabang. Selain digunakan untuk kegiatan perawatan dan perbaikan, katup sorong juga dapat mengatur (membatasi) laju aliran air pada pipa cabang yang biasanya disertai dengan katup bola (globe valve). Jika pipa-pipa tersebut dipasang dalam suatu cerobong maka ukuran cerobong harus cukup untuk operasi katup dan perawatan/penggantian katup apabila diperlukan (Soufyan dkk, 2005).

Perancangan Ground Reservoir dan Roof Tank Tandon air merupakan salah satu komponen bengunan yang sangat penting untuk menjamin ketersediaan air suatu rumah tinggal atau bangunan gedung. Dari segi lokasi penempatannya, tandon terbagi menjadi 2 macam yaitu yang ditanam di dalam tanah (Ground Reservoir ) dan yang diletakkan di area tap bangunan (Roof Tank ). 1. Ground Reservoir Ground reservoir (tangki bawah tanah) ini berfungsi menampung air bersih untuk kebutuhan air. Penetuan dimensi ground reservoir dapat menggunakan tabel; yang memuat jam operasional, kecepatan pompa kecepatan distribusi, selisih antara kecepatan pompa dan kecepatan PDAM serta akumulasi selisih antara kecepatan pompa dan volume PDAM. Volume ground reservoir dapat ditentukan dengan menggunakan selisih antara akumulasi maksimum pada tabel dan minimum pada tabel penentuan ground reservoir. 2. Rooftank Rooftank adalah tangki atas dalam sebuah gedung yang berfungsi sebagai tempat menyimpan air bersih sebelum didistribusikan ke setiap alat plambing dalam gedung. Penentuan volume tangki atas dapat ditentukan dengan tabel Penentuan tinggi Rooftank tergantung pada titik kritis. Titik kritis merupakan titik dimana suatu alat plambing mendapat tekanan paling rendah yang terletak pada jarak vertikal paling rendah / pendek dari pipa dan paling panjang dari tangki atap. Tiap-tiap alat plambing mempunyai tekanan minimum standar pada tangki yang umum digunakan 10kg/cm² = 10 meter. Rumus penentuan tinggi roof tank : Hrt = Hs – Hf Keterangan : Hrt = Tinggi Rooftank 10

Hs = Tinggi Statik Hf = kerugian gesek

3. Titik Kritis Alat plambing yang terkritis: a. Head Statik : Tinggi pipa dihitung dari pipa intlet alat plambing terkikis sampai pipa outlet rooftank. b. Titik Kritis : Dimana alat plambing akan mendapat tekanan paling rendah (yang terletak jauh veral paling pendek dari atap atau pipa paling panjang dari atap). HF = { Q/ 0,27835 x C D^2,63}^1,853 x L Keterangan: L : Panjang pipa (m) = L pipa lurus / L pipa aksesoris Q : Debit pipa (m) D : Koofisien gesek Harry William, Tergantung bahan pipa (tabel 2.8 ) penentuan titik kritis pada alat plambing yang terletak pada lantai teratas alat plambing yang jauh dari shaff.

3.1.8

Pompa Spesifikasi pompa diketahui dengan H statik dan Q istilah yang ada: 1. Kapasitas pompa (Qp) kebutuhan gedung yaitu volume cairan yang dipompa persatuan waktu (l/dt, m^3/dt) dimana, Qp= QRT Keterangan: QP= kapasitas pompa (m^3/jam) QRT= kapasitasrooftank (m^3/jam) 2. Head statik (Hs): ujung input dan output yaitu perbedaan elevasi (tekanan) zat cair antara discharge dan suction. 3. Head suction(Hs): perbedaan elevasi (tekanan) zat cair antara zat cair suction dengan pusat pompa. Hs= Hs mayor + Hs minor 4. Head Discharge (Hd ) : yakni perbedaan elevasi (tekanan) antar zat cair discharge dengan pusat pompa Head pompa head stastik head suction head discharge.

11

3.2

Sistem Pembuangan Air Kotor, Air Bekas dan ven 3.2.1

Jenis Air Buangan Air buangan atau sering pula disebut air limbah adalah semua cairan yang dibuang, baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas, tumbuh-tumbuhan, maupun yang mengandung sisa dari proses industri. Air buangan dapat dibagi menjadi 4 golongan: 1. Air kotor: air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat plambing. 2. Air bekas: air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti bak mandi (bath tub), bak cuci tangan (lavatory), bak dapur (kitchen sink ),dll . 3. Air hujan: air buangan dari atap, halaman, dll. 4. Air buangan khusus: air buangan yang mengandung gas beracun bahan kimia yang berbahaya.

3.2.2

Dasar-Dasar Sistem Ven Tujuan sistem ven bersama dengan alat perangkap, pipa ven merupakan bagian penting dari suatu sistem pembuangan. Tujuan pemasangan pipa ven adalah:   

Menjaga sekat perangkap dari efek Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan Persyaratan pipa ven

Ketentuan umum 1. Ukuran pipa ven lup dan pipa ven sirkit a. Ukuran pipa ven lup dan ven sirkit minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa buangan atau pipa tegak ven yang disambungkannya; b. Ukuran pipa ven lepas minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa pembuangan yang dilayaninya. 2. Ukuran ven pipa tegak Ukuran ven pipa tegak tidak boleh kurang dari ukuran pipa tegak air buangan yang dilayaninya dan selanjutnya tidak boleh diperkecil ukurannya sampai ke ujung terbuka; 3. Ukuran ven pipa tunggal Ukuran ven pipa tunggal minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter pipa pengering alat plambing yang dilayani. 4. Ukuran pipa ven pelepas offset Ukuran pipa ven pelepas untuk ofset pipa pembuangan harus sama dengan atau lebih besar dari pada diameter pipa tegak ven atau pipa tegak air buangan (yang terkecil di antara keduanya). 5. Pipa ven untuk bak penampung Ukuran pipa ven untuk bak penampung air buangan minimum harus 50 mm. Penentuan ukuran pipa ven Ukuran pipa ven didasarkan pada unit beban alat plambing dari pada pembuangan yang dilayaninya, dan panjang ukuran pipa ven

12

tersebut. Bagian pipa ven mendatar, tidak termasuk bagian “pipa ven di bawah lantai”, tidak boleh lebih dari 20% dari seluruh panjang ukurannya. 3.2.3

Instalasi Pengolahan Air Limbah 

Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) adalah suatu perangkat peralatan teknik beserta perlengkapannya yang memproses / mengolah cairan sisa aktivitas manusia, sehingga cairan tersebut layak dibuang ke lingkungan. Pada gedung Sekolah Dasar enam lantai ini, menggunakan instalasi pengolahan air limbah Anaerob Baffle Reactor (ABR). Instalasi ini adalah pengolahan air limbah dengan ruang bersekat. Dalam Anaerob Baffle Reactor memiliki 2 zona yaitu zona bak pengumpul dan zona ABR (asidifikasi, methanasi, dan buffer). Debit air buangan diperoleh dari rumus Q =qxp/100 Keterangan : q = laju timbulan air buangan (liter/hari) p = jumlah penghuni Td adalah waktu tinggal air buangan dalam bak penampung, diperoleh dari pengurangan antara 1,5 dikurangi dengan 0,3 log selisih laju dan jumlah penghuni. Td = 1,5 – 0,3 log (p-q) Keterangan : q = laju timbulan air buangan (liter/hari) p = jumlah penghuni Volume bak penampung diperoleh dari perkalian antara debit dan waktu detensi. Volume = Q x td Keterangan : Q = Debit air buangan (m^3/hari) Td = Waktu detensi

3.2.4 Sumur Resapan Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur resapan ini berbeda dengan sumur air minum. Sumur resapan merupakan lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum berfungsi untuk menaikkan air tanah ke permukaan. Berdasarkan definisi tersebut, sumur resapan dan sumur air minum memiliki konstruksi dan kedalaman yang berbeda. Sumur resapan digunakan untuk menampung dan meresapkan air hujan ke dalam tanah. Lahan pekarangan adalah lahan atau halaman yang dapat difungsikan untuk menempatkan sumur resapan air hujan hal ini penting dalam menjaga kesuburan tanah dan kadar air di dalam tanah yang digunakan oleh tumbuhan serta menjaga keseimbangan ekosistem yang ada. (Kusnaedi, 2011).

13

3.3

Air Hujan 3.3.1

Prinsip Dasar Sistem Penyaluran Air Hujan Bangunan yang dilengkapi dengan system plambing harus dilengkapidegan system drainase untuk pembuangan air hujan yang berasal dariatap maupun jalur terbuka yang mengalirkan air. Air hujan yang dibawadalam system plambing ini harus disalurkan ke dalam lokasipembuangan untuk air hujan. Hal ini karena tidak boleh air hujandisalurkan ke dalam system plambing air buangan yang hanya bertujuanuntuk menyalurkan air buangan saja atau disalurkan ke suatu tempatsehingga air hujan tersebut akan mengalir ke jalan umum, menyebabkanerosi atau genangan air. Bila terdapat system plambing air buangan danair hujan dalam satu gedung maka tidak dianjurkan untuk digabungkankecuali hanya pada lantai paling bawah saja. Sistem plambing air hujanyang digabung dengan air buangan pada lantai terbawah harusdilengkapi dengan perangkap untuk mencegah keluarnya gas dan bautidak enak dari system tersebut. Perangkap yang terpasang harus berukuran minimal sama denganpipa mendatar yang terpasang bersama. Dan harus dilengkapi denganpembersih di tiap ujungnya yang terletak di dalam gedung. Pada ujungdimana air masuk, harus dilengkapi dengan penahan kotoran agarsystem plambing air hujan tidak terganggu.Gutter talang atap dan leader talang tegak air hujan digunakanuntuk menangkap air hujan yang jatuh ke atas atap atau bidang tangkaplainnya di atas tanah. Dari leader kemudian dihubungkan ke titik"titikpengeluaran, umumnya ke permukaan tanah atau system drainasebawah tanah underground drain. tidak diperkenankan menghubungkannya dengan system saluran saniter. palang tegak dapat ditempatkan di dalam ruangan conductor maupun di luar bangunan leader.

3.3.2

Ukuran Gutter & Leader Berdasarkan rekomendasi dari Copper & Brass Research Association beberapa prinsip berkenaan dengan penentuan ukuran gutter & leader adalah: 1. Ukuran leader dibuat sama dengan outletnya, untuk menghindari kemacetan aliran yang ditimbulkan oleh daun dan kotoran lainnya. 2. Jarak maksimum antar leader adalah 75 ft (22,86). Aturan yang paling aman adalah untuk 150 ft^2 (13,94 m^2) luas atap dibutuhkan 1 inci luas leader. Angka-angka tersebut dapat berubah akibat kondisi-kondisi local. 3. Ukuran outlet tergantung pada jumlah & jarak antar outlet,kemiringan atap dan bentuk gutter. 4. Jenis gutter terbaik adalah jika punya kedalaman minimal sama dengan setengah kali lebarnya dan tidak lebih dari 3/4 lebarnya. Gutter berbentuk setengah lingkaran merupakan bentuk yang palingekonomis dalam kebutuhan materialnya dan menjamin adanya proporsiyang tepat antara kedalaman dan lebar gutter. Ukuran gutter tidak bolehlebih kecil dari leadernya dan tidak boleh lebih kecil dari 4 inci.

14

3.3.3

Perencanaan Sistem Penyaluran Air Hujan 

 

3.3.4

Pembuangan air hujan gedung dan cabang-cabang mendatar ukuran saluran pembuangan air hujan gedung dan setiap pipa cabang datarnya dengan kemiringan 4 % atau lebih kecil harus didasarkan atas jumlah daerah drainase yang dilayaninya. Direncanakan pipa pembuangan air hujan dan cabang-cabang mendatarnya memiliki kemiringan 2%. Drainase bawah tanah ukuran pipa drainase bawah tanah yang dipasang di bawah lantai atau di sekeliling tembok luar gedung harus > 4 inci. Talang tegak air hujan ukuran talang tegak didasarkan pada luas atap yang dilayaninya. Bila atap tersebut dapat tambahan air hujan harus ditambah dengan perhitungan 50 % luas dinding terluas yang dianggap sebagai atap.

Drainase Gedung Setiap gedung yang direncanakan harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atap dan halaman (denganpengerasan) di dalam persil ke saluran pembuangan campuran kota. Penyaluran Air Hujan Dengan 2 Cara,yaitu: 

3.3.5

Sistem Gravitasi melalui pipa dari atap dan balkon menuju lantai dasar dan dialirkan langsung ke saluran kota.  Sistem Bertekanan (Storm water) Air hujan yang masuk ke lantai basement melalui ramp dan air buangan lain yang berasal dari cuci mobil dan sebagainya dalam bak penampungan sementara (sump pit) di lantai basement terendahuntuk kemudian dipompakan keluar menuju saluran kota. Peralatan Sistem Drainase dan Air Hujan 1. Pompa Drainase (Storm water Pump) Pompa drainase berfungsi untuk memompakan air dari bak penampungan sementara menuju saluran utama bangunan. Pompa yang digunakan adalah jenis submersible pump (pompa terendam) dengan system operasi umumnya automatic dengan bantuan level control yang ada di pompa dan system parallel alternate. 2. Pipa Air HujanPipa air hujan berfungsi untuk mengalirkan air hujan dari atap menuju riol bangunan. Bahan yang dipakai adalah PVC kelas 10 bar. 3. Roof Drain Roof Drain berfungsi sama dengan floor drain, hanya penempatannya di atap bangunan dan air yang dialirkan adalah air hujan. Bahan yang dipakai adalah cast iron dengan diberi saringan berbentuk kubah diatasnya 4. Balcony Drain Berfungsi sama seperti roof drain, hanya penempatannya pada balkon

15

BAB IV TINJAUAN UMUM GEDUNG

4.1 Gambaran Umum Gedung yang akan di rencanakan sistem plambing ini merupakan gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Atas(SLTA). Bangunan yang direncanakan yaitu Sekolah Dasar enam lantai dilengkapi dengan sistem plambing. Gedung Sekolah Dasar berbentuk huruf “I”dengan luas gedung 1080 m^2 dengan panjang 44 m dan lebar 28 m. Gedung Sekolah Dasar direncanakan terdapat ruang kelas sebanyak 21 kelas, 3 laboratorium dan 43 ruangan. Direncanakan dalam gedung Sekolah Dasar ini terdapat 40 toilet. 4.2 Fungsi Ruang Dalam perencanaan sistem plambing di suatu bangunan sangat di pengaruhi oleh fungsi ruang yang dibuat di dalam gedung tersebut dan jumlah populasi gedung. dengan mengetahui fungsi ruang maka dapat diketahui jumlah populasi yang mengisi suatu ruang yang terdapat pada suatu bangunan. Setelah jumlah populasi yang diketahui maka dapat ditentukan kebutuhan air yang diperlukan, jumlah fasilitas plambing yang harus disediakan, serta banyaknya air buangan yang akan dihasilkan.

16

BAB V PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR BERSIH 5.1

Skematik Sistem Perencanaan Skematik sistem instalasi perpipaan pada gedung sekolah ini dilakukan secara berurutan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.

5.2

Perhitungan jumlah populasi Perhitungan jumlah alat plambing Perhitungan kebutuhan air di Gedung Perhitungan GWT (Ground Water Tank) Keterangan ditunjukan pada gambar berikut:

Jumlah Populasi Populasi merupakan jumlah banyaknya pegawai dan siswa yang ada di di gedung sekolah dengan jam kerja rata-rata 8 jam. Data populasi ini digunakan untuk menghitung kebutuhan air dan jumlah alat plambing. Data jumlah populasi didapat dari hasil perhitungan, yaitu perbandingan antara luas ruangan yang terukur dengan luas efektif. Untuk data luas ruangan didapat memlalui pengukuran, sedangkan luas efektif didapat dari buku “Perancangan dan pemeliharaan sistem plambing (Noerbambang,1993), dan data untuk luas ruang gerak perorangan didapat dari buku “Neufert,1996” jilid ke 1. Perhitungan jumlah populasi di gedung sekolah dapat dilihat pada tabel

no lan tai

fungsi ruangan

panja ng,leb ar(m)

luas ruan gan( m2)

luas efektif( m)

standart (jiwa/m2) (Neufert,1 996)

luas ruang gerak( m2)

jumla h popula si

30 30

% efektifitas (Noerbam bang, 1993) 60% 60%

1 2

1 1

6x5 6x5

3

1

4 5

1 1

Rg.guru pria Rg.guru wanita Rg. Kepala sekolah Rg. Wakasek Rg. Tamu

18 18

0,87 0,87

2,61 2,61

7 7

6x5

30

60%

18

0,87

2,61

7

6x5 6x5

30 30

60% 60%

18 18

0,87 0,87

2,61 2,61

7 7 17

6

1

7

1

8

1

9

1

10

1

11

1

Rg. Tata usaha Rg. Konferensi Rg. Keamanan gedung Rg. Makan guru koperasi sekolah Rg. Guru BP

12

1

Rg. Dokter

13

1

gudang dan pantry

6x5

30

60%

18

0,87

2,61

7

6x5

30

60%

18

0,87

2,61

7

5x4,67 5

23,37 5

60%

14,025

0,87

2,61

5

5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5

23,37 5 23,37 5 23,37 5 23,37 5 23,37 5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

jumlah no lan tai

fungsi ruangan

panja ng,leb ar(m)

luas ruan gan( m2)

1 2 3 4 5 6 7 8

2 2 2 2 2 2 2 2

Rg. Kelas 1A Rg. Kelas 1B Rg. Kelas 1C Rg. Kelas 1D Rg. Kelas 1E Rg. Kelas 1F Rg. Kelas 1G Lab. Kimia

9

2

Lab. Fisika

10

2

Lab.Biologi

11

2

30 30 30 30 30 30 30 23,37 5 23,37 5 23,37 5 23,37 5

12

2

13

2

14

2

Rg. Persiapan & bahanbahan biologi Rg. Persiapan kimia Rg. Persiapan fisika Rg. Material bahan kimia & fisika

6x5 6x5 6x5 6x5 6x5 6x5 6x5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5

23,37 5 23,37 5 23,37 5

jumlah

% efektifitas (Noerbam bang, 1993) 60% 60% 60% 60% 60% 60% 60% 60%

luas efektif( m)

standart (jiwa/m2) (Neufert,1 996)

luas ruang gerak( m2)

79 jumla h popula si

18 18 18 18 18 18 18 14,025

0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87

2,61 2,61 2,61 2,61 2,61 2,61 2,61 2,61

7 7 7 7 7 7 7 5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

84

18

no lan tai

fungsi ruangan

panja ng,leb ar(m)

luas ruan gan( m2)

1 2 3 4 5 6 7 8

3 3 3 3 3 3 3 3

9

3

10

3

Rg. Kelas 2A Rg. Kelas 2B Rg. Kelas 2C Rg. Kelas 2D Rg. Kelas 2E Rg. Kelas 2F Rg. Kelas 2G Rg. Kelas cadangan 1 Rg. Kelas cadangan 2 Rg. Kursus 1

11

3

Rg. Kursus 2

12

3

13

3

30 30 30 30 30 30 30 23,37 5 23,37 5 23,37 5 23,37 5 23,37 5 23,37 5

14

3

Rg. Bukubuku sekolah Rg. Peralatan pengajaran bahasa Perpustakaan

6x5 6x5 6x5 6x5 6x5 6x5 6x5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5

fungsi ruangan

Rg. Kelas 3A Rg. Kelas 3B Rg. Kelas 3C Rg. Kelas 3D Rg. Kelas 3E Rg. Kelas 3F Rg. Kelas 3G Rg. Kelas cadangan 3 Rg. Kelas cadangan 4 Rg. Kursus 3

jumlah no lan tai

1 2 3 4 5 6 7 8

4 4 4 4 4 4 4 4

9

4

10

4

% efektifitas (Noerbam bang, 1993) 60% 60% 60% 60% 60% 60% 60% 60%

luas efektif( m)

standart (jiwa/m2) (Neufert,1 996)

luas ruang gerak( m2)

jumla h popula si

18 18 18 18 18 18 18 14,025

0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87

2,61 2,61 2,61 2,61 2,61 2,61 2,61 2,61

7 7 7 7 7 7 7 5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

23,37 5

60%

14,025

0,87

2,61

5

panja ng,leb ar(m)

luas ruan gan( m2)

luas efektif( m)

standart (jiwa/m2) (Neufert,1 996)

luas ruang gerak( m2)

84 jumla h popula si

6x5 6x5 6x5 6x5 6x5 6x5 6x5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5

30 30 30 30 30 30 30 23,37 5 23,37 5 23,37 5

% efektifitas (Noerbam bang, 1993) 60% 60% 60% 60% 60% 60% 60% 60%

18 18 18 18 18 18 18 14,025

0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87

2,61 2,61 2,61 2,61 2,61 2,61 2,61 2,61

7 7 7 7 7 7 7 5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

19

11

4

Rg. Kursus 4

12

4

13

4

14

4

Rg. Bukubuku sekolah Rg. Peralatan pengajaran bahasa Rg. Samping

jumlah no lan tai

1 2 3

5 5 5

4

5

5

5

6 7 8

5 5 5

9

5

10

5

11

5

12

5

5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5

23,37 5 23,37 5 23,37 5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

5x4,67 5

23,37 5

60%

14,025

0,87

2,61

5

luas efektif( m)

standart (jiwa/m2) (Neufert,1 996)

luas ruang gerak( m2)

60 30 15

% efektifitas (Noerbam bang, 1993) 60% 60% 60%

84 jumla h popula si

36 18 9

0,87 0,87 0,87

2,61 2,61 2,61

14 7 3

6x2,5

15

60%

9

0,87

2,61

3

6x5

30

60%

18

0,87

2,61

7

6x5 6x5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5 5x4,67 5

30 30 23,37 5 23,37 5 23,37 5 23,37 5 23,37 5

60% 60% 60%

18 18 14,025

0,87 0,87 0,87

2,61 2,61 2,61

7 7 5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

60%

14,025

0,87

2,61

5

fungsi ruangan

panja ng,leb ar(m)

luas ruan gan( m2)

Aula Musholla Rg.wudhu pria Rg.wudhu wanita Unit Kesehatan Sekolah Rg. Kesenian Rg. Musik Rg. Osis

10x6 6x5 6x2,5

kantin & dapur kantin Rg. Doa agama kristen Rg. Komputer 1 Rg. Komputer 2

jumlah

no keterangan 1 lantai 1 2 lantai 2 3 lantai 3 4 lantai 4 5 lantai 5 jumlah total

73

jumlah populasi 79 84 84 84 73 404

20

Dari tabel perhitungan jumlah populasi, didapat jumlah total populasi perlantai kemudian didapat data jumlah total di gedung. Untuk angka % efektifitas didapat dari buku “Noerbambang,1993” sebesar 60%, data luas efefktif perorangan didapat dari “Neufert,1996” sebesar 2,61 5.3

Kebutuhan Alat Plambing Perhitungan alat plambing dilakukan untuk menentukan jumlah alat plambing yang digunakan pada gedung. Untuk menentukan kebutuhan alat plambing setiap gedung dapat diperkirakan dengan melihat ketentuan/ peraturan resmi yang sudah ditetapkan. Berdasarkan jumlah perbandingan pria dan wanita tiap lantai serta tabel kebutuhan alat plambing untuk pria dan wanita di setiap lantai. Menurut SNI 8153 2015 Tentang Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung untuk fasilitas pendidikan dan SNI 03-6481-2000 Tentang Sistem Plambing. fasilitas usaha, dan fasilitas perdagangan harus di lengkapi sekurang-kurangnya dengan kloset dan urinal sesuai pada Tabel

5.3

Kebutuhan Air Bersih Kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan jumlah orang/pengguna gedung dengan standar kebutuhan air (SNI 03-7065, 2005). Dan untuk kebutuhan air bersih pada gedung dapat berdasarkan dengan pemakaian air rata-rata sehari. Kemudian, diperhitungkan juga kebutuhan air berdasarkan SNI

no

lantai

fungsi ruangan

jumlah populasi

1

1

Rg.guru pria

7

pemakaian rata-rata air sehari (liter/orang/hari) SNI 03-7065-2005 pegawai murid 50 80

kebutuhan air (liter/hari) 350

21

2 3 4 5 6 7 8

1 1 1 1 1 1 1

Rg.guru wanita Rg. Kepala sekolah Rg. Wakasek Rg. Tamu Rg. Tata usaha Rg. Konferensi Rg. Keamanan gedung 9 1 Rg. Makan guru 10 1 koperasi sekolah 11 1 Rg. Guru BP 12 1 Rg. Dokter 13 1 gudang dan pantry jumlah kebutuhan air lantai 1 no lantai fungsi ruangan

7 7 7 7 7 7 5

50 50 50 50 50 50 50

80 80 80 80 80 80 80

350 350 350 350 350 350 250

5 5 5 5 5

50 50 50 50 50

80 80 80 80 80

jumlah populasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Rg. Kelas 1A Rg. Kelas 1B Rg. Kelas 1C Rg. Kelas 1D Rg. Kelas 1E Rg. Kelas 1F Rg. Kelas 1G Lab. Kimia Lab. Fisika Lab.Biologi Rg. Persiapan & bahan-bahan biologi 12 2 Rg. Persiapan kimia 13 2 Rg. Persiapan fisika 14 2 Rg. Material bahan kimia & fisika jumlah kebutuhan air lantai 2 no lantai fungsi ruangan

7 7 7 7 7 7 7 5 5 5 5

pemakaian rata-rata air sehari (liter/orang/hari) SNI 03-7065-2005 pegawai murid 50 80 50 80 50 80 50 80 50 80 50 80 50 80 50 80 50 80 50 80 50 80

250 250 250 250 250 3950 kebutuhan air (liter/hari)

5 5 5

50 50 50

1 2 3 4

7 7 7 7

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

3 3 3 3

Rg. Kelas 2A Rg. Kelas 2B Rg. Kelas 2C Rg. Kelas 2D

jumlah populasi

80 80 80

pemakaian rata-rata air sehari (liter/orang/hari) SNI 03-7065-2005 pegawai murid 50 80 50 80 50 80 50 80

560 560 560 560 560 560 560 400 400 400 400 400 400 400 6720 kebutuhan air (liter/hari) 560 560 560 560

22

5 6 7 8

3 3 3 3

Rg. Kelas 2E Rg. Kelas 2F Rg. Kelas 2G Rg. Kelas cadangan 1 9 3 Rg. Kelas cadangan 2 10 3 Rg. Kursus 1 11 3 Rg. Kursus 2 12 3 Rg. Buku-buku sekolah 13 3 Rg. Peralatan pengajaran bahasa 14 3 Perpustakaan jumlah kebutuhan air lantai 3 no lantai fungsi ruangan

7 7 7 5

50 50 50 50

80 80 80 80

560 560 560 400

5

50

80

400

5 5 5

50 50 50

80 80 80

400 400 250

5

50

80

250

5

50

80

jumlah populasi

1 2 3 4 5 6 7 8

Rg. Kelas 3A Rg. Kelas 3B Rg. Kelas 3C Rg. Kelas 3D Rg. Kelas 3E Rg. Kelas 3F Rg. Kelas 3G Rg. Kelas cadangan 3 9 4 Rg. Kelas cadangan 4 10 4 Rg. Kursus 3 11 4 Rg. Kursus 4 12 4 Rg. Buku-buku sekolah 13 4 Rg. Peralatan pengajaran bahasa 14 4 Rg. Samping jumlah kebutuhan air lantai 4 no lantai fungsi ruangan

7 7 7 7 7 7 7 5

pemakaian rata-rata air sehari (liter/orang/hari) SNI 03-7065-2005 pegawai murid 50 80 50 80 50 80 50 80 50 80 50 80 50 80 50 80

250 6270 kebutuhan air (liter/hari)

5

50

80

400

5 5 5

50 50 50

80 80 80

400 400 250

5

50

80

250

5

50

80

jumlah populasi

1 2 3

14 7 3

pemakaian rata-rata air sehari (liter/orang/hari) SNI 03-7065-2005 pegawai murid 50 80 50 80 50 80

250 6270 kebutuhan air (liter/hari)

4 4 4 4 4 4 4 4

5 5 5

Aula Musholla Rg.wudhu pria

560 560 560 560 560 560 560 400

1120 560 240 23

4 5

5 5

Rg.wudhu wanita Unit Kesehatan Sekolah 6 5 Rg. Kesenian 7 5 Rg. Musik 8 5 Rg. Osis 9 5 kantin & dapur kantin 10 5 Rg. Doa agama kristen 11 5 Rg. Komputer 1 12 5 Rg. Komputer 2 jumlah kebutuhan air lantai 5

no 1 2 3 4 5 jumlah total

keterangan lantai 1 lantai 2 lantai 3 lantai 4 lantai 5

kebutuhan air di gedung (liter/hari) 28900

Qr Qp Qmax Tp Tpu Qpu Vf kapasitas rooftank m^3

50 50

80 80

240 560

7 7 5 5

50 50 50 50

80 80 80 80

560 560 400 250

5

50

80

400

5 5

50 50

80 80

400 400 5690

kebutuhan air di gedung (liter/hari) 3950 6720 6270 6270 5690 28900

safety factor 20%

3 7

GWT (liter/hari) 34680

GWT (liter/hari) 34,68

4335 m^3/jam 6502,5 m^3/jam 13005 m^3/jam 60 menit 30 menit 18785 m^3/jam 5780 m^3 173400 Liter/hari 173,4

24

5.4

Dimensi Pipa Penentuan dimensi pipa dilakukan dengan perhitungan. Dimana perhitungan ini berdasarkan jumlah alat plambing dan beban unit alat plambing.

lantai

Lantai 1

segmen Dari K e UR A 1 UR A 2 A B LV B 1 B C LV C 2 C D LV D 3 D E LV E 4 E F UR F 3 F G UR G 4 G H UR H 5 WC I T1 WC I T2 I J WC J T3 J K WC K T4 K L WC L T5 L M

alat plambing

UBAP

UBAP Kumulatif

Panjang Pipa (m)

Dimensi Pipa

UR

2

2

0,9

0,5

UR

2

2

0,3

0,5

LV

1

4 1

1,2 0,3

0,75 0,5

LV

1

5 1

2,4 0,2

0,75 0,5

LV

1

6 1

3,8 0,2

0,75 0,5

LV

1

7 1

2,2 0,2

0,75 0,5

UR

2

8 2

0,8 0,3

0,75 0,5

UR

2

10 2

0,6 0,3

1 0,5

UR

2

12 2

0,6 0,3

1 0,5

WCT

2,5

2,5

1,5

0,75

WCT

2,5

2,5

0,9

0,75

WCT

2,5

19 2,5

3,04 1,2

1 0,75

WCT

2,5

21,5 2,5

1,2 1,2

1,25 0,75

WCT

2,5

24 2,5

1,2 1,2

1,25 0,75

-

-

26,5

1,2

1,25

25

Lantai Tipikal

WC T6 M WC T7 N WC T8 O UR 1 UR 2 A LV 1 B LV 2 C LV 3 D LV 4 E UR 3 F UR 4 G UR 5 WC T1 WC T2 I WC T3 J WC T4 K WC T5

M WCT

2,5

2,5

1,2

0,75

N N

WCT

2,5

29 2,5

3,04 1,03

1,25 0,75

O O

WCT

2,5

31,5 2,5

0,5 1,03

1,25 0,75

P A

UR

2

34 2

0,8 0,9

1,25 0,5

A

UR

2

2

0,3

0,5

B B

LV

1

4 1

1,2 0,3

0,75 0,5

C C

LV

1

5 1

2,4 0,2

0,75 0,5

D D

LV

1

6 1

3,8 0,2

0,75 0,5

E E

LV

1

7 1

2,2 0,2

0,75 0,5

F F

UR

2

8 2

0,8 0,3

0,75 0,5

G G

UR

2

10 2

0,6 0,3

1 0,5

H H

UR

2

12 2

0,6 0,3

1 0,5

I

WCT

2,5

2,5

1,5

0,75

I

WCT

2,5

2,5

0,9

0,75

J J

WCT

2,5

19 2,5

3,04 1,2

1 0,75

K K

WCT

2,5

21,5 2,5

1,2 1,2

1,25 0,75

L L

WCT

2,5

24 2,5

1,2 1,2

1,25 0,75

26

Lantai Atas

L WC T6 M WC T7 N WC T8 O UR 1 UR 2 A LV 1 B LV 2 C LV 3 D LV 4 E UR 3 F UR 4 G UR 5 WC T1 WC T2 I WC T3 J WC T4 K

M M WCT

2,5

26,5 2,5

1,2 1,2

1,25 0,75

N N

WCT

2,5

29 2,5

3,04 1,03

1,25 0,75

O O

WCT

2,5

31,5 2,5

0,5 1,03

1,25 0,75

P A

UR

2

34 2

0,8 0,9

1,25 0,5

A

UR

2

2

0,3

0,5

B B

LV

1

4 1

1,2 0,3

0,75 0,5

C C

LV

1

5 1

2,4 0,2

0,75 0,5

D D

LV

1

6 1

3,8 0,2

0,75 0,5

E E

LV

1

7 1

2,2 0,2

0,75 0,5

F F

UR

2

8 2

0,8 0,3

0,75 0,5

G G

UR

2

10 2

0,6 0,3

1 0,5

H H

UR

2

12 2

0,6 0,3

1 0,5

I

WCT

2,5

2,5

1,5

0,75

I

WCT

2,5

2,5

0,9

0,75

J J

WCT

2,5

19 2,5

3,04 1,2

1 0,75

K K

WCT

2,5

21,5 2,5

1,2 1,2

1,25 0,75

L

-

-

24

1,2

1,25

27

WC T5 L WC T6 M WC T7 N WC T8 O

L

WCT

2,5

2,5

1,2

0,75

M M WCT

2,5

26,5 2,5

1,2 1,2

1,25 0,75

N N

WCT

2,5

29 2,5

3,04 1,03

1,25 0,75

O O

WCT

2,5

31,5 2,5

0,5 1,03

1,25 0,75

P

-

-

34

0,8

1,25

28

PUSTAKA 1. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 1. Erlangga: Jakarta 2. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 2. Erlangga: Jakarta 3. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-6381-2000 Tentang Sistem Plambing, 2000. 4. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-7065-2005 Tentang Tata Perencanaan Sistem Plambing, 2005 5. Standar Nasional Indonesia, SNI 8153-2015 Tentang Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung, 2015.

29

Related Documents

Tugas
October 2019 88
Tugas
October 2019 74
Tugas
June 2020 46
Tugas
May 2020 48
Tugas
June 2020 45
Tugas
August 2019 86

More Documents from "Luci xyy"