BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan datadata statistic dari berbagai pusat luka bakar di seluruh Amerika Serikat mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%) merupakan korban dari perbuatan mereka sendiri.Pada Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang berisiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar ketimbang yang di perkirakan lewat representasinya dalam total populitas (Brunner & suddrath2001 ) Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika serikat setiap tahunnya. Dari kelompok ini 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat-jalan dan 100.000 pasien dirawat dirumah sakit.Sekitar 12.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar.Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di Provinsi Lampung Didapatkan data Luka Bakar ??
1
Di RS.A Yani Metro di dapatkan data dari Rekam medik bahwa jumlah pasien luka bakar ( Combustio ) pada tahun 2016 sebanyak 13 orang dan pada tahun 2017 sebanyak 25 orang. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Mahasiswa dapat memahami Asuhan Keperawatan Klien dengan Luka Bakar secara komprehensif. 2. Tujuan khusus Mahasiswa dapat menjelaskan kembali : a. Menjelaskan konsep teori penyakit dan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan gangguan sistem Integumen : Luka Bakar Combistio b. Melakukan pengkajian status kesehatan pada Ny. S dengan gangguan sistem Integumen : Luka Bakar Combistio c. Membuat analisa data hasil pengkajian pada Ny. S dengan gangguan sistem Integumen : Luka Bakar Combistio d. Menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. S dengan gangguan sistem Integumen : Luka Bakar Combistio e. Memprioritaskan masalah yang muncul pada Ny. S dengan gangguan sistem Integumen : Luka Bakar Combistio f. Menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. S dengan gangguan sistem Integumen : Luka Bakar Combistio g. Melakukan tindakan mandiri dan kolaboratif pada Ny. S dengan gangguan sistem Integumen : Luka Bakar Combistio
2
h. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada Ny. S dengan gangguan sistem Integumen : Luka Bakar Combistio i. Melakukan dokumentasi yang benar pada Ny. S dengan gangguan sistem Integumen : Luka Bakar Combistio
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit Anatomi Fisiologi integumen Fungsi Integumen Adapun fungsi dari sistem integumen adalah sebagai berikut: 1. Melindungi, kulit melindungi tubuh dari ancaman mikroorganisme, kehilangan cairan, dan dari zat-zat kimia penyebab iritasi maupun mekanik. Kulit juga mengandung pigmen melanin yang mampu melindungi dari radiasi sinar ultraviolet. 2. Mengatur suhu tubuh, pembuluh darah serta kelenjar keringat pada kulit berfungsi untuk mempertahankan serta mengatur suhu tubuh. 3. Pengekskresi zat berlemak, air, serta ion-ion Na+. 4. Metabolisme, proses sintesis vitamin D yang penting untuk tulang dilakukan di kulit dengan bantuan sinar matahari. 5. Komunikasi, kulit menerima stimulus dari lingkungan dengan reseptor khusus yang dapat mendeteksi suhu, sentuhan, tekanan, dan nyeri. Kulit juga merupakan media ekspresi wajah dan refleks vaskuler yang penting dalam komunikasi. 2.3.
Struktur Kulit
4
Kulit dapat dibedakan menjadi dua lapisan yaitu lapisan Epidermis dan Dermis. Tepat dibawah dermis terdapat lapisan hipodermis yang banyak disusun oleh jaringan adiposa (jaringan lemak).
Gambar 2.1. Struktur kulit 2.3.1. Epidermis Epidermis merupakan lapisan yang mengandung sel pigmen berfungsi memberi warna pada kulit. Epidermis berfungsi melindungi kulit dari kerusakan oleh sinar matahari. Epidermis tersusun atas 5 lapisan utama yaitu: a. Stratum Germinativum Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah, berbatasan langsung dengan dermis. Melekat pada jaringan ikat. Pada lapisan ini terjadi pembelahan sel yang sangat cepat dimana sel yang baru dibentuk akan didorong masuk ke lapisan berikutnya. Sel-sel yang dihasilkan dari pembelahan tersebut dapat mencapai berjuta-juta sel setiap harinya. 5
b. Stratum Spinosum Lapisan ini disatukan oleh tonjolan yang menyerupai spina. Spina ini merupakan bagian penghubung intraseluler yang disebut desmosom. c. Stratum Granulosum Lapisan ini merupakan daerah sel-sel mulai mati karena akumulasi molekul bakal keratin yang memisahkan sel-sel ini dari daerah dermal. Stratum ini merupakan prekursor pembentukan keratin. Keratin adalah protein keras dan resilien, bersifat anti air dan melindungi permukaan kulit yang terbuka. Namun keratin yang terdapat pada epidermis merupakan keratin yang lunak yang berkadar sulfur rendah. Berbeda dengan keratin yang ada pada kuku dan rambut. d. Stratum Lusidum Lapisan ini terdiri dari sel-sel berbentuk perisai yang jernih dan tembus cahaya. e. Stratum Korneum Lapisan ini merupakan lapisan terluar dari epidermis yang melindungi tubuh terhadap lingkungan. Lapisan ini disebut lapisan bertanduk karena tersusun dari sel-sel berkeratin yang merupakan sel mati. Keratin yang bersifat tahan air akan melindungi jaringan lebih dalam terhadap kekurangan air. Lapisan ini terus-menerus mengalami gesekan dan mengelupas, namun akan terus diganti oleh sel-sel yang lebih dalam yaitu stratum germinativum.
6
Gambar 2.2. Penampang epidermis 2.3.2. Dermis Dermis merupakan lapisan kulit yang lebih sensitif. Mengandung pembuluh darah, limfa, saraf, kelenjar, dan folikel rambut yang muncul ke permukaan dalam bentuk papillae. Lapisan ini dipisahkan dari epidermis dengan adanya membran dasar atau lamina. Membran ini terdiri dari dua jaringan ikat.
Gambar 2.3. Penampang dermis a. Lapisan papilar Lapisan dermal ini terletak paling atas yang terlihat bergelombang. Merupakan jaringan ikat areolar renggang dengan fibroblas, sel mast, dan makrofag. Papila dermal adalah proyeksi seperti kerucut yang menjorok ke arah epidermis. b. Lapisan retikular Adalah lapisan kulit paling dalam yang mengandung banyak arteri, vena, kelenjar keringat, kelenjar minyak, serta reseptor tekanan. Lapisan papilar
7
dan retikular mengandung banyak serat kolagen dan elastisyang menyebabkan kulit lebih elastis. Pada orang usia lanjut serat ini menjadi sangat berkurang sehingga kulitnya mudah keriput. 2.3.3. Lapisan subkutaneus (hipodermis) Lapisan ini mengandung banyak sel lemak, juga beisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf.
2.4.
Derivat-derivat Kulit Kulit memiliki beberapa derivatif, yaitu:
2.4.1. Rambut Rambut berada hampir di seluruh tubuh. Sebagian berupa rambut vellus, yang kecil dan tak berwarna. Rambut terminal biasanya kasar dan dapat dilihat, tertanam di kulit kepala, alis dan bulu mata. Rambut berasal dari folikel rambut yang sudah terbentuk sebelum lahir. Rambut terdiri akar yakni bagian yang tertanam dalam folikel, batang rambut yang berada di atas permukaan kulit. Akar dan batang rambut disusun atas: a. Kutikula, lapisan terluar yang tersusun sel mati yang bersisik. b. Korteks, merupakan lapisan yang terkeratinisasi, membentuk bagian utama batang rambut. Pada bagian ini terdapat pigmen yang menetukan warna rambut. c. Sebuah medula, terdiri dari dua sampai tiga lapis sel. Rambut di kulit kepala tumbuh dalam masa 2 sampai 6 tahun dan memasuki fase selama 3 bulan sebelum rontok. Rambut tubuh tumbuh
8
sepanjang 0,05 inci/minggu. Sedangkan rambut kepala butuh waktu 7 minggu untuk tumbuh 1 inci.
Gambar 2.4. Struktur rambut 2.4.2. Kuku Kuku adalah lempeng pelindung yang berasal dari perpanjangan epidermis ke dermis. Kuku mengandung keratin keras yang berlekuk yang terletak di atas kuku. Kuku mendapat nutrisi dari pembuluh darah. Kuku dapat tumbuh 0,5 mm perminggu dan lebih cepat di musim panas. Bagian-bagian kuku antara lain: akar kuku, badan kuku, kutikel, hiponikium, dan lunula. Badan kuku tumbuh dari akar kuku yang tertanam di dalam kulit. Kutikel adalah lipatan epidermis berlekuk yang menutup akar kuku. Hiponikium adalah stratum korneum tebal di bawah ujung lepas kuku. Sedangkan lunula adalah area berwarna putih berbentuk melengkung dekat kutikel.
9
Badan kuku
Gambar 2.5. Struktur kuku
2.4.3. Kelenjar pada Kulit 1. Kelenjar Keringat (Sudorifera) Terbagi atas dua jenis berdasarkan strukturnya: a. Kelenjar keringat ekrin, kelenjar ini tersebar luas di seluruh tubuh. Tidak berhubungan dengan folikel rambut. Sekresi kelenjar ini berguna mempertahankan suhu tubuh. b. Kelenjar keringat apokrin, kelenjar ini penyebarannya terbatas. Ditemukan di aksila, areola payudara, dan regia anogenital. Kelenjar apokrin di ketiak dan anogenital pada masa pubertas menghasilkan sekresi sebagai respon stres atau gembira. Biasanya tidak berbau, namun akan berbau saat bereaksi dengan bakteri. Kelenjar apokrin seruminosa, tertelatak di telinga sebagai getah telinga dan kelenjar siliaris Moll yang terletak pada mata. Sementara kelenjar mamae adalah kelenjar apokrin yang termodifikasi menghasilkan susu.
10
Gambar 2.6. Penampang kelenjar keringat 2. Kelenjar Minyak (Sebasea) Kelenjar ini mengeluarkan sebum yang dialirkan ke folikel rambut. a. Kelenjar sebasea adalah kelenjar holokrin b. Sebum adalah campuran lemak, zat lilin, minyak dan pecahan-pecahan sel. c. Jerawat adalah gangguan pada kelenjar sebasea dimana kulit menjadi terinfeksi karena reaksi kelenjar minyak dengan bakteri menyebabkan kulit menjadi meradang dan bernanah.
Gambar 2.7. Penampang kelenjar minyak
11
2. Pengertian Luka Bakar Luka bakar adalah suatu luka yang terjadi karena adanya kontak antara kulit dengan panas kering, panas basah, bahan kimia, arus listrik dan radiasi (Long, 1996).Luka bakar adalah suatu luka yang disebabkan karena adanya perpindahan energi dari sumber panas ketubuh, dan panas tersebut bisa dihantarkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik (Effendy, 1999).
3. Etiologi Penyebab dari luka bakar yang terbanyak dikarenakan oleh sengatan api akibat dari kelalaian, ceroboh dan sifat ingin tahu dari anak- anak sehingga banyak sekali korban luka bakar adalah anak- anak . 4. Patofisiologi MENCERITAKAN PATOFIOLOGI
12
PATHWAY
13
Brunner & Suddart
5. klasifikasi luka bakar
14
Luka bakar diklasifikasikan : 1. Keparahannya : a. Luka bakar minor, yakni cedera luka bakar ketebalan partial yang kurang dari 15 % LPTT pada orang dewasa dan 10 % LPTT pada anak- anak. b. Luka bakar sedang yakni cedera ketebalan partial dengan 15 % sampai 25 % dari LPTT pada orang dewasa atau 10 % sampai 20 % LPTT pada anak- anak. c. Luka bakar mayor, yakni cedera ketebalan partial lebih dari 25 % LPTT pada orang dewasa atau 20 % pada anak- anak, mengenai daerah mata, wajah, telinga, kaki dan perineum. 2. Lokasi : Luka bakar pada kepala, leher dan dada seringkali mempunyai kaitan erat dengan komplikasi pulmonal. Luka bakar yang mengenai wajah erat kaitannya mengenai mata yang dapat menyebabkan abrasia kornea. Bila pada telinga dapat menyebabkan kordritis aurikuler dan rentan terhadap infeksi serta kehilangan jaringan lebih lanjut. Bila luka bakar mengenai ekstrimitas akan menyebabkan kehilangan waktu yang lama untuk dapat bekerja kembali. Luka bakar yang mengenai daerah peritoneum akan memudahkan terjadinya infeksi akibat autokontaminasi oleh urine dan feses.
3.
Ukuran luka bakar
15
Ukuran luka bakar ditentukan dengan salah satu dari dua metode yaitu role of nine atau diagram Lund & Browder. Ukuran luka bakar ditunjukan dengan presentasi LPTT (luas permukaan tubuh total). 4.
Usia korban luka bakar Usia sangat mempengaruhi keparahan dan keberhasilan dalam perawatan luka bakar. Angka kematian terjadi lebih tinggi jika luka bakar terjadi pada anak- anak yang berusia kurang dari 4 tahun, terutama mereka kelompok uasia 0- 1 tahun dan klien berusia 65 tahun.
6.
Penatalaksanaan Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penatalaksanaan luka bakar yaitu ; penyembuhan luka, infeksi dan penganan luka.
7.
Penyembuhan luka proses penyembuhan luka terbagi dalam tiga fase yaitu inflamasi, fibroblastik dan maturasi.
8.
Infeksi Masalah yang sering terjadi yaitu adanya infeksi yang anantinya akan diikuti terjadinya sepsis, sehingga perlu diperhatikan adanya tandatanda infeksi meliputi merah, bengkak, nyeri dengan jumlah mikroorganisme lebih dari 100.000/gram jaringan.
9.
Penanganan luka
16
Penanganan luka merupakan hal yang penting untuk mencegah terjadinya
infeksi
maupun
menghindari
terjadinya
sindrom
kompartement karena adanya luka bakar circumferencial.
1. Diagnosa keperawatan berdasarkan nanda. 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal luka. 2. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya respons imun. 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka. 4. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka bakar. 5. K'etidakefektifan pola napas berhubungan dengan deformitas dinding dada,keletihan otot)otot pernafasan, hiperventilasi.
2. Intervensi
17
Diagnosa
Tujuan
Gangguan
Rasa nyeri
rasa nyaman
Intervensi
Rasional
Tutup luka
Suhu berubah dan
berkurang setelah
sesegera
gerakan udara
nyeri b/d
dilakukan
mungkin.
dapat
stimulasi
tindakan
Berikan
menyebabkan
saraf sensoris, keperawatan
tempat tidur
nyeri hebat pada
luka
selama 2 x 24 jam
ayunan sesuai
pemajanan ujung
dengan KH :
indikasi
saraf
Tutup jari/
Peninggian linen
mengatakan
ekstrimitas
dari luka
nyeri berkurang.
pada posisi
membantu
yang
menurunkan nyeri
- pasien
- Pasien menunjukan
berfungsi
skala nyeri pada
menggunakan
Posisi fungsi
angka 3.
bebat dan
menurunkan
papan kaki
deformitas/
sesuai
kontraktur dan
keperluan
meningkatkan
Ubah posisi
kenyamanan.
dengan sering
Gerakan dan
dan rentang
latihan dapat
gerak pasif
menurunkan
dan aktif
kekakuan sendi
- Ekspresi wajah klien rileks.
sesuai indikasi dan kelelahan
18
Kaji keluhan
otot.
nyeri,
perhatikan
Nyeri hampir
lokasi/
selalu ada pada
karakter dan
hampir setiap
intensitas
derajat dan yang
(skala 0-10)
paling berat saat
Bantu pasien
ganti balutan atau
untuk
debridemen.
mengungkapk
Pernyataan
an
memungkinkan
perasaannya
pengungkapan
tentang nyeri.
emosi dan dapat meningkatkan mekanisme koping.
Kolaborasi
Dengan analgetik
pemberian
membantu
analgetik
meningkatkan
sesuai indikasi rasa nyaman.
Gangguan
Setelah dilakukan
Kaji warna, sensasi,
19
Pembentukan
perfusi
tindakan
gerakan, nadi perifer
oedem dapat
jaringan b/d
keperawatan
dan pengisian kapiler
secara cepat
kerusakan
selama 2 X 24 jam pada ektrimitas luka
menekan
jaringan
pasien dapat
pembuluh darah,
epidermis
memperlihatkan
sehingga
hasil :
mempengaruhi
bakar melingkar
- Nadi perifer
sirkulasi.
teraba dengan
Tinggikan ektrimitas
Meningkatkan
kualitas dan
yang sakit dengan
sirkulasi sistemik
kuantitas yang
tepat.
sama.
Monitor TTV secara
Disritmia jantung
teratur tiap 30 menit
dapat terjadi
- Pengisisan kapiler baik
karena
dan warna kulit
perpindahan
normal pada
elektrolit
area yang cidera. Gangguan
Setelah
Perhatikan jaringan
Memberikan
integritas
dilakukan
nekrotik dan kondisi
informasi tentang
kulit b/d
tindakan
sekitar luka
kebutuhan
terjadi lepuh
keperawatan
penanaman kulit
dan oedem
selama 2 X 24
dan kemungkinan
pada kulit
jam pasien dapat
petunjuk tentang
memperlihatkan
sirkulai the graft
20
hasil KH : - Pada kulit pasien tumbuh
Evaluasi warna sisi
Mengevaluasi
graft dan donor
keefektifan
adanya
sirkulasi dan
regenerasi kulit
mengidentifikasi
- Mencapai
terjadinyta
penyembuhan
komplikasi.
tepat waktu pada area luka
Gangguan
Setelah dilakukan
Kaji reflek menelan
Dugaan cidera
pernafasan
asuhan
Dorong batuk/ latihan
inhalasi
b/d
keperawatan
nafas dalam dan
Meninggikan
penyumbatan
selama 3 X 24 jam perubahan posisi
ekspansi,
saluran
tidak ada
memobilisasi, dan
pernafasan
gangguan siositem Hisapan pada
karena oedem
perbafasan
perawatan ekstrem,
dengan KH :
pertahankan teknik
- menunjukan
sering
drainase
steril.
bunyi nafas yang benar - Frekuensi dalam rentang normal
Selidiki perubahan
21
Membantu
.
perilaku/ mental
mempertahankan
contoh gelisah
jalan nafas bersih,
agitasi, kacau mental
tetapi harus waspada karena oedem trakeal. Perubahan kesadaran dapat menunjukan terjadinya hipoksia.
Kolaborasi pemberian O2 memperbaiki pelembab O2 melalui
hipoksemia dan
cara yang tepat.
asidosis, pelembab menurunkan terjadinya pengeringan saluran pernafasan.
Cemas b/d
Setelah
Berikan informasi
22
Pasien akan
kurangnya
mendapatkan
kesehatan
mengetahui akan
pengetahuan
pendidikan
kodisi tubuhnya
tentang
kesehatan tentang
Meningkatkan
kodisinya
kodisinya pasien
kemampuan
tidak sring
merawat diri
bertanya dengan
setelah pulang
KH :
dan
- paham akan
meningkatkan
kodisinya,
kemandirian.
prognosis dan pengobatan
Kaji ulang perawatan
Memberikan
luka bakar,
pedoman untuk
dalam program
identifikasi sumber
penggantian
pengobatan
yang tepat untuk
cairan dan
perawatan pasien
mengkaji respon
rawat jalan dan
kardiovaskuler
bahannya.
Urine dapat
- berpartisipasi
berwarna merah karena adanya darah dan mioglobin. Penggantian masif/ cepat Gangguan
Tidak terjadi
Awasi TTV.
23
dengan tipe
keseimbangan gangguan
Perhatikan pengisian
cairan yang
cairan,
kapiler dan kekuatan
berbeda
haluaran urine
elektrolit b/d setelah dilkakukan nadi perifer
Memungkinkan
haluaran
tindakan
obsevasi ketat
cairan
keperawatan
fungsi ginjal dan
elektrolit
dengan KH :
mencegah statis
- menunjukan
atau reflek urine.
haluaran urin yang adekuat,
Awasi haluaran urine
Tergantung
TTV stabil dan
dan berat jenis.
luasnya luka dan
membran
Observasi warna
untuk enurunkan
mukosa
urine dan hemates
infeksi silang.
lembab
sesuai indikasi Pertahankan pencatatan kumulatif yang jumlah dan tipe pemasukan cairan
Kolaborasi pemasangan urine kateter tak menetap
24
Resti infeksi
Infeksi tidak
Implementasikan
b/d
terjadi setelah
teknik isolasi yang
terbukanya
dilakukan
tepat sesuai indikasi
lapisan kulit
perawatan selama
pelindung.
3 X 24 jam KH : - bebas eksudat purulen dan
Gunakan sarung
Mencegah
tidak demam
tangan masker, skort
terpajan pada
dan teknik aseptik
organisme
kuat selama proses
infeksius
perawatan
Mencegah terjadinya fraktur
Resti injuri
injuri tidak terjadi
Jauhkan benda tajam
Pasien tidak akan
b/d
setelah menjalani
yang ada disekitar
terjatuh
penurunan
perawatan dengan
pasien
kesadaran
KH : - tidak ada cidera
Pasang pengaman
Mencegah
pada tempat tidur
terjadinya jatuh
25
BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN LUKA BAKAR DI RUANG BEDAH KELAS III B RSU AHMAD YANI METRO
Ruang
: R. Bedah
Rm
: 226977
Tanggal Pengkajian
: 21/12/2018
Pukul
: 09.30 WIB
A. DATA DASAR 1. DATA DEMOGRAFI a. Identitas pasien Nama
: Ny.S
Usia
: 58 (18/10/1960)
Jenis kelamin
: Perempuan
Status perkawinan
: menikah
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Suku
: Jawa
Alamat
: Batang hari
Sumber biaya
: BPJS
Tanggal masuk
: 18/12/2018
Dx medis
: Combostio grad IIB 33%+ Infeksi skunder
26
b. Sumber informasi Nama
:Tn.S
Umur
: 42
Jenis kelamin
: Laki
Hubungan dengan klien
: Anak
Pendidikan
: D3
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Batanghari
2. RIWATYAT KESEHATAN a. Riwayat kesehatan masuk RS (UGD) Klien datang ke UGD dengan keluhan luka bakar di kedua paha bagian depan, perut payudara,simpisis, sejak 1 bulan yang lalu , luka belum kering, luka bakar akibat terkena air panas. b. Riwayat kesehatan saat dikaji /riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama Klien mengeluh nyeri pada bagian kedua paha depan, perut, payudara dan simpisis yang di akibatkan tersiram air panas satu bulan yang lalu.. klien mengatakan luka terasa perih dan panas, nyeri spontan dan di rasakan terus menerus dengan skala nyeri 5.
Keluhan penyerta Klien mengatakan kadang-kadang demam, mual dan pusing.
27
c. Riwayat kesehatan lalu Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki alergi makanan ataupun obat, tidak ada riwayat hipertensi atau pun DM d. Riwayat kesehatan keluarga Genogram
Keterangan: : Laki- laki
: sakit
: Perempuan
: menikah
: Meninggal
: keturunan
: Tinggal serumah
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
e. Riwayat psiko –sosial –spritual- ekonomi
Psikologis Klien mengatakan bisa menerima kondisi saat ini dengan iklas dan menjalaninnya tanpa banyak mengeluh
28
Sosial Klien mengatakan bahwa jika sedang ada masalah maka keluarga menyelesaikan nya dengan musyawarah, menurut suaminya klien mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan keluarga maupun tetangga . klien tanpa ramah dengan tenaga kesehatan
Spritual Klien beragama islam saat sebelum sakit klien rutin ibadah shlat 5 waktu. Dan saat sakit klien shhlat ditempat tidur
Ekonomi Klien mengatakan kebutuhan sehari- hari tercukupi dari hasil kerja suami sebagai petani
f. Pengetahuan pasien dan keluarga Saat ditanya tentang penyakitnya klien dan keluarga mengatakan mereka sudah mengetahuinya g. Lingkungan Suami klien mengatakan bahwa mereka tinggal berdua dengan istrinya , rumah jenis permanendengan atap genting dan lantai semen.
29
h. Pola Kebiasaan Sehari –Hari Sebelum Dan Saat Sakit
Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan
Pola nutrisi
Klien mengatakan sebelum sakit klien makan sehari 3x dengan porsi ± 2 centong nasi dengan lauk telur, ikan, daging dan sayuran, tahu, tempe. Saat sakit klien mengatakan makan sehari 3x dengan porsi habis 2/3 porsi (±50cc). Di ketahui BB = 79 kg TB = 155 cm IMT = BB (Kg) 𝑇𝐵 2 = 79 2,40 = 32,9 ( lebih ≥ 27 termasuk obesitas tinggi )
.pola cairan Untuk minum saat sebelum sakit biasanya klien habis 10-12 gelas (2000 – 2400cc ) selama 24 jam. . Minum selama dirumah sakit habis 5gelas aqua ( 1100cc). Infus = Rl 20 tpm (1440 cc) Aminofluid 500 cc
30
Pola eliminasi Klien mengatakan saat sebelum sakit
BAB sehari 1x
konsistensi lembek ,BAK 4-5x dalam sehari rata-rata ± 2 gelas setiap BAK. Saat dirumah sakit klien mengatakan BAB 2 hari sekali (saat pengkajian klien blm tidak BAB)dengan konsistensi lembek , berwarna kuning, dan khas bau feses. BAK saat d rumah sakit terpasang kateter dengan 2x membuang urin dengan jumlah 950cc dan 1000cc. IWL
= 15xkg/24 jam = 15x79 = 1.185cc
Intake cairan = makan + minum + therapy = 50cc + 1100cc + 1940cc = 3790 cc Output
= urine + IWL = 1950cc + 1185cc = 3135cc
Balance cairan = intake – output = 3790cc – 3135cc =655cc
31
Pola persoanl hygine Klien mengatakan saat dirumah mandi 2x sehari dan kramas setiap kali mandi sore. Sikat gigi setiap kali mandi dan sebelum tidur. Saat di rumah sakit klien mandi hanya dilap.
Pola istrahat dan tidur Klien mengatakan saat dirumah biasa tidur jam 9 malam bangun jam 4 pagi atau jam 5 pagi. Saat dirumah sakit tidur malam sering terbangun karena rasa sakit.
Pola aktifitas dan latihan Klien mengatakan saat dirumah mampu melakukan aktivitas secara mandiri, klien mengatakan tidak pernah olahraga, sedangkan saat sakit klien mengatakan semua aktifitas dibatu kluarga dan perawat.
Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan Klien mengatakan tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol serata obat terlarang.
3. PENGKAJIAN FISIK a. Pemeriksaan umum Tanggal 21/12/2018 pukul 09.30 Kesadaran
: compos metis
TD
: 110/90 mmhg
Nadi
: 93/ mnt
32
Suhu
: 37,5ᴼ C
Pernafasan
: 23x/mnt
BB
: 79 kg
TB
: 155 cm
b. Pemeriksaan fisik persistem
Penglihatan Bentuk mata
: simetris terhadap wajah
Ketajaman
: tidak menggunakan kaca mata
Konjungtiva
: tidak aneemis tanpak merah muda
Pupil
: isokor
Slera
: tidak ikterik
Keluhan
: tidak ada
Sistem pendenganran Bentuk simetris kanan dan kiri, tanpak sedikit serumen lembek, berwarana kuning, tidak ada masalah pendengaran, tidak ada nyeri tekan dan radang
Sistem wicara Klien lancar berbiacara dengan bahasa jawa dan indonesia
Sistem pernafasan Inpeksi
: bentuk dada simetris antara kanan dan kiri tanpak ada luka bakar di payudarah kiri dan kanan kurang lebih 4x6 cm yang sudah mulai kering
Perkusi
: bunyi perut timpani
33
Auskultasi
: saat inspirasi dan ekspirasi terdengar suara vasikuler
Palpasi
: tidak ada teraba benjolan atau massa
Sistem kardiovaskuler Denyut nadi teraba kuat dan irama teratur 93x/m CRT < 3 detik, tidak ada pembesaran vena jugularis, bunyi jantur regular tidak terdekan adanya suara tambahan mur mur, tidak ada keluhan nyeri dada.
Sistem neurologis Tingkat kesadarn komposmetis GCS E4M6V5 = 15 , tidak ada kelumpuhan perestesia dan tidak ada kejang
Sistem pencernaan Abdumen bentuk cembung, tanpak ada luka bakar derajat IIB seluas kurang lebih 22x 26 cm bising usus 10x/m , di perkusi terdengar bunyi timpani, tidaj ada massa dan asites tidak ada keluhan nyeri tekan.
Sistem imunologi Tidak ada pemebesaran kelenjar getah bening, tidak ada riwayat penyakit autoimun.
Sistem endokrin Tidak tercium bau keton pada pernafasan klien, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid , tidak ada exopalamus dan tremor.
34
Sistem urogenetalia Saat dipalpasi kandung kemih kosong, terpasang urin kateter, Pada daerah simpisis terdapat luka bakar yang mulai mengering dengan ukuran kurang lebih 4x2,5 cm . genetalia tanpak bersih
Sistem muskuloskeletal Klien mengeluh nyeri perih dan panas pada luka bakar di paha kiri dan kana , luka grade II b dengan luas luka bakar 18% dengan ukuran kurang lebih 28x24 cm , luka masih basah terdapat krusta berwana kuning dan kehitaman, luas luka bakar pada paha kiri kurang lebih 20x 22cm , luka tanpak bersih berwarna merah muda dan dipinggir luka tanpak mulai kering.kklien mengatakan ke 2 kaki tanpak skit digerakan karena ada luka tonus otot 5554
Sistem integumen Kulit berwarna sawo matang, kulit tanpak kering, turgor kulit < 2 detik, terdapat Luka Bakar dibagian paha kanan sampai betis, 14 %, paha kiri 5 %, bagian perut sama payudara 13 %, genetalia 1 %.
Sistem reproduksi Klien mengatakan sudah hampir 10 tahun tidak menstruasi, klien mengatakan memiliki 6 orang anak, tidak pernah
35
memiliki penyakit yang berhungungan dengan reproduksi, kista , ovarium , kanker rahim.
4. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Hasil labolatorium Tanggal 20/12/2018 Albumin 2,75 gr/dl Tanggal 18/12/2018 Leukosit
: 11.20 .10³/µL
Eritrosit
: 4, 16 . 10³/µL
Hb
: 11, 9 gr/dl
Ht
: 35,9 %
Mcv
: 87,3 ᶠl
Mch
: 29,0 pg
Mchc
: 33,1 g/dl
Trobosit
: 458 10³/µL
Rdw
: 14,4 %
Mpv
: 7,3 ᶠl
Gds
: 154,0 mg/dl
Ureum
: 25,0 mg/dl
Creatin
: 0,8 mg/dl
5. Penatalaksanaan a. Terapi Rl 20 tpm
36
Inj ketorolac 2x 30mg Inj ranitidin 2x 25mg Inj ceftri 2x1gram Aminofluid 500cc/ 20 tpm b. Ganti balutan 1x sehari Dengan menggunakan kassa steril Nacl, salp burnazim , supratul
6. RESUME KONDISI PASIEN (SAAT DI UGD DAN SEBELUM PENGKAJIAN) Klien datang ke UGD dengan keluhan nyeri peri dan panas pada luka bakar di perut dan paha kiri dan kanan, klien mengeluh mual , luka bakar dialami sejak 1 bulan yang lalu riwayat debridemen di rumah sakit mardiwaluyo di igd dilakukan pemasangan IVFD Rl 20 tpm , pemeriksaan labolatorium DL lengkap , albumin, pemeberian terapi inj ceftri 1 gram, drip ketorolac 30 mg, inj ranitidin 2x 25 mg.
7. DATA FOKUS 1. Data subjektif
Klien mengeluh nyeri, perih dan panas pada daerah luka bakar
Klien mengatakan tidak dapat beraktivitas seperti biasanya karena ada luka bakar
Klien mengatakan kadang kadang demam
2. Data objektif
37
TD
: 110/90 mmhg
N
: 93x/mnt
RR
: 23x/mnt
S
: 37,5 ᴼ C
Skala nyeri 5
Luka bakar gred IIB di daerah perut , paha kanan dan kiri , daerah simpisis dengan total luas luka bakar 33%
Sebagian luka tanpak sudah kering
Luka pada paha masih tanpak basah dan tanpak ada krusta berwarna kuning
Untuk aktifitas makan , minum, bab dan bak di bantu keluarga dan perawat.
Klien tanpak meringis kesakitan,
Leukosi 11,20.10³/µL
Intake cairan = makan + minum + therapy = 50cc + 1100cc + 1940cc = 3790 cc
Output
= urine + IWL = 1950cc + 1185cc = 3135cc
Balance cairan = intake – output = 3790cc – 3135cc =655cc
38
8. ANALISA DATA NO 1
DATA FOCUS
MASALAH (P)
ETIOLOGI (E)
Ds
Klien mengatakan Nyeri akut
Proses inflamasi
nyeri ,perih dan
(adanya
luka
panas pada daerah
bakar
yang
yang terkena luka
merusak
bakar
jaringan epidermis )
Do TD
: 110/90 mmhg
N
: 93x/m
RR
: 23x/m
S
: 37,5
Skala nyeri 5
Luka bakar gred IIB di daerah perut , paha kanan dan kiri
,
daerah
simpisis
dengan
total
luas
luka
bakar 33%
39
Sebagian tanpak
luka sudah
kering
Luka pada paha masih
tanpak
basah dan tanpak ada
krusta
berwarna kuning
2
Kerusakan
Ds.
Klien mengatakan intergritas kulit
cidera
ada
bakar
terkena
daerah
panas )
luka
pada
payudarah, perut , simpisis , dan paha kanan dan kiri Do
Luka bakar pada kedua paha kanan dan
kiri
tanpak
basah dan terdapat krusta kuning
Faktor
Luka bakar pada kedua paha luas
40
agen fisik
( air
18%
3
Ds
Klien mengatakan Resiko infeksi
Proses inflamasi
terkadang demam naik turun Do
Leukosit 11,20
S 37,5
N 93x/m
Luka bakar pada paha masih tanpak kemerahan
dan
terdapat krusta
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS a. Nyeri akut bd dengan proses inflamasi ( adanya luka bakar ) b. Kerusakan intergritas kulit bd faktor cidera fisik (terkena air panas) c. Resiko infeksi bd proses inflamasi
41
10. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No.
Nama pasien
: Ny.S
Dx medis
: COMBOSTIO GRAD Iib +33%
Ruang
: BEDAH
No RM
: 226977
Dx.
Tujuan
Rencana tindakan
Rasional
keperawatan dilakukan Management nyeri
1
Nyeri akut bd Setelah
21/12
proses
tindakan keperawatan
/2018
inflamasi
selama
(stimulus
diharapkan nyeri akut
durasi,lokasi
saraf sensori)
dapat teratasi dengan
dan
kreteria hasil
penyebab
mengalihkan
nyeri muncul
nyeri
3x24
jam
nyeri
hilang
atau berkurang
Skala
nyeri
nafas
dalam
Ajarkan tehnik
Ekspresi wajah
relaksai
Colaborasi dengan medis
42
,
faktor
Bantu
turun < 4
rileks
tingkatan nyeri
Kaji intensitas
Menyatakan
Mengetahi
tim
Meringankan nyeri Mengetahui cara
Mengurangi nyeri
pembrian terapi 2
Kerusakan
Setelah
21/12
intergritas
tindakan keperawatan
/2018
kulit
bd selama
Untuk
dilakukan Wound care
3x24
jam
Pantau
kulit
mengetahui
(ruam, warna,
adanya
faktor cidera diharapkan kerusakan
luas
kemungkinan
fisik (terkena intergritas kulit dapat
luka)
infeksi
Lakukan
nekrosis
perawatan
jaringan kulit
air panas)
teratasi dengan kreteria
hasil
pada
dan
Untuk proses
Adanya
lukas
setiap
granulasi yang
hari
dengan
membaik
menggunnak
Keluarga
Adanya
an (nacl,salp)
mampu
Ajarkan
melakukan
keluarga dan
perawatan
pasien
luka di rumah
penyusutan
luka bakar
penyembuhan
perawatan luka dirumah Setelah
dilakukan
Mengurangi
3
Resiko
21/12
infeksi
bd tindakan keperawatan
/2018
proses
selama 3x24 jam di
inflamasi
harapak resiko infeksi
pengujung
penyebaran
dapat teratasi dengan
bila perluh
infeksi
kreteria hasil sebagai
43
Pertahankan teknik aseptik
Menghindari
Batasi
Cuci
infesi
tangan
Menghindari
Klien
sebelum
bebas
infeksi Mengetahui
dari tanda tanda
tindakan dan
infeksi (demam
sesudah
tingkat resiko
36-
tindakan
infeksi
37,5),peningkat
Monitor luka
an
Monitor
tanda
tanda
infesksi
leukoist
5000-10000)
gejala
Mengetahi
infeksi
11. CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN No dx
Implementasi (tindakan)
1 21/12/2018
Evaluasi
Paraf
S:
Kaji
, klien mengatakan nyeri
intensitas
dan pada
durasi,lokasi
daerah
faktor penyebab nyeri payudarah,perut
dan
muncul
paha kanan dan kiri
Bantu nafas dalam
yang terkena luka bakar
Ajarkan
tehnik O : Klien tanpak meringis
relaksai
Kolaborasi dengan tim kesakitan, skala nyeri medis
pemberian 5
terapi analgetik : drip A : ketorolac 2x 30mg
44
Nyeri masih terjadi
resiko
P: Lanjutkan intervensi
Kaji intensitas , durasi,lokasi dan
faktor
penyebab nyeri muncul
Bantu
nafas
dalam
Ajarkan tehnik relaksai
Colaborasi dengan
tim
medis pemberian terapi analgetik : drip ketorolac 2x30mg 2 21/12/2018
S:
Pantau
kulit
(ruam, Klien
warna, luas pada luka)
Lakukan lukas
terdapat
mengatakan luka
perawatan daerah setiap
pada sekitar
hari payudarah, perut, paha
dengan menggunnakan kanan dan kiri
45
(nacl,salp)
O:
Ajarkan keluarga dan Luka gride II b,luka pasien perawatan luka tanpak kemerahan,luas luka keseluruhan 33%
dirumah
terdapat
krusta
berwarna kekuningan A: Kerusakan
intergritas
kulit masih terjadi P: Lanjutkan Intervensi
Pantau
kulit
(ruam,
warna,
luas pada luka)
Lakukan perawatan lukas setiap
hari
dengan menggunnakan (nacl,salp)
3
21/12/2018
Pertahankan
teknik S : Klien
aseptik
Batasi pengujung bila pedih
46
mengatakan ,
panas
pada
perluh
daerah
yang
Cuci tangan sebelum luka bakar tindakan dan sesudah Klien
Monitor
( O:
luka
luka,ada Tanpak luka kemerahan
warna,luas
dan bergranulasi serta
nekrosis tidak)
mengatakan
deman naik turun
tindakan
terkena
Monitor tanda gejala terdapat
krusta
berwarna kekunigan S
infeksi: - Kenaikan
suhu 37,5 leukosit 11,20
tubuh di atas 37,5 A : Resiko infeksi masih
ᴼC
- Kenaikan jumlah terjadi leukosit di atas P : nilai
normal
( Lanjutkan intervensi
5000-10000)
Pertahankan teknik aseptik
Batasi pengujung bila perluh
Cuci
tangan
sebelum tindakan sesudah
47
dan
tindakan
Monitor luka
Monitor
tanda
gejala infeksi 1 22/12/2018
S:
Kaji
, klien mengatakan masih
intensitas
dan nyeri
durasi,lokasi
pada
daerah
faktor penyebab nyeri payudarah,perut
dan
muncul
paha kanan dan kiri
Bantu nafas dalam
yang terkena luka bakar
Ajarkan
tehnik O : Klien tanpak sedikit
relaksai
Colaborasi dengan tim menahan
kesakitan,
medis pemberian terapi skala nyeri 3 A: Nyeri teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi
Kaji intensitas , durasi,lokasi dan
faktor
penyebab nyeri muncul
48
Bantu
nafas
dalam
Ajarkan tehnik relaksai
Colaborasi dengan
tim
medis pemberian terapi 2.
22/12/2018
Pantau
kulit
(ruam, S :
warna, luas pada luka)
Lakukan
Klien
perawatan masih
luka setiap hari dengan pada
mengatakan terdapat daerah
luka sekitar
menggunakan
payudarah, perut, paha
(nacl,salp dermazin)
kanan dan kiri
Ajarkan keluarga dan O : pasien perawatan luka Luka gride II b,luka tanpak kemerahan,luas
dirumah.
luka keseluruhan 33% terdapat berwarna namun
krusta kekuningan sudah
berkurang, terdapat A: Kerusakan
49
intergritas
kulit teratasi sebagian P: Lanjutkan Intervensi
Pantau
kulit
(ruam,
warna,
luas pada luka)
Lakukan perawatan lukas setiap
hari
dengan menggunnakan (nacl,salp)
3
22/12/2018
Pertahankan
teknik S : Klien
aseptik
Batasi pengujung bila masih pedih , panas pada
perluh
daerah
yang
Cuci tangan sebelum terkena luka bakar tindakan dan sesudah Klien
mengatakan
mengatakan
tindakan
deman naik turun
Monitor luka
O:
Monitor tanda gejala Masih
Tanpak
luka
kemerahan masih ada
infeksi
dan bergranulasi serta
50
terdapat berwarna
krusta kekunigan
berkurang S 37,3ᴼ C A: Resiko infeksi masih terjadi P: Lanjutkan intervensi
Pertahankan teknik aseptik
Batasi pengujung bila perluh
Cuci
tangan
sebelum tindakan
dan
sesudah tindakan
Monitor luka
Monitor
tanda
gejala infeksi 1 23/12/2018
Kaji
, S:
intensitas
durasi,lokasi
dan klien mengatakan nyeri
faktor penyebab nyeri pada
51
daerah
muncul
payudarah,perut
dan
Bantu nafas dalam
paha kanan dan kiri
Ajarkan
tehnik yang terkena luka bakar berkurang
relaksai
terasanyeri
Colaborasi dengan tim hanya jika dilakukan medis pemberian terapi pembersihan luka O Klien tanpak rileks, skala nyeri 2 A Nyeri teratasi P Pertahankan intervensi
Kaji intensitas , durasi,lokasi dan
faktor
penyebab nyeri muncul
Bantu
nafas
dalam
Ajarkan tehnik relaksai
Colaborasi dengan
52
tim
medis pemberian terapi 2
23/12/2018
Pantau
kulit
(ruam, S
warna, luas pada luka)
mengatakan
perawatan masih
Lakukan lukas
Klien
setiap
hari pada
terdapat daerah
luka sekitar
dengan menggunnakan payudarah, perut, paha kanan dan kiri
(nacl,salp)
O Luka gride II b,luka tanpak
kemerahan
berkurang
,luas
keseluruhan
luka 33%
terdapat
krusta
berkurang A Kerusakan
intergritas
kulit teratasi sebagian P Lanjutkan Intervensi
Pantau
kulit
(ruam,
warna,
luas pada luka)
53
Lakukan perawatan lukas setiap
hari
dengan menggunnakan (nacl,salp)
3
23/12/2018
Pertahankan
teknik S Klien
aseptik
Batasi pengujung bila berkurang rasa pedih , panas pada daerah yang
perluh
Cuci tangan sebelum terkena luka bakar tindakan dan sesudah Klien
mengatakan
mengatakan
tindakan
deman naik turun
Monitor luka
O
Monitor tanda gejala Tanpak luka kemerahan berkurang
infeksi
bergranulasi terdapat
dan serta krusta
berwarna kekunigan S 36,4 A Resiko infeksi teratasi sebagian
54
P Lanjutkan intervensi
Pertahankan teknik aseptik
Batasi pengujung bila perluh
Cuci
tangan
sebelum tindakan
dan
sesudah tindakan
Monitor luka
Monitor
tanda
gejala infeksi
Lakukan perawatan luka setiap hari.
55
BAB IV PEMBAHASAN
Setelah penulisan melaksanakan pembuatan asuhan keperawatan pada seorang perempuan dengan luka bakar derajat II. Maka pada BAB ini penulis menguraikan kesenjangan-kesenjangan yang dimulai dari tahap pengkajian sampai evaluasi.
1. Tahap Pengkajian pada tahap pengkajian asuhan keperawatan pada seorang perempuan berumur 58 tahun dengan luka bakar derajat II dengan menggunakan format pengkajian, tehnik yang digunakan studi kepustakaan. Adapun kesenjangan yang di temukan pada tahap pengkajian antara tinjauan teoritis dan tijauan kasus adalah : 1. Dari teori yang ada rata-rata pasien luka bakar mengalami gangguan pola eliminasi, namun dari hasil pengkajian kasus yangg kami dapat tidak terjadi gangguan pola eliminasi di karenakan luka bakar sudah terjadi 1 bulan yang lalu. 2. Aktivitas dan isrirahat terganggu dikarenakan pasien mengatakan nyeri dan luka pada dada tampak merah, luka pada tangan dan kaki telah sembuh sebagian dan ukuran luka berkurang sehingga menggagu aktivitas dan istrahat yang diperlukan pasien 3. Nyeri/Kenyamanan pasien merasakan nyeri karena luka bakar yang dialaminya sehingga kenyamanan untuk beristirahat tidak dapat terpenuhi
56
2. Tahap Diagnosa Keperawatan Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan teoritis tetapi tidak di temukan pada kasus adalah : a)
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan edema dan efek inhalasi asap
b) Kurang volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan lewat evaporasi dari luka bakar c)
Hambatan mobilitas fisik
d) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan luka bakar e)
Kurang pengetahuan mengenai proses luka bakar
Dan diagnosa yang di jumpai pada kasus adalah : 1. Nyeri b/d kerusakan jaringan sekunder dari cedera luka bakar d/d adanya luka bakar pada bagian dada, tangan dan kaki 2. Kerusakan integritas kulit b/d luka bakar terbuka d/d adanya luka bakar pada bagian dada, tangan dan kaki 3. Hambatan mobilitas fisik b/d luka bakar, rasa nyeri dan kontraktur persendian d/d
mobilisasi terbatas, tidak mampu bergerak sesuai
dengan tujuan penurunan kekuataan otot
3. Tahap Perencanaan Dalam tahap ini perencanaan asuhan keperawatan dengan luka bakar derajat II pada seorang laki-laki umur 30 tahun berjalan lancar.Pada
57
perencanaan secara teoritis banyak ditemukan rencana tindakan yang dilakukan karena harus diselesaikan dengan kebutuhan pasien itu sendiri. 4. Tahap Pelaksanaan Dalam melakukan atau melaksanakan tindakan keperawatan penulis bersama dengan yang lainnya melakukan kerja sama dalam menjalankan rencana tindakan keperawatan. 5. Tahap evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dalam dari proses keperawatan, dimana terjadi umpan balik dan tindakan yang dibutuhkan. Evalusai yang telah ditetapkan dalam tujuan untuk memulai perubahan serta kewajiban yang dicapai dan respon pasien setelah menjalani tindakan keperawatan.
58
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan kasus
59
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne. C. Buku Ajaran Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Sudarrth editor, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; akih bahasa, agung waluyo, dkk; editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester , Ed.8. Jakarta: EGC, 2001 Grace A. Pierce dan Neil R. Borley. 2006. At a Glance ILMU BEDAH. Penerbit Erlangga Moenadjat Y.2003. Luka Bakar. Edisi 2. Jakarta Balai penerbit FKUI 2003 Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 vol 3. Jakarta : EGC
60