KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Mata Kuliah Manajemen Keperawatan
dengan judul “Manajemen Keperawatan Di Kamar 6 Ruang Aster RSU
Kabupaten Tangerang”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk tercapainya tugas seminar kelompok Manajemen Keperawatan, Jurusan Keperawatan Tangerang Prodi DIV Keperawatan Tangerang Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ermawati Dalami S.Kp.,M.Kes sebagai koordinator mata kuliah Manajemen Keperawatan 2. Lailatul Fadilah S.Kep.,Ners.,M.Kep sebagai tim dosen mata kuliah Manajemen Keperawatan 3. Parta Suhanda S.Kp.,M.Biomed sebagai tim dosen mata kuliah Manajemen Keperawatan 4. Erna Mesra M.Kes sebagai tim dosen sekaligus pembimbing Kelompok I 5. Bapak/Ibu dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten dan Bapak/Ibu Pembimbing RSU Kabupaten Tangerang yang telah memberikan bekal ilmu hingga penulis dapat menyusun laporan ini. 6. Rekan-rekan mahasiswa khususnya DIV Keperawatan yang telah memberikan dukungan dan semangat sehingga penulis laporan ini dapat terselesaikan. Kami menyadari laporan ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Tangerang, 28 Februari 2018
Kelompok I LATAR BELAKANG
-1-
Rumah Sakit adalah salah satu organisasi sector public yang bergerak dalam bidang pelayanan jaga kesehatan yang mempunyai tugas melaksanakan suatu upaya kesehatan secara berdaya guna daan berhasil guna dengan mengutamakan atau mementingkan upaya penyembuhan dan pemulihan yang telah dilaksanakan secaraa seraasi dan terpadu oleh pihak rumah sakit dalam upaya perbaikan (keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 983/Men.Kes/SK/XI/1992). Rumah Sakit tidak hanya sekedar menampung orang sakit saja melainkan harus lebih memperhatikan aspek kepuasan bagi para pemakai jasanya. Penilaian terhadap kegiatan rumah sakit adalah hal yang sangat diperlukan dan sangat diutamakan.kegiatan penilaian kinerja organisasi atau instansi seperti rumah sakit, mempunyai banyak manfaat terutama bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap rumah sakit tersebut. -
Bagi pemilik rumah sakit, hasil penilaian kegiatan rumah sakit ini dapan memberikan informasi tentang kinerja manajemen atau pengelolaan yang telah diberikan
-
kepercayaan untuk mengelola sumber daya rumah sakit. Bagi masyarakat, semua hasil penilaian kinerja rumah sakit dapat dijadikan sebagai acuan atau bahkan pertimbangan kepada siapa (rumah sakit) mereka akan mempercayakan perawatan kesehatan. Pengelolaan rumah sakit pada masa lalu dipandang sebagai usaha sosial, tetapi dimasa
sekarang pengelolaan yang berbasis ekonosi dan manajemen sangat penting artinya untuk menghadapi berbagai situasi persaingan global, mengantisipasi cepatnya perubahan lingkungan, dan menjaga kelangsungan usaha rumah sakit itu sendiri. Persaingan gelobal dan perubahan lingkungan mulai Nampak pada pengelolaan rumah sakit swasta multinasional yang terdapat di kota-kota besar. Di Indonesia pengelolaan rumah sakit telah berkembang dengan pesat dan menjadikan industry yang berbasis prinsip-prinsip ekonomi dan manajemen merupakan ancaman bagi rumah sakit pemerintah maupun nasional jika tidak berusaha meningkatkan kualitas pelayanan dan kinerjanya secara keseluruhan, Indikator perusahaan yang selama ini digunakan dalam mengukur suatu kinerja organisasi pelayanan kesehatan tidak konfrehensif dan hanya bersifat sementara. Indikatornya banyak dipengengaruhi faktor eksternal seperti keadaan ekonomi dan kebijakan pemerintah yang kurang. Hal ini dapat menyebabkan pengukuran kinerja suatu organisasi pelayanan kesehatan belum menggambarkan realita yang sesungguhnya dari keadaan organisasi tersebut. Indicator tersebut juga merupakan alat untuk memantau pencapaian suatu -2-
organisasi. Dengan adanya 3 indikator ini dapat juga diketahui tingkat kemajuan dalam suatu organisasi dan dapat dilakukan perbandingan antara organisassi yang bergerak dibidang yang saama (Alkatiri,et,al. 1997).
BAB I PENDAHULUAN -3-
1.1 Deskripsi Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang adalah salah satu unit bisnis pemerintah (sector public) yang memiliki kewajiban memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan optimal tanpa tujuan mencari laba (non profit organization). Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal seperti yang diharapkan, dibutuhkan biaya ya g cukup besar dalam perencanaan, pengorganisasian, pengoprasian dan pengendalian yang baik. Rumah Sakit Umum Kab.Tangerang merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang yang berlokasi di Jl. Jend, A.Yani
No. 9 Tangerang,
Banten, Indonesia. Kode Pos 15111 phone (021) 5523507, (021) 5512948. Rumah sakit umum kabupaten tangerang sebagai rumah sakit rujukan pelayanan kesehatan, di era globalisasi dihadapkan pada interen yang ada, seperti terbatanya sumber daya yang dimiliki dan inventarisasi yang belum memadai. Di lain pihak secara bersamaan juga dihadapkan pada kondisi lingkungan dengan berbagai faktor peluang dan tantangan yang senantiasa berkembang dinamis . oleh karena itu, untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima bagi masyarakat perlu disusun visi, misi, tujuan, sasaran serta indicator keberhasilan yang diwujudkan dalam bentuk rencana strategis. Rumah sakit umum kabupaten tangerang merupkan salah satu rumah sakit umum kabupaten tangerang/kota tangerang yang berusaha memberikan pelayanan kesehatan secara optimal, professional dan meningkatkan mutu terus-menerus, oleh karena itu, Ru ah sakit umum kabupaten tangerang harus selalu memperbaiki kinerja agar dapat menambah kepercayaan masyarakat atas pelayanan rumah sakit umum. 1.1.1
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang merupakan Type RS Kelas B Pendidikan. dengan fasilitas : - Jumlah Tempat Tidur sebanyak 440 TT - Rawat Darurat 24 Jam - Rawat Jalan dengan 27 Pelayanan Spesilistik & 7 Sub Spesilistik - Medical Checkup - Kamar Bedah dengan 12 Kamar Operasi - Kamar Bersalin dengan 22 buah Tempat Tidur - Hemodialisa dengan jumlah 18 Tempat Tidur dan alat - Pusat Thalassaemia dengan jumlah 4 Tempat Tidur dan alat - Thalasemia dengan jumlah 8 Tempat Tidur - Perawatan ICU/ICCU - Rehabilitasi Medik (Fisioterapi) - Ruang Isolasi Pasien Flu Burung 8 Tempat Tidur - Klinik Bougenville -4-
1.1.2
-
Pelayanan Penunjang Medis (Laboratorium, Radiologi, Farmasi, CT-Scan, PA,
-
USG, EEG, EKG, Treadmill, Spirometri dll) Penunjang Lainnya (Ambulance, Kereta Jenazah, dll)
Akreditasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dari tahun-ketahun: Pada Tahun 1954
= RSU Type D (Kerjasama dengan RSCM dan FKUI)
Pada Tahun 1974 s/d 1973 = RSU Type C
1.1.3
Pada Tahun 1993
= RSU Type B
Pada Tahun 1996
= Unit Swadaya Daerah
Pada Tahun 2006
= PKK-BLUD
Pada Tahun 2008
= RS-BLUD
Pada Tahun 2013
= RSU Type B Pendidikan
Tujuan Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun. Dengan dirumuskannya tujuan ini maka RSU Kabupaten Tangerang telah mengetahui apa yang harus dilaksanakan dan kondisi yang akan dicapai dalam kurun waktu satu sampai dengan lima tahun yaitu sebagai berikut: - Terwujudnya pelayanan kesehatan perorangan yang professional, santun dan -
berdaya saing tinggi. Terciptanya perilaku SDM yang mampu menyenangkan pelanggan. Tersedianya bangunan dan ruangn yang atraktif, representative, nyaman dan
-
menyenangkan bagi pasien dan karyawan. Meningkatnya kecepatan pelayanan dengan dukungan sistim informasi
-
manajemen RS. Tersedianya pelayanan –pelayanan unggulan dalam rangka meningkatkan
-
daya saing RSU Kabupaten Tangerang. Terpeliharanya kompetensi dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Terlaksananya kewajiban rumah sakit dalam rangka melaksanakan amanat RPJMD dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Tangerang. Dan sasaran, merupakan penjabaran dari masing-masing misi dan tujuan
yang telah ditetapkan, yang menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan oleh RSU Kabupaten Tangerang secara tahunan selama kurun waktu 2013 - 2018 melalui serangkaian program dan kegiatan. Penetapan sasaran ini diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan kegiatan dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan atau operasional organisasi.
-5-
1.1.4
Rincian sasaran adalah sebagai berikut : - Terselenggaranya pelayanan kesehatan perorangan yang sesuai standar profesi, -
santun dan berdaya saing tinggi. Terselenggaranya pendidikan dan pelatihan karyawan dalam bidang customer
-
services. Diterapkannya prosedur tetap tentang service excellence. Terlaksananya pembuatan master plan baru yang sesuai dengan perkembangan
-
industri perumahsakitan. Terselenggaranya perencanaan pembangunan dan pemanfaatan fasilitas rawat inap kelas III, High Care, Radiotherapi, Farmasi, Kamar bedah sentral dan CSSD yang atraktif, fungsional, aman, nyaman dan menyenangkan sesuai
-
masterplan. Diterapkannya sisitim informasi rumah sakit yang terintegrasi dalam
-
mendukung kelancaran pelayanan di semua lini. Tersedianya fasilitas pelayanan bedah minimal invasive, burn center, stroke
-
center, cath lab dan bedah jantung. Terselenggaranya bimbingan dokter dan tenaga kesehatan lainnya oleh tenaga
-
dokter dan tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit. Terlaksananya Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK)
1.1.5
Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka diperlukan adanya strategi atau cara pencapaian tujuan yang dipilih secara tepat agar dapat meningkatkan kinerja organisasi. Strategi untuk mencapai misi RSU Kabupaten Tangerang mencakup beberapa sasaran yang cara pencapaiannya dengan kebijakan dan program yang telah ditetapkan.
1.1.6
Strategi dan Kebijakan Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Strategi dan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dalam melaksanakan Renstra Bisnis Tahun 2013 – 2018 sebagai berikut : - Peningkatan kompetensi SDM di semua lini pelayanan - Peningkatan sarana, prasarana dan peralatan medis/non medis - Pelatihan service excellence - Menata ruangan/gedung sesuai kebutuhan dan fungsi - Peningkatan kualitas dan kuantitas ruang perawatan bedah, luka bakar, stroke, -
cath lab dan bedah jantung. Peningkatan bimbingan kepada mahasiswa kedokteran dan tenaga medis
-
lainnya. Peningkatan pelayanan PONEK -6-
A. Sejarah Rumah Sakit Sejarah RSU Kabupaten Tangerang RSU Kabupaten Tangerang didirikan pada tahun 1928 berlokasi sebuah ruangan BUI (Penjara) yang bekas lahannya sekarang menjadi lokasi Mesjid Agung Al-Ittihad dengan kapasitas perawatan 12 TT. Pada tahun 1932 pindah ke Jl. Daan Mogot No. 3 dengan 40 kapasitas tempat tidur. Tahun 1943 sampai 1946 dipimpin oleh Dr. J. Leimena kemudian oleh Dr. Gembiro dengan kapasitas 65 tempat tidur. Tahun 1946, rumah sakit dipindahkan ke Balaraja dan selanjutnya dipimpin oleh Dr. Suparno, Dr. Gembiro, Dr. Satrio, Dr. Purwo Sudarmo, Dr. Drajat Prawiranegara dan Dr. Djaka Sutadiwirja. Tahun 1950, setelah penyerahan kedaulatan RI, rumah sakit kembali ke Jl. Daan Mogot Tangerang bergabung dengan rumah sakit bekas NICA dipimpin oleh Dr. Gusti Hasan dan berfungsi sebagai Rumah Sakit Umum. Tahun 1955 pengelolaan RSU Kabupaten Tangerang diserahkan kepada Pemerintah Swatantra Kabupaten Tangerang. Tahun 1959 mulai direncanakan membangun sebuah rumah sakit baru dilokasi yang sekarang di Jl. A. Yani No. 9 Tangerang, bersebelahan dengan gedung Sekolah Djuru Rawat (SDK) dan Kementrian Kesehatan. Pada tahun 1963 di bangun gedung kantor yang sederhana. Pada permulaan tahun 1964 Mentri Kesehatan Prof. Dr. Satrio menyerahkan gedung SDK kepada Pemda Tangerang. Pada Tanggal 5 Mei 1964 RSU pindah dari Jl. Daan Mogot ke Jl. A. Yani No. 9 menggunakan gedung bekas SDK sebagai tempat perawatan dengan 60 tempat tidur, dan penambahan gedung kantor untuk Tata Usaha, Poliklinik Umum, Poliklinik Bedah, Apotik dan Laboratorium. RSU Tangerang di pimpin oleh Dr. Willy Ranti sebagai direktur, tanggal 5 Mei 1964 ditetapkan sebagai hari jadi RSU Kabupaten Tangerang. Pada 11 September 1969 dijalin kerjasama antara Pemda Tangerang dengan Rumah Sakit Ciptomangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, untuk meningkatkan fasilitas pada RSU Tangerang. Sejak tahun anggaran 1969/1970 RSU Tangerang mulai dikembangkan secara bertahap dengan biaya dari APBD TK. II, APBD TK. I dan APBN sehingga mempunyai kapasitas perawatan 341 tempat tidur. Pada tahun 1976 RSU Tangerang dimanfaatkan untuk pendidikan mahasiswa tingkat V dan VI FKUI dari bagian Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah dan Kebidanan/Kandungan. Sejak tahun 1977 dimanfaatkan untuk pendidikan dokter Spesialis Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah Umum, Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Sejak 22 September 1986 telah dijalin pula kerjasama antara Pemda -7-
Tangerang dengan Fakultas Kedokteran Gigi UI dengan tujuan meningkatkan pelayanan RSU Tangerang serta memanfaatkannya untuk pendidikan. Pada tanggal 22 April 1989, pergantian pimpinan/Direktur RSU Tangerang dari Dr. Willy Ranti kepada Dr. H. Syartil Arfan N.SpA. Pada tanggal 15 Desember 1993 status RSU Tangerang ditingkatkan dari kelas C menjadi kelas B non pendidikan dengan kapasitas pada saat itu sebanyak 337 tempat tidur dan melayani 23 jenis keahlian/spesialis. RSU Tangerang sebagai Unit Swadana Daerah dimulai dengan uji coba pada bulan April 1994 selama dua tahun, diresmikan sebagai Unit Swadana pada bulan April 1996. Memperoleh Sertifikat Akreditasi Penuh untuk bidang Administrasi Manajemen, Perawatan, Gawat Darurat dan Pelayanan pada tanggal 21 Januari 1997 hingga tahun 2000. Tanggal 29 April 1998, pemanfaatan Gedung Poliklinik yang baru berlantai 3. Pada tanggal 19 Februari 2001, Menteri Kesehatan RI, Dr. Ahmad Suyudi meresmikan Instalasi Pengolahan Limbah rumah sakit untuk 22 rumah sakit di 5 propinsi di RSU Tangerang. Dengan dikeluarkannya PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, maka RSU Kabupaten Tangerang berdasarkan Keputusan Bupati Tangerang No.445/Kep.402-HUK/2005 tanggal 20 Desember 2005 terhitung mulai tahun 2006 menyelenggarakan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Pada tanggal 21 Maret 2007, Pelantikan Dr. H. MJN. Mamahit, Sp.OG,MARS oleh Bapak Bupati Tangerang sebagai Direktur RSU Kabupaten Tangerang menggantikan Dr. H. Budhi Setiawan, SpP. MARS yang memasuki masa pensiun. Dengan Keputusan Bupati Tangerang No.445/Kep.113-HUK/2008 RSU Kabupaten Tangerang ditetapkan sebagai penyelenggara Pola Pengelola Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) Kabupaten Tangerang dengan status BLUD penuh. Setelah dikembangkan secara bertahap saat ini RSU Tangerang mempunyai bangunan dengan luas keseluruhan 24.701 m² diatas tanah 41.615 m² dan memiliki fasilitas perawatan dengan 383 TT,27 jenis keahlian dengan jumlah karyawan 1065 orang. Pada hari Rabu, tanggal 16 Desember 2009 pukul 14.30 WIB, diketahui terjadi kebakaran gedung kantor Ruamah Sakit Umum Kabupaten Tangerang yang berada di jalan Ahmad Yani No.9 Kota Tangerang. Ruang yang terbakar adalah lantai dua gedung kantor RSU Tangerang yang meliputi aula, ruang Panitia Pengadaan, ruang Panitia Pemeriksa, ruang Bidang Pelayanan Medik, ruang Direktur, ruang Wakil
-8-
Direktur (3 ruangan), ruang bagian sekretariat,ruang diskusi dan ruang sekretaris. Tidak terjadi korban jiwa. 1. Prestasi yang pernah dicapai RSU Tangerang Dengan perkembangan RSU Tangerang tentunya ada berbagai prestasi yang telah a. b. c. d. e.
dicapai yaitu : Juara III Lomba RS. Pemda Type C seJawa Barat, Th. 1986. Juara I Lomba Prestasi Kerja Kelas C se Jawa Barat, Th. 1987. Juara I Tingkat Nasional Lomba Prestasi Kerja RSU Kelas C, Th. 1987. Juara I Tingkat Nasional RSU Pemerintah Kelas C, Th. 1988. Juara II Dokter Penulis Resep Generik terbanyak Tingkat Jawa Barat, Th.
f. g. h. i.
1989. Juara III Lomba RSU Pemerintah Kelas B Tingkat Jawa Barat, Th. 1995. Juara III Lomba RS. Sayang Bayi Tingkat Jawa Barat, Th. 1995. Penghargaan RS. Sayang Bayi Tingkat Jawa Barat, Th. 1995. Penghargaan RS. Sayang Bayi (Baby Friendly) dari WHO dan UNICEF, Th.
j. k. l. m.
1995. Memperoleh Sertifikat Akreditasi Penuh dari Depkes, Th. 1997. Juara II Lomba RS Pemerintah Kelas B Tingkat Jawa Barat, Tahun 1997. Juara III Lomba RS Sayang Ibu Kelas B Tingkat Jawa Barat, Th. 1997. Juara terbaik pertama Penampilan Kinerja Terbaik Pertama Tingkat Nasional
dalam rangka Hari Kesehatan Nasional ke 35, Th. 1999. n. Memperoleh Penghargaan Piala Citra Pelayanan Prima oleh Presiden Republik Indonesia Th. 2004. o. Juara I Lomba Rumah Sakit Sayang Ibu Tingkat Propinsi Banten Tahun 2004. p. Memperoleh Akreditasi dari Menteri Pemberdayaan Perempuan RI Sebagai Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi Terbaik Tingkat Propinsi Seluruh Indonesia Tahun 2004. q. Memperoleh Piagam Penghargaan Gubernur Banten Peringkat II RS Sayang Ibu Tingkat Propinsi Banten Tahun 2006. r. Memperoleh Penghargaan Citra Pelayanan Prima Oleh Presiden RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono Tahun 2006. s. Juara II Lomba Kebersihan RS se Kabupaten Tangerang Tahun 2007 t. Juara I Lomba Rumah Sakit Sayang Ibu Tingkat Propinsi Banten Tahun 2007. 2. Visi Dan Misi RSU Kab. Tangerang "Rumah Sakit Modern, Unggul dan Terpercaya" 3. Motto RSU Kab. Tangerang "Kami Ada Untuk Anda" 4. Falsafah RSU Kab. Tangerang "Memberikan pelayanan melebihi harapan pelanggan" 5. QUALITY & SAFETY "Keselamatan Pasien Merupakan Prioritas Dalam Memberikan Pelayanan Terbaik Kami"
-9-
B. Struktur Rumah Sakit
-10-
C. Deskripsi Ruangan Ruangan Aster merupakan instalansi kebidanan dan kandungan memberikan pelayanan kesehatan untuk wanita hamil dan wanita dengan keluhan penyakit kandungan , pelayanan diberikan secara optimal dan professional. Ruang Aster merupakan ruang perawatan kelas 3 dimana terdiri dari Aster Bawah dan Aster Atas masing-masing ruangan memiliki 6 kamar dan setiap kamar memiliki fasilitas 4 tempat tidur (bad), 1 kamar mandi dan kipas angin. Fasilitas alat yang terdapat di ruang aster sudah cukup memadai dan pelayanan yang diberikan tenaga medis sesuai dengan standar operasional prosedur. D. Struktur Ruangan Struktur Organisasi Ruang Aster
BAB II PEMBAHASAN -11-
1.1 Model Praktik Keperawatan A. Pengertian Model Praktik Keperawatan Model praktik keperawatan adalah suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yg memungkinkan perawatan professional mengatur pemberian asuhan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart &Woods, 1996) Model praktik keperawatan adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006). Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. B. Tujuan Model Praktik Keperawatan 1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan 2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan. 3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan. 4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan. 5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan C. Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah : 1. Pilar I : Pendekatan Manajemen (manajemen approach) Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari : a. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek; harian,bulanan,dan tahunan). Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa
-12-
yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan. Jenis-jenis perencanaan terdiri dari : 1) Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun. 2) Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun. 3) Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun. b. Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian di ruang MPK terdiri dari: 1) Struktur organisasi Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organiosasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan. Struktur organisasi Ruang MPK menggunakan sistem penugasan Tim-primer keperawatan. Ruang MPK dipimpin oleh Kepala Ruangan yang membawahi dua atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok pasien. 2) Daftar Dinas Ruangan Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang selanjutnya bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas pada malam hari. 3) Daftar Dinas Ruangan -13-
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang selanjutnya bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas pada malam hari. c. Pengarahan, dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998). Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang
mampu
kelola,
jika
perlu
dilakukan
pendelegasian.
Untuk
memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998) sebagai berikut: 1) Menciptakan iklim motivasi 2) Mengelola waktu secara efisien 3) Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik 4) Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi 5) Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi 6) Negosiasi 2. Pilar II: Sistem Penghargaan (Compensatory Reward) Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru. Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak -14-
melakukan praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai yang diharapkan. Manajemen SDM di ruang MPK berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPK dan setiap ada penambahan perawat baru. 3. Pilar III: Hubungan Profesional Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain–lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan. 4. Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan. D. Komponen-Komponen Metode Praktik Keperawatan Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan, yaitu sebagai berikut : 1. Ketenagaan Keperawatan Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam. Waktu Klasifikasi
Pagi
-15-
Sore
Malam
Minimal
0,17
0,14
0,10
Partial
0,27
0,15
0,07
Total
0,36
0,30
0,20
2. Metoda pemberian asuhan keperawatan : Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan, yaitu penugasan fungsional, penugasan tim , penugasan primer. a. Penugasan Keperawatan Fungsional : Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk mengganti verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya. b. Penugasan Keperawatan Tim : Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan keperawatan, dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya. c. Penugasan Keperawatan Primer Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan keperawatan dimana perawat perofesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan , implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet. 3. Proses Keperawatan Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah a. Identifikasi masalah -16-
b. Menyusun alternatif penyelesaikan masalah c. Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya d. Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah. 4. Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan. 2.2 Peran, Fungsi, dan Tugas Perawat di Ruangan Sesuai Dengan Jabatan Dan Latar Belakang Pendidikan Menurut Grant dan Massey (1997) serta Marquis dan Huston (1998), terdapat lima model asuhan keperawatan professional (MAKP) yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan, dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. A. Fungsional Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam dalam pengelolaan asuhan keperawatan. Hal itu dilakukan sebagai pilihan utam sejak Perang Dunia Kedua. Waktu itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di bangsal. Sistem ini secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut. - Kelebihan : a. Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik b. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawatan pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau perawat yang
-
belum bepengalaman c. Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga Kelemahan : a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja -17-
B. Keperawatan Tim Model ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda, dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga professional, tenaga teknis, dan
pekarya (POS) dalam satu grup kecil yang saling
membantu. 1. System ini mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut. a. Kelebihan : 1) Melakukan pelayanan keperawatan menyeluruh 2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan 3) Mengefektifkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim b. Kelemahan : 1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konfrensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu Karena sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk. 2) Adanya agenda rapat namun namun anggota tim tidak dapat hadir
-18-
KEPALA RUANGAN
KETUA TIM
KETUA TIM
KETUA TIM
STAF PERAWAT
STAF PERAWAT
STAF PERAWAT
PASIEN/KLIEN
PASIEN/KLIEN
PASIEN/KLIEN
Sistem asuhan keperawatan dengan model keperawatan tim (Marquis & Huston, 1998, hal. 139)
2. Konsep keperawatan tim Secara garis besar, konsep keperawatan tim ini terdiri atas beberapa kriteria yang harus dilaksanakan, yaitu: a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. b. Komunikasi yang efektif sangat penting, agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin. c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. d. Peran kepala ruangan dalam metode tim ini sangat penting. Artinya, metode tim ini akan berhasil dengan baik hanya bila didukung oleh kepala ruangan. 3. Tanggung jawab kepala ruangan Secara garis besar, tanggung jawab kepala ruangan terbagi menjadi empat, yaitu: a. Perencanaan Perencanaan menjadi tanggung jawab kepala ruangan dan dilimpahkan kepada ketua tim pada tahap perencanaan. Tugas bagian perencanaan ialah : 1) Menunjuk ketua tim untuk bertugas di ruangan masing-masing 2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya 3) Mengidentifikasi tingkat ketergantunga klien, seperti pasien gawat, pasien transisi, atau pasien persiapan pulang, bersama ketua tim
-19-
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan
klien
bersama
ketua
tim,
serta
mengatur
penugasan/penjadwalan. 5) Merencanakan strayegi pelaksanaan keperawatan. 6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan tindakan pasien. 7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan. Dalam hal ini, yang dapat dilakukan yaitu membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk 8) Memotivasi untuk meningkatkan pendidikan lebih tinggi dan mengikut sertakan dalam pelatihan diri. 9) Membimbing peserta didik keperawatan. 10) Menjaga terwujudnya visi dan misi ruangan. b. Pengorganisasian Tahap pengorganisasian dalam melaksanakan tugas meliputi: 1) Menetapkan metode yang diterapkan dan telah dilaksanakan Rumah Sakit. 2) Merumuskan tujuan metode penugasan. 3) Membuat rentang kendali kepala ruangan yang membawahi dua ketua tim dan ketua tim yang membawahi 2-3 perawat. 4) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas. 5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain. 6) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan. 7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik. 8) Mendelegasikan tugas saat tidak berada di tempat kepada wakil kepala ruangan. 9) Menugaskan kepada tata usaha untuk mengurus admisnistrasi pasien. 10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya. 11) Mengidentifikasi masalah dan cara penanganan. c. Pengarahan Tahap pengarahan meliputi 1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim. 2) Memberi pujian kepada ketua tim dan anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik. 3) Memotivasi untuk meningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien. 5) Melibatkan bawahan sejak awal keperawatan. -20-
hingga
akhir
kegiatan
asuhan
6) Memberikan arahan kepada bawahan yang mengalami kasulitan dalam melakukan tugasnya. 7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain. d. Pengawasan Pengawasan terbagi menjadi dua bagian, yaitu: 1) Melalui komunikasi Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun perawat pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien 2) Melalui supervise a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga. b) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesuadah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan). Selain itu, mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas. c) Evaluasi, yaitu mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telas disuse bersama ketua tim. d) Audit keperawatan. C. Keperawatan Primer Keperawatan primer adalah metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien. hal ini dilakukan mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Keperawatan primer mendorong praktik kemandirian perawat, karena ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merenacanakan, melakukan, dan mengordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. 1. Secara garis besar, system keperawatan primer memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut. a. Kelebihan : 1) Bersifat kontinu dan komprehensif 2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil hasil dan memungkinkan pengembangan diri 3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies, 1989)
-21-
Selain itu kelebihan yang dirasakan adalah pasien merasa dihargai karena terpenuhi kebutuhannya secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan akan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan sitem/model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.
DOKTER
KEPALA RUANGAN
SARANA RUMAH SAKIT
PERAWAT PRIMER
PASIEN/KLIEN
PERAWAT PELAKSANA
PERAWAT PELAKSANA
(SIANG)
(MALAM)
PERAWAT PELAKSANA JIKA DIPERLUKAN (HARIAN)
b. Kelemahan : Hanya dapat dilakukan oleh yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin. 2. Konsep dasar keperawatan primer Konsep dasar keperawatan primer adalah: a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat b. Ada otonomi c. Ada ketetiban pasien dan keluarga
-22-
3. Tugas perawat primer Tugas perawat primer meliputi : a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif b. Membuat tujuan dan renaca keperawatan c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama berdinas d. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh e. f. g. h.
disiplin lain maupun perawat lain Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai Menerima dan menyesuaikan rencana Menyiapkan penyuluhan untuk kepulangan pasien Melakukan rujukan kepada pekerja sosial. Dengan cara kontak dengan
lembaga sosial di masyarakat i. Membuat jadwal perjanjian klinik j. Mengadakan kunjungan rumah 4. Peran kepala ruangan/bangsal Peran kepala ruangan/bangsal dalam metode primer adalah a. Menjadi konsultan dan pengendali mutu perawat primer b. Memberi orientasi dan merencanakan karyawan baru c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten d. Melakukan evaluasi kerja e. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf f. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi 5. Ketenagakrjaan dalam keperawatan primer Ketenagakerjaan dalam perawatan primer meliputi: a. Setiap perawat primer adalah perawat bed side b. Beban kasus adalah 4-6 orang pasien untuk satu perawat c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun perawat nonprofesional sebagai perawat asisten D. Manajemen Kasus Dalam model ini setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat berdinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Penugasan untuk kasus biasa menggunakan satu pasien-satu perawat. Hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawatan privat atau untuk perawatan khusus, seperti ruang isolasi dan intensive care. - Manajemen kasus secara umum mempunyai kelebihan dan kekuranagan sebagai berikut. a. Kelebihan : 1) Perawat lebih memahami kasus per kasus 2) System evaluasi dan manajerial menjadi lebih mudah -23-
KEPALA RUANGAN
STAF PERAWAT
STAF PERAWAT
STAF PERAWAT
PASIEN/KLIEN
PASIEN/KLIEN
PASIEN/KLIEN
3)
a. b. b. Ke2. Kurangan : 1) Perawat penggung jawab belum dapat teridentifikasi 2) Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama E. Modifikasi: Keperawatan Tim-Primer Model ini merupakan kombinasi dari dua system, yaitu keperawatan tim dan keperawatan primer. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), penetapan model ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut. 1. Metode keperawatn primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer memerlukan latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau yang setara 2. Metode keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim 3. Melalui kombinasi kedua model tersebut, diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada perawat primer. Di samping itu, karena saat ini sebagian besar perawat yang ada di RS adalah lulusan SPK, maka mereka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.
-24-
Contoh : Untuk model diperlukan 26 perawat, dengan 4 (empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi S1/D4 Keperawatan, disamping seorang kepla ruangan rawat yang juga dengan kualifikasi S1/D4 keperawatan. Selain itu diperlukan juga perawat associate (PA) 21 orang, dengan kualifikasi pendidikan perawat associate, yang terdiri atas lulusan D3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokkan tim pada setiap shift/jaga. Selain diagram diatas, untuk lebih mengetahui peran masing-masing komponen yang terdiri dari kepala ruangan, perawat primer, dan perawat associate, dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Kepala Ruangan (KARU) 1. Menerima
Perawat Primer (PP) pasien 1. Membuat
baru 2. Memimpin rapat 3. Mengevaluasi
perencanaan ASKEP 2. Mengadakan
Perawat Associate (PA) 1. Memberikan ASKEP 2. Mengikuti timbang terima 3. Melaksanakan tugas yang
didelegasikan tindakan kolaborasi 4. Mendokumentasikan kinerja perawat 3. Memimpin timbang 4. Membuat daftar tindakan keperawatan terima dinas 4. Mendelagasikan 5. Menyediakan tugas -25-
material 6. Melakukan perencanaan
5. Memimpin keperawatan dan 6. Mengevaluasi
pengawasan 7. Melakukan pengawasan pengarahan
ronde
pemberian ASKEP 7. Bertanggung jawab dan
terhadap pasien 8. Memberi petunjuk jika
pasien
pulang 9. Mengisi keperawatan
-26-
akan resume
-27-
2.3 Pembahasan A. Analisa peran, fungsi dan tugas perawat sesuai teori dan kenyataan dilapangan NO. ANALISA STRENGTH WEAKNES OPPORTUNITY 1 Man - Ketenagaan - Berdasarkan metode perhitungan ketenagakerjaan menurut - Adanya a. Ketenagaan Kepala Douglas sebagai berikut : peluang dalam Berdasarkan rumus Douglas, nilai perhitungan ketenagakerjaan Ruangan penerimaan menurut tingkat kebutuhan meliputi kebutuhan minimal berjumlah 2 orang Bidan baru Ketua Tim (minimal care), kebutuhan sebagian (parsial care) dan - Adanya berjumlah 4 orang Bidan pelaksana berjumlah
17
orang POS berjumlah 2 orang Administrasi berjumlah 1 orang
kebutuhan penuh (total care)
mahasiswa
Mala
0,17 0,14 0,07 0,34 0,28 0,14 0,51 0,42 0,21
m 0,20 0,40 0,60
0,27 0,15 0,10 0,54 0,30 0,20 0,81 0,45 0,30
0,36 0,72 1,08
0,30 0,60 0,90
Jumlah bidan yang tidak sesuai dengan jumlah pasien, hal ini
ketenagakerjaan yang tidak sesuai dengan pasien
shift pagi berjumlah 8 orang terdiri dari 1 Kepala Ruangan, 1 Wakil Kepala Ruangan, dan 6 bidan pelaksana tanpa adanya Ketua Tim yang bertugas pada shift tersebut sedangkan jumlah pasien Ruangan Aster sebanyak 48 orang terdiri dari 24 orang pasien Aster Bawah yang memiliki tingkat kebutuhan pasien -28-
dapat
ancaman
maupun
sebagai
berikut : - Pemberian
keperawatan yang
asuhan
melakukan
kebidanan
PBL
di
terhadap
Ruangan Aster
pasien yang tidak
dibuktikan pada tanggal 28 Februari 2018 sesuai jadwal dinas kepegawaian di Ruang Aster, terdapat jumlah bidan yang dinas
jumlah
menimbulkan
kebidanan
Klarifikasi Pasien Minimal Parsial Total Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore
THREATS Jumlah
-
optimal Peningkata n
beban
kerja menjadi penyebab
yakni tingkat kebutuhan sebagian (parsial care) dan 24 orang
utama
pasien Aster Atas yang memiliki tingkat kebutuhan pasien
stress
yakni tingkat kebutuhan mandiri/minimal (minimal care),
(stersor)
sehingga
bagi bidan
dapat
dihitung
jumlah
ketenagekerjaan
yang
dibutuhkan :
yang
Nilai ketentuan x jumlah pasien = jumlah ketenagakerjaan yang
bertugas Peningkata
-
dibutuhkan 0,17 x 24 (Aster Atas) = 4 orang 0,27 x 24 (Aster Bawah) = 6 orang Pada kondisi di lapangan, bidan pelaksana yang bertugas di Aster Bawah hanya ada 4 orang dan Aster Atas hanya 2 orang
n
beban
kerja mempengar uhi kondisi psikologis dari bidan yang bertugas, sehingga menimbulk an
sikap
ketidakram ahan terhadap pasien -29-
-
Tingkat kelalaian meningkat akibat kualitas kinerja yang
b.
Latar Tingkat
Pendidikan
Belakang
Ketenagakerjaan
di
Pendidikan
Ruang Aster sebagai
- Latar belakang pendidikan di Ruang Aster sebagian besar adalah tingkat
diploma
3
(D3),
sehingga
timbulnya
-
tuntutan
perkembangan keilmuan lebih tinggi
berikut : - Pendidikan D4 Kebidanan berjumlah -
8
orang Pendidikan
-
nya
untuk
tuntutan
melanjutkan
masyarakat
pendidikan ke
terhadap
jenjang yang
kualitas
lebih tinggi Adanya
pelayanan
membuat
orang Pendidikan
secara
tidak
langsung
(selain
terjadinya
Kebidanan) -30-
menurun Meningkat
kesempatan
yang
berjumlah 14
D3
-
kesempatan
D3 Kebidanan
-
Adanya
yang diterima
berjumlah -
1
transfer ilmu,
orang Pendidikan
yakni
saat kegiatan
SLTA berjumlah
pada
pre confrence 2
&
orang
post
confrence, pengarahan kepala ruangan, adanya ronde kebidanan yang dilakukan setiap
akhir
bulan.
Dari
kegiatan tersebut, kepala ruangan yang memiliki latar pendidikan (D4) -31-
memberikan pengarahan terkait pemecahan langsung masalah yang diahadapi pasien
serta
ronde kebidanan yang memberi kesempatan transfer ilmu secara terbuka terkait perkembanga n
ilmu,
kesulitan yang dihadapi bidan,
dan
pemecahan masalah -32-
c.
Pendidikan
dan Pelatihan
-
Adanya
- Sumber informasi yang kurang tentang pelatihan dan seminar yang
motivasi dari
diselenggarakan oleh pihak diluar RSUD Kab. Tangerang
-
terkait pasien Adanya
-
Tidak ikut
mahasiswa
serta dalam
kepala
kebidanan dan
perkemban
ruangan yaitu
keperawatan
gan
kesempatan
yang
pengetahua
yang
melakukan
n
diberikan
PBL di Ruang
keterampila
untuk
Aster menjadi
n
mengembangk
sumber
mempengar
an diri bagi
informasi
uhi
anggotanya
yang
pelayanan
berupa
diharapkan
yang
mengikuti
dapat
diberikan
pelatihan yang
memberikan
terhadap
diadakan
informasi
pasien
lingkungan
terbaru terkait
tidak
RSUD
adanya
efektif dan
Tangerang
pelatihan
efisien
atau di luar
ataupun
RSUD
Kab.
seminar yang
Tangerang dan
diselenggarak
di Kab.
-33-
dan
-
melanjutkan
an oleh luar
pendidikan ke
RSUD
jenjang
Tangerang
yang
Kab.
lebih tinggi Setiap anggota diwajibkan oleh
kepala
ruangan untuk mengikuti pelatihan sebanyak
3
kali dalam 5 d.Karakteristik Pasien
-
tahun Karakteristik
-
Kondisi pasien bersifat unik, begitu pula dengan tingkat
-
Adanya
-
Perawatan
pasien
di
kebutuhan setiap pasien yang tentu berbeda, sehingga
mahasiswa
dan
ruang
Aster
memerlukan perawatan dan pengawasan yang cukup. Namun,
kebidanan
pengawasa
memiliki
hal ini tidak didukung dengan jumlah ketenagakerjaan yang
maupun
n
tingkat
tidak sesuai dengan rasio pasien di Ruang Aster
keperawata
kurang
kebutuhan
n
terhdap
yang berbeda
melakukan
kondisi
yakni tingkat
PBL
setiap
kebutuhan
Ruangan -34-
yang di
pasien
yang
minimal/mand
Aster
memiliki
iri (sminimal
diharapkan
resiko
care)
dapat
terjadinya
kebutuhan
memberika
perubahan
sebagian
n
kondisi
(partial care)
kebidanan
buruk pada
maupun
pasien Kebutuhan
hingga
asuhan
keperawata n
serta
membantu memberika pengawasa yang
di
menimbulk an
risiko
pasien terhadap
bawah bimbingan
kewajiban petugas
dan pengawasa
-35-
diperhatika
tuntutan
terhadap
n
tidak
terjadinya
cukup pasien
pasien yang
n
n n
-
dari
ruang Aster
bidan e. Kedisiplinan
-
Adanya jadwal
dinas
kepegawaian yang ada di Ruang serta
-
- Ketidakdisiplinan pegawai untuk datang tepat waktu - Masih terdapat beberapa keluarga pasien yang tidak patuh terhadap peraturan dalam hal ini melebihi batas waktu berkunjung dan jumlah pengunjung yang diperbolehkan besuk
Aster rincian
di
ruang Aster - Adanya
- Ketidakdisiplin
peringatan
an
secara
lisan
peraturan
yang berikan
terutama
oleh
jadwal
kepala
terhadap
dinas
ruangan
akan
tugas masing
kepada
mempengaruh
–
pegawai yang
i
masing
anggota Adanya
tidak disiplin - Adanya
jadwal besuk
petugas
bagi
keamanan
pengunjung
yang
pasien
mengecek
asuhan kebidanan maupun
selalu
ruangan aster
keperawatan kepada pasien tidak optimal - Adanya
dan
pengunjung
menertibkan
yang
keluarga
mentaati
pasien
yang
menjenguk -36-
pemberian
tidak
peraturan menimbulkan
pasien
lingkungan
melebihi batas
yang
tidak
waktu besuk
nyaman
bagi
pasien
dan
dapat menyita waktu istirahat pasien - Adanya pengunjung yang
tidak
mentaati peraturan dalam hal ini keluarga pasien
yang
menginap kamar
di inap
pasien dengan membawa perlengkapan yang berlebihan -37-
akan mengganggu petugas
saat
memberikan asuhan kebidanan maupun g. Kinerja
-
Hampir sebagian besar
- Masih terdapat beberapa bidan yang kurang ramah terhadap pasien - Masih terdapat beberapa bidan yang kurang cepat dalam
- Adanya
keperawatan - Kinerja
supervisi
bidan yang
atau
kurang
ruangan Aster
penilaian
optimal
memiliki
secara
mempengar
langsung
uhi
cepat, tanggap
dan
rendahnya
dan teliti saat
berkelanjut
penilaian
memberikan
an
terhadap
asuhan
dilakukan
manajemen
kebidanan
oleh kepala
ruangan
serta memiliki
ruangan
Aster
sikap
terhadap
melakukan tindakan kepada pasien
bidan
kinerja
ramah
yang
yang &
kinerja -38-
yang
sopan saantun
anggotanya - Adanya
terhadap
laporan
pasien
bulanan Ketua Tim terhadap kinerja bidan pelaksana yang dilaporkan kepada kepala 2.
Material
-
a.Ruang Rawat
Ruang
Aster
merupakan a.
- Terdapat fasilitas yang telah rusak bahkan tidak ada di beberapa kamar pasien seperti kipas angin, tirai, jam dinding - Tidak terdapat kamar khusus untuk pasien dengan penyakit
ruangan - Adanya
-
Manajemen
petugas
Rumah
instalasi
Sakit yang
khusus
kurang
kelas 3 khusus
yang
tanggap
untuk
ibu
melakukan
dalam
hamil dengan
pemeriksaa
melakukan
komplikasi
n,
perbaikan
ruangan
menular - Masih terdapat beberapa restraint tempat tidur yang rusak
perwatan
-39-
-
kehamilan,
pemelihara
dan
wanita dengan
n
pengadaan
masalah
pembuatan
barang
ginekologi
laporan
menyebabk
serta ibu post
tentang
an
partum/
kehilangan,
ketidaknya
setelah
kerusakan
manan
melahirkan Ruangan Aster
alat-alat
pasien
serta
selama
membuat
menerima
usulan
perawatan
terdiri
dari
Aster Atas dan Aster Bawah, masing
perbaikan
–
dan
masing terdiri
permohona
dari 6 kamar dan
n
tiap
dibutuhkan
tempat tidur Fasilitas yang terdapat
barang
yang
kamar berisi 4 -
dan
setiap bulan
di
secara
kamar
berkala - Kepala
perawatan -40-
terdiri kipas
dari
ruangan
angin,
Aster yang
tirai,jam
melakukan
dinding,
-
1
kamar mandi
n
dan
rutin
meja
pasien Terdapat
fasilitas, di
sarana dan
kamar pasien Terdapat
pra sarana di ruangan
tempat sampah b.Ruang Perawat
-
medis Ruang
secara
terhadap
handscrub -
pemeriksaa
Aster\
non Aster
-
Tidak adanya
- Adanya
-
Tidak
khusus untuk
pemanfaata
efektifnya
pegawai
n
dalam
terdiri
dari
Ruangan
ruangan
secara
melakukan
optimal
persiapan
untuk Kepala
dalam
Ruangan,
melakukan
ruangan untuk
tindakan
bidan, kamar
keperawatan -41-
ganti, ruangan -
dokter Terdapat lemari
obat,
alat medis dan box -
obat
emergency Adanya midwife
-
station Terdapat
2
ruangan masingmasing berfungsi untuk menyimpan alat-alat linen (sarung bantal, sprei), tempat mencuci
alat
dan -42-
menyimpan -
wakom Adanya tempat sampah medis
3.
Metode a.Penugasan Kerja
-
dan non medis Metode yang
- Pelaksanaan penugasan metode tim belum dilakukan secara
digunakan di
optimal, hal dibuktikan masih terdapat beberapa tugas Ketua Tim
ian
yang
tugas
yang
ruang
secara teori yang belum dilaksanakan salah satunya yaitu
telah dibuat
tidak
sesuai
mengorientasikan pasien baru pada lingkungan (Ruang Aster)
membantu
dengan
dalam
fungsi
terdiri dari 1
pembagian
manajemen
orang sebagai
tugas
mempengaru
kepala
fungsi tiap
hi
anggota
pelaksanaan
orang sebagai
dalam
fungsi
Ketua
melaksanak
manajemen
an
secara
pelaksana
manajemen
optimal
berjumlah 17
kebidanan
orang
di
Aster
adalah metode Tim,
yang
ruangan,
dan
4 Tim, bidan
- Pengorganisas -
dan
Ruang
Aster - Adanya -43-
Pembagian
standar tugas
dan
fungsi yang harus dilakukan tiap anggota di Ruang b.Protap
-
Adanya protap
(Standar
atau
standar
Operasional)
operasional
- Protap atau standar oprasional di ruuang Aster hanya dikhususkan
Aster - Adanya
-
Tindakan yang
untuk tindakan pengobatan atau tindakan khusus yang perlu
kebijakan
tidak
penanganan yang tepat
dari RSUD
dengan
khusus
Kab.
protap
berkaitan
Tangerang
standar
dengan
mengenai
operasional
tindakan
protap atau
beresiko
pengobatan
standar
terjadinya
yang
oprasional
malpraktik
diberikan pada
tindakan
pasien
yang harus
di
Ruang Aster
dilakukan oleh -44-
sesuai atau
petugas kesehatan dan
non
kesehatan di
RSUD
Kab. Tangerang c.Pendokumenta sian
-
Pendokument
- Pendokumentasian (dashboard) di Ruang Aster pada Bulan April
asian
belum dicatat hingga tuntas - Penulisan (P) planning pada catatan perkembangan pasien (SOAP)
yang
- Adanya
-
Pendokumenta
kebijakan
sian
yang
dari RSUD
tidak
jelas
Kab.
menyebabkan
Tangerang
terjadinya
mengenai
kesalahan
catatan
format
dalam
perkembangan
pendokume
melakukan
pasien
ntasian
tindakan
(SOAP),
yang harus
selanjutnya
jumlah pasien
dilakukan
telah dilakukan Ruangan Aster meliputi;
masih ditulis dengan kata kerja. Berdasarkan teori dokumentasi, planning (P) pada catatan perkembangan ditulis dengan kata perintah
berdasarkan tingkat keparahan, -45-
penyakit menular, tindakan -
bersalin, dsb Pendokument asian
catatan
perkembangan (SOAP) pasien
di
ruangan Aster sesuai dengan perubahan 4.
Machine
-
a.Peralatan
kondisi pasien Adanya alat TPRS
yang
belum lengkap dan -
kurang
memadai Adanya
- Masih terdapat peralatan yang tidak menjalani perawatan secara rutin - Masih terdapat beberapa peralatan yang ada di Ruang Aster dalam kondisi rusak seperti pijakan kaki pada rostour yang tidak lengkap,dsb
fasilitas lemari es
untuk
penyimpanan obat -46-
- Bidan
-
Peralatan yang
ruangan
tidak
yang
memadai
sangat
akan
kreatif
mengancam
dalam
keselamatan
memanfaat
pasien selama
kan
dilakukan
peralatan
perawatan di
-
Terdapat
yang ada di
tabung
ruangan
oksigen yang
Aster
Ruang Aster
dapat membantu dalam memberikan askep
5.
Money a. Sumber
secara
-
kolaboratif Adanya
-
buah rostour Adanya infus
-
set Di Aster
3
Ruang
- Tidak adanya dana atau biaya khusus yang diberikan pihak RSUD
-
Usaha khusus -
Pelayanan
bidan
Kab. Tangerang dalam memenuhi kebutuhan maupun perlengkapan
yang dibuat
yang
di Ruang Aster
oleh bidan
diberikan
dana
dari
membuka
APBD
dan
usaha khusus
Ruang
kepada
yang
Aster
pasien
diharapkan
memberika
APBN
-
penghasilan
n
dari
penghasila
usaha
tersebut dapat
n
menjadi biaya
kebutuhan -47-
bagi
tidak
optimal Pelayanan yang diberikan kepada
tak terduga
di Ruangan
pasien
Aster -
menurun Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang diterima
B. Kendala yang ditemukan selama di ruangan dan Pemecahan masalah yang ditemukan di ruangan NO Kendala yang ditemukan selama di ruangan
Pemecahan masalah yang ditemukan
1.
diruangan Mahasiswa/I yang sedang Praktik Belajar
Peralatan yang kurang lengkap pada saat tindakan seperti baki/ nampan
Lapangan (PBL) di ruang Aster berinisiatif untuk menyediakan nampan atau baki yang diharapkan
dapat dimanfaatkan secara
optimal oleh petugas saat memberikan 2.
asuhan kebidanan Kurangnya pengetahuan pasien mengenai Pre Eklampsia sebagai komplikasi yang Mahasiswa/ I yang sedang Praktik Belajar dapat terjadi pada masa kehamilan
Lapangan (PBL) di ruang Aster berinisiatif
-48-
untuk memberikan promosi kesehatan pada pasien di Ruang Aster mengenai Pre Eklampsia. Hal ini, sebagai salah satu upaya mahasiswa/I
untuk
meningkatkan
pengetahuan pada pasien, karena hampir sebagian besar pasien yang di rawat di 3.
Ruang Aster mengalami pre eklampsia Ketidakseimbangan antara jumlah bidan dan jumlah pasien yang mempengaruhi Adanya mahasiswa/I dapat membantu bidan peningkatan beban kerja bidan dalam memberikan asuhan kebidanan terhadap pasien di ruang Aster dalam memberikan asuhan keperawatan secara optimal pada pasien ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN DIAGNOSA POST SECTIO CAESAREA DI KAMAR 6 PAV. ASTER RSU KABUPATEN TANGERANG
No. Reg
: 00178532
Tanggal Masuk RS
:
Nama Pengkaji
: Kelompok 1
Nomor Induk Mahasiswa
: - Amelia Nurul Hakim -
Arti Aryaningtyas Ayu Tiara Cinthya Devy Elisa Citra Ayuning Dewi Eka Nurwati
(P27904115002) (P27904115006) (P27904115008) (P27904115009) (P27904115010) (P27904115014) -49-
-
Elisa Apriyani Holau Hatina Iin Suharni Nadhilla Fitri
(P27904114013) (P27904115021) (P27904115022) (P27904115027)
Hari/Tanggal Pengkajian
:
Waktu Pengkajian
: 10.00 WIB
Tempat Pengkajian
: Pav. Aster RSU Kabupaten Tangerang
I.
PENGKAJIAN I.
Identitas Klien
Biodata Nama Umur Suku bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Gol.Darah No.Medrec Diagnosa medis Alamat Status pernikahan II.
Istri Ny.S 25 Tahun Indonesia Islam SMK IRT B 00178532 Post SC Panongan tangerang Menikah
Suami Tn.F 25 Tahun Indonesia Islam SMK Karyawan Swasta O Panongan Tangerang Menikah
Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama saat pengkajian Post SC hari ke 3, klien mengeluh perutnya mules dan nyeri pada luka operasi, produksi ASI belum lancar 2. Riwayat Operasi Klien mengatakan tidak pernah dilakukan tindakan operasi sebelumnya. -50-
III.
Riwayat Obstetrik Paritas
: P1 A0
HPHT
: 05 Februari 2018
TP
: 23 Maret 2018
Siklus Haid Pergerakan Janin Pertama
: 28 – 30 hari : Gerakan pertama kali dirasakan pada kehamilan 16 minggu. : Ada : Tidak ada : Tidak Ada
Pergerakan Yang Dirasakan Terakhir Tanda-tanda Bahaya/ Penyulit Obat Yang Dikonsumsi (Jamu) IV. V.
Riwayat Kehamilan - Persalinan masa lalu : hamil ini Riwayat Kesehatan / Penyakit Dahulu : 1. Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien dan keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, menderita penyakit keturunan serta penyakit yang memerlukan perawatan khusus. 2. Riwayat KB terakhir Jenis Kontrasepsi : Lamanya : Akan dilepas : -
VI.
Riwayat Sosial-Ekonomi a. Status perkawinan b. Umur istri saat menikah c. Umur suami saat menikah d. Untuk istri pernikahan yang
: Menikah : 24 Tahun, Menikah sudah 1 Tahun : 24 Tahun, Menikah sudah 1 Tahun : Ke-satu (1) -51-
e. Untuk suami pernikahan yang VII.
: Ke-satu (1)
Pola Aktivitas sehari-hari 1. Pola Nutrisi 1.1 Makan a. Frekuensi : 2-3 X/ Sehari b. Jenis : Padat c. Porsi : 1 Porsi d. Keluhan : e. Makanan yang di pantang : 1.2 Minum a. Jenis : Air mineral b. Jumlah : 1 liter/hari atau 7-8x sehari 8 gelas
2. Pola Eliminasi 2.1 BAB a. Frekuensi b. Warna c. Konsistensi 2.2 BAK a. Frekuensi b. Warna c. Bau 3. Pola Istirahat/ Tidur a. Tidur siang b. Tidur malam c. Keluhan tidur
: 1x sehari : Kuning kecoklatan : Padat lembek : 7x sehari : Kuning jernih : Khas urin : 1-2 jam sehari : 5-6 jam sehari : Tidak ada -52-
4. Personal Hygiene a. Mandi b. Ganti pakaian dalam c. Jenis pakaian d. Perawatan gigi
: 2x sehari : 2x sehari : Longgar/ Dress sehari-hari : Sikat gigi 2x sehari
5. Pola Aktivitas Ibu mengatakan aktivitas sehari-hari yaitu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti, memasak, menyapu, mencuci, dan mengurus suaminya. VIII.
Pemeriksaan Fisik 1. Kesadaran : Compos Mentis 2.
Tanda-tanda Vital TD : 120/80 MmHg N : 85X/Menit RR : 20X/Menit S : 36,5 0C
3. Head to Toe a. Kepala ( Rambut, Mata, Telinga, Hidung,Mulut ) Rambut Ny.S Bersih, Tidak ada lesi , tidak ada nyeri tekan , fungsi penglihatan baik , konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik, reaksi pupil mengecil, tidak ada serumen , fungsi pendengaran baik, warna bibir pirik, penciuman baik. b.
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis. -53-
c.
Dada Pergerakan dada normal , bunyi nafas vesikuler, irama jantung teratur, payudara simetris.
d.
Abdomen Luka bekas operasi ada, TFU 2jari di bawah pusat ,kandung kemih kosong, bising usus 15X/Menit.
e. Ekstermitas Atas Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada kelainan. f.
Ekstermitas Bawah Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak varises.
g. Genetalia Vulva tidak oedema, darah sedikit keluar. IX.
X.
Data Psikologis a. Status Emosi Emosi klien tampak stabil, ditandai dengan klien selalu tenang. b. Pola Komunikasi Komunikasi klien dengan keluarga dan lingkungan sekitar sangat baik. c. Konsep Diri - Gambaran diri : Klien tampak senang setelah kelahiran anaknya. - Peran diri : Klien tetap mempertahankan peran dirinya sebagai istri dan Ibu rumah tangga. - Harga diri : Harga diri klien baik dan tetap mempertahankannya. Data Sosial Klien mengatakan memiliki sosila yang baik, , klien ramah dan pandai bersosialisai
XI.
Data Spiritual Klien selalu berdoa dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. -54-
XII.
Data Penunjang Nama : Ny.S Umur : 25 Tahun Test Hematologi
Result
Reference
Unit
Masa Perdarahan
2
1-3
Menit
Masa Pembekuan
12
8-18
Menit
Faal Hemostatis
XIII.
Data Therapy
-55-
II.
ANALISA DATA NO 1
DATA
INTEPRETASI DATA
DS : Klien mengatakan air susu belum
Riwayat tidak memiliki
Ketidakefektifan
pengalaman menyusui
pemberian ASI
keluar DO :
MASALAH
↓
-
Payudara klien tampak bengkak,
-
ASI sedikit Puting susu menonjol
Kesulitan memberi ASI dan ASI yang keluar belum banyak ↓ Produksi tidak mencukupi ↓ Ketidakefektifan dalam pemberian ASI
2
DS : Klien mengatakan nyeri pada luka operasi dan mengeluh perutnya mules
Sectio Caesarea ↓ Luka post operasi -56-
Nyeri
dalam
DO : -
↓ Skala nyeri 4 (0-10) TFU 3 Jari dibawah pusat, kontraksi baik TTV TD : 120/80 mmHg N : 85x/mnt R : 20x/mnt S : 36,5oC
Jaringan terputus ↓ Merangsang area sensorik ↓ Gangguan rasa nyaman ↓ Nyeri
III.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan dalam pemberian ASI berhubungan dengan kurang pengetahuan ibu 2. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan) sectio caesarea
IV.
INTERVENSI KEPERAWATAN -57-
NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN 1
Ketidakefektifan dalam Setelah pemberian
ASI
dilakukan 1.
dan tindakan
Berikan
informasi
1. Agar pengetahuan mengenai menyusui dan perawatan payudara bertambah 2. Agar pengeluaran ASI bisa adekuat 3. Agar bisa memotivasi ibu supaya ASI
keperawatan
mengenai
keuntungan
prematuritas,
selama 1 X 24 Jam
menyusui,
perawatan
pengalaman sebelumnya
diharapkan
2.
payudara Demonstrasikan
3.
breastcare Berikan dukungan dan
ASI
dapat
keluar
dengan
cukup
banyak
dapat
teratasi
dengan
baik,
dengan
semangat pada ibu untuk
kriteria hasil : -
yang diproduksi lancar (banyak)
melaksanakan pemberian
Klien
puas
ASI
dengan kebutuhan -
menyusui Klien mampu mendemonstrasik
2
an perawatan bayi Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama 2 X 24 jam diharapkan berukurang,
rasa
1. Kaji ulang skala nyeri 2. Kaji ulang TTV 3. Ajarkan klien
nyeri
teknik
relaksasi/distraksi
dengan
pengalihan rasa nyeri -58-
1. Mengidentifikasi
kebutuhan
dan
intervensi yang tepat 2. Perubahan TTV dapat menjadi indikasi skala nyeri 3. Untuk mengalihkan perhatian klien dari
kriteria hasil :
4. Anjurkan
-
Skala nyeri 3 (0-
mobilisasi
10) Klien mengatakan
perlahan
-
nyeri berkurang Tidak terasa nyeri
-
saat mobilisasi TTV dalam batas
klien
untuk
rasa nyeri yang dirasakan
secara
normal
V.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN NO TANGGAL/JAM
DX
IMPLEMENTASI
-59-
PARAF
1
28 Maret 2018
1
17.00 WIB
1. Berikan informasi mengenai keuntungan menyusui, perawatan payudara Kelompok I Hasil : Ibu mengerti dan memahami keuntungan menyusui dan perawatan payudara 2. Melakukan breastcare dan membimbing ibu untuk melakukan secara mandiri Hasil : Klien diajarkan cara breastcare didampingi 3. Memberikan dukungan dan semangat pada ibu untuk melaksanakan
2
28 Maret 2018 19.00 WIB
2
1. 2.
3. 4.
pemberian ASI Hasil : Klien dapat memberikan ASI Mengkaji ulang skala nyeri Hasil : Skala nyeri 4 (0-10) Mengkaji ulang TTV Hasil : TD : 110/70 mmHg N : 82x/mnt R : 22x/mnt S : 36,6oC Mengajarkan teknik relaksasi/ distraksi pengalihan rasa nyeri Hasil : klien mampu melakukan tekni relaksasi menganjurkan klien untuk mobilisasi secara perlahan hasil : klien mampu melakukan mobilisasi /pergerakan
-60-
Kelompok I
VI.
EVALUASI KEPERAWATAN NO
TANGGAL/JAM
DX
1
28 Maret 2018
1
CATATAN PERKEMBANGAN
PARAF
S : Klien mengatakan sudah menyusui bayinya setiap 2 jam dan Kelompok I
19.00 WIB
payudara tidak bengkak O: -
Klien tampak senang Klien sudah dapat menyusui atau memberikan ASI pada bayi
A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan 2
28 Maret 2018
2
S : klien mengatakan rasa heri sudah mulai berkurang, mules yang Kelompok I
20.00 WIB
dirasakan sudah sedikit berkurang O: -
Skala nyeri 3(0-10)
-
Klien dapat melakukan teknik relaksasi/distraksi -61-
A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi di lanjutkan
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Model praktik keperawatan adalah suatu sistem(struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawatan professional mengatur pemberian asuhan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart &Woods, 1996) Tujuan Model Praktik Keperawatan : 1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan 2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan. 3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan. 4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan. 5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan 1. Pilar I : Pendekatan Manajemen (manajemen approach) 2. Pilar II: Sistem Penghargaan (Compensatory Reward) 3. Pilar III: Hubungan Profesional 4. Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan -62-
Secara garis besar, konsep keperawatan tim ini terdiri atas beberapa poin yang harus dilaksanakan, yaitu: KETUA TIM STAF PERAWAT PASIEN/KLIEN
1. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan 2. Komunikasi yang efektif sangat penting, agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin \ 3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim Peran kepala ruangan dalam metode tim ini sangat penting. Artinya, metode tim ini akan berhasil dengan baik hanya bila didukung oleh kepala ruangan.
B. SARAN 1. Saran untuk akademis : a. diharapkan pihak akademik kedepannya dapat memperbaiki format logbook sesuai dengan teori yang didapat mahasiswa agar mahasiswa dapat mengerti target yang harus dicapai b. diharapkan pihak akademik sebelumnya melakukan koordinasi dengan pihak rumah sakit yang akan ditempatkan mahasiswa agar tidak terjadi miss komunikasi diantara pihak akademis dan instansi rumah sakit dalam mengarahkan mahasiswa ketika melakukan praktek klinik 2. Saran untuk pihak rumah sakit a. diharapkan untuk pihak rumah sakit agar lebih memberi kebebasan untuk melakukan praktek tentang manajemen keperawatan b. diharapkan dalam praktek manajemen keperawatan untuk pihak rumah sakit agar lebih mengarahkan mahasiswa tentang bagaimana cara manajemen keperawatan yang benar dengan melibatkan mahasiswa ketika melakukan manajemen keperawatan.
-63-