BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Proses bencana alam seringkali tidak terduga. Bencana alam memakan jiwa yang jumlahnya tidak sedikit, sehingga banyak yang tidak siap dan tanggap dalam memperkirakan bencana alam yang dating tiba-tiba. Aspek psikologi erat kaitannya dengan dengan proses kehilangan. Mengingat dampak psikologis bencana sangat besar dalam arti jumlah mereka yang mengalami dampak besar namun jumlah profesional kesehatan mental terbatas. Belum lagi proses penanganan aspek psikologis bencana tidak singkat melainkan merupakan proses yang relative panjang. Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga bencana dapat dilakukan oleh profesi keperawatan. Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki seorang perawat bisa melakukan pertolongan siaga bencana dalam berbagai bentuk. Aspek psikologis erat kaitannya dengan proses kehilangan, tidak hanya fisk, kehilangan barang, kehilangan orang yang dikasihi tetapi juga sosial, kehilangan aktivitas, kehilangan ikatan kekeluargaan dan lain sebagainnya. Mengingat dampak psikolgis bencana sangat besar dalam arti jumlah mereka ynag mengalami dampak besar namun jumlah profesional kesehatan mental terbatas. Belum lagi proses penanganan aspek psikologis bencana tidak singkat melainkan merupakan proses yang relatif panjang. Sehingga erlu dirancang sebuah strategi penanganan bencana untuk mengatasi masalah psikologis yang berkelanjutan dengan menggunakan suatu sistem teknologi modern.
1
B. Rumusan masalah Apa Definisi dari bencana ? Apa saja jenis-jenis bencana ? Apa saja fase dalam menghadapi bencana ? Apa paradigma dalam menggulangi bencana ? Peran mahasiswa dalam menghadapi bencana ? Apa saja kegiatan siaga untuk mahasiswa keperawatan ? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran penting mahasiswa dalam proses keperawatan jiwa dalam situasi tanggap bencana 2. Untuk mengetahui bentuk peran dan kegiatan yang bisa dilakukan oleh mahasiswa dalam proses keperawatan jiwa dalam situasi tanggap bencana.
2
BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI Bencana diartikan sebagai peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Perawat sebagai profesi yang bersifat luwes dan mencakup segala kondisi, diharapkan tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit saja melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana”.(Putra et al., 2014) Bencana alam adalah suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”.(Arif Munandar, 2018) B. JENIS BENCANA
Bencana Alam (Natural Disaster) Kejadia-kejadian alamai seperti gempa bumi, gunung Meletus, dan lain-lain.
Bencana Ulah Manusia (Man-Made Disaster) Kejadia-kejadian akibat perbuatan manusia seperti, kebaran, ledakan, sabotase, dan lain-lain.
Bencana Lokal Bencana ini memberi dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan, misalnya kebakaran, ledakan, kebocoran kimia, dan lainnya.
Bencana Regional Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang cukup luas dan biasanya disebabkan oleh factor alam.
3
C. FASE BENCANA
Fase Pre Impact merupakan tahap awal dari bencana. Seharusnya pada fase inilah segala sesuatunya dipersiapkan oleh Lembaga atau pemerintah.
Fase Impact merupakan klimaks bencana. Fase ini terus berlanjut sampai kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
Fase Post Impact merupakan saat dimulainya fase perbaikan dan penyembuhan dari fase darurat. Secara umum pada fae ini para korban akan mengalami thap respon fisiologi mulai dari : o Penolakan (denial) o Marah (angry) o Tawar menawar (bargaining) o Depresi (depression) o Penerimaan (acceptance)
D. KERENTANAN BENCANA Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari potensi bencana untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya tertentu”.(Kepera et al., 2018) Kerentanan terbagi atas :
Kerentanan Fisik, kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi ancaman bahaya tertentu .
Kerentanan Ekonomi, kemampuan ekonomi induvidu atau msyarakat dalam mengalokasikan sumber daya untuk pencegahan serta penanggulangan bencana.
Kerentanan Sosial, kondisi social masyarakat dilihat dari aspek penddikan, pengetahuan.
Kerentanan Lingkungan, keadaan masyarakat sekitar tinggal.
4
E. PARADIGMA PENANGGULANGAN BENCANA Konsep penanggulangan bencana telah mengalami pergeseran paradigma dari konfensional yakni anggapan bahwa bencana merupakan kejadian yang tak terelakan dan korban harus segera mendapatkan pertolongan ke pradigma pendekatan holistic yakni menampakkan bencana dalam manajerial yang dikenali dari bahaya, kerentanan serta kemampuan masyarakat. Pada konsep ini dipersepsikan bahwa bencana merupakan kejadian yang tak dapat dihindari, namun resiko atau akibat kejadian bencana dapat diminimalisasi dengan mengurangi kerentanan masyarakat yang ada dilokasi rawan bencana serta meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pencegahan dan penanganan bencana. F. PENGURANGAN RESIKO BENCANA 1. Pra Bencana Pada tahap ini dilakukan kegiatan perencanaan penanggulangan bencana, pengurangan
resiko
bencana,
pencegahan,
pemaduan
dalam
perencanaan
pembangunan, persyaratan analisis resiko bencana, penegakkan rencana tata ruang, Pendidikan dan pelatihan serta penentuan persyaratan standar teknis penanggulangan bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana) 2. Tanggap Darurat Tahapan ini mencakup pengkajian terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya, penentuan status keadaan darurat, penyelamatan dan evakuasi korban,pemenuhan kebutuhan dasar, pelayanan psikososial dan kesehatan. 3. Paska Bencana Tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitas (pemukihan daerah bencana, prasarana dan sarana umum, bantuan perbaikan rumah, social, psikologis, pelayanan kesehatan, keamanan dan ketertiban) dan rekrontruksi (pembangunan, pembangkitan dan peningakatan sarana prasarana termasuk fungsi pelayanan kesehatan). G. PERAN MAHASISWA KEPERAWATAN DALAM TANGGAP BENCANA Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan kesehatan saja. Tetapi pelayanan keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana.
5
H. JENIS KEGIATAN SIAGA BENCANA MAHASISWA KEPERAWATAN 1. Pengobatan dan Pemulihan Kesehatan Fisik Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan korban dan kerusakan, yang mungkin akan menyebabkan isolasi tempat. Hal yang paling urgen dibutuhkan oleh korban saat itu adalah pengobatan dari tenaga medis. Mahasiswa keperawatan bias berkolaborasi dengan tenaga perawat atau tenaga kesehatan professional lainnya atau melakukan pengobatan mandiri lainnya secara cepat dan menyeluruh. 2. Pemberian Bantuan Hal yang difokuskan dalam kegiatan ini adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang dibutuhkan korban saat itu, sehingga tidak akan adalagi para korban yang tidak dapat bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk atau tidak tepat sasaran. 3. Pemulihan Kesehatan Mental Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma psikologis akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat. Hal yang dibutuhkan dalam penanganan situasi ini pemulihan kesehatan mental.
Pada orang dewasa, pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala keluhan-keluhan yang dihadapinya, kemudian diberikan sebuah solusi dan diberi semangat hidup.
Pada anak-anak, cara yang efektif adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali hal ini mengingat sifat lahiriah anak-anak yang berada pada masa bermain. Sehingga kepercayaan diri mereka akan kembali seperti sedia kala.
4. Pemberdayaan Masyarakat Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca bencana biasanya akan terkatung-katung tidak jelas akibat memburuknya keadaan pasca bencana, akibat kehilangan harta benda yang mereka miliki. Sehingga banyak diantara mereka yang patah arah dalam menentukan hidup selanjutnya.
6
I. PERAN
PERAWAT
DAN
AKTIVITAS
PSIKOSOSIAL
DALAM
MENANGGULANGI DAMPAK BERDASARKAN TAHAP BENCANA 1. Tahap Tanggap Darurat : Pasca Dampak Langsung
Menyediakan pelayanan intervensi krisis untuk pekerja bantuan, misalnya defusing dan debriefing untuk mencegah secondary trauma
Memberikan pertolongan emosional pertama (emotional first aid), misalnya berbagai macam Teknik relaksasi dan terapi praktis
Berusaha untuk menyatukan kembali keluarga dan masyarakat
Menghidupkan kembali aktivitas rutin bagi anak.
Menyediakan informasi, kenyamanan dan bantuan praktis.
2. Tahap Pemulihan : Bulan Pertama
Lanjutkan tahap tanggap darurat
Mendidik professional local, relawan, dan masyarakat sehubungan dengan efek trauma
Melatih konselor bencana tambahan
Memberikan bantuan praktis jangka pendek dan dukungan kepada penyintas.
Menghidupkan kembali aktivitas social dan ritual masyarakat
3. Tahap Pemulihan Akhir : Bulan Kedua
Lanjutkan tugas tanggap bencana
Memberikan Pendidikan dan pelatiahn masyarakat tentang reseliensi atau ketangguhan.
Mengembangkan jangkauan layanan untuk mengidentifikasi mereka yang masih membutuhkan pertolongan psikologis.
Menyediakan “debiefring” dan layanan lainnya untuk penyintas bencana yang membutuhkan.
Mengembangkan layanan berbasis sekolah dan layanan komunitas lainnya berbasis Lembaga.
7
4. Fase Rekontruksi
Melanjutkan memberikan layanan psikologis dan pembekalan bagi pekerja kemanusiaan dan penyintas bencana
Melanjutkan progam reseliensi untuk antisipasi datangnya bencana lagi
Pertahankan “hot line” atau cara lain dimana penyintas bisa menghubungi konselor jika mereka membutuhkannya.
Memberikan pelatihan bagi professional dan relawan local tentang pendampingan psikososial agar mereka mampu mandiri.
J. RISET KEPERAWATAN JIWA TERKAIT PENCEGAHAN SITUASI PASCA BENCANA Dalam Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016) dengan judul “PENGARUH PEMBERIAN METODE SIMULASI SIAGA BENCANA GEMPA BUMI TERHADAP KESIAPSIAGAAN ANAK DI YOGYAKARTA” di dapatkan hasil : Pada pelatihan siaga bencana pada anak-anak menggunakan metode simulasi. Hal ini didukung oleh pernyataan oleh Steward & Wan (2007) dalam penelitiannya tentang peran simulasi didalam manajemen bencana dapat mengukur kesiapan seseorang dalam menghadapi bencana. Menurut Olson et.al, (2010) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa pendidikan tentang siaga bencana dengan menggunakan simulasi berupa game atau permainan dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan yang tidak menggunakan simulasi. Simulasi merupakan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip atau ketrampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada obyek yang sebenarnya (Sanjaya, 2013). Pada penelitian ini simulasi yang digunakan adalah role playing atau bermain peran yaitu metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa-peristiwa. aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Kesimpulannya, pemberian metode simulasi siaga bencana gempa bumi memberikan pengaruh positif dengan kategori lemah terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi pada anak-anak”.(Indriarsi, 2016)
8
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Bencana alam dapat menyebabkan dampak serius dan berkepanjangan terhadap kesehatan fisik maupun psikologis pada korban bencana yang selamat. Menurut Barbara santamaria ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana yaitu fase pre impact,impact,dan post impact. Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana. Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa keperawatan, diantaranya: Mahasiswa keperawatan harus memilki skill keperawatan yang baik, Mahasiswa keperawatan harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian, Mahasiswa keperawatan harus memahami managemen siaga bencana. B. Saran Sebagai seorang calon tenaga kesehatan, mahasiswa keperawatan diharapkan bisa turut andil dalam melakukan kegiatan tanggap bencana. sekarang tidak hanya dituntut mampu memiliki kemampsuan intelektual namun harus memilki jiwa kemanuasiaan melalui aksi siaga bencana.
9
DAFTAR PUSTAKA
Arif Munandar, S. W. (2018). Kesiapsiagaan Perawat Dalam Penatalaksanaan Aspek Psikologis Akibat Bencana Alam: a Literature Review. Ejournal Umm, 9(2), 72–81. Indriarsi, F. N. (2016). Pengaruh Pemberian Metode Simulasi Siaga Bencana Gempa Bumi Terhadap Kesiapsiagaan Anak Di Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Soedirman, 11(1), 53– 61. https://doi.org/10.1103/PhysRevD.76.126009 Kepera, P. A., Raw, K., Jiwa, W. A. T. A. N., Situasi, D., Asi, S., Tinggi, S., … An, W. A. T. (2018). PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA DALAM SITUASI BENCANA. 1–11. Putra, A., Juwita, R., Risna, R., Alfiandi, R., Arnita, Y., Iqbal, M., & Ervina. (2014). Peran Dan Kepemimpinan Perawat Dalam Manajemen Bencana Pada Fase Tanggap Darurat. Idea Nursing Journal, Vol. V1(No. 1), 25–31.
10