BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap perusahaan pasti memiliki kebijakan masing-masing dalam mengatur manajemen internalnya. Seperti dalam pengambilan keputusan dimana ada perusahaan memilih sistem sentralisasi ataupun desentralisasi. Hasil dari kebijakan seperti itu juga akan berpengaruh pada penilaian kinerja dari berbagai divisi yang dapat diukur melalui laporan laba-rugi segmen. Dalam laporan laba rugi segmen pun ada beberapa metode untuk mengukur laba. Yang kemudian hasil dari laporan laba rugi segmen tersebut menjadi penilaian atas manajer pusat laba atau investasi.
B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bagaimana dan mengapa perusahaan memilih untuk melakukan desentralisasi? Apa perbedaan antara perhitungan biaya absorpsi dan variabel? Bagaimana menyiapkan laporan laba rugi segmen? Bagaimana cara menghitung pengembalian atas investasi (return on investmentโROI)? Apa itu laba residu dan nilai tambah ekonomi (economic value addedโEVA)? Bagaimana peran penetapan harga transfer pada perusahaan yang terdesentralisasi?
C. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana membuat pelaporan segmen, mengevaluasi pusat investasi, dan menetapkan harga transfer.
1
BAB II PEMBAHASAN MATERI A. Desentralisasi dan Pusat Pertanggung Jawaban Dalam pengambilan keputusan untuk mengelola suatu kegiatan, perusahaan yang memiliki beberapa pusat pertanggungjawaban biasanya memilih salah satu dari 2 sistem. Yaitu desentralisasi atau sentralisasi. Pengambilan keputusan ter-desentralisasi merupakan psoses pengambilan keputusan yang memperkenankan manajemen jenjang yang lebih rendah berkordinasi dengan manajemen puncak untuk pengambilan keputusan dan kemudian diimplementasikan. Sedangkan pengambilan keputusan ter-sentralisasi adalah proses pengambilan keputusan dilakukan oleh manajemen pusat, sedangkan manajemen pada jenjang lebih rendah hanya akan mengimplementasikannya.
1. Alasan-alasan untuk melakukan Desentralisasi
a) Kemudahan dalam mengumpulkan dan menggunakan informasi lokal; b) Memfokuskan manajemen pusat; c) Melatih dan memotivasi para manajer; d) Meningkatkan daya saing antar divisi.
2. Divisi-divisi dalam Perusahaan yang Terdesentralisasi
Desentralisasi biasanya dilakukan dengan membentuk unit-unit yang disebut sebagai divisi. Pembagian divisi bisa dengan beberapa cara berdasarkan; a) Jenis barang/jasa yang diproduksi; b) Berdasarkan garis geografis; c) Jenis pertanggung jawaban yang diberikan kepada manajer divisi. Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) adalah suatu segmen bisnis yang diciptakan oleh manajemen pusat dan menugaskan manajernya bertanggung jawab dalam serangkaian kegiatan. Berikut jenis utama pusat pertanggungjawaban : a) Pusat biaya (cost center) b) Pusat pendapatan (revenue center) c) Pusat laba (profit center) d) Pusat investasi (investment center) Divisi-divisi sering disebut sebagai contoh pusat investasi. Karena selain memiliki kendali atas biaya dan keputusan penetapan harga, manajer divisi juga memiliki kekuasaan untuk membuat keputusan-keputusan investasi. Oleh karenanya, laba operasi dan beberapa jenis pengembalian atas investasi menjadi ukuran kinerja yang penting bagi para manajer pusat investasi.
2
B. Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan Laporan LabaRugi Variabel dan Absorpsi Pengembangan laporan laba-rugi segmen untuk setiap pusat laba merupakan hal penting sebagai dasar penilaian pusat laba. Ada 2 metode perhitungan laba yang telah dikembangkan, yaitu berdasarkan : a) Perhitungan Biaya Variabel (Variable Costing) Disebut juga perhitungan biaya langsung (direct costing)โmerupakan perhitungan yang hanya membebankan biaya manufaktur variabel ke produk; biayanya meliputi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel. Overhead tetap diperlakukan sebagai biaya periode dan tidak disertakan dalam penentuan biaya produk. b) Perhitungan Biaya Absorpsi (Absorption Costing) Perhitungan yang membebankan semua biaya manufaktur pada produk. Bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan overhead tetap adalah penentu biaya produk. Variable Costing
Absorption Costing
Biaya Produk
Bahan baku langsung Tenaga kerja langsung Overhead variabel
Bahan baku langsung Tenaga kerja langsung Overhead variabel Overhead tetap
Biaya Periode
Overhead tetap Beban penjualan Beban administrasi
Beban penjualan Beban administrasi
(i) Tabel Klasifikasi Biaya Produk atau Periode dalam Varible Costing dan Absorption Costing
1) Penilaian Persediaan Contoh soal : Leathers Company memproduksi dompet pria dan wanita. Data tahun lalu adalah sebagai berikut. Dompet Wanita Dompet Pria Produksi (unit) 100.000 200.000 Penjualan (unit) 90.000 210.000 Harga jual $5,50 $4,50 Jam tenaga kerja langsung 50.000 80.000 Biaya manufaktur : Bahan baku langsung $ 75.000 $ 100.000 Tenaga kerja langsung 250.000 400.000 Overhead variabel 20.000 24.000 Overhead tetap : 50.000 40.000 Langsung umum a 20.000 20.000 Biaya nonmanufaktur : Penjualan variabel 30.000 60.000 Penjualan tetap langsung 35.000 40.000 Penjualan tetap umumb 25.000 25.000 aTotal
Overhead umum $40.000 dan dibagi sma rata diantara kedua jenis produk. 3
bTotal
biaya penjualan tetap umum $50.000 dan dibagi sama rata diantara kedua jenis produk.
Anggaran overhead tetap tahun yang senilai $130.000 tersebut sama dengan overhead tetap aktual. Overhead tetap dibebankan pada produk dengan menggunakan tarif pabrik keseluruhan yang didasarkan pada ekspektasi jam tenaga kerja langsung, yaitu 130.000. Perusahaan memiliki 10.000 persediaan dompet pria pada awal tahun. Persediaan tersebut memiliki biaya per unit yang sama seperti dompet pria yang diproduksi dalam tahun berjalan. Perhitungan : Biaya per unit dompet wanita Bahan baku langsung ($75,000/100.000) Tenaga kerja ($250.000/100.000) langsung Overhead variabel ($20.000/100.000) Biaya variabel per unit Overhad tetap (($50.000x$1,00)/100.000) Biaya absorpsi per unit
$0,75 2,50 0,20 $3,45 0,50 $3,95
Nilai persediaan akhir variabel : = 10.000 x $3,45 = $34.500 Nilai persediaan akhir absorpsi : = 10.000 x $3,95 = $39.500 Biaya per unit dompet pria Bahan baku langsung ($100.000/200.000) Tenaga kerja ($400.000/200.000) langsung Overhead variabel ($24.000/200.000) Biaya variabel per unit Overhad tetap (($80.000x$1,00)/200.000) Biaya absorpsi per unit
$0,50 2,00 0,12 $2,62 0,40 $3,02
Tidak ada nilai persediaan akhir untuk dompet pria Perhatikanlah bahwa satu-satunya perbedaan antara kedua biaya per unit adalah pembebanan biaya overhead tetap. Perhatikan juga bahwa biaya overhead tetap per unit dibebankan dengan menggunakan tarif overhead tetap yang ditetapkan sebelumnya ($130.000/130.000 jam = $1 per jam).
4
2) Laporan Laba Rugi dengan Menggunakan Biaya Variabel dan Absorpsi Karena perbedaan metode perhitungan variabel dan absorpsi maka harga produk per unit pun berbeda sehingga menyebabkan laba bersih yang berbeda juga. Leathers Company Laporan Laba Rugi Menurut Perhitungan Biaya Variabel Penjualan ($5,50 x 90.000) + ($4,50 x 210.000) Dikurangi beban variabel : Harga Pokok Penjualan* ($3,45 x 90.000) + ($2,62 x 210.000) Beban penjualan variabel Margin kontribusi Dikurangi beban tetap : Overhead tetap Penjualan tetap Laba operasi
$1.440.000 (860.700) (90.000) $489.300 (130.000) (125.000) $234.300
* HPP = biaya unit produk absorpsi x unit terjual
Leathers Company Laporan Laba Rugi Menurut Perhitungan Biaya Absorpsi Penjualan ($5,50 x 90.000) + ($4,50 x 210.000) Dikurangi : Harga Pokok Penjualan* ($3,95 x 90.000) + ($3,02 x 210.000) Margin kotor Dikurangi : Beban penjualan** Laba bersih
$1.440.000 (989.700) $ 450.300 (215.000) $ 235.300
* HPP = biaya unit produk absorpsi x unit terjual **Jumlah beban penjualan untuk kedua produk
3) Hubungan antara Produksi, Penjualan, dan Laba Dalam perhitungan biaya variabel ataupun perhitungan biaya absorpsi hubungan antara laba akan berubah saat hubungan produksi dan penjualan berubah. Misalnya, jika barang yang terjual lebih banyak dari produksi, laba variabel akan lebih tinggi dari laba absorpsi. Dan sebaliknya. Jika 1. Produksi > Penjualan 2. Produksi < Penjualan 3. Produksi = Penjualan
Maka Laba Bersih Absorpsi > Laba Bersih Variabel Laba Bersih Absorpsi < Laba Bersih Variabel Laba Bersih Absorpsi = Laba Bersih Variabel
4) Perlakuan Overhead Tetap pada Perhitungan Biaya Absorpsi 5
Dalam perhitungan biaya absorpsi, overhead tetap harus dibebankan pada unit yang diproduksi. Lalu bagaimana jika overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja langsung atau jam mesin? Solusinya cukup mudah. Misal, overhead pabrik ditetapkan berdasarkan Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL). Jika dibutuhkan 0,25 JTKL per unit dengan tarif overhead pabrik tetapnya sebesar $12 per JTKL, maka overhead tetap per unit adalah $3 (0,25 x $12). Kemudian, apa yang dilakukan jika overhead pabrik aktual tidak sama dengan yang dibebankan? Pertama, hitung overhead tetap yang ditetapkan dan membebankan ke unit yang di produksi. Selanjutnya, totalnya dibandingkan dengan overhead aktual. Jika kelebihan atau kekurangan tidak material, maka akan ditutup dalam Harga Pokok Penjualan. 5) Mengevaluasi Manajer Pusat Laba Perubahan laba dari sutu periode ke periode berikutnya dan bagaimana laba aktual dibandingkan dengan laba yang direncanakan sering digunakan sebagai petunjuk terhadap kemampuan manajerial. Jika kinerja laba digunakan untuk mencerminkan kinerja material, maka manajer berhak mengharapkan berlakunya hal-hal berikut ini : 1. Ketika penjualan meninkat dari satu periode ke periode berikutnya, sementara faktor lain tetap, maka laba akan meningkat. 2. Ketika penjualan menurun sementara faktor lain tetap, maka laba menurun. 3. Ketika pendapatan tidak beruba sementara faktor lainnya tetap, maka laba tetap dan tidak berubah. Hubungan di atas berlaku dalam perhitungan biaya variabel, namun terkadang tidak dengan perhitungan biaya absorpsi. 6) Laporan Laba Rugi Segmen dengan Menggunakan Perhitungan Biaya Variabel Segmen adalah subunit dari suatu perusahaan yang cukup penting dalam pembuatan laporan kinerja. Segmen bisa berupa divisi, departemen, lini produk, dan lain-lain. Namun, dalam laporan laba rugi segmen, beban tetap dibagi menjadi 2 kategori; 1) beban tetap langsung (direct fixed expenses) dan; 2) beban tetap umum (common fixed expenses). Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah beban tetap yang secara langsung dapat ditelusuri ke suatu segmen. Beban ini terkadang disebut sebagai beban tetap yang dapat dihindari (avoidable fixed expenses) karena beban ini akn hilang jika segmen ditutup atau dihapus. Contohnya, jika segmennya berupa wilayah penjualan, maka biasanya seperti sewa kantor penjualan, gaji manajer penjualan, dan seterusnya. Beban tetap umum (common fixed expenses) disebabkan oleh 2 atau lebih segmen secara bersamaan. Beban ini akan tetap muncul meski salah satu segmen dihapus. Contohnya, depresiasi gedung kantor pusat, gaji CEO, dan lainnya.
6
C. Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan ROI 1) Pengembalian atas Investasi Pengembalian atas investasi (return on investment-ROI), yaitu laba yang diperoleh untuk setiap dolar investasi. ROI adalah ukuran kinerja yang paling lazim bagi suatu pusat investasi. ROI dapat didefinisikan sebagai berikut. ROI = Laba operasi / Aktiva operasi rata-rata Laba operasi (operating income) adalah laba sebelum bunga dan pajak. Aktivasi operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung, dan peralatan. Aktivasi operasi rata-rata dihitung sebagai berikut. 2) Margin dan Perputaran Margin adalah rasio dari laba operasi terhadap penjualan. Hal ini menunjukan jumlah laba operasi yang dihasilkan dari setiap dolar penjualan. Perputaran (turnover) adalah suatu ukuran lain yang dihitung dengan membagi pendapatan penjualan dengan aktiva operasi rata-rata. ROI = Margin ร Perputaran =
๐๐๐๐ ๐จ๐ฉ๐๐ซ๐๐ฌ๐ข ๐ฉ๐๐ง๐ฃ๐ฎ๐๐ฅ๐๐ง
๐๐๐ง๐ฃ๐ฎ๐๐ฅ๐๐ง
ร ๐๐ค๐ญ๐ข๐ฏ๐ ๐จ๐ฉ๐๐ซ๐๐ฌ๐ข ๐ซ๐๐ญ๐โ๐ซ๐๐ญ๐
3) Keunggulan ROI Ada tiga hasil positif dari penggunaan ROI : a) ROI mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara penjualan, beban, dan investasi sebagaimana yang diharapkan dari seorang manajer pusat investasi. b) ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi biaya. c) ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi aktiva operasi. 4) Kelemahan ROI Penekanan yang berlebihan pada ROI dapat menghasilkan pemikiran yang sempit. Berikut dua aspek negatif ROI yang sering disebutkan. a) ROI mengakibatkan fokus yang sempit pada profitabilitas divisi dengan mengorbankan profitabilitas keseluruhan perusahaan. b) ROI mendorong para manajer untuk fokus pada kepentingan jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.
7
D. Mengukur Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan Laba Residu dan Nilai Tambah Ekonomi
1) Laba Residu
Laba residu (residual income) adalah perbedaan antara laba operasi dan pengembalian dolar minimum yang disyaratkan atas aktiva operasi perusahaan. Laba residu = Laba operasi โ (Tingkat pengembalian minimum x Aktiva operasi rata-rata) Jika laba residu lebih besar dari nol, divisi memperoleh lebih banyak tingkat pengembalian minimum yang diminta. Jika laba residu kurang dari nol, divisi memperoleh lebih sedikit tingkat pengembalian minimum yang diminta. Akhirnya, laba residu yang sama dengan nol menunjukkan divisi memperoleh tepat sama dengan tingkat pengembalian minimum yang diminta.
2) Nilai Tambah Ekonomi
Nilai tambah ekonomi (economic value added-EVA) adalah laba bersih (laba operasi dikurangi pajak) dikurangi total biaya modal tahunan. Jika EVA positif, maka perusahaan sedang menciptakan kekayaan. Jika EVA negatif, maka perusahaan sedang menyia-nyiakan modal. EVA membantu perusahaan untuk menentukan apakah uang yang didapatkannya lebih besar daripada uang yang digunakan untuk mendapatkan uang tersebut. Persamaan EVA dinyatakan sebagai berikut. EVA = Laba operasi setelah pajak โ (Presentase biaya modal aktual x Total modal yang dipakai)
E. Penetapan Harga Transfer Nilai barang yang ditransfer merupakan pendapatan bagi divisi yang menjual dan biaya bagi divisi yang membeli. Nilai ini disebut harga transfer (transfer price). Dengan kata lain, harga transfer adalah harga yang dibebankan untuk suatu komponen oleh divisi penjual pada divisi pembeli di perusahaan yang sama. 1) Dampak Penetapan Harga Transfer terhadap Divisi dan Perusahaan secara Keseluruhan Ketika satu divisi dari suatu perusahaan menjual pada divisi lain, kedua divisi tersebut dan perusahaan secara keseluruhan terkena pengaruhnya. Sebagai contoh, Divisi A memproduksi komponen dan mentransfernya ke Divisi C dengan harga transfer $30 per unit. Bagi Divisi A, harga transfer tersebut adalah pendapatan dan akan meningkatkan laba bersih dan ROI. Sebaliknya, harga transfer tersebut merupakan biaya bagi Divisi C dan akan menurunkan laba bersih dan ROI. 2) Kebijakan Penetapan Harga Transfer 8
Dalam penyusunan sebuah kebijakan penetapan harga transfer, kedua pandangan dari divisi penjual dan pembeli harus dipertimbangkan. Pendekatan biaya peluang (opportunity cost approach) mencapai tujuan tersebut dengan mengidentifikasi harga minimum yang ingin diterima divisi penjual dan harga maksimum yang ingin dibayar divisi pembeli. Berikut harga-harga yang ditetapkan di setiap divisi. a) Harga transfer minimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi penjual tidak menjadi lebih buruk jika barang dijual pada divisi internal daripada dijual pada pihak luar. b) Harga transfer maksimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi pembeli tidak menjadi lebih buruk jika suatu input dibeli dari divisi internal daripada jika barang yang sama dibeli secara eksternal. Pendekatan biaya peluang menuntun divisi-divisi dalam menentukan saat yang tepat untuk melakukan transfer internal. Transfer internal sebaiknya dilakukan saat biaya peluang (harga minimum) divisi penjual lebih rendah dari biaya peluang (harga maksimum) divisi pembeli. 3) Harga Pasar Harga pasar adalah pendekatan terbaik untuk penetapan harga transfer. Sebagai contoh, Divisi Matras adalah divisi penjual dan Divisi Furnitur adalah divisi pembeli. Jika matras bisa dijual kepada pembeli dari luar seharga $50 untuk satu matras, maka harga $50 adalah harga pasar. Divisi Matras tentu tidak akan menjual matras ke Divisi Furnitur dengan harga kurang dari $50. Sama halnya, Divisi Furnitur tidak akan membayar lebih dari $50 per matras. Harga transfer ditetapkan dengan mudah sesuai harga pasar. 4) Harga Transfer Berdasarkan Biaya Harga pasar luar kerap tidak tersedia. Hal tersebut bisa terjadi karena produk yang akan ditransfer menggunakan desain hak paten yang dimiliki perusahaan induk. Dalam hal ini, perusahaan bisa menggunakan pendekatan penetapan harga transfer berdasarkan biaya. 5) Harga Transfer yang Dinegosiasikan Pendekatan ini berguna saat kondisi pasar tidak sempurna, seperti kemampuan divisi di dalam perusahaan untuk menghindari biaya penjualan dan distribusi. Dalam hal ini, biaya yang dihemat bisa dibagi antara dua divisi.
BAB IV 9
PENUTUP A. KESIMPULAN Pemilihan kebijakan sekecil apapun akan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam sebuah perusahaan. Seperti pemilihan pengambilan keputusan desentralisasi yang banyak berpengaruh dalam pelaporan segmen dan evaluasi pusat investasi. Dalam setiap kebijakan selalu ada kelebihan dan kekurangan baik sentralisasi ataupun desentralisasi, juga dalam metode perhitungan biaya absorpsi maupun variabel. Meski begitu, pada akhirnya perusahaan akan memilih kebijakan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan.
B. SARAN Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DATAR PUSTAKA 10
Mowen, Maryanne M. & Hansen, Don R. 2018. Akuntansi Manajerial, Edisi 8. Jakarta : Salemba Empat.
11