Inovasi Kurikulum.doc

  • Uploaded by: Anis restu
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Inovasi Kurikulum.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 5,129
  • Pages: 24
MAKALAH INOVASI KURIKULUM Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah INOVASI PENDIDIKAN Dosen Pengampu: Ahmad Marzuqi, S.Th.I. M.Pd.

Disusun oleh kelompok 3 (Tadris Biologi 2A): 1. 2. 3. 4.

Ifatus Sa’adah Zulfah Almahmudah Moh. Agus Wijayanto Inersy Putri Mutiari

(12208183098) (12208183092) (12208183087) (12208183003)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG MARET 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Inovasi Kurikulum” ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Inovasi Pendidikan. Kami berharap pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Kiranya dalam penulisan makalah ini, kami menghadapi cukup banyak rintangan dan selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.

Dr. Maftukhain, M.Ag., selaku rektor IAIN Tulungagung. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I., selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Dr. Eni Setiowati, S.Pd., MM., selaku kajur Tadris Biologi. Ahmad Marzuqi, S.Th.I. M.Pd., selaku dosen pengampu. Dan semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan yang tidak dapat diesbutkan satu-persatu. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,

kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Tulungagung, Maret 2019

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1 Latar Belakang............................................................................................................. 2 Rumusan Masalah......................................................................................................... 2 Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 3 Konsep Kurikulum........................................................................................................ 3 Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia........................................................... 6 Tujuan Perkembangan Kurikulum.............................................................................. 16 BAB III PENUTUP...........................................................................................................20 Kesimpulan..................................................................................................................20 Saran............................................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................21

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum merupakan saah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum harus sesuai dengan falsafah dan dasar negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945 yang menggambarakan pandangan hidup suatu bangsa. Tujuan dan pola kehidupan suatu negara banyak ditentukan oleh sistem kurikulum yang digunakannya. Jika terjadi perubahan sistem ketatanegaraan, maka dapat berakibat padaperubahan sistem pemerintahan dan sistem pendidikan, bahkan sistem kurikulum yang berlaku. Kurikulum harus bersifat dinamis, artinya kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi, tingkat kecerdasan peserta didik, kultur, sistem nilai, serta kebutuhan masyarakat. Oleh sebab itu, para pengembang kurikulum termasuk guru harus memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang hal tersebut. Kurikulum harus selalu dimonitoring dan dievaluasi untuk perbaikan dan penyempurnaan. Setiap kali melakukan perbaikan dan penyempurnaan kurikulum belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik karena kurikulum itu bersifat hipotesis. Maksudnya baik tidaknya kurikulum akan dapat diketahui

setelah dilaksanakan di

lapangan. Perbaikan kurikulum diperlukan agar tidak lapuk ketinggalan zaman.1 Oleh karena itu makalah kami akan membahas konsep kurikulum, sejarah perkembangan kurikulum, tujuan perkembangan kurikulum. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep dari kurikulum ? 2. Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum ? 3. Apa tujuan perkembangan kurikulum ? C. Tujuan Penulisan 1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konse dari kurikulum ? 2. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah perkembangan kurikulum ? 3. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan perkembangan kurikulum ?

1

Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT REMAJA RODASKARYA), 2012, hlm 1

1

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep kurikulum Kata kurikulum muncul pertama pada kamus Webster pada tahun 1856, yang digunakan dalam bidanh olah raga, yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta mulai awal sampai akhir atau mulai start sampai finish. Kemudian pada tahun 1955 kata kurikulum muncul dalam kamus tersebut, khusus digunakan dalam bjdang pendidikan yang artinya sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di pergutuan tinggi, yang harusbditempuh untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau ijazah.2 Carter V. Good dalam Dictionary of Education, menyebutkan bahwa kurikulum adalah sejumlah materi pelajaran yang harus di tempuh dalam suatu mata pelajaran yang harus di tempuh dalam suatu mata pelajaran atau disiplin ilmu tertentu, seperti kurikulum Pendidikan Bahasa Arab, kurikulum Pendidikan Bahasa Inggris atau kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial. Kurikulum juga diartikan sebagai garis-garis besar materi yang harus dipelajari oleh siswa di sekolah untuk mencapai tingkat tertentu atau ijazah, atau sejumlah pelajaran dan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa di bawah bimbingan dan pengawasan sekolah atau kampus. Menurut pandangan tersebut, kurikulum merupakan kumpulan mata oelajaran yang harus disampaikan guru atay dipelajari oleh siswa. Sesungguhnya anggapan ini telah ada sejak jaman Yunani kuno, dalam lingkungan atau hubungan tertentu. Pandangan inibmasih dipakai sampai sekarang, seperti yang disinyalir oleh Zais bahwa kurikulum sebagai, "...a racecaurse of subject matters to be mastered." Banyak kalangan yang masih berpendapat bahwa kurikulum adalah bidang studi atau mata pelajaran bahkan lebih khusus lagi kurikulum diartikan hanya sebagai isi atau materi pelajaran. Konsep kurikulum yang sempit ini seperti ditegaskan oleh Muhammad Muzammil al-Basyir dan Muhammad Malik M.Sa'id dalam bukunya Madkhal ila al-Manahij wa Thuruq al-Tadris, masih berlaku sampai sekarang terutama di negara-negara dunia ketiga. Pada perkembangan selanjutnya kurikulum diapandang sebagai seluruh pengalaman belajar siswa. Perubahan penekanan pada pengalaman ini ditegaskan oleh Ronald C. Doll sebagai berikut: "The commonly accepted definition of the curriculum has changed from 2

Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum (Konsep, Implementasi, Evaluasi dan Inovasi), Surabaya: eLKAF, 2006, hlm. 1

2

content of course of study and list of subject and courses to all the experiences which are offered to learnes under thebauspeces orbdirection off the school." Konsep yang ditawarkan Ronald Doll ini menunjukkan adanya perubahan lingkup, dari konsep yang sangat sempit kepada konsep yang lebih luas. Pengalaman siswa yang dimaksud itu dapat berlangsung di sekolah, di eumah ataupun di masyarakat, bersama guru atau tanpa guru, berkenaan langsung dengan pelajaran ataupun tidak. Pengalaman siswa juga mencakup berbagai upaya guru dalam memberikan motivasi dan mendorong terjadinya pengalaman tersebut serta berbagai fasilitas atau sarana yang mendukung proses pembelajaran. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam bukunya Secondary School Improvment (1971), seperti yang dikutip oleh S. Nasution, menyebutkan bahwa kurikulum itu termasuj metode oembelajaran, cara mengevaluasi siswa dan program pembelajaran, cara mengevaluasi siswa dan program pembelajaran, perubahan tenaga pengajar, bimbingan penyuluhan, supervise dan administrasi, alokasi waktu, jumlah ruang dan kemungkinan memilih mata pelajaran. Bahkan Alice Miel dalam bukunya Changing Curriculum a Social Process (1946), menambahkan bahwa kurikulum otu meliputi keadann gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, keyakinan pengetahuan dan sikap semua komponen sekolah seperti anak didik, kepala sekolah, guru, pegawai administrasi dan masyarakat. Beberapa ahli memandang bahwa kurikulum sebagai rencana pendidikan pengajaran. Menurut Mac Donald (1965), seperti yang dikutip oleh Sukmandinata, mengungkapkan bahwa sistem persekolahan terbentuk atas empat subsistem yaitu mengajar, belajar, pembelajaran, dan kurikulum. Mengajar (teaching) merupakan kegiatan, aktivitas, atau lerlakuan profesional yang diberikan oleh seorang guru. Belajar (learning) adalah segala kegiatan, aktivitas atau upaya yang dilakukan oleh siswa sebagai respons terhadap kegiatan mengajar guru. Keseluruhan pertautan kegiatan yang memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar-mengajar disebut pembelajaran (instructions). Kurikulum merupakan seperangkat rencana yang menjadi pedoman dan pegangan dalam proses pembelajaran. Al Nahlawi memandang bahwa kurikulum adalah rencana sekolah yang berisi pokok-pokok pembelajaran, tujuan, tingkatan, dan apa yang diberikan setiap tahun ajaran, yang dijelaskan pokok-pokok bahasan yang akan disampaikan pada tingkatan atau kelas tertentu dengan melihat tingkat usia anak didik serta berisi tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh anak didik pada tiap pokok bahasan dalam suatu materi pelajaran. 3

Kurikukum juga sering dibedakan antara kurikulum sebagai rencana (curriculum plan) dengan kurikulum yang fungsional. Menurut Beauchamp, kurikulum adalah suatu rencana oendidikan atau pengajaran. Selanjutnya Zais menjelaskan kebaikan kurikulum tidak dapat dinilai dari dokumen tertulisnya saja, melainkan harus dinilai dalam proses pelaksanaan fungssinya di dalam kelas. Kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas yang memberi pedoman mengatur lingkungan kegiatan yang berlangsung dalam kelas. Rencana tertulis merupakan dokumen kurikulum, sedangkan kurikulum yang dioperasikan di jelas merupakan kurikuluk fungsional. Jadi kurikukuk itu tidaj hanya rencana tertulis yang didokumenkan tetapi juga pelaksanaan rencana tersebut. Beberapa ahli menilai bahwa konsep kurikulum yang terlalu luas akan membuat kabur, tidak jelas, dan tidak fungsional serta sulit untuk dioperasionalkan. Salah satunya adalah Mauritz Jhonsons (1976), ia mengajukan keberatan terhadap konsep kurikulum yang sangat luas. Menurut Jhonsons pengalaman hanya muncul apabila terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Interaksi semacam itu bukanlah termasuk kurikulum, tetapi merupakan pengajaran. Jhonsons membedakan dengan tegas antara kurikulum dengan pengajaran. Semua yang berkenaan dengan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan, seperti perencanaan isi dengan kegiatan belajar mengajar, evaluasi termasuk pengajaran, sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa. Jhonsons menegaskan bahwa kurikulum adalah "a structured series of intended learning autocomes". Sejalan dengan Jhonsons, Edward A Kruf dalam The second School Curriculum (1960), seoerti yang dikutip S. Nasution mengungkapkan bahwa kurikulum merupakan cara-cara maupun usaha untuk mencapai tujuan sekolah. Ia membedakan antara tanggung jawab sekolah dengan tanggung jawab pendidikan lain seperti keluarga, lembaga agama atau masyarakat. Menurutnya memborong segala tanggun jawab atas pendidikan anak akan merupakan beban yang terlampau berat. Sehingga ia membatasi kurikulum pada pengajaran atau organisasi di dalam kelas atau sekolah dengan kegiatan-kegiatan tertentu diluar pengajaran seperti bimbingan penyuluhan, pengabdian pada masyarakat dan lerkemahan sekolah. Hilda Taba jiga menyatakan hal yanh senada, ia mengajukan konsep kurikukum yang tidak terlalu luas yetapi juga tidak terlalu sempit, karena konsep yang terlalu sempit tidak akan diterima di sekolah-sekolah modern. Ia mengungkapkan dalam bukunya 4

Curriculum Development Theory and Practice bahwa kurikulum adalah rencana pembelajaran yang berkaitan dengan proses dan pengembangan individu anak didik. Bagaimana polanya tiap kurikulum akan memuat rencana-rencana yang mengarah pada komponen-komponen tertentu yakni pernyataan tentang tujuan pembelajaran, seleksi dan organisasi bahan pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar mengajar, serta evaluasi pembelajaran. Dalam UURI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionak pasal 1 ayat 19 juga ditegaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa pengertian kurikulum itu ternyata sangat luas dan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi. Kurikulum tidak bisa diungkapkan dalam satu pendapat yang dianggap baku, karena semua pendapat tersebut memiliki alasan masing-masing yang rasionak. Pada masa lalu kurikulum dipandang sebagai sesuatu yang sempit yaiti sejumlah mata pelajaran, kemudian dipandang sebagai sesuatu yang sangat luas yaitu seluruh oengalaman siswa, kemudian pada perkembangan selanjutnya kurikulum adlah rencana pembelajaran, disusul pendapat yang menyatakan bahwa kurikulum bukan hanya rencana tetapi juga pelaksanaannya. Dari beberapa konsep tersebut, sebagian pendapat menekankan pada isi atau mata pelajaran, sebagian menekankan pada proses atau pengalaman sedangkan pihak yang lain memadukan dua pendapat tersebut dalam artian menekankan pada isi atau mata pelajaran, dan juga proses atau pengalaman. Sedangkan istilah pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menghasilkan kurikulum, atau proses yang mengaitkan suatu komponen laimnya untuk menghasilkan suatu kurikulum yang lebih baik, atau kegiatan penyusunan, imolementasi dan evaluasi serta kegiatan perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Dari masing-masing pendapat tersebut juga akan berimplikasi pada pengembangan kurikulum. Jika ditilik dari landasan filosofinya maka pihak pertama yang menekankan pada isi atau mata pelajaran adalah penganut aliran perrenialisme dan essensalisme. Pihak kedua yang menekankan pada

proses atau pengalaman adalah penganut aliran

eksistensialisme dan progressivisme. Dan pihak ketiga yang memadukan dua pendapat tersebut dalam artian menekankan pada isi atau mata pelajaran, dan juga proses atau pengalaman adalah penganut aliran rekonstruksi sosial. Dalam pengembangan kurikulum 5

pihak pertama akan cenderung pada pendekatan subyek akademis. Pihak kedua akan cenderung pada pendekatan teknologis-humanis. Dan pihak ketiga akan cenderung pada pendekatan rekonstruksi sosial. B. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia Kurikulum yang digunakan di Indonesia dipengaruhi oleh tatanan sosial politik Indonesia. Selama 70 tahun Indonesia merdeka, telah mengalami 12 kali perubahan kurikulum. Rinciannya adalah pada zaman Orde Lama atau pada zaman Presiden Soekarno berkuasa, pernah terjadi 3 kali perubahan kurikulum yaitu Kurikulum Rencana Pelajaran tahun 1947, Kurikulum Pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1964, dan Kurikulum Sekolah Dasar pada tahun 1968. Pada zaman Orde Baru atau zaman kekuasaan Presiden Soeharto, terjadi 6 kali pergantian kurikulum, yaitu Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) tahun 1973, Kurikulum SD tahun 1975, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan Revisi Kurikulum 1994 pada tahun 1997. Usai zaman Orde Baru berakhir atau dimulainya masa reformasi terjadi 3 kali perubahan kurikulum, yaitu Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) tahun 2006 dan terakhir Kurikulum 2013. Setelah Indonesia merdeka dalam pendidikan dikenal beberapa masa pemberlakuan kurikulum yaitu kurikulum sederhana (1947-1964), pembaharuan kurikulum (19681975) , kurikulum berbasis keterampilan proses (1984-1999), dan kurikulum berbasis kompetensi (2004-2006), serta yang terakhir kurikulum dengan pendekatan saintific kurikulum 2013.3 a. Kurikulum Rencana Pelajaran (1947-1968) Tiga tahun setelah Indonesia merdeka (1947) mulailah pemerintah membuat kurikulum yang sederhana disebut dengan “Rencana Pelajaran”. Tahun 1947 kurikulum ini terus berjalan dengan beberapa perubahan terkait dengan orientasinya, arah dan kebijakan yang ada, hingga bertahan sampai tahun 1968 saat pemerintah beralih pada orde baru. Berikut adalah isi yang terkandung dalam kurikulum Rencana Pelajaran tersebut: 1. Rencana Pelajaran 1947 Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang 3

Muhammedi, Perubahan Kuriulum Di Indonesia : Studi Kritis Tentang Upaya Menemukan Kurikulum Pendidikan Islam yang Ideal, Raudhah Vol. IV No.1, 2016, hal. 51

6

curriculum (bahasa Inggris). Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah dilakukan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda.karena suasana pendidikan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan

maka

pendidikan

sebagai

development

conformism

lebih

menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain dimuka bumi ini. 2. Kurikulum Rencana Pendidikan 1964 Penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum 1964 mengubah penilaian di rapor bagi kelas I dan II yang asalnya berupa skor 10-100 menjadi huruf A, B, C, dan D. Sedangkan bagi kelas II hingga VI tetap menggunakan skor 10-100. Kurikulum 1964 bersifat sparate subject curriculum, yang memisahkan mata pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana). Mata pelajaran yang ada pada Kurikulum 1968 adalah: a. Pengembangan Moral: 1. Pendidikan kemasyarakatan 2. Pendidikan agama/budi pekerti b. Perkembangan Kecerdasan: 1. Bahasa Daerah 2. Bahasa Indonesia 3. Berhitung 4. Pengetahuan Alamiah c. Pengembangan Emosional atau Artistik: 1. Pendidikan kesenian 2. Pengembangan keprigelan d. Pendidikan Keprigelan e. Pengembangan Jasmani Kurikulum 1968 : Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964

,

pemerintah

kembali

menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan

akademik

untuk

pembekalan

pada

jenjang

SD,

sehingga

pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana. Metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pendidikan dan psikolohi pada akhir tahun 1960-an. Salah satunya adalah teori psikologi unsur. Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan darki kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa 7

pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 juga merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. b. Kurikulum Berorientasi Pencapaian (1973-1997) 1. Kurikulum 1973 Kurikulum 1973 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsipprinsip diantaranya sebagai berikut: a) Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuantujuan yang harus dikuasai oleh siswa, tujuan pendidikan yang meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. b) Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integrative. 2. Kurikulum 1975 Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1973 menggunakan prinsipprinsip di antaranya sebagai berikut: a) Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu. b) Menganut pendekatan intruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunakan teori Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar, yaitu sekolah dan guru. 3. Kurikulum 1984 Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Berorientasi kepada tujuan intruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam eaktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan tujuan apa yang harus dicapai siswa. b) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. 8

c) Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan. 4. Kurikulum 1994 Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, diantaranya sebagai berikut: a) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. b) Pebelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorirntasi kepada materi pelajaran/isi). c) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran

sendiri

disesuaikan

dengan

lingkungan

dan

kebutuhan

masyarakat sekitar. d) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. e) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bhasan dan perkembangan berfikir siswa. f) Pengajaran dari hal yang kongkrit ke hal yang abstrak,dari hal yang mudah ke hal yang sulit. g) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. 5. Kurikulum 1997 Pelaksanaan kurikulum 1997 kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi , diantaranya sebagai berikut: a) Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran. b) Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari. c) Permasalahan diatas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. d) Penyempurnaan kurikulum dilakukan utuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan perkembangan siswa. 9

e) Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek tekait, sseperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku. Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan tahap penyempurnaan jangka panjang. c. Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004-2013) Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1999) berimplikasi pada penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam penguasaan ketrampilan (skill). Upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh yang mencangkup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya. Penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan peserta didik yang dimaksudkan ini telah diamanatkan dalam kebijakan-kebijakan nasional sebagai berikut: 1. Perubahan keempat UUD 1945 Pasal 31 tentang Pendidikan. 2. Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004. 3. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. 4. Pemberlakuan UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan. Atas dasar ini maka Indonesia memilih untuk memberlakukan Kurikulum KBK sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan serta penyempurnaannya dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 1) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 Beberapa keunggulan KBK dibandingkan kurikulum 1994 adalah: a) KBK yang dikedepankan Penguasaan materi Hasil dan kompetensi Paradigma pembelajaran versi UNESCO: learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be. b) Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa dalam proses pembelajaran, silabus menjadi kewenangan guru. c) Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu, tetapi jumlah mata pelajaran belum bisa dikurangi. d) Sistem penilaian lebih menitikberatkan pada aspek kognitif, penilaian memadukan keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif dengan penekanan penilaian berbasis kelas. 2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 sebagaimana dikutip dari Ahmadi adalah sebagai berikut: a) Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya. Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa peserta didik adalah sentral proses pendidikan agar menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, serta warga negara yang demokratis. 10

b) Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memeperhatikan keragaman peserta didik, kondisi daerah dengan tidak membedakan agama, suku, budaya, adat, serta status sosial ekonomi dan gender. c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. d) Relevan dengan kebutuhan. e) Kurikulum dikembangkan dengan memeprhatikan relevansi pendidikan tersebut dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja. f) Menyeluruh dan berkesinambungan. g) Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal. 3) Kurikulum 2013 (K13) Inti dari Kurikulum 2013 adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan, karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya adalah mendorong peserta didik, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunisasikan, apa yang mereka peroleh setelah menerima materi pelajaran. Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan kurikulum Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensis sikap, pengetahuan, dan ketrampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, dimana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, ketrampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat. Untuk keterangan lebih lanjut, dapat dilihat dari table di bawah ini: Table. 1 Table Kronologis Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Tahun 1947

Kurikulum Rencana Pelajaran (Dirinci dalam

Rencana

Terurai) 1947

Pelajaran

Keterangan Kurikulum ini merupakan kurikulum pertama di Indonesia setelah kemerdekaan. Istilah

11

kurikulum masih belum digunakan. Sementara istilah yang digunakan adalah Rencana Pelajaran. 1964

Rencana (Pendidikan Sekolah Dasar) 1964

Kurikulum ini masih sama

dengan

kurikulum

sebelumnya, yaitu Rencana Pelajaran 1947. 1968

Kurikulum

Sekolah

Dasar

1968

Kurikulum

ini

merupakan

kurikulum

terintegrasi

pertama

di

Indonesia. Beberapa masa pelajaran,

seperti

Sejarah,

Ilmu Bumi, dan beberapa cabang

ilmu

sosial

mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahuan Beberapa

Sosial.

mata

pelajaran,

seperti Ilmu Hayat, Ilmu Alam

mengalami

fusi

menjadi Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA)

sekarang

atau

disebut

yang dengan

Sains. 1973

Kurikulum (PPSP) 1973

Kurikulum Printis

Proyek Sekolah

Pembangunan (PPSP) 1973. 1975

Kurikulum Sekolah Dasar 1975

Kurikulum ini disusun dengan kolom-kolom yang sangat rinci.

1984

Kurikulum 1984

Kurikulum merupakan

penyempurnaan

dari kurikulum 1975. 12

ini

1994

Kurikulum 1994

Kurikulum merupakan

ini

penyempurnaan

dari kurikulum 1984. 1997

Kurikulum

1997

(Revisi

Revisi Kurikulum 1984

(Rintisan Kurikulum Berbasis

Kurikulum ini belum

Kurikulum 1994) 2004

Kompetensi (KBK))

diterapkan di seluruh sekolah di

Indonesia.

Beberapa

sekolah telah dijadikan uji coba dalam rangka proses pengembangan

kurikulum

ini. 2006

Kurikulum

Tingkat

Pendidikan (KTSP)

Satuan

KBK

sering

disebut

sebagai jiwa KTSP, karena KTSP sesungguhnya telah mengadopsi

KBK.

Kurikulum ini dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). 2013

Kurikulum 2013

Lebih ditekankan pada kompetensi

dengan

pemikiran

kompetensi

berbasis sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. kurikulum yang insan

dapat

menghasilkan

Indonesia

yang

produktif, kreatif, inovatif, afektif

mrlalui

sikap,

ketrampilan

pengetahuan terintegrasi.

13

penguatan dan yang

C. Tujuan Perkembangan Kurikulum Pendidikan adalah aktivitas yang dilakukan dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai, sehingga pendidikan dilakukan dengan suatu perencanaan yang matang. Aktivitas yang menyimpang dari pencapaian tujuan tersebut sedapat mungkin dicegah karena akan kontra produktif dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan itu sendiri memiliki dua fungsi, memberi arah dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Dalam bahasa Inggris, istilah tujuan terdapat dalam beberapa kata, yaitu: aims, purposes, goals, dan objectives. The Oxford English Dictionary mengartikan aims sebagai perbuatan yang menentukan cara berkenaan dengan tujuan yang diharapkan. Goals adalah tujuan yang ditargetkan dengan pengerahan upaya yang sungguh-sungguh. Objectives adalah tujuan pengantar ke tujuan umum. Jelasnya, aims adalah tujuan umum, sedangkan objectives merupakan tujuan khusus. Purposes adalah sinonim bagi ketiga istilah di atas. The Oxford English Dictionary mendefinisikan purposes dengan “salah satu ketentuan berkenaan dengan hal-hal yang akan dilakukan atau yang akan dicapai”. Tujuan dalam perspektif pendidikan adalah. segala sesuatu target-target yang ditetapkan untuk dicapai melalui aktivitas pendidikan. Arah dan hasil yang ingin dicapai akan dirumuskan dalam tujuan yang telah disepakati. Tujuan akan membimbing dan mengarahkan setiap langkah dan tindakan agar selalu berada dalam alur yang benar dan tidak menyimpang, maka di samping sebagai penentu arah, tujuan juga berperan sebagai pengawasan dan pengontrolan aktivitas dalam 14

pendidikan. Pada ketiga jenis istilah ini tidak memperlihatkan perbedaan yang substansi karena tetap merupakan konsep tujuan akan tetapi hanya perbedaannya pada levelisasi dan kepentingannya. Tujuan adalah segala sesuatu yang dicapai. Segala sesuatu ini dapat berupa benda kongkrit baik yang berupa barang maupun tempat, atau dapat juga berupa hal-hal yang sifatnya abstrak, misalnya cita-cita yang mungkin berupa kedudukan atau pangkat/jabatan maupun sifat-sifat luhur. Dengan kata lain tujuan dapat berupa hal-hal sederhana dapat pula berupa hal-hal yang kompleks. Sedangkan cara menyampaikannya ada berbagai macam. Ada yang hanya dengan kegiatan fisik, dan ada juga dengan cara membuat rencana terlebih dahulu, diprogram, mencari dana baru mengerahkan tenaga baik fisik maupun psikis.4 Dalam bahasa Arab, istilah tujuan memakai kata ghāyah, ahdāf, dan maqāshid. Istilah-istilah ini bila diamati secara mendalam, semakna dengan istilah yang dipakai dalam bahasa Inggris. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam adalah sasaran aktivitas pendidikan Islam yang dilakukan secara sistematis dan terprogram.5 Tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan spesifik (objectives), kegiatan belajar, implementasi kurikulum, evaluasi untuk medapatkan balikan (feedback). Sebagai contoh, menurut Komite Pengembangan kurikulum Amerika Serikat, terdapat sepuluh tujuan umum (goals), yaitu keterampilan dasar (Basic skills), konseptualisasi diri, pemahaman terhadap orang lain, penggunaan pengetahuan yang telah terkumpul

untuk

menginterpretasikan

dunia

(lingkungan

kehidupan),

belajar

berkelanjutan, kesehatan mental dan fisik, partisipasi dalam dunia ekonomi, produksi, dan konsumsi, warga masyarakat yang bertanggungjawab, kreativitas, dan kesiapan menghadapi perubahan (coping with change).6 Aims adalah pernyataan tujuan kurikulum pada level tingkat nasional, sehingga dinyatakan sebagai tujuan kurikulum dari tujuan pendidikan nasional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kurikulum dari tujuan pendidikan nasional merupakan sebuah pernyataan yang mendeskripsikan sebuah harapan hidup yang meliputi beberapa bagan nilai yang diambil secara sengaja maupun tidak dari bagian ilmu filsafat. Murray Print menyatakan Aims adalah pernyataan tujuan secara umum (luas) yang menunjukkan harapan yang ingin dicapai dalam terminology sikap/perilaku yang 4

Dakir, Perencanaan dan pengembangan Kurikulum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),

5

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 222

6

Oemar Hamalik, Dasar-dasar pengembangan Kurikulum, Cet. Ke-2 (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2008), 188

15

diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Terdapat perbedaan antara Zais dan Print dalam menerjemahkan konsep Aims sebagai tujuan kurikulum, akan tetapi benang merah yang dapat ditarik adalah aims mencirikan tujuan kurikulum secara umum. Mengenai makna Goals, Zais menyatakan bahwa goals adalah kurikulum dari tujuan institusional lebih mengarah pada hasil yang ingin dicapai oleh sekolah, yang menunjukkan sebuah gambaran yang spesifik dari sebuah sekolah, dan merupakan bagian dari system sekolah. Serta menunjukkan sasaran jangka lebih panjang dari pertimbangan penilaian kelas. Murray Print berpendapat bahwa goals adalah tujuan yang lebih khusus yaitu tujuan yang dirancang dengan kata yang ringkas yang diturunkan dari tujuan secara umum. Sedangkan objectives menurut Zais adalah tujuan yang berada pada tataran instruksional yang terlihat dalam setiap materi dan pokok bahasannya. Sedangkan Murray Print menyatakan bahwa objectives adalah kalimat yang lebih spesifik dari tujuan kurikulum yang diturunkan dari tujuan khusus yang dinyatakan secara tepat dan termasuk perilaku khusus siswa yang diharapkan. Sukmadinata mengungkapkan bahwa dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah 1975/1976 mengenal tiga jenis tingkatan tujuan yang senada dengan pendapat Zais yaitu tujuan, pertama tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan jangka panjang yang menjadi tujuan ideal pendidikan bangsa Indonesia, kedua tujuan institusional yaitu sasaran pendidikan suatu lembaga pendidikan, ketiga tujuan instruksional yaitu target yang harus dicapai oleh suatu mata pelajaran yang terdiri atas tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Walaupun terdapat perbedaan dalam melihat area tiga konsep tujuan itu namun dapat disimpulkan bahwa tujuan kurikulum terdiri atas tingkatan tertentu yang mencerminkan levelisasi yang disesuaikan kebutuhan yang ingin dicapai sehingga seluruh energi dan aktivitas dalam kerangka pendidikan dan pengembangan kurikulum terbingkai dalam tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Oemar Hamalik, tujuan yang masih bersifat umum tersebut harus diuraikan lagi ke dalam subtujuan (subgoals) yang lebih operasional. Untuk itu, pengembangan kurikulum di Indonesia tidak dapat juga terlepas dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 (UU Sisdiknas) pasal (3), yang menyebutkan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa 16

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis secara bertanggung jawab. Tujuan pengembangan kurikulum juga harus memperhatikan tujuan institusional (tujuan lembaga/satuan pendidikan), tujuan kurikuler (tujuan bidang studi), dan tujuan instruksional

(tujuan

pembelajaran).

Semuanya

perlu

dipertimbangkan

dalam

mengembangkan kurikulum. Di sisi lain dapat ditegaskan bahwa tujuan pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari tujuan pendidikan itu sendiri, sebab kurikulum merupakan ujung tombak ideal dari visi, misi dan tujuan pendidikan sebuah bangsa. Secara makro, jika di lihat dari beberapa landasan pengembangan kurikulum pada dasarnya tujuan pengembangan kurikulum mengacu kepada paradigma pergeseran filsafat pendidikan, perubahan dan pergeseran sosial dan pengembangan pengetahuan seperti pengembangan sains dan teknologi. Dapat juga dikatakan bahwa pengembangan kurikulum bertujuan untuk menyikapi persoalan sosial yang datang seiring perputaran waktu. Dari paparan di atas dapat dipahami adanya empat tujuan pengembangan kurikulum yang substansial: 1) merekonstruksi kurikulum sebelumnya; 2) menginovasi; 3) beradaptasi dengan perubahan sosial (sisi positifnya); 4) mengeksplorasi pengetahuan yang masih tersembunyi berdasarkan tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan. Dari pengembangan kurikulum harus berakar, namun harus juga berpucuk menjulang tinggi, beranting, dan berdaun rindang. Berakar berarti tetap berpegang kepada falsafah bangsa dan menjulang berarti mengikuti perubahan dan perkembangan zaman.

17

18

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Beberapa ahli mengemukanan konsep kurikulum lebih menekankan pada isi atau mata pelajaran, sebagian menekankan pada proses atau pengalaman sedangkan pihak yang lain memadukan dua pendapat tersebut dalam artian menekankan pada isi atau mata pelajaran, dan juga proses atau pengalaman. Kurikulum yang digunakan di Indonesia dipengaruhi oleh tatanan sosial politik Indonesia. Selama 70 tahun Indonesia merdeka, telah mengalami 12 kali perubahan kurikulum. Rinciannya adalah pada zaman Orde Lama atau pada zaman Presiden Soekarno berkuasa, pernah terjadi 3 kali perubahan kurikulum. Pada zaman Orde Baru atau zaman kekuasaan Presiden Soeharto, terjadi 6 kali pergantian kurikulum. Usai zaman Orde Baru berakhir atau dimulainya masa reformasi terjadi 3 kali perubahan kurikulum, yaitu Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) tahun 2006 dan terakhir Kurikulum 2013. Adanya empat tujuan pengembangan kurikulum yang substansial: 1) merekonstruksi kurikulum sebelumnya; 2) menginovasi; 3) beradaptasi dengan perubahan sosial (sisi positifnya); 4) mengeksplorasi pengetahuan yang masih tersembunyi berdasarkan tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan. B. Saran Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak lagi dan semoga makalah ini dapat menjadi ajang pembelajaran untuk penulis dan semua para pembaca.

20

21

DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT REMAJA RODASKARYA Arifin, M. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT REMAJA RODASKARYA Muhammedi. 2016. Perubahan Kuriulum Di Indonesia : Studi Kritis Tentang Upaya Menemukan Kurikulum Pendidikan Islam yang Ideal. Jurnal Perubahan Kurikulum. 4(1):51-61 Zaini, Muhammad. 2006. Pengembangan Kurikulum (Konsep,Implementasi, Evaluasi, dan Inovasi). Surabaya: eLKAF

21

Related Documents

Inovasi Vol
November 2019 32
Penerapan Inovasi
November 2019 27
Inovasi Sekolah
May 2020 10
Inovasi Shahrul.docx
November 2019 25
Idea Inovasi
November 2019 19
Inovasi Pedagogi
November 2019 26

More Documents from "mahyudin"