Tugas Persentasi
Perubahan Komitmen Pada Karyawan Sales Baru (Seminar Manajeman Umum) “Managing Change And Innovation” Dosen : Fx. Suwarto, MS., Dr.
oleh :
Manik Cinderano (14971/em)
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA 2009
I.
Pendahuluan • Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran atau marketing merupakan salah satu bagian departemen dalam sebuah perusahaan. Kegiatan marketing ini mempunyai makna yang sangat luas. Tidak hanya memasarkan produk tapi lebih dari sekedar itu. Kegiatan-kegiatan promosi dan iklan juga masuk didalamnya. Kebanyakan kegiatan pemasaran ini lebih terarah pada kegiatan untuk memotivasi masyarakat agar mau membeli atau tertarik pada produk yang dibuat oleh sebuah perusahaan dan tertarik terhadap perusahaan itu sendiri. Kegiatan-kegiatan departemen pemasaran yang seperti inilah yang menyebabkan depertemen pemasaran menjadi lebih penting dalam sebuah perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk mampu menjual produk-produknya seringkali menjadi tolok ukur kesuksesan sebuah perusahaan. Dari anggapananggapan seperti inilah yang menyebabkan banyak orang merasa bahwa departemen pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan. Pada kenyataannya para karyawan baru dalam departemen marketing seringkali mengalami perubahan komitmen sejalan dengan waktu. Kebanyakan komitmen para sales ini berubah setelah 6 bulan kerja. Hal ini akan sangat mengganggu stabilitas perusahaan. Para sales baru ini seringkali merasa bahwa department marketing yang merupakan ujung tombak perusahaan ini pantas untuk dihargai lebih. Selain itu, kegiatan pemasaran yang memang seringkali dikejar tenggat waktu dan target perusahaan seringkali dirasa memberatkan sales-sales baru yang belum terbiasa. Dengan demikian komitmen awal yang telah terbentuk bersama perusahaan menjadi berubah. Permasalahan inilah menyebabkan stabilitas perusahaan menjadi terganggu. Gangguan stabilitas perusahaan menjadi bertambah rumit ketika perusahaan harus menambah bonus dan merubah sistem kerja perusahaan serta melakukan rekrutmen baru kayawan sales. Ketika para karyawan sales ini tidak
mampu meneruskan pekerjaannya maka perusahaan harus mendapatkan lagi karyawan lain yang kompeten dan mampu melaksanakan tugas-tugasnya sebaik mungkin dan ini akan membutuhkan biaya besar. Penambahan bonus pada karyawan sales juga akan menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan. Karyawan sales yang berhasil memenuhi tugas-tugasnya seringkali akan meminta bonus lebih sebagai hasil jerih payahnya dan seringkali meminta lebih dari bonus yang telah disetujui oleh perusahaan. Jika ini terjadi maka akan terjadi kecemburuan sosial diantara karyawan-karyawan dari departemen lain. Jika konflik ini terus berlanjut maka kelangsungan perusahaan akan terganggu. Selain itu dengan perubahan komitmen para karyawan sales membuat beberapa perusahaan merubah sistem kerja yang telah berlangsung dalam perusahaan dan tentu juga akan ada biaya besar yang harus dikeluarkan perusahaan. Perubahan pada “perubahan komitmen organisasional” sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini. Kasus perubahan komitmen organsisasi pada karyawan sales baru menunjukan betapa pentingnya komitmen dalam sebuah organisasi. Komitmen organisasional merupakan karakter positif yang mengikat sebuah organisasi, oleh Rhenald Kasali (hlm 273,2005) dikatakan bahwa “ketujuh nilai tersebut dapat menghapuskan atau mengurangi karakter positif pengikat sebuah institusi, seperti nilai-nilai komitmen, kebersamaan, dan loyalitas”. Perubahan pada komitmen organisasional akan mengakibatkan rusaknya stabilitas perusahaan dan akan sangat berdampak buruk pada perusahaan.
• Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan diatas kami menemukan beberapa rumusan masalah yaitu : -
Bagaimanakah perubahan komitmen organisasi pada karyawan sales baru?
-
Bagaimanakah merubah tradisi “perubahan komitmen” yang sering terjadi pada karyawan sales?
II.
Pembahasan • Inovasi dan Perubahan Organisasi
Inovasi dan pengembangan perusahaan adalah salah satu kunci sebuah perusahaan untuk mampu terus bertahan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Di zaman yang terus berubah ini perusahaan dituntut untuk mampu beradaptasi dan mempertahankan diri. Perusahaan yang sukses bukanlah perusahaan yang memiliki asset yang besar tetapi lebih karena perusahaan tersebut mampu beradaptasi menghadapi perubahan zaman seperti teknologi, perilaku karyawan, perilaku konsumen, hukum bisnis yang berlaku di wilayah perusahaan tersebut. Disinilah letak penting inovasi dan pengembangan perusahaan. Pengembangan atau perubahaan organisasi seringkali membutuhkan seseorang yang memimpin perubahan. Seseorang yang memimpin perubahan ini sering disebut dengan istilah “Change Agent”(Agen Perubahan). Seorang agen perubahan bertugas untuk memotivasi para anggota perubahan untuk memenuhi janjinya dalam membenahi performa organisasi. Dalam buku “Change” Rhenald kasali (hlm 134,2005) menyebutkan “Perubahan memerlukan kerja sama team yang sering kita sebut sebagai change agents. Change agents harus bertindak bak sebuah team sukses yang terus merangsang dukungan. Mereka harus memotret masalah, mengajak orang-orang lain melihat dan memotivasi mereka agar terus bergerak. Dukungan yang terus datang dari arus bawah akan memberikan energy yang lebih besar”. Pada umumnya dikenal dua faktor yang menyebabkan sebuah perusahaan mengalami perubahaan yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi, pangsa pasar, hukum bisnis yang berlaku di area organisasi, perkembangan teknologi, fluktuasi pasar kerja dan perubahan ekonomi. Faktor internal meliputi Visi, Misi, dan Filosofi baru, strategi baru, redifinisi core
business, restrukturisasi dan re-engineering organisasi, kondisi SDM, perubahan budaya organisasi (Stephen Robbins & Mary Coulter,2007)
• Perubahan Komitmen Organisasi Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa komitmen organisasi merupakan karakter positif yang mengikat sebuah organisasi. Dengan demikian komitmen organisasi adalah nilai-nilai positif yang disetujui baik oleh karyawan maupun perusahaan. Di dalam manajemen perubahan komitmen menjadi suatu bagian yang sangat penting keberadaanya. Disanalah nilai-nilai positif sebuah perusahaan dijunjung tinggi dan dihormati oleh semua pihak yang ada didalam suatu perusahaan. Komitmen bersifat mengikat sulit dan untuk diubah. Definisi komitmen organisasional menurut Steers (1977) “ The relative strength of an individual’s identification with and involvement in a particular organization ; (1) a strong belief in and acceptance of the organization’s goals and values; (2) a willingness to exert considerable effort on behalf of the organization; (3) a strong desire to maintain membership in the organization ”. Di sini dapat kita ketahui bahwa komitmen adalah sebuah kepercayaan individu karyawan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi. Kekuatan komitmen terbentuk dari organisasi dan individu. Organisasi memiliki nilai-nilai positif yang membuat individu-individu tertarik untuk percaya terhadap organisasi tersebut. Pada saat kepercayaan individu terhadap organisasi terbentuk disinilah terjadi sebuah komitmen organisasi. Sedangkan menurut Allen & Mayer (1990) membagi komitmen organisasional kedalam tiga kelompok yaitu : Affective
: employees’ emotional attachment to, identification with, and involvement in, the organization.
Continuance
: based on the costs that employees associate with leaving the organization.
Normative
: employees’ feeling of obligation to remain with the organization.
Pembagian ketiga kelompok komitmen organisasional ini menunjukan banyaknya pandangan individu mengenai komitmen organisasional. Perbedaan persepsi komitmen organisasional ini memungkinkan perubahan komitmen organisasi pada karyawan-karyawan sales baru. Dilihat dari sudut afektif dan normatif komitmen organisasional menunjukan nilai-nilai perilaku sosial individu yang lebih menunjukan sifat-sifat kesetian, tanggung jawab, dan ketertarikan terhadap organisasi. Sedangkan dari sudut “Continuance” lebih menujukan perilaku individu yang ekonomis. Biasanya di dalam sebuah perusahaan, nilai-nilai positif yang ada dalam komitmen organisasi ini dibuat berdasarakan persetujuan semua pihak yang tergabung dalam organisasi. Proses terjadinya komitmen ini bukanlah berdasarkan kepentingan salah satu pihak yang terkait dalam organisasi tetapi demi kepentingan seluruh pihak yang tergabung dalam organisasi. Oleh karena itu komitmen bukanlah suatu hal yang menjadi alasan suatu perubahan organisasi, justru perubahan terhadap komitmen organisasi akan memicu adanya perubahan organisasi. Ketika sebuah organisasi mengalami perubahan organisasi maka komitmen organisasi akan terus dijunjung tinggi oleh semua pihak. Perubahan komitmen organisasi pada karyawan sales baru merupakan suatu kasus yang umum terjadi dimana-mana. Ada banyak perusahaan yang mengalami kasus seperti ini. Sebagai akibatnya perkembangan organisasi menjadi terhambat dengan adanya perubahan komitmen pada karyawan sales baru. Perusahaan harus mengeluarkan banyak biaya untuk mengganti sales-sales baru yang tidak betah untuk bertahan di perusahaan tersebut. Selain itu perusahaan juga harus mengeluarkan banyak biaya untuk mempertahankan sales-sales ini, dan juga disamping itu ada kemungkinan terjadinya kecemburuan social terkait dengan upah yang diberikan kepada sales-sales baru ini sehubungan dengan karyawan-karyawan dari departemen lain.
Ada banyak penyebab yang menimbulkan terjadinya perubahan komitmen pada karyawan baru ini. Perilaku karyawan yang ekonomis bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kasus ini. Seperti yang telah diungkapkan oleh Allen & Mayer (1990) bahwa terbentuknya komitmen organsasi lebih disebabkan karena pertimbangan biaya yang bisa diperoleh oleh seorang individu dibandingkan jika individu tersebut keluar dari organisasi. Dari pandangan seperti ini seorang individu akan tidak akan mempedulikan bagaimana perkembangan sebuah perusahaan. Individu tersebut lebih berpikir tentang apa yang dapat diperoleh dari organisasi ini tanpa mempedulikan apa yang bisa diberikannya bagi organisasi. Namun disamping itu individu yang seperti ini akan mempunyai etos kerja yang lebih ulet karena individu tersebut memandang apa yang dilakukannya demi pemenuhan kebutuhan pribadinya. Tentunya individu tersebut mempunyai keinginan yang lebih untuk mendapatkan upah yang lebih besar bagi kehidupan pribadinya. Dalam buku “Change” Rhenald Kasali menyebutkan bahwa ada 7 budaya negative yang dapat mengontaminasi nilai-nilai komitmen perusahaan. Ketujuh budaya negative tersebut antara lain : 1. Budaya Ketakutan (culture of fear) 2. Budaya Menyangkal (culture of denial) 3. Budaya Kepentingan Pribadi (culture of self-interest) 4. Budaya Mencela (culture of cynicism) 5. Budaya Tidak Percaya (culture of distrust) 6. Budaya Anomi (culture of anomie) 7. Budaya Mengedepankan Kelompok (the rise of underground subculture)
Ketujuh budaya negative ini sifatnya akan merusak atau mengontaminasi komitmen perusahaan. Budaya negatif ini bisa berasal dari dalam perusahaan ataupun dari luar perusahaan. Jika terus dibiarkan maka komitmen organisasional
akan terus mengalami perubahan dan pada gilirannya akan merusak stabilitas perusahaan. Walau bagaimanapun untuk menghentikan perubahan komitmen dari para karyawan sales ini, ketujuh budaya negative ini harus dihilangkan sepenuhnya. Untuk mengatasi perubahan komitmen pada karyawan sales ini maka perusahaan harus merubah beberapa sistem organisasionalnya. Perubahan organisasional biasanya terdiri dari tiga tipe yaitu : • Perubahan
struktur
departemantalisasi,
meliputi
hirarki
:
perubahan
perintah
organisasi,
spesialisasi pengaturan
kerja, kontrol
pekerjaan, sentralisasi, formalisasi perusahaan, desain ulang pekerjaan atau aktualisasi desain struktur. • Perubahan organisasi meliputi : perubahan proses kerja, metode, dan perlengkapan kerja. • Perubahan orang-orang dalam organisasi meliputi : perubahan sikap,
pencapaian hasil kerja, persepsi, dan perilaku baik secara individu maupun kelompok (Stephen Robbins & Mary Coulter,2007). Sehubungan dengan permasalahan perubahan komitmen pada karyawan sales baru perlu diadakannya perubahan dalam hal struktur dan sikap orang-orang dalam organisasi. Untuk itu perusahaan perlu : • Selektif terhadap karyawan baru (rekruitmen)
• Melakukan training terhadap karyawan baru yang telah masuk dalam organisasi perusahaan. • Manajeman pengendalian.
• Perubahan kebijakan sistem kontrak kerja. Sikap
selektif
pada
karyawan
baru
memungkinkan
perusahaan
mendapatkan karyawan yang benar-benar kompeten, peletakan posisi ditempat
yang tepat dan diwaktu yang tepat. Sikap selektif terhadap karyawan memungkinkan perusahaan meminimalkan resiko perubahan komitmen yang sering terjadi pada karyawan sales baru. Kebijakan training sangat efektif untuk menekan tingkat perubahan komitmen pada karyawan baru. Dengan diadakannya training ini dimaksudkan agar dapat memposisikan karyawan ditempat yang tepat sekaligus karyawan diharapkan semakin mengenal nilai-nilai positif yang melekat pada komitmen perusahaan. Dengan demikian karyawan baru diharapkan dapat memiliki komitmen yang lebih kuat terhadap perusahaan. Selain itu dengan penempatan posisi karyawan ditempat yang tepat diharapkan bahwa karyawan baru mampu bekerja sesuai kemampuan dan keahlian dan dengan demikian memiliki komitmen yang kuat terhadap perusahaan. Manajemen pengendalian perusahaan yang tepat diharapkan mampu mengendalikan sikap dan perilaku karyawan baru dalam menjaga komitmen organisasi. Diharapkan dengan adanya manajemen pengendalian komitmen organisasi antara perusahaan dengan para karyawan sales baru ini dapat terjaga. Perubahan sistem kontak kerja ini diharapkan dapat menjaga komitmen karyawan,dengan adanya sistem kontrak kerja maka karyawan secara psikologi akan termotivasi untuk memenuhi target yang sudah ditentukan perusahaan, sedangkan dari pihak perusahaan tidak akan dirugikan dalam hal pelatihan.
III.
Penutup Komitmen organisasi sangatlah penting untuk menjaga stabilitas dan keutuhan organisasi. Perubahan komitmen yang terus-menerus akan sangat merugikan bagi perusahaan. Pada karyawan-karyawan baru yang belum berpengalaman biasanya akan merasakan pekerjaan sebagi suatu hal yang berat. Disamping itu adanya faktor-faktor budaya negatif yang seringkali dibawa oleh para karyawan baru ini akan mengancam komitmen organisasi.
Dibutuhkan suatu perubahan untuk merubah komitmen organisasi pada karyawan sales baru yang sering berubah. Perubahan perilaku karyawan dan struktur organisasi dalam perusahaan dibutuhkan untuk membenahi perubahan komitmen organisasi pada karyawan sales baru. Adanya proses seleksi, training, manajemen pengendalian dan perubahan dalam kebijakan sistem kontrak akan sangat membantu dalam membenahi tingkat perubahan komitmen pada karyawan sales baru.
Daftar Pustaka Kasali Rhenald, Ph.D.”Change”, PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2005 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, “Management ninth edition”, Pearson International Edition, 2007 Rylander David H, “ Changes in organizational commitment for sales force newcomerce : an exploratory look at early employment influences” accesed on 8 march 2009 accesed on 8 march 2009