PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKHLAK PADA
SISWA KELAS IX SMP PGRI 12 PONDOK LABU (Studi Penelitian Kelas IX SMP PGRI 12 Pondok Labu) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Agustus 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada jurusan Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 25 Agustus 2008
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Jurusan Dr. H. A. F. Wibisono, MA NIP. 150 236 009
Tanggal
Tanda tangan
……….
………………
……….
………………
………..
……………….
………..
………………..
Sekretaris Jurusan Drs. Safiudin Sidiq, MA NIP. 150 299 477 Penguji I Prof. Dr. H. Salman Harun, MA NIP. 150 062 568 Penguji II Drs. Ahmad Shoddiq, MA NIP. 150 289 321
Mengetahui: Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah
Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A. NIP. 150 231 256
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Hasanuddin
Tempat/ Tgl Lahir : Kuningan, 05 Januari 1986 NIM
: 104011000136
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: Implementasi Pembelajaran Akhlak pada Siswa Kelas IX SMP PGRI 12 Pondok Labu
Pembimbing
: Drs. H. Achmad Gholib, M.A
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Agustus 2008 Penulis
Hasanuddin
i
ABSTRAKSI
Hasanuddin Implementasi Pembelajaran Akhlak pada Siswa Kelas IX SMP PGRI 12 Pondok Labu Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
jawaban
bagaimana
pembelajaran Pendidikan Agama Islam(akhlak) di SMP PGRI 12 Pondok Labu. Penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 12 Pondok Labu. Penelitian ini memakai Metode deskriptif analisis yang menggunakan instrument kuesioner dan wawancara. Dari penelitian yang telah dilakukan kepada sejumlah siswa yang menjadi sampel, penulis melakukan analisis data yang merupakan bagian penting dalam metode ilmiah untuk menjawab masalah penelitain ini. Pembelajaran akhlak pada kelas IX SMP PGRI 12 Pondok Labu dalam pelaksanaan dan hasil terhadap anak didik di SMP tersebut, antara materi yang disampaikan atau norma dengan sikap atau perilaku anak didik cukup sesuai dari hasil penelitian di SMP tersebut. Dari 30 siswa yang menjawab pertanyaanpertanyaan berjumlah 14 item dengan jawaban (kadang-kadang) berjumlah 8, jawaban (ya) berjumlah 4 dan jawaban (tidak) berjumlah 2, maka cukup sesuai dengan alokasi waktu yang sangat singkat hanya 2 jam/ kelas mayoritas siswa menjawab kadang-kadang. Untuk mempertahankan dan meningkatkan akhlak dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (akhlak) supaya tujuan inti di dalam proses pembelajaran siswa-siswi bisa tercapai dengan baik maka penulis menyarankan kepada pihak sekolah untuk menjadikan akhlak sebagai orientasi utama dan pertama didalam penilaian dengan diimbangi oleh kapasitas intelektual anak didik, disarankan pula untuk para guru menjadi suri tauladan bagi siswa-siswinya agar akhlak anak didik setiap hari semakin baik dalam kehidupan sehari-harinya di sekolah khususnya, umumnya di luar sekolah.
ii
KATA PENGANTAR
ϢϴΣήϟϦϤΣήϟͿϢδΑ Puji syukur kehadirat Allah swt atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis
dapat
menyelesaikan
penyusunan
skripsi
yang
berjudul
“IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKHLAK PADA SISWA KELAS IX DI SMP PGRI 12 PONDOK LABU”. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada baginda nabi Muhammad saw beserta anak-anak, keluarga dan sahabatnya serata para Nabi, Wali, Syuhada, dan orang-orang salih. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan, bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu penulis menucapkan terimakasih yang mendalam kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. H. Achmad Gholib, M. A, Pembimbing Penulisan Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis. 4. Bapak Prof. Dr. Armai Arief, MA., Dosen Penasihat Akademik. 5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing penulis selama kuliah di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Furqan dan Ibu Nida Staff Jurusan Pendidikan Agama Islam 7. Ayahanda Sukatma dan Ibu Maspidah tercinta, satu dari sekian harapan kalian telah ananda penuhi, semoga harapan-harapan kalian yang lain dapat ananda wujudkan. Tidak ada kata yang pantas lagi ananda ucapkan selain ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya atas segala pengorbanan, kasih sayang, dukungan dan bimbingan kalian serta kesabaran yang tak terhingga. 8. Kakandaku, Teh Nur Hasanah, Kak Saiful Ali, Teh Nur Sehah, Kak Asef Ma’mun Sanusi, Adikku Nurul Magfirah dan seluruh keponakanku
iii
9. Ibu Dra. Sartini, MM. Kepala dan Dra. Hajarillah Wakil sekolah SMP PGRI 12 Pondok Labu beserta dewan Guru yang bersedia menerima dan membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi ini. 10. Teman-teman seperjuangan di Jurusan PAI 2004, khususnya Mas Bejo, Kang Rizal, Nur Istianah, Latifah dan Arif Maulana Akbar, serta teman-teman mahasiswa yang tidak dapat penulis Sebutkan satu persatu, yang telah memberikan semangat dan bantuannya selama ini. 11. Adindaku tersayang "Idah Ummu Maidah", yang membuat penulis semangat. Akhirnya atas jasa dan bantuan semua pihak, baik berupa moril maupun materil penulis panjatkan doa, semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda dan penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berkah bagi penulis dan pembaca. Amien.
Jakarta, Agustus 2008
Penulis
iv
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ILMIAH .................................................................................. i ABSTRAKSI........................................................................................................ ii KATA PENGANTAR......................................................................................... iii DAFTAR ISI........................................................................................................ v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................ 7 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8 D. Kegunaan penelitian ..................................................................... 8 E. Metode Penelitian ......................................................................... 8 F. Pedoman Penulisan ....................................................................... 11 G. Sistematika Penyusunan ............................................................... 11
BAB II
LANDASAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam .............................................................. 12 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ....................................... 12 2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam............................ 17 B. Akhlak ........................................................................................... 23 1. Pengertian Akhlak................................................................... 23 2. Pembentukan Akhlak ............................................................. 29 3. Pembinaan Akhlak .................................................................. 33 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak ....... 37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ................................................................... 41 B. Populasi dan sample penelitian ..................................................... 41
v
C. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 42 D. Pengumpulan Data ....................................................................... 42 BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Pembelajaran Akhlak di SMP PGRI 12 Jakarta....... 45 1. Pembelajaran Akhlak ............................................................. 45 2. Kurikulum ............................................................................... 45 3. Materi ...................................................................................... 45 4. Keteladanaan ........................................................................... 47 5. Kendala-Kendala Pembelajaran .............................................. 47 B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 48 1. Sejarah Berdirinya Dan Letak Geografisnya .......................... 48 2. Identitas Sekolah ..................................................................... 49 3. Visi dan Misi SMP PGRI 12 Pondok Labu Jakarta Selatan ... 49 4. Struktur Organisasi SMP PGRI 12 Pondok Labu Jakarta Selatan ..................................................................................... 49 5. Kurikulum PGRI 12 Pondok Labu Jakarta Selatan................. 51 6. Keadaan Guru, Karyawan, Siswa dan Sarana Prasarana SMP PGRI 12 Pondok Labu Jakarta Selatan ................................... 52 C. Deskripsi Data.................................................................................. 55 D. Analisis dan Interpretasi Data .......................................................... 61
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 63 B. Saran.............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65 LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Struktur Program Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).............................................................................. 51
Tabel 2
Guru –Guru di SMP PGRI 12 ............................................................. 52
Tabel 3
Karyawan – Karyawan SMP PGRI 12................................................ 54
Tabel 4
Siswa-Siswa SMP PGRI 12 ................................................................ 54
Tabel 5
Sarana dan Prasarana SMP PGRI 12 .................................................. 55
Tabel 6
Apakah Anda Memberi Salam Ketika Bertemu Guru dan Teman ..... 55
Tabel 7
Ketika usaha anda belum berhasil dalam belajar dan lainnya di sekolah, apakah anda bersabar ........................................................ 56
Tabel 8
Apakah anda belajar tepat waktu ........................................................ 56
Tabel 9
Apakah anda telah memahami peraturan sekolah............................... 57
Tabel 10 Setiap pembelajaran pendidikan agama Islam (akhlak), apakah anda langsung mengerti....................................................................... 57 Tabel 11 Apakah anda mempelajari pendidikan agama Islam (Akhlak) di luar jam pelajaran ....................................................................................... 58 Tabel 12 Apakah anda suka Cara belajar PAI (Akhlak) dengan ceramah ......... 58 Tabel 13 Apakah anda selalu bersikap Tasamuh terhadap teman-teman anda di sekolah ........................................................................................... 58 Tabel 14 Apakah anda termasuk salah seorang yang menciptakan keadaan sekolah yang tenang .............................................................. 59 Tabel 15 Apakah anda tidak memiliki rasa benci atau dendam kepada teman-teman di sekolah..................................................................... 59 Tabel 16 Apakah anda memiliki sifat takabur di sekolah .................................. 60 Tabel 17 Apakah anda selalu bersyukur di sekolah ........................................... 60 Tabel 18 Selalu tenang ....................................................................................... 60 Tabel 19 Selalu Qana’ah dengan apa yang sudah dimiliki ................................ 61
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket Penelitian 2. Berita wawancara kepala sekolah SMP PGRI 12 Pondok Labu 3. Berita wawancara guru bidang studi PAI kelas IX 4. Lembar pengesahan judul skripsi 5. Surat keterangan bimbingan skripsi 6. Surat keterangan izin riset dari Fakultas 7. Surat keterangan penelitian dari SMP PGRI 12 Pondok Labu
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di lembaga sekolah tingkat pertama sangat didominasi oleh pelajaran umum seperti IPA dan IPS, sedangkan Pelajaran Agama Islam (akhlak) di lembaga tersebut sangat minim, mulai dari alokasi waktu yang diberikan hanya 2 jam di setiap kelas, guru agama Islam hanya berjumlah beberapa orang, serta buku panduan yang diajarkan di sekolah tersebut juga belum memadai baik dari segi isi buku maupun pengarang buku tersebut. Melihat dari fenomena tersebut, tentunya akan sangat sulit mencapai tujuan pendidikan keagamaan dengan baik yang ada dalam kurikulum mata pelajaran, dengan waktu yang begitu singkat padahal si anak tidak hanya dituntut mendapatkan materi tentang apa itu akhlak dan berbagai macamnya, tapi justru hal yang paling utama adalah bagaimana cara pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Jika kita meminjam pendapat kaum Hedonis, sebagaimana yang di kutip Ahmad Amin, dalam Bukunya
yang berjudul ”Etika (Ilmu Akhlak)”, maka alokasi waktu tersebut jauh dari cukup, karena pelajaran akhlak menuntut adanya praktik dalam masyarakat, mereka berpendapat, ”Pelajaran akhlak mempunyai pengaruh yang besar
dalam praktik hidup, karena teori ini membatasi tujuan hidup. Yaitu kebahagiaan perseorangan yang menurut pendapat paham Hedonism atau kebahagiaan
masyarakat
menurut
pendapat
paham
Universalistic
1
Hedonisme” . 1
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1975), h. 134
1
2
Dalam kehidupan nyata sendiri, setiap manusia akan lebih banyak mendapatkan pendidikan akhlak melalui dunia nonformal, atau lebih pada pemberian contoh dari kaum yang lebih tua, yang terkadang kaum tua sendiri lebih banyak memberikan contoh yang tidak baik. Karenanya sektor pendidikan formal (melalui sekolah) atau nonformal (Pendidikan Pesantren) menjadi solusi yang amat diperlukan oleh masyarakat guna pendidikan akhlak anak. Dengan harapan ketika si anak terjun kemasyarakat ia mampu memposisikan dirinya sebagai manusia yang bisa diterima diberbagai golongan atau usia, dan bahkan harapan yang lebih jauh ia menjadi manusia yang terhormat. Permasalahannya sekarang adalah, apakah dengan tenggang waktu pendidikan yang relatif sedikit atau sebentar tersebut si anak mampu menjawab semua permasalahan yang ada di masyarakatnya yang seiring waktu permasalahan tersebut akan berkembang atau apakah ia mampu menjadi remaja yang diharapkan? Karena pada realita-nya masyarakat hanya bisa menuntut hal yang baik. Dengan mempelajari kasus yang penyimpangan norma pada saat dahulu2, serta di barengi dengan melihat realita perkembangan zaman saat ini, tentunya penanaman nilai-nilai keagamaan sangatlah dibutuhkan dalam proses pendidikan. Apalagi jika merujuk kepada penjelasan diatas, jelas sekali, akan tercipta peluang besar terjadi penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh para siswa. Sebagai contoh kecil, mereka tidak bersikap baik terhadap teman, guru, orang tua, dan lingkungan, apalagi terhadap Tuhan mereka yang abstrak. Di mulai dari kelas satu siswa naik ke kelas dua lalu naik ke kelas tiga yang mana di masa ini siswa kelas tiga berada di masa pubertas atau masa peralihan dari remaja menuju dewasa (umur 13-17 tahun). Hal ini yang sangat
2
Zahrudin AR dan Hasanudin Sinaga, dalam bukunya Pengantar Studi Akhlak, mamberikan pembahasan khusus mengenai ”Sejarah Perkembangan Ilmu Akhlak”. Fase itu dimulai sejak zaman Yunani, Fase Arab pra-Islam, Fase Islam, Abad pertengahan hingga Fase Modern, secara tidak langsung hal ini mengindikasikan pendidikan akhlak adalah hal yang paling urgen yang menjadi perhatian tersendiri karena dengan berkembangnya zaman maka itu berarti berkembang pula permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sosial tentunya. Zahrudin AR dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h.19-35
3
dikhawatirkan seharusnya oleh semua kalangan khususnya oleh umat Islam yang berkecimpung di dunia pendidikan. Karena di masa ini siswa akan mencoba sesuatu yang mereka belum ketahui akan baik dan buruknya sikap yang mereka lakukan, maka oleh karena itu pendidikan agama harus diutamakan oleh pihak pendidik lebih khusus lagi dalam bidang moralitas atau akhlak. Berkaitan dengan masalah akhlak, Islam menawarkan berberapa landasan teori yang tertuang dalam al-Quran dan Hadis, yang kesemua itu sudah membuktikan oleh para tokoh Islam, diantaranya Ibnu Miskawaih dan al-Ghazali, kemudian mereka pun menjadi pemerhati kehidupan manusia dan menjadikan perkembangan akan moralitas atau akhlak manusia umumnya dan khususnya anak remaja sebagai salah satu kajian utamanya. Adapun landasanlandasan tersebut ialah sebagai berikut: 1. Al-Qur’an
˳Ϣ˸ϴ˶ψ˴ϋ˳ϖ˵Ϡ˵ΧϰϠ˴ό˴ϟ˴Ϛ˷˴ϧ˶·˴ϭ
Sesungguhnya engkau (muhammad) berada diatas budi pekerti yang agung (Q.S. Al-Qalam : 4).3 2. Al-Hadis
ϻ ϦδΣ ϢϤΗ ϻ ΖΜόΑϝΎϗϢόϠλͿϝϮγέϥϪϐϠΑϪϧϚϟΎϣ
ϕ ϼΧ
"Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia".4 3. Menurut ulama dan Tokoh-Tokoh Muslim a. Abdul Hamid Yunus 5
ΔϴϳΩ˱ϻϥΎδϧ˳ϻΕΎϘλϲ˰ϫϕϼΧϻ
"Akhlak ialah sifat kebiasaan manusia"
3
Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Bandung: CV penerbit Jumanatul Ali, 2005), h.596 4 Imam Malik, Al-Muwatha Juz. 14, (Beirut: Daarul Fikr, 1980), h. 132 5 Abdul Hamdi Yunus, As-Sya’ab, (Kairo: Daarul Ma’arif, tt), h. 436
4
b. Imam Al-Ghazali
ϝΎόϓϷ έΪμΗ ΎϬϨϋ ΔΨγέ βϔϨϟ ϲϓ ΔΌϴϫ Ϧϋ ΓέΎΒϋ ϖϠΨϟ 6 ΔϳϭέϭήϜϓϰϟ·ΔΟΎΣήϴϏϦϣήδϳϭΔϟϮϬδΑ
”Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripada timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu).” c. Ibrahim Anis
ϦϣήηϭήϴΧϦϣϝΎόϓ˱ϻέΪμΗΎϬϨϋΔΨγέβϔϨϠϟϝΎΣϖϠΨϟ 7 ΔϳϭέϭήϜϓϰϟΔΟΎΣήϴϏ
"akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik dan buruk, tanpa membutuhkan pikiran dan pertimbangan" Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, maka sejak
itu
timbul
gagasan
untuk
melakukan
pengalihan,
pelestarian,
dan
pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan melalui pendidikan. Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan dari generasi ke generasi, sejalan dengan tuntutan kemajuan masyarakat. Apabila ilmu pengetahuan hanya dimiliki oleh segelintir orang, akibatnya akan terjadi pembodohan terhadap masyarakat yang menyebabkan mudah ditindas bahkan dapat diperbudak oleh kaum yang kuat. Islam mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan yakin menuntut akhirat tetapi tidak melupakan kepentingan dunia, sebagimana firman Allah dalam QS.Al-Qashash 77:
6 7
Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Daarulyan: tp, 1987), Jilid. 2, h. 58 Ibrahim Anas, Al-Mu’jamul Wasith, (Mesir: Daaru; Ma’arif, 1972), h. 2002
5
”Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. AL-Qashash : 77).8 Pandangan hidup yang materialitis atau hanya mementingkan keuntungan dunia, mempengaruhi masyarakat yang nampak pada tingkah lakunya
dengan
meninggalkan
amalan-amalan
ibadah
serta
tidak
memperdulikan lagi untuk mempelajari Al-Qur’an sebagai kitab suci dan mengaplikasikannya dalam kehidupan dunia dan untuk keselamatan di akhirat kelak. Manusia lebih mementingkan waktu dan materi keduniaan, sehingga melalaikan kewajiban utamanya sebagai makhluk Allah swt beribadah dan berakhlak mulia. Maka dalam dunia pendidikan agama tidak bisa di pisahkan, walaupun di SMP/ SLTP banyak pelajaran-pelajaran akan tetapi setiap mata pelajaran memiliki ciri khas dan karakteristik tertentu yang dapat membedakannya dengan mata pelajaran lainnya. Begitu juga halnya mata pelajaran pendidikan agama Islam, khususnya di sekolah menengah pertama (SMP). Adapun karakteristik mata pelajaran PAI di SMP adalah sebagai berkut: 1. Diberikannya mata pelajaran PAI, khususnya di SMP, bertujuan untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia), dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya sehingga dapat dijadkan bekal untuk mempelajari berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh-pengaruh negative yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut. 2. Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu akidah, syariah dan akhlak. Akidah merupakan penjabaran dari kosep iman; syariah meupakan penjabaran dari konsep Islam, syariah memiliki dua dimensi kajian pokok, yaitu ibadah dan muamalah, dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep ihsan. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian keIslaman (ilmu-ilmu agama) seperti ilmu kalam (teologi Islam, usuluddin, ilmu tauhid) yang merupakan pengembangan dari akidah, ilmu fikih yang merupakan pengembangan 8
Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 623
6
dari syariah, dan ilmu akhlak (etika Islam, moralitas Islam) yang merupakan pengembangan dari akhlak, termasuk kajia-kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai mata pelajaran di SMP.9 Adapun rujukan atau pedoman dalam pembelajaran pendidikan agama Islam (akhlak) di SMP PGRI 12 untuk kelas IX ialah buku mutiara akhlak dalam pendidikan agama Islam. Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi dan Permendiknas nomor 23 tanun 2006 tentang standar kompetensi lulusan yang di karang oleh Drs. Soepardjo, S. Ag dan Ngadiyanto, S. Ag. yang di terbitkan oleh PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri di Solo tahun 2007. Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam (akhlak) di SMP PGRI 12 Pondok Labu kelas IX disesuaikan dengan silabus, standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator dari Departemen Pendidikan Nasional.10 Anak yang berada dalam masa puber serta belum memahami agama Islam dan fenomena tersebut terjadi di sekolahan lanjutan pertama dengan didukungnya mata pelajaran tentang keagamaannya sangat kurang maksimal. Anak akan mudah terjerumus pada perbuatan dosa dan perbuatan maksiat lainnya. Keadaan semacam ini juga dapat menjadi penyebab utama kemerosotan moral, pergaulan bebas, penggunaan obat-obat terlarang, pemerkosaan, pembunuhan, dan berbagai bentuk kejahatan yang kebanyakan dilakukan oleh generasi yang kurang pemahamannya tentang akhlak, kurangnya pendidikan akhlak serta pembinaan akhlak pada anak. Apabila anak telah memahami hikmah dan pentingnya mempelajari akhlak dengan baik berarti mereka telah dibimbing untuk senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah Swt, yang akan membawa kepada ketenangan jiwa dan akan timbul perasaan takut bila hendak melakukan 9
Depdiknas, Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP), (Jakarta: Depdiknas, 2004), h. 2-3 10 Drs. Soepardjo, S.Ag dan Ngadiyanto, S.Ag, Mutiara Akhlak Dalam Pendidkan Agama Islam Untuk Kelas IX Sekolah Menengah Pertama, (Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007), h. 35-40 dan h. 121-126.
7
perbuatan dosa karena ia telah yakin bahwa dirinya senantiasa berada dibawah pengawasan Allah Swt. Lembaga pendidikan lanjutan pertama sangat dibutuhkan peranannya dalam membantu orang tua serta melanjutkan pemberian pemahaman akhlak serta pembinaan akhlak pada anak didik (remaja awal) yang sudah mereka dapatkan dari sekolah dasar. Karena periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat, meskipun masa puber merupakan periode singkat yang bertumpang tindih dengan masa akhir kanak-kanak dan permulaan masa remaja Namun, ciri utama masa ini adalah bergejolaknya dorongan seksual. Oleh karena itu, interaksi mereka dengan kekuatan barunya ini tergolong salah satu problem yang paling berat.11 Melihat fenomena di atas penulis tertarik untuk meneliti dan membahas dalam penulisan skripsi dengan judul : “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKHLAK PADA SISWA KELAS IX SMP PGRI 12 PONDOK LABU”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk memperjelas dan mempermudah pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah sebagai berikut: Impelementasi
secara
sederhana
adalah
pelaksanaan
atau
penerapan. Implementasi menurut Mclaughlin (dalam mann, 1978). Implementasi
merupakan
aktivitas
yang
saling
menyesuaikan.
Implementasi yang penulis maksud adalah bukan sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.12
11
Netty Hartati, Dkk. Islam Dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h.
39-40 12
Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Umum, 2004), h. 40
8
Implementasi
berasal
dari
bahasa
Inggris
yang
berarti
13
pelaksanaan , sedangkan dalam kamus ilmiah populer yang berarti penerapan, pelaksanaan14, karena luasnya masalah pendidikan agama Islam yang meliputi: Ibadah, Akidah dan Akhlak, Al-Qur'an dan Fiqh, maka dalam pembahasan proposal ini peneliti hanya membatasi pada pembelajaran akhlak siswa Kelas IX dalam Pembinaan Akhlak Siswa di SMP 12 PGRI Pondok Labu. 2. Perumusan Masalah Setelah membatasi masalah dalam penelitian ini, penulis memutuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana implementasi pembelajaran akhlak di SMP PGRI 12 Pondok Labu?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bentuk pembelajaran akhlak di SMP PGRI 12 Pondok Labu. 2. Untuk mengetahui pola pembinaan akhlak di SMP PGRI 12 Pondok Labu. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif bagi orang-orang yang kosen dan bergerak dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam yang mengenai akhlak.
D. Kegunaan Penelitian 1. Untuk mengembangkan disiplin keilmuan yang penulis miliki dan menambah wawasan penulis khususnya, serta pihak lain yang berminat dalam masalah ini. 2. Untuk memberikan masukan bagi sekolah yang diteliti sebagai bahan evaluasi.
13
John M. Echoles dan Hasan Sadizly, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1995) 14 Tim Media, Kamus Ilmiah Populer, (Media Center, 2002), h. 155
9
E. Metodologi Penelitian Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa tekhnik yaitu: 1. Angket Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan angket sebgai metode yang dipilih untk mengumpulkan data. Angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpulan data.15 Angket adalah alat untuk menumpulkan data yang berupa daftar pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab secara tertulis.16 Jenis angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket tertutup, yaitu angket yang menghendaki jawaban pendek, atau jawabannya diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu. Daftar pertanyaan disusun dengan disertai alternative jawabannya, respoden diminta untuk memilih salah satu jawaban atau lebih dari alternative yang sudah disediakan.17 Untuk mendapatkan data yang komprehensif, angket ini dibagikan kepada guru-guru yang menjadi responden. Angket tersebut berisi pertanyan seputar pembelajaran akhlak dan pembinaan akhlak siswa. Yang ada di SMP PGRI 12 Pondok Labu. 2. Observasi Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang di susun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang menggambarkan akan terjadi.18
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 225 16 Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Umum, 2004), h. 41 17 Risnayanti , Implementasi Pendi... h. 41 18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 229
10
Obervasi merupakan pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian.19 Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi langsung yaitu mengadakan pengamatan secara langsung ke SMP PGRI 12 Pondok Labu untuk mengamati keadaan sekolah, guru-guru, siswa, fasilitas yang dimiliki dan struktur organisasi yang dimiliki oleh SMP PGRI 12 3. Wawancara Di samping memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data, dengan metode interviue peneliti harus memikirkan tentang pelaksanaanya. Memberikan angket kepada responden dan menghendaki jawaban tertulis, lebih mudah jika dibandingkan dengan mengorek jawaban responden dengan tatap muka.20 Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang mewawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.21 Wawancara dilakukan dengan berdialog dan Tanya jawab dengan kepala sekolah, dan juga guru yang bertugas di SMP PGRI 12. 4. Dokumentasi Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebgainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.22 19
Risnayanti , Implementasi Pendi... h. 41 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 227 21 Risnayanti , Implementasi Pendi... h. 41 22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 231 20
11
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada.23
F. Pedoman Penulisan Teknik penulisan dalam skripsi ini berdasarkan pada Pedoman Penulisan Skripsi yang disusun oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.24
G. Sistematika Penyusunan Sistematika penyusunan dalam penelitian ini dibagi dalam lima (5) bab, setiap bab dirinci ke dalam sub bab sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan, pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan penulisan dan kegunaan
penelitian,
metodologi
penelitian
dan
sistematik
penyusunan. Bab II : Landasan Teori, pada bab ini akan diuraikan mengenai pengertian pendidikan agama Islam, dasar dan tujuan pendidikan agama Islam, pengertian akhlak, pembentukan akhlak, pembinaan akhlak, faktorfaktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak. Bab III : Metodologi penelitian, pada bab ini akan diuraikan mengenai pendekatan penelitian, populasi dan sample penelitian, waktu dan tempat penelitian, pengumpulan data yang mencakup angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Bab IV : Hasil penelitian Pelaksanaan pembelajaran akhlak di SMP PGRI 12 Jakarta pada bab ini diuraikan mengenai pembelajaran akhlak, kurikulum, materi, keteladanan, kendala-kendala, gambaran umum SMP PGRI 12 dan deskripsi data, analisis dan interpretasi data. Bab V : Penutup, pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran 23 24
Risnayanti , Implementasi Pendi... h. 42 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi,(Ciputat: FITK, 2007), h. 3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” yang mendapat awalan
“pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu “Paedagogie”, yang berarti bimbingan kepada anak didik. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan istilah “edution” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan kata Tarbiyah yang berarti pendidikan.1 Pendidikan berasal dari kata ”didik”, lalu kata ini mendapat awal
”me” sehingga menjadi ”mendidik”, artinya memelihara dan memberikan latihan dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (lihat kamus besar bahasa Indonesia, 1991:232). Pengertian pendidikan dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan menusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. 1, h. 1
12
13
Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) artinya memberikan peningkatan (to elicit, to give riset to), dan mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (mc leod, 1989).2 Jadi yang dimaksud dengan Pendidikan ialah bimbingan atau pertolongan secara sadar yang diberikan oleh Pendidik kepada siterdidik dalam perkembangan jasmaniah dan rohaniah kearah kedewasaan dan seterusnya ke arah terbentuknya kepribadian muslim. Dan, Pendidikan dalam arti sempit, ialah bimbingan yang diberikan kepada anak didik sampai ia dewasa. Pendidikan dalam arti luas, ialah bimbingan yang diberikan sampai mencapai tujuan hidupnya; bagi pendidikan Islam, sampai terbentuknya kepribadian muslim. Jadi pendidikan Islam, berlangsung sejak anak dilahirkan sampai mencapai kesempurnaannya atau sampai akhir hidupnya. Sebenarnya kedua jenis pendidikan ini (arti sempit atau arti luas) satu adanya.3 Jika kita merujuk kamus bahasa Arab, kita akan menemukan tiga akar kata untuk istilah Tarbiyah. Pertama, ”rabba-yarbu” yang artinya bertambah dan berkembang. Kedua, rabiya-yarbu yang dibandingkan dengan khafiya-yakhfa yang berarti ”tumbuh dan berkembang”. Ketiga rabba-yarubbu yang dibandingkan dengan madda-yamuddu dan berarti ”memperbaiki,
mengurusi
kepentingan,
mengatur,
menjaga,
dan
memperhatikan”. Dari pengertian-pengertian dasar diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa: Pertama,
pendidikan
merupakan
kegiatan
yang betul-betul
memiliki tujuan, sasaran, dan target. 2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), h.256 3 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’rif Bandung ), h. 31-32
14
Kedua, pendidik yang sejati dan mutlak adalah Allah SWT. Ketiga, pendidikan menuntut terwujudnya program berjenjang melalui peningkatan kegiatan pendidikan dan pengajaran selaras dengan urutan
sistematika
menanjak
yang
membawa
anak
dari
suatu
perkembangan ke perkembangan lainnya. Keempat, peran seorang pendidik harus sesuai dengan tujuan Allah swt menciptaknya. Artinya, pendidik harus mampu mengikuti syariat agama Allah.4 Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya
pengendalian
untuk
diri,
memiliki
kepribadian,
kekuatan kecerdasan,
spiritual akhlak
keagamaan, mulia,
serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.5 Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya
pengendalian
untuk
diri,
memiliki
kepribadian,
kekuatan kecerdasan,
spiritual akhlak
keagamaan, mulia,
serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.6 Azyumardi Azra dalam bukunya Esei-Esei Intelektual Muslim Dan Pendidikan Islam, mengomentari bahwa
yang dimaksud dengan
pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.7
4
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h. 22 5 UU Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Focus Media, 2003), h.3 6 Departemen agama RI,UU dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006), h. 5 7 Azumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1998), h. 3
15
Religi berasal dari bahasa Latin, menurut satu pendapat asalnya ialah ”Relegere” yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Tetapi menurut pendapat lain kata itu berasal dari Religare yang berarti mengikat.8 Adapun Agama merupakan perpaduan kata yang sangat mudah diucapkan dan mudah untuk dijelaskan maksudnya (khususnya bagi orang awam), tetapi sangat sulit memberikan batasan (definisi) yang tepat lebihlebih bagi para pakar. Menurut Jhon Locke (16323-1704) agama bersifat khusus, sangat pribadi, sumbernya adalah jiwaku dan mustahil bagi orang lain memberi petunjuk kepadaku jika jiwaku sendiri tidak memberitahu kepadaku. Mahmud Saltut menyatakan bahwa agama adalah ketetapanketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Sedangkan menurut Syaikh Muhammad Abdullah Badran, dalam bukunya Al-madkhal Ila Al-Adyan, berupaya untuk menjelaskan arti agama dengan merujuk kepada al-Quran. Ia memulai bahasannya dengan pendekatan kebahasaan. Din yang biasa diterjemahkan ”agama”, menurut guru besar al-
Azhar itu, menggambarkan ”hubungan antara dua pihak dimana yang pertama mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada yang kedua.” Jika demikian agama adalah ”hubungan antara makhluk dan khaliq-Nya.” hubungan ini mewujud dalam sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap keseharianya.9 Sedangkan Islam, menurut pemakaian bahasa, berarti berserah diri kepada Allah.10 Hal ini dipertegas oleh firman Allah berikut ini:
8
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 1985), h.
10 9
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1992), h. 209-210 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h. 24 10
16
”Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. ”(Ali Imran: 83).11 Kata Islam, menurut pendidikan umum yang berlaku, biasanya mempunyai konotasi sebagai agama Allah, atau agama yang berasal dari Allah (agama artinya jalan). Agama Allah, berarti agama atau ajaran yang bersumber dari Allah, yang dimaksudkan jalan hidup yang ditetapkan oleh Allah bagi manusia untuk menuju dan kembali kepada-Nya. Jadi agama Islam sebagai agama Allah adalah jalan hidup yang ditetapkan oleh Allah (sebagai sumber kehidupan), yang harus dilalui (ditempuh) oleh manusia, untuk kembali atau menuju kepada-Nya. Oleh karena itu, bila manusia yang berpredikat muslim, benarbenar harus menjadi penganut agama yang baik, yang senantiasa mentaati ajaran Islam dan menjaga agar Rahmat Allah tetap berada pada dirinya. Ia harus mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajarnya yang didorong oleh iman sesuai dengan akidah Islam. Adapun mengenai pengertian pendidikan Islam menurut para ahli, berbeda-beda pula seperti yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan Islam. Menurut Athiyah Al-Abrasyi sebagaimana dikutip oleh Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam Bahwa Pendidikan Islam (AlTarbiyah Al-Islamiyah) mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna
11
Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 89
17
budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya, baik dengan lisan atau tulisan.12 Ahmad D. Marimba juga memberikan pengertian bahwa: “pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.13 Berdasarkan pandangan diatas, maka pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan kepada seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilainilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kehidupan.
2. Dasar Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Dasar Pendidikan Agama Islam Dasar adalah tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu itu dapat tegak kokoh berdiri. Dimana dalam suatu bangunan dasar adalah bagian yang sangat fundamental sebagai landasan agar bangunan tersebut tegak kokoh berdiri. Demikian pula dasar pendidikan dalam pendidikan Islam yaitu fundamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan dapat tegak berdiri tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa idiologi yang muncul baik sekarang maupun yang akan datang. Dasar pendidikan Islam secara garis besar ada 3 (tiga) yaitu: Al-Quran, Al-Sunnah dan Perundang-Undangan yang berlaku di Negara kita. 1) Al-Qur’an Al-Qur’an ialah kalam Allah yang tiada tandingannya. Dan merupakan mu’jizat diturunkan kepada Muhammad saw, NabiNya, sebagai penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan 12 13
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. 1, h. 3-4 Ramayulis, Ilmu ... (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. 1, h. 4
18
kepada kita secara mutawatir (oleh orang banyak), serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah, dimulai dengan surat AlFatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas. Keberadaan Tidak dalam ranah sosial diragukan lagi, karena Al-Qur’an telah mempengaruhi setiap sendi sistem pendidikan Rasulullah saw, dan Sahabat, serta diperkuat ketika Aisyah r.a menegaskan bahwa akhlak Rasullah saw. adalah AlQur’an, hal ini sesuai dengan yang difirmankan Allah dalam QS. Al-Furqan: 32 :
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “mengapa al-quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya kelompok demi kelompok (QS. Al-Furqan: 32).14 Ada dua isyarat yang bias diambil dari penjelasan ayat diatas yang berhubungan dengan pendidikan, yaitu, pengokohan hati dan pemantapan keimanaan dan sikap tartil dalam membaca Al-Qur’an. Penurunan Al-Qur’an yang dimulai dengan ayat-ayat yang mengandung konsep pendidikan dapat menunjukan bahwa tujuan Al-Qur’an yang terpenting adalah mendidik manusia melalui metode yang bernalar serta sarat dengan kegiatan meneliti, membaca, mempelajari, dan observasi ilmiah terhadap manusia sejak manusia masih dalam bentuk segumpal darah dalam rahim Ibu, sebagaimana firman Allah berikut ini:
14
Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 564
19
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.al-Alaq: 1-5).15 2) Al-Sunnah Dalam dunia pendidikan, Rasulullah untuk menuntut ilmu pengetahuan sebagai pengetahuan bekal dalam pendidikan dengan sabdanya: 16
ϢϠδϣϞϛϰϠϋΔπϳήϓϢϠόϟΐϠσϢόϠλϲΒϨϟϝΎϗ
“Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban atas setiap muslim dan muslimah”. Mencermati hadits diatas menunjukan bahwa penguasaan ilmu pengetahuan sangat penting untuk dijadikan sebagai bekal dalam memasuki dunia yang penuh dengan problematika kehidupan, bahkan untuk mempersiapkan diri memasuki kehidupan yang lebih kekal dan abadi, yaitu kehidupan akhirat.17 Rasulallah saw adalah sosok pendidik yang agung dan pemilik metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik. Beliau dapat memperhatikan manusia sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, dan kemampuan akalnya, terutama jika
15
Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 1079 16 Jalaluddin Abdurrahman As-Sayuthi, Jaamil Al-Ahadits, (Beirut: Daarul Fikr, 1414), h. 136 17 Muhammad Atyhiyah Al-Abrasy, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, (Jogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), h. 5
20
berbicara dengan anak-anak. Beliau sangat memahami kondisi naluriah setiap orang sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik material maupun spiritual. Beliau senantiasa mengajak setiap orang untuk mendekati Allah dan syari’at-Nya sehingga terperiharalah fitrah manusia melalui pembinaan diri setahap demi setahap, penyatuan kecenderungan hati, dan pengarahan potensi menuju derajat yang lebih tinggi.
3) Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia a) UUD 1945, pasal 29 Ayat 1, berbunyi: Ayat 2, berbunyi:
“Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya ”
Pasal 29, UUD 1945 ini memberikan jaminan kepada warga negara RI untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama yang dipeluknya bahkan mengadakan kegiatan yang dapat menunjang bagi pelaksanaan ibadat. Dengan demikian, pendidikan Islam yang searah dengan bentuk ibadat yang diyakininya diizinkan dan di jamin oleh negara.18 b) GBHN Di dalam GBHN tahun 1993 bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa no. 2 disebutkan: “Bahwa kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa makin dikembangkan sehingga terdapat kualitas keimanaan dengan ketaqwaan terhadapa tuhan yang maha esa, kualitas kerukunaan antara dan antar umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa dalam usaha memperkokoh persatuan dan
18
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 2
21
kesatuan bangsa serta meningkatkan keimanaan amal untuk bersama-sama membangun masyarakat.” c) Undang-Undang No. 2 tahun 1999 tentang Sitem Pendidikan Nasional. 1. Pasal 11 ayat 1 disebutkan: “Jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas oendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan keduniaan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan profesional”. 2. Pasal 11 ayat 2 disebutkan “Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranaan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan. Di antara syarat dan prasyarat agar peserta didik yang menjalankan peranannya dengan baik diperlukan berpengetahuan ilu pendidikan Islam. Mengingat Islam ini tidak hanya menekankan kepada segi teoritis saja, tetapi juga praktis. Ilmu pendidikan Islam termasuk ilmu praktis maka peserta didik diharapkan dapat menguasai ilmu tersebut secara penuh (teoritis dan praktis)”.19 b. Tujuan Pendidikan Agama Islam Berbicara tentang tujuan pendidikan, tak dapat tidak mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup, yaitu tujuan hidup manusia. Di mana manusia diciptakan untuk menjadi khalifah, manusia yang dianggap sebagai khalifah Allah tidak dapat memegang
peranan
tanggung jawab sebagai khalifah kecuali kalau ia dilengkapi dengan potensi-potensi yang membolehkan berbuat demikian. An-Nahlawy menunjukkan 4 tujuan dalam pendidikan Islam yaitu: 1) Pendidikan akal dan persiapan pikiran, Allah menyuruh manusia merenungkan kejadian langit dan bumi agar beriman kepada Allah. 2) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anakanak. Islam adalah agama fitrah, sebab ajarannya tidak dari tabiat asal manusia. 19
Nur Uhbiyati, Ilmu ... (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 29-30
22
3) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik
mereka
sebaik-baiknya,
baik
laki-laki
ataupun
perempuan. 4) Berusaha untuk menyeimbangkan segala potesi-potensi dan bakatbakat. Al-Jammali menyebutkan tujuan-tujuan pendidikan Islam sebagai berikut: 1) Memperkenalkan kepada manusia akan kedudukannya di antara makhluk-makhluk dan bertanggung jawab perseorangan dalam hidup ini. 2) Memperkenalkan kepada manusia akan hubungan-hubungan sosialnya dan tanggung jawabnya. 3) Memperkenalkan kepada manusia akan makhluk (alam semesta) dan
mengajaknya
memahami
hikmah
penciptanya
dalam
menciptakannya. 4) Memperkenalkan kepada manusia akan pencipta alam maya pada ini, untuk mengenal Allah dan bertaqwa kepada-Nya Al-Abrasy
dalam
kajiannya
tentang
pendidikan
Islam
menyimpulkan lima tujuan bagi pendidikan Islam: 1) Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia 2) Persiapan untuk kehidupan dinia dan akhirat 3) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat 4) Menyiapkan pelajar dalam menguasai profesi tertentu agar dapat mencari rezeki dam hiodup dengan mudah diasamping memelihara segi kerohaniaan dan keagamaan. 5) Menumbuhkan semangat ilmiah dalam jiwa pelajar itu mengkaji bukan sekedar ilmu. Ibnu Khaldun, sebagai seorang pemikir terakhir dari zaman keemasan Islam yang benyak menuliskan mengenai pandidikan, terutama pada karyanya yang terkenal, yaitu muqadimah, membagi tujuan pendidikan itu kepada:
23
1) Mempersiapkan
seseorang
dari
segi
keagamaan
yaitu
mengajarkannya syiar-syiar agama menurut Al-Qur’an dan AsSunnah. 2) Menyiapkan seseorang dari segi akhlak 3) Menyiapkan seseorang dari segi kemayarakatan dan sosial 4) Menyiapkan seseorang dari segi pekerjaan 5) Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran 6) Menyiapkan seseorang dari segi keseniaan yang bernuansa Islam.20 B. Akhlak 1. Pengertian Akhlak Sebelum sampai pada pengertian akhlak lebih dahulu perlu diketahui bahwa kata akhlak itu bentuk jamak dari kata “Al-Khuluku”, dan
kata yang terakhir ini mengandung segi-segi yang sesuai dengan kata “alKhalku” yang bermakna “kejadian”. Kedua kata tersebut berasal dari kata kerja “Khalaka” yang mempunyai arti “menjadikan”. dari kata “Khalaka” inilah timbul bermacam-macam kata seperti: Al-khuluku yang mempunyai makna “Budi Pekerti”. Al-khalku mempunyai makna ”Kejadian”.
Al-khalik bermakna “Tuhan Pencipta Alam”
Makhluk mempunyai arti “segala sesuatu yang diciptakan tuhan”.
Dalam kitab “Al-Mursyid Al-Amin Ila Mauidhah Al-Mu’minin”,
terdapat kalimat yang menjelaskan perbedaaan antara kata al-khalku dengan kata al-khuluku sebagai berikut: Dikatakan: “Fulan itu baik kejadiannya dan baik budi pekertinya”.
Maksudnya baik lahir dan batinnya. Yang dimaksud ”Baik Lahir” yaitu
baik rupa atau rupawan, sedang yang dimaksud “Baik Batin” yaitu sifatsifat kebaikan (terpuji) mengalahkan atas sifat-sifat tercela”. Dari uraian di atas jelas bahwa “Al-khalku” mengandung arti kejadian yang bersifat lahiriyah, seperti wajah yang bagus atau jelek. 20
Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Umum, 2004) h. 15-17
24
Sedangkan kata” Al-khuluku” atau jamak “Akhlak” mengandung arti budi pekerti atau pribadi yang bersifat rohaniah, seperti sifat-sifat terpuji atau sifat-sifat yang tercela.21 Secara etimologis akhlaq adalah jamak dari khuluq yang berartti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Secara terminologis ada beberapa definisi tentang akhlaq. Tiga diantaranya:
a. Imam Al-Ghazali “Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.” b. Ibrahim Anis “Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah
macam-macam
perbutan,
baik
atau
buruk,
tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.” c. Abdul Karim Zaidan “Akhlaq adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meniggalkannya.” Ketiga definisi diatas sepakat menyatakan bahwa akhlaq atau khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.22 Menurut pengertian asal katanya (menurut bahasa) kata “Akhlak”
berasal dari kata jamak bahasa arab “Akhlak”. Kata mufradnya ialah 21
H. Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Quran, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990), h. 1-2 Yunahar Ilyas Lc, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta:LPPI, 1999), h.1-2
22
25
“Khuluq” yang berarti: Sajiyyah: Perangai, Muruuah: Budi, Thab’u: tabiat, Adaab: Adab. Sedangkan menurut Syauqie Bei (penyair mesir, wafat tahun 1932) “hanya saja bangsa itu kekal, selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu”.23 Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan dengan perkataaan khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta; demikian pula dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk. Ibnu Athir menjelaskan bahwa: “Hakikat makna khuluq itu, ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang khalqu merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan batin sebagainya)”. Imam Al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
ΔϟϮϬδΑ ϝΎόϓϷ έΪμΗ ΎϬϨϋ ΔΨγέ βϔϨϟ ϲϓ ΔΌϴϫ Ϧϋ ΓέΎΒϋ ϖϠΨϟ 24 ΔϳϭέϭήϜϓϰϟ·ΔΟΎΣήϴϏϦϣήδϳϭ
”Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripada timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu).” Abdul Hamid Yunus mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut: 25 ΔϴϳΩ˱ϻϥΎδϧ˳ϻΕΎϘλϲ˰ϫϕϼΧϻ "Akhlak ialah sifat kebiasaan manusia" Ibrahim Anis mengemukakan definisi akhlak adalah:
23
Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlak, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994), h. 1-3 Imam Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin,… h. 58 25 Abdul Hamdi Yunus, As-Sya’ab,… h. 436 24
26
ϦϣήηϭήϴΧϦϣϝΎόϓ ˱ϻέΪμΗΎϬϨϋΔΨγέβϔϨϠϟϝΎΣϖϠΨϟ 26 ΔϳϭέϭήϜϓϰϟΔΟΎΣήϴϏ
"akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik dan buruk, tanpa membutuhkan pikiran dan pertimbangan" Sekalipun ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak berjauhan maksudnya, bahkan berdekatan artinya satu dengan yang lain. Sehingga Prof. KH. Farid Ma’ruf membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut: ”Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”. Dalam pengertian yang hampir sama dengan kesimpulan diatas, Dr. M. Abdullah Dirroz, mengmukakan definisi akhlak sebagai berikut: ”Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat)”.27 Kata akhlak berasal dari kata khaluqa yang berarti lembut, halus, dan lurus; dari kata khalaqa yang berarti “bergau dengan akhlak yang baik”: juga dari kata takhalaqa yang berarti “watak”.Akhlak ialah kesatriaan, kebiasaan, perangai, dan watak. Definisii akhlak ialah: kaidahkaidah ilmiah untuk menatadan mengatur perilaku manusia.28 Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam kamus AlMunjid berarti budi pekerti, perangai, tingakah laku atau tabiat. Di dalam dairul ma’arif dikatakan: “akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifatsifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut
Ibrahim Anas, Al-Mu’jamul Wasith,… h. 2002 H. A. Mustafa, Akhlak Tasawuf , (Bandung: cv. Pustaka Setia, 2005), h. 11-14 28 Khalil Al-Musawi, Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1998), h. 91 26 27
27
akhlak yang mulia, atau perbuatan buru, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.29 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama), namuan kata itu tidak ditemukan dalam al-quran.Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam al-Quran surat al-Qalam ayat 4. ayat tersebut dinilai sebagai konsideran pengangkatan nabi Muhammad SAW. Sebagai rasul:
“dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS. Al-Qalam: 4).30 Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadis-hadis nabi saw., dan salah satunya yang paling populer adalah :
ϕ ϼΧ ϻ ϦδΣ ϢϤΗ ϻ ΖΜόΑϝΎϗϢόϠλͿϝϮγέϥϪϐϠΑϪϧϚϟΎϣ "Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia".31
Bertitik tolak dari pengertian bahasa diatas, yakni akhlak sebagai kelakuan, kita selanjutnya dapat berkata bahwa akhlak atau kelakuan manusia sangat beragam. Dan bahwa firman Allah berikut ini dapat menjadi salah satu argumen keanekaragaman tersebut.
Sesungguhnya usaha kamu (hai manusia) pasti amat beragam (Q.S. al-lail:4).32 Keanekaragaman tersebut dapat ditinjau dari berbagai sudut. Antara lain nilai kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk. Serta dari objeknya, yakni kepada siapa kelakuan itu ditujukan.33 29
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 1 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 960 31 Imam Malik, Al-Muwatha,… h. 132 32 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Bandung: CV penerbit Jumanatul Ali, 2005), h.596 30
28
Menurut pendekatan etimologis, perkataaan “akhlak” berasal dari
bahasa arab jama’ dari bentuk mufradnya “khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan ”khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq” yang berarti pencipta dan “makhluk” yang berarti yang diciptakan.34 Dari sinilah asal permusuhan ilmu akhlak yang merupakan koleksi yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dengan khalik dan antara makhluk dengan makhluk. Kata khuluqun ini juga dapat dijumpai dalam Al-Qur’an surat AlQalam ayat 4 yakni dinyatakan:
“dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS. Al-Qalam: 4).35 Sedang didalam hadis riwayat Ahmad dan baihaqy Nabi bersabda:
ϕ ϼΧ ϻ ϦδΣ ϢϤΗ ϻ ΖΜόΑϝΎϗϢόϠλͿϝϮγέϥϪϐϠΑϪϧϚϟΎϣ
36
“bahwa sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (budi pekerti). (HR.Ahmad).37
Akhlak dermawan umpamanya, semula timbul dari keinginan berdermawan atau tidak. Dari kebimbangan ini tentu pada akhirnya timbul, umpamanya, ketentuan memberi derma. Ketentuan ini adalah
33
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhui Atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan,2003), h. 253-254 34 Zahrudin AR dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) hal. 1 35 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 960 36 Imam Malik, Al-Muwatha,… h. 132 37 Zahrudin AR dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) h. 43
29
kehendak, dan kehendak ini bila dibiasakan akan menjadi akhlak, yaitu akhlak dermawan.38 Lama setelah Rasulallah saw meniggal dunia, orang bertanya kepada Aisyah: ”Bagaimana akhlak Rasulallah saw?” Aisyah berkata:
”akhlak beliau adalah Al-Quran”. Ketika orang mendesak: ”apa yang dimaksud dengan akhlak Rasulallah itu Al-Quran?”. Aisyah memberi contoh:”tidakkah kamu baca surat Al-Mu’minun?” mungkin dalam surat Al-Mu’minun, karakteristik seorang mukmin secara jelas digambarkan dengan akhlaknya.39 Sesungguhnya moralitas di dalam kaca mata al-Quran dan sunah yang jadi sumber utama ajaran Islam merupakan segala-galanya, baik yang menyangkut dengan urusan agama maupun dunia.40 2. Pembentukan Akhlak Pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali di jumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguhsungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya.41 Akhlak atau sistem perilaku ini terjadi melalui satu konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus terwujud. Konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu disusun oleh manusia didalam sistem
38
Zahrudin AR dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 3-5 39 Jalaluddin Rakhmat, Dahulukan Akhlak Di Atas Fiqih, (Bandung: Muthahari Press, 2003), h. 139 40 Syaikh Muhammad Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Jakarta : Mustaqim, 2004), h. 64 41 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 4
30
idenya. Sistem ide ini adalah hasil proses (penjabaran) daripada kaidahkaidah yang dihayati dan dirumuskan, (norma yang bersifat normative dan norma yang bersifat deskriptif). Kaidah atau norma yang merupakan ketentuan ini timbul dari satu sistem nilai yang terdapat pada Al-Qur’an atau Sunnah yang telah dirumuskan melalui wahyu Ilahi maupun yang disusun oleh manusia sebagai kesimpulan dari hukum-hukum yang terdapat dalam alam semesta yang diciptakan Allah SWT.42 Akhlak atau sistem perilaku atau diteruskan melalui sekurang-kurangnya dua pendekatan, yaitu: a. Rangsangan jawaban (stimulus response) atau yang disebut proses mengkondisi sehingga terjadi automatisasi dan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Melalui latihan 2) Melalui tanya jawab 3) Melalui mencontoh b. Kognitif yaitu menyampaikan informasi secara teoritis yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: 1) Melalui dakwah 2) Melalui ceramah 3) Melalui diskusi dan lain-lain.43 Karakter (khuluq) merupakan suatu keadaan jiwa. Keadaan ini menyebabkan jiwa bertindak tanpa dipikir atau dipertimbangkan secara mendalam. Keadaan ini ada dua jenis. Yang pertama, alamiah dan bertolak dari watak. Misalnya pada orang yang gampang marah karena hal yang paling kecil atau yang menghadapi hal yang paling sepele. Yang kedua, tercipta melalui kebiasaan atau latihan. Pada mulanya keadaan ini terjadi
42
Abu Ahmadi, Noer Salami, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: 1991), h.
43
Abu Ahmadi dan Noer Salami, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: 1991),
199 h. 199
31
karena dipertimbangkan dan dipikirkan, namun kemudian melalui praktik terus-menerus, menjadi karakter (khuluq).44 Setelah pola perilaku terbentuk maka sebagai kelanjutannya akan lahir hasil-hasil dari pola perilaku tersebut yang terbentuk material (artifacts) maupun non material (konsepsi/ide). Jadi akhlak yang baik itu (akhlak al-karimah) ialah pola perilaku yang dilandaskan pada aqidah dan syari’ah dalam memanifestasikan nilai-nilai Iman, Islam dan Ihsan. Di dalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan dengan Iman. Iman merupakan penakuan hati dan akhlak adalah pantulan Iman itu pada perilaku, ucalan sikap. Iman adalah maknawi, sedangkam akhlak adalah bukti keimanan dalam perbuatan, yang dilakukan dengan kesadaran dan karena Allah semata.45 Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang mendorong manusia untuk beriman dan beramal saleh dengan berbagai janji diantaranya terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 25:
“dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.. . . .(QS.al-Baqarah: 25)46 Dalam Al-Qur’an kata-kata ihsan antara lain untuk perbuatanperbuatan: a. Berinfak, menguasai kemarahan dan memaafkan manusia. Dalam alQur’an karim surat Al-Imran disebutkan:
44
Abu Ali Ahmad Al-Maskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, (Beirut: mizan), h. 56 Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Umum,2004) h. 22 46 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 12 45
32
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (QS. Al-Imran, 134).47
b. Sabar sebagiamana dalam al-Qur’an surat Hud :
“dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.(QS. Hud : 115).48 c. Jihad, sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Ankabut : 69
“dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. al-Ankabut : 69).49 d. Taqwa, sebagimana dalam al-Qur’an surat Yusuf : 90:
“mereka berkata: “apakah kamu ini benar-benar yusuf?” Yusuf menjawab: “akulah Yusuf dan in saudarku. Sesungguhnya Allah telah
47
Departemen Agama RI, Alquran . . .h. 98 Departemen Agama RI, Alquran . . .h. 345 49 Departemen Agama RI, Alquran . . .h. 638 48
33
melimpahkan karunia-Nya kepada kami”. sesungguhnya barang siapa yang bertaqwa dan bersabar, maka Sesungguhnya Allah tidak menyianyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf : 90).50 Dilihat dari ayat-ayat serta hadis tersebut diatas, maka setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan perilaku yang sesuai atau dilandaskan kepada aqidah dan syari’ah Islam disebut Ihsan. Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut akhlak karimah. Dengan lain perkataan akhlak adalah pranata perilaku yang mencerminkan struktur dan pola perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan, sedangkan Ihsan adalah pranata nilai yang menentukan attribute kualitatif daripada pribadi (akhlak).51 Jadi akhlak yang berkualitas adalah akhlakul karimah. Dan orang yang melakukan akhlakul karimah disebut Muhsin. 3. Pembinaan Akhlak Pembinaan di dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah proses, perbuatan, cara membina (negara dsb).52 Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad saw. Yang utama adalah untuk meyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah satu hadisnya beliau menegaskan innamâ buitstu li utamimma makârima al-akhlâq (H.R. Ahmad) (Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak) Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap 50
Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 638 51 Abu Ahmadi, Noer Salami, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: 1991), h. 199-201 52 Perum Penerbitan dan Percetakan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 117
34
selanjutnya akan mempermudah menghasilkan dan kebahagian pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin. Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Pembinaan
akhlak
dalam
Islam
juga
terintegrasi
dengan
pelaksanaan rukun iman. Hasil analisis Muhammad al-ghazali terhadap rukun Islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas, bahwa dalam rukun Islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak.53 Sebagaian besar pemikiran akhlak Ibnu Miskawih lebih bercorak keagamaan, terutama paham sufi. Pembinaan akhlak menurutnya dititik beratkan kepada pembersihan pribadi dari sifat-sifat yang berlawanaan dengan tuntunan agama, seperti: takabur, pemarah dan penipu. Dengan pembinaan akhlak ingindicapai terwujudnya manusia yang ideal; anka yang bertakwa kepada Allah swt dan cerdas. Di dunia pendidikan,
pembinaan
pembentukan
mental
akhlak anak
atau
tersebut remaja
dititik agar
beratkan tidak
kepada
mengalami
penyimpangan.54 Akhlak adalah implementasi dari Iman dalam segala bentuk perilaku. Diantara contoh akhlak yang diajarkan oleh Luqman kepada anaknya adalah: a. Akhlak anak terhadap ibu- bapak b. Akhlak terhadap orang lain c. Akhlak dalam penampilan diri.55 Sebagaimana tergambar didalam surat Al-Luqman ayat 14, 15, 18 dan 19.
53 54
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h.
147-148 55
Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Umum,2004) h. 25
35
a. Akhlak terhadap ibu-bapak, dengan berbuat baik dan berterima kasih kepada keduanya. Dan diingatkan Allah, bagaimana susah dan payahnya ibu mengandung dan menyusukan anak sampai umur dua tahun:
“dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuan-Nya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihkan dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-ku dan kepada kedua orang tu, hanya kepadakulah kembalimu. (QS.Luqman : 14).56 Bahkan anak harus tetap hormat dan mempelakukan kedua orang tuanya dengan baik, kendatipun mereka mempersekutukan Tuhan, hanya yang dilarang adalah mengikuti ajakan mereka untuk meninggalkan Iman tauhid.
“dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmua tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-ku, kemudian
56
Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h.654
36
hanya kepada-kulah kembalimu, maka ku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS.Luqman: 15).57 b. Akhlak terhadap orang lain, adalah adab, sopan santun dalam bergaul, tidak sombong dan tidak angkuh, serta berjalan sederhana, bersuara lembut dan akhlak dalam penampilan diri.58
“dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah keledai. (QS. Luqman : 18-19).59 Pendidikan akhlak di dalam keluarga dilaksanakan dengan contoh
dan teladan dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang dalam hubungan dan pergaulan antara ibu dan bapak, perlakukan orang tua terhadap anak-anak mereka dan perlakukan orang tua terhadap orang lain di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, akan menjadi teladan bagi anak-anak. Si anak juga memperlihatkan sikap orang tua dalam menghadapi masalah. Contohnya sederhana dapat kita perhatikan pada anak-anak umur 3-5 tahun. Ada yang berjalan dengan gaya bapaknya yang dikaguminya atau gaya ibu yang disayanginya. Adakalanya kita melihat seorang anak 57
Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h.654 58 Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Umum,2004) h. 26 59 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 655
37
yang tampak bangga diri, angkuh atau sombong. Dan ada pula yang merasa dirinya kecil, penakut, suka minta dikasihani, ada yang suka senyum dan tertawa bila ditegur. Sebaliknya ada yang langsung menangis, menjerit ketakutan bila disapa oleh orang lain. Dan adpula yang tampak percaya diri, ramah dan menyengkan teman-temannya dan orang lain. Perkataan dan cara berbicara, bahkan gaya menanggapi temantemannya atau orang lain, sedih dan sebagainya, dipelajari pula dari orang tuanya. Adapun akhlak, sopan santun dan cara menghadapi orang tuanya, banyak tergantung pada sikap orang tua terhadap anak. Apabila si anak merasa terpenuhi semua kebutuhan pokoknya (jasmani, kejiwaan dan sosial) maka si anak merasa terhalang pemenuhan kebutuhannya oleh orang tua, misalnya Ia merasa tidak disayangi atau dibenci, suasana dalam keluarga yang tidak tentram, seringkali menyebabkan takut adil dan tertekan oleh perlakuan orang tuanya, atau orang tuanya tidak adil dalam mendidik dan memperlakukan anak-anaknya, maka perilaku anak tersebut boleh jadi bertentangan dengan yang diharapkan oleh orang tuanya, karena ia tidak mau menerima keadaan yang tidak menyenangkan itu.60
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak Para siswa merupakan generasi muda yang merupakan
sumber
insani bagi pembangunan nasional, untuk itu pula pembinaan bagi mereka dengan mengadakan upaya-upaya pencegahan pelanggaran norma-norma agama dan masyarakat. Dalam pembinaan akhlak siswa dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya. a. Lingkungan keluarga Pada dasarnya, masjid itu menerima anak-anak setelah mereka dibesarkan dalam lingkungan keluarga, dalam asuhan orang tuanya. Dengan demikian, rumah tkeluarga muslim adalah benteng utama 60
Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Umum,2004) h. 28
38
tempat anak-anak dibesarkan melalui pendidikan Islam. Yang dimaksud dengan keluarga muslim adalah keluarga yang mendasarkan aktivitasnya pada pembentukan keluarga yang sesuai dengan syariat Islam. Berdasarkan al-quran dan sunnah, kita dapat mengatakan bahwa tujuan terpenting dari pembentukan keluarga adalah hal-hal berikut: Pertama. Mendirikan syariat Allah dalam segala permasalahan rumah tangga. Kedua, mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis. Ketiga, mewujudkan sunnah Rasulallah saw. Keempat, memenuhi kebutuhan cinta-kasih anak-anak. Naluri menyayangi anak merupakan potensi yang diciptakan bersamaan dengan penciptaaan manusia dan binatang. Allah menjadikan naluri itu sebagai salah satu landasan kehidupan alamiah, psikologis, dan sosial mayoritas makhluk hidup. Keluarga, terutama orang tua, bertanggung jawab untuk memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya. Kelima, menjaga fitrah anak agar anak tidak melakukan penyimpanganpenyimpangan.61 Keluarga
merupakan
masyarakat
alamiyah,
disitulah
pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku didalamnya. Keluarga merupakan persekutuan terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak dimana keduanya (ayah dan ibu) mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada disampingnya, oleh karema itu ia meniru perangai ibunya, karena ibunyalah yang pertama dikenal oleh anaknya dan sekaligus menjadi temannya yang pertama yang dipercayai. Disamping ibunya, ayah juga mempunyai pengaruh yang mana besar terhadap perkembangan akhlak anak, dimata anak, ayah merupakan seseorang yang tertinggi dan terpandai diantara orang61
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h. 144
39
orang yang di kenal dalam lingkungan keluarga, oleh karena ayah melakukan pekerjaan sehari-hari berpengaruh gara pekerjaan anaknya. Dengan demikian, maka sikap dan perilaku ayah dan ibu mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan akhlak anak-anaknya.62 b. Lingkungan sekolah Perkembangan akhlak anak yang dipengaruhi oleh lingkungan sekolah. Disekolah ia berhadapan dengan guru-guru yang bergantiganti. Kasih guru kepada murid tidak mendalam seperti kasih orang tua kepada anaknya, sebab guru dan murid tidak terkait oleh tali kekeluargaan. Guru bertanggung jawab terhadap pendidikan muridmuridnya, ia harus memberi contoh dan teladan bagi bagi mereka, dalam segala mata pelajaran ia berupaya menanamkan akhlak sesuai dengan ajaran Islam. Bahkan diluar sekolah pun ia harus bertindak sebagai seorang pendidik. Kalau di rumah anak bebas dalam gerak-geriknya, ia boleh makan apabila lapar, tidur apabila mengantuk dan boleh bermain, sebaliknya di sekolah suasana bebas seperti itu tidak terdapat. Disana ada aturan-aturan tertentu. Sekolah dimulai pada waktu yang ditentukan, dan ia harus duduk selama waktu itu pada waktu yang ditentukan pula. Ia tidak boleh meninggalkan atau menukar tempat, kecuali seizin gurunya. Pendeknya ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang ada ditetapkan. Berganti-gantinya guru dengan kasih sayang yang kurang mendalam, contoh dari suri tauladannya, suasana yang tidak sebebas dirumah anak-anak, memberikan pengaruh terhadap perkembangan akhlak mereka.63 c. Lingkungan masyarakat Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan anak-anak menjelma dalam beberapa perkara dan cara yang dipandang
62
Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Umum,2004) h. 29-30 63 Risnayanti, Implementasi . . .h. 30
40
merupakan metode pendidikan masyarakat utama. Cara yang terpenting adalah: Pertama, Allah menjadikan masyarakat sebagai penyuruh kebaikan dan pelarang kemunkaran. Kedua, dalam masyarakat Islam, seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau anak saudaranya sehingga ketika memanggil anak siapa pun dia, mereka akan memanggil dengan “Hai anak saudaraku!” dan sebaliknya, setiap anakanak atau remaja akan memanggil setiap orang tua dengan panggilan, “Hai
Paman!”.
Ketiga,
untuk
menghadapi
orang-orang
yang
membiasakan dirinya berbuat buruk, Islam membina mereka melalui salah satu cara membina dan mendidik manusia. Keempat, masyarakat pun dapat melakukan pembinaan melalui pengisolasian, pemboikotan, atau pemutusan hubungan kemasyarakatan. Atas izin Allah dan Rasulullah saw. Kelima, pendidikan kemasyarakatan dapat juga dilakukan melalui kerjasama yang utuh karena bagaimanapun, masyarakat
muslim
adalah
pendidikan
kemasyarakatan
masyarakat bertumpu
yang pada
padu. landasan
Keenam, afeksi
masyarakat, khususnya rasa saling mencintai.64 Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan dan madyarakat juga mempengaruhi akhlak siswa atau anak.masyarat yang berbudaya, memelihara dan menjaga norma-norma dalam kehidupan dan menjalankan agama secara baik akan membantu perkembangan akhlak siswa kepada arah yang baik, sebaliknya masyarakat yang melanggar norma-norma yang berlaku dalam kehidupan dan tidak tidak menjalankan ajaran agama secara baik, juga akan memberikan pengaruh kepada perkembangan akhlak siswa, yang membawa mereka kepada akhlak yang baik. Dengan demikian, ia pundak masyarakat terpikul keikutsertaan dalam membimbing dan perkembangan akhak siswa. Tinggi dan 64
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h.176-181
41
rendahnya kualitas moral dan keagamaan dalam hubungan social dengan siswa amatlah mendukung kepada perkembangan sikap dan perilaku mereka.65
65
Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Umum,2004) h. 31-32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian deskriftif sesuai dengan sifat dan karakteristik masalah yang akan dibahas maka penelitian ini akan menerapkan metode riset lapangan (Field Research). Maka
untuk
melakukan
pengumpulan
data
tersebut
peneliti
menggunakan metode kuantitatif.
B. Populasi Dan Obyek Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. Di dalam encylopedi of educational evaluation tertulis: A population is a set (or collection) of all elements prossessing one or more attributes of interest.1 Dalam pelaksanaan penelitian kuantitatif, dikenal istilah populasi. Populasi atau Universe adalah keseluruhan obyek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi.2 1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 130 2 Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Umum,2004) h. 39
41
42
Yang dijadikan responden adalah para siswa SMP PGRI 12 Pondok Labu berjumlah 30 orang, tentang implementasi pembelajaran akhlak pada siswa kelas IX SMP PGRI 12 Pondok Labu yang diterapan di SMP tersebut. C. Tempat Dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah lokasi yang dijadikan salah satu aspek penelitian dimana suatu penelititan akan diadakan. Disini yang akan dijadikan lokasi penelitian yaitu SMP PGRI 12 PONDOK LABU. Waktu penelitian adalah tepatnya kapan suatu penelitian itu diadakan. Penelitian ini akan dilaksanakan bulan April sampai bulan Juni 2008.
D. Pengumpulan Data Dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu data sebagai hasil akhir dari penelitian. Untuk pengumpulan data yang konkrit penulis melaksanakan beberapa teknik pengumpulan data, sebagai berikut: 1. Angket Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan angket sebgai metode yang dipilih untk mengumpulkan data. Angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpulan data.3 Angket adalah alat untuk menumpulkan data yang berupa daftar pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab secara tertulis.4 Jenis angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket tertutup, yaitu angket yang menghendaki jawaban pendek, atau jawabannya diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu. Daftar pertanyaan disusun dengan disertai alternative jawabannya, respoden diminta untuk memilih salah satu jawaban atau lebih dari alternative yang sudah disediakan.5
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 225 4 Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Umum,2004) h.41 5 Risnayanti, Implementasi Pendi. . . h. 41
43
Untuk mendapatkan data yang komprehensif, angket ini dibagikan kepada guru-guru yang menjadi responden. Angket tersebut berisi pertanyan seputar pembelajaran akhlak dan pembinaan akhlak siswa. Yang ada di SMP PGRI 12 Pondok Labu. 2. Observasi Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang di susun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang menggambarkan akan terjadi.6 Obervasi merupakan pegumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian.7 Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi langsung yaitu mengadakan pengamatan secara langsung ke SMP PGRI 12 untuk mengamati keadaan sekolah, guru-guru, siswa, fasilitas yang dimiliki dan struktur organisasi yang dimiliki oleh SMP PGRI 12 3. Wawancara Di samping memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data, dengan metode interviue peneliti harus memikirkan tentang pelaksanaanya. Memberikan angket kepada responden dan menghendaki jawaban tertulis, lebih mudah jika dibandingkan dengan mengorek jawaban responden dengna tatap muka.8 Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang mewawamcarai (Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 229 7 Risnayanti, Implementasi Pendi. . . h. 41 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 227 9 Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Umum,2004) h.41
44
Wawancara dilakukan dengan berdialog dan Tanya jawab dengan kepala sekolah, dan juga guru yang bertugas di SMP PGRI 12. 4. Dokumentasi Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebgainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.10 Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada.11 5. Penjelasan dan Analisis Data Menganalisis data penelitian merupakan suatu langkah yang sangat kritis, apakah menggunakan data statistic atau non statistic.12 Dalam hal pengolahan dan analisis data ini peneliti menggunakan rumus: P=
F x 100% N
Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah Responden
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 231 11 Risnayanti, Implementasi Pendi. . . h. 42 12 Risnayanti, Implementasi Pendi. . . h. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Pembelajaran Akhlak di SMP PGRI 12 Jakarta 1. Pembelajaran Akhlak Dalam proses belajar mengajar di kelas seorang guru yang menjadi center of knowlege di kelas tersebut, sehingga interaksi antara siswa dengan guru sangat pasif dan bahkan suasana kadang-kadang tidak kondusif, dikarenakan suara guru terbatas untuk bisa di dengar oleh siswa apalagi siswa di kelas tersebut mencapai 40-50 siswa sehingga siswa menjadi ngobrol atau melakukan sesuatu tanpa memperhatikan guru. Pembelajaran akhlak di sekolah tersebut menggunakan metode ceramah, karena keadaan kelas yang ramai atau gaduh bisa di tegur oleh kepala sekolah agar kelas tersebut bisa tenang. Menurut kepala sekolah tersebut keadaan kelas yang tenang itu baik, bukan yang ramai atau gaduh. 2. Kurikulum Adapun kurikulum yang digunakan oleh sekolah SMP PGRI 12 Jakarta ialah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 3. Materi Materi yang menjadi bahan pembelajaran akhlak diambil dari buku pembelajaran akhlak yaitu Mutiara Akhlak dalam Pendidikan Agama Islam, untuk kelas IX, yang dikarang oleh Drs. Soepardjo, S.Ag da Ngadiyanto, S.Ag. yang diterbitkan oleh PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, dengan isi dari materi tersebut terdiri dari 45
46
A. BAB I :
SURAT AT-TIN 1. Membaca Surat at-Tin 2. Mengartikan Surat at-Tin 3. Kandungan Surat at-Tin
B. BAB II:
HADITS TENTANG MENUNTUT ILMU 1. Membaca Hadis tentang Menuntut Ilmu 2. Mengartikan Hadis tentang Menuntut Ilmu 3. Kandungan Hadis tentang Menuntut Ilmu
C. BAB III:
IMAN KEPADA HARI AKHIR 1. Pengertian Iman Kepada Hari Akhir 2. Hal-Hal yang berkaitan dengan dengan Hari Akhir 3. Kiamat Sughra dan Kubra 4. Balasan Amal Baik dan Buruk 5. Hikmah Beriman Kepada Hari Akhir
D. BAB IV:
PERILAKU TERPUJI 1. Qanaah 2. Tasamuh
E. BAB V:
PENYEMBELIHAN HEWAN 1. Tata Cara Penyembelihan Hewan 2. Akikah 3. Kurban
F. BAB VI:
HAJI dan UMRAH 1. Haji 2. Umrah 3. Hikmah Ibadah Haji dan Umrah
G. BAB VII:
ISLAM DI NUSANTARA 1. Masuknya Islam di Nusantara 2. Kerajaan Islam di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi
H. BAB VIII:
SURAH ALAM NASYRAH 1. Membaca Surah Alam Nasyrah 2. Mengartikan Surah Alam Nasyrah
47
3. Kandungan Surat Alam Nasyrah I. BAB IX:
HADIS TENTANG KEBERSIHAN 1. Membaca tentang Hadis Kebersihan 2. Mengartikan Hadis tentang Kebersihan 3. Kandungan Hadis tentang Kebersihan
J. BAB X:
IMAN KEPADA QADA dan QADAR 1. Pengertian Iman kepada Qada dan Qadar 2. Hubungan antara Qada dan Qadar 3. Hikmah Iman kepada Qada dan Qadar
K. BAB XI:
TAKABUR 1. Pengertian Takabur 2. Akibat Takabur 3. Cara Menghindari Perilaku Takabur
L. BAB XII:
SALAT SUNAH 1. Salat Sunah Berjamaah 2. Salat Sunah Munfarid
M. BAB XIII:
TRADISI ISLAM NUSANTARA 1. Pengertian Tradisi Islam Nusantara 2. Kesenian dan Adat Nusantara
4. Keteladanan Keteladanan yang dicontohkan oleh para guru dan khususnya oleh guru agama cukup baik untuk diteladani oleh seluruh siswa khususnya oleh siswa kelas IX di SMP PGRI 12 Jakarta. Keteladan tersebut dapat terlihat dari cara berpakaian guru yang rapih, sebelum dan sesudah belajar membaca do’a bersama-sama, berbicara halus dan baik ketika menjelaskan materi serta banyak lagi perilaku guru yang menjadi suri tauladan bagi siswa kelas IX tersebut.
5. Kendala-Kendala Kendala yang paling yang sering ditemui dalam pembelajaran akhlak yaitu ”siswa” dan ”waktu”. Karena kedua hal tersebut merupakan
48
dua komponen yang saling berkaitan. Dari segi anak didik sendiri, bisa ditemukan bahwa perilaku si anak sudah terbentuk sebelum mereka memasuki dunia sekolah, baik perilaku yang buruk atau perilaku yang mulia, karena adanya interaksi antara si anak
dengan lingkungan
hidupnya, baik lingkungan keluarga atau pun lingkungan bermainnya, dan tentunya interaksi mereka dengan dunia luar jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan interaksi di Sekolah, sehingga sangat tidak mungkin dalam waktu hanya dua jam di dalam kelas atau di sekolah untuk merubah anak didik memiliki akhlak mulia dengan cepat. oleh sebab itu alokasi waktu sangat berpengaruh terhadap penanaman akhlak dan pembentukan akhlak anak didik agar anak didik bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari khususnya di sekolah maupun umumnya di luar sekolah.
B. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMP PRGI 12 Pondok Labu Jakarta Selatan Berawal untuk membantu pemerintah dalam pendidikan tahun 1981 di cilandak oleh PGRI memulai pendidikan tersebut dengan 2 kelas dan kegiatan pendidikan tersebut berlangsung dengan meminjam gedung sekolah (menumpang) SD 09/10 yang bertempat di jalan Hj. Saleh PD Labu Jaksel dari tahun 1981-1997. Pada tahun 1998 PGRI baru mendirikan bangunan di Jl. PD Labu I B No 29 PD Labu Jakarta Selatan. Dari tahun 1998-Sekarang dengan jumlah kelas 20 ruangan, Peserta didik sebanyak 909 orang, dengan Guru 45 orang, serta Pegawai atau tenaga Administrasi 11 orang, di atas tanah seluas 2720 m2 adapun status sekolah dalam terakriditasi “A”. SMP PGRI 12 memiliki standar sekolah permanen dengan nomor statistik SMP (NSS/M): 204016307182 dengan luas bangunan 2. 713 M. Dan beralamat di Jl. Pondok labu 1B No 29 kelurahan Pondok Labu Jakarta Selatan.
49
2. Identitas Sekolah a. Nama sekolah
: SMP PGRI 12 Jakarta
b. Status
: Swasta
c. Nomor NSS/NDS
: 20401630782
d. Alamat sekolah
: Jl. Pondok Labu 1 B No. 29 Pondok Labu
e. Kecamatan
: Cilandak
f. Jenjang Akreditasi : A g. SK Pendirian
: 2673/ 1. 851-58/2007
3. Visi dan Misi SMP PGRI 12 Pondok Labu Jakarta Selatan a. Visi Melalui
pendidikan
formal,
menghasilkan
SDM
yang
berkualitas, unggul di bidang IPTEK dan IMTAQ. b. Misi Menggali dan memberdayakan kompetensi dan budi pekerti siswa dengan pengajaran, pelatihan, dan bimbingan melalui komitmen bersama profesionalisme guru dan segenap tenaga kependidikan sekolah. 4. Struktur Organisasi SMP PRGI 12 Pondok Labu Jakarta Selatan Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan memerlukan suatu organisasi yang baik agar kegiatan sekolah dapat dilasanakan sesuai dengan kemampuandan keahlian setiap organisator. Dengan demikian tujuan pendidikan yang diemban oleh sekolah akan tercapai. Dari struktur organisasi tersebut akan tampak tugas dan wewenang serta jabatan masing-masing personil. Adapun struktur organisasi SMP PGRI 12 adalah sebagai berikut:
50
51
5. Kurikulum SMP PGRI 12 Jakarta Adapun kurikulum yang digunakan oleh sekolah SMP PGRI 12 Jakarta ialah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai berikut: Tabel I Struktur Program Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) NO.
Mata Pelajaran
Alokasi Waktu
1
PPKn/ Pend. Kewarganegaraan
2 jam
2
Pendidikan Agama
2 jam
3
Bahasa dan Sastra Indonesia
4 jam
4
Bahasa Inggris
4 jam
5
Pendidikan Jasmani
2 jam
6
Matematika
4 jam
7
IPA
4 jam
8
IPS
4 jam
9
Teknologi Informatika Komputer
2 jam
10
Seni Budaya
2 jam
11
Bimbingan dan Penyuluhan
1 jam
12
PLKJ
2 jam
13
Tata Boga
2 jam
14
Pembukuan
2 jam
Khusus pada mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Akhlak) mulia, dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
52
6. Keadaan Guru, Karyawan, Siswa, dan Sarana Prasarana
SMP
PGRI 12 Pondok Labu Jakarta Selatan a. Keadaan Guru Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru pemegang peranan utama, karena ia adalah faktor yang menentukan bagi keberhasilan pengajaran karena tanpa guru proses belajar mengajar tidak akan langsung, dengan demikian tujuan pendidikan akan tercapai. Saat ini semua bidang studi di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan dipegang oleh guru-guru yang memiliki kompetensi tinggi, mereka adalah sarjana-sarjana dari berbagai perguruan tinggi baik negri maupun swasta. Adapun jumlah guru yang mengajar di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan berjumlah 45 orang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 2 Guru –Guru di SMP PGRI 12 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Nama Hj. Hajarilah, S.Pd Dwi suprianto, S.Pd M. Dahlan, S.Pd Sutarno, S.Pd Drs. Usmanawar H. Jayadi Umar, S. Pd Siti Rukoyah, S.Pd Drs. A. Ramli Topan Sri Dady Riyanto,S. Pd Endangsih N, S. Pd Dwi Ema Kartini,S. Pd Dalmasri, S. Pd Sri Kustantinah, S. Pd Imam taufik, S. Pd S. Budiningsih, S. Pd Linda Wati, S. Pd Sudarwanarto, SE Mulyadi, SE R. Krismayanti, S. Pd
Jenis Kelamin P L L L L L P L L P P L P L P P L L P
Pendidikan S1 (B.inggris) S1 (Matematika) S1 (Matematika) S1 (Matematika) S1 (Ekonomi) S1 (Agama Islam) S1 (Ekonomi) S1 (B. Indonesia) S1 (Fisika) S1 (Biologi) S1 (B.Indonesia) S1 (B.Inggris) S1 (Biologi) S1 (Penjaskes) S1 (B. Indonesia) S1 (Matematika) S1 (Ekonomi) S1 (Computer) S1 (Tata Boga)
53
20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 43.
Deny Suharman, SR Syahrul Rahman, Sog Azian Indrawati, S. Pd Dalbini, S. Pd Novi Ziarni, SH Agung Suprianto, ST Atmaja, S.Ag Abdul Rahim, S. Pd Budiono, ST Heni Widodo, S. Pd Eni Novrita, Ending Wahyuni, SAI Sri widiastuti, S. Pd Nanang Budiarso, Parul Roji, BA RatnaMambarSari,S.Pd Aina Nur Utami, S. Pd Susianti, S. Pd Sumartini, S. Pd Lilik julianto Jumi Hartati, S. Pd Sis Karno Binjai, S. Pd Dian Panji Sagita Sumartini Kartono, S. Pd
L L P L P L L L L P P P P L L P P P P L P L L P L
S1 (Matematika) S1 (Computer) S1 (Sejarah) S1 (B. Indonesia) S1 (PPKN) S1 (Matematika) S1 (Agama Islam) S1 (B. Indonesia) S1 (Matematika) S1 (Matematika) S1 (KTK) S1 (Matematika) S1 (B. Inggris) S1 (Seni Budaya) S1 (Penjaskes) S1 (BK) S1 (BK) S1 (B. Inggris) S1 (B. Inggris) S1 (B. Inggris) S1 (B. Inggris) S1 (B. Arab) S1 (Seni Musik) S1 (B. Inggris) S1 (PPKN)
b. Keadaan Karyawan Karyawan merupakan salah satu unsur tenaga kependidikan, tenaga kependidikan lainnya harus bekerjasama dengannya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Dengan terjalinnya hubungan baik antara mereka, maka akan terjalin kerjasama yang baik pula dan proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar dan baik. Adapun karyawan yang membantu jalannya proses 11 orang. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut:
54
Tabel 3 Karyawan – Karyawan SMP PGRI 12 No
Nama
Jabatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Suyudi Ngali Mawih Senen Asep Mulyadi Munadih Rahmat Sri Yuli Triastantik Eva Rohana Dr. Lia Meiliyana Yelmareni
Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi
Jenis Kelamin L L L L L L L P P P P
Pendidikan SMA SMA SD SD SD SMP SMP S1 SMK S1 SMA
c. Keadaan Siswa Kemajuan sekolah tidak diukur dari segi fasilitas gedung yang mewah, melainkan didukung oleh kuantitas dan kualitas siswa, karena mereka adalah subjek dan sekaligus objek pendidikan. Siswa SMP PGRI 12 Pondok Labu Jakarta Selatan 2008/2009 berjumlah 909 siswa dengan keterangan sebagai berikut: Tabel 4 Siswa-Siswa SMP PGRI 12 No
Kelas
1. 2. 3.
I II III JUMLAH
Jenis Kelamin L P 157 158 173 155 123 187 453 456
Jumlah 315 328 300 909
d. Keadaan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana disekolah dapat mendukung kelancaran proses pendidikan, kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki akan mempengaruhi kegiatan proses belajar mengajar di sekolah dan tentunya akan mempengaruhi kemajuan dan mutu lulusannya. Adapun
55
sarana prasarana yang dimiliki SMP PGRI 12 Pondok Labu Jakarta Selatan tahun 2008/2009 adalah sebagai berikut:
Tabel 5 Sarana dan Prasarana SMP PGRI 12 No 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Sarana dan Prasarana Ruang Kelas Laboratorium IPA Laboratorium Computer Ruang Perpustakaan Ruang UKS Ruang BP Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang Tata Usaha Ruang Osis Kamar Mandi Siswa Kamar Mandi Guru Gudang Mushola Ruang Wakil Kepala Sekolah Dapur Kantin
Jumlah 20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
C. Deskripsi Data Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana implementasi pembelajaran akhlak pada siswa kelas IX di SMP PGRI 12 Pondok Labu di bawah ini penulis menjabarkan dalam bentuk tabel-tabel hasil dari penelitian:
Tabel 6 Apakah anda memberi salam ketika bertemu guru dan teman Alternative Jawaban Ya Tidak Kadang-kadang Jumlah
F 14 16 30
% 46,7 53,3 100
56
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada 46,7 % responden yang memberi salam, yang tidak memberi salam ada 0% dan yang kadang-kadang memberi salam ada 53,3%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang kadang-kadang memberi salam ketika bertemu guru atau teman dan tidak ada siswa yang tidak memberi salam ketika bertemu guru dan teman.
Tabel 7 Ketika usaha anda belum berhasil dalam belajar dan lainnya di sekolah, apakah anda bersabar Alternative Jawaban Ya Tidak Kadang-kadang Jumlah
F 12 4 13 30
% 40 13,3 43,3 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 40 % responden yang bersabar, yang tidak bersabar ada 13,3% dan yang kadang-kadang bersabar ada 43,3%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang kadang-kadang bersabar dan minoritas siswa yang tidak bersabar ketika usahanya belum berhasil dalam belajar dan lainnya disekolah. Tabel 8 Apakah anda belajar tepat waktu Alternative Jawaban Ya Tidak Kadang-kadang Jumlah
F 6 5 19 30
% 20 16,7 63,3 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada 20 % responden yang belajar tepat waktu, yang tidak tepat waktu ada 16,7% dan yang kadangkadang tepat waktu ada 63,3%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang kadang-kadang belajar tepat waktu dan minoritas siswa yang belajar tidak tepat waktu.
57
Tabel 9 Apakah anda telah memahami peraturan sekolah Alternative Jawaban Ya Tidak Kadang-kadang Jumlah
F 11 3 16 30
% 36,7 23,3 53,3 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 36,7 % responden yang memahami peraturan sekolah, yang tidak memahami ada 23,3% dan yang kadang-kadang memahami ada 53,3%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang kadang-kadang telah memahami peraturan sekolah dan minoritas siswa yang tidak memahami peraturan sekolah.
Tabel 10 Setiap pembelajaran Pendidikan Agama Islam (akhlak), apakah anda langsung mengerti Alternative Jawaban Ya Tidak Kadang-kadang Jumlah
F 6 8 16 30
% 20 26,7 53,3 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 20 % responden yang langsung mengerti dalam pembelajaran PAI, yang tidak langsung mengerti ada 26,7% dan yang kadang-kadang langsung mengerti ada 53,3%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang kadang-kadang langsung mengerti dalam pembelajaran PAI dan minoritas yang langsung mengerti di dalam pembelajaran PAI.
58
Tabel 11 Apakah anda mempelajari Pendidikan Agama Islam (Akhlak) di luar jam pelajaran Alternative jawaban Ya Tidak Kadang-kadang Jumlah
F 4 10 16 30
% 13,3 33,3 53,3 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 13,3 % responden yang belajar PAI di luar jam pelajaran, yang tidak belajar diluar jam pelajaran ada 33,3% dan yang kadang-kadang belajar di luar jam pelajaran ada 53,3%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang kadang-kadang belajar PAI di luar jam pelajaran dan minoritas siswa yang belajar PAI di luar jam pelajaran. Tabel 12 Apakah anda suka Cara belajar PAI (Akhlak) dengan ceramah Alternative Jawaban Ya Tidak Kadang-kadang Jumlah
F 8 12 10 30
% 26,7 40 33,3 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 26,7 % responden yang suka cara belajar PAI dengan ceramah, yang tidak suka dengan ceramah ada 40% dan yang kadang-kadang suka dengan ceramah ada 33,3%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang tidak suka cara belajar PAI dengan ceramah dan minoritas siswa yang suka cara belajar PAI dengan ceramah. Tabel 13 Apakah anda selalu bersikap Tasamuh terhadap teman-teman anda di sekolah Alternative Jawaban Ya Tidak Kadang-kadang Jumlah
F 6 10 14 30
% 20 33,3 46,7 100
59
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 20 % responden yang selalu bertasamuh kepada teman-temannya di sekolah, yang tidak selalu bertasamuh ada 33,3% dan yang kadang-kadang selalu bertasamuh ada 46,7%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang kadang-kadang selalu bertasamuh dan sedikit sekali siswa yang selalu bertasamuh terhadap temantemannya di sekolah. Tabel 14 Apakah anda termasuk salah seorang yang menciptakan keadaan sekolah yang tenang Alternative Jawaban Ya Tidak Kadang-kadang Jumlah
F 17 3 10 30
% 56,6 10 33,3 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 56,6 % responden yang termasuk menciptakan ketenangan, yang tidak termasuk ada 10% dan yang kadang-kadang termasuk ada 33,3%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang termasuk menciptakan ketenangan di sekolah dan hanya sedikit sekali yang tidak menciptakan ketenangan disekolah. Tabel 15 Apakah anda tidak memiliki rasa benci atau dendam kepada teman-teman di sekolah Alternative Jawaban Ya Tidak Kadang-kadang Jumlah
F 8 11 11 30
% 26,6 36,6 36,6 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 26,6 % responden yang tidak memiliki rasa benci dan dendam , yang memiliki ada 36,6% dan yang kadang-kadang memiliki rasa benci dan dendam ada 36,6%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang memiliki dan yang kadang-kadang benci/dendam dan hanya sedikit siswa yang tidak memiliki rasa benci dan dendam kepada teman-teman di sekolah.
60
Tabel 16 Apakah anda memiliki sifat takabur di sekolah Alternative Jawaban Ya Tidak Kadang-kadang Jumlah
F 2 19 9 30
% 6,67 63,3 30 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 6,67 % responden yang takabur di sekolah, yang tidak takabur ada 63,3% dan yang kadang-kadang takabur ada 30%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang tidak takabur dan sedikit sekali yang takabur di sekolah.
Tabel 17 Apakah anda selalu bersyukur di sekolah Alternative Jawaban Ya Tidak Kadang-kadang Jumlah
F 13 1 16 30
% 43,3 3,3 53,3 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 43,3 % responden yang selalu bersyukur di sekolah, yang tidak selalu bersyukur ada 3,3 % dan yang kadang-kadang selalu bersyukur ada 53,3%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang selalu bersyukur dan hanya sedikit sekali siswa yang tidak selalu bersyukur di sekolah.
Tabel 18 Selalu tenang dalam menghadapi setiap permasalahan di sekolah Alternative Jawaban Ya Tidak Kadang-kadang Jumlah
F 7 11 12 30
% 23,3 36,7 40 100
61
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 23, 3 % responden yang selalu tenang jika ada masalah, yang tidak selalu tenang jika ada masalah 36, 7% dan yang kadang-kadang tenang jika ada masalah ada 40%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang kadang-kadang tenang dan sedikit siswa yang selalu tenang ketika ada masalah di sekolah.
Tabel 19 Selalu Qana’ah dengan apa yang sudah di miliki Alternative Jawaban Ya Tidak Kadang-Kadang Jumlah
F 16 14 30
% 53,3 46,7 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 53,3 % responden yang selalu Qana’ah dengan apa yang sudah di miliknya, yang tidak selalu Qana’ah 0% dan yang kadang-kadang selalu Qana’ah ada 46,7%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang selalu Qana’ah dan hampir tidak ada yang tidak selalu Qana’ah dengan apa yang dimiliki.
D. Analisis Data dan Interpretasi Data Pada bab terdahulu, peneliti telah mengemukakan bahwa tekhnik pengumpulan data yang digunakan didalam pelaksanaan penelitian ini adalah dengan pembagian angket kepada siswa kelas IX di SMP PGRI 12 dan tekhnik wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran agama Islam kelas IX. Observasi, dokumentasi, tekhnik pembagian angket dan wawancara ditujukan untuk memperoleh data atau informasi tentang Implementasi Pembelajaran Akhlak Pada Siswa Kelas IX di SMP PGRI 12 Pondok Labu Jakarta Selatan. Angket disusun berdasarkan pada pokok penelitian dan indikator yang diteliti. Angket yang dibuat oleh penulis terdiri dari 14 item pertanyaan, yang kesemua item tersebut berkenaan dengan akhlak.
62
Sedangkan pelaksanaan wawancara dilakukan dengan pihak yang berkaitan dengan sekolah smp tersebut diantaranya kepala sekolah, dan guru pendidikan agama Islam adapun pertanyaan yang diajukkan adalah mengenai gambaran umum sekolah SMP PGRI 12 tersebut serta mengenai pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam (akhlak) di sekolah SMP PGRI 12 pondok labu Jakarta Selatan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan-penjelasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: Implementasi pembelajaran akhlak pada siswa kelas IX SMP PGRI 12 Pondok Labu cukup baik karena materi yang di sampaikan atau norma dengan sikap atau perilaku anak didik cukup sesuai dengan hasil penelitian di SMP tersebut. Dari 30 siswa yang menjawab pertanyaan-pertanyaan berjumlah 14 item dengan jawaban (kadang-kadang) berjumlah 8, jawaban (ya) berjumlah 4 dan jawaban (tidak) berjumlah 2, maka cukup sesuai dengan alokasi waktu yang sangat singkat hanya 2 jam/ kelas mayoritas siswa menjawab kadangkadang. Jadi akhlak sebagai orientasi utama dan pertama didalam penilaian dengan diimbangi oleh kapasitas intelektual anak didik di sekolah SMP PGRI 12 cukup seimbang.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti mengajukan saran: 1. Hendaknya kepada pihak sekolah untuk menjadikan akhlak sebagai orientasi utama dan pertama didalam penilaian dengan diimbangi oleh kapasitas intelektual anak didik. 63
64
2. Hendaknya kepada para guru untuk memberikan suri tauladan yang lebih baik di sekolah. 3. Bagi para guru agama, selain memberikan suri tauladan yang baik hendaknya dapat memberi pembinaan dan pembentukan akhlak kepada IX serta memperhatikan perilaku mereka setiap harinya di sekolah dan menjadikan mereka dekat dengan kita, agar kita lebih mudah membina dan membentuk akhlak mereka dengan efektif dan efisien. 4. Bagi para siswa diharapkan berakhlak mulia terhadap teman dan guru atau orang lain serta keterbukaan terhadap guru tentang sesuatu hal, sehingga seorang guru dapat memberikan nasihat atau solusinya jika ada permasalahan di sekolah atau di luar sekolah yang tidak bias diselesaikan sendiri. 5. Kepada para orang tua diharapkan dapat membimbing anak-anaknya dengan akhlak yang mulia, sehingga anak tersebut mencontoh akhlak mulia orang tua atau kerluarganya dalam kehidupan sehari-hari di rumah maupun di luar rumah. 6. Disarankan juga agar hubungan sekolah dengan para orang tua murid, lebih ditingkatkan sehingga terjalin komunikasi yang lebih baik diantara kedua belah pihak, dan mengetahui perkembangan akhlak anak di sekolah bagi orang tua dan dirumah bagi pihak sekolah, sehingga anak berakhlak mulia dikarenakan ada komunikasi yang baik antara orang tua dan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasy, Muhammad Atyhiyah, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, Jogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996 Al-Ghazali, Syaikh Muhammad, Akhlak Seorang Muslim, Jakarta: Mustaqim, 2004 Al-Maskawaih, Abu Ali Ahmad, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Beirut: mizan tt. Al-Musawi, Khalil, Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1998 Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak), Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1975 An Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 1995 Anas, Ibrahim, Al-Mu’jamul Wasith, Mesir: Daaru; Ma’arif, 1972 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Azra, Azyumardi Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1998 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, Bandung: CV penerbit Jumanatul Ali, 2005 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, Jakarta: ProyekPengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995 Departemen Agama RI, UU dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006. Depdiknas, Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP), Jakarta: Depdiknas, 2004 Ghazali, Imam, Ihya Ulumuddin,(Daarulyan: tp, 1987, Jilid. 2 Hartati, Netty Dkk. Islam Dan Psikologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004 IAIN, Lembaga Penelitian, Islam Dan Pendidikan Nasional, Jakarta: LPI, 1983 Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: LPPI, 1999 Malik, Imam, Al-Muwatha Juz. 14, Beirut: Daarul Fikr, 1980
65
66
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. AlMa’rif Bandung Masy’ari, Anwar, Akhlak Al-Quran, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990 Masyhur, Kahar, Membina Moral dan Akhlak, Jakarta: PT. Rineka CiPT.a, 1994 Mustafa, Ahad, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005 Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI-Press, 1985 Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996 Perum Penerbitan dan Percetakan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998 Rakhmat, Jalaluddin, Dahulukan Akhlak Di Atas Fikih, Bandung: Muthahari Press, 2003 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994 Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi Jakarta: Perpustakaan Umum, 2004 Sadizly, Hasan, dan Echoles, John M., Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1995 Salami, Noer, dan Abu Ahmadi Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: 1991 Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1992 Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhui Atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 2003 Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang, Jakarta: Focus Media, 2003 Soepardjo, Ngadiyanto, Mutiara Akhlak Dalam Pendidkan Agama Islam Untuk Kelas IX Sekolah Menengah Pertama, Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: Bina Aksara, 1989 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997 Tim Media, Kamus Ilmiah Populer, Media Center, 2002
67
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Ciputat: FITK, 2007 Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997 Yunus, Abdul Hamdi, As-Sya’ab, Kairo: Daarul Ma’arif, tt Zahrudin AR dan Sinaga, Hasanudin, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004
68
Angket Untuk Siswa Mengenai Implementasi Pembelajaran Akhlak Pada Siswa Kelas IX Di SMP PGRI 12 Pondok Labu A. Penunjuk 1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban (a, b/c) yang anda anggap sesuai dengan keadaan dari pendapat atas pertanyaaan di bawah ini. 2. Angket ini bertujuan ilmiah untuk penelitian kependidikan 3. Terima kasih atas bantuan dan partisipasinya dalam mengisi angket B. Identitas Responden 1. Nama : (identitas tidak usah ditulis) 2. Kelas : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Apakah anda memberi salam ketika bertemu guru dan teman? a. ya b. tidak c. kadang-kadang 2. Ketika usaha anda belum berhasil dalam belajar dan lainnya di sekolah, apakah anda bersabar? a. ya b. tidak c. kadang-kadang 3. Apakah anda belajar tepat waktu? a. ya b. tidak
c. kadang-kadang
4. Apakah anda telah memahami peraturan sekolah? a. ya b. tidak c. kadang-kadang 5. Setiap pembelajaran pendidikan agama Islam (akhlak), apakah anda langsung mengerti? a. ya b. tidak c. kadang-kadang 6. Apakah anda mempelajari pendidikan agama Islam (akhlak) di luar jam pelajaran? a. ya b. tidak c. kadang-kadang 7. Apakah anda suka Cara belajar PAI (akhlak) dengan ceramah? a. ya b. tidak c. kadang-kadang 8. Apakah anda selalu bersikap Tasamuh terhadap teman-teman anda di sekolah? a. ya b. tidak c. kadang-kadang
69
9. Apakah anda termasuk salah seorang yang menciptakan keadaan sekolah yang tenang? a. ya b. tidak c. kadang-kadang 10. Apakah anda tidak memiliki rasa benci atau dendam kepada teman-teman di sekolah? a. ya b. tidak c. kadang-kadang 11. Apakah anda memiliki sifat takabur di sekolah? a. ya b. tidak c. kadang-kadang 12. Apakah anda selalu bersyukur di sekolah? a. ya b. tidak
c. kadang-kadang
13. Jika ada suatu masalah menimpa anda di sekolah, apakah anda selalu tenang? a. ya b. tidak c. kadang-kadang 14. Apakah anda di SMP PGRI 12 Pondok Labu selalu Qana’ah dengan apa yang sudah anda miliki? a. ya b. tidak c. kadang-kadang