Iic On The Wall - Mempersiapkan Manajemen Di Bulan Ramadhan

  • Uploaded by: Mujiya Ulkhaq
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Iic On The Wall - Mempersiapkan Manajemen Di Bulan Ramadhan as PDF for free.

More details

  • Words: 1,359
  • Pages: 3
R

amadhan adalah bulan terindah yang dikaruniakan Allah swt kepada hamba-hamba-Nya yang menginginkan derajat ketaqwaan. Bulan penuh ampunan ini di dalamnya ditawarkan banyak sekali mata pelajaran yang apabila mampu ditempuh dengan baik sampai pada ujian akhir, maka orang tersebut berhak menyandang gelar muttaqin. Sebelum memasukinya, diperlukan banyak persiapan baik materi maupun immateri. Sejenak kita perlu renungi dan pikirkan bagaimana agar kita mampu memaknai tiap amal ibadah yang akan kita laksanakan di bulan Ramadhan. Selanjutnya kita buat perencanaan dan persiapan yang matang serta manajemen yang jitu terhadap rohani, jasmani, ilmu, amal, waktu, dan hawa nafsu kita agar kesempatan emas dari tiap detik berharga yang telah diberikan oleh Allah swt dapat kita manfaatkan sebaik mungkin dan tidak ada yang sia-sia. Kita terapkan target yang ingin dicapai, yaitu meraih derajat ketaqwaan atau paling tidak dosa-dosa kita dapat diampuni. Semua tentu saja butuh kerja keras dan perjuangan yang sungguh-sungguh. Mari kita simak pesan yang disampaikan oleh Rasulullah saw menjelang bulan Ramadhan, “Wahai sekalian manusia, bulan besar yang penuh barokah telah menaungi kalian. Bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang Allah jadikan puasanya sebagai kewajiban dan shalat pada malam harinya sebagai sunnah. Siapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan satu bentuk kebaikan, maka samalah dengan orang yang mengerjakan satu fardlu dibulan lainnya. Dan siapa yang mengerjakan satu fardlu di dalamnya, maka sama dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardlu di bulan lainnya. Ia adalah bulan sabar, sedangkan pahala besarnya surga. Ia adalah bulan santunan dan bulan di mana rizki seorang mukmin akan ditambah. Siapa yang memberi buka orang yang berpuasa di dalamnya, maka yang demikian itu pengampunan bagi dosadosanya, pembebasan dari api neraka, dan memperoleh pahala yang sama dengan orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikit pun pahalanya...” Para sahabat bertanya, ”Ya Rasulullah, tidak setiap kami mendapati apa yang akan diberikan untuk buka orang yang berpuasa?” Rasulullah menjawab, “Allah memberikan pahala ini kepada siapa yang memberi buka puasa dengan satu biji kurma atau seteguk air atau seteguk susu yang sudah dicampur dengan air sekalipun. Ia adalah bulan yang permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah magh-

firoh, sedang penghujungnya adalah pembebasan dari api neraka. Maka perbanyaklah empat hal, yang dua untuk memperoleh ridho Allah, yaitu bersyahadat dan beristighfar. Adapun yang dua hal lagi yang pasti kalian butuhkan, yaitu kalian minta surga kepada-Nya dan mohon perlindungan dari api neraka. Siapa yang memberi minum orang yang berbuka, maka di padang mahsyar Allah akan memberinya minum dari telaga Allah dengan minuman yang dia tidak merasa haus.” Begitulah kurang lebih pesan Rasulullah tentang berbagai keutamaan Ramadhan berikut amalan-amalan yang baik untuk disertakan di dalamnya. Begitu berharganya waktu Ramadhan sehingga diperlukan penjadwalan yang ketat terhadap amal ibadah kita. Sejenak kita jauhi hiruk pikuk dunia materi, kita renungi segala kealpaan dan kelalaian diri untuk kita koreksi, kemudian kita tata kembali orientasi hidup dan kita siapkan agar kehidupan selanjutnya lebih baik lagi. Di penghujung bulan Sya’ban Rasulullah pernah bersabda, “Barang siapa yang bergembira memasuki bulan Ramadhan, maka sungguh jasadnya diharamkan untuk masuk ke dalam api neraka.” Bergembira di sini maksudnya lebih ditekankan pada kegembiraan menyambut dengan persiapan optimal seorang hamba untuk bermunajat dan mendekatkan diri pada Allah. Bukan kegembiraan yang diluapkan dengan meledakkan petasan atau apa pun yang tidak jelas tuntunannya. Manajemen Ramadhan Yang perlu digarisbawahi dalam menghadapi bulan Ramadhan adalah manajemen, seperti: Rohani. Hal yang pertama kali harus kita persiapkan adalah rohani kita. Jauh-jauh hari kita biasakan diri kita melakukan puasa sunnah dan shalat malam sehingga pada bulan Ramadhan kita bisa lebih berkonsentrasi pada peningkatan kualitas ibadah. Sudah tidak kita pikirkan lagi rasa lapar dan haus. Kita harus bangun pagi untuk sahur, rasa kantuk tidak lagi menjadi masalah karena kita sudah terbiasa. Di saat orang lain baru menyesuaikan jadwal tidur dan bangun, kita sudah khusyuk bermunajat kepada Allah. Kemudian kita sucikan hati kita dari kotoran dunia yang berbau syirik, iri, dengki, hasut, dan takabur. Kita bersih-

kan kaca lampu hati kita agar jernih sehingga mampu menangkap cahaya yang terang yang akhirnya ikut terang pula hati dan jiwa raga kita. Jasmani. Hal lain yang sangat berkaitan dengan rohani dan perlu mendapat perhatian khusus dari kita adalah persiapan jasmani. Agar ketika Ramadhan tiba, kondisi fisik kita dalam keadaan sehat wal afiat sehingga kita bisa beribadah dengan khusyuk. Berkaitan dengan manajemen rohani, perlu kita pertanyakan pada diri kita masing-masing, sudah siapkah panca indera kita untuk berpuasa? Kita kendalikan lidah kita dari ucapan yang sia-sia, dari kata-kata bohong, menggunjing, mencela orang, dsb. Kita basahi dengan dzikir dan selalu bersyukur serta beristighfar kepada Allah. Mata pun wajib kita kendalikan dan kita tutup rapat dari hal-hal yang dilarang dan diharamkan. Dengan begitu hati kita pu menjadi bersih, tenang, dan tenteram sehingga bertambah keimanan kita. Kemudian, telinga yang sudah terbiasa mendengar ayat-ayat suci Alquran dan pengajianpengajian, akan lebih bisa menjauhkan pemiliknya dari perilaku-perilaku yang menyimpang, godaan syetan, dan pikiran-pikiran yang mengarah pada dosa. Perut kita belum bisa dikatakan berpuasa ketika masih dimasuki makanan-makan-an yang haram, makanan yang diperoleh dari jalan riba, korupsi, menipu, dsb. Sungguh itu hanya akan membuat hati kita mengeras dan meredup cahayanya. Ilmu. Agar segala amal ibadah kita didasari dengan landasan yang kuat, dan tidak hanya ikut-ikutan saja apa yang dikatakan dan dikerjakan orang, maka kita perlu mempelajari ilmunya. Dengan ilmulah kita mengetahui apa yang menjadi rukun dan syarat sahnya puasa. Halhal apa saja yang dibolehkan dan apa saja yang diharamkan, hal-hal apa saja yang membatalkan dan merusak puasa, sekaligus amalan apa saja yang diutamakan pada bulan Ramadhan. Amal. Pada bulan Ramadhan kita diberi kesempatan untuk berdagang dengan Allah dengan keuntungan yang berlipat ganda, serta tidak ada istilah rugi bagi siapa saja yang ikhlas menjalankannya. Tergantung pada diri kita masing-masing, mampukah kita memanfaatkan waktu singkat satu bulan ini untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Kalau perlu, kita bisa buat daftar amalan yang akan kita laksanakan untuk kemudian kita adakan muhasabah (koreksi), apakah sudah cukup amalan kita, pertahankan, atau harus kita tambah lagi. Kemudian hal yang perlu kita lakukan namun seringkali luput dari pehatian kita adalah pengadaan tabungan Ramadhan. Kita bisa kumpulkan uang untuk kemudian kita infaq-kan pada bulan Ramadhan. Seperti halnya ibadah haji, banyak dari kita yang mempersiapkannya dengan tabungan haji, namun

kebanyakan kita belum mempunyai tabungan Ramadhan. Waktu. Mengingat begitu singkatnya waktu Ramadhan, maka kita dituntut untuk pandai-pandai mengelolanya. Kita bisa manfaatkan waktu fajar untuk membaca dan menghafal ayat-ayat Alquran, berdzikir, dan merenung akan keagungan Allah. Lalu pagi sampai siang atau sore kita isi dengan kegiatan akademik kita (ngampus). Kalau masih ada waktu di sore hari kita bisa membaca buku-buku yang bermanfaat, mendengarkan pengajian atau pun menghadiri majelis taklim. Malamnya kita istirahat sebentar untuk kemudian kita melaksanakan shalat tarawih, berdzikir, dan sebisa mungkin mendekatkan diri kepada Allah. Dan sehabis shalat tarawih kita bisa mengerjakan tugas-tugas yang belum kita selesaikan. Namun kesemuanya di atas hanyalah contoh belaka, kita bisa saja mengatur jadwal kita sendiri asal jangan lupa antara agama dan duniawi kita dahulukan agama, mengingat ini bulan Ramadhan. Jangan lupa pula sebelum matahari terbenam, ketika rasa lapar demikian mendekat, bibir dan tenggorokan terasa kering, ketika itulah saat teragung bagi kita untuk memanjatkan doa, memohon sesuatu kepada Allah. Karena pada saat itu Allah memberikan hak pinta kepada orang yang berpuasa yang telah mengikhlaskan diri menahan semua hawa nafsunya di siang hari. Sayang tidak banyak orang yang menyadari hal ini. Kebanyakan orang lebih berkonsentrasi pada hidangan yang disediakan untuk berbuka, dan cenderung melakukan aksi “balas dendam” ketika telah dihalalkan baginya makan dan minum. Sangat sedikit orang yang mau berpikir, merenung, dan memaknai teguk demi teguk air yang diminumnya. Hawa nafsu. Suasana kondusif pada bulan Ramadhan membantu kita untuk mengendalikan segala hawa nafsu kita. Kecenderungan orang untuk berbuat baik pada bulan itu lebih besar dari biasanya. Akan tetapi, ada juga orang yang tidak peduli akan kehadiran Ramadhan. Kemaksiatan tetap saja mereka lakukan. Hendaknya kita jaga agar jangan sampai rapor kita banyak nilai merahnya yang disebabkan dosa dan kemaksiatan yang masih kita lakukan. Kita kendalikan betul nafsu amarah dan ketika kita berbuka pun kita masih dituntut untuk mengendalikan nafsu yang berlebih-lebihan. Padahal Allah telah berfirman, “Makan dan minumlah kamu, dan janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” Akan lebih indah kalau makanan kita yang berlebihan itu kita bagikan kepada orang yang lebih membutuhkan, seperti yang telah dipesankan Rasulullah saw menjelang bulan Ramadhan.

[email protected]

Related Documents


More Documents from ""