SKRIPSI
HUBUNGAN KESINAMBUNGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN ANTENATAL DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BALITA DI PUSKESMAS TELING ATAS MANADO
OLEH:
LAVENIA VALDIS MAKANONENG 1601208
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO 2018
SAMPUL DALAM SKRIPSI HUBUNGAN KESINAMBUNGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN ANTENATAL DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BALITA DI PUSKESMAS TELING ATAS MANADO
Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Dalam Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammmadiyah Manado
OLEH:
LAVENIA VALDIS MAKANONENG 1601208 Kepada
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO 2018
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN KESINAMBUNGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN ANTENATAL DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BALITA DI PUSKESMAS TELING ATAS MANADO
Diajukan oleh: LAVENIA VADIS MAKANONENG 1601208
Telah Disetujui Oleh:
Pembimbing I
Marry R. Rimporok, B.Sc., S.Pd., M.Kes NIDN : 13021251040
Pembimbing II
Ns. Hj. Silvia Dewi Mayasari Riu, S.Kep., M.Kep NIDN :0905098601 ii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI Skripsi ini diajukan oleh : Nama
:
Lavenia Valdis Makanoneng
Nirm
:
1601208
Program Studi
:
Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado
Judul Skripsi
:
Hubungan Kesinambungan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Antenatal Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita di Puskesmas Teling Atas Manado.
Telah berhasil dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 31 Oktober 2018 dan diterima sebagai bagian persyaratan yang dilakukan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan pada program studi ilmu keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado.
PANITIA PENGUJI Penguji I
: Berthina H. Korah, S.Pd., M.Kes
Penguji II : Irma M. Yahya, S.Kep., M.Kes
Penguji III : Marry R. Rimporok, B.Sc., S.Pd., M.Kes
Mengetahui,
Ketua
Ketua Prodi Ilmu Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Manado
STIKES Muhammadiyah Manado
Agust A. Laya, SKM., M.Kes
Ns.Hj. Silvia Dewi M. Riu, S.Kep., M.Kep
NIP. 19650805 199403 1 010
NIDN : 0905098601
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama
: Lavenia Valdis Makanoneng
Nirm
: 1601208
Program Studi
: Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado
Judul Skripsi
: Hubungan
Kesinambungan
Pemanfaatan
Pelayanan
Kesehatan
Antenatal Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita di Puskesmas Teling Atas Manado. Menyatakan bahwa skripsi saya ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik Sarjana baik di STIKES Muhammadiyah Manado maupun di Perguruan Tinggi lain. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar rujukan. Apabila dikemudian hari ada klaim dari pihak lain maka akan menjadi tanggung jawab saya sendiri, bukan tanggung jawab dosen pembimbing atau pengelola Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado dan saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk pencabutan gelar sarjana yang telah saya peroleh. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Manado,
Oktober 2018
Yang menyatakan
Materai 6000
Lavenia Valdis Makanoneng
iv
CURICULUM VITAE
A.
Identitas Pribadi Nama
: Lavenia Valdis Makanoneng
NIRM
: 160208
TTL
: Balehumara, 2 Mei 1995
Jenis Kelamin : Perempuan Agama
: Kristen Protestan
Anak
: Kedua
Alamat
: Lindongan I, Desa Barangka Pehe, Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
B.
Kode pos
: 95863
No. Telepon
: 082189347612
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan 1.
Sekolah Dasar YPK Nazareth Bahoi, Tamat tahun 2001
2.
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tagulandang, Tamat tahun 2010
3.
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tagulandang, Tamat tahun 2013
4.
Lulus dari Akper Rumkit TK. III Manado, tahun 2016
v
KATA PENGANTAR Puji dan syukur di panjatkan kepada Allah karena atas berkat, anugrah dan rahmatNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Hubungan
Kesinambungan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Antenatal Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita di Puskesmas Teling Atas Manado”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado. Penulis mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Hal ini disebabkan karena
keterbasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang
dimiliki penulis. Walaupun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk penulis maupun pihak lain yang menaruh minat terhadap masalah ini. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapat banyak bimbingan, bantuan dan dukungan, dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih serta penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1.
Agust A Laya, SKM., M.Kes Selaku ketua STIKES Muhammadiyah Manado yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat mengikuti pendidikan sarjana di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado
2.
I Made Rantiasa, S.Kp., M.Kes selaku Wakil Ketua 1 Bagian Akademik STIKES Muhammadiyah Manado yang telah banyak memberi arahan dan motivasi selama penulis menyusun skripsi ini.
vi
3.
Ns. Hj. Suwandi I. Lunento, S.Kep., M.Kes., CWCCA., HBOC Selaku Wakil Ketua II Bagian Administrasi keuangan STIKES Muhammadiyah Manado yang telah banyak memberi nasehat serta arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
4.
Ns. Hj. Zainar Kasim, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Ketua III Bagian kemahasiswaan STIKES Muhammadiyah Manado yang telah bnyak memberikan arahan dan juga masukan kepada penulis dalam penulis menyusun skripsi.
5.
Rizal Arsyad, S.Ag., M.A selaku Wakil Ketua IV Bagian Al Islam dan Kemuhammadiyaan STIKES Muhammadiyah Manado yang telah membantu penulis selama penulis menyusun skripsi ini.
6.
Ns. Hj. Silvia Dewi Mayasari Riu, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado dan Selaku Pembimbin II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan banyak masukan dan tambahan didalam penulis menyusun skripsi ini.
7.
Marry R. Rimporok, B.Sc., S.Pd., M.Kes selaku sekertaris Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado dan Selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membrikan banyak masukan dan tambahan didalam penulis menyusun skripsi ini.
8.
Seluruh dosen beserta Staf STIKES Muhammadiyah Manado yang telah memberikan ilu serta kemudahan dalam motivasi selama penulis menempuh pendidikan di STIKES Muhammadiyah Manado.
9.
Ibu Berthina H. Korah, S.Pd., M.Kes Selaku penguji I yang telah memberikan banyak masukan terutama dalam penyusunan Skripsi ini.
vii
10. Ibu Irma M Yahya, S.Kep., M.Kes Selaku penguji II yang telah memberikan banyak masukan terutama dalam penyusunan Skripsi ini. 11. dr.Oktavian Y. Umboh selaku Kepala Puskesmas Teling Atas Manado dan seluruh staf yang telah memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian ditempat tersebut. 12. Seluruh responden yang telah memberikan waktu dan informasi dalam penelitian. 13. Teristimewa untuk kedua orang tua tersayang Papa Jeferson Makanoneng dan Mama Vike M. Tulis yang telah berusaha dan selalu memberikan dorongan baik dalam segi materi, motivasi dan doa selama penulis mengikuti pendidikan di STIKES Muhammadiyah Manado. 14. Berbagai pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu langsung maupun tidak langsung kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Hal ini disebabkan karena
keterbasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang
dimiliki penulis. Walaupun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Akhirnya kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi tetap penuis harapkan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
Manado, Oktober 2018 Penulis
Lavenia Valdis Makanoneng
viii
Lavenia Valdis Makanoneng. (2018). “Hubungan kesinambungan pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal care dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita di Puskesmas Teling Atas Manado”. Program Studi Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado. Dosen pembimbing: (1) Merry H Rimporok, B.Sc., S.Pd., M.Kes, (2) Ns. Hj. Silvia Dewi Mayasari Riu, S.Kep., M.Kep.
ABSTRAK Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) masih sangat tinggi menurut UNICEF angka kematianya. Angka cakupan imunisasi yang masih rendah tersebut tidak terlepas dari perilaku kesehatan khususnya orang tua anak terhadap imunisasi terlebih khusus ibu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan kesinambungan pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal care dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada balitadi Puskesmas Teling Atas Manado. Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu dengan tujuan untuk mencari hubungan kesinambungan pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian imunisasi lengkap. Sampel yang diambil berdasarkan jumlah responden yaitu 74 responden dengan menggunakan rumus Slovin. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Selanjutnya data yang telah terkumpul diolah dengan mengunakan SPSS 16.0 untuk dianalisa dengan uji statistic Chi Square dengan tingkat kemaknaan (α) 0,005. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa didapatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal sebanyak 40 responden (54,1%) dan mendapatkan imunisasi lengkap sebanyak 25 responden ( 33,8%). Uji hipotesis dengan menggunakan uji Chi Square berdasarkan analisa data, diperoleh nilai p = 0,004, nilai p lebih kecil dari nilai α= 0,005. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa hal ini menunjukan ada Hubungan kesinambungan pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal care dengan pemberian imunisasi lengkap pada balita di puskesmas teling atas manado Kata Kunci : Antenatal, Pemberian imunisasi, Puskesmas
ix
Lavenia Valdis Makanoneng. (2018). "The relationship between the the use of continuity antenatal care health services and the provision of complete immunization for infants above 1 years old at Manado Teling Atas Health Center". Muhammadiyah Manado STIKES Nursing Study Program. Supervisor: (1) Merry H R Imporok, B.Sc., S.Pd., M.Kes, (2) Ns. Hj. Silvia Dewi Mayasari Riu, S.Kep., M.Kep.
ABSTRACT Immunization Preventable Diseases (PD3I) are still very high according to the UNICEF mortality rate. The low immunization coverage rate is inseparable from health behaviors, especially for parents of children, especially for mothers. The purpose of this study was to determine The relationship between the the use of continuity antenatal care health services and the provision of complete immunization for infants above 1 years old at Manado Teling Atas Health Center. This study is used descriptive analytic method, with a cross sectional research, that is design by collecting the data once at a time with the aim to find a relationship between the continuity of the use of antenatal health services with complete immunization. The sample taken based on the number of respondents are 74 respondents using the Slovin formula. Data collection is done by using an observation sheet. Furthermore, the data that has been collected and processed using SPSS 16.0 the analyzed method inside is processed by Chi Square statistical test with significance level (α) 0.005. The results of this study indicate that, the result is obtained the use of antenatal health services as many as 40 respondents (54.1%) and get complete immunization as many as 25 respondents (33.8%). Hypothesis testing using Chi Square test based on data analysis, obtained p = 0.004, p value is smaller than the value of α = 0.005. The conclusion in this study shows that there is a continuity relationship in the use of antenatal care services by providing complete immunization for infants balita. Keywords: Antenatal, Immunization, Health Center
x
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM............................................................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................................. ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ............................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................................ iv CURICULUM VITAE..................................................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................................... ix ABSTRACT ...................................................................................................................... x DAFTAR ISI.................................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 A.
Latar Belakang .................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
C.
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4
D.
Manfaat Penulisan ............................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 6 A.
Konsep Tentang Pelayanan Kesehatan ............................................................... 6
B.
Konsep Imunisasi .............................................................................................. 17 xi
BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................................. 28 A.
Kerangka Konsep .............................................................................................. 28
B.
Hipotesis ........................................................................................................... 28
C.
Definisi Operasional ......................................................................................... 29
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................... 31 A.
Jenis Penelitian.................................................................................................. 31
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 31
C.
Populasi dan Tekhnik Sampel ........................................................................... 31
D.
Instrumen pengumpulan data ............................................................................ 33
F.
Jalannya penelitian ............................................................................................ 35
G.
Analisa data ....................................................................................................... 36
H.
Pengolahan data ................................................................................................ 37
I.
Etika penelitian ................................................................................................. 38
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 40 A.
Hasil Penelitian ................................................................................................. 40
B.
Pembahasan....................................................................................................... 43
C.
Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 47 A.
Kesimpulan ....................................................................................................... 47
B.
Saran ................................................................................................................. 47 xii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 49 LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Jadwal imunisasi dasar lengkap…..…………….……………………………27 Tabel 3.1 Definisi Operasional..…………………………………......…………………29 Tabel 4.1 Tabel Coding………………………………………………………………...38 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia …………………………..41 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia anak………….…………..42 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan……………………..42 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal………….43 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan pemberian imunisasi lengkap……………43 Tabel 5.6 Hasil analisis………………………………………………………………...44
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Survey Awal Lampiran 2 : Surat Ijin Penelitian Lampiran 3 : Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 4 : Informed Consent Lampiran 5 : Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden Lampiran 6 : Lembar Kuesioner Lampiran 7 : Master Tabel Lampiran 8 : Hasil Uji Statistik Lampiran 9 : Jadwal Penelitian Lampiran 10 : Lembar Konsultasi Lampiran 11 : Dokumentasi
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan (Permenkes RI, 2017). Imunisasi dasar yang diwajibkan pada bayi usia 0-9 bulan yaitu, BCG, Campak, DPT, hepatitis B, dan polio. Imunisasi dasar berfungsi memberikan perlindungan dan penurunan resiko morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Mulyati, 2014).
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu,
tuberculosis, difteri pertusis,campak, polio, tetanus serta hepatitis B. Cakupan imunisasi khususnya imunisasi dasar harus dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I (Kemenkes RI, 2017). Angka kematian bayi dan balita akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Menurut data dari UNICEF (United Nations Children’s Fund) tahun 2011, 1,4 juta balita seluruh dunia meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Kasus PD3I di Indonesia pada tahun 2014 menurut data dari Kemenkes RI tentang Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014 menunjukkan jumlah penyakit tetanus neonatorum sebesar 64,3% meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 53,8% dengan jumlah meninggal 54 kasus. Penyakit campak terdapat pada 12.943 kasus meningkat dari tahun 2013 sebesar 11.521 kasus dan difteri sebanyak 396 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 16 kasus (Kemenkes RI, 2014). Untuk Provinsi Sulawesi Utara imunisasi HB < 7 hari (HB0) sebesar 72,3 % masih dibawah target nasional yaitu >95 %. Kabupaten/kota dengan cakupan 1
imunisasi HB0 tertinggi adalah Kota Kotamobagu (96,5%) sedangkan yang terendah adalah kabupaten
Bolaang Mangondow (40,51%). Imunisasi BCG hanya dua
Kab/kota yang mencapai target yaitu kabupaten Minahasa dan kota Manado, cakupan imunisasi BCG provinsi Sulawesi Utara adalah 89,9%. Imunisasi Campak hanya tiga kab/kota yang mencapai target (>93%) yaitu Kabupaten Minahasa, Minahasa selatan dan kota Manado, cakupan imunisasi campak provinsi Sulawesi Utara adalah 85,6%. Imunisasi polio kab/kota yang mencapai target cakupan campak
(>95%) yaitu
kabupaten Minahasa, Minahaa Selatan, Minahasa Utara, Bolaang Mangondow Utara dan kota Manado, cakupan imunisasi polio di Sulawesi Utara adalah 88,5% (Kemenkes RI, 2017).
Komitmen internasional untuk meningkatkan derajat kesehatan anak salah satunya dengan program UCI (Universal Child Immunization), yaitu suatu keadaan tercapaiya secara lengkap imunisasi dasar pada bayi (anak usia kurang dari satu tahun). Sejak tahun 2014 target UCI di Indonesia sebesar 100% setiap desa/kelurahan, angka ini dimaksudkan untuk mengurangi kejadian PD3I di Indonesia (Depkes RI,2014). Angka cakupan imunisasi yang masih rendah tersebut tidak terlepas dari perilaku kesehatan khususnya orang tua anak terhadap imunisasi. Perilaku kesehatan dalam suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh peran seorang ibu (Triana, 2016). Seorang ibu berperan penting dalam menjaga kesehatan anaknya, sehingga faktor-faktor pada ibu perlu diperhatikan untuk mengevaluasi masalah kesehatan dalam suatu keluarga. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi akan menjadi dasar tindakan ibu membawa anak ke pelayanan imunisasi namun jika sikap ibu yang negative terhadap imunisasi akan berdampak ke tingkat pemberian imunisasi untuk sang anak.
2
Sikap ibu yang kurang baik terhadap imunisai dapat mempengaruhi rendahnya status imunisasi lengkap pada bayi dan juga balita, hal ini merupakan salah satu dampak ketidaksinambungan pelayanan kesehatan maternal juga rendahnya cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan dan persalinan difasilitas kesehatan (Dwi, 2016). Berdasarkan hasil penelitian dari Dwi Sisca Kumala Putri tahun 2016 dengan judul yang sama. Mendapatkan hasil bahwa kesinambungan pemanfaatan pelayanan kesehatan maternal berhubungan signifikan dengan pemberian imunisasi lengkap anak umur 12-23 bulan di Indonesia. Ibu yang tidak memeriksakan kehamilanya sama sekali memiliki kecenderungan 5,39 kali untuk tidak memberikan imunisasi lengkap pada anaknya sedangkan ibu hamil yang berkesinambungan memanfaatkan pelayanan kesehatan maternal memiliki kecenderungan 1,58 kali untuk tidak memberikan imunisasi lengkap kepada anaknya dibandingkan dengan ibu hamil yang berkesinambungan memanfaatkan pelayanan kesehatan maternal. Untuk data survey awal ditempat yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu Puskesmas Teling atas imunisasi (Inactivated Polio Vaccine) IPV, campak dan Imunisasi Dasar Lengkap bulan April mencapai 31%, pada bulan Mei mengalami penurunan imunisasi IPV 9%, Campak 8%, dan imunisasi dasar lengkap 8%. Pada bulan Mei imunisasi HB (1<7 hari) mencapai 18%, BCG 38%, Polio1 38% mengalami penurunan juga pada bulan Juni imunisasi HB (1<7 hari) 29%, BCG 10% dan Polio1 10%. Berdasarkan data survey awal dan data UNICEF serta KEMENKES RI telah terjadi kenaikan cakupan yang cukup besar, namun tidak diketahui secara pasti apakah pelayanan tersebut telah menunjukkan kesinambungan yang bermakna. Masalah kesinambungan ini akan lebih menitikberatkan pada masa kehamilan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan kesinambungan 3
pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada Balita di Puskesmas Teling Atas Manado.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dikemukakan rumusan masalahnya yaitu apakah ada “hubungan kesinambungan pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita di Puskesmas Teling Atas Manado?”.
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Diidentifikasi hubungan kesinambungan pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita di Puskesmas Teling Atas Manado.
2.
Tujuan Khusus a.
Diidentifikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal di Puskesmas Teling Atas Manado.
b.
Diidentifikasi pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita di Puskesmas Teling Atas Manado.
c.
Dianalisa ada hubungan kesinambungan pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita di Puskesmas Teling Atas Manado
D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat bagi Peneliti Sebagai tambahan pengalaman, memperluas wawasan, serta menambah pengetahuan tentang kegiatan pelayanan kesehatan antenatal dan pemberian 4
imunisasi dasar lengkap pada balita. 2. Manfaat bagi Institusi Sebagai bahan bacaan bagi Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado dan sebagai acuan untuk mengembangkan penulisan skripsi selanjutnya. 3. Manfaat bagi tempat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang dapat digunakan untuk merancang kebijakan pelayanan keperawatan khususnya dalam pemberian pelayanan kesehatan antenatal dan pemberian imunisasi dasar lengkap di tempat penelitian.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tentang Pelayanan Kesehatan 1. Defenisi Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan (health care service) merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang Undang Dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatkan derajat kesehatan baik perseorangan, maupun kelompok atau masyarakat secara keseluruhan.
Defenisi Pelayanan kesehatan menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang Kesehatan tentang kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama
dalam
suatu
organisasi
untuk
memelihara
dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Berdasarkan Pasal 52 ayat (1) UU Kesehatan, pelayanan kesehatan secara umum terdiri dari dua bentuk pelayanan kesehatan yaitu: a. Pelayanan kesehatan perseorangan (medical service) Pelayanan kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self care), dan keluarga (family care) atau kelompok anggota masyarakat yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. Upaya pelayanan perseorangan tersebut dilaksanakan pada institusi pelayanan kesehatan yang disebut rumah sakit, klinik bersalin, praktik mandiri. b. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service) Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh kelompok dan masyarakat yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan 6
yang mengacu pada tindakan promotif dan preventif. Upaya pelayanan masyarakat tersebut dilaksanakan pada pusat-pusat kesehatan masyarakat tertentu seperti puskesmas. Kegiatan pelayanan kesehatan secara paripurna diatur dalam Pasal 52 ayat (2) UU Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu: 1) Pelayanan kesehatan promotif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. 2) Pelayanan kesehatan preventif, suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. 3) Pelayanan kesehatan kuratif, suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. 4) Pelayanan kesehatan rehabilitatif, kegiatan atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya
dan
masyarakat,
semaksimal
mungkin
sesuai
dengan
kemampuannya. Berdasarkan uraian di atas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas, klinik, dan rumah sakit diatur secara umum dalam UU Kesehatan, dalam Pasal 54 ayat (1) UU Kesehatan berbunyi bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif. Dalam hal ini setiap orang atau pasien dapat memperoleh kegiatan pelayanan kesehatan 7
secara professional, aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif serta lebih mendahulukan
pertolongan
keselamatan
nyawa
pasien
dibanding
kepentingan lainnya. 2. Pihak-Pihak yang Berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan Pihak-pihak yang berhubungan dengan setiap kegiatan pelayanan kesehatan baik itu di rumah sakit, puskesmas, klinik, maupun praktek pribadi, antara lain: a. Dokter Dokter adalah orang yang memiliki kewenangan dan izin sebagaimana mestinya untuk melakukan pelayanan kesehatan, khususnya memeriksa dan mengobati penyakit berdasarkan hukum dan pelayanan di bidang kesehatan. Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang No. 29 Tahun 2014 tentang Praktik Kedokteran menjelaskan defenisi dokter adalah suatu pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat. Seorang dokter harus memahami ketentuan hukum yang berlaku dalam pelaksanaan profesinya termasuk didalamnya tentang persamaan hak-hak dan kewajiban dalam menjalankan profesi sebagai dokter. Kesadaran dokter terhadap kewajiban hukumnya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain dalam mejalankan profesinya harus benar-benar dipahami dokter sebagai pengemban hak dan kewajiban. b. Perawat Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaannya selalu berada dalam situasi yang menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksii serta saling memengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap 8
individu yang bersangkutan. Perawat adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus hidup manusia. Sebagai suatu profesi perawat mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti masyarakat memberikan kepercayaan bagi perawat untuk terus-menerus memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Peraturan Menteri Kesehatan No. HK. 02. 02 /MENKES /148 I /2011 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Pasal 1 ayat (1) menjelaskan defenisi perawat adalah seorang yang telah lulus pendidikan perawat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada proses hubungan antara perawat dengan pasien, pasien mengutarakan masalahnya dalam rangka mendapatkan pertolongan yang artinya pasien mempercayakan dirinya terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. c. Apoteker Pekerjaan Kefarmasian, apoteker ialah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Adapun tugas yang dimiliki oleh seorang apoteker dalam melakukan pelayanan kesehatan diatur dalam PP 51 Tahun 2011 tentang Pekerjaan Kefarmasian adalah sebagai berikut: 1) Melakukan pekerjaan kefarmasian termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. 9
2) Membuat dan memperbaharui SOP (Standard Operational Prosedur) baik di industri farmasi. 3) Memenuhi ketentuan cara distribusi yang baik yang ditetapkan oleh menteri, saat melakukan pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran sediaan farmasi, termasuk pencatatan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses distribusi atau penyaluran sediaan farmasi. 4) Sebagai penanggung jawab di industri farmasi pada bagian pemastian mutu (quality Assurance), produksi, dan pengawasan mutu. 5) Sebagai penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian yaitu di apotek, di instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama. 6) Melakukan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) di apotek untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sadiaan farmasi dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. 7) Menjaga kerahasiaan kefarmasian di industri farmasi dan di apotek yang menyangkut proses produksi, distribusi dan pelayanan dari sediaan farmasi termasuk rahasia pasien. d. Bidan Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun internasional oleh sejumlah praktisi diseluruh dunia. Defenisi bidan menurut International Confederation of Midwife (ICM) adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri tersebut, bidan harus mampu memberi supervisi, asuhan, dan memberi nasihat yang dibutuhkan wanita selama hamil, persalinan, dan masa pasca 10
persalinan, memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak ada tenaga medis lain. Defenisi bidan di Indonesia adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan kebidanan yang telah diakui pemerintah dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi dan memperoleh izin. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan yang telah teregistrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita sebagaii pasiennya tetapi termasuk komunitasnya. Pendidikan tersebut termasuk antenatal, keluarga berencana dan asuhan anak. 3. Antenatal Care a. Pengertian Antenatal care atau pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal (Padila, 2014). Kunjungan antenatal care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak wanita merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal (Padila, 2014).
11
b. Tujuan Pelayanan antenatal care diberikan sedini mungkin kepada wanita semenjak dirinya hamil. Pedoman pelayanan antenatal care menurut (Kemenkes,2017) memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu. 3) Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit-penyulit komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan. 4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, dan persalinan yang aman dengan trauma seminimal mungkin. 5) Mempersiapkan peran ibu agar masa nifas berjalan normal dan mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif. 6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi, agar dapat tumbuh kembang secara normal. 7) Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati, dan kematian neonatal. 8) Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin. c. Fungsi Selain tujuan antenatal care juga memiliki tiga fungsi yaitu yang pertama, sebagai promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan. Fungsi yang kedua yaitu untuk melakukan screening identifikasi wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila perlu.
12
Fungsi yang terakhir adalah untuk memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi (Padila, 2014). d. Standar kualitas pelayanan antenatal Standar kualitas pelayanan antenatal yang diberikan kepada ibu hamil yaitu penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, lingkar lengan atas (LiLA). Selain itu dilakukan juga pengukuran tinggi fundus uteri, hitung denyut jantung janin (DJJ), tentukan presentasi janin untuk memperkirakan usia kehamilan dan kesehatan janin. Untuk mendukung kesehatan ibu dan janin diberikan juga imunisasi Tetanus Toxoid (TT), pemberian tablet tambah darah/tablet besi (Fe), serta pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, dan temu wicara efektif (Kemenkes, 2013). e. Standar pelayanan kunjungan pertama Standar pelayanan antenatal pada kunjungan pertama ibu hamil meliputi tahap pencatatan yang meliputi adalah identitas ibu hamil, kehamilan sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, serta penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan. Pada tahap pemeriksaan dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, dan pemeriksaan obstetrik. Tahap pemberian terapi yaitu pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT), pemberian obat rutin seperti tablet Fe, kalsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi dan penyuluhan/konseling (Kemenkes, 2016). f. Standar pelayanan kunjungan ulang Pemeriksaan kunjungan ulangan yaitu setiap kunjungan pemeriksaan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan pemeriksaan antenatal pertama. Kunjungan
ulangan
lebih
diarahkan
untuk
mendeteksi
komplikasi, 13
mempersiapkan kelahiran, dan mendeteksi kegawatdaruratan, pemeriksaan fisik yang terarah serta penyuluhan bagi ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan yaitu anamnesa tentang keluhan utama, pemeriksaan umum, obstetrik, laboratorium, imunisasi TT bila perlu pemberian obat rutin khusus dan penyuluhan (Kemenkes, 2016). g. Jadwal kunjungan ibu hamil Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera setelah seorang wanita merasa dirinya hamil. Pemeriksaan antenatal selain kuantitas
(jumlah
kunjungan),
perlu
diperhatikan
pula
kualitas
pemeriksaannya. Kebijakan program pelayanan antenatal yang ditetapkan oleh Kemenkes 2016, yaitu tentang frekuensi kunjungan sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut: 1) Minimal 1 (satu) kali kunjungan selama trimester pertama (< 14 minggu) = K1. 2) Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua (antara minggu ke 14-28) = K2 3) Minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga (antara minggu ke 28-36 dan sesudah minggu ke 36) = K3 dan K4. Apabila terdapat kelainan atau penyulit kehamilan seperti mual, muntah, keracunan kehamilan, perdarahan, kelainan letak dan lain-lain, Frekuensi pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan. Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin terhadap perlindungan ibu hamil dan janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan (Kemenkes RI, 2013).
14
h. Pelayanan Antenatal lengkap Antenatal care lengkap atau yang sering disebut dengan K4 adalah seorang ibu hamil yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit 4 kali selama kehamilannya dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah 1 kali pada trimester I, satu kali pada trimester II, dan dua kali pada trimester III (Kemenkes RI,2016). i. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan pemeriksaan ibu 1) Umur Ibu Umur adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik, sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan dan mengetahui pentingnya ANC (Padila, 2014). Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan berisiko tinggi apabila ibu hamil berusia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Umur di bawah 20 tahun dikhawatirkan mempunyai risiko komplikasi yang erat kaitannya dengan kesehatan reproduksi wanita, diatas 35 tahun mempunyai risiko tinggi karena adanya kemunduran fungsi alat reproduksi. Gangguan ini bukan hanya bersifat fisik karena belum optimalnya perkembangan fungsi organ-organ reproduksi, namun secara psikologis belum siap menanggung beban moral, mental, dan gejolak emosional yang timbul serta kurang pengalaman dalam melakukan pemeriksaan ANC (Padila, 2014).
15
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi, dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun (Padila, 2014). 2) Paritas Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu orang. Ibu yang pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang, mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya (Padila, 2014). 3) Pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses belajar. Pendidikan dapat diartikan suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan kebudayaan. Umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat pengetahuannya (Padila, 2014). Pendidikan dapat terjadi melalui kegiatan atau proses belajar yang dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja yang mempunyai tiga ciri khas. Ciri pertama, belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar bahwa perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru 16
yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dan didasari bukan karena kebetulan (Padila, 2014).
B. Konsep Imunisasi 1. Imunisasi a. Pengertian Imunisasi Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat) ketika vaksin masuk kedalam tubuh maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan system memori akan menyimpanya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya (Ranuh,2011). Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap suatu penyakit tertentu, sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukan kedalam tubuh melalui suntikan seperti vaksi, BCG, DPT, Campak dan melalui mulut seperti vaksin polio (Ramuh dkk, 2011). Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak (Mahayu, 2014).
17
b. Tujuan Imunisasi Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu ini dari didunia seperti imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti penyakit difteria (Hadinegoro, 2011). Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada
seorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau populasi bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia misalnya penyakit difteria. Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, bantuk rejan (pertussis), camapak (measles), polio, dan tuberculosis (Ranuh dkk, 2011). c. Manfaat imunisasi Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemeritah saja dengan menurunya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh : a. Untuk anak Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
18
b. Untuk keluarga Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga sejahtera apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat dan berkualitas. c. Untuk Negara Memperbaik tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Hadinegoro, 2011). d. Jenis-jenis imunisasi Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan, imunisasi ada 2 macam, yaitu : a. Imunisasi aktif Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan merespon. b. Imunisasi pasif Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Mahayu, 2014).
19
e. Imunisasi Dasar Pada Bayi a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) 1) Pengertian Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai immunogenitas. Vaksin BCG menimbulkan sensitivitas terhadap tuberculin, tidak mencegah infeksi tuberculosis tetapi mengurangi risiko terjadi tuberculosis berat sepertia TB dan tuberculosis miler (Ranuh dkk,2011).
2) Cara pemberian dan dosis : a) Sebelum disuntikan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu, melarutkan dengan mengunakan alat suntik steril auto distruct scheering (ADS) 5 ml. b) Dosis pemberian 0,05 ml c) Disuntikan secara intrakutan didarah lengan kanan atas (insertion musculus deltoideus). Dengan menggunakan Auto Distruct scheering (ADS) 0,05 ml d) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam. 3) Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis. 4) Kontra Indikasi a) Adanya penyakit kulit yang berat/ menahun seperti eksim, furunkulosis dan sebagainya. 20
b) Mereka yang sedang menderita TBC. 5) Efek samping Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan da meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak atau leher, terasa padat, tidak sakit dan idak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya (Ranuh dkk, 2011).
b. Vaksin DPT (Difteri pertusis tetanus) 1) Pengertian Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteridan tetanusnya dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi (Ranuh dkk,2011). Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphtheria. Difteri bersifat ganas, mudah menular, dan menyerang terutama saluran nafas bagian atas. Penularanya bisa karena kontak langsung dengan penderita melalui bersin atau batuk atau
kontak
tidak
langsung
karena
adanya
makanan
yang
terkontaminasi bakteri difteri. Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti demam lebih kurang 38 C, mual muntah, sakit waktu menelan, dan terdapat pseudomembran putih keabu-abuan difaring, laring, atau tonsil. 21
Pertusis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman Bordetella
pertussis.
Kuman
ini
mengeluarkan
toksin
yang
menyebabkan ambang rangsang batuk yang hebat dan lama. Serangan batuk lebih sering
pada malam hari, batuk terjadi
beruntun dan akhir batuk menarik nafas panjang, biasanya disertai muntah. Batuk bisa mencapai 1-3 bulan oleh karena itu pertussis disebut juga dengan “batuk 100 hari”. Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Clostridium Tetani. Kuman ini bersifat anaerob, sehingga dapat hidup pada lingkungan yang tidak terdapat zat asam (oksigen). Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak bahkan orang dewasa. Pada bayi penularan disebabkan karena pemotongan tali pusat tanpa alat yang steril atau dengan cara tradisional dimana alat pemotong dibubuhi ramuan tradisional yang terkontaminasi spora kuman tetanus. Pada anak-anak atau orang dewasa bisa terinfeksi karena luka yang kotor atau luka terkontaminasi dengan spora tetanus. Kuman ini paling banyak terdapat diusus kuda berbentuk spora yang tersebar luas ditanah (Mahayu, 2014). Upaya departemen kesehatan melaksanakan program Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) melalui imunisasi DPT, DT atau TT dilaksanakan berdasarkan perkiraan lama waktu perlindungan sebagai berikut : a) Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun. Dengan dosis toksoid tetanus pada bayi dihitung setara dengan 2 dosis pada anak yang lebih besar atau dewasa. 22
b) Ulangan
DPT
pada
umur
18-24
bulan
(DPT
4)
akan
memperpanjang imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun.
c) Dengan 4 dosis toksoid tetanus pada bayi dan anak dihitung setara dengan 3 dosis pada dewasa (Hadinegoro, 2011). 2) Cara pemberian dan dosis a) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogeny. b) Disuntik secara intra muscular dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis. c)
Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan) (Hadinegoro, 2011)
d) Cara memberikan vaksin ini sebagai berikut (1) Letakan bayi pada posisi miring diatas pangkuan ibu dengan seluruh kaki terlentang. (2) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. (3) Pegang paha dan ibu jari dn jari telunjuk. (4) Masukan jarum dengan sudut 90 derajat
(5) Tekan seluru jarum langsung kebawah melalui kulit sehingga masuk kedalam otot (Hadinegoro,2011). 3) Indikasi Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertussis dan tetanus.
23
4) Kontra indikasi Gejala-gejala keabnormal otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius keabnormal pada syaraf merupakan kontraindikasi pertussis. Anak-anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertussis harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT. 5) Efek Samping Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi (Mahayu, 2014). c. Vaksin Hepatitis B 1) Pengertian Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinktitivasikan dan bersifat in infectious, berasal dari HBsAg yang dihaslkan dalam sel ragi (Hansemula Polymorph) menggunakan teknolagi DNA rekombinan. 2) Cara pemberian dan dosis a) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebh dahulu agar suspense menjadi homogen. b) Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml, pemberian suntikan secara intramuskuler sebaiknya pada anterolateal paha. c) Pemberian sebanyak 3 dosis. d) Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dosis berikutnya dengan interval mnum 4 minggu (1 bulan).
24
3) Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif teerhadap infeksi yang disebabkan virus hepatitis B. 4) Kontra indikasi Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat disertai kejang. 5) Efek samping Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar empat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari (Mahayu, 2014). d. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine) 1) Pengertian Vaksin oral polio adalah vaksin yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis tipe 1,2,3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dibiakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa. 2) Cara pemberian dan dosis a) Diberikan secara oral (melalui mulut) 1 dosis atau 2 tetes sebanyak 4 kali pemberian dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu. b) Setiap membuka vial baru harus menggunakan penates (dropper) yang baru. 3) Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.
25
4) Kontra Indikasi Pada individu yang menderita “immune deficiency” tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh. 5) Efek samping Pada umumnya tidak trdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (Mahayu, 2014).
e. Vaksin campak 1) Pengertian Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 inektive unit virus strain dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin. 2) Cara pemberian dan dosis a) Sebelum disuntikan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. b) Dosis pemberian 0,5 ml disuntikan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 67 tahun setelah catchup campaign campak pada anak sekolah dasar kelas 1-6. 3) Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak. 26
4) Kontra indikasi Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon umum karena leukemia, limfoma. 5) Efek samping Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi (Mahayu, 2014).
Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi Dasar Lengkap Umur 0-7 hari 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 9 bulan
Jenis Imunisasi HB 0 BCG, Polio 1 DPT/ HB 1, Polio 2 DPT/ HB 2, Polio 3 DPT/ HB 3, Polio 4 Campak
27
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah uraian tentang hubungan antara variabel-variabel yang terkait dengan masalah penelitian. Kerangka konsep merupakan bagian dari kerangka teori yang akan diteliti, untuk mendekskripsikan secara jelas variabel yang mempengaruhi (variable independent) dan variabel yang dipengaruhi (varibel dependent) (Supardi & Rustika, 2013). Dari tinjauan dan landasan teori yang dikemukakan, dapat disimpulkan kerangka konsep di bawah ini:
Variabel Independen Kesinambungan Pemanfaatan Pelayanan kesehatan antenatal
Ket :
Variabel Dependen Imunisasi Dasar Lengkap pada Balita
:Variabel yang diteliti : Hubungan
Gambar 3.1:
Hubungan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita di Puskesmas Teling Atas Manado.
B. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmojo,2012). Berdasarkan teori-teori dan kerangka konsep yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian adalah:
28
Ha : Ada hubungan kesinambungn pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita.
C. Definisi Operasional Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. Tabel 3.1: Definisi operasional No 1
2
Variable Independen Pemanfaatan Pelayanan kesehatan antenatal
Dependen imunisasi dasar lengkap pada balita
Definisi Operasional
Hasil Ukur
Parameter
Alat Ukur
Skala
a. Frekuensi kunjungan ibu hamil dari K1-K4 b. Pemeriksa an standar pelayanan kunjungan dari K1-k4
Lembar Observasi
Ordinal
Memanfaat kan > 25 Kurang memanfaatk an < 25
Pemberian a. Mendapatk Lembar vaksin kedalam an Observasi tubuh bayi yang Imunisasi berfungsi untuk HB 0 memberikan b. Mendapatk kekebalan tubuh an terhadap imunisasi penyakit. BCG, Polio 1 c. Mendapatk an imunisasi DPT/HB1, Polio 2 d. Mendapatk an imunisasi DPT/HB2, Polio 3 e. Mendapatk an
Ordinal
Baik > 15 Kurang <15
Pemanfaatan yang dilakukan para ibu hamil yang bertujuan untuk memeriksakan kehamilanya baik fisik maupun mental sehingga mampu menghadapi persalinan dan masa nifas.
29
imunisasi DPT/HB3, Polio 4 f. Mendapat kan imunisasi campak
30
BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu dengan tujuan untuk mencari hubungan kesinambungan pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian imunisasi dasar lengkap.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Teling Atas Manado. 2. Waktu penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan bulan agustus sampai September 2018
C. Populasi dan Tekhnik Sampel 1. Populasi Populasi adalah seluruh objek atau subjek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Dalam penelitian ini populasi adalah Ibu dari anak-anak yang dibawah untuk diimunisasi di Puskesmas Teling Atas dari data yang terdapat di Puskesmas Teling Atas jumlah ibu yang membawa anaknya dalam 3 bulan terakhir berjumlah 291. 2. Sampel dan tehnik sampling Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012).
Peneliti menggunakan rumus Slovin. Rumus ini dapat
digunakan jika populasi diketahui dengan rumus: 31
𝑛=
Ket:
N 𝑁. 𝑑² + 1
n : jumlah sampel N : jumlah populasi d : presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)
maka:
𝑛=
𝑛=
291 291.0,1² + 1
𝑛=
291 291.0,01 + 1
291 291.0,01+1
=
291 3,91
= 74, 4245524 = 74
Berdasarkan hasil diatas didapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 74 responden. Tekhnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis non problability sample yaitu sampel yang tidak memperhatikan aspek peluang dalam pemilihan anggota sampel. Dengan metode atau tekhnik pengambilan sampel consecutive sampling yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi (Notoatmodjo, 2012). Responden dengan kriteria sampel : a. Kriteria inklusi 1) Ibu yang membawa anaknya untuk diimunisi 2) Usia anak di bawah 5 tahun 3) Ibu yang anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap 4) Ibu yang menyetujui dijadikan responden
32
b. Kriteria eksklusi 1) Ibu yang datang untuk memeriksakan kehamilanya 2) Anak ibu berusia dibawah 1 tahun 3) Ibu yang tidak ada ditempat penelitian 4) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
D. Instrumen pengumpulan data Instrumen pengumpulan data penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengobservasi, mengukur, atau menilai suatu fenomena. Data yang diperoleh dari suatu pengukuran kemudian dianalisis dan dijadikan sebagai bukti dari suatu penelitian. Sehingga instrumen atau alat ukur merupakan bagian penting dalam suatu penelitian (Dharma 2014). Jenis–jenis instrumen dalam penelitian digunakan yaitu Kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner yang sudah pernah digunakan dan diambil dari penelitian. 1. Kuesioner Pemanfaatan Pelayanan kesehatan Maternal Pelayanan kesehatan terdiri atas 10 pernyataan, dimana jawabannya terdiri atas 4 yaitu selalu (nilai 4), sering (nilai 3), kadang-kadang (nilai 2) tidak pernah (nilai 1). Responden diberikan pernyataan yang akan diukur dengan menggunakan skala Likert. Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut: 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
Panjang kelas (i) = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
50 2
= 25
Dengan kategori penilaian Pemanfaatan (jika skor jawaban > dari nilai 33
median) yaitu skor >25 kategori memanfaatkan (jika skor jawaban < dari nilai median) yaitu skor <25 berarti kategori kurang memanfaatkan. 2. Kuesioner Imunisasi Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan dimana jawabannya terdiri atas 2 yaitu Ya (nilai 2) dan Tidak (nilai 1). Responden diberikan pernyataan yang akan diukur dengan menggunakan skala Guttman. Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas). Misalnya: Ya dan Tidak. Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut: 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
Panjang kelas (i) = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
30 2
= 15
Dengan kategori penilaian Pemanfaatan (jika skor jawaban > dari nilai median) yaitu skor >15 baik (jika skor jawaban
primer dari usulan penelitian ini adalah wawancara
langsung dari responden. 34
2. Data sekunder Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Siswanto & Suyanto, 2018). Data sekunder dari usulan penelitian ini adalah data yang diperoleh dari buku laporan bulanan puskesmas. F. Jalannya penelitian 1. Tahap persiapan a. Kegiatan yang dilakukan meliputi: Pengajuan judul, survey awal, pembuatan proposal, serta konsultasi usulan proposal. b. Dilakukan seminar proposal serta perbaikan proposal. c. Pengesahan proposal. d. Konsultasi dan pembuatan surat izin penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan a. Mendapatkan surat izin penelitian dari STIKES Muhammadiyah Manado. b. Melaporkan dan meminta izin kepada kepala Puskesmas Teling Kecamatan Wanea untuk mendapatka persetujuan tempat penelitian. c. Pengajuan surat permohonan untuk bersedia menjadi subjek penelitian pada calon responden. d. Pengumpulan data dengan pembgian kuesioner dan melakukan wawancara pada responden. e. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pemeriksaan tentang kelengkapan data. f. Untuk hasil pengumpulan data Unvariat di Olah secara manual dengan 35
menggunakan kalkulator dan data bivariate disajikan dalam bentuk hasil uji korelasi Chi-Square. 3. Tahap Penyajian Hasil a. Penyusunan dan konsultasi skripsi. b. Ujian skripsi dan dilanjutkan dengan revisi skripsi c. Pengesahan skripsi G. Analisa data 1. Analisa univariat Analisis yang dilakukan untuk menganalisa tiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna, dan pengolahan datanya hanya satu variabel saja, sehingga dinamakan univariat. Tabel distribusi frekuensi di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑝= Keterangan: p
: Presentase
f
: Frekuensi
n
: Jumlah Responden
𝑓 𝑥 100 𝑛
100 : Nilai Konstanta 2. Analisa bivariate Penelitian bivariat merupakan suatu analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel. Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antar variabel. Dua variabel tersebut diadu misalnya dengan mengetahui hubungan antar 36
variabel X1 dengan X2. Yaitu untuk mencari hubungan kesinambungan pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal dengan pembeian imunisasi dasar lengkap pada balita melalui uji chi-square dengan program SPSS. H. Pengolahan data Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah: 1. Editing Editing merupakan pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul, tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi. Editing (Penyuntingan). Penelitian ini memeriksakan data yang diperoleh data untuk memastikan data dalam kuesioner telah lengkap. 2. Coding Coding merupakan pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis. Coding (Pengkodean). Peneliti memberkan kode tertentu untuk setiap jawaban. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Pengkodean dapat dilihat pada tabel berikut :
37
Tabel 4.1: Tabel Coding No 1
2
3
4
Data
Kode
Usia Responden
1 = < 20 tahun 2= 20-35 tahun 3= > 35 tahun Pekerjaan 1= IRT 2= Wiraswasta 3= PNS Pemanfaatan pelayanan kesehatan Antenatal 1= Kurang Memanfaatkan 2= Memanfaatkan Pemberian imunisasi lengkap pada bayi usia 1 1= Imunisas Lengkap tahun ke atas 2= Imunisasi Tidak Lengkap
Sumber Data Primer 2018
3. Proces (Entery Data) Peneliti memasukan data kedalam computer untuk selanjutnya dianalisis. 4. Cleaning Data yang sudah dimasukan diperiksa kembali kemudian dilakukan analisis.
I. Etika penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan peneli tian dengan menekankan pada etika penelitian yang meliputi: 1. Informed consent (persetujuan) Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan informan dengan memberikan lembar persetujuan menjadi informan. Tujuannya agar informan mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang diteliti selama pengumpulan
data.
Jika
informan
setuju,
maka
diminta
untuk
menandatangani lembar persetujuan.
38
2. Anonimity (tanpa nama) Merupakan masalah etika dengan tidak memberikan nama informan pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya dimengerti oleh peneliti. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada riset.
39
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Puskesmas
Teling
atas
merupakan
unit
pelaksana
teknik
dinas
kesehatan/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan suatu atau sebagian wilayah kecamatan. Dan puskesmas sebaga unit organisasi fungsional dibidang kesehatan dasar yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, membina peran serta masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar menyeluruh dan terpadu. Terletak di Kelurahan Teling Atas dengan batas-batas wilayah yaitu: sebelah utara berbatasan dengan kecamatan wenang, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Tikala, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan pineleng, dan sebelah barat berbatasan dengan kecamatan sario. Visi dari Puskesmas Teling Atas adalah “Kecamatan Wanea sehat menuju kota model ekowisata”, sedangkan Misi Puskesmas Teling Atas, Yaitu : Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Teling Atas, mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teling Atas, memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkunganya, mewujudkan pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Teling Atas yang berkualitas dan menyenangkan serta terjangkau oleh seluruh masyarakat, dan meningkatakan derajat kesehatan
40
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teling Atas melalui pemberdayan masyarakat. Puskesmas Teling Atas mempunyai fasilitas, antara lain: poli umum, poli lansia, poli gigi, poli anak, pelayanan KB, pelayanan bu hamil, pelayanan imunisasi, pelayanan
PJK, pelayanan VCT, laboratorium, UGD/Emergency,
apotik, rujukan dan tata usaha. 2. Karakteristik Responden a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia responden di Puskesmas Teling Atas (n=74) Banyaknya Responden Umur Ibu < 20 21-35 >35 Total
F 16 43 15 74
% 21,6 % 58,1 % 20,3 % 100
Sumber : Data primer (2018)
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa responden terkecil berusia >35 tahun sebanyak 15 responden 20,3%), dan umur dari 21-35 tahun terbanyak sebesar 43 responden (58,1%). b. Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan Puskesmas Teling Atas (n=74) Banyaknya Responden Pekerjaan IRT PNS Wiraswasta Total
F 48 4 22 74
% 64, 9 % 5,4 % 29, 7 % 100
Sumber : Data primer (2018)
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa responden yang bekerja sebagai IRT sebanyak 48 responden (64,9%) merupakan responden terbanyak dan PNS sebanyak 4 responden (5,4) merupakan responden terkecil. 41
2. Analisa univariat a. Distribusi responden berdasarkan pemanfaatan pelayananan kesehatan antenatal Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal di Puskesmas Teling Atas (n=74). Pemanfaatan Banyaknya Responden Pelayanan Antenatal F % Kurang Memanfaatkan 34 45,9 % Memanfaatkan 40 54, 1 % Total 74 100 Sumber : Data primer (2018)
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa responden yang kurang memanfaatkan sebanyak 34 responden (45,9%) dan yang memanfaatkan sebanyak 40 responden (54,1%). b. Distribusi responden berdasarkan pemberian imunisasi lengkap pada bayi Tabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita di Puskesmas Teling Atas (n=74). Pemberian Imunisasi Banyaknya Responden Dasar Lengkap F % Imunisasi Lengkap 34 45,9 % Imunisasi Tidak Lengkap 40 54, 1 % Total 74 100 Sumber : Data primer (2018)
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa pemberian imunisasi yang tidak lengkap sebanyak 34 responden (45,9%) dan yang imunisasi lengkap sebanyak 40 responden (54,1%).
42
3. Analisa Bivariat Tabel 5.6 Hasil analisis hubungan kesinambungan pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita di Puskesmas Teling Atas Manado (n=74).
Pemanfaatan Pelayanan Antenatal
Pemberian imunisasi lengkap Tidak Lengkap Lengkap F % F %
Total f
%
Kurang Memanfaatkan
25
33,8
9
12,2
34
45,9
Memanfaatkan
15
20,3
25
33,8
40
51,4
Total
40
54,1
34
45,9
74
100
OR (95%)
P Value
584
0,004
Sumber uji Chi-Square
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa responden yang tidak memanfaatkan pelayanan antenatal dengan imunisasi tidak lengkap 25 responden (33,8%), yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan antenatal dengan imunisasi lengkap sebanyak 9 responden (12,2%), responden yang memanfaatkan pelayanan antenatal dengan imunisasi tidak lengkap 15 responden (20,3%), responden yang memanfaatkan pelayanan antenatal dengan imunisasi lengkap 25 responden (33,8%). Selanjutnya hasil uji dengan chi square with Continuity Correction diperoleh p=0,004didapatkan hasil bahwa nilai ρ= 0,002 dengan taraf signifikan sebesar α = 0,05. Maka nilai ρ= 0,004 < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan kesinambungan pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian imunisasi lengkap pada bayi usia 1 tahun ke atas di puskesmas teling atas manado dengan nilai OR (odds ratio) sebesar 584.
B. Pembahasan Hasil analisis yang memanfaatkan pelayanan kesehatan antenatal dan telah memberikan imunisasi dasar lengkap dengan jumlah responden sebanyak 25 orang (33,8%) dan yang belum memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak 15 orang (20,3%). Menurut Nugroho, 2012 status pekerjan menjadi faktor risiko karena pada 43
umumnya ibu yang bekerja memiliki waktu lebih sedikit untuk bersama anakanaknya. Hal ini dikarenakan mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, bahkan ada yang kedua orang tuanya juga ikut bekerja, sehingga terkadang kesehatan anak tidak diperhatikan. Berbeda dengan ibu yang tidak bekerja yang memiliki waktu berkumpul bersama anak-anaknya lebih lama. Nugroho, 2012 mendapakan hasil penelitian (p=0,004 <0,05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kelengkapan status imunisasi dasar bayi. Hal ini juga sesuai dengan penlitian yang dilakukan oleh Umi Kalimah, 2015 dengan p value= 0,008 (p<0,05) yang menyatakan ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan penerapan imunisasi campak. Menurut asumsi peneliti, responden yang memanfaatkan pelayanan kesehatan antental namun belum memberikan imunisasi dasar lengkap kepada anaknya dikarenakan karena faktor pekerjaan ibu, sebagian responden yang tidak memberikan imunisasi dasar lengkap pada anaknya mengaku tidak memiliki waktu luang untuk membawa anaknya diimunisasi ke puskesmas karena harus bekerja. Responden yang kurang memanfaatkan pelayanan antenatal dan tidak memberikan imunisasi dasar lengkap berjumlah 25 responden (33,8%) dan yang memberikan imunisasi lengkap berjumlah 9 responden (12,2%). Menurut penelitian dari Lisna Wati, 2013 dengan hasil p value=0,02<0,05 sehingga dapat diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara informasi dengan kelengkapan imunisasi anak 1-5 tahun. Hal ini juga dilakukan oleh Harmaini mendapatkan hasil umumnya informas yang diterima kurang dengan status imunisasi tidak lengkap 68,4%. Menurut Lisna,2013 semakin banyak informasi yang didapatkan maka semakin lengkap imunisasi yang akan diberikan. Menurut asumsi peneliti, responden yang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan antenatal tetapi memberikan imunisasi 44
dasar lengkap pada anaknya dikarenakan sudah mendapatkan informasi mengenai pentingnya imunisasi Dalam Penelitian ini juga didapatkan nilai OR 584 dimana yang memanfaatkan pelayanan kesehatan antental dan telah memberikan imunisasi lengkap memiliki peluang 584 kali kali lebih baik dalam pemberian imunisasi dasar lengkap. Menurut penelitian dari Dwi, mendapatkan nilai OR 5,39 dimana responden yang tidak memanfaatkan pelayanan antenatal mempunyai peluang 5,39 kali untuk tidak memberikan imunisasi dasar lengkap kepada anaknya. Menurut analisis terhadap survey demografi kesehatan (Tahun 2011-2012) di Pakistan menunjukan bahwa pmanfaatan pelayananan antenatal berhubungan erat dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-23 bulan. Ibu yang tidak melakukan kunjungan antenatal memiliki kecenderungan 1,3 kali untuk tidak memberikan imunisasi lengkap kepada anak (OR (95% CI) : (1,33 (1,07-166)). Hasl analisis menggunakan uji statistic, chi square dengan menggunkan Continuity Correction diperoleh p=0,004. Hasl uji dengan tingkat kesalahan 5% atau α = 0,05. Maka nili p< 0,05 artinya ada hubungan antara kesinambungan pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita di Puskesmas Teling Atas Manado. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Dwi yang menunjukan bahwa ibu hamil yang tidak berkesinambungan memanfaatkan pelayanan kesehatan antenatal, memiliki kecenderungan 2,58 kali untuk tidak memberikan imunisasi lengkap kepada anaknya dibandingkan dengan ibu hamil yang berkesinambungan memanfaatkan pelayanan kesehatan antenatal. Dengan demikian hipotesis penelitian ini yang menyatakan bahwa ada hubungan kesinambungan pemanfaatan pelayanan antenatal dengan pemberian imunisasi dasar lengkap di Pusksmas Teling Atas Manado. 45
C. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat keterbatasan penelitian. Tekhnik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden seringkali responden sudah tidak mengingat tentang pelayanan kesehatan antenatal yang dilakukan dipuskesmas.
46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemanfaatan pelayanan kesehatan Antenatal di Puskesmas Teling Atas Manado sebagian besar sudah memanfaatkan pelayanan kesehatan antenatal. 2. Pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita di Puskesmas Teling Atas Manado sebagian besar sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. 3. Hasil
analisis
menunjukan
bahwa
terdapat
hubungan
kesinambungan
pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita di Puskesmas Teling atas Manado.
B. Saran 1. Manfaat bagi peneliti Penelitian ini dapat diharapkan menjadi tambahan pengalaman, memperluas wawasan pengetahuan teori dan praktik keperawatan maternitas dalam pelayanan antenatal care dan pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita di puskesmas Teling Atas Manado. 2. Manfaat bagi institusi Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, dan menjadi bahan ajar dalam materi khususnya mengenai pelayanan antenatal care dan imunisasi dasar lengkap.
47
3. Bagi instansi pelayanan kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang dapat digunakan untuk merancang kebijakan pelayanan keperawatan khususnya dalam pemberian pelayanan antenatal care dengan standar opersional procedural (SOP) di Puskesmas Teling Atas Manado.
48
DAFTAR PUSTAKA Dewi dan Sunarsih.2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. Direktorat Bina Kesehatan Ibu. (2013). Rencana Aksi Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia. Jakarta. Fitrihanda. 2012. Antenatal Care. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtpt unimus-941fitrihanda-5619-4.babii.pdf. Diakses 3 Juli 2018.
Hadinegoro, S. R. (2011). Panduan Imunisasi Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. International Confederation Of Midwives (ICM). (2011). ICM International Definition of the Midwife.Netherland. Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Sulawesi Utara. Manado Available online dinkes.sulutprov.go.id diakses pada tanggal 26 Juli 2018. Kementerian Kesehatan. (2013). PP Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta. Kementerian Kesehatan. (2015). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta. Kemenkes. (2016). Buku KIA. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI. Mahayu, P (2017). Imunisasi dan Nutrisi Panduan Pemberian Imunisasi dan Nutrisi pada Bayi, Balita dan Manfaatnya. Jogjakarta: Buku Biru. Notoatmodjo.(2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: PT Reneka Cipta. Padila. (2014). Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Pringgawati, U. (2011). Gambaran dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Pada Ibu Yang Berkunjung Ke Puskesmas Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Bulan April-Mei Tahun 2011 (Skripsi. Universitas Indonesia.Jakarta. Indonesia). Diakses dari website http:// simtakp.uui.ac.id/docjurnal/Pringgawati-jurnal.pdf. diakses pada tanggal 26 Juli 2018.
49
Putri, Dwi Sisca Kumala. (2016). Hubungan Kesinambungan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Maternal Dengan Pemberian Imunisasi Lengkap Di Indonesia. Balitbangkes. diakses pada tanggal 28 Juli 2018 Ranuh, dkk (2011). Buku Imunisasi Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI. Sarminah. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Di Provinsi PapuaTahun 2010. (Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta. Indonesia). diakses pada tanggal 30 Juli 2018 Supardi, S. & Rustika, (2013).Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. Sulistiyowati, N. (2017). Kesinambungan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Maternal di Indonesia (Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makasar.Indonesia). Diakses dari website http://escape.library.unhas.ac.id. diakses pada tanggal 30 Juli 2018 Triana, V. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas Volume 10 No 2. diakses pada tanggal 30 Juli 2018. Wagiyo dan Putrono. (2009). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal, dan Bayi Baru Lahir Fisiologis dan Patologis. Yogyakarta: CV. Andi Offset. WHO, UNICEF, World Bank. (2009). State of the world's vaccines and immunization. Geneva: 3rd Edition.
50
51