Ibu

  • Uploaded by: Umi Vista
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ibu as PDF for free.

More details

  • Words: 858
  • Pages: 5
IBU (karya : Mustofa Bisri) Kaulah gua teduh tempatku bertapa bersamamu Sekian lama Kaulah kawah dari mana aku meluncur dengan perkasa Kaulah bumi yang tergelar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam mata air yang tak brenti mengalir membasahi dahagaku telaga tempatku bermain berenang dan menyelam Kaulah, ibu, laut dan langit yang menjaga lurus horisonku Kaulah, ibu, mentari dan rembulan yang mengawal perjalananku mencari jejak sorga di telapak kakimu (Tuhan, aku bersaksi ibuku telah melaksanakan amanatMu menyampaikan kasihsayangMu maka kasihilah ibuku seperti Kau mengasihi kekasih-kekasihMu Amin)

SELAMAT PAGI INDONESIA Karya: Sapardi Djoko Damono selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk dan menyanyi kecil buatmu. aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu, dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam kerja yang sederhana; bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal. selalu kujumpai kau di bawah anak-anak sekolah, di mata para perempuan yang sabar, di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan; kami telah bersahabat dengan kenyataan untuk diam-diam mencintaimu. pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu agar tak sia-sia kau melahirkanku. seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam padamu, kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya. aku pun pergi bekerja, menaklukkan kejemuan, merubahkan kesangsian, dan menyusun batu-demi batu ketabahan, benteng kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit, o anak jaman yang megah, biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmu wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat, para perempuan menyalakan api, dan di telapak tangan para lelaki yang tabah telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura. selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil memberi salam kepada si anak kecil; terasa benar: aku tak lain milikmu

NYANYIAN KEMERDEKAAN Karya: Ahmadun Yosi Herfanda hanya kau yang kupilih, kemerdekaan di antara pahit-manisnya isi dunia akankah kaubiarkan aku duduk berduka memandang saudaraku, bunda tercintaku dipasung orang asing itu? mulutnya yang kelu tak mampu lagi menyebut namamu Berabad-abad kau terlelap Bagai laut kau kehilangan ombak Burung-burung yang semula Bebas dihutannya Digiring ke sangkar-sangkar Tak bebas mengucapkan kicaunya Hanya kau yang ku pilih Darah dan degup jantungmu Hanya kau yang ku pilih Diantara pahit-manisnya isi dunia Orang asing itu berabad-abad Memujamu dingerinya Namun di negriku Mereka berikan belengu-belenggu Maka bangkitlah Sutomo Bangkitlah Wahidin Sudirohusodo Bangkitlah Ki Hajar Dewantara Bangkitlah semua dada yang terluka -Bergenggam tanganlah dengan saudaramu Eratkan genggaman tangan itu atas namaku Kekuatan yang memancar dari genggaman itu – Suaramu sayup diudara Membangunkanku dari mimpi siang yang celaka Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan Di antara pahit-manisnya isi dunia Berikan degup jantungmu Otot-otot dan derap langkahmu Biar kurterjang pintu-pintu terkunci itu Dan mendobraknya atas namamu Terlalu pengap Udara yang tak tertiup Dari rahimmu Jantungku hamper tumpas Karena racunnya ( matahari yang kita tunggu Akhirnya bersinar juga Di langit kita )

Sajak Bagi Negaraku (karya Kriapur)

di tubuh semesta tercinta buku-buku negeriku tersimpan setiap gunung-gunung dan batunya padang-padang dan hutan semua punya suara semua terhampar biru di bawah langitnya tapi hujan selalu tertahan dalam topan hingga binatang-binatang liar mengembara dan terjaga di setiap tikungan kota-kota di antara gebalau dan keramaian tak bertuan pada hari-hari sebelum catatan akhir musim telah merontokkan daun-daun semua akan menangis semua akan menangis laut akan berteriak dengan gemuruhnya rumput akan mencambuk dengan desaunya siang akan meledak dengan mataharinya dan musim-musim dari kuburan akan bangkit semua akan bersujud berhenti untuk keheningan pada yang bernama keheningan semua akan berlabuh bangsaku, bangsa dari segala bangsa rakyatku siap dengan tombaknya siap dengan kapaknya bayi-bayi memiliki pisau di mulut tapi aku hanya siap dengan puisi dengan puisi bulan terguncang menetes darah hitam dari luka lama

Monginsidi (karya Subagio Sastrowardoyo) Aku adalah dia yang dibesarkan dengan dongeng di dada bunda Aku adalah dia yang takut gerak bayang di malam gelam Aku adalah dia yang meniru bapak mengisap pipa dekat meja Aku adalah dia yang mengangankan jadi seniman melukis keindahan AKu adalah dia yang menangis terharu mendengar lagu merdeka Aku adalah dia yang turut dengan barisan pemberontak ke garis pertempuran Aku adalah dia yang memimpin pasukan gerilya membebaskan kota AKu adalah dia yang disanjung kawan sebagai pahlawan bangsa Aku adalah dia yang terperangkap siasat musuh karena pengkianatan Aku adalah dia yang digiring sebagai hewan di muka regu eksekusi Aku adalah dia yang berteriak 'merdeka' sbelum ditembak mati Aku adalah dia, ingat, aku adalah dia

Berkibarlah bendera negeriku Berkibarlah engkau di dadaku Tunjukkanlah kepada dunia Semangatmu yang panas mambara Daku ingin jiwa raga ini Selaraskan keanggunan Daku ingin jemariku ini Menuliskan karismamu Berkibarlah bendera negeriku Berkibar di luas nuansamu Tunjukkanlah kepada dunia Ramah tamah budi bahasamu Daku ingin kepal tangan ini Menunaikan kewajiban Putra bangsa yang mengemban cita Hidup dalam kesatuan Berkibarlah selalu Bendera negeriku Menghias langit biru Oh indonesiaku Tunjukkan dirimu kepada dunia Dan torehkan warnamu di dalam dada Berkibarlah bendera negeriku Berkibarlah engkau di dadaku Tunjukkanlah kebanggaanku dan semangatmu Yang panas membara Berkibarlah bendera negeriku Berkibarlah engkau di dadaku Tunjukkanlah kepada dunia Semangatmu yang panas mambara Daku ingin jiwa raga ini Selaraskan keanggunan Daku ingin jemariku ini Menuliskan karismamu Daku ingin kepal tangan ini Menunaikan kewajiban Putra bangsa yang mengemban cita Hidup dalam kesatuan Daku ingin jiwa raga ini Selaraskan keanggunan Daku ingin jemariku ini Menuliskan karismamu Daku ingin kepal tangan ini Menunaikan kewajiban Putra bangsa yang mengemban cita Hidup dalam kesatuan

Related Documents

Ibu
October 2019 56
Ibu
June 2020 38
Ibu
May 2020 40
Ibu
May 2020 38
Ibu
May 2020 35
Ibu
October 2019 50

More Documents from "Umi Vista"

Lk 1a Kel 2.docx
November 2019 16
Ibu
October 2019 50
Acara Upacara
August 2019 30
Lk 1e Kel 2.docx
November 2019 17