LAPORAN KASUS A. Identitas Pasien 1. Nama
: Tn. K
2. Umur
: 74 tahun 9 bulan 21 hari
3. Agama
: Islam
4. Alamat
: Wonosari, Semarang
5. Pekerjaan
: Petani
6. Pendidikan terakhir
: Tidak Sekolah
7. Status
: Menikah
8. No RM
:-
9. Tanggal masuk RS
: 20 Oktober 2017
B. Anamnesis Anamnesis dilakukan di Bangsal Anggrek RSUD Tugurejo Semarang pada tanggal 25 Oktober 2017 pukul 08.50 WIB secara autoanamnesis dan aloanamnesis. 1. Keluhan Utama Nyeri di selangkangan dan benjolan di buah zakar kanan 2. Riwayat Penyakit Sekarang a. Lokasi
: Selangkangan dan buah zakar kanan
b. Onset
: 2 bulan yang lalu
c. Kronologis : 2 bulan lalu pasien merasakan nyeri di selangkangan kanan, yang lama kelamaan menjalar ke buah zakar. Terdapat benjolan di buah zakar yang keluar saat batuk, benjolan masih bisa masuk dengan bantuan jari pasien. Karena semakin merasakan ketidak nyamanan, pasien datang ke IGD RSUD Tugurejo Semarang tanggal 20 Oktober 2017. d. Kuantitas
: Nyeri hilang timbul
e. Kualitas
: Nyeri seperti ditusuk pada buah zakar, terkadang sampai
membuat pasien sulit tidur. Rasa tidak nyaman membuat intake makanan berkurang. f. Faktor pengubah
: Memburuk saat berjalan (testis bergesekan dengan pakaian)
dan saat batuk. Membaik saat berbaring. g. Gejala penyerta
: lemas, kencing tidak lancar
3. Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat penyakit yang sama
: Diakui 3 tahun yang lalu, sudah dioperasi, dan
sembuh. b. Riwayat tekanan darah tinggi
: Disangkal
c. Riwayat sakit gula
: Disangkal
d. Riwayat sakit jantung
: Disangkal
e. Riwayat sakit asma
: Disangkal
f. Riwayat sakit ginjal
: Disangkal
g. Riwayat alergi
: Disangkal
h. Riwayat rawat inap
: Diakui
i. Riwayat infeksi menular seksual : Disangkal j. Riwayat infeksi saluran kencing
: Disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga a. Riwayat tekanan darah tinggi
: Disangkal
b. Riwayat sakit gula
: Disangkal
c. Riwayat kolesterol tinggi
: Disangkal
d. Riwayat asma
: Disangkal
e. Riwayat sakit jantung
: Disangkal
5. Riwayat Pribadi a. Kebiasaan merokok
: Diakui
b. Kebiasaan minum alkohol
: Disangkal
c. Pola makan dan minum sebelum sakit baik. 6. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien sekarang tidak bekerja. Saat ini, pasien berobat dengan biaya dari BPJS PBI. Biaya hidup sehari-hari ditanggung oleh anak-anak pasien. C. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum
: Tampak lemah
2. Kesadaran
: Compos mentis
3. Vital Sign a. TD
: 151/81 mmHg
b. Nadi
: 70x/menit
c. RR
: 18x/menit
d. Suhu
: 36,5 oC
e. BB
: 64 kg
f. TB
: 170 cm
g. BMI
: 22,14
h. Status Gizi
: normal
4. Status Generalisata a. Mata: Eksoptalmus/ Enoptalmus: (-) Gerakan
: Normal ke segala arah
Tekanan Bola Mata
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak Mata
: Edema palpebra (-), ptosis (-)
Konjungtiva
: Anemis (-)
Sklera
: Ikterus (-)
Kornea
: Jernih
Pupil
: Bulat, central, reguler, isokor
b. Telinga: Dalam Batas Normal c. Hidung: Dalam Batas Normal d. Mulut: Bibir
: Kering (-), stomatitis (-), sianosis (-)
Gusi
: Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
Faring
: Hiperemis (-)
Tonsil
: T1 – T1, hiperemis (-)
Lidah
: Kotor (-)
e. Leher: Kel. Getah Bening
: Tidak teraba, nyeritekan (-), benjolan (-)
Pembesaran Kel. Parotis : (-) f. Cor Inspeksi Ictus cordis tak terlihat, ICS tidak melebar dan tidak menyempit, sudut arcus costa 90 derajat. Palpasi Nyeri tekan (-), sternal lift tidak ada getaran, pulsus epigastrium tidak ada getaran, pulsus parasternal tidak ada getaran, thrill tidak ada getaran Perkusi Batas jantung kanan ICS V linea sternalis kanan, batas atas jantung ICS II linea parasternal kiri, batas pinggang ICS III linea parasternal kiri, batas kiri bawah jantung ICS V 2cm ke arah medial linea midclavikularis Auskultasi
Irama jantung reguler, tidak ditemukan suara tambahan jantung. g. Pulmo Dextra
Sinistra
Normal
Normal
Taktil Normal
fremitus Taktil Normal
Depan : a. Inspeksi b. Palpasi c. Perkusi d. Auskultasi
Sonor
Sonor
Vesikular
Vesikular
Normal
Normal
Taktil Normal
fremitus Taktil Normal
fremitus
Belakang : a. Inspeksi b. Palpasi c. Perkusi d. Auskultasi
Sonor
Sonor
Vesikular
Vesikular
fremitus
h. Abdomen Inspeksi Permukaan dinding perut datar, massa (-), warna kulit sama dengan sekitarnya. Auskultasi Peristaltik usus setiap 2 detik sekali diseluruh lapang abdomen, bruit negatif (-) Perkusi Suara tympani di seluruh lapang abdomen Palpasi Nyeri tekan (+) inguinal dextra, Benjolan (+) i. Ekstremitas : Pemeriksaan
Superior
Inferior
Akral hangat Oedem Sianosis Gerak CRT
(+) (-) (-) Tidak terbatas < 2’
(+) (-) (-) Tidak terbatas < 2’
5. Status Lokalis a) Status lokalis regio genitalia
Inspeksi
: Tampak benjolan pada scrotum bagian dektra, tidak
merah, warna sama dengan sekitar, vena melebar (-)
Palpasi
: Massa (+) Konsistensi:lunak, batas atas tidak
jelas, nyeri tekan (+), Manuver valsava: Reponible (benjolan dapat didorong masuk dengan jari telunjuk dalam posisi pasien berbaring)
Perkusi
: Tidak dilakukan
Auskultasi
: Bising usus (+) Normal
b) Rectal Toucher
: Tidak dilakukan
c) Finger test
: Teraba pada ujung jari
D. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah Rutin Tanggal: 21 Oktober 2017 Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Leukosit
9,95
10^3/ul
3,8 – 10,6
Eritrosit
4,06
10^3/ul
4,4 – 5,9
Hemoglobin
10,00
g/dl
13,2 – 17,3
Hematokrit
32,70
%
40 – 52
MCV
82,30
Fl
80 – 100
MCH
24,60
Pg
26 – 34
MCHC
30,60
g/dl
32 – 36
Trombosit
249
10^3/ul
150 – 440
RDW
19,10
%
11,5 – 14,5
Eosinofil absolute Basofil absolute Neutrofil absolute
0,47
10^3/ul
0,045 – 0,44
0,02
10^3/ul
0 – 0,02
10,28
10^3/ul
1,8 – 8
Limfosit absolute Monosit absolute Eosinofil
1,83
10^3/ul
0,9 – 5,2
1,07
10^3/ul
0,16 – 1
4,70
%
2–4
Basofil
0,10
%
0–1
Neutrofil
72,20
%
50 – 70
Limfosit
14,00
%
25 – 40
Monosit
8,90
%
2–8
2. Kimia Klinik (Serum) Tanggal: 10 Oktober 2017 Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Harga normal
Glukosa sewaktu Ureum
124
Mg/dL
< 125
17,3
Mg/dL
10,00 50,00
– –
Kreatinin
1,03
Mg/dL
0,70 1,10
SGOT
17
U/L
0 – 35
SGPT
22
U/L
0 – 35
Kalium
3,50
Mmol/L
3,5 – 5,0
Natrium
137,1
Mmol/L
135 – 145
Chlorida
98,8
Mmol/L
95 – 105
Total Protein
7,2
g/dl
6,1-8
Albumin
4,4
g/dl
3,2-5,2
Globulin
2,8
g/dl
2,9-3,0
E. Resume Tn. K usia 74 tahun datang ke IGD RSUD Tugurejo Semarang tanggal 20 Oktober 2017 dengan keluhan utama nyeri di selangkangan dan benjolan di testis dextra. Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan dirasa hilang timbul. Nyeri sampai menyebabkan pasien sulit tidur. Faktor
yang memperberat saat berjalan (saat testis bergesekan dengan pakaian) dan saat batuk, sedangkan faktor yang memperingan saat pasien istirahat berbaring. Gejala penyerta lemas dan kencing tidak lancar. Riwayat penyakit yang sama diakui tiga tahun yang lalu, sudah dioperasi, dan sembuh. Pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah, kesadaran kompos metis. Status general abdomen inguinal dextra teraba adanya massa. Pada pemeriksaan status lokalis genitalia inspeksi: tampak benjolan pada scrotum bagian dektra, tidak merah, warna sama dengan sekitar, vena melebar (-). Palpasi: Massa (+) Konsistensi:lunak, batas atas tidak jelas, nyeri tekan (+), Manuver valsava: Reponible (benjolan dapat didorong masuk dengan jari telunjuk dalam posisi pasien berbaring). Auskultasi: Bising usus (+) Normal Finger test: Teraba pada ujung jari. F. Daftar masalah No. Masalah Aktif 1.
Masalah Pasif
Hernia Scrotalis Dextra
1. Faktor Risiko
: Usia lebih dari 45 tahun
2. Komplikasi
: Atrofi testis, Hernia residif
G. Initial plan 1. Diagnosis Kerja
: Hernia Scrotalis Dextra Reponible
2. Differential Diagnosis
: Hidrokel, verikokel, tumor testis, torsio testis
3. Pemeriksaan penunjang
: USG testis, Kultur urin, darah lengkap
4. Terapi: a. Operasi : Herniotomi dan Hernioraphi Laporan Operasi
Dilakukan spinal analgesia
Disinfeksi lapang operasi
Insisi kanan bawah abdomen
Hernatomi dan Hemoraphi (jaringan yang dieksisi atau insisi kantong hernianya)
Tutup luka operasi
Operasi selesai
b. Pengobatan umum
Bed rest total
Infuse dextrose 5% RL= 3:1
c. Medikamentos
Ceftriaxon 2x 150g IV
Ketese 3x 100g IV
Asam mefenamat 3x 500mg oral
Ondansentron 2x 8mg
Ranitidin 2x 1 ampul
5. Monitoring: Tanda-tanda vital, Keadaan umum 6. Edukasi: a. Menjelaskan
tentang
penyakit
pasien
terjadi setelah oprasi b. Diet tinggi lemak setelah oprasi c. Menghindari mengangkat benda-benda berat. H. Prognosis 1. Quo ad vitam
: bonam
2. Quo ad sanam
: bonam
3. Quo ad fungsionam
: bonam
sampai
komplikasi
yang
mungkin
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Fisiologi Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh. Terdiri dari 2 bagian utama, yaitu: peritoneum parietal dan peritoneum viceral. Peritoneum parietal yang melapisi abdominal, sedangkan peritoneum viceral menyelimuti semua organ yang ada di rongga tersebut. Secara keseluruhan fungsi peritoneum yaitu menutupi sebagian besar organ saling bergeseran tanpa ada penggesekan.1 Kanalis inguinalis dibatasi di kranio lateral oleh Anulus Inguinalis Internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan Apon Neurosis Muskulus transversus abdominalis. Di media bawah, di atas tuberkulum pubikum kanal ini dibatasi oleh Anulus inguinalis eksternus. Atapnya ialah aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada pria dan ligamentum rotundum pada wanita. Nervus ilioinguinalis dan nervus ileofemoralis mempersarafi otot di regioinguinalis, sekitar kanalis inguinalis dan tali sperma serta sensibilitas kulit regio singuinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimo medial.2 Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu: kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominalis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Sehingga adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.1 B. Definisi ·
Hernia adalah: kelemahan pada dinding otot abdomen dimana segmen dari isi perut atau struktur abdomen lain yang menonjol atau turn
·
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal
Hernia scrotalis adalah merupakan hernia inguinalis lateralis yang mencapai skrotum
C. Klasifikasi · Beberapa tipe hernia adalah: a. Hernia Inguinal, terdiri dari 2 macam yaitu indirek dan direk. Hernia inguinalis indirek atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran spermatik melalui kanalis inguinalis. Sedangkan hernia inguinalis direk yang disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu hernia yang menonjol melalui dinding inguinal posterior di area yang mengalami kelemahan otot melalui trigonum hesselbach. b. Hernia Femoral adalah hernia yang menonjol melalui cincin femoral dalam kanalis femoral. c. Hernia Umbilikal adalah hernia yang menonjol melalui cincin umbilikal, terjadi ketika muskulus rektus lemah atau saluran umbilikal gagal menutup setelah lahir. d. Hernia Insisional adalah hernia yang terjadi pada bagian dari sebuah insisi operasi sebelumnya.2 · Berdasarkan sifatnya hernia dibagi 4 macam: a. Hernia Reponibel yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. b. Hernia Ireponibel atau hernia akreta yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus. c. Hernia Inkaserata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, sehingga isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut yang mengakibatkan gangguan pasase atau vaskularisasi. d. Hernia Strangulata yaitu pada saat terjadi jepitan sehingga vaskularisasi terganggu, dengan berbagai tingkatan gangguan mulai dari bendungan sampai terjadi nekrosis.3 D. Etiologi Penyebab dari timbulnya hernia yaitu dapat berupa: -
Kongenital: kanalis inguinalis belum menutup.
-
Kelemahan dinding abdomen dan peningkatan tekanan intraabdominal yang dapat terjadi karena: ·
Kehamilan
·
Obesitas
·
Mengangkat beban berat
·
Batuk
·
Konstipasi
·
BPH2
E. Patofisiologi Hernia dapat disebabkan karena faktor kongenital dimana kanalis inguinalis belum menutup sehingga bila anak batuk atau menangis maka tekanan intra abdomen meningkat. Hernia juga dapat terjadi karena kerusakan pada keutuhan dinding otot dan peningkatan tekanan intra abdomen. Kerusakan dinding otot hasil dari lemahnya kolagen atau adanya rongga pada inguinal. Kelemahan otot ini dapat diperoleh karena proses menua. Peningkatan tekanan intra abdomen berhubungan dengan kondisi kehamilan dan obesitas, atau dapat juga terjadi karena mengangkat beban berat atau batuk. Dengan kondisi tersebutlah maka akan timbullah hernia. Hernia dapat dikembalikan secara manual atau tidak dapat dikembalikan dikarenakan sudah ada perlengketan. Sehingga akan terjadi obstruksi yang dinamakan hernia inkeserata. Dengan adanya obstruksi ini maka akan terjadi gangguan penyerapan cairan dan elektrolit dan aliran darah pun akan terganggu. Dengan aliran darah terganggu maka akan timbul edema sehingga akan terjadi iskemik dan perforasi yang pada akhirnya nekrosis jaringan pun terjadi. Distensi abdomen, mual, muntah, nyeri, demam, takikardi, adalah tanda dari strangulata.2 F. Tanda dan Gejala -
Nyeri
-
Muntah, mual
-
Nyeri abdomen
-
Distensi abdomen
-
Kram
-
Ada penonjolan keluar3
G. Pemeriksaan penunjang -
Serum elektrolit meningkat.
-
Leukosit : >10.000 – 18.000 /mm3
-
Foto sinar X di daerah hernia.3
H. Komplikasi a. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran usus halus. c. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis. d. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi. e. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Juga dapat terjadi bukan karena terjepit, melainkan ususnya terputar. f. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.1 I. Penatalaksanaan Medik a.
Istirahat tirah baring dan beri diit lunak/diit saring
b.
Pemakaian celana suspensoar.
c.
Operatif
·
Hernioplasty: memperkecil angulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
·
Herniotomy: pembesaran hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan, jika ada perlengketan kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
·
Herniorraphy: mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan muskulus transversus internus dan muskulus oblikus internus abdominalis ke ligamen inguinale.2
DAFTAR PUSTAKA 1. Lewis, Sharon Mantik, 2000, Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. Fifth Edition. By Mosby Inc. 2. Syamsuhidajat, 1997, Buku Ilmu Bedah, hal 717. 3. Ignatavicius Donna, and Bayne Marilynn, 2002). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems, hal 1368)