Hematologi I Dhea (sudah Direvisi).docx

  • Uploaded by: Dhea Nur Khomala Sari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hematologi I Dhea (sudah Direvisi).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,000
  • Pages: 14
HEMATOLOGI I

Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten

: Dhea Nur Khomala Sari : B1A017155 : VI :4 : Dasilva Primarindu Nuswantari

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2018

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Bryon & Doroth (1973), darah adalah matriks yang berwujud cair dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi yang dibentuk dari sel-sel bebas. Darah merupakan jaringan yang mengisi hampir separuh dari tubuh. Darah bekerja sebagai sistem sirkulasi yaitu mengantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan tubuh. Hewan vertebrata memiliki komposisi darah yang hampir sama. Sel-sel darah dapat dibedakan menjadi eritrosit (sel darah merah) yang mengikat oksigen, leukosit (sel darah putih) yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh, serta trombosit yang berperan dalam homeostatis. Jumlah darah dalam tubuh adalah 6-8% berat tubuh total. Empat puluh lima sampai 60% darah terdiri dari sel-sel, terutama eritrosit, leukosit, dan trombosit. Fungsi utama darah adalah sebagai media transportasi; serta memelihara suhu tubuh dan keseimbangan cairan (Atul & Victor, 2008). Eritrosit secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metalloprotein kompleks yang mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme tersebut, atom besi akan tersambung secara temporer dengan molekul oksigen (O2) di paruparu dan insang, dan kemudian molekul oksigen ini akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa produk buangan seperti CO2 dari jaringanjaringan di seluruh tubuh. Hampir keseluruhan molekul CO2 tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah. Leukosit (sel darah putih) berbentuk bulat telur sampai bulat, mempunyai inti dan dapat bergerak secara aktif (motil), diameter rata-rata 10 m (Lehninger, 1994). Menurut Saputro et al. (2016), leukosit adalah komponen aktif sistem pertahanan tubuh yang dibentuk sebagian di dalam sumsum tulang dan sebagian lagi didalam organ limfoid seperti timus, burasa fabriscius pada unggas, dan limpa. Leukosit mampu keluar dari pembuluh darah dan menuju ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Leukosit dihasilkan oleh sel-sel retikulo-endothelial dalam hati, kantung empedu, saluran limfe dan sum-sum, hidup selama 2-3 minggu dalam sirkulasi. Leukosit pada hewan vertebrata memiliki beberapa tipe, semuanya berasal dari sel prekursor yang sama. Jumlah leukosit lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit dan lebih banyak berfungsi dalam keadaan sakit, karena itu sel darah putih

berperan dalam menjaga tubuh dari serangan organisme penyebab penyakit. Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang terdiri dari 99 % air dan 8-9 % protein (Yuwono, 2001). Pengukuran

hematologi

merupakan

pengukuran

kadar

hemoglobin,

perhitungan total eritrosit, perhitungan total leukosit dan pengukuran hematokrit. Menurut Etim et al. (2014), menyatakan bahwa hemoglobin dan eristrosit merupakan komponen hematologi. Kedua komponen tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memantau toksisitas suatu bahan terutama yang mempengaruhi darah serta status kesehatan hewan. Eritrosit atau sel darah merah berfungsi sebagai pembawa hemoglobin. Hemoglobin inilah yang bereaksi dengan oksigen yang dibawa dalam darah untuk membentuk oksihemoglobin selama respirasi. Hematokrit adalah istilah yang menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit seluruhnya di dalam 100 mm3 darah dan dinyatakan dalam persen (%). Nilai hematokrit adalah suatu istilah yang artinya prosentase berdasarkan volume dari darah, yang terdiri dari sel darah merah (Hoffbrand & Pettit, 1987). B. Tujuan Tujuan praktikum hematologi I yaitu : 1. Memberikan ketrampilan pada mahasiswa tentang cara pengambilan darah pada hewan. 2. Mengetahui perbedaan bentuk sel darah pada hewan, 3. Mengetahui cara melakukan perhitungan sel darah merah, sel darah putih, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit.

II. MATERI DAN CARA KERJA A. Materi Alat yang digunakan dalam praktikum hematologi I adalah pipet thoma, haemositometer, tabung Sahli, pipet tetes, pipa kapiler, pipet Sahli, tabung Sahli, batang pengaduk, beaker glass, cawan petri, micro-centrifus, tabung komparator, haematocrit reader, mikroskop, spuit 1 ml, cover glass, dan hand counter. Bahan yang digunakan pada praktikum hematologi I adalah larutan Hayem, larutan Turk, larutan 0,1 N HCl, larutan EDTA, akuades, plastisin, darah dari ikan nilem (Osteochilus vittatus), mencit (Mus musculus), ayam (Gallus galluss), tissue, kapas, dan alkohol 70 %. B. Cara Kerja 1. Pengambilan Darah pada Masing- Masing Hewan: a. Spuit disiapkan dengan memasukan EDTA terlebih dahulu. b. Pengambilan darah pada masing – masing hewan berbeda letak pengambilannya. Darah ikan diambil melalui pektoral ke jantung ikan dengan menggunakan spuit, pengambilan darah pada tikus diambil dengan cara memotong ekornya lalu diambil menggunakan spuit, sedangkan pengambilan darah pada ayam diambil melalui vena yang terletak disayap yang diambil menggunakan spuit. c. Darah yang sudah dirambil langsung dimasukan ke cawan petri namun sebelumnya diberi EDTA terlebih dahulu. 2. Menghitung Jumlah Eritrosit dan Leukosit a. Darah yang sudah diambil dan disimpan pada cawan petri diberi EDTA terlebih dahulu b. Darah diisap dengan pipet thoma eritrosit dan leukosit sampai pengenceran menunjukan angka 1. c. Setelah itu larutan Hayem diisap sampai angka 101 (untuk eritrosit)/ larutan Turk juga diisap sampai angka 11 (untuk leukosit) lalu dihomogenkan. d. Sebanyak 1 atau 2 tetes dibuang. e. Haemositometer disiapkan pada mikroskop. Cover glass diletakkan diatas bilik hitung.

f. Darah diteteskan pada celah haemositometer dan dihitung. 3. Menghitung Kadar Hemoglobin a. Sebanyak 0,1 larutan HCL 0,1 N diteteskan ke dalam Tabung Sahli berskala hingga angka 2. b. Darah ikan, mencit, dan ayam dihisap menggunakan pipet Sahli, diaduk menggunakan batang pengaduk, tunggu 3 menit untuk melihat perubahan warna sebagai bentuk adanya asam hematin. c. Akuades ditambahkan sampai warna tabung menjadi serupa dengan tabung komparatif. d. Bandingkan warna dengan tabung komparatif dan catat kadar hemoglobin. 4. Menghitung Kadar Hematokrit a. Sampel darah diambil menggunakan pipa kapiler. b. Ujung pipa kapiler ditutup dengan plastisin. c. Tabung disentrifugasi pada micro-centrifus hematokrit sampai 3500 rpm selama 15 menit. d. Kadar hematokrit dibaca menggunakan pembaca hematoktrit.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tabel 3.1 Hasil Pengamatan dan Perhitungan Hematologi I Jumlah Sel Darah Kelompok

Hewan Uji

1

Kadar Hb (%)

Nilai Hematokrit (%)

Leukosit (Sel/mm3)

Eritrosit (Sel/mm3)

Mencit

1.475

13.500.000

8,1

19

2

Ikan Nilem

3.531,25

5.310.000

6,1

24

3

Mencit

2.375

4.395.000

4,8

37

4

Ikan Nilem

5.731,25

311.250

6,6

38

5

Ayam

18.975

3.230.000

5

21

Perhitungan Kelompok 4 A. Eritrosit Eritrosit = 62,25 E = E x 5000 = 62,25 x 5000 = 311.250 sel/mm3 B. Leukosit Leukosit = 229,25 L = L x 25 = 229,25 x 25 = 5731,25 sel/mm3 C. Kadar Hemoglobin = 6,6 % D. Kadar Hematokrit = 38 %

A. Pembahasan Berdasarkan pengamatan dan perhitungan dari praktikum didapatkan hasil yaitu jumlah eritrosit dari sampel darah ikan nilem (Osteochilus vittatus) adalah 5.310.000 sel/mm3 dan 311.250 sel/mm3. Darah Ayam (Gallus gallus) jumlah eritrositnya adalah 3.230.000 sel/ mm3. Darah mencit (Mus muscullus) jumlah eritrositnya 13.500.000 sel/mm3dan 4.395.000 sel/mm3. Hasil jumlah eritrosit dari kelompok 2 dan 4 sesuai dengan referensi bahwa menurut Oslon (1973) jumlah eritrosit normal pada ikan adalah 50.000-3.000.000 sel/mm3. Hasil dari kelompok 5 pun sesuai dengan yang dikatakan oleh Mangkoewidjojo & Smith (1988) bahwa jumlah normal eritrosit ayam sebanyak 2 – 3,3 juta sel/mm3. Namun pada mencit terdapat data yang tidak sesuai dengan referensi yaitu data jumlah eritrosit dari kelompok 1 dan 3 karena menurut Maysa et al. (2015) bahwa bahwa jumlah sel eritrosit normal pada mamalia sekitar 5.000.000 – 6.000.000 sel/mm3. Jumlah leukosit ikan nilem (Osteochilus vittatus) yaitu sebesar 3.531,25 sel/mm3dan 5.731,25 sel/mm3, hal ini berarti kadar leukosit pada kedua ikan tidak normal. Menurut Moyle & Cech (2004), kisaran normal leukosit ikan nilem 20.000150.000 sel/mm3. Jumlah leukosit pada ayam (Gallus gallus) yaitu 18.975 sel/mm3. Data leukosit ayam tersebut normal karena menurut Dukes (1995), jumlah leukosit normal pada ayam ialah 16.000-40.000 sel/mm3. Jumlah leukosit pada mencit sebesar 1.475 dan 2.375 sel/mm3 yang bisa dikatakan tidak sesuai dengan referensi karena menurut Hoffbrand & Pettit (1987), jumlah leukosit pada mamalia adalah 4.000-11.000 sel/mm3. Kadar hemoglobin pada ikan nilem yang didapat dari praktikum kali ini adalah sebesar 6,1% dan 6,6%. Kadar hemoglobin ikan nilem pada kelompok 2 dan 4 sesuai dengan referensi yang ada. Menurut Royan et al. (2014), kadar hemoglobin normal pada ikan nilem berkisar 5,05%- 8,33%. Rendahnya kadar hemoglobin berdampak pada jumlah oksigen yang rendah pula di dalam darah. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa kadar hemoglobin pada darah ayam adalah 5%, hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Hoffbrand & Pettit (1987), yang menyatakan bahwa kadar hemoglobin pada ayam yang sehat yaitu 5,92 – 6,33%. Sedangkan kadar hemoglobin pada mencit didapatkan sebesar 8,1% dan 4,8%. Hasil kadar hemoglobin pada mencit tersebut tidak sesuai referensi karena seharusnya kadar hemoglobin pada mencit normal yaiu sebesar 14,26±0.671% (Royan et al., 2014).

Nilai hematokrit yang didapatkan berbeda-beda setiap kelompok yaitu 19%, 24%, 37%, 38%, dan 27%. Hal ini berarti data hematokrit dari kelompok 1, 2, dan 5 tidak sesuai dengan referensi yang ada. Menurut Cunnningham (2002), bahwa sel darah secara normal menyusun 30-50% dari volume darah (tergantung dari spesies). Fraksi dari sel-sel dalam darah disebut hematokrit. Hematokrit diperoleh dengan menambahkan antikoagulan pada sejumlah darah kemudian mensentrifugasinya dalam sebuah tabung. Sel-sel tersebut adalah sesuatu yang lebih berat dari plasma dan berada di bagian bawah pada tabung selama sentrifugasi. Karena hasil sentrifugasi dalam suatu paket dari sel darah merah di bagian bawah dari tabung, hematokrit terkadang disebut dengan Packed Cell Volume (PCV). Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk darah. Menurut Haile & Chanie (2014), Hematologi tidak hanya mencakup pemeriksaan seluler dan cairan darah, tetapi juga mencakup studi tentang jaringan yang membentuk, menyimpan, dan mengedarkan sel-sel darah. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu plasma darah yang merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit dan protein darah, sedangkan butir darah terdiri atas eritrosit, leukosit dan trombosit. Hematologi merupakan pengukuran yang meliputi pengukuran kadar hemoglobin, perhitungan total eritrosit, perhitungan total leukosit dan pengukuran hematokrit. Hematokrit adalah istilah yang menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit seluruhnya di dalam 100 mm3 darah dan dinyatakan dalam persen (%). Nilai hematrokit adalah suatu istilah yang mempresentasikan berdasarkan volume dari darah, yang terdiri dari sel darah merah (Hoffbrand & Pettit, 1987). Pengambilan darah yang dilakukan pada mencit yang dilakukan yaitu pada bagian pembuluh darah di ekor mencit tersebut. Hal ini dilakukan karena pada pembuluh darah ekor mencit banyak terdapat darah dan jika diisap dibagian ekor, mencit tidak mati. Pengambilan darah pada ikan dilakukan dibagian gonadnya. Masing-masing hewan uji sebelum diisap darahnya, kain tissue yang sudah dibasuh dengan alkohol diusap 1 arah dengan pelan-pelan (Thomson, 1985). Cara pengambilan darah ikan yaitu ikan diletakkan dengan kepala disebelah kiri, sebelumnya spuit sudah dibilas dengan EDTA 10% sebagai antikoagulan. Sampel darah diambil menggunakan teknik punctie cardiac yaitu pengambilan darah tepat pada bagian jantung ikan menggunakan spuit 1 ml. Darah yang telah diambil,

dimasukkan ke dalam tabung eppendorf untuk segera diamati gambaran darahnya (Blaxhall & Deasley, 1973). Cara pengambilan sampel darah pada ayam yaitu pertama sayap direntangkan, usap sayap bagian vena dengan tissue yang diberi alkohol. Masukkan jarum suntik ke dalam pembuluh darah sayap yang sudah diolesi alkohol tersebut. Darah diisap pelan-pelan dengan spuit injeksi. Darah yang sudah didapat dimasukkan ke dalam mangkuk plastik kecil yang sudah dibasuh dengan larutan HCL 0.1 N (Hadikastowo, 1982). Larutan-larutan yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain larutan Hayem, larutan Turk, larutan EDTA dan larutan HCl 0,1 N. Menurut Oslon (1973), larutan Hayem merupakan larutan yang digunakan untuk mengencerkan darah sehingga darah bisa dihitung karena harus bersifat isotonis dan fiksatif terhadap eritrosit. Larutan Turk adalah larutan yang mempunyai kemampuan untuk menghemolisis sel darah merah dan berisi pewarna anilin (untuk mewarnai inti sel). Larutan EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid) berfungsi sebagai antikoagulan atau zat yang menyebabkan darah tidak membeku. Larutan HCl 0,1 N berfungsi untuk membentuk hernatin asam yang berwarna coklat pekat sehingga nantinya warna larutan akan sama dengan warna indikator setelah melalui pengenceran menggunakan akuades (Fujaya, 2004). Alat-alat yang umum digunakan untuk menghitung jumlah sel darah antara lain haemometer, tabung Sahli, haemositometer, pipet kapiler, mikroskop, object glass, cover glass, hand counter, lanset, dan spuit. Haemometer berfungsi untuk menghitung kadar haemoglobin dalam darah. Tabung Sahli terbuat dari kaca ada yang persegi dan ada yang bulat. Tiap tabung mempunyai garis tanda pada kedua belah sisinya, satu menyatakan kadar Hb dalam (%) dan satu lagi menyatakan kadar Hb dalam gram/dl. Tabung ini berperan dalam pengukuran kadar hemoglobin darah hewan uji. Haemositometer fungsinya untuk menghitung sel darah, baik sel darah putih maupun sel darah merah. Pipet digunakan untuk mengambil eritrosit dan larutan HCl. Mikroskop digunakan untuk mengamati jumlah eritrosit dan leukosit. Cover glass digunakan untuk menutup haemositometer saat melakukan pengamatan di bawah mikroskop. Hand counter untuk menghitung jumlah eritrosit dan leukosit. Lanset digunakan untuk mengambil darah probandus yang selanjutnya akan diuji. spuit digunakan untuk mengambil darah dari hewan uji (Aulia, 1988).

Pengukuran kadar hematokrit dapat dilakukan dengan dua metode yaitu makrohematokrit dan mikrohematokrit. Metode makrohematokrit dilakukan dengan cara sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin) dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %. Sedangkan metode mikrohematokrit dilakukan dengan cara sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat (Schalm et al., 1975). Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit adalah tergantung pada spesies, kondisi pakan, kandungan bahan organic seperti glukosa, lemak, urea dan asam urat, kondisi lingkungan, musim serta umur hewan (Ganong, 2001). Perbedaan jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin dimana pada ikan jantan jumlah eritrositnya lebih banyak daripada betina, umur dimana semakin tua umur ikan maka jumlah eritrositnya semakin sedikit, kondisi badan dimana pada kondisi sehat jumlah eritrosit akan lebih banyak, aktivitas harian dimana jumlah eritrosit akan meningkat pada waktu bergerak aktif, stress dimana jika stress akan menurunkan jumlah eritrosit pada ikan (Soetrisno, 1987). Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Hb atau hemoglobin diantaranya yaitu spesies, kadar eritrosit, dan ketinggian suatu tempat. Kadar hemoglobin pada setiap spesies itu berbeda-beda. Semakin bertambahnya usia, jumlah hemoglobin dalam sel naik. Faktor yang mempengaruhi hemoglobin juga diantaranya tekanan parsial O2, pH, konsentrasi 2,3 diphospogliserat dan konsentrasi CO2. Tempat yang tinggi maka kadar oksigen rendah, sehingga perlu kadar hemoglobin yang tinggi (Lehninger, 1994). Faktor faktor yang mempengaruhi dari nilai hematokrit adalah jenis kelamin, spesies, jumlah sel darah merah dimana pada jantan lebih banyak jika dibandingkan dengan betina. Apabila sel darah merah meningkat atau banyak maka jumlah nilai hematokrit juga akan mengalami peningkatan, aktivitas, dan keadaan pagositosis. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Frandson (1992), bahwa ketinggian tempat juga

mempengaruhi nilai hematokrit, karena pada tempat yang tinggi seperti pegunungan kadar oksigen dalam udara berkurang sehingga oksigen yang masuk kedalam paruparu berkurang. Oleh karena itu supaya terjadi keseimbangan maka sumsum tulang belakang memproduksi sel-sel darah merah dalam jumlah yang banyak.

IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1.

Cara pengambilan darah hewan berbeda - beda tiap spesiesnya, seperti pada ikan nilem diambil dari jantung, mencit diambil darahnya dari ekor, sedangkan ayam dari vena branchialis di sayapnya.

2.

Darah terdiri atas suatu komponen cair yaitu plasma dan berbagai bentuk unsur yang dibawa dalam plasma, antara lain sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keeping-keping darah (trombosit). Bentuk atau ciri sel darah hewan yaitu eritrosit berbentuk seperti cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sedangkan leukosit berwarna putih dan mempunyai kemampuan gerak secara independen.

3.

Berdasarkan pengamatan dan perhitungan dari praktikum dengan menggunakan sampel darah ikan nilem (Osteochilus vittatus), didapatkan hasil yaitu jumlah eritrosit sebesar 311.250 sel/mm3, jumlah leukosit sebesar 5731,25 sel/mm3, kadar hemoglobin sebesar 6,6 %, dan nilai hematokrit sebesar 38 %.

DAFTAR PUSTAKA Atul, B. M., & Victor, H., 2008. Hematology at a Glance Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. Aulia, D., 1988. Pengaruh Lamanya Penyimpanan Darah dengan Antikoagulan Tripotassium Ethylene Diamine Tetracetic Acid (K3Edta) dalam Tabung Vacuette terhadap beberapa Parameter Hematologi. Jakarta: Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia. Blaxhall, K., & Deasley, K. W., 1973. Dasley : Routine Haematological Methods for Use With Fish Blood. Journal of Fish Biology, 35(2), pp. 577-581. Bryon, A. S., & Doroth, S., 1973. Text Book of Physiology. Japan: St Louis The CV Mosby Co. Toppan Co. Ltd. Cunningham, J. G., 2002. Textbook of Veterinary Physiology. USA: Saunders Company. Dukes, H. H., 1995. The Physiology of Domestic Animal. New York: Comstock Publishing Associated Advision of Cornelic University Press. Etim, N. N., Williams, M. E., Akpabio, U., & Offiong, E. E. A., 2014. Haematological Parameters and Factors Affecting Their Values. Agricultural Science, 2(1), pp. 37-47. Frandson, R. D., 1992. Anatomy and physiology of Farm Animals. Philadelphia: Lea and Febiger. Fujaya, Y., 2004. Fisiologi Ikan. Jakarta: Rineka Cipta. Ganong, W. F., 2001. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hadikastowo, 1982. Zoologi Umum. Bandung: Alumni. Haile, J., & Chanie, M., 2014. Comparative Aspects of the Clinical Hematology of Birds: A Review. British Journal of Poultry Sciences, 3(3), pp. 88-95. Hoffbrand, A. V., & Pettit, J. E., 1987. Haematologi. Jakarta: EGC. Lehninger, A. L., 1994. Dasar-dasar Biokimia Jilid 3. Jakarta: Erlangga. Mangkoewidjojo, S., & Smith, J. B., 1998. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Universitas Indonesia. Maysa, A., Widiastuti, E. L., Nurcahyani, N., & Busman, H., 2015. Uji Senyawa Taurin Sebagai Antikanker Terhadap Jumlah Sel-Sel Leukosit dan Sel-Sel Eritrosit Mencit (Mus musculus L.) yang diinduksi Benzo (Α) Pyren Secara In Vivo. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 16(2), pp. 68-75. Moyle, P.B., & Cech. J. J., 2004. Fish an Introduction to Ichthyology Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Oslon, C., 1973. Aulan Hematology in Riester HE and LH Schwarte. USA: State University Press. Royan, F., Rejeki, S., & Haditomo, A. H. C., 2014. Pengaruh Salinitas yang Berbeda Terhadap Profil Darah Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Journal of Aquaculture Management and Technology, 3(2), pp. 109-117. Saputro, B. E., Sutrisna, R., Santosa, P. E., & Fathul, F., 2016. Pengaruh Ransum yang Berbeda pada Itik Jantan terhadap Jumlah Leukosit dan Diferensial Leukosit. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 4(3), pp. 176-181. Schalm, O. W., Jain, N. C. & Carrol, E, J., 1975. Veterinary Haematology 3rd Edition. Philadelphia: Lea and Febiger. Soetrisno, 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Purwokerto: Fakultas Peternakan Unsoed. Thomson, E. B., 1985. Grug Bloscreening, Fundamentals of Drug Evaluation Techniques in Pharmacology. New York: Graceway Publishing Company inc. Yuwono, E., 2001. Buku Ajar Fisiologi Hewan I. Purwokerto: Fakultas Biologi UNSOED.

Related Documents


More Documents from "Ciery Marhamah Dunggioc"