Haemophilus Meningitis Patofisiologi dan Predileksi: Hemophilus species adalah mikroba kecil positif oksidasi, pleomorfik, gram negative bentuk kokobasil dan bersifat aerobic ataupun anaerobic facultative. Dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu yang Berkapsul, dan Tidak Berkapsul. Dari kelompok yang berkapsul Dari jenis yang Berkapsul, Haemophilus B adalah yang paling virulen, dan diperlukan adanya vaksinasi mengingat sekitar 95% kasus Haemophilus influenzae meningitis terjadi di waktu vaksinasi belum dilaksanakan. Transmisi biasanya terjadi melalui proses inhalasi. Untuk dapat terinfeksi, penderita harus terlebih dahulu terkena suatu kondisi kolonisasi Haemophilus pada Nasopharynx. Infeksi dapat terjadi secara invasive, yaitu kolonisasi yang memang berasal dari luar, ataupun secara non-invasif, yaitu kolonisasi ada yang berasal dari dalam tubuh, misalnya pada kasus Epiglotitis Infeksi yang berisifat invasive biasanya didominasi oleh Haemophilus influenzae serotype B Haemophillus Meningitis lebih sering terjadi pada anak laki – laki biasanya pada umur sekitar 6 – 9 bulan. Haemophilus Meningitis jarang terjadi pada anak – anak dibawah 2 bulan, ini kemungkinan karena masih tingginya antibody pasif yang didapat dari sang ibu. Faktor – factor resiko : - Umur dibawah 5 tahun - Imunocompromise - Kurangnya vaksinasi untuk Hib - Adanya kolonsasi Hib pada usia yang rentan Klinis dan Diagnosis : Hib Meningitis biasanya disertai oleh ISPA ataupun Otitis Media. Gejala awal yang dapat dilihat adalah, Nyeri otot/Lethargy, Demam, Sakit kepala, Photophobia, Meningismus/Kaku Kuduk, Anorexia, Nausea, Vomit. Gejala lain yang biasanya menyertai adalah Kejang Pemeriksaan fisik : - Demam lebih dari 38,5 C - Anorexia, Muntah - Sianosis kulit - Skin rash Eritema, macula atau makulopapula dan akan berlanjut penjadi petechia - Perubahan status mental - Kejang - Peningkatan TIC - Unilateral pupil dliatasi
Pemeriksaan Lab : - Darah Peningkatan Leukosit dan terjadi pergeseran ke kiri/Shift to the Left/Banyak sel – sel muda, Kultur darah dapat memperlihatkan adanya kolonisasi Hib - Ct-scan, MRI Untuk mengawasi adanya Space-Occupying-Lession jika TIC semakin tinggi - EEG Untuk memonitor serangan kejang saat masa infeksi - LCS Peningkatan Leukosit (Jika terjadi penurunan Leukosit, maka Prognosis dianggap buruk), Penurunan Glukosa, Purulen, Peningkatan protein, Adanya Haemophilus pada pewarnaan Gram, Peningkatan Asam Laktat - PCR Diferensia diagnosa : Aseptic meningitis, Basiilar Artery Thrombosis, Brucellosis, Febrile Seizure, Lyme Disease, Subdural Hematoma, Viral encephalitis, Viral Meningitis, Herpes Simplex Encephalitis, etc. Tatalaksana : Cefotaxime atau Cetriaxone dapat segera diberikan pada anak – anak yang memiliki gejala meningitis pada usia diatas 6 minggu dan dibawah 6 tahun. Ampicilin dan Gentamicin masih menjadi pilihan utama untuk pasien dibawah 6 minggu Hingga waktu lalu, Ampicilin dan Chloramphenicol masih direkomendasikan untuk pengobatan Hib meningitis, namun sejak ditemukannya kuman Gram negative penghasil enzim Beta-lactamase, maka terjadilah resistansi terhadap kedua obat tersebut Deksametasone dapat digunakan, namun perlu pengawasan akan masalah komplikasi penggunaan kortikosteroid terutama terhadap fungsi GIT dan fungsi Hepar Golongan obat yang bisa digunakan : Antimikroba agent - Ceftriaxone (Rocephin) Sefalosporin generasi 3. Anti gram negative - Cefotaxime (Claforan) Untuk septicemia dan pengobatan infeksi pada kasus – kasus obstetric Kedua obat diatas diperkirakan aman bagi ibu hamil Diuretic agent - Manitol Mengurangi tekanan ruang subarachnoid Komplikasi : Kejang, Epilepsi, Pendengaran berkurang, Defisit Neurologi, Ataksia, Hemiparesis, Subdural efusi
Hal lain yang harus diperhatikan : Abses otak, Subdural empyema, Sepsis, Typhus, Rocky Mountain spotted fever, Typhus, Malaria serebri, Meningitis jamur, CA meningitis