MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II (KMB II) DOSEN PENGAMPU Dr. Nunung Herlina, S.Kp, M.Pd
KELOMPOK 8 AGUS FRIYAYI 17111024110006 ENDAH NOMITA 17111024110039 LUSI MEISITA 17111024110057 MUHAMMAD FIKRIE ASYRARIE R 17111024110067 NIDA NUR WAHYUNIE 17111024110078 NINA SUBEKTI 17111024110080 TRI ARIANI WIDIASTUTI 17111024110116
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI S1 KEPERAWATAN 2018
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan sejak awal hingga tersusunnya karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan baik moral maupun material serta kerja sama terutama dari teman-teman, dewan guru, dan berbagai pihak. Untuk itulah, penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Bu Dr. Nunung Herlina,S.Kp,M.Pd sebagai pembimbing dalam bimbingan pembuatan makalah ini. Akhir kata, penulis menerima secara terbuka saran dan kritik atas segala kekurangan dalam makalah ini, dan penulis berharap makalah ini dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan masyarakat luas. Samarinda, 13 Februari 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1 C. Tujuan ................................................................................................................ 2 BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................................ 3 A. Definisi ............................................................................................................... 3 B. Etiologi ............................................................................................................... 3 C. Tanda dan Gejala................................................................................................ 4 D. Patofisiologi ....................................................................................................... 5 E. Komplikasi ......................................................................................................... 6 F.
Asuhan Keperawatan ......................................................................................... 6
BAB III : PENUTUP .................................................................................................. 17 A. Kesimpulan ...................................................................................................... 17 B. Saran ................................................................................................................. 17 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 18
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah metabolism dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang kemudia di keluarkan dari tubuh. Tetapi pada kondisi tertentu karena adanya gangguan pada ginjal, fungsi tersebut akan berubah. Gagal ginjal kronik biasanya terjadi secara perlahan-lahan sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Gagal ginjal kronik dapat terjadi pada semua umur dan semua tingkat sosial ekonomi. Pada penderita gagal ginjal kronik, kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85%. Survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia terdapat 18 juta orang di Indonesia menderita penyakit ginjal kronik (PNI, 2014). Presentase penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia untuk Kalimantan Selatan berada pada peringkat keempat yakni 0,2% (Kemenkes RI, 2013). Melihat kondisi seperti diatas, maka perawat harus dapat mendeteksi secara dini tanda dan gejala klien dengan gagal ginjal kronik. Sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan gagal ginjal kronik. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi gagal ginjal kronik? 2. Apa etiologi gagal ginjal kronik? 3. Apa tanda dan gejala gagal ginjal kronik? 4. Bagaimana gambaran perawatan pada penyakit gagal ginjal kronik?
1
C. Tujuan Agar pembaca dan penulis memahami tentang penyakit gagal ginjal kronik. Serta memahami faktor-faktor yang menyebabkan penyakit tersebut timbul.
2
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Gagal Ginjal Kronik merupakan Gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia ( Retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah ) . ( Bruner dan Suddart 2001). Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit serta kehilangan daya dalam proses metabolisme yang dapat menyebabkan terjadinya uremia karena penumpukan zat-zat yang tidak bisa dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal yang mengarah pada kerusakan jaringan ginjal yang progresif dan reversibel (Irwan, 2016).
B. Etiologi 1. Usia Penurunan fungsi ginjal dalam skala kecil merupakan proses normal bagi setiap manusia seiring bertambahnya usia, namun tidak menyebabkan kelainan atau menimbulkan gejala karena masih dalam batas-batas wajar yang dapat di toleransi ginjal dan tubuh. Namun, akibat adanya beberapa factor resiko dapat menyebabkan kelainan dimana penurunan fungsi ginjal terjadi secara cepat atau progresif sehingga menimbulkan berbagai keluhan dari ringan sampai berat, kondisi ini disebut gagal ginjal kronik (GGK). 2. Riwayat Penyakit Hipertensi Hipertensi dapat memperberat kerusakan ginjal telah disepakati yaitu
melalui
peningkatan
tekanan
intraglomeruler
yang
menimbulkan gangguan structural dan gangguan fungsional pada glomerulus. Tekanan intravascular yang tinggi dialirkan melalui
3
arteri aferen kedalam glomerulus, dimana arteri aferen mengalami kontriksi akibat hipertensi (Susalit, 2003) 3. Riwayat Penyakit Diabetes Mellitus 4. Riwayat Penggunaan obat Analgenitika dan OAINS Obat analgetik dan OAINS juga menginduksi kejadian nefritis interstisial yang selalu diikuti dengan kerusakan ringan glomerulus dan nefropati yang akan mempercepat progresifitas kerusakan ginjal, nekrosis papilla, dan penyakit gagal ginjal kronik. Obat analgetika dan OAINS menyebabkan nefrosklerosis yang berakibat iskemia glomerular sehingga menurunkan GFR kompensata dan GFR nonkompensata atau gagal ginjal kronik dalam waktu lama dapat menyebabkan gagal ginjal terminal (Fored et al, 2003) 5. Riwayat Penggunaan Minuman Suplemen Energi Beberapa psikostimulan (kafein, amfetamin) terbukti dapat mempengaruhi ginjal. Amfetamin dapat mempersempit pembuluh darah arteri ginjal sehingga darah yang menuju ke ginjal berkurang. Akibatnya, ginjal akan kekurangan asupan makanan dan oksigen. Keadaan sel ginjal kekurangan oksigen dan makanan akan menyebabkan sel ginjal mengalami iskemia dan memacu timbulnya reaksi inflamasi yang dapat berakhir dengan penurunan kemampuan sel ginjal dalam menyerap darah (Hidayati, 2007). C. Tanda dan Gejala Beberapa tanda atau gejala gagal ginjal umum yang perlu diketahui 1. Kencing terasa kurang dibandingkan dengan kebiasaan sebelumnya. 2. Kencing berubah warna, berbusa, atau sering bangun malam untuk kencing. 3.
Sering bengkak di kaki, pergelangan, tangan, dan muka. Antara lain karena ginjal tidak bisa membuang air yang berlebih.
4
4.
Lekas capai atau lemah, akibat kotoran tidak bisa dibuang oleh ginjal.
5. Sesak napas, akibat air mengumpul di paru-paru. Keadaan ini sering disalahartikan sebagai asma atau kegagalan jantung. 6. Napas bau karena adanya kotoran yang mengumpul di rongga mulut. 7. Rasa pegal di punggung. 8. Gatal-gatal, utamanya di kaki. 9. Kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah D. Patofisiologi Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa di rebsorpsi berakibat diuresis osmotic disertia poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguria timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan dalam urin) tertimbun dalam darah terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialysis. (Brunner & Suddarth, 2001)
5
Stadium 1 (Penurunan cadangan ginjal) Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.
Stadium 2 (insufisiensi ginjal) Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration rate besarnya 25% dari normal). pada tahap ini blood ureum nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir /uremia) Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glumerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml/menit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrogen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri.
E. Komplikasi 1. Hiperkalemia 2. Pericarditis, Efusi Perikardial dan Tamponade Jantung 3. Hipertensi 4. Anemia, Perdarahan Gastrointestinal 5. Penyakit Tulang
F. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a.
Identitas klien
b.
Identitas penanggung jawab
c.
Riwayat kesehatan masa lalu 1) Penyakit yang pernah diderita 2) Kebiasaan buruk: menahan BAK, minum bersoda
6
3) Pembedahan d. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan utama: nyeri, pusing, mual, muntah e. Pemeriksaan fisik 1) Umum: Status kesehatan secara umum 2) Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh 3) Pemeriksaan fisik Teknik pemeriksaan fisik a) Inspeksi
Kulit dan membran mukosa Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat. Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tekstur kulit tampak kasar atau kering. Penurunan turgor merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukan cairan.
Mulut Stomatitis, nafas bau amonia.
Abdomen Klien posisi telentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya masa atau pembengkakan, kulit mengkilap atau tegang.
Meatus urimary Laki-laki: posisi duduk atau berdiri, tekan gland penis dengan memakai sarung tangan untuk membuka meatus urinary. Wanita: posisi dorsal rekumben, litotomi, buka labia dengan memakai sarung tangan.
7
b) Palpasi
Ginjal Ginjal kiri jarang teraba, meskipun demikian usahakan
untuk
mempalpasi
ginjal
untuk
mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan palpasi bila ragu karena akan merusak jaringan. - Posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan - Letakkan tangan kiri di bawah abdomen antara tulang iga dan spina iliaka. Tangan kanan dibagian atas. Bila mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan atau ascites, distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Bila kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan indikasi infeksi. Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis renal yang serius. Pembesaran kedua ginjal indikasi polisistik ginjal. Tenderness/ lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal kronik. Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis. - Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan kiri mendorong ke atas. - Lakukan hal yang sama untuk ginjal di sisi yang lainnya.
Kandung kemih Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi ditensi urin. Palpasi dilakukan
di
8
daerah
simphysis
pubis
dan
umbilikus. Jika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif.
c) Perkusi
Ginjal
- Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa - Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostavertebral (CVA), lakukan perkusi di atas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan dominan. - Ulangi prosedur pada ginjal di sisi lainnya. Tenderness dan nyeri pada perkusi merupakan indikasi glomerulonefritis atau glomerulonefrosis.
Kandung kemih
- Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilikus. - Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan
palpasi
untuk
mengetahui
fundus
kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region suprapubic. d) Auskultasi Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi
bagian
atas
sudut
kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika terdengan bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal).
9
2. Diagnosa Keperawatan a. Diagnosa yang Akan Muncul 1) Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan diet kurang 3) Intoleran aktivitas b/d imobilitas b. Prioritas Masalah 1) Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan diet kurang 3) Intoleran aktivitas b/d imobilitas
c. Rencana Keperawatan Diagnosa
Tujuan
Intervensi
(NOC)
(NIC)
Kelebihan volume Keseimbangan Cairan cairan
b/d Setelah
Pemantauan
(monitor)
dilakukan Elektrolit
gangguan
tindakan
keperawatan 1.1 Memberikan
mekanisme
selama 2 x 24 jam
tepat pada pasien dengan
regulasi
diharapkan
ketidakseimbangan
masalah
kelebihan volume cairan teratasi
diet
yang
elektrolit
dengan 1.2 Mengajarkan
kepada
indicator:
pasien dan/atau keluarga
-
Keseimbangan
mengenai modifikasi diet
intake & output
khusus, jika diperlukan
dalam 24 jam 1.3 Memonitor dari
-
skala
(2)
kehilangan
adanya cairan
ditingkatkan ke
elektrolit
skala (4)
Monitor Cairan
dan
Turgor Kulit dari 1.4 Menentukan jumlah dan
10
skala
(2)
ditingkatkan ke
jenis intake/ asupan cairan serta kebiasaan eliminasi
skala (4) Keterangan : 1 : Sangat terganggu 2 :Banyak terganggu 3 :Cukup terganggu 4 : Sedikit terganggu 5 :Tidak terganggu Keitdakseimbangan Pengetahuan
:
Diet Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari Sehat kebutuhan b/d
asupan
kurang
2.1 Lakukan
tubuh Setelah
dilakukan
diet tindakan
keperawatan
selama 2 x 24 jam diharapkan
masalah
ketidakseimbangan nutrisi
kurang
atau
pasien terkait dengan perawatan
mulut
sebelum makan. 2.2 Menganjurkan terkait
dari
bantu
pasien dengan
kebutuhan diet untuk
kebutuhan tubuh teratasi
kondisi
dengan indicator:
untuk pasien dengan
-
2
3
:
(yaitu
Tujuan diet yang
penyakit
bisa dicapai dari
pembatasan
skala
(2)
kalium,
ditingkatkan ke
cairan)
skala (4)
Manajemen Gangguan
Keterangan: 1
sakit
ginjal, natrium,
protein
dan
Makan
Tidak
ada
2.3 Memonitor
pengetahuan
intake/asupan
:Pengetahuan
asupan cairan secara
terbatas
tepat
:Pengetahuan sedang
11
2.4 Berkolaborasi
dan
dengan
4
5
:Pengetahuan
tim
kesehatan
lain
banyak
untuk mengembangkan
:Pengetahuan sangat
rencana
keperawatan
banyak
dengan
melibatkan
klien dan orang-orang terdekatnya
dengan
tepat Intoleran aktivitas Toleransi b/d Imobilitas
terhadap Terapi Aktivitas
aktivitas
3.1 Membantu klien untuk
Setelah tindakan
dilakukan
mengeksplorais tujuan
keperawatan
personal dari aktivitas-
selama 2 x 24 jam
aktivitas
diharapkan
dilakukan
masalah
yang
biasa
(misalnya
intoleran aktivitas tubuh
bekerja, dan aktivitas-
teratasi
aktivitas yang disukai)
dengan
indicator: -
3.2 Membantu klien untuk
Frekuensi
nadi
ketika
waktu spesifik terkait
beraktivitas dari
dengan aktivitas harian
skala
-
menjadwalkan waktu-
(3)
3.3 Menginstruksikan klien
ditingkatkan ke
dan
skala (4)
mempertahankan
Kemudahan
fungsi dan kesehatan
dalam
terkait
melakukan
bersktivitas
aktivitas
hidup
harian
keluarga
peran
untuk
dalam secara
fisik, social, spiritual dan kognisi
(Activities
of
3.4 Memonitor
respon
Daily
emosi, fisik, social dan
Living/ADL)
spiritual
12
terhadap
dari
skala
(2)
ditingkatkan ke skalaa (4) Keterangan: 1 : Sangat terganggu 2 :Banyak terganggu 3 :Cukup terganggu 4 : Sedikit terganggu 5 :Tidak terganggu
13
aktivitas.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan progresif dan lambat (berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan penurunan cadangan ginjal, insufisiensi ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat akhir yang disertai dengan komplikasi-komplikasi target organ, dan akhirnya memnyebabkan kematian. Untuk memperlambat gagal ginjal kronik menjadi gagal ginjal terminal, perlu dilakukan diagnosa dini, yaitu dengan melihat gambaran klinis, laboratorium sederhana, dan segera memperbaiki keadaan komplikasi yang terjadi. Jika sudah terjadi gagal ginjal terminal, pengobatan yang sebaiknya dilakukan adalah dialisis dan transplantasi ginjal. Pengobatan ini dilakukan untuk mencegah atau memperlambat terjadinya kematian. B. Saran 1. Dengan mengetahui permasalahan penyebab penyakit gagal ginjal kronik, diharapkan masyarakat lebih berhati-hati dan menghindari penyebab penyakit ini serta benar-benar menjafa kesehatan melalui makanan maupun berolahraga yang benar. 2.
Para tenaga ahli juga sebaiknya memberikan penyuluhan secara jelas mengenai bahayanya penyakit ini serta tindakan pengobatan yang tepat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, Sue, Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2013. Nursing Outcomes Classification. United Kingdom : Elvesier .Inc Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman, Cheryl M. Wagner. 2013. Nursing Intervention Classification. United Kingdom : Elvesier .Inc
Pranandari, Restu, Woro Supadmi. 2015. Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisis RSUD Wates Kulon Progo. Majalah Farmaseutik.
Retrivied
from
https://journal.ugm.ac.id/majalahfarmaseutik/article/view/24120/15776. Kamil, Imam, Rismia Agustina, Abdurrahman Wahid. 2018. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Ulin Banjarmasin. Dinamika Kesehatan. Retrivied from https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id/index.php/dksm/article/view/35 0/316.