Lp Ckd-ggk

  • Uploaded by: Viere A. Siauta
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Ckd-ggk as PDF for free.

More details

  • Words: 2,602
  • Pages: 17
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWTAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS (CHRONIC KIDNEY DISEASE)

PROGRAM PROFESI NERS XII SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG 2014

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lajut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 50 ml/menit. Gagal Ginjal Kronik sesuai dengan tahapannya dapat ringan, sedang, atau berat. Gagal ginjal tahap akhir (end stage) adalah tingkat gagal ginjal yang dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan terapi pengganti. Insufisiensi ginjal kroni adalah penurunan faal ginjal yang menahun tetapi lebih ringan dari GGK.

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448).

Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Prevalensi gagal ginjal kronis tidak dapat diketahui dengan tepat karena banyak pasien yang tak bergejala dirujuk. Oleh karena itu kita sebagai perawat perlu memahami mengenai gagal ginjal kronis agar dapat mengaplikasikan dalam pelayanan keperawatan.

2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi GGK Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001).

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001).

B. Etiologi Penyebab dari gagal ginjal kronis (Price & Wilson, 1994), antara lain : 1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis) 2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis) 3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis) 4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik) 5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal) 6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme) 7. Nefropati toksik 8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)

C. Patofisiologi (Hipertensi, ISK, GN, DM, NS) Kontraktilitas jantung menurun Sirkulasi O2 menurun Payah jantung Filtrasi ginjal menurun Obstruksi ginjal meningkat 3

Reabsobsi menurun Ureum, Kreatinin, Kalium, Na+ Menempel di glomerulus GGA Produksi Hb menurun Oksihemoglobin turun

GGK fungsi ginjal menurun

Suplai oksigen turun

Kerusakan nefron

Gangguan perfusi jaringan

GFR menurun

berat badan meningkat terjadi akumulasi sisa metabolisme dalam darah

Oliguri, edema

BUN meningkat Kelebihan volume cairan Uremia Penumpukan ureum dalam Tubuh meningkat

Nafas berbau amonia

Kulit gatal-gatal, bersisik (pruritus)

Anoreksia mual, muntah

Resiko tinggi gangguan integritas kulit

Gangguan pemenuhan nutrisi

D. Tahapan Gagal Ginjal Tahap I : Penurunan Cadangan Ginjal 1. GFR 40-70 ml/min 2. BUN dan Creatinin normal tinggi 3. tidak ada manifestasi klinik 4. CCT : 76-100 ml/min

Tahap II : Insufisiensi Ginjal 1. GFR 20-40 ml/min 2. BUN dan Creatinin naik 4

3. Anemia ringan, polyuria, nocturia 4. CCT : 26-75 ml/min

Tahap III : Gagal Ginjal 1. GFR : 10-20 ml/min 2. Anemia sedang, azotemia 3. Gangguan elektrolit : Na ↑, K ↑, dan PO4 ↑ 4. CCT : 6-25 ml/min

Tahap IV : ESRD (End Stage Renal Disease) 1. GFR : < 10 ml/min 2. Kerusakan fungsi ginjal dalam pengaturan, excretory dan hormonal 3. BUN dan Creatinin 4. CCT : < 5 ml/min

E. Gejala dan Tanda GGK 1. Gangguan pada sistem gastrointestinal a. Anorexia, Naosea, dan Vomitus, yang berhubungan dengan gangguan metabolism protein di dalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat metabolisme bakteri usus seperti ammonia dan metal guanidine, serta sembabnya mukosa usus. b. Foitor Uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur di ubah oleh bakteri di mulut menjadi amonia sehingga nafas berbau ammonia. Akibat yan lain adalah timbulnya stomatitis dan parotitis. c. Cegukan sebabnya yang pasti belum diketahui. d. Gastritis erosive, ulkus peptic, dan colitis uremic. 2. Gangguan pada kulit a. Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom. Gatal-gatal dengan ekskoriasi akibat toksin uremik dan pengendapan kalsium di pori-pori kulit. b. Ekimosis akibat gangguan hematoligis. c. Urea frost. Akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat (jarang dijumpai) d. Bekas-bekas garukan karena gatal 3. Gangguan pada system hematologi a. Anemia 5

b. Ganguan fungsi trombosit dan trombositopenia. Mengakibatkan perdarahan akibat agregrasi dan adhesi trombosit yang berkurang serta menurunnya faktor trombosit III dan ADP. c. Gangguan fungsi leukosit. Fagositosis dan kemotaksis berkurang, fungsi limfosit menurun sehingga imunitas juga menurun. 4. Gangguan pada system saraf dan otot a. Merasa pegal pada kaki sehingga selalu digerakan b. Rasa semutan dan seperti terbakar, terutama di telapak kaki c. Lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor, asteriksis, mioklonus, kejang. d. Kelemahan dan hipotrofi otot-otot terutama otot-otot ekstremitas proksimal 5. Ganguan pada system kardiovaskular a. Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas system renin-angiotensin-aldosteron b. Nyeri dada dan sesak napas akibat perikarditis, efusi perikadial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi c. Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, dan gangguan elektrolit. d. Edema akibat penimbunan cairan. 6. Ganguan pada system endokrin a. Gangguan seksual : libido, fertilitas, dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Pada wanita gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampai amenorea. b. Gangguan metabolisme glukosa, resustensi insulin, dan gangguan sekresi insulin c. Gangguan metabolism lemak d. Gangguan metabolisme vitamin D 7. Gangguan system lain a. Tulang : osteoditrofi renal, yaitu osteomalasia, osteitis fibrosa, osteosklerosis. b. Asidosis metabolic akibat penimbunan asam organic sebagai hasil metabolism c. Elektrolit : hiperfosfatemia, hiperkalemia, dan hipokalsemia.

6

F. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin). b. Pemeriksaan Urin Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT. 2. Pemeriksaan EKG Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia). 3. Pemeriksaan USG Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate. 4. Pemeriksaan Radiologi Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.

G. Penatalaksanaan 1. Tujuan : a. Mempertahankan fungsi ginjal b. Memperlambat kebutuhan untuk dianalisa atau transplantasi ginjal c. Mengurangi manifestasi extrarenal sebanyak mungkin d. Meningkatkan kualitas hidup pasien secara optimal 2. Farmakologi Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi : a. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat. b. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia. c. Dialisis ; dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat 7

dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan kecendurungan perdarahan ; dan membantu penyembuhan luka. d. Transplantasi ginjal (Reeves, 2001) e. Penanganan hiperkalemi ; Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum (nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat (kayexalatel), secara oral atau melalui retensi enema. f. Mempertahankan keseimbangan cairan ; Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan.

3. Non Farmakologi Modifikasi diet dan cairan : a. Diet rendah protein 0,6 – 0,7 g/Kg BB/hari (hindari telur dan daging) b. Pembatasan kalori 2 – 4 g/hari ( hindari jeruk, pisang, melon, tomat, dan kacang) c. Pembatasan natrium 2 -4 g/hari (tergantung edema) hindari sup kaleng, kecap asin, salad dressing. d. Pembatasan PO4 : 1000 mg/hari hindari susu, ice cream, keju, yoghurt e. Konsumsi makanan tinggi kalori dan bersupplement f. Pembatasan intake cairan 5000 – 6000ml/hari

H. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas klien: Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, nomor r.m, diagnosa medis (GGK), tgl pengkajian. b. Identitas keluarg c. Data riwayat kesehatan 8

1) Keluhan utama: 2) Riwayat kesehatan sekarang: 3) Riwayat kesehatan dahulu: 4) Riwayat penyakit keluarga: d. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum: CM 2) Tanda-tanda vital: R: 24x/ menit

N: 84x/menit

BB

: 46,9 kg

Hb

: 7,3 mg/dl

3) Sistem Pernafasan: RR 24 x/ mnt, sesak (+), ronhi (-), nyeri dada (+). 4) Sistem Pencernaan: nafsu makan menurun,badan terasa lemas karena asupan nutrisi yang kurang, BB turun 5kg. 5) Sistem Kardiovaskular: HR 84x/menit, konjungtiva anemis. 6) Sistem Integumen: Kulit tampak bersisik dan disertai gatal-gatal 7) Data psikologis: klien merasa khawatir akan kondisinya sekarang 8) Data Sosial: klien dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, baik keluarga, perawat/tim medis lainnya. 9) Data spiritual: klien dapat melakukan ibadah sesuai dengan agamanya. 10) Laboratorium: Tgl

Pemeriksaan

Hasil

Hemoglobin

7,3 mg/dl

Nilai normal L: 14 – 18; P: 12 -16 g/dl

2. Analisa Data No 1.

Data DS: -

DO: -

-

klien mengatakan berat badannya naik

abdomen klien tampak membesar klien tampak lemas

Etilogi GFR turun 20- 35% ↓ Nefron rentan terhadap kerusakan ↓ Berat beban ↑ ↓ terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah ↓ oliguria, edema

9

Masalah Kelebihan volume cairan

2.

DS :

GGK

Klien mengeluh

Gangguan

perfusi

jaringan

pusing, nyeri

Produksi Hb turun

dada, dan sesak napas DO:

Oksihemoglobin turun

- Klien tampak sesak - Hb 7,3 mg/dl

Suplai O2 turun

- R 24 x/menit Gangguan perfusi jaringan

3.

DS : -Klien

Gangguan integritas GGK

mengatakan

kulitnya gatal

kulit

Zat toksik tertimbun di ginjal

DO : - Kulit klien tampak kemeraha

GFR menurun Sekresi protein terganggu

- Kulit klien tampak Sindrom uremia

bersisik - Klien

tampak

Perpospalemia

menggaruk tubuhnya yang gatal.

Pruriuis Gangguan integritas kulit

4.

DS : - Klien

GGK mengatakan

merasa mual muntah - Klien

mengatakan

nutrisi Pennurunan fungsi ginjal Kerusakan nefron

tidak nafsu makan DO : - BB klien turun 5kg

GFR menurun BUN meningkat

- Klien tampak mual - Porsi makan klien tidak habis

Resiko

Uremia Nafas berbau 10

gangguan

Anoreksia mual, muntah Resiko gangguan nutrisi

3. Diagnosa keperawatan: 1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, retensi cairan dan natrium. 2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke kapiler. 3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam darah. 4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia.

11

J. Rencana Asuhan Keperawatan No. 1.

Perencanaan

Diagnosa Keperawatan Kelebihan

volume

Tujuan

cairan

Intervensi

Rasional

Tupen:

1.

Kaji status cairan

berhubungan dengan penurunan

Setelah dilakukan intervensi

2.

Batasi masukan cairan

dasar dan data dasra

haluaran urin, retensi cairan dan

di harapkan dalam waktu 3-

3.

Identifikasi sumber

berkelanjutan utuk

natrium.

4 hari tidak terjadi

potensial cairan

memantau perubahan dan

Jelaskan pada klien dan

mengevaluasi intervensi.

peningkatan berat badan DS:

4.

akibat kelebihan cairan.

keluarga rasional

klien mengatakan berat badannya naik

-

-

abdomen

klien

tampak

2. pembatasan cairan akan

pembatasan

menentukan berat badan

Bantu klien dalam

tubuh ideal , haluaran

Setelah dilakukan intervensi

menghadapi

urin, dan respon terhadap

di harapkan dalam waktu1

ketidaknyamanan akibat

terapi

minggu tidak terjadi

pembatasan cairan

Tupan:

DO:

1. pengkajian merupakan

5.

3. sumber kelebihan cairan

membesar

peningkatan berat badan

yang tidak di ketahui

klien tampak lemas

akibat kelebihan cairan

dapat di identifikasi.

dengan kriteria: -

4. pemahaman

tidak ada peningkatan

meningkatkan kerjasama

berat badan

klien dan keluarga dalam

tidak ada udema

pembatasan cairan. 5. kenyamanan klien

14

meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet. 2.

3.

Gangguan perfusi jaringan perifer

Tupan:

berhubungan dengan

proses

berkurangnya suplai oksigen ke

gangguan

kapiler, ditandai dengan :

dapat teratasi.

DS :

Tupen:

-Klien mengeluh

perawatan selama1x24 jam,

pusing, nyeri

pasien menunjukan perbaikan

dada, sesak napas

perfusi jaringan perifer.

DO:

Dengan kriteria:

- Klien terlihat sesak

- Hb normal

- Hb 7,3 mg/dl

- Pusing berkurang

- R 24 x/menit

- Nyeri dada berkurang

Gangguan

integritas

berhubungan

dengan

kulit Tupan: akumulasi intervensi

toksin dalam darah

gangguan

DS :

teratasi.

-Klien mengatakan kulitnya gatal

Tupen:

selama

dilakukan

1. Observasi sistem pernapasan,

keperawatan,

adanya keluhan nyeri dada,

terjadi akibat stres fisiologi

sakit kepala.

dan nyeri sehubungan dengan

perfusi

jaringan

1. Distres pernapasan dapat

hipoksia.

Setelah

Setelah

dilakukan

dengan

keperawatatan,

pemberian oksigen.

2. Mempertahankan asupan oksigen yang adekuat.

3. Observasi tanda-tanda vital

kulit

1. Observasi

3. Menandakan adanya

terhadap kemerahan,

kondisi

kulit

1. Menandakan area sirkulasi

turgor

kulit,

buruk atau kerusakan yang

bengkak,

perubahan warna. Setelah

dokter

perubahan pada kondisi klien.

dilakukan

integritas

2. Kolaborasi

dilakukan

15

dan

dapat menimbulkan pembentukan dekubitus/ infeksi.

DO :

perawatan selama 3x24 jam,

- Kulit klien tampak kemerahan

diharapka

- Kulit klien tampak bersisik

membaik, dengan kriteria: -

integritas

Tidak

ada

kulit

2. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran

atau hidrasi berlebihan yang

mukosa.

mempengaruhi sirkulasi dan

tanda-tanda

infeksi

integritas jaringan. 3. Anjurkan

pasien

- Permukaan kulit lembab

menggunakan

- Tidak ada tanda-tanda iritasi

lembab dan dingin untuk

pada kulit

2. Mendeteksi adanya dehidrasi

kompres

3. Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera.

memberikan tekanan pada

- Gatal-gatal berkurang

area pruritis. 4. Berikan perawatan kulit.

4. Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.

5. Anjurkan memakai pakaian katun longgar. 4.

Gangguan

pemenuhan

nutrisi Tupan:

Setelah

berhubungan dengan anoreksia

intervensi

DS :

kebutuhan

-Klien

mengatakan

mual,muntah

keperawatan, nutrisi

Tupen:

robekan kulit. porsi

kecil dan sering.

klien

merasa teratasi.

-Klien mengatakan tidak nafsu intervensi makan

dilakukan 1. Beri makanan dalam

dilakukan

1. Porsi

lebih

kecil

meningkatkan

dapat

masukan

makanan. 2. Observasi adanya mual dan

Setelah

5. Mengurangi pengeringan ,

muntah.

2. Gejala akumulasi

yang toksin

menyertai endogen

keperawatan

yang dapat mengubah atau

selama 2-3 hari, diharapkan

menurunkan pemasukan dan

16

DO :

intake nutrisi klien adekuat,

-BB klien turun

dengan kriteria:

-Porsi makan klien tidak habis

-

Peningkatan

memerlukan intervensi. 3. Pertahankan

asupan

oral

hygiene

sebelum dan sesudah makan

3. Menurunkan ketidaknyamanan

stomatitis

makanan

oral dan rasa tak disukai

- Berat badan normal

dalam

- Tidak ada tanda-tanda

mempengaruhi

malnutrisi

makanan

17

mulut

yang

dapat

masukan

BAB III KESIMPULAN

Gagal ginjal akut merupakan suatu kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam membersihkan darah dari bahan-bahan racun yang menyebabkan penimbunan limbah metabolic didalam darah (misalnya urea) serta hilangnya fungsi ginjal secara mendadak yang mengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal mempertahankan homeostasis tubuh. Ditandai peningkatan kreatinin darah 0,5 mg/dl per hari dan peningkatan ureum 10 – 20 mg/dl per hari.

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain : infeksi saluran kemih, penyakit peradangan, penyakit vaskuler hipertensif, gangguan jaringan penyambung, penyakit kongenital dan herediter, penyakit metabolic, nefropati toksik, dan nefropati obstruktif. Maka dari itu perlu dilakukan pengobatan baik secara farmakologi maupun non farmakologi, yang bertujuan untuk : mempertahankan fungsi ginjal. memperlambat kebutuhan untuk dianalisa atau transplantasi ginjal, mengurangi manifestasi extrarenal sebanyak mungkin, dan meningkatkan kualitas hidup pasien secara optimal.

18

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC Mansjoer, Arief, dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC Suyono, Slamet, dkk. (2001). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Jakarta:Balai Penerbit FKUI http://cattycha.wordpress.com/2009/03/12/asuhan-keperawatan-gagal-ginjal-kronis.pukul 11.00 WIB 19 Oktober 2012 http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/05/gagal-ginjal-kronik.html.

diunduh

pada

tanggal 3 Mei 2014 pukul 19.00 WIB http://tubulus.multiply.com/journal/item/32/Anatomi_Fisiologi_Ginjal_Anfis diunduh pada tanggal 3 Mei 2014 pukul 19.15 WIB.

19

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"

Lp Ckd-ggk
August 2019 41
Teknologi Sistem Komputer
October 2019 56
Naskah Publikasi.pdf
April 2020 46
Drumul Matasii.docx
May 2020 14
How To Write Great Essays
December 2019 22