LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWTAN MEDIKAL BEDAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS (CHRONIC KIDNEY DISEASE)
PROGRAM PROFESI NERS XII SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG 2014
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lajut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 50 ml/menit. Gagal Ginjal Kronik sesuai dengan tahapannya dapat ringan, sedang, atau berat. Gagal ginjal tahap akhir (end stage) adalah tingkat gagal ginjal yang dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan terapi pengganti. Insufisiensi ginjal kroni adalah penurunan faal ginjal yang menahun tetapi lebih ringan dari GGK.
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448).
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Prevalensi gagal ginjal kronis tidak dapat diketahui dengan tepat karena banyak pasien yang tak bergejala dirujuk. Oleh karena itu kita sebagai perawat perlu memahami mengenai gagal ginjal kronis agar dapat mengaplikasikan dalam pelayanan keperawatan.
2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi GGK Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001).
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001).
B. Etiologi Penyebab dari gagal ginjal kronis (Price & Wilson, 1994), antara lain : 1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis) 2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis) 3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis) 4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik) 5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal) 6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme) 7. Nefropati toksik 8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)
C. Patofisiologi (Hipertensi, ISK, GN, DM, NS) Kontraktilitas jantung menurun Sirkulasi O2 menurun Payah jantung Filtrasi ginjal menurun Obstruksi ginjal meningkat 3
Reabsobsi menurun Ureum, Kreatinin, Kalium, Na+ Menempel di glomerulus GGA Produksi Hb menurun Oksihemoglobin turun
GGK fungsi ginjal menurun
Suplai oksigen turun
Kerusakan nefron
Gangguan perfusi jaringan
GFR menurun
berat badan meningkat terjadi akumulasi sisa metabolisme dalam darah
Oliguri, edema
BUN meningkat Kelebihan volume cairan Uremia Penumpukan ureum dalam Tubuh meningkat
Nafas berbau amonia
Kulit gatal-gatal, bersisik (pruritus)
Anoreksia mual, muntah
Resiko tinggi gangguan integritas kulit
Gangguan pemenuhan nutrisi
D. Tahapan Gagal Ginjal Tahap I : Penurunan Cadangan Ginjal 1. GFR 40-70 ml/min 2. BUN dan Creatinin normal tinggi 3. tidak ada manifestasi klinik 4. CCT : 76-100 ml/min
Tahap II : Insufisiensi Ginjal 1. GFR 20-40 ml/min 2. BUN dan Creatinin naik 4
3. Anemia ringan, polyuria, nocturia 4. CCT : 26-75 ml/min
Tahap III : Gagal Ginjal 1. GFR : 10-20 ml/min 2. Anemia sedang, azotemia 3. Gangguan elektrolit : Na ↑, K ↑, dan PO4 ↑ 4. CCT : 6-25 ml/min
Tahap IV : ESRD (End Stage Renal Disease) 1. GFR : < 10 ml/min 2. Kerusakan fungsi ginjal dalam pengaturan, excretory dan hormonal 3. BUN dan Creatinin 4. CCT : < 5 ml/min
E. Gejala dan Tanda GGK 1. Gangguan pada sistem gastrointestinal a. Anorexia, Naosea, dan Vomitus, yang berhubungan dengan gangguan metabolism protein di dalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat metabolisme bakteri usus seperti ammonia dan metal guanidine, serta sembabnya mukosa usus. b. Foitor Uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur di ubah oleh bakteri di mulut menjadi amonia sehingga nafas berbau ammonia. Akibat yan lain adalah timbulnya stomatitis dan parotitis. c. Cegukan sebabnya yang pasti belum diketahui. d. Gastritis erosive, ulkus peptic, dan colitis uremic. 2. Gangguan pada kulit a. Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom. Gatal-gatal dengan ekskoriasi akibat toksin uremik dan pengendapan kalsium di pori-pori kulit. b. Ekimosis akibat gangguan hematoligis. c. Urea frost. Akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat (jarang dijumpai) d. Bekas-bekas garukan karena gatal 3. Gangguan pada system hematologi a. Anemia 5
b. Ganguan fungsi trombosit dan trombositopenia. Mengakibatkan perdarahan akibat agregrasi dan adhesi trombosit yang berkurang serta menurunnya faktor trombosit III dan ADP. c. Gangguan fungsi leukosit. Fagositosis dan kemotaksis berkurang, fungsi limfosit menurun sehingga imunitas juga menurun. 4. Gangguan pada system saraf dan otot a. Merasa pegal pada kaki sehingga selalu digerakan b. Rasa semutan dan seperti terbakar, terutama di telapak kaki c. Lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor, asteriksis, mioklonus, kejang. d. Kelemahan dan hipotrofi otot-otot terutama otot-otot ekstremitas proksimal 5. Ganguan pada system kardiovaskular a. Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas system renin-angiotensin-aldosteron b. Nyeri dada dan sesak napas akibat perikarditis, efusi perikadial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi c. Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, dan gangguan elektrolit. d. Edema akibat penimbunan cairan. 6. Ganguan pada system endokrin a. Gangguan seksual : libido, fertilitas, dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Pada wanita gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampai amenorea. b. Gangguan metabolisme glukosa, resustensi insulin, dan gangguan sekresi insulin c. Gangguan metabolism lemak d. Gangguan metabolisme vitamin D 7. Gangguan system lain a. Tulang : osteoditrofi renal, yaitu osteomalasia, osteitis fibrosa, osteosklerosis. b. Asidosis metabolic akibat penimbunan asam organic sebagai hasil metabolism c. Elektrolit : hiperfosfatemia, hiperkalemia, dan hipokalsemia.
6
F. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin). b. Pemeriksaan Urin Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT. 2. Pemeriksaan EKG Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia). 3. Pemeriksaan USG Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate. 4. Pemeriksaan Radiologi Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
G. Penatalaksanaan 1. Tujuan : a. Mempertahankan fungsi ginjal b. Memperlambat kebutuhan untuk dianalisa atau transplantasi ginjal c. Mengurangi manifestasi extrarenal sebanyak mungkin d. Meningkatkan kualitas hidup pasien secara optimal 2. Farmakologi Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi : a. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat. b. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia. c. Dialisis ; dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat 7
dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan kecendurungan perdarahan ; dan membantu penyembuhan luka. d. Transplantasi ginjal (Reeves, 2001) e. Penanganan hiperkalemi ; Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum (nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat (kayexalatel), secara oral atau melalui retensi enema. f. Mempertahankan keseimbangan cairan ; Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan.
3. Non Farmakologi Modifikasi diet dan cairan : a. Diet rendah protein 0,6 – 0,7 g/Kg BB/hari (hindari telur dan daging) b. Pembatasan kalori 2 – 4 g/hari ( hindari jeruk, pisang, melon, tomat, dan kacang) c. Pembatasan natrium 2 -4 g/hari (tergantung edema) hindari sup kaleng, kecap asin, salad dressing. d. Pembatasan PO4 : 1000 mg/hari hindari susu, ice cream, keju, yoghurt e. Konsumsi makanan tinggi kalori dan bersupplement f. Pembatasan intake cairan 5000 – 6000ml/hari
H. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas klien: Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, nomor r.m, diagnosa medis (GGK), tgl pengkajian. b. Identitas keluarg c. Data riwayat kesehatan 8
1) Keluhan utama: 2) Riwayat kesehatan sekarang: 3) Riwayat kesehatan dahulu: 4) Riwayat penyakit keluarga: d. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum: CM 2) Tanda-tanda vital: R: 24x/ menit
N: 84x/menit
BB
: 46,9 kg
Hb
: 7,3 mg/dl
3) Sistem Pernafasan: RR 24 x/ mnt, sesak (+), ronhi (-), nyeri dada (+). 4) Sistem Pencernaan: nafsu makan menurun,badan terasa lemas karena asupan nutrisi yang kurang, BB turun 5kg. 5) Sistem Kardiovaskular: HR 84x/menit, konjungtiva anemis. 6) Sistem Integumen: Kulit tampak bersisik dan disertai gatal-gatal 7) Data psikologis: klien merasa khawatir akan kondisinya sekarang 8) Data Sosial: klien dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, baik keluarga, perawat/tim medis lainnya. 9) Data spiritual: klien dapat melakukan ibadah sesuai dengan agamanya. 10) Laboratorium: Tgl
Pemeriksaan
Hasil
Hemoglobin
7,3 mg/dl
Nilai normal L: 14 – 18; P: 12 -16 g/dl
2. Analisa Data No 1.
Data DS: -
DO: -
-
klien mengatakan berat badannya naik
abdomen klien tampak membesar klien tampak lemas
Etilogi GFR turun 20- 35% ↓ Nefron rentan terhadap kerusakan ↓ Berat beban ↑ ↓ terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah ↓ oliguria, edema
9
Masalah Kelebihan volume cairan
2.
DS :
GGK
Klien mengeluh
Gangguan
perfusi
jaringan
pusing, nyeri
Produksi Hb turun
dada, dan sesak napas DO:
Oksihemoglobin turun
- Klien tampak sesak - Hb 7,3 mg/dl
Suplai O2 turun
- R 24 x/menit Gangguan perfusi jaringan
3.
DS : -Klien
Gangguan integritas GGK
mengatakan
kulitnya gatal
kulit
Zat toksik tertimbun di ginjal
DO : - Kulit klien tampak kemeraha
GFR menurun Sekresi protein terganggu
- Kulit klien tampak Sindrom uremia
bersisik - Klien
tampak
Perpospalemia
menggaruk tubuhnya yang gatal.
Pruriuis Gangguan integritas kulit
4.
DS : - Klien
GGK mengatakan
merasa mual muntah - Klien
mengatakan
nutrisi Pennurunan fungsi ginjal Kerusakan nefron
tidak nafsu makan DO : - BB klien turun 5kg
GFR menurun BUN meningkat
- Klien tampak mual - Porsi makan klien tidak habis
Resiko
Uremia Nafas berbau 10
gangguan
Anoreksia mual, muntah Resiko gangguan nutrisi
3. Diagnosa keperawatan: 1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, retensi cairan dan natrium. 2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke kapiler. 3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam darah. 4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia.
11
J. Rencana Asuhan Keperawatan No. 1.
Perencanaan
Diagnosa Keperawatan Kelebihan
volume
Tujuan
cairan
Intervensi
Rasional
Tupen:
1.
Kaji status cairan
berhubungan dengan penurunan
Setelah dilakukan intervensi
2.
Batasi masukan cairan
dasar dan data dasra
haluaran urin, retensi cairan dan
di harapkan dalam waktu 3-
3.
Identifikasi sumber
berkelanjutan utuk
natrium.
4 hari tidak terjadi
potensial cairan
memantau perubahan dan
Jelaskan pada klien dan
mengevaluasi intervensi.
peningkatan berat badan DS:
4.
akibat kelebihan cairan.
keluarga rasional
klien mengatakan berat badannya naik
-
-
abdomen
klien
tampak
2. pembatasan cairan akan
pembatasan
menentukan berat badan
Bantu klien dalam
tubuh ideal , haluaran
Setelah dilakukan intervensi
menghadapi
urin, dan respon terhadap
di harapkan dalam waktu1
ketidaknyamanan akibat
terapi
minggu tidak terjadi
pembatasan cairan
Tupan:
DO:
1. pengkajian merupakan
5.
3. sumber kelebihan cairan
membesar
peningkatan berat badan
yang tidak di ketahui
klien tampak lemas
akibat kelebihan cairan
dapat di identifikasi.
dengan kriteria: -
4. pemahaman
tidak ada peningkatan
meningkatkan kerjasama
berat badan
klien dan keluarga dalam
tidak ada udema
pembatasan cairan. 5. kenyamanan klien
14
meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet. 2.
3.
Gangguan perfusi jaringan perifer
Tupan:
berhubungan dengan
proses
berkurangnya suplai oksigen ke
gangguan
kapiler, ditandai dengan :
dapat teratasi.
DS :
Tupen:
-Klien mengeluh
perawatan selama1x24 jam,
pusing, nyeri
pasien menunjukan perbaikan
dada, sesak napas
perfusi jaringan perifer.
DO:
Dengan kriteria:
- Klien terlihat sesak
- Hb normal
- Hb 7,3 mg/dl
- Pusing berkurang
- R 24 x/menit
- Nyeri dada berkurang
Gangguan
integritas
berhubungan
dengan
kulit Tupan: akumulasi intervensi
toksin dalam darah
gangguan
DS :
teratasi.
-Klien mengatakan kulitnya gatal
Tupen:
selama
dilakukan
1. Observasi sistem pernapasan,
keperawatan,
adanya keluhan nyeri dada,
terjadi akibat stres fisiologi
sakit kepala.
dan nyeri sehubungan dengan
perfusi
jaringan
1. Distres pernapasan dapat
hipoksia.
Setelah
Setelah
dilakukan
dengan
keperawatatan,
pemberian oksigen.
2. Mempertahankan asupan oksigen yang adekuat.
3. Observasi tanda-tanda vital
kulit
1. Observasi
3. Menandakan adanya
terhadap kemerahan,
kondisi
kulit
1. Menandakan area sirkulasi
turgor
kulit,
buruk atau kerusakan yang
bengkak,
perubahan warna. Setelah
dokter
perubahan pada kondisi klien.
dilakukan
integritas
2. Kolaborasi
dilakukan
15
dan
dapat menimbulkan pembentukan dekubitus/ infeksi.
DO :
perawatan selama 3x24 jam,
- Kulit klien tampak kemerahan
diharapka
- Kulit klien tampak bersisik
membaik, dengan kriteria: -
integritas
Tidak
ada
kulit
2. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran
atau hidrasi berlebihan yang
mukosa.
mempengaruhi sirkulasi dan
tanda-tanda
infeksi
integritas jaringan. 3. Anjurkan
pasien
- Permukaan kulit lembab
menggunakan
- Tidak ada tanda-tanda iritasi
lembab dan dingin untuk
pada kulit
2. Mendeteksi adanya dehidrasi
kompres
3. Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera.
memberikan tekanan pada
- Gatal-gatal berkurang
area pruritis. 4. Berikan perawatan kulit.
4. Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.
5. Anjurkan memakai pakaian katun longgar. 4.
Gangguan
pemenuhan
nutrisi Tupan:
Setelah
berhubungan dengan anoreksia
intervensi
DS :
kebutuhan
-Klien
mengatakan
mual,muntah
keperawatan, nutrisi
Tupen:
robekan kulit. porsi
kecil dan sering.
klien
merasa teratasi.
-Klien mengatakan tidak nafsu intervensi makan
dilakukan 1. Beri makanan dalam
dilakukan
1. Porsi
lebih
kecil
meningkatkan
dapat
masukan
makanan. 2. Observasi adanya mual dan
Setelah
5. Mengurangi pengeringan ,
muntah.
2. Gejala akumulasi
yang toksin
menyertai endogen
keperawatan
yang dapat mengubah atau
selama 2-3 hari, diharapkan
menurunkan pemasukan dan
16
DO :
intake nutrisi klien adekuat,
-BB klien turun
dengan kriteria:
-Porsi makan klien tidak habis
-
Peningkatan
memerlukan intervensi. 3. Pertahankan
asupan
oral
hygiene
sebelum dan sesudah makan
3. Menurunkan ketidaknyamanan
stomatitis
makanan
oral dan rasa tak disukai
- Berat badan normal
dalam
- Tidak ada tanda-tanda
mempengaruhi
malnutrisi
makanan
17
mulut
yang
dapat
masukan
BAB III KESIMPULAN
Gagal ginjal akut merupakan suatu kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam membersihkan darah dari bahan-bahan racun yang menyebabkan penimbunan limbah metabolic didalam darah (misalnya urea) serta hilangnya fungsi ginjal secara mendadak yang mengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal mempertahankan homeostasis tubuh. Ditandai peningkatan kreatinin darah 0,5 mg/dl per hari dan peningkatan ureum 10 – 20 mg/dl per hari.
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain : infeksi saluran kemih, penyakit peradangan, penyakit vaskuler hipertensif, gangguan jaringan penyambung, penyakit kongenital dan herediter, penyakit metabolic, nefropati toksik, dan nefropati obstruktif. Maka dari itu perlu dilakukan pengobatan baik secara farmakologi maupun non farmakologi, yang bertujuan untuk : mempertahankan fungsi ginjal. memperlambat kebutuhan untuk dianalisa atau transplantasi ginjal, mengurangi manifestasi extrarenal sebanyak mungkin, dan meningkatkan kualitas hidup pasien secara optimal.
18
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC Mansjoer, Arief, dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC Suyono, Slamet, dkk. (2001). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Jakarta:Balai Penerbit FKUI http://cattycha.wordpress.com/2009/03/12/asuhan-keperawatan-gagal-ginjal-kronis.pukul 11.00 WIB 19 Oktober 2012 http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/05/gagal-ginjal-kronik.html.
diunduh
pada
tanggal 3 Mei 2014 pukul 19.00 WIB http://tubulus.multiply.com/journal/item/32/Anatomi_Fisiologi_Ginjal_Anfis diunduh pada tanggal 3 Mei 2014 pukul 19.15 WIB.
19