Gel Fix Fix.docx

  • Uploaded by: Ulul Azmi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gel Fix Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,526
  • Pages: 14
LAPORAN TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN SEMI SOLID GEL NA DIKLOFENAK 1. DASAR TEORI 1.1 Definisi Gel Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995) , gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Menurut Formularium Nasional (1978) , gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang

dibuat

dari

zarah

kecil

senyawa

anorganik

atau

makromolekul

senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan. Menurut Ansel (2000) , gel didefinisikan sebagai suatu system setengah padat yang terdiri dari suatu disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik yang terkecil atau molekul organic yang besar dan saling diresapi cairan. Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel kadang – kadang disebut jeli. Jika massa gel terdiri dari jaringan kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semi padat jika dibiarkan dan akan menjadi cair pada pengocokan, gel fase tunggal dapat dibuat dari makro molekul sintetik (misalnya Karbomer) atau dari gom alam (misalnya Tragakan). Sediaan tragakan disebut juga mucilago. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukan ke dalam lubang tubuh (Katzung,2014). 1.2 Penggolongan Gel Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) gel dibagi menjadi dua, yaitu: 1.

Gel sistem dua fase

Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar , massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya magma bentonit. Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan

1

menjadi cair pada pengocokan.Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas. 2. Gel sistem fase tunggal Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik misalnya karboner atau dari gom alam misanya tragakan. 1.3 Basis Gel Ada 2 macam basis gel yaitu gel hidrofobik dan gel hidrofilik : (Ardhie,2004) 1. Gel hidrofobik (oleogel) adalah sediaan dengan basis yang biasanya mengadung parafin cair dengan polietilen atau minyak lemak membentuk gel dan silika koloidal atau aluminium atau sabung seng. 2. Gel hidrofilik (hidrogel) adalah sediaan dengan basis yang biasanya mengandung air, gliserol atau propilen glikol membentuk gel dengan gelling agent (pembentuk gel) yang sesuai seperti tragakan, pati, derivat selulosa, polimer karboksivinil, dan magnesium-aluminium silikat. 1.4 Keuntungan dan kerugian Gel Berikut ini merupakan keuntungan dan kerugian gel menurut (Agoes, Goeswin .2012) 1. Keuntungan sediaan gel Untuk hidrogel: efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit baik. 2. Kekurangan sediaan gel Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.

2

Kegunaan sediaan gel secara garis besar di bagi menjadi empat seperti: 1. Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat long–acting yang diinjeksikan secara intramuskular. 2. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria. 3. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, kulit dan sediaan perawatan rambut. 4. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril).

2. TINJAUAN BAHAN AKTIF 2.1 Karakteristik Fisika Kimia ENa Diklofenak (FI IV halaman 1405, USP halaman 32) -

Pemerian

: Serbuk hablur putih hingga hamper putih, higroskopik

-

Nama Lain

: Natrii-diklofenak. Diclofenac sodium

-

Nama Kimia

: Natrium [0-(2,6-dikloroanilino)fenil] asetat

-

Rumus Molekul

: C14H10C12NNaO2

-

Berat Molekul

: 318,13

-

Kelarutan

: Mudah larut dalam etanol, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam air

-

pH

: 4,0 – 7,5

-

Titik Leleh

: 284°C

-

Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah kedap dan tertutup rapat

-

Inkompatibilitas

-

Sifat Khusus

: Sedikit higroskopis

-

Koefisien Partisi

: 4,5

:-

3

2.2 Bentuk Kimia

2.3 Efek Farmakologi Natrium diklofenak merupakan turunan dari asam fenil asetat dan termasuk golongan obat non steroid yang paling kuat daya antiradangnya dengan efek samping yang kurang keras dibandingkan dengan obat lainnya seperti indometasin dan piroxicam. Obat ini mempunyai khasiat sebagai antiradang, antirematik, dan analgetik antipiretik, yang digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai keadaan rematik dan kelainan degeneratif pada system otot rangka (Schwartz, S. 2005). Natrium diklofenak gel 1% digunakan secara topikal untuk osteoarthritis dan nyeri tulang sendi. Gel digunakan pada tulang sendi untuk terapi topikal (contoh: tangan dan kaki). Gel tidak dievaluasi untuk digunakan pada sendi pada punggung (tulang belakang), panggul atau bahu. Berdasarkan data indikasi tersebut di atas, sediaan gel natrium diklofenak yang akan dibuat diindikasikan untuk osteoarthritis berupa nyeri sendi pada tangan dan kaki (Schwartz, S. 2005). 2.4 Data Klinis Aktivitas sebagai anti-inflamasi, analgetik & antipiretik. Metabolisme terutama melalui hati. Ekskresi pada orang dewasa sehat kira-kira 50-70% melalui urin, 30-35% melalui feses. Efek samping yang paling sering terjadi pada pemakaian gel Na-diklofenak adalah dermatitis pada daerah yang diolesi obat. Selain itu, terjadi juga pruritus, eritema, kekeringan atau iritasi (Schwartz, S. 2005). 2.5 Toksisitas Toksisitas dari natrium diklofenak dapat menyebabkan efek samping yang terjadi pada kira-kira 30% penderita, baik pada pasien lanjut usia dimana organorgannya telah mengalami penurunan fungsi maupun pada pasien sehat. Salah satu

4

efek sampingnya yaitu gangguan fungsi ginjal. Obat ini dapat menyebabkan oliguria yang disebabkan oleh menurunnya aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus ginjal. Pada keadaan tersebut akan terjadi retensi atau kegagalan ekskresi berbagai produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin, dan asam urat. Adanya produkproduk metabolisme protein tersebut pada plasma darah dapat digunakan sebagai indikator kegagalan fungsi ginjal meskipun kurang sensitif. Selain itu, penggunaan natrium diklofenak juga sering dikaitkan dengan terjadinya nekrosis papiler. Penggunaannya dalam jangka waktu lama pada penyakit-penyakit kronis tentu saja akan meningkatkan risiko efek samping terhadap ginjal (Soetopo, dkk. 2002).

3. BENTUK SEDIAAN TERPILIH Bentuk sediaan terpilih adalah gel. Menurut alas an (Soetopo, dkk. 2002) bentuk sediaan yang terpilih yaitu : a. Dapat digunakan untuk berbagai rute pemakaian. b. Kompatibel dengan berbagai macam obat. c. Mudah digunakan dan cepat menimbulkan efek terapi NSAID (non steroid anti inflamasi) adalah obat yang memberikan efek analgesik, antipiretik dan anti inflasasi. Diklofenak termasuk salah satu obat NSAID, digunakan untuk meredakan nyeri dan inflamasi otot rangka dan penyakit sendi misalnya, rheumatoid artritis, osteoartritis, dan ankylosing spodylitis, kesleo dan nyeri lainnya seperti renikolik akut goot. Bentuk senyawa yang aktif sebagai anti inflamasi adalah bentuk garam natrium dan garam dietil amonium. Diklofenak dapat mengiritasi lambung dan mengalamifirstpass metabolism sehingga hanya 50% obat yang mencapai sirkulasi sistemik bila diberikan peroral. Pada kadar terapetik 99% terikat protein plasma. Waktu paruhnya dalam plasma 1 sampai 2 jam. Seperti NSAID pada umunya deklofenak sering kali menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan pada tempat injeksi ketika diklofenak diberikan secara intra muskular.supositoria diklofenak dapat menyebabkan iritasi lokal (Agoes, Goeswin .2012).

5

4. PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN DOSIS Setiap 5g gel natrium diklofenak mengandung : R/ Na Diklofenak

1%

CMC Na

6%

Gliserin

5%

Propilen Glikol

15%

Methyl Paraben

0,18%

Propyl Paraben

0,02%

Aquades

ad 100%

Dosis setiap 5g gel natrium diklofenak 

Dewasa -

Nyeri sendi bagian bawah (lutut, pergelangan kaki, kaki) karena osteoarthritis = 4 g gel 4x sehari.

-

Nyeri sendi bagian atas (siku, pergelangan tangan, tangan) karena osteoartritis = 2 g gel 4x sehari.



Anak-anak -



Tidak dianjurkan untuk anak-anak.

Per-takaran kecil -

Dalam 5 gram sediaan gel mengandung 0,05 gram Natrium Diklofenak.

5. SPESIFIKASI PRODUK 5.1 Persyaratan Umum Sediaan Menurut (Depkes, 1978, Hal : 315) persyaratan umum sediaan gel yaitu sebagai berikut : 1. Memiliki viskositas dan daya lekat tinggi, tidak mudah mengalir pada prmukaan kulit. 2. Memiliki sifat tiksotropi, mudah merata bila dioleskan. 3. Memiliki derajat kejernihan tinggi.

6

4. Tidak meninggalkan bekas atau hanya berupa lapisan tipis seperti film saat pemakaian. 5. Mudah tercucikan dengan air. 6. Daya lubrikasi tinggi. 7. Memberikan rasa lembut dan sensasi dingin saat digunakan. 8. Mudah tercucikan dengan air 5.2

Rencana Spesifikasi Sediaan Kadar bahan aktif

Na Diklofenak 1%

pH sediaan

4,5 – 6,5

Warna

Putih bening

Bau

Aroma

khas

Diklofenac Tekstur

Lembut

Sensasi

Nyaman di kulit

Kategori

Analgesik

6. RANCANGAN FORMULA 6.1 Bagan Alur Pikir

7

Na

6.2 Komponen Penyusun Formula Formula gel Na

Fungsi

Kadar yang dipilih

diklofenac Natrium Diklofenac

Bahan aktif

1%

CMC Na

Gelling agent

6%

Gliserin

Emolient

15%

Propilen glikol

Humektan

5%

Metil Paraben

Pengawet

0.18%

Propil Paraben

0.02%

Aquades

Pelarut

Ad 100%

6.3 Pemilihan Bahan Komponen Penyusun untuk mencapai Spesifikasi Bahan

Alasan

Na diklofenac

Natrium diklofenak merupakan suatu anti radang non ster

(Bahan Aktif)

oid (non steroid anti-inflammatory drugs, NSAIDs) yang merupakan

suatu

turunan

Natriumdiklofenak

asam

digunakan

pada

fenil

asetat.

pengobatan

osteoarthritis dan rheumatoid arthritis.Diklofenak dapat terakumulasi pada cairan sinovia sehinga efek terapi pada persendiaan menjadi lebih panjang CMC Na

CMC Na menghasilkan produk yang lebih jernih. Selain

(gelling agent)

digunakan secara luas sebagai bahan pembawa dalam formulasi farmasetik oral dan topikal,

Gliserin

Karena dapat menghasilkan gel yang netral terhadap

(Emolient)

alkali dan asam dengan viskositas yang sangat stabil dan resistensinya sangat baik terhadap mikroba. Selain itu jika gliserin dikombinasikan dengan propilen gliko sebagai humektan

maka

dapat

meningkatkan

aseptabilitas, dan efektifitas gel.

8

mutu

fisik,

Propilen glikol

Propilenglikol berfungsi sebagai humektan yang akan

(Hukmektan)

menjaga kestabilan sediaan dengan cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan dan mengurangi penguapan air dari sediaan. Selain menjaga kestabin sediaan, secara tidak langsung humektan juga dapat mempertahankan kelembaban kulit sehingga kulit tidak kering.

Metil paraben

Tingginya kandungan air dalam sediaan gel, maka akan

Propil paraben

menyebabkan meningkatnya resiko kontaminasi dari

(Pengawet)

mikroba sehingga diperlukan pegawet untuk menekan resiko terjadinya kontaminasi.

Aquadest

6.4 Formula Lengkap dengan Kadar yang dipilih Bahan

Kadar yang dipilih

Kegunaan

Rentangan Kadar

Na Diklofenac

1%

Bahan aktif

------

CMC Na

6%

Gelling agent

Propilen glikol

15 %

Humektan

15%

Gliserin

5%

Emolient

5%-10%

Metil paraben

0.18 %

Preservative

0,12% - 0,18%

Propil Paraben

0,02 %

Preservative

0,02% - 0,05%

Aquades

Ad 100%

Solvent

3% - 6%

----

7. PERHITUNGAN DAN CARA PEMBUATAN 7.1 Skala Kecil (5 gram) No

Nama Bahan

Presentase

Perhitungan

Jumlah (+10%)

1.

Na Diklofenac

1%

(1/100 x 5gr) +10%

0,055 gr

2.

CMC Na

6%

(6/100 x 5gr) +10%

0,33 gr

9

3.

Propilen glikol

15 %

(15/100 x 5gr) +10%

0,825 gr

4.

Gliserin

5%

(5/100 x 5gr) +10%

0,275 gr

5.

Metil paraben

0.18 %

(0,18/100 x 5gr) +10%

0,0099 gr

6.

Propil Paraben

0,02 %

(0,02/100 x 5gr) +10%

0,0011 gr

7.

Aquades

Ad 100%

-

-

7.2 Skala Besar (10 gram) No

Nama Bahan

Perhitungan

Jumlah

1.

Na Diklofenac

0,055 gr x 2

0,11 gr

2.

CMC Na

0,33 gr x 2

0,66 gr

3.

Propilen glikol

0,825 gr x 2

1,65 gr

4.

Gliserin

0,275 gr x 2

0,55 gr

5.

Metil paraben

0,0099 gr x 2

0,0198 gr

6.

Propil Paraben

0,0011 gr x 2

0,0022 gr

7.

Aquades

-------

------

8. CARA EVALUASI 8.1 Evaluasi Organoleptis Pengamatan dilihat secara langsung bentuk, warna dan bau dari gel yang dibuat. Gel biasanya jernih dengan konsistensi setengah padat (Ansel, 2000). 8.2 Evaluasi Homogenitas Homogenitas adalah salah satu faktor penting dan merupakan tolak ukur kualitas sediaan gel karena zat aktif yang digunakan berupa ekstrak yang harus terdistribusi merata dalam sediaan. Hal ini dapat ditunjukkan bila suatu gel dioleskan pada sekeping kaca transparan, maka gel tersebut harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Depkes RI, 1995). 8.3 Evaluasi pH Derajat keasaman atau pH sediaan gel diusahakan sama dengan pH fisiologiskulit dan apabila terdapat perbedaan, pH harus aman bila digunakan. Semakin jauh beda antara pH gel dengan pH fisiologis kulit (dapat lebih tinggi atau lebih rendah) maka sediaan dapat menimbulkan efek samping yang merugikan. 10

Pengukuran pH dilakukan dengan cara mencelupkan alat pH meter ke dalam sediaan gel sampai menunjukkan angka yang konstan setelah beberapa saat. Nilai pH didapatkan dari angka tersebut (Depkes RI, 1995). 8.4 Evaluasi Daya Sebar Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui kelunakan dari sediaan sehingga memberi kenyamanan pada saat pemakaian. Semakin besar nilai diameter daya sebar maka semakin besar luas permukaan yang bisa dijangkau oleh sediaan. Luas penyebaran berbanding lurus dengan kenaikan penambahan beban, semakin besar beban yang ditambahkan daya sebar yang dihasilkan semakin luas. Pengujian daya sebar dilakukan dengan cara sebanyak 0,5 gram sampel gel diletakkan di atas alat uji daya sebar kemudian ditutup, dibiarkan selama 15 detik dan luas daerah yang diberikan oleh sediaan dihitung, kemudian di atasnya diberi beban dan masingmasing dibiarkan selama 60 detik. Pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan dapat dihitung (Ansel,2000). 8.5 Evaluasi Viskositas Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui seberapa kental sediaan yang dihasilkan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya kekuatan suatu cairan untuk mengalir. Semakin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya. Sediaan diukur viskositasnya dengan menggunakan Viskotester VT 04 RION, LTD. Prinsip pengukuran viskositas dengan alat ini adalah cairan uji dimasukkan ke dalam mangkuk, rotor dipasang kemudian alat dihidupkan. Viskositas zat cair dapat langsung dibaca pada skala (Ansel,2000). 9. HASIL PRAKTIKUM 10. PEMBAHASAN 11. KEMASAN SEDIAAN

11

11.1 Kemasan Sekunder

11.2 Etiket

12

11.3 Brousur

NAFIC GEL No Batch Tgl Produksi Tgl Kadaluarsa No Registrasi

: MRT23L : Maret 2019 : Maret 2020 : 230798AMR

Komposisi : Na Diklofenak .......................... 1% Indikasi : Meringankan rasa sakit akibat osteoartritis pada sendi tertentu seperti lutut, pergelangan tangan, kaki, dan siku. Pereda demam dan anti radang. Kontra Indikasi : Hipersensitifitas Na diklofenak Efek Samping : Dapat mengakibatkan iritasi ringan seperti rasa gatal pada kulit dan kemerahan Aturan Pakai :    



Bersihkan dan keringkan area kulit tempat Anda akan mengoleskan gel. Dengan menggunakan tangan, oleskan gel ke area yang nyeri sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Pastikan agar semua area yang sakit terkena gel. Cuci tangan hingga benar-benar bersih setelah Anda mengoleskan gel. Tapi, jika nyeri sendinya justru ada di tangan, jangan mencuci tangan selama setidaknya satu jam setelah mengoleskan gel. Oleskan gel natrium diklofenak ke area yang sakit sebanyak empat kali sehari PT.KIMIAFARM MALANG-INDONESIA

13

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin .2012. Teknologi Farmasi Liquida dan semisolida. Bandung: ITB. Ansel, H C. 2000. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim F. Edisi IV. Jakarta: UI Press. Ardhie,2004. Skin pH: From Basic Science to Basic Skin Care. Acta Derm Venereol, 93: 261-267. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional. Edisi Kedua. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Katzung Bertram G. 2014. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 12. Jakarta : EGC. Schwartz, S. 2005. Pedoman Klinis. Jakarta: EGC. Soetopo, dkk. 2002. Ilmu Resep Teori. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

14

Related Documents

Gel Fix Fix.docx
June 2020 11
Gel
May 2020 15
Gel
June 2020 19
Gel
May 2020 14
Gel Tecnica Powder Gel
August 2019 33
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113

More Documents from "Ersi Ghaisani Masturah"