Garis Besar Proses Penelitian.docx

  • Uploaded by: UMI ROHMATIN
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Garis Besar Proses Penelitian.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,206
  • Pages: 20
GARIS BESAR PROSES PENELITIAN A. Masalah Penelitian Masalah adalah kata yang sering kita dengar dikehidupan sehari-hari, tak ada seorangpun yang tak luput dari masalah baik masalah yang sifatnya ringan ataupun masalah yang sifatnya berat. Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik. Berikut merupakan pengertian masalah menurut kamus BBI, Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan dan menurut beberapa ahli 1. Prajudi Atmosudirjo, Masalah adalah sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan. 2. Menurut Roger Kaufman, Masalah adalah suatu kesenjangan yang perlu ditutup antara hasil yang dicapai pada saat ini dan hasil yang diharapkan. 3. Menurut Dorothy Craig, Masalah adalah situasi atau kondisi yang akan datang dan tidak diinginkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah penelitian adalah sesuatu hal atau kejadian yang dijadikan sebuah penelitian dengan mempertimbangkan beberapa hal dalam menentukan suatu masalah dalam penelitian sehingga memperoleh jawaban yang diinginkan.1 Untuk menentukan topik penelitian Narbuko dan Achmadi (2002) menyampaikan bahwa sebelum menentukan topik penelitian, seorang peneliti harus terlebih dahulu menanyakan pada diri sendiri tentang beberapa pertanyaan berikut: 1. “Apakah topik tersebut dapat dijangkaunya/ dikuasainya (manageble topic)?” 2. “Apakah bahan-bahan/ data-data tersedia dengan cukup (obtainable data)?” 1

Suharsimi, Arikunto, Manajemen Penelitian,(Jakarta: Rineka Cipta,2005) 24.

1

3. “Apakah topik tersebut penting untuk diteliti (significancy of topic)?” 4. “Apakah topik tersebut menarik untuk diteliti dan dikaji (interested topic)?” Setelah topik ditentukan selanjutnya peneliti harus memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topik tersebut. Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian agar masalah yang dipilih layak dan relevan untuk diteliti diungkapkan oleh Notoatmodjo (2002), meliputi: 1. Masalah masih baru. “Baru” dalam hal ini adalah masalah tersebut belum pernah diungkap atau diteliti oleh orang lain dan topik masih hangat di masyarakat, sehingga agar tidak sia-sia usaha yang dilakukan, sebelum menentukan masalah, peneliti harus banyak membaca dari jurnal-jurnal penelitian maupun media elektronik tentang penelitian terkini. 2. Aktual. Aktual berarti masalah yang diteliti tersebut benar-benar terjadi di masyarakat. Sebagai contoh, ketika seorang dosen keperawatan akan meneliti tentang masalah gangguan konsep diri pada pasien yang telah mengalami hemodialise berulang, maka sebelumnya peneliti tersebut harus melakukan survey dan memang menemukan masalah tersebut, meskipun tidak pada semua pasien. 3. Praktis. Masalah penelitian yang diteliti harus mempunyai nilai praktis, artinya hasil penelitian harus bermanfaat terhadap kegiatan praktis, bukan suatu pemborosan atau penghamburan sumber daya tanpa manfaat praktis yang bermakna.2 4. Memadai. Masalah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi juga tidak terlalu sempit.3 Masalah yang terlalu luas akan 2 3

Ibid hal 57 Ibid hal 58

2

memberikan hasil yang kurang jelas dan menghamburkan sumber daya, sebaliknya masalah penelitian yang terlalu sempit akan memberikan hasil yang kurang berbobot. 5. Sesuai dengan kemampuan peneliti. Seseorang yang akan melakukan penelitian harus mempunyai kemampuan penelitian dan kemampuan di bidang yang akan diteliti, jika tidak, hasil penelitiannya kurang dapat dipertanggungjawabkan dari segi ilmiah (akademis) maupun praktis. 6. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah. Masalah-masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, undang-undang ataupun adat istiadat sebaiknya tidak diteliti, karena akan banyak menemukan hambatan dalam pelaksanaan penelitiannya nanti. 7. Ada yang mendukung. Setiap penelitian membutuhkan biaya, sehingga sejak awal sudah dipertimbangkan darimana asal biaya tersebut akan diperoleh. Tidak jarang masalah-masalah penelitian yang menarik akan mendapatkan sponsor dari instansi-instansi pendukung, baik pemerintah maupun swasta . Pemilihan masalah penelitian yang tepat adalah masalah bagaimana menanyakan pertanyaan yang baik yaitu pertanyaan yang sesuai dan penting dalam konteks pendidikan.4 Meskipun tidak ada seperangkat standar prosedur untuk memilih masalah penelitian, pertimbangan faktor-faktor khusus perlu diperhatikan. Masalah penelitian harus menarik baik dari segi peneliti maupun komunitas pendidikan. Untuk memilih/menemukan suatu masalah yang spesifik dalam penelitian menurut Borg yang harus dilakukan yaitu: 1. Mengidentifikasi lingkup masalah. 4

Mulyanto, Agus. 2009. “Jenis-jenis masalah

penelitian”(http://mulyanto.blogdetik.com) Didownload tanggal 28 Februari 2019 pukul 09:00 WIB.

3

Langkah yang dapat ditempuh adalah menuliskan sebanyak mungkin tipe-tipe kajian yang akan dilakukan dan aspek-aspek khusus yang

paling

menarik

setelah

area

minat

profesional

telah

teridentifikasi, carilah masalah-masalah yang lebih khusus dalam area ini yang dapat membentuk dasar-dasar untuk tesis. 2. Bekerja pada suatu team proyek penelitian. Kerja pada kelompok biasanya berkenaan dengan studi yang lebih besar dan

canggih dibanding bila dilakukan perorangan oleh

karenanya keterlibatan kerja ini memberikan banyak hal tentang prosedur. Keuntungan lain adalah kesempatan belajar akan kerja team penelitian akan bermanfaat dimasa yang akan datang. Juga banyak hal yang dapat dipelajari dari anggota tim lain. Walau mempunyai keuntungan, kerja proyek kelompok juga mempunyai kekurangan, barangkali yang paling terlihat adalah hilangnya kesempatan untuk menemukan dan mengembangkan masalahnya sendiri. 3. Membaca literatur-literatur. Membaca dalam artian membaca yang terprogram dan sistimatis. Carlah referensi-referensi terbaru yang sesuai dengan studi kemudian seleksi 2 atau lebih buku referensi dan buatlah review bab-bab yang bersangkutan.5 Kegiatan membaca ini akan membantu mempersempit perhatian pada satu atau lebih sub topik yang khusus. 4. Meneliti teori-teori yang sudah ada. Secara sederhana teori adalah penjelasan peristiwa fisik maupun perilaku. Teori terdiri dari generalisasi (dalam ilmu-ilmu fisik disebut hukum) dan konstruk. Generalisasi adalah pernyataan hubungan antara 2

atau

lebih

peristiwa;

generalisasi

dapat

digunakan

untuk

memprediksi peristiwa. Misalnya, pernyataan bahwasanya tutor individu 5

mengakibatkan

prestasi

sekolah

meningkat

adalah

Nurgiyantoro, Metodelogi Penelitian Pendidikan,(Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press,2001),30

4

generalisasi. Bila generalisasi dianggap benar, maka kita dapat memprediksi bahwasanya seorang murid yang bila diberikan tutorial akan menunjukkan peningkatan dalam prestasi. Konstruk adalah sejenis konsep yang digunakan dalam penelitian ilmiah untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang memberikan elemen-elemen serupa. Contoh konstruk adalah motivasi, prestasi, kemampuan belajar, intelegensi dan nilai. Konstruk biasanya didefinisikan dalam istilah yang

operasional

yang

membutuhkan

pengukuran.

Misalnya

inteligensi didefinisikan dalam istilah skor yang berasal dari hasil test intelegensi.6 Menurut Nasution Masalah dapat dipilih berdasarkan pertimbangan pribadi dan praktis, misalnya: 1. Apakah masalah itu sesuatu yang baru, menarik serta menimbulkan rasa ingin tahu pada peneliti? 2. Apakah masalah itu sesuai dengan jurusan, kemampuan dan latar belakang pendidikannya? 3. Apakah masalah memerlukan alat-alat khusus dan kondisi kerja yang dapat dipenuhi oleh calon peneliti? 4. Apakah dengan metode tertentu dapat dikumpulkan data yang diperlukan? 5. Apakah calon peneliti dapat menaggung segala pembiayaannya? 6. Apakah calon peneliti dapat menyelesaikannya dalam waktu yang tersedia?

B. Pengumpulan Data Awal Sesuatu yang tidak bisa diabaikan oleh seorang peneliti selain cara mendapatkan data yang mendukung penelitian kita. Seperti juga polisi yang membutuhkan data lengkap si tersangka pembunuhan dengan berbagai cara dan metode dilakukan agar bisa menggali data verbal.7 Seperti kita ketahui kita tidak hanya sekedar melihat saja terhadap objek penelitian, tetapi 6 7

Ibid hal 70 Ibid hal 81

5

berhubungan dengan berbagai macam pendapat dan persepsi atas fenomena, keadaan dan peristiwa yang terjadi. Artinya saat terjadinya peristiwa pembunuhan, polisi harus mencari data-data sebagai sebuah modus operansi dan modus vivendi-nya dari pembunuhan tersebut, kapan terjadi, berapa luas modus dan berapa lama mereka merencanakan dan siapa yang menyuruh mereka membunuh. Akan tetapi mengamati bukan sekedar melihat objek tetapi didalamnya ada kegiatan penerimaan data dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya dan mencatatnya yang nantinya bias menjadi sebuah fakta yang menguatkan dugaan yang direkayasa oleh peneliti. Begitu juga fakta yang didapat polisi akan menjadi sebuah Data apabila fakta tersebut di rekam, dihitung diukur dan dicatatnya. Penggunaan istilah tersebut sering berbeda dengan pengertiannya. Yang dikumpulkannya adalah fakta sehingga menjadi data, tetapi pada umumnya lebih banyak digunakan istilah pengumpulan data, karena dianggap memiliki pengertian yang lebih luas karena menyangkut pula masalah penyajian data serta keterkaitannya dengan seluruh proses penelitian.8 Sehingga metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau proses yang sitematis dalam pengumpulan, pencatatan dan penyajian fakta untuk tujuan tertentu. Mengumpulkan data bukan pekerjaan nyaman dan terkadang sangat sulit mencari data tersebut, terkadang pencarian data diserahkan pada orang lain, sementara desain dan instrument penelitian, mengolah data dan mengambil kesimpulan yang dilakukan oleh si peneliti.Arti penting data bagi sebuah penelitian, sugiono[1] mengungkapkan ada dua hal yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian yaitu kualitas instrument penelitian dan kualitas pengumpulan data. Data dan tahapan pengumpulan data Data itu sendiri adalah subjek darimana data dapat diperoleh, atau bisa juga data diartikan sebagai sumber informasi yang bisa menguatkan fakta yang sedang diamati. diklasifikasikan 8

dalam

Untuk memudahkan makna dari data dapat tiga

tingkatan

data

yang

diungkapkan

Hartanto Rudy,Modul Metodelogi Penelitian, Universitas Diponegoro, Semarang,2003

6

oleh Suharsimi (2006) bisa berupa sumber yang berupa Person (sumber data berupa orang), Place (sumber data berupa tempat )dan Paper (sumber data berupa symbol). Selain data juga terdiri dari fakta, pendapat dan kemampuan. Dari metode pengumpulan data ini ada beberapa tahapan dalam pengumpulan data yaitu menyangkut : 1.

Perumusan tujuan pengumpulan data.

Tujuan pegumpulan data sangat tergantung pada tujuan dan metodologi penelitian,

khususnya

metodologi

analisa

data.

Secara

umum

pengumpulan data bertujuan untuk memperoeh fakta yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian. Begitu juga penentuan objek yang akan dikumpulkan datanya oleh latar belakang dari perumusan maslah riset, serta pemilihan contoh (sampling). namun demikian identitas objek pengaruh pada jenis data yang akan dikumpulkan, teknik dan alat bantu yang digunkan serta tahapan pengumpulan data.9 2.

Penentuan jenis data yang akan dikumpulkan.

Secara umum data dibagi dua kategori yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah nilai dari perubahan yang tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka,s ebaliknya data kuantitatif adalah nilai perubahan yang dapat dinyatakan dalam angka. Pandangan umum bahwa data kuantitatif merupakan kategori data yang lebih baik dan dan data kualitaif yang dinilai sering tidak pasti. Namun sebenarnya keduanya saling melengkapi, karena hanya dengan data kualitatif saja tidak akan memberikan informasi yang lengkap tanpa dukungan data kuantitatif yang jelas. Juga terkadang data kuantitatif sering kali tidak cukup untuk menggambarkan keadaan sebenarnya juka tida ditunjang oleh data kualitatif yang memadai.

9

Arikunto dan Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik, (Penerbit

PT.Asdi Mahasatia, Jakarta,2006) 111

7

Pembeda data lain sering digunakan data primer dan data sekunder. Data perimer adalah data yang diperoleh langsung oleh pengumpul data dari obejek penelitiannya. Sedang data sekunder adaah semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti. Dalam pengumpulan data primer, improvisasi peneliti terhadap objek penelitian sangat penting dilakukan, terutama untuk memperoleh informasi kualitatif yang melatar belakangi data kuantitatif yang diperoleh. Pengumpulan data primer tetap dapat dilakukan dengan menggunakan tenaga pembantu (enumerator), asalkan peneliti telah menghayati permasalahan yang dihadapi atau telah menemukan objek penelitiannya. Sedangkan pada data sekunder yang diperlukan hanyalah keadaan atau ada-tidaknya data itu sendiri.

Data lainnya ada istilah data kerat lintang (cross section) dan data deret waktu (Time series). Data kerat lintang (cross section) adalah data mengenai fakta-fakta yang terjadi pada waktu bersamaan yang dikumpulkan dari berbagai sumber, sedang data deret waktu (time series) adalah data mengenai fakta-fakata pada waktu berbeda dan umumnya dikumpulkan dari sumber yang sama.

3.

Menentukan teknik pengumpulan data yang akan digunakan.

Setiap jenis data yang dikumpulkan dengan menggunkan salah satu teknik pengumpulan data. Perbedaanya hanya dalam hal cara menghasilkan data yang dimaksud, terutama dalam hal hubungannya dengan pengolahan dan penyajian data. Banyak teknik yang sering digunakan para peneliti dari berbagai buku penelitian yang semuanya digunakan dengan berbagai kombinasi terbaik sehingga diharapkan mendapatkan data yang akurat dan bias dipercaya. a. Observasi langsung. b. Interview c. Pengisian daftar isian

8

d. Studi pustaka

4.

Menentukan alat bantu pengumpulan data

Pada dasarnya setiap teknik pengumpulan data memerlukan alat bantu yang berbeda. Beguitu juga penggunaan alat bantu sangat tergnatung pada tujuan penelitian dan jenis data yang akan dikumpulkan. Perkembangan teknologi penelitian memberikan dinamisasi dan fleksibilitas. Tapi secara umum alat bantu pengumpulan data dapat dikelompokan menjadi catatan penelitian, daftar pertanyaan, daftar ceklist.10

5.

Penyajian dan pengolahan data awal.

Data yang telah dikumpulkan perlu disusun terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Ahsul pengolahn dan analisis data pada tahaps elanjutnya akan disebut sebagai penyajian dan pengolahan data alkhir. Tujuan penyajian dan pengolahan data awal adalah untuk memperoleh data yang komprehnesif sesuai dengan tujuan riset. Hal itu diperlukan Karen adalm proses pengumpulan data, data untuk satu analisis dapat dikumpulkan dari berbagai sumber yang terpisah sehingga perlu dipadukan terlebih dahulu. Pengolahan awal juga dilakukan untuk membersihkan data dari kesalahankeslahan yang mungkin terjadi selama proses pengumpulan data,s eerti keslahan pencttatan, keslahah pentuan contoh. Terapdta beberpaa tahapan proses pengolahan data awal, antara lain penyusunan kategori untuk data kualitatif, pemberian ode dan penyusunan master table. 6.

Menyajikan data berkualitas yang telah dikumpulkan, Kualitas data yang diharapkan dari tahapan terakhir dari pengumpulan data.11

C. Searching Literature

10 11

Ibid hal 115 Suryabrata Sumadi, Metode Penelitian, (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 1993),75

9

Penelusuran informasi adalah mencari kembali informasi yang pernah ditulis orang mengenai topik tertentu, informasi tersebut terdapat dalam publikasi yang diterbitkan baik dalam maupun luar negeri. Penelusuran informasi sebagaimana dijelaskan oleh Marchioni yaitu sebuah kebutuhan hidup yang digunakan untuk merencanakan, mengambil tindakan dan melakukan apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan sebuah pemahaman yang dapat diterima oleh akal. Penelusuran informasi menjadi penting karena “ruh” atau “nyawa” dari sebuah layanan informasi dalam unit informasi atau perpustakaan adalah bagaimana memenuhi kebutuhan informasi yang diminta pemakai, bagaimana menemukan informasi yang diminta pemakai, dan bagaimana memberikan “jalan” kepada pemakai untuk menemukan informasi yang dikehendaki. Proses penelusuran informasi menjadi penting untuk menghasilkan sebuah temuan atau informasi yang relevan, akurat dan tepat. Proses dan penggunaan alat yang tepat akan menghasilkan informasi yang tepat pula. Tujuan dari kegiatan penelusuran informasi adalah untuk mendapatkan informasi literatur yang dibutuhkan oleh peneliti, pengambil kebijaksanaan dan pengguna lainnya dari dalam suatu kumpulan bahan pustaka atau dari suatu sistem penyimpanan informasi tertentu.12 Dari pola telusurnya, penelusuran dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: 1. Telusur dokumen: penelusuran dimulai dengan identifikasi dokumen atau sumber, baru dari sini dihasilkan informasi aktual. 2. Telusur informasi: penelusuran dimulai dengan informasi yang diperoleh dari bank data, kumpulan data, atau perorangan. Selain itu sebetulnya dilihat dari cara dan juga alat yang digunakan, maka penelusuran dapat pula dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: 1.Penelusuran Informasi Konvensional: penelusuran yang dilakukan dengan dan melalui cara-cara konvensional/manual seperti menggunakan kartu catalog, kamus, ensiklopedi, bibliografi, indeks, dan sebagainya.

12

Ibid hal 90

10

2.Penelusuran Informasi Digital: penelusuran yang dilakukan dengan dan melalui media digital atau elektronik seperti melalui OPAC (Online Public Access Catalog), Search Engine (di Internet), Database Online, Jurnal Elektronik, Reference Online, dan informasi lain yang tersedia secara elektronik/digital. Namun pada layanan penelusuran informasi, pembedaan tersebut seringkali diabaikan dikarenakan banyak pemakai yang memilih menggunakan berbagai cara untuk memperoleh apa yang dikehendaki. Bahkan seringkali terjadi penelusuran informasi menggunakan kombinasi dari perangkat penelusuran konvensional dan digital untuk mendapatkan data atau informasi setepat mungkin

D. Bentuk Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam sebuah proposal penelitian adalah hal paling mendasar. Rumusan masalah akan menjadi penentu apa bahasan yang akan dilakukan dalam penelitian tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah, kemudian akan dijawab dalam proses penelitian dan tertuang secara sistematis dalam laporan penelitian. Semua bahasan dalam laporan penelitian, termasuk juga semua bahasan mengenai kerangka teori dan metodologi yang digunakan, semuanya mengacu pada perumusan masalah. Oleh karena itu, ia menjadi titik sentral. Disinilah fokus utama yang akan menentukan arah penelitian. Ada beberapa para ahli mendefinisikan tentang rumusan masalah, diantaranya 1.

Menurut Pariata Westra bahwa “Suatu masalah yang terjadi apabila seseorang berusaha mencoba suatu tujuan atau percobaannya yang pertama untuk mencapai tujuan itu hingga berhasil.”

2.

Menurut Sutrisno Hadi “Masalah adalah kejadian yang menimbulkan pertanyaan kenapa dan kenapa”. Rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data bentuk-bentuk rumusan masalah

11

penelitian ini berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi (Sugiyono).13 Seperti telah dikemukakan bahwa rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini di kembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. Bentuk masalah dapat dikelompokkan kedalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif. a. Rumusan masalah Deskriptif Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable atau lebih ( variable yang berdiri sendiri ). Jadi dalam penelitian ini penelitian tidak membuat pernamdingan variable itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variable itu dengan variable yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. b. Rumusan Masalah Komparatif Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variable atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. c. Rumusan Masalah Asosiatif Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih.

Merumuskan masalah penelitaian ini dapat dilakukan dalam bentuk pernyataan (problema statement) dan juga dalam bentuk pertanyaan (research question). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perumusan masalah yaitu: 1. Dirumuskan secara jelas 2. Menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternaatif tindakan yang 13

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2017)

Hal. 58-63

12

akan dilakukan 3. Dapat diuji secara empiris 4. Menggandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan 5. Disusun dalam bahasa yang jelas dan singkat 6. Jelas cangkupannya 7. Memungkinkan untuk dijawab dengan mempergunakan metode atau teknik tertentu. Bentuk-Bentuk Rumusan Masalah Penelitian Seperti telah dikemukakan bahwa, rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi (level of explanation). Bentuk rumusan masalah dapat digambarkan seperti gambar berikut. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa rumusan masalah dikelompokkan menjadi bentuk yaitu: rumusan masalah deskriptif, komparatif, asosiati, dan komparatif asosiatif.14 e.

Rumusan

Masalah

Deskriptif

Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. Contoh

rumusan

1)

tinggi

Seberapa

masalah tingkat

kinerja

deskriptif: Kabinet

Bersatu?

2) Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri Berbadan

Hukum?

3) Seberapa tinggi efektivitas kebijakan mobil berpenumpang tiga di 14

Ibid hal 72

13

Jakarta? 4) Seberapa tinggi tingkat kepuasan dan apresiasi masyaraka terhadap pelayanan pemerintah daerah di bidang kesehatan? Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri (bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif) Peneliti yang bermaksud mengetahui kinerja “Kabinet Indonesia Bersatu”, sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hukum, efektivitas kebijakan mobil berpenumpang tiga, tingkat kepuasan dan apresiasi masyarakat terhadap pelayanan pemerintah di bidang kesehatan adalah contoh penelitian deskriptif. f.

Rumusan

Masalah

Rumusan

komparatif

adalah

Komparatif rumusan

masalah

penelitian

yang

membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.15 Contoh

Rumusan

masalahnya

adalah

sebagai

berikut.

1) Adakah perbedaan produktivitas kerja antara Pegawai Negeri, BUMN dan

Swasta?

(satu

variabel

pada

3

sampel)

2) Adakah kesamaan cara promosi antara perusahaan A dan B? 3) Adakah perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai Swasta Nasional, dan Perusahaan asing (dua variabel pada dua sampel). 4) Adakah perbedaan kenyamanan naik Kereta Api dan Bus menurut berbagai

kelompok

masyarakat.

5) Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari kota

dan

desa,

gunung?

(satu

variabel

pada

3

sampel).

6) Adakah perbedaan tingkat kepuasan masyarakat di Kabupaten A dan B

15

dalam

hal

pelayanan

kesehatan?

Muhammad Raj Teguh, Methodologi penelitian ekonomi, (Penerbit Raja Grafindo

persada, Jakarta,2001)130

14

7) Adakah perbedaan kualitas manajemen antara Bank Swasta dan Bank Pemerintah? 8) Adakah perbedaan kualitas lulusan antara Sekolah Bertaraf Nasional dan Bertaraf Internasional?

g.

Rumusan Masalah Asosiatif Rumusan masalah asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/resiprokal timbal balik.16 1) Hubungansimetris Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif, contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: a) Adakah hubungan antara banyaknya bunyi burung prenjak dengan tamu yang datang? Hal ini bukan berarti yang menyebabkan tamu datang adalah bunyi burung. (Di pedesaan Jawa Tengah ada kepercayaan kalau di depan rumah ada bunyi burung Prenjak, maka diyakini akan ada tamu, di Jawa Barat, kupu-kupu dan tamu). b) Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat manisnya

buah?

c) Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin? d) Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah

kejahatan?

e) Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan sepatu yang dibeli? 16

Widya Astuti A. Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Instrumen Penelitian. Lambung Pustaka Universitas Ngeri Yogyakarta. 2010. http://www. eprints.uny.ac.id

15

Contoh a.

judul

penelitiannya

adalah

sebagai

berikut.

Hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah

sepatu

yangterjual.

b. Hubungan antara tinggi badan dengan prestasi kerja di bidang pemasaran. c. Hubungan antara payung yang terjual dengan tingkat kejahatan. 2) HubunganKausal Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen

(dipengaruhi),

contoh:

a) Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja? b) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan nasional terhadap perilaku masyarakat? c) Seberapa besar pengaruh tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja karyawan? d) Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? Contoh judul penelitiannya: a. Pengaruh insentif terhadap disiplin kerja karyawan di departemen X. b. Pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja di Departemen X. Contoh pertama dengan satu variabel independen dan contoh kedua dengan dua variabel independen. 3) Hubungan

interaktif/resiprokal/timbal

balik

Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen, contoh: a. Hubungan antara motivasi dan prestasi. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.

16

b. Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.

h.

Rumusan

Masalah

Komparatif-Asosiatif

Rumusan masalah komparatif-asosiatif adalah rumusan masalah yang menanyakan perbandingan korelasi antara dua variabel atau lebih pada sampel atau populasi yang berbeda. Contoh: 1) Adakah perbedaan korelasi kualitas pelayanan dengan nilai penjualan

antara

di

Toko

A

dengan

Toko

B?

2) Adakah perbedaan pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin pegawai antara Lembaga Pemerintah dan Swasta? E. Kesesuaian rumusan masalah dengan tujuan penelitian Timbulnya permasalahan penelitian jika terdapat “kesenjangan antara teori (what should be) dengan kenyataan yang ditemui (what is). Berikut ini Signifikasi masalah penelitian: Perumusan masalah adalah langkah awal yang menjadi penentu untuk seorang

penyusun

masalah merupakan dikembangkan

mata sebuah

dalam

rantai

metodologi

petunjuk

penyusunan

selanjutnya. Perumusan

untuk

kerangka

teoritis

hipotesis,

termasuk

juga

yang tentang

bagaimana dikembangkannya sebuah hipotesa. Selain itu juga memberikan petunjuk

atau

arah

perumusan

hipotesa.

Memberikan

arah

dalam

operasionalisasi hipotesis penelitian, dengan begitu akan memperjelas variabel-variabel penelitian. Perumusan masalah juga memberikan petunjuk mengenai perancangan penelitian yang akan digunakan, baik yang terkait pada populasi atau subyek penelitian, sampai pengembangan metode atau pemilihan instrumen atau alat yang dipakai untuk mengukur penelitian.

17

Melalui perumusan penelitian yang baik, maka peneliti bisa mengetahui “prognosis” penelitian yang akan dikerjakan. Apakan sebuah penelitian tersebut bisa berjalan dengna lancar atau ada kendala. Dengan merumuskan masalah bisa diketahui konfirmasi kesesuaian judul dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Dengan perumusan masalah bisa diketahui seberapa jauh penelitian dilakukan berhubungan dengan orisinal serta bobot. Terdapat beberapa kriteria perumusan masalah yang adekuat, yang menyangkut 3 aspek, aspek tersebut adalah: formulasi,

aspek substansi, aspek

aspek

teknis.

Dalam aspek substansi atau yang disebut isi permasalahan terdapat 2 hal yang perlu untuk diperhatikan, yaitu: masalah nilai kegunaan atau bobot dan masalah orisinalitas. 1.

Masalah nilai kegunaan atau bobot. Bobot maslalah atau aktualitas setidaknya bisa didekati dengan cara melihat kegunaan atau manfaat 3 hal yaitu: apakah terjawabnya permasalahan, penelitian memiliki arti untuk perkembangan

kegunaan

teoritik

atau

substansi

ilmu,

penelitian

mempunyai kegunaan praktis dan memiliki arti untuk perkembangan metodologis. 2.

Masalah orisinalitas penelitian itu maksudnya suatu permasalahan penelitian yang belum terjawab teori ataupun penelitian yang sudah pernah dilakukan. Tentang aspek formulasi rumusan masalah penelitian terdapat 2 hal yaitu: 1.

Hendaknya rumusan masalah penelitian diajukan dalam bentuk

pernyataan yang akurat, tajam dan jelas, menyangkut inti dari suatu permasalahan yang dihendaki. 2.

Rumusan mempermasalahkan hubungan antara 2 variabel atau

lebih, tetapi kriteria ini sifatnya tidak mutlak.

18

Dari segi teknis, butuh diperhatikan masalah layaknya suatu penelitian tersebut. Maksudnya yaitu apakah mungkin sebuah permasalahan yang dirumuskan bisa terjawab secara empirik, sehingga dalam menjawab pertanyaan tersebut dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan berikut ini: 1.

Pertimbangan peneliti, maksudnya yaitu tentang bekal pengetahuan dasar yang berhubungan dengan objek penelitian yang dijalani, terdapat motivasi, adanya waktu yang memadai, serta keterampilan peneliti.

2.

Pertimbangan metodologi, artinya yaitu sejauh manakah pemahaman secara teoritik serta kemampuan dalam bidang metodologi yang telah dikuasai oleh seorang peneliti.

3.

Pertimbangan adanya prasarana atau fasilitas penelitian, yang terdiri dari bahan, peralatan, biaya dan lain-lain. Tetapi dalam perumusan masalah perlu untuk diperhatikan yaitu sering terjadinya beberapa kesalahan, yang bisa membuat permasalahan dalam penelitian sulit untuk dipecahkan, diantaranya yaitu: masalah yang terlalu luas, masalah yang terlalu sempit, dan masalah yang mengandung prasangka,

emosi

serta

usnur-unsur

yang

bukan

ilmiah.

Signifikasi Masalah Penelitian 1.

Rumusan masalah penelitian adalah langkah awal di dalam penyusunan matarantai

metodologi

selanjutnya.

(dasar

penyusunan

hipotesis,

rancangan penelitian yang digunakan, sampel, populasi, teknik analisa data dan instrumen pengumpulan data). 2.

Melalui rumusan masalah maka peneliti bisa mengetahi “prognosis”, yaitu apakah penelitian yang dikerjakan bisa berjalan dengan lancar ataukah tidak, memperkirakan kendala atau hambatan dalam menjalankan penelitian.

3.

Dasar dalam melakukan konfirmasi pada kesesuaian judul serta tujuan dalam penelitian. Dasar dalam mengetahui nilai guna atau bobot serta tingkat orisinilitas suatu penelitian

19

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Hal. 58-63 Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyanto, Agus. 2009. “Jenis-jenis masalah penelitian”(http://mulyanto.blogdetik.com) Arikunto dan Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik. Penerbit PT.Asdi Mahasatia. Jakarta Hartanto Rudy. 2003. Modul Metodelogi Penelitian. Laboratorium Biometrika Fakultas

Peternakkan

Universitas

Diponegoro.

Semarang

.

http://eprints.undip.ic id Suryabrata Sumadi. 1993. Metode Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Muhammad Raj Teguh. 2001. Methodologi penelitian ekonomi. Penerbit Raja Grafindo persada. Jakarta Widya Astuti A. 2010. Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Instrumen Penelitian. Lambung Pustaka Universitas Ngeri Yogyakarta. http://www. eprints.uny.ac.id

20

Related Documents


More Documents from ""

F.p.i.docx
August 2019 21
Artikel.docx
May 2020 9
Nahwu Tutut.docx
June 2020 12
3eab6000.xlsx
April 2020 7
Cover Makalah.docx
June 2020 12