1
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A. Latar Belakang Masalah Filsafat pendidikan Islam merupakan bagian dari ilmu filsafat yang menjadi disiplin ilmu tersendiri.Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Dalam pendekatannyapun
filsafat pendidikan islam juga meliputi
masalah – masalah yang berhubungan dengan sistem pendidikan islam itu sendiri. Secara garis besar pendekatan dalam Filsafat Pendidikan Islam mencakup kajian dan pembahasan mengenai, diantaranya: pendekatan ontologis, epistemologis, dan aksiologis . Untuk itulah penulis menganggap penting untuk melakukan kajian terhadap “Filsafat Pendidikan Islam” terutama mengenai pengertian dan pendekatan filsafat pendidikan islam tersebut.sehingga dari itu kita akan mengetahui apa manfaat yang dapat kita ambil/ kita petik setelah kita mempelajari filsafat pendidikan islam. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami bahas adalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian dari Filsafat Pendidikan islam ? 2. Bagaimana pendekatan yang ada dalam Filsafat Pendidikan islam ? 3. Manfaat apa yang dapat kita ambil setelah mempelajari Ilmu Filsafat Pendidikan Islam ? C. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam Filsafat Pendidikan Islam mengandung 3 (tiga) komponen kata, yaitu filsafat, pendidikan dan Islam. Untuk memahami pengertian Filsafat Pendidikan Islam akan lebih baik jika dimulai dari memahami makna masingmasing komponen kata untuk selanjutnya secara menyeluruh dari keterpaduan ketiga kata tadi dengan kerangka pikir sebagai berikut:
2
1. Filsafat Kata “filsafat” berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani philein atau philos artinya cinta dan sofein, sophi atau Sophia artinya kebijaksanaan.
Dengan
demikian,
filsafat
dapat
diartikan
cinta
kebijaksanaan. Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti Love of wisdom (cinta akan kebijakan). Orang yang berfilsafat bertujuan agar ia menjadi orang yang mengerti dan berbuat secara bijak. Harun Nasution mengatakan, kata falsafat berasal dari bahasa Arab falsafa dengan wazan (timbangan) fa’lala, fa’lalah dan fi’lah.Kata benda dari falsafah adalah filsafat dan filsaf. Dalam perspektif Islam, filsafat merupakan upaya untuk menjelaskan cara Allah menyampaikan kebenaran atau yang haq dengan bahasa yang rasional. Marimba mengatakan, berfilsafat ialah berfikir, memecahkan suatu masalah, mencari jawaban tentang sesuatu dengan jalan berfikir mencari kebenaran.1 Filsafat dapat diartikan sebagai pola berfikir dengan ciri-ciri tertentu, yakni kritis, sistematis, logis, kontemplatif, radikal, dan spekulatif. Filsafat merupakan semacam kritik penuh estetik yang tidak pernah mau membatasi
diri.
destruktifsekaligus
Bahkan,
terkadang
penuh
dengan
rekonstruktif. Pendefinisian ini
pemikiran
menggambarkan
kesejatian filsafat yang tidak memuaskan dirinya sendiri melainkan menantang dialektika yang tidak berujung pangkal. Oleh karena itu, dalam setiap pengembaraan filsafat akan ditemukan berbagai pandangan yang tingkat deferensiasinya sangat tinggi dan luas. Tidak ada kata “pasti”. Semuanya serba “mungkin” dan kemungkinan filosofinya serba pasti sebagaimana kepastiaanya yang serba mungkin.2 Secara istilah, filsafat mengandung banyak pengertian sesuai sudut pandang para ahli, diantaranya:
1
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, 1962 ,Bandung: AlMa’arif, hal. 14 2 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, 2009,Bandung: Pustaka Setia,hal. 9
3
a. Menurut Plato ialah “pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli.” b. Menurut Aristoteles mengartikan filsafat sebagai “ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik, dan estetika.” c. Menurut Al-Farabi memaknai filsafat sebagai “pengetahuan tentang hakikat sebagai yang sebenarnya”. Immanuel Kant mengartikan filsafat sebagai “pengetahuan yang menjadi pangkal pokok segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya: apa yang dapat diketahui (metafisika), apa yang seharusnya diketahui (etika), sampai di mana harapan kita (agama), apa itu manusia (antropologi).” d. Menurut Prof. Dri . Harun Nasution, filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata philein dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmat(wisdom). Orang arab memindahkan kata Yunani philosopia kedalam bahasa mereka dengan menyesuaikannya dengan tabiat susunan kata-kata Arab , yaitu Falsafa dengan pola fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian kata benda dari kata kerja falsafa seharusnya menjadi menjadi falsafah atau filsaf.3 2. Pendidikan Orang-orang Yunani, lebih kurang 600 tahun SM, telah menyatakan bahwa pendidikan ialah uasaha membantu manusia menjadi manusia. Ada dua kata yang penting dalam kalimat itu, pertama “membantu” dan kedua “manusia”. Manusia perlu dibantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi manusia bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan. Itu menunjukkan bahwa tidaklah mudah menjadi manusia. Karena itulah sejak dahulu banyak manusia gagal menjadi manusia. Jadi, tujuan mendidik ialah me-manusia-kan manusia. Agar
3
Zuhairini,dkk, Filsafat Pendidikan Islam,1995.Jakarta:Bumi Aksara)Hal.3
4
tujuan itu dapat dicapai dan agar program dapat disusun maka cirri-ciri manusia yang telah menjadi manusia itu haruslah jelas.4 Pengertian pendidikan menurut para ahli : a. Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan pengertian secara luas. Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaanya. Dalam arti luas, pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam GBHN 1973 dikemukakan pengertian pendidikan bahwa, “pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan
kepribadian
dan
kemampuan
manusia,
yang
dilaksanakan didalam maupun diluar sekolah, dan berlangsung seumur hidup”.5 b. Soegarda Poerwakawatja menguraikan bahwa pengertian pendidikan dalam arti yang luas sebagai semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, dan keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkan generasi muda agar dapat memahami fungsi hidupnya, baik jasmani maupun rohani. Upaya ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kedewasaan dan kemampuan anak untuk memikul tanggung jawab moral dari segala perbuatannya. Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang bertujuan. Dan tujuan dari proses perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan, dari kepribadian manusia. Dengan demikian, jelaslah bahwa pengertian pendidikan itu erat kaitannya dengan masalah yang dihadapi dalam kehidupan manusia.6 4
Ahmad Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam,2010.Bandung: PT Remaja Rosdakarya),hal.33 5 Uyoh Sadulloh,Pengantar Filsafat Pendidikan,2014.Bandung: Alfabeta,hal. 54-56 6 Jalaluddin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan,2013. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,hal.8
5
c. Nasih & kholidah mengemukakan, dalam khazanah pemikiran Islam ada tiga istilah yang berhubungan dengan makna pendidikan, yaitu: 1) Ta’lim, ini
mengandung
pengertian
proses
transfer
seperangkat
pengetahuan kepada anak didik. Konsekuensinya, yang menjadi titik tekan kata ta’lim ini adalah ranah kognitif. 2) Ta’dib, kata ini biasanya merujuk pada proses pembentukan kepribadian anak didik, orientasi ta’dib ini lebih terfokus pada pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mulia. Orientasi ta’dib lebih banyak kepada ranah afektif dibanding kognitif dan psikomotorik. 3) Tarbiyah, memiliki arti mengasuh, bertanggung jawab, member makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, menumbuhkan, dan memproduksi serta menjinakkan, baik yang mencakup aspek jasmaniah maupun rohaniah. Makna tarbiyah mencakup semua aspek,
yaitu
aspek
kognitif,
aspek
afektif
maupun
aspek
psikomotorik secara harmonis dan integral.7
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu aktivitas yang menempatkan manusia sebagai subyeknya, dimana aktivitas ini berkaitan dengan transformasi ilmu pengetahuan yang diarahkan pada pembentukan kepribadian secara fisik maupun non-fisik. Ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang sudah digariskan oleh undangundang Sisdiknas untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusiayang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
7
Ahmad Munjin Nasih&Lilik Nurkolidah, Metode Dan Teknik Pembelajaran Agama Islam, 2009.Bandung: Refika Aditama, hal. 5
6
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 3. Islam Islam dilihat dari dua sudut pengertian, pertama dari makna kata etimologi, kedua dari kata Islam sebagai agama Allah. Secara etimologi islam memiliki sejumlah derivasi atau kata turunan diantaranya: a. Aslama, berarti menyerahkan diri, taat, tunduk dan patuh. b. Salima, berarti selamat, sejahtera, sentosa,bersih dan bebas dari cacat atau cela. c. Salam, berarti damai, aman dan tenteram. Sedangkan Islam secara umum diartikan sebagai nama agama Allah. Merujuk kepada makna di atas maka islam sebagai agama Allah, mengandung pengertian pengakuan kepada Allah dengan tunduk dan patuh menjalankan kewajiban-kewajiban yang diajarkan oleh rasulnya. Dalam pemikiran kefilsafatan, Islam juga memiliki kerangka pemikiran tersendiri meski diakui bahwa umat islam berhutang budi kepada para pemikir yunani antara agama dan filsafat tidak terdapat pertentangan. Wahyu pada akhirnya dibenarkan oleh akal karena keduanya memang sama-sama menyelidiki dan mencari kebenaran. Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam dapat diartikan sebagai pelaksanaan pandangan dan kaidah pemikiran filosofis dalam pengalaman masyarakat muslim yang disebut pendidikan, dimana kaidah pemikiran filosofis yang bersumber dari nilainilai ajaran islam. Jalaluddin lebih lanjut mengatakan filsafat pendidikan islam juga dapat diartikan sebagai gagasan tentang pelaksanaan pendidikan islam yang bersumber dari nilai-nilai ajaran islam, atau penerapan pemikiran filosofis tentang pendidikan islam yang diterapkan. D. Pendekatan Dalam Filsafat Pendidikan Islam Filsafat pendidikan Islam merupakan pengetahuan yang memperbincangkan masalah-masalah pendidikan Islam. Ada tiga pendekatan dalam filsafat pendidikan islam, yaitu:
7
1. Ontologi Pendidikan Islam Ontologi
terdiri
dari
dua
suku
kata,
yakni ontos dan logos.
Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Dalam konsep filsafat ilmu Islam, segala sesuatu yang ada ini meliputi yang nampak dan yang tidak nampak (metafisis). Metafisika sebagai cabang filsafat mengenai kenyataan (realitas) berusaha mencari hakikat sesuatu. Karena usahanya mencari hakikat, maka timbullah ilmu-ilmu keagamaan atau ketuhanan, dan yang berhubungan dengan masalah apa. Ontologi pendidikan Islam membahas hakikat substansi dan pola organisasi pendidikan Islam. Secara ontologis, Pendidikan Islam adalah hakikat dari kehidupan manusia sebagai makhluk berakal dan berfikir. Jika manusia bukan makluk berfikir, tidak ada pendidikan. Selanjutnya pendidikan sebagai usaha pengembangan diri manusia, dijadikan alat untuk mendidik.8 Kajian ontologi ini tidak dapat dipisahkan dengan Sang Pencipta. Allah telah membekalkan beberapa potensi kepada kita untuk berfikir. Pertanyaan selanjutnya apakah sebenarnya hakekat pendidikan Islam itu? Apakah pendidikan mesti diadakan dan diyakini sebagai sesuatu hal yang penting bagi hidup manusia? Dengan demikian secara ontologis pemahaman terhadap pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan dengan Allah selaku Pencipta manusia. Karena pendidikan Islam ditujukan pada terbentuknya kepribadian Muslim yang dapat memenuhi hakikat penciptaannya, yakni menjadi Pengabdi Allah. 2. Epistemologi Filsafat Pendidikan Islam Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara memperolehnya. Dengan kata 8
Op.cit,hal.18
8
lain, epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang menyoroti atau membahas tentang tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan. Dunia manusia nyaris selalu menjadi dunia pendidikan. Dalam pengertian ini, dunia senantiasa mengakui pendidikan adalah sesuatu hal yang penting. Hal ini didasarkan pada beragam tujuan nilai, termasuk salah satunya yang utama adalah tujuan-tujuan etis: untuk membuat manusia manjadi lebih baik. Pandangan ini kemudian dilengkapi dengan berbagai penjelasan bahwa pendidikan kemudian mempercayai instrument utama guna mendidik manusia. Pendidikan mempercayai bahwa dengan membuat manusia menjadi berpengetahuan akan menjadi baik. Dari pendapat tersebut, terdapat pandangan yang mengatakan bahwa tanpa pengetahuan, dunia manusia tidak akan pernah sungguh-sungguh mampu berdiri menjadi dunia. Sebaliknya ia akan menjadi ruang lengang, tempat ribuan pasang mata hidup dalam situasi yang begitu mati dan tanpa nyala apapun. Hanya saja sepanjang itu kita nyaris tidak pernah menelisik lebih jauh dan mencoba kritis, dengan bertanya benarkah pengetahuan dapat membuat manusia menjadi baik? Benarkah pengetahuan dapat membentuk manusia menjadi spesies yang bermoral? Jika memang pengetahuan mampu melakukan keajaiban itu, apa sebenarnya yang dimiliki oleh pengetahuan hingga ia dapat mengubah manusia yang jahat menjadi manusia baru yang baik? Epistemologi disebut juga sebagai teori pengetahuan, yakni cabang filsafat yang membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumber pengetahuan. Menyimak dari pernyataan tersebut maka dalam pendidikan Islam harus mengetahui pendekatan dan metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk membangun pengetahuan tentang pendidikan Islam diantaranya sebagai berikut: a. Pendekatan pengalaman yaitu pemberian pengalaman kegamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.Syaiful
9
Bahri Djamrah menyatakan bahwa pengalaman yang dilalui seseorang adalah guru yang terbaik. b. Pendekatan pembiasaan yaitu suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja yang ada kala tanpa dipikirkan. c. Pendekatan emosional ialah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk. d. Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan menggunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. e. Pendekatan fungsional adalah usaha memberikan materi agama dengan menekankan kepada segi kemanfaatn pada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkat perkembangannya. f. Pendekatan ketauladanan adalah memperlihatkan ketauladanan,baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab ntara personal sekolah, perilaku pendidikan dan perilaku pendidik yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah ketauladanan.9 3. Aksiologi Filsafat Pendidikan Islam Aksiologi
adalah
istilah
yang
berasal
dari
kata
Yunani
yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar dan logos yang berarti ilmu.Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Kemudian Muzayyin Arifin memberikan definisi aksiologi sebagai suatu pemikiran tentang masalah nilai- nilai termasuk nilai tinggi dari Tuhan, misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai keindahan (estetika). Menurut Notonegoro, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian. 9
Ramayulis dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, 2009.Jakarta: Kalam Mulia,hal. 210
10
1. Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia. 2. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. 3. Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.Nilai kerohanian meliputi: a) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia; nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia; b) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia; c) Nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia. Di dalam ajaran Islam merupakan perangkat sistem nilai yaitu pedoman hidup secara Islami, sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Aksiologi Pendidikan Islam berkaitan dengan nilai-nilai, tujuan, dan target yang akan dicapai dalam pendidikan Islam. Nilai-nilai tersebut harus dimuat dalam kurikulum pendidikan Islam, diantaranya: 1) Mengandung petunjuk Akhlak 2) Mengandung upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia dibumi dan kebahagiaan di akherat. 3) Mengandung usaha keras untuk meraih kehidupan yang baik. 4) Mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat. Tujuan utama pendidikan Islam adalah untuk mendapatkan Ridha Allah SWT. Dengan pendidikan Islam, diharapkan lahir individu-indidivu yang baik, bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat bagi diri, keluaga, masyarakat, negara dan ummat manusia secara keseluruhan. Meraih kebahagiaan dunia dan akherat. Beberapa indikator dari tercapainya tujuan pendidikan islam dapat dibagi menjadi tiga tujuan mendasar, yaitu:
11
1) Tercapainya anak didik yang cerdas. Ciri-cirinya adalah memiliki tingkat kecerdasan intelektualitas yang tinggi sehingga mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun membantu menyelesaikan masalah orang lain yang membutuhkannya. 2) Tercapainya anak didik yang memiliki kesabaran dan kesalehan emosional, sehingga tercermin dalam kedewasaan menghadapi masalah di kehidupannya. 3) Tercapainya anak didik yang memiliki kesalehan spiritual, yaitu menjalankan
perintah
Allah
dan
Rasulullah
SAW.
Dengan
melaksanakan rukun Islam yang lima dan mengejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya menjalankan shalat lima waktu, menjalankan ibadah puasa, menunaikan zakat, dan menunaikan haji ke Baitullah. Memberi label “penting “ pada sesuatu hal tentu saja bukan sesuatu hal yang sulit dilakukan, terutama jika pemberian itu dilakukan tanpa pertimbangan etika. Kita bahkan dapat memberi label “ penting” padahal yang paling sepele dan paling remeh atau sebaliknya memberi label pada sesuatu hal yang teremeh sebagai sesuatu hal yang kemudian dianggap penting. Dalam pemberian label ini kualifkasi apapun sesungguhnya tidak boleh dilakukan secara sembarangan atau tanpa didasarkan pada pemahaman-pemahaman menyeluruh dan mendasar pada kualitas-kualitas situasi-situasi yang meliputi sesuatu yang dikualifikasikan tersebut. Dalam pengertian ini jika kita menganggap sesuatu hal sebagai sesuatu yang demikian, secara serta merta kita mesti pula telah memahami dengan baik apa, mengapa, dan bagaimananya suatu hal tersebut dapat kita anggap sebagai sesuatu hal yang begitu penting. Hal ini tidak hanya berlaku pada satu hal, tetapi berlaku pada apapun, termasuk salah satunya pada pendidikan.10 10
Teguh Wangsa Gandhi HW, Filsafat Pendidikan, 2011. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, hal.106
12
E. Manfaat Mempelajari Ilmu Filsafat Pendidikan Islam Setiap ilmu sudah pasti memiliki kegunaan termasuk juga ilmu filsafat pendidikan Islam. Menurut Omar Mohammad al-Taomy al- Syaibany mengemukakan tiga manfaat dari mempelajari filsafat pendidikan Islam tersebut11 sebagai berikut: 1. Filsafat pendidikan itu dapat menolong para perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap sistem pendidikan. Disamping itu, ia dapat menolong terhadap tujuan-tujuan dan fungsi-fungsinya serta meningkatkan mutu penyelesaian masalah pendidikan dan peningkatan tindakan, pelaksanaan pendidikan, cara mengajar dan keputusan termasuk rancangan-rancangan pendidikan mereka. 2. Filsafat pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap persoalan yang perlu bagi setiap pengajaran yang baik. Dalam pengertian yang terbaru, penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, institusi-institusi pendidikan secara umum untuk mendidik angkatan baru dan warga negara dan segala yang berkaitan dengan itu. 3. Filsafat pendidikan Islam akan menolong dalam memberikan pendalaman pikiran bagi faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik di negara kita. Berdasarkan pada kutipan diatas timbul kesan bahwa kegunaan dan fungsi filsafat pendidikan Islam adalah sebagai acuan dalam memecahkan berbagai persoalan dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena yang diselesaikan filsafat pendidikan Islam itu adalah bidang filosofinya yang menjadi akar dari setiap permasalahan kependidikan. Sehingga mereka akan memiliki sandaran dan rujukan intelektual yang
11
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hal.17
13
berguna untuk membela tindakan-tindakannya dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba, bahwa filsafat pendidikan dapat menjadi pegangan pelaksanaan pendidikan yang menghasilkan generasi-generasi baru yang berkepribadian muslim. Selain itu juga dapat mendukung pengembangan konsep filsafat pendidikan Islam itu sendiri. Dengan demikian pendapat ini lebih mengorientasikan filsafat pendidikan pada upaya mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh Prof. Mohammad Athiyah Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu : Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan. 12 Dan selanjutnya, Muzayyin Arifin menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam itu seharusnya bertugas dalam 3 dimensi, yakni: 12
Ibid
14
a. Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan yang berdasarkan Islam b. Melakukan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan pendidikan tersebut c. Melakukan evaluasi terhadap metode yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut Dengan demikian, jika dijumpai permasalahan yang terdapat dalam bidang pendidikan, maka cara penyelesaiannya yang ideal dan komprehensif harus dimulai dari tinjauan filosofisnya, karena pemecahan yang ditawarkan filsafat pendidikan ini sifatnya menyeluruh, komprehensif, mendasar, dan sistematis, sebagaimana hal itu menjadi ciri khas dari pemikiran filsafat.13
13
Op.cit,hal.18
15
F. Peta Konsep
16
G. Penutup 1 . Kesimpulan Ada tiga istilah yang digunakan dalam filsafat pendidikan Islam, yaitu:a.) Filsafat, merupakan upaya untuk menjelaskan cara Allah menyam-paikan kebenaran atau yang haq dengan bahasa yang rasional. b.) Pendidikan, merupakan suatu aktivitas yang menem-patkan manusia sebagai subyeknya, dimana aktivitas ini berkaitan dengan transformasi ilmu pengetahuan yang diarahkan pada pembentukan kepribadian secara fisik maupun non-fisik. c.) Islam, diartikan sebagai nama agama Allah. Merujuk kepada makna di atas maka islam sebagai agama Allah, mengandung pengertian pengakuan kepada Allah dengan tunduk dan patuh menjalankan kewajiban-kewajiban yang diajarkan oleh rasulnya. Ada tiga pendekatan dalam filsafat pendidikan islam yang merupakan sifat kritisnya, yakni a.) Ontologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan Islam. b.) Epistemologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat objek formal dan materi ilmu pendidikan Islam. c.) Aksiologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan Islam. Menurut Omar Mohammad al-Taomy al- Syaibany mengemukakan tiga manfaat dari mempelajari filsafat pendidikan Islam tersebut sebagai berikut: a.) Filsafat pendidikan itu dapat menolong para perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap sistem pendidikan. b.) Filsafat pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap persoalan yang perlu bagi setiap pengajaran yang baik. c.) Filsafat pendidikan Islam akan menolong dalam memberikan pendalaman pikiran bagi faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik di negara kita.
17
2. Saran Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.