Gambaran Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Kasus Syndrom Dispepsia Melalui Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga ( Herbal) Rimpang Kunyit

  • Uploaded by: Eko Hartono Abdullah Soetrisno
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gambaran Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Kasus Syndrom Dispepsia Melalui Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga ( Herbal) Rimpang Kunyit as PDF for free.

More details

  • Words: 34,839
  • Pages: 174
GAMBARAN PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KASUS SYNDROM DISPEPSIA MELALUI PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA ( HERBAL) RIMPANG KUNYIT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAJENANG I KABUPATEN CILACAP TAHUN 2005

SKRIPSI Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana Pada Jurusan Ilmu Keperawatan STIK YPT Bina Putera Banjar

EKO HARTONO NPM. 4102010032

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPT BINA PUTERA BANJAR 2005

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian Tanaman obat keluarga ( herbal) adalah tumbuhan yang biasa ditanam, diolah dan digunakan oleh keluarga sebagai obat, dan khasiatnya dalam mengurangi/ mengobati keluhan penyakit telah diketahui lewat penelitian atau secara turun temurun dari nenek moyang. Salah satu tanaman obat keluarga yang sering digunakan untuk mengurangi keluhan penyakit saluran pencernaan khususnya syndrom dispepsia adalah rimpang kunyit ( Thomas, 1989). Rimpang kunyit berasal yang dari suku temu-temuan, rimpang kunyit merupakan akar kunyit yang berbentuk bulat panjang dan membentuk cabang akar berupa batang yang berada didalam tanah, terdiri dari rimpang induk dan cabang rimpang, dimana khasiatnya dalam mengurangi/ mengobati keluhan penyakit saluran pencernaan telah diketahui secara turun temurun dari nenek moyang dan telah diketahui khasiatnya lewat penelitian ( Winarto, 2003). Pentingnya pemanfaatan tanaman obat keluarga ditempat pelayanan kesehatan formal ( Puskesmas) dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan termuat dalam SKN pada Bab VII. Yang mengungkapkan bahwa “Pengembangan dan peningkatan tanaman obat keluarga ( obat tradisional) ditujukan agar diperoleh tanaman obat keluarga yang bermutu tinggi, aman,

memiliki khasiat yang nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal”. Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal diwilayah kerja tertentu ( Muninjaya, 1999). Puskesmas dalam mengembangkan misinya tidak akan lepas dari masyarakat dan keluarga. Masyarakat menurut Linton adalah setiap kelompok manusia

yang

telah

lama

hidup

bekerjasama

sehingga

dapat

mengorganisasikan diri dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Sedangkan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan ( Depkes, 1988). Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat, harus mampu menyelesaikan

tugas-tugasnya

dalam

mengoptimalisasi

fungsi-fungsi

keluarga. Adapun tugas keluarga menurut Freeman diantaranya mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat, memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit yang tidak dapat membantu diri karena

cacat atau usianya terlalu muda, mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan ( Bachtiar, 2005). Perawat dalam mengoptimalkan tugas keluarga tersebut dapat memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada, salah satunya yaitu tanaman obat keluarga rimpang kuyit yang biasa digunakan keluarga dalam memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang mengalami gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia, pada penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga ( penulis). Menurut penelitian pada percobaan klinis efek rimpang kunyit pada syndrom dispepsia dilakukan terhadap 10 pasien, obat diberikan secara oral dalam bentuk kapsul dengan dosis 500 mg diminum empat kali sehari setengah sampai satu jam sebelum makan dan sebelum tidur. Syndrom dispepsia tersembuhkan pada 5 pasien dalam 4 minggu dan 5 pasien dalam 412 minggu. Pada studi kasus lain setelah 12 minggu pengobatan pada sakit perut akibat tukak lambung, 88% pasien memperlihatkan perbaikan dan satu kasus tersembuhkan ( Lucie Widowati, 1999). Menurut literature Kurkuminoid yang terkandung

dalam rimpang

kunyit mempunyai khasiat sebagai anti oksidan sehingga mampu melindungi sel-sel hati dari pengaruh zat-zat toksik, menurunkan kadar kolesterol total, dan antibakteri terhadap Escherichia coli maupun Pseudomonas aeruginosa

sehingga mampu mengurangi rasa nyeri pada gangguan sistem pencernaan. Sedangkan minyak astirinya dapat meningkatkan nafsu makandan dapat mengurangi penumpukan gas dalam lambung ( Djoko Hargono, 2002). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti diwilayah kerja Puskesmas Majenang I, kebanyakan pasien yang menderita syndrom dispepsia sebelum masuk kepelayanan kesehatan mereka biasa menggunakan ramuan tanaman obat keluarga ( ramuan obat tradisional), dan salah satu tanaman obat keluarga tersebut adalah rimpang kunyit. Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien yang datang kesalah satu Balai Pengobatan diwilayah kerja Puskesmas Majenang I pada bulan Januari, dari empat pasien dengan kasus syndrom dispepsia yang biasa menggunakan tanaman obat keluarga ( herbal) rimpang kunyit yang belum memahami aturan minum, penyakit yang mereka derita bukan malah bertambah baik malah semakin parah. Sedangkan menurut penelitian dan literature, tanaman obat keluarga ( herbal) rimpang kunyit mampu mengurangi bahkan menyembuhkan penyakit syndrom dispepsia. Berdasarkan data Sistem Pelaporan Terpadu Puskesmas ( SPTP) yang dikutip dari data profil Kabupaten Cilacap tahun 2003 angka kejadian kesakitan di Kabupaten Cilacap yang diperoleh dari 35 Puskesmas diketahui bahwa secara keseluruhan berjumlah 455.846 kasus, kasus gangguan sistem pencernaan masuk dalam 10 besar angka kejadian kesakitan untuk tingkat Kabupaten Cilacap, dengan prosentase 5,56 % ( 25.351 kasus).

Dari hasil pengamatan peneliti di Puskesmas dari sekian banyak kasus gangguan sistem pencernaan, kebanyakan pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa yang bisa akut atau kronik, keluhan tersebut sesuai dengan pengertian syndrom dispepsia menurut Djojoningrat ( 2001). Data angka kejadian penyakit di Puskesmas Majenang I dari bulan Oktober 2004 sampai Desember 2004, menunjukan bahwa pasien yang mempunyai keluhan tersebut diatas masuk dalam 5 besar data penyakit terbanyak, yang berjumlah 327 kasus atau 6,85 % dari 4772 kasus dan yang paling banyak pada usia 15-44 tahun dengan jumlah 174 kasus. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk memanfaatkan tanaman obat keluarga ( herbal) rimpang kunyit dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia di wilayah

kerja

Puskesmas Majenang I.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia melalui pemanfaatan tanaman obat keluarga ( herbal) rimpang kunyit di wilayah kerja Puskesmas Majenang I”.

C. Tujuan Penelitian Melihat gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia melalui pemanfaatan tanaman obat keluarga ( herbal) rimpang kunyit di wilayah kerja Puskesmas Majenang I. D. Manfaat Penelitian 1. Peneliti a. Sebagai

bahan

pembelajaran

dalam

penatalaksanaan

asuhan

keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia dan mampu memanfaatkan sumberdaya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga ( herbal) rimpang kunyit. b. Meningkatkan sumberdaya peneliti dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga. 2. Profesi keperawatan a. Menambah kekayaan ilmu keperawatan khususnya ilmu keperawatan keluarga. b. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi perawat keluarga dalam melakukan penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga agar dapat memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada. 3. Institusi pendidikan a. Sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit dalam

penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia. 4. Institusi pelayanan kesehatan a. Mendapatkan

gambaran

penatalaksanaan

asuhan

keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia dengan memanfaatkan tanaman obat keluarga rimpang kunyit di wilayah kerja Puskesmas Majenang I.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1.

Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas) Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan

terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal diwilayah kerja tertentu ( Muninjaya, 1999). Misi Puskesmas sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat ( Centre for health development), dilakukan melalui berbagai upaya diantaranya meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pengadaan peralatan dan obat-obatan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat,

sistem

rujukan,

dan

peningkatan

peran

serta

masyarakat ( Muninjaya, 1999). Peningkatan peran serta masyarakat sebagai salah satu upaya Puskesmas untuk mewujudkan misinya, dapat dilakukan dengan cara memandirikan masyarakat dan keluarga dalam bidang kesehatan. Memandirikan masyarakat melalui perawatan kesehatan masyarakat

( perkesmas) dan memandirikan keluarga melalui penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Sebab dalam asuhan keperawatan keluarga,

keluarga

dituntut

mandiri

melalui

peningkatan

kemampuan pelaksanaan tugas-tugas kesehatan ( Penulis). Berdasarkan misi tersebut Puskesmas bertanggungjawab melaksanakan

pelayanan

kesehatan

secara

menyeluruh

(

comprehensive health care service) yang meliputi aspek promotive, preventive, curative dan rehabilitative, prioritas pelayanan puskesmas diarahkan pada bentuk pelayanan kesehatan dasar ( basic health care services) yaitu promotive dan preventive. Comprehensive health care service meliputi 12 program pokok yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pemberantasan penyakit menular, peningkatan gizi, kesehatan lingkungan, pengobatan, penyuluhan kesehatan masyarakat, laboratorium, kesehatan sekolah, perawatan kesehatan masyarakat ( Perkesmas), kesehatan jiwa dan kesehatan gigi ( Muninjaya, 1999). Kegiatan

program

pokok

Puskesmas

dikembangkan

berdasarkan program pokok pelayanan kesehatan dasar yang dianjurkan oleh WHO yaitu “basic seven”. Basic seven tersebut terdiri dari MCHC ( Maternal and child health care), MC ( Medical care), ES ( environmental sanitation), HE ( Health Education), Simple

Laboratory, CDC ( Communicable Disease Control) dan simple statistic ( Muninjaya, 1999). Perkesmas sebagai salah satu program pokok Puskesmas memiliki tiga tujuan yaitu memberikan pelayanan perawatan secara menyeluruh (comprehensive health care) kepada pasien/ keluarga dirumahnya dengan mengikutsertakan seluruh anggota keluarga, membantu keluarga/ masyarakat mengenal sedini mungkin masalah kesehatan dan mengenal kebutuhan kesehatannya sendiri serta caracara

penanggulangannya

disesuaikan

dengan

batas-batas

kemampuan mereka, dan menunjang program kesehatan lainnya dalam usaha pencegahan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan individu dan keluarganya ( Muninjaya, 1999). Penulis dalam penelitian ini akan berusaha menerapkan ketiga tujuan perkesmas tersebut dengan melakukan pelayanan perawatan dirumah pasien, mengikutsertakan keluarga, membantu keluarga mengenal kebutuhan kesehatannya sendiri, membantu keluarga mengenal cara penangulangan masalah kesehatan yang disesuaikan dengan batas-batas kemampuan mereka dan menunjang program kesehatan lainnya dalam usaha pemulihan kesehatan individu melalui penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia melalui pemanfaatan herbal rimpang kunyit diwilayah kerja Puskesmas Majenang I.

Sekilas tentang Puskesmas Majenang I, Puskesmas Majenang I berdiri tahun 1996 yang beralamat di Jl. Raya Cilopadang No. 49 Majenang , Cilacap, Jawa Tengah. Puskesmas Majenang I memiliki 4 Puskesmas pembantu dan 2 polindes dengan luas wilayah 7695,6 km² yang terdiri dari 11 desa diantaranya desa Mulyasari, Padangsari, Mulyadadi, Jenang, Sindangsari, Pahonjean, Cilopadang, Padang Jaya, Bener, Ujung Barang dan Boja. Jumlah Kepala kelaurga diwilayah Puskesmas Majenang I sebanyak 20.593 kepala keluarga dengan

penduduk 89.669 jiwa dan

rata-rata jiwa per kepala

keluarga 4,35 jiwa dengan kepadatan penduduk 1165 penduduk/km².

2.

Keluarga a.

Pengertian Pendapat para ahli tentang pengertian keluarga yang

dikutip dari materi kuliah keperawatan keluarga ( Rahayu, 2004), diantaranya: 1).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan ( Depkes, 1988). 2).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang

mempunyai hubungan darah baik sama atau tidak, terlibat

dalam kehidupan yang terus menerus, tinggal dalam suatu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan orang lainnya ( Johnson`s,1992). 3).

Keluarga adalah sebuah kelompok sosial yang unik

yang mempunyai kebersamaan seperti pertalian darah atau ikatan keluarga, emosional, memberikan asuhan/ perhatian, tujuan, orientasi, kepentingan dan memberikan asuhan untuk berkembang ( Bentler, 1989). Kesimpulan penulis dari tiga pengertian keluarga diatas adalah unit terkecil dari masyarakat yang tinggal bersama disuatu tempat

di

bawah

suatu

atap

dalam

keadaan

saling

ketergantungan, mempunyai ikatan emosional dan satu orang dengan orang lainnya mempunyai kewajiban saling memberi perhatian/ asuhan untuk berkembang. b.

Ciri-ciri keluarga Ciri-ciri keluarga menurut Rahayu ( 2004) yaitu diikat

dalam suatu tali perkawinan, ada hubungan darah, ada ikatan batin, ada tanggungjawab masing-masing anggotanya, ada pengambil keputusan, ada kerjasama diantara anggota keluarga, ada komunikasi interaksi antar anggota keluarga dan tinggal dalam suatu rumah.

c.

Tipe keluarga ( Rahayu, 2004)

1).

Keluarga tradisional

a). Nuclear family ( keluarga inti) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

b). The dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan tanpa anak yang hidup bersama dalam satu rumah.

c). The childless family adalah keluarga tanpa anak karena terlambat menikah.

d). Composite family adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

e). Single parent family adalah keluarga duda/ janda. f). Ekstended family ( keluarga besar). g). Keluarga usila. 2).

Keluarga non tradisional

a). Blended family adalah keluarga yang terbentuk oleh orang tua yang membawa anak yang bukan dari hasil perkawinan yang pertama tetapi dari hasil perkawinan berikutnya.

b). The umarried teenage mother adalah keluarga yang terdiri dari ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

c). The single adult living alone adalah keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri.

d). The stepparent family adalah keluarga dengan orang tua tiri.

e). Commune family adalah beberapa pasangan keluarga yang hidup bersama dalam suatu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktifitas kelompok.

f). The nonmarital heterosexual cohabiting family adalah keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

g). Gay and lesbian families adalah seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan menikah.

h). Cohabitation family adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

d.

Struktur keluarga ( Rahayu, 2004)

1).

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari

sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2).

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari

sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3).

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal

bersama keluarga sedarah istri.

4).

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal

bersama keluarga sedarah suami.

e.

Siklus keluarga ( Bachtiar, 2005) Siklus keluarga menurut Duvall (1977) adalah sebagai

berikut: 1). 2). Tahap II

Tahap I : Pasangan yang baru menikah : Dimulai dengan kelahiran anak pertama sampai umur 30 bulan

3). Tahap III : Keluarga dengan anak pertama usia prasekolah (30 bln – 6 tahun) 4). Tahap IV : Keluarga dengan anak pertama usia sekolah (6 13 tahun) 5). Tahap V

: Keluarga dengan anak pertama usia remaja (1320 tahun).

6). Tahap VI : Keluarga dengan anak pertama usia dewasa muda (anak pertama meninggalkan rumah untuk membina keluarga baru sampai anak terakhir).

7). Tahap VII : Orang tua dengan usia pertengahan (mulai anak terakhir meninggalkan rumah). 8). Tahap VIII: Keluarga usia tua yaitu salah satu atau keduanya pensiun, salah satu meninggal dan pada akhirnya keduanya meninggal.

f.

Tugas pekembangan keluarga ( Bachtiar,

2005) 1). Tahap I

: Menciptakan/ membina hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan.

2). Tahap II

: Adaptasi

menjadi

orang tua, memenuhi

kebutuhan-kebutuhan anak/ bayi. 3). Tahap III : Mengasuh anak, menyesuaikan/ menyediakan kebutuhan-kebutuhan anak usia pra sekolah, persiapan kelahiran anak berikutnya. 4). Tahap IV : Salah satu tugas orang tua pada tahap ini sosialisasi anak dan mendorong anak mencapai prestasi

sekolah

dan

membina

hubungan

perkawinan yang harmonis. 5). Tahap V

: Menjaga keseimbangan tanggung jawab dari kebebasan bagi remaja. Pada tahap ini sering terjadi konflik antara orang tua dengan remaja.

6). Tahap VI : Melepaskan anak untuk membina perkawinan.

7). Tahap VII :

Menjalin

kembali

hubungan

perkawinan,

membina hubungan dengan generasi baru. 8). Tahap VIII: Penyesuaian terhadap pensiun atau pasangan meninggal dunia. g.

Tugas keluarga Ada lima tugas keluarga menurut freeman agar dapat

dikatakan sanggup mengatasi dengan baik masalah-masalah kesehatan diantaranya: 1)

Keluarga mampu mengenal

masalah kesehatan. 2)

Keluarga

mampu

mengambil keputusan dalam mengatasi masalah kesehatan. 3)

Keluarga

mampu

memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, cacat atau usianya terlalu muda. 4)

Keluarga

mampu

memodifikasi lingkungan yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. 5) menggunakan kesehatannya.

Keluarga fasilitas

kesehatan

dalam

mampu menjaga

Ada delapan tugas pokok keluarga agar dianggap sebagai keluarga sejahtera, yaitu: 1)

Pemeliharaan

fisik

keluarga

dan

para

anggotanya. 2)

Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada

dalam keluarga. 3)

Pembagian tugas masing-masing anggotanya

sesuai dengan kedudukannya masing-masing. 4)

Sosialisasi antar anggota keluarga.

5)

Pegaturan jumlah anggota keluarga.

6)

Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7)

Penempatan

anggota

keluarga

dalam

masyarakat yang lebih luas. 8)

Membangkitkan dorongan dan semangat

anggota keluarga.

h.

Fungsi keluarga Fungsi keluarga merupakan salah satu data yang akan

dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

1)

Fungsi keluarga menurut

WHO adalah fungsi biologis, fungsi psikologis, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi dan fungsi pendidikan. 2)

Fungsi keluarga dalam PP

No. 21 tahun 1994 adalah Fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi

melindungi, fungsi

reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi pembinaan lingkungan. 3)

Fungsi keluarga menurut

Friedman ( 1998) adalah fungsi afektif, fungsi sosial dan sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi dan fungsi perawatan keluarga. i.

Masalah kesehatan keluarga Tiga kelompok masalah kesehatan keluarga menurut

freeman:

1).

Kondisi yang mengancam kesehatan ( health threats).

2).

Kondisi sakit, tidak/ kurang sehat.

3).

Kondisi krisis ( stress).

j.

Klasifikasi keluarga sejahtera ( Bachtiar,

2005) 1).

Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang tidak

memenuhi syarat sebagai keluarga sejahtera I.

2).

Keluarga sejahtera I a)

Makan dua kali sehari atau lebih.

b)

Pakaian berbeda untuk dirumah, sekolah/

kerja, bepergian. c)

Bagian terluas dari rumah, lantai bukan dari

tanah. d)

Bila ada anggota keluarga ada yang sakit,

berobat ke sarana pelayanan kesehatan atau petugas kesehatan. 3).

Keluarga sejahtera II a) Minimal seminggu sekali menyajikan telur/ daging/ ikan/ lauk. b) Seluruh anggota keluarga minimal memperoleh 1 stel pakaian baru. c) Luas lantai rumah minimal 8 m². d) Seluruh anggota keluarga yang berumur < 60 tahun dapat membaca dan menulis latin. e) Seluruh anak usia 6-12 tahun bersekolah. f) Minimal satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai pekerjaan tetap. g) Seluruh anggota keluarga sehat sehingga mampu melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.

h) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianutnya. 4).

Keluarga sejahtera III a) Anak hidup maksimal dua orang atau lebih, keluarga termasuk golongan PUS, memakai kontrasepsi. b) Mempunyai tabungan. c) Makan bersama minimal satu kali sehari. d) Ikut kegiatan masyarakat dimana berada. e) Rekreasi bersama diluar rumah minimal 3 bulan sekali. f) Menerima informasi dari radio, surat kabar/ majalah. g) Mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat. h) Ada upaya keluarga untuk meningkatkan pengetahuan agama.

5).

Keluarga sejahtera III plus a) Memenuhi syarat KS 1,2,3. b) Secara teratur memberikan sumbangan materi untuk kegiatan sosial atau kemasyarakatan. c) Aktif

menjadi

pengurus

masyarakat lainnya. 3.

Asuhan keperawatan keluarga

yayasan

atau

institusi

Keperawatan keluarga adalah salah satu area spesialisasi didalam keperawatan yang berfokus kepada keluarga sebagai target pelayanan dan praktek keperawatan keluarga adalah pemberian pelayanan/ asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan anggota keluarga dalam situasi sehat atau sakit ( Bachtiar, 2005). Asuhan keperawatan keluarga adalah proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga ( Bachtiar, 2005). Wewenang dan perhatian utama perawat dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga yaitu mengembangkan kemampuan keluarga

dalam

mengembangkan/ mengatasi

melaksanakan memperkuat

masalah-masalah

5

tugas

keluarga

kemampuan

kesehatannya

keluarga dan

dengan dalam

melaksanakan

pemeliharaan kesehatannya sendiri ( Bachtiar, 2005). Hal ini sesuai dengan tugas pokok perawat menurut Kep. MenPan No. 94 th. 2001 adalah memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan/ kesehatan individu, keluarga, kelompok, masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

penyembuhan

penyakit,

pemulihan

kesehatan

serta

pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian dibidang keperawatan/ kesehatan. Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga melalui beberapa tahapan proses keperawatan, diantaranya: a. Pengkajian keluarga Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil secara terus menerus data dari keluarga atau anggota keluarga yang dibinanya. Data yang diambil pada pengkajian keluarga meliputi data demografi dan sosio kultural, data lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, stress dan strategi koping yang digunakan keluarga dan perkembangan keluarga. Sedangkan data yang diambil pada pengkajian individu sebagai anggota keluarga meliputi pengkajian fisik, mental, emosi dan spiritual. Sumber data pada tahap pengkajian menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga yang sakit dan data sekunder. Data yang diambil pada tahap pengkajian seperti pada tabel berikut ini: Tabel 2.1. Format pengkajian asuhan keperawatan keluarga Puskesmas : … Kecamatan : … No. Register : … Tanggal : … Nama Kepala Keluarga : …………….. Alamat : ………………………

Nama Hubungan Um Pendi- PekerKeadaan No Anggota Dengan L/P agama Ket ur dikan jaan kesehatan Keluarga Kepala Keluarga

Genogram keluarga 1. Tipe keluarga : 2. Tahap perkembangan keluarga : 3. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Biologis Psikologis Sosial Ekonomi Keluarga Keluarga Keluarga 4. Keadaan kese- 12. Keadaan 19. Hubungan denghatan emosi an orang lain 5. Kebersihan ke- 13. Koping 20. Kegiatan organiluarga keluarga sasi sosial 6. Penyakit yang 14. Kebiasa- 21. Kegiatan ekonosering diderita an buruk mi 7. Penyakit kronis/ 15. Reaksi Spiritual Keluarga menular 16. Pola ko- 22. Ketaatan beriba8. Kecacatan angmunkasi dah gota keluarga keluarga 23. Keyakinan ten8. Kecacatan ang- 17. Pengamtang kesehatan gota keluarga bilan ke- 24. Nilai dan norma 9. Pola makan putusan 25. Adat yang mem10. Pola istirahat 18. Peran pengaruhi kese11. Reproduksi/ informal hatan akseptor kb Harapan Pemeriksaan Catatan Tambahan Keluarga Fisik Individu

Lingkungan Rumah 26. Kebersihan dan kerapihan 27. Penerangan 28. Ventilasi 29. Jamban 30. Sumber air minum 31. Pemanfaatan halaman 32. Pembuangan air kotor 33. Pembuangan sampah 34. Sumber pencemaran Fungsi Keluarga 35. Fungsi afektif 36. Fungsi sosialisasi 36. Fungsi perawatan kesehatan

Analisa Data Setelah mendapatkan data yang cukup bermakna, data tersebut dikelompokan menjadi data obyektif dan subyektif sehingga menghasilkan rumusan masalah kesehatan pada keluarga. Masalah

kesehatan ada yang bersifat aktual, resiko, dan wellness ( hanya perlu peningkatan atau mempertahankan yang sudah baik). Tabel 2.2 Format analisa data No.

Data pada Keluarga

Masalah Kesehatan/ Dx Actual

Data Obyektif Resiko Data Subjektif Wellness Perumusan Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dalam penelitian ini yaitu gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada keluarga Tn. X ( Ny. Y) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia. b. Tahap Perencanaan Perencanaan

disusun

dengan

menetapkan

tujuan,

identifikasi sumber daya keluarga dan menyeleksi intervensi keperawatan, formatnya terdiri dari:

Tabel 2.3 Format rencana asuhan keperawatan keluarga Identitas keluarga : … Diagnosa Tujuan No keperaUmum Khusus watan

Evaluasi Kriteria

Standar

Intervensi

Mengurangi keluhan syndrom dispepsia

Memenuhi lima tugas keluarga dalam mengatasi kasus syndrom dispepsia

Peryataan hasil yang diharapkan

Pernyataan sesuai dengan teori yang berkaitan dengan tujuan khusus

c. Tahap Pelaksanaan Dan Evaluasi Pelaksanaan merupakan aplikasi perencanaan yang telah disusun dengan memobilisai sumber-sumber daya yang ada di keluarga, masyarakat dan pemerintah. Evaluasi merupakan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Implementasi dan evaluasi dirancang dalam satu format yang terdiri dari: Tabel 2.4 Implementasi Dan Catatan Perkembangan Keperawatan Keluarga Identitas keluarga : … WAKTU No. DK IMPLEMETASI

EVALUASI S: Data subjektif O: Data objektif A: Analisa data P : Perencanaan lanjutan

4.

Syndrom dispepsia a.

Pengertian

Menurut Arif Mansjoer ( 2000) syndrom dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/ sakit diperut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Pengertian dispepsia terbagi dua yaitu dispepsia organic ( bila telah diketahui kelainan organik sebagai penyebabnya) dan dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional atau dispepsia nonulkus ( bila tidak jelas penyebabnya). Merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa. ( Dharmika Djojoningrat, 2001). b.

Etiologi 1).

Gangguan pada lumen saluran cerna:

tukak peptik, tumor, gastritis. 2).

Obat-obatan: anti-inflamasi nonsteroid,

antibiotic, digitalis, teofilin. 3).

Penyakit pada hati, pankreas dan

saluran empedu. 4).

Penyakit sistemik: diabetes militus,

penyakit tiroid, penyakit jantung koroner. 5). dispepsia non-ulkus.

Fungsional: dispepsia fungsional atau

c.

Manifestasi klinis

Manifestasi klinis dibagi tiga yaitu: 1).

Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus dengan gejala nyeri

epigsatrium terlokalisasi, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, nyeri episodic. 2).

Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala

mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan, mual, muntah, upper abdominal bloating, rasa tak nyaman bertambah saat makan. 3).

Dispepsia nonspesifik ( tidak ada gejala seperti kedua tipe

diatas). Sedangkan pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan. d.

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan radiology yaitu, OMD dengan kontras ganda,

serologi helicobacter pylory dan Endoskopi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah CLO ( rapid urea test), patologi anatomi, MO ( kultur mikroorganisme) jaringan, PCR ( polimerase chain reaction).

5.

Tanaman obat keluarga Tanaman obat keluarga ( herbal) adalah segala macam tumbuhan

yang dapat digunakan dalam mengurangi/ mengobati keluhan penyakit yang tumbuh disekitar kita dan biasa ditanam, diolah dan digunakan oleh keluarga sebagai obat serta telah diketahui khasiatnya lewat penelitian atau secara turun temurun dari nenek moyang. Ada banyak sekali tanaman obat keluarga yang tumbuh subur di Indonesia dan salah satunya yang berasal dari suku temu-temuan adalah rimpang kunyit. 6.

Rimpang kunyit a.

Pengertian Rimpang kunyit adalah akar kunyit yang berbentuk bulat

panjang, membentuk cabang akar berupa batang yang berada didalam tanah yang terdiri dari rimpang induk dan cabang rimpang/ tunas. Rimpang kunyit muda memiliki tebal rata-rata 1,61 cm sedangkan yang baik digunakan sebagai obat adalah rimpang kunyit tua yang memiliki tebal rata-rata 4,06 cm dan panjang 22,5 cm ( Winarto, 2003). Rimpang kunyit tumbuh dari umbi utama yang berbentuk bulat panjang, pendek, tebal, lurus, dan melengkung. Warna kulit rimpang jingga kecoklatan atau berwarna terang agak kuning sampai

kuning

kehitaman,

dagingnya

berwarna

jingga

kekuningan dilengkapi dengan bau khas yang rasanya agak pahit dan pedas ( Winarto, 2003). b.

Taksonomi Tumbuhan Tanaman yang termasuk dalam suku temu-temuan

( Zingiberaceae) terdiri dari 45 genus dan kurang lebih 500 species, rimpang kunyit ( curcuma longa L.) merupakan salah satu dari suku temu-temuan tersebut dan curcuma berasal dari bahasa Arab (kurkum) yang berarti kuning. ( Wiranto, 2003). Menurut Rukmana ( 1995), taksonomi tumbuhan kunyit dikelompokan sebagai berikut : Kingdom

: Plantae ( tumbuh-tumbuhan)

Divisi

: Spermatophyta ( tumbuhan berbiji)

Sub divisi : Angiospermae ( berbiji tertutup) Kelas

: Monocotyledonae ( berbiji berkeping satu)

Orde

: Zingiberales

Family

: Zingiberaceae

Genus

: Curcuma

Species

: Curcuma domestica Valet

c.

Kandungan rimpang kunyit Tabel 2.5 Kandungan zat kimia pada rimpang kunyit Kandungan zat

KP Cimanggu

KP Manoko

(dari bobot kering)

Bogor

Lembang

(240 m dpl) 1,8100

(1200 m dpl) 1,4600

(%)

55,0300

47,8100

Kadar pati (%)

3,4400

2,8700

Kadar serat(%)

6,4700

7,5200

Kadar abu(%)

1,5030

1,5086

Indeks bias

0,9300

0,9465

Bobot jenis

Kuning

Kuning

Kadar minyak astiri

Warna minyak(%) Rukmana (1995) Komponen zat warna atau pigmen pada rimpang kunyit yang utama adalah curcumin yakni sebanyak 2,5 – 6 % yang memberi warna kuning pada kunyit dan memberi karakter kepedasan yang lembut, zat warna lain yang terkandung yaitu monodesmetoksicurcumin

dan

biodesmetoksicurcumin

( Winarto,2003). Besarnya kandungan kurkumin tiap kunyit berbeda, menurut analisis spektrofotometer yaitu kunyit varietas alleppey ( 6,5 %), kunyit varietas modros ( 3.5%), Kunyit jawa ( 0,63 – 0,75%), selengkapnya kandungan kurkumin dan senyawa lain yang tekandung dalam 100 gr rimpang kunyit seperti tabel dibawah ini: Tabel 2.6 Kandungan zat kimia dalam rimpang kunyit

Per 100 gr bahan yang dapat dimakan No 1 Air

Nama komponen

Komposisi 11,4 g

2

Kalori

1480 kal

3

Karbohidrat

64,9 g

4

Protein

7,8 g

5

Lemak

9,9 g

6

Serat

6,7 g

7

Abu

6,0 g

8

Kalsium

0,182 g

9

Fosfor

0,268 g

10

Besi

11

Vitamin A

-

12

Vitamin B

5 mg

13

Vitamin C

26 mg

14

Minyak astiri

41 g

3%

15 Kurkumin 3% Sumber : Farell ( 1990) serta natarajan dan Lewis ( 1980) dalam sejati, N.I.P., 2002 d.

Khasiat

kunyit

sebagai

tanaman

obat

keluarga ( herbal) Tabel 2.7 Efek farmakologis zat aktif yang terkandung dalam rimpang kunyit.

No Nama zat aktif 1 Caffeic acid

Efek farmakologis Merangsang semangat, penyegar, mengurangi rasa lelah, anti radang, anti kejang, dan antioksidan.

2

L-a

dan

L-b Penyegar

3

curcumae

Menurunkan kepekaan saraf peraba

Guanicol

dan menekan batuk

4 5

Merangsang daya tahan tubuh Protochatechuic acid

Memerangsang daya tahan, stamina,

Ukanon A,B,C, dan D kekebalan tubuh. 6

Feramon ( Zat pengharum obat/

Zingiberene Sumber : Karyasari, 2000

makanan)

Kandungan kurkuminoid terdiri atas senyawa curcumin dan keturunanya, yang mempunyai aktivitas biologis berspektrum luas, diantaranya antibakteri, antioksidan, dan antihepatotoksik. Curcumin diduga merupakan penyebab berkhasiatnya rimpang kunyit sebagai obat-obatan ( Rukmana, 95). Kunyit menahan sekresi getah lambung, sebagai anti oksidan yaitu mampu melindungi kerusakan sel-sel, mampu mengurangi rasa nyeri pada ganguan pencernaan, antibakteri terhadap Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa, mampu meningkatkan nafsu makan, mengurangi penumpukan gas dalam

lambung, dan melindungi sel-sel hati dari pengaruh zat-zat toksik. ( Hargono, 2002). Menurut lucie ( 1999) sifat-sifat kunyit yang dapat menyembuhkan luka pada saluran pencernaan sudah dilaporkan sejak tahun 1953, selain itu minyak atsiri yang terdapat pada kunyit mempunyai khasiat antiinflamasi yang sebanding dengan hydrokortison asetat, dan khasiat Ekstrak air rimpang kunyit 40 mg/ kg BB sama dengan indomentasin 5 mg/ kg BB. e.

Penelitian rimpang kunyit Menurut lucie ( 1999) pemberian ekstrak air atau ekstrak

etanol rimpang kunyit secara oral pada kelinci secara nyata menurunkan sekresi asam lambung dan meningkatkan produksi mukus pada mukosa lambung. Jus kunyit dengan dosis 165 mg/ kg BB dan bubuk kunyit dengan dosis 10 mg/ kg BB memperlihatkan aktivitas antiulcer yang diakibatkan oleh pemberian dosis tinggi HCL, aspirin, penilbutazon pada tikus. Masih dalam artikel yang sama lucie mengemukakan bahwa percobaan klinis efek rimpang kunyit pada syndrom dispepsia dilakukan terhadap 10 pasien, obat diberikan secara oral dalam bentuk kapsul dengan dosis 500 mg diminum empat kali sehari setengah sampai satu jam sebelum makan dan sebelum tidur, syndrom dispepsia sepenuhnya tersembuhkan pada 5 pasien

dalam jangka waktu 4 minggu dan 5 pasien lagi dalam jangka waktu 4-12 minggu. Pada studi kasus lain setelah 12 minggu pengobatan pada sakit perut akibat tukak lambung, 88% pasien memperlihatkan perbaikan dan satu kasus tersembuhkan ( Lucie Widowati, 1999). f.

Cara pemberian kunyit Cara pengolahan kunyit menjadi serbuk kunyit yaitu cuci

kunyit, kupas dan iris tipis-tipis antara 0,75-0,85 mm lalu keringkan hingga tebalnya 0,65 mm. Pengeringan secara tradisional dengan cara dijemur dibawah sinar matahari dengan ketebalan hamparan 2-5 cm dan penjemuran antara 3-8 hari, dianjurkan menggunakan alas kain hitam kalau ada ( bisa menyerap sinar matahari) sehingga pengeringan lebih cepat. Untuk menjadikannya menjadi serbuk dihancurkan dengan mesin penghancur atau ditumbuk lalu disaring ( Winarto, 2003). Hargono ( 2002) mengatakan dalam artikelnya dimajalah intisari, serbuk rimpang kunyit 1,5 - 3 gr direbus dalam 150 ml air selama 15 menit, setelah keluar uap disaring dan ditambah air masak hingga volumenya 150 ml, dan untuk memperbaiki rasa tambahkan 1 sendok makan gula pasir atau madu, diminum tiga kali sehari 1/ 3 bagian ( 50 ml sebelum makan).

Bila digunakan dalam bentuk kapsul, 500 mg bubuk kunyit per kapsul, diberikan secara oral empat kali sehari dengan dosis 10 mg/ kg BB, diminum setengah sampai satu jam sebelum makan dan sebelum tidur ( Lucie Widowati, 1999) Kerangka Konsep Sumber Daya Keluarga ( SDK) : Masalah Kesehatan Keluarga: Keluarga Dengan Kondisi Sakit/ Adanya Kasus Syndrom Dispepsia Pada Individu Sebagai Anggota Keluarga.

Tanaman Obat Keluarga Rimpang Kunyit

Masalah Teratasi Seluruhnya Masalah Teratasi Sebagian

Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Sumber Daya Petugas ( SDP)

Masalah Belum Teratasi

Keterangan: : Diteliti : Tidak diteliti Pertanyaan Penelitian Bagaimana gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia dengan memanfaatkan tanaman obat keluarga rimpang kunyit di wilayah kerja Puskesmas Majenang I?

Definisi operasional 7.

Penatalaksanaan

Adalah tindakan yang diberikan pada sesuatu dengan mengunakan suatu teknik/ cara dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini yaitu tindakan asuhan keperawatan keluarga yang diberikan kepada keluarga, menggunakan format asuhan keperawatan keluarga yang terdiri dari observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik dengan tujuan agar keluarga mampu melaksanakan lima tugas keluarga dalam menangani masalah kesehatannya yaitu masalah kesehatan keluarga aktual ( adanya anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia) melalui pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada ( tanaman obat keluarga rimpang kunyit). 8.

Asuhan keperawatan keluarga Adalah

proses

yang

kompleks

dengan

menggunakan

pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga dalam menyelesaikan suatu masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga terdiri dari beberapa tahapan yaitu pengkajian perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Diagnosa kepereawatan keluarga yang mungkin muncul pada penelitiana ini adalah gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada keluarga Tn. X ( Ny Y) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dyspepsia. Intervensinya terfokus pada pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit dan dievaluasi selama tujuh hari.

9.

Syndrom dispepsia

Sindrom dispepsia merupakan kumpulan keluhan/ gejala klinis yang terdiri dari salah satu atau lebih gejala rasa tidak enak/ sakit diperut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan, nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa. 10.

Tanaman obat keluarga ( herbal) Tanaman obat keluarga ( herbal) adalah segala macam tumbuhan

yang dapat digunakan dalam mengurangi/ mengobati keluhan penyakit yang tumbuh disekitar kita yang biasa ditanam, diolah dan digunakan oleh keluarga sebagai obat serta telah diketahui khasiatnya lewat penelitian/ secara turun temurun dari nenek moyang. Salah satu tanaman obat keluarga yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang kunyit. 11.

Rimpang kunyit Rimpang kunyit ( akar kunyit) berbentuk bulat panjang dan

membentuk cabang rimpang berupa batang yang berada didalam tanah, yang menurut penelitian dan literature tanaman obat keluarga ini mampu mengurangi bahkan menyembuhkan penyakit gastritis, sindrom dyspepsia dan penyakit saluran pencernaan lainnya. Rimpang kunyit yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang kunyit jawa yang telah diolah dalam bentuk serbuk dimasukan kedalam kapsul @ 500 mg diminum 4 X 1 kapsul sehari

setengah sampai satu jam sebelum makan dan sebelum tidur ( dengan dosis 10 mg/ kg BB tiap kali minum). Cara ukur : Observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik. Alat ukur : Format asuhan keperawatan keluarga. Skala

: Ordinal

Hasil ukur : 1.

Masalah teratasi seluruhnya jika keluarga mampu melaksanakan 4-

5 tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia dan keluhan anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia teratasi >70 %. 2.

Masalah teratasi sebagian jika:

a.

Keluarga mampu melaksanakan 4-5 tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia tetapi keluhan anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia yang teratasi ≤ 70 %.

b.

Keluarga mampu melaksanakan 2-3 tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia dan keluhan anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia yang teratasi 40-70 %.

c.

Keluhan anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia teratasi > 70 % tetapi keluarga hanya mampu melaksanakan ≤ 3 tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.

3.

Masalah teratasi sebagian jika keluarga mampu melaksanakan 0-1

tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom

dispepsia dan keluhan anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia yang teratasi < 40 %.

BAB III METODE PENELITIAN

Metodologi Penelitian Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian deskriptif adalah penelitian untuk menggambarkan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmojo, 2002)

dengan maksud untuk mengetahui keadaan sesuatu mengenai keadaan apa dan

bagaimana,

berapa banyak,

sejauh

mana

sehingga bersifat

menjelaskan atau menerangkan tentang suatu hal (Arikunto, 1998). Pendekatan yang dipilih adalah studi kasus yaitu meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal (satu orang atau sekelompok orang) yang dianalisis secara mendalam baik dari segi yang berhubungan dengan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi, kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun reaksi kasus terhadap suatu perlakuan tertentu (Notoatmojo, 2002).

Variabel penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia melalui pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit di wilayah kerja Puskesmas Majenang I.

Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah bagian yang akan diteliti dapat berupa manusia, benda, hewan, gejala dan peristiwa tertentu sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995). Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah klien yang didiagnosa syndrom dyspepsia berusia 15-44 tahun yang bersedia mengkonsumsi rimpang kunyit sebagai obat keluarga. Subjek penelitian yang diteliti berjumlah 4 orang pasien. Waktu penelitian untuk setiap pasien adalah sampai keluhan berkurang dalam jangka waktu 1 minggu.

Tahapan Penelitian Tahap Persiapan/ Menyusun Proposal Penelitian Tahap persiapan/menyusun proposal penelitian meliputi: memilih lahan penelitian, melakukan pendekatan pada Puskesmas yang akan dijadikan lahan penelitian, bekerjasama dengan Puskesmas untuk studi pendahuluan, melakukan studi pendahuluan, menyusun proposal penelitian, seminar proposal penelitian. Tahap Pelaksanaan Penelitian Tahap pelaksanaan penelitian meliputi: mendapatkan izin penelitian, mendapatkan informed consent, melakukan pengumpulan data, mengolah dan menganalisa data. Tahap Akhir Penelitian Tahap akhir penelitian: menyusun laporan penelitian meliputi: sidang, memperbaiki dan memperbanyak hasil.

Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian. Penelitian

dilaksanakan

di

diwilayah

kerja

Puskesmas

Majenang I, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai April 2005 dan berakhir September 2005.

Jadwal Kegiatan Skripsi Kegiatan

Konsultasi Proposal Seminar Proposal Perbaikan Proposal Pengumpulan Data Pengolahan Data Pembuatan Laporan Seminar Hasil Sidang Skripsi

Apr 2005 xxx

Waktu Pelaksanaan Penelitian Mei Juni Juli Agust Sept 2005 2005 200 2005 2005 5 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

Sept 2006

xxx

Populasi dan Sampel Populasi Populasi

adalah

keseluruhan

subjek

penelitian

(Arikunto, 1997). Populasi dalam penelitian ini adalah penderita sindrom dispepsia di di wilayah kerja Puskesmas Majenang I. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan “sampling” tertentu untuk bisa memenuhi/ mewakili populasi (Nursalam & Siti Pariani, 2001). Sampel dalam penelitian ini adalah purvosive sampling. Kriteria sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah klien dengan sindrom dyspepsia, pernah menggunakan tanaman obat keluarga, bersedia untuk mengkonsumsi kunyit, kooperatif, di wilayah kerja Puskesmas Majenang I,

umur pasien yaitu 15-45 tahun, dan menurut Croty (1996) sampel dalam penelitian studi kasus berjumlah 6-9 kasus.

Teknik Pengumpulan Data Menurut Mulyana (2000), teknik pengumpulan data dalam studi kasus dapat dilakukan melalui wawancara, pengamatan, hasil survey dan berbagai cara lain untuk menguraikan suatu kasus secara terperinci. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik observasi partisipatif (pengamatan berperan serta). Observasi adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2002). Pada penelitian ini, peneliti ikut terlibat/berpartisipasi dalam setiap kegiatan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi penurunan keluhan pada klien dengan kasus syndrom dispepsia yang diobservasi setiap hari melalui kunjungan rumah kemudian melakukan pencatatan terhadap gejala-gajala yang tampak pada objek penelitian sesuai dengan hasil observasi. Wawancara dilakukan kepada klien melalui kunjungan rumah meliputi riwayat penyakit syndrom dyspepsia/ pengkajian keperawatan keluarga.

Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman pengamatan Asuhan Keperawatan keluarga pada klien yang mengalami gangguan saluran pencernaan (syndrom dyspepsia).

Prosedur Pengumpulan Data Adapun langkah-langkah prosedur pengumpulan data sebagai berikut : Prosedur pengumpulan data dimulai dengan memilih sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Peneliti memberikan informed consent kepada klien, apabila klien setuju maka klien mengisi dan menandatangani format persetujuan tersebut. Melakukan pengkajian melalui teknik observasi dan dokumentasi tentang keluhan-keluhan klien terutama hal-hal yang berhubungan dengan gangguan saluran pencernaan yaitu syndrom dyspepsia. Menentukan diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil pengkajian. Menentukan rancangan intervensi keperawatan terfokus pada klien yang menderita penyakit syndrom dyspepsia. Dilakukan sesuai dengan diagnosa keperawatan

yang

didapat

terutama

yang

berhubungan

dengan

penatalaksanaan pada gangguan system pencernaan (syndrom dyspepsia). Melakukan intervensi keperawatan keluarga dengan menitikberatkan pada pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit.

Mengobservasi dan mencatat intervensi keperawatan yang dilakukan perawat dengan menitikberatkan pada pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit dalam mengurangi keluhan syndrom dyspepsia. Mengevaluasi intervensi keperawatan yang telah dilakukan.

Analisa Data Analisa data menurut Patton (1980:268, dikutip dari Moleong, 2000:103) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.

Adapun analisa data dalam penelitian ini adalah: 1. Menelaah hasil asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispesia tentang pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit dalam mengurangi keluhan syndrom dispepsia. 2. Menganalisa gambaran berkurangnya keluhan yang telah didapat berdasarkan teori yang ada.

Penyajian Data Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk narasi dengan tidak menyimpang dari data yang dikumpulkan dari hasil observasi.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Jumlah

keluarga yang diteliti pada penelitian tentang gambaran

penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia dengan memanfaatkan tanaman obat keluarga rimpang kunyit di wilayah kerja Puskesmas Majenang I ini sebanyak empat keluarga dengan kasus syndrom dispepsia, diambil secara insidental pada bulan Agustus sampai September 2005. Keempat keluarga dengan kasus syndrom dispepsia diobservasi selama 1 minggu melalui kunjungan rumah dengan menggunakan metode asuhan keperawatan keluarga dengan memanfatkan tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Keempat keluarga tersebut adalah sebagai berikut: A.

Kasus I

1. Pengkajian a. Identitas Keluarga 1).Nama kepala keluarga

: Tuan T

2).Alamat

: Mulyasari RT 5 RW III Majenang

3).Tanggal pengkajian

: 28 Agustus 2005

4).Puskesmas

: Majenang I

5).Kecamatan

: Majenang

6).No Reg

: 10524

7).Diagnosa medis

: Syndrom dispepsia

b. Daftar anggota keluarga N o 1 2 3 4 5 6 7

Nama Anggota Keluarga Tn. T Ny. K Riyadi Hidayat Sendi P Atun Wahyudin

Hub. Dgn KK KK Istri Anak Anak Anak Anak Anak

L/ P L P L L L P L

Umur 40 th 36 th 21 th 19 th 14 th 5 th 3 th

Pendidikan SD SD SMP SD SMP SD SD

Pekerjaan Buruh Buruh Buruh -

Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam

Kead Ket kes. Sehat Sakit Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat

c. Pemeriksaan Individu ( Ny. K dengan Kasus Syndrom Dispepsia) 1).Keluhan utama : Ny. K mengeluh perut terasa sakit, mual, kembung. cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan nyeri setelah makan. 2).Keadaan umum : Baik 3).Tanda Vital

: Tensi 90/60 mmhg, nadi 68 x/ menit, suhu 36,2 OC, pernafasan 20 x/ menit, BB 45 kg dan TB 145 cm.

4).Pencernaaan

: Defekasi 1-2 kali sehari dengan konsistensi lembek dan warna kuning kecokelatan, tidak terjadi obstifasi dan tidak diare, kembung dan kelihatan mual.

5).Mata

: Konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik.

6).Kulit

: Warna sawo matang, turgor baik, tidak terdapat luka/ borok/ lecet, tidak ikterik, tidak pucat.

7).Genita Urinaria : Miksi 3 – 5 kali dan tidak ada kesukaran.

d. Analisa Data No Data pada keluarga Masalah kesehatan 1 DO: Gangguan sistem - Ada anggota keluarga dengan kasus pencernaan syndrom syndrom dispepsia ( Ny. K), dan obat dispepsia. dari Puskesmas yaitu antacid, B12, parasetamol. - Pada pemeriksaan fisik Ny. K ditemukan nyeri pada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, keadaan umum baik, BB 45 Kg, TB 145 Cm, Tensi 90/60 mmhg, suhu 36,2 OC, nadi 68 x/ mnt, pernafasan 20 x/ menit. DS : - Ny. K mengeluh perut terasa sakit, mual, kembung, cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas. e.

Diagnosa Keperawatan

Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada keluarga Tn. T ( Ny. K) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.

2. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Tabel 4.1 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. T Identitas Keluarga: Tn. T No 1

Diagnosa Keperawatan Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada keluarga Tn. T (Ny. K) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat

Umum Setelah 7 x pertemuan gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny. K teratasi.

Tujuan Khusus Setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi keluarga mampu: 1. Mengenal ma-salah GSP syn-drom dispepsia pada Ny K dengan cara:

Kriteria

Evaluasi Standar

Intervensi

anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.

1.1 Menyebutkan pengertian syndrom dispepsia

Respon verbal

Syndrom dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa.

1.1.1. Diskusikan

1.2 Menyebutkan penyebab syndrom dispepsia

Respon verbal

1.3 Menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan tandanya

Respon verbal

Minimal 3 dari 5 penyebab syndrom dispepsia 1. Gangguan pada lumen saluran cerna (gastritis/ maag) 2. Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran empedu. 3. Pola makan tidak teratur 4. Obat-obatan. 5. Makanan. Jenis syndrom dispepsia 1. Akut yaitu kurang dari tiga bulan 2. Kronik lebih dari tiga bulan Gejala syndrom dispepsia: 1. Nyeri perut bagian atas 2. Nyeri setelah makan 3. Nyeri saat lapar 4. Mudah kenyang 5. Perut cepat terasa penuh saat makan 6. Mual 7. Muntah 8. Kembung 9. Rasa tak nyaman bertambah saat makan.

1.2.1.Diskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia 1.2.2.Tanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia 1.2.3.Berikan pujian pada keluarga 1.3.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai jenis syndrom dispepsia dan tandanya. 1.3.2 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya 1.3.3 Berikan pujian pada keluarga

Cara mengetahui adanya kembung dan sakit perut pada Ny. K: 1. Tempelkan telapak tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kanan, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung. 2. Tekanlah area perut secara perlahan dengan ujung jari tangan dan cari area yang terasa nyeri bila ditekan.

1.4.1

1.4 Mengidentifi- Respon kasi adanya kembung dan sakit perut pada Ny. K

verbal dan psikomotor

dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia

Jelaskan pada keluarga cara mengetahui kembung dan sakit perut pada Ny. K 1.4.2 Minta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui kembung dan sakit perut 1.4.3 Berikan pujian pada keluarga

2. Mengambil ke-putusan untuk merawat ang-gota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia ( Ny. K) dengan cara: 2.1 Menyebutkan akibat lanjut dari GSP syndrom dispepsia

2.2

Respon verbal

Memutuskan untuk merawat Ny. K yang mengalami GSP syndrom dispepsia 3. Merawat anggota keluarga dengan masalah GSP syndrom dispepsia dengan cara: 3.1 Menyebutkan cara pencegahan GSP syndrom dispepsia

Respon verbal

3.2 Menyebutkan cara merawat

Respon verbal

Respon verbal

Minimal 2 dari 4 akibat lanjut 1. Bila ada infeksi maka rasa sakit akan terus bertambah. 2. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran pencernaan terganggu. 3. Tubuh akan bertambah lemah. 4. Biaya berobat mahal. Keluarga memutuskan untuk merawat Ny K yang mengalami GSP syndrom dispepsia

2.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenal akibat lanjut dari syndrom dispepsia. 2.1.2 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut syndrom dispepsia. 2.1.3 Berikan pujian pada keluarga.

Minimal 2 dari 4 cara pencegahan 1. Anjurkan pola makan teratur 2. Anjurkan perut selalu terisi/ makan sedikisedikit tapi sering. 3. Menjaga kebersihan lingkungan 4. Anjurkan jangan makan makanan yang merangsang peningkatan asam lambung ( pedas, asam, kopi, dll). Minimal 5 dari 7 cara merawat anggota keluarga

3.1.1

2.2.1 Tanyakan keinginan keluarga untuk merawat Ny. K 2.2.2 Berikan pujian pada keluarga.

Diskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan GSP syndrom dys-pepsia 3.1.2 Tanyakan kembali pada keluarga tentang cara pencegahan GSP syndrom dispepsia 3.1.3 Berikan pujian pada keluarga

3.2.1

Diskusikan cara merawat anggota

anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K )

3.3 Mendemonstrasikan cara pembuatan obat tradisional.

Respon Psikomotor

dengan kasus GSP syndrom dispepsia: 1. Keluarga dapat mengkaji sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia yaitu mengatasi GSP syndrom dispepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit. 2. Mampu mengolah kunyit 3. Makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan 4. Makan sedikit-sedikit tapi sering. 5. Meningkatkan istirahat 6. Melakukan kompres hangat pada area perut yang sakit. 7. Melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit ( tarik nafas dari hidung dalam-dalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman). Cara pembuatan dan pengolahan obat tradisional: Serbuk rimpang kunyit 1,5 - 3 gr direbus dalam 150 ml air selama 15 menit, setelah keluar uap disaring dan ditambah air masak hingga volumenya 150 ml, dan untuk memperbaiki rasa tambahkan 1 sendok makan gula pasir atau madu, diminum tiga kali sehari 1/3 bagian ( 50 ml sebelum makan). Bila digunakan dalam bentuk kapsul,

keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia 3.2.2 Minta keluarga menyebutkan kembali cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia 3.2.3 Berikan pujian pada keluarga

3.3.1

Demonstrasikan cara pembuatan obat tradisional dan memasukannya kedalam kapsul. 3.3.2 Motivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisionat 3.3.3 Berikan pujian pada keluarga.

500 mg bubuk kunyit per kapsul, diminum empat kali sehari setengah sampai satu jam sebelum makan dan sebelum tidur. Cara membuat bubuk kunyit, kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring. 3.4 Melakukan perawatan untuk mengatasi keluhan syndrom dispepsia pada Ny. K

Memodifikasi lingkungan. 4.1 Menyebutkan ciri lingkungan rumah yang sehat.

Respon afektif

Keluarga melakukan 3.4.1. Adakan kunjungan perawatan pada Ny. K tidak terencana dan yaitu dengan: evaluasi cara keluarga untuk 1. Mengatasi gangguan merawat Ny. K saluran pencernaan 3.4.2. Berikan pujian pada syndrom dispepsia keluarga. dengan obat tradisional rimpang kunyit dalam bentuk kapsul yang dibuat bersama. 2. Mampu memberi kapsul kunyit dengan dosis 4X1 kapsul satu jam sebelum makan dan sebelum tidur. 3. Memberi makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan 4. Menganjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering. 5. Menganjurkan mening-katkan istirahat 6. Mengkompres hangat pada area perut yang sakit. 7. Memotifasi untuk melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit

Respon verbal

Minimal 2 dari 4 ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat; 1. Bersih dan rapih 2. Ventilasi cukup

4.

4.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat 4.1.2 Motivasi keluarga

3.

Ada penerangan dari sinar matahari 4. Tidak lembab.

4.2 Memodifikasi lingkungan menjadi sehat

Respon psikomotor

Memodifikasi lingkungan 1. Membuka jendela atau pintu rumah 2. Menutup makanan 3. Membersihkan tempat yang disukai lalat.

Respon afektif

Jika dalam tiga hari Ny. K tidak mambaik maka keluarga akan membawa Ny. K pergi ke Puskesmas atau ke dokter

untuk menyebutkan kembali mengenai ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat 4.1.3 Berikan pujian pada keluarga 4.2.1 Berikan kesempatan pada keluarga untuk menilai kondisi rumahnya 4.2.2 Bersama-sama dengan keluarga melakukan modifikasi Iingkungan 4.2.3 Berikan pujian pada keluarga

5 Memanfaatkan pelayanan kesehatan 5.1 Pergi ke Puskesmas/ dokter untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Ny. K

5.1.1 Anjurkan keluarga untuk membawa Ny. K ke Puskesmas atau ke dokter terdekat. 5.1.2 Berikan pujian pada keluarga

3. Implementasi Dan Evaluasi Tabel 4.2 Implementasi Dan Evaluasi Keluarga Tn. T Identitas Keluarga : Tn. T No. Waktu DX 28-8-05 15.00 WIB

TUK 1

Implemetasi

Evaluasi

1.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia. Syndrome dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa. 1.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia. Penyebab dari syndrom dispepsia: 1. Gangguan pada lumen saluran cerna ( gastritis/ maag) 2. Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran empedu. 3. Pola makan tidak teratur 4. Obat-obatan. 5. Makanan.

Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan pengertian dari syndrom dispepsia adalah ”nyeri ulu hati, mual, kembung” 2. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 penyebab dari syndrom dispepsia. Penyebabnya adalah maag, makan tidak teratur, makanan. 3. Keluarga tidak mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia tapi mampu menyebut-kan tanda syndrome dispepsia yaitu nyeri ulu hati, mual, kembung. 4. Keluarga mampu menjelaskan cara cara mengetahui adanya kembung. Data Objektif :

TUK 2 1. 2. 3. 4.

TUK 3

1.2.2 Menanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia 1.2.3 Memberikan pujian pada keluarga 1.3.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai jenis syndrom dispepsia dan tandanya. Jenis syndrom dispepsia: 1. Akut yaitu kurang dari tiga bulan 2. Kronik lebih dari tiga bulan Tanda dan gejalanya yaitu nyeri perut bagian atas, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan, mual, muntah, kembung, rasa tak nyaman bertambah saat makan. 1.3.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya 1.3.3 Memberikan pujian pada keluarga 1.4.1Menjelaskan pada keluarga cara mengetahui adanya kembung dan sakit perut pada Ny. K Cara mengetahui kembung dan area perut yang sakit yaitu: 1. Tempelkan telapak tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kiri, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung. 2. Tekanlah area perut secara perlahan dan cari daerah yang terasa nyeri bila ditekan. 1.4.2Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut pada Ny. K 1.4.3Memberikan pujian pada keluarga 2.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenal akibat lanjut dari syndrom dispepsia. Akibat lanjut dari syndrom dispepsia: Bila ada infeksi maka rasa sakit akan terus bertambah. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran pencernaan terganggu. Tubuh akan bertambah lemah. Biaya berobat mahal 2.1.2Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut dari syndrom dispepsia. 2.1.3 Memberikan pujian pada keluarga 2.2.1 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Ny. K 2.2.2 Memberikan pujian pada keluarga 3.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan syndrom dispepsia Cara pencegahan syndrom dispepsia:

1. Keluarga mendemonstarsikan cara mengetahui kembung. 2. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung. 3. Terdapat kontak mata. 4. Sesekali keluarga terlihat mengangukanggukkan kepala. 5. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah belum teratasi Perencanaan : Lanjutkan Implementasi dengan modifikasi jika diperlukan.

Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan 1 dari 4 akibat lanjut dari syndrom dispepsia yaitu biaya berobat mahal 2. Keluarga menyatakan keinginan-nya untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Ny. K Data Objektif : 1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung 2. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah belum teratasi. Perencanaan : Lanjutkan implementasi Data Subjektif : 1. Keluarga menyebutkan pencegahan syndrom

2 dari 4 cara dispepsia yaitu

TUK 4

1). Anjurkan pola makan teratur 2). Anjurkan perut selalu terisi/ makan sediki-sedikit tapi sering. 3). Menjaga kebersihan ling-kungan 4). Anjurkan jangan makan makanan yang merangsang ( pedas, asam, kopi, dll). 3.1.2 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Ny. K 3.1.3 Memberikan pujian pada keluarga 3.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia Cara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu: 1. Keluarga dapat mengkaji sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia yaitu mengatasi GSP syndrom dispepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit. 2. Mampu mengolah kunyit 3. Makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan 4. Makan sedikit-sedikit tapi sering. 5. Meningkatkan istirahat 6. Mengkompres hangat pada area perut yang sakit. 7. Melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit ( tarik nafas dari hidung dalam-dalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman). 3.2.2Meminta keluarga menyebut-kan kembali cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia 3.2.3 Memberikan pujian pada keluarga 3.3.1 Menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit: kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring. 3.3.2Mendemonstrasikan cara memasukan serbuk kunyit kedalam kapsul. Masukan serbuk kunyit yang telah kedalam kapsul ukuran 500 mg dengan membuka kapsul, masukan serbuk kunyit penuh atas bawah lalu tutup kembali. 3.3.3Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional. 3.3.4 Memberikan pujian pada keluarga. 4.1.1Mendiskusikan dengan keluarga mengenai ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat 1. Ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat;

menganjurkan pola makan teratur dan menganjurkan perut selalu terisi. 2. Keluarga mampu menyebutkan 4 cara dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrome dispepsia 3. Keluarga mampu menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit dan bisa memasukannya kedalam kapsul. Data Obyektif: 1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung. 2. Terdapat kontak mata. 3. Sesekali keluarga terlihat menganggukanggukkan kepala 4. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu menyebutkan cara mencegah dan merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia yaitu mengkaji sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia ( obat tradisional rimpang kunyit), makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan, meningkatkan istirahat, mengkompres hangat pada area perut yang sakit. Perencanaa : Lanjutkan implementasi.

Data Subjektif : Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat yaitu bersih dan rapi,

1. 2. 3. 4. 5.

Bersih dan rapih Ventilasi cukup Ada penerangan dari sinar matahari 2. Tidak lembab Menutup makanan. 1. 4.1.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali mengenai ciri-ciri Iingkungan rumah yang sehat 2. 4.1.3 Memberikan pujian pada keluarga 4.2.1 Memberikan kesempatan pada keluarga 3. untuk menilai kondis rumahnya 4. 4.2.2 Menganjurkan pada keluarga untuk mempertahankan kondisi rumahnya. 4.2.3 Memberikan pujian pada keluarga

29-8-05 15.00 WIB

TUK 5

5.1.1 Menganjurkan keluarga untuk membawa kembali Ny. K ke Puskesmas atau ke dokter terdekat jika dalam waktu 3 hari kondisinya tidak membaik. 5.1.2 Memberikan pujian atas keinginan keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

1 TUK. 1

1.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia. Syndrom dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa. 1.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia. Penyebab dari Syndrom dispepsia: 1. Gangguan pada lumen saluran cerna ( gastritis/ maag) 2. Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran empedu. 3. Pola makan tidak teratur 4. Obat-obatan. 5. Makanan. 1.2.2 Menanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia 1.2.3 Memberikan pujian pada keluarga

sinar matahari masuk ke dalam rumah, menutup makanan.dan tidak lembab. Keluarga menilai kondisi rumahnya sudah baik dan termasuk rumah yang sehat. Data Objektif; Rumah keluarga tampak bersih dan rapi, jendela rumah terbuka, dan sinar masuk ke dalam rumah. Keluarga memperhatikan maha-siswa saat diskusi berlangsung. Terdapat kontak mata Keluarga tersenyum ssat diberi pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan rumah menjadi sehat. Perencanaan : Lanjutkan implementasi Data Subjektif : Keluarga mengatakan akan membawa Ny K akan ke Puskesmas atau ke dokter jika dalam waktu 3 hari SDP syndrom dispepsia yang diderita tidak mengalarni perbaikan. Data Objektif : 1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung 2. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah menyatakan kesediaannya untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Perencanaan : Lanjutkan implementasi Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan pengertian dari syndrom dispepsia adalah ”nyeri ulu hati, mual, kembung” 2. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 penyebab dari syndrom, dispepsia. Penyebabnya adalah maag, makan tidak teratur, makanan. 3. Keluarga mampu menyebutkan jenis syndrome dispepsia dan tandanya syndrome dispepsia nyeri ulu hati, mual, kembung. 4. Keluarga mampu menjelaskan cara cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut, yaitu ujung jari kiri diketuk oleh ujung jari kanan dan meraba dengan ujung jari untuk tahu yang sakit. Data Objektif : 1. Keluarga mendemonstarsikan cara mengetahui kembung dan area sakit perut.

1.3.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai jenis syndrom dispepsia dan tandanya. Jenis syndrom dispepsia: 1. Akut yaitu kurang dari tiga bulan 2. Kronik lebih dari tiga bulan Gejala nyeri perut bagian atas, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan, mual, muntah, kembung, rasa tak nyaman bertambah saat makan. 1.3.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya 1.3.3 Memberikan pujian pada keluarga 1.4.1 Menjelaskan pada keluarga cara mengetahui adanya kembung dan sakit perut pada Ny. K Cara mengetahui kembung dan area perut yang sakit yaitu: 1. Tempelkan telapak tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kiri, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung. 2. Tekanlah area perut secara perlahan dan cari daerah yang terasa nyeri bila ditekan.. 1.4.2 Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut pada Ny. K 1.4.3 Memberikan pujian pada keluarga

TUK 2

TUK 3

Mendiskusikan dengan keluarga mengenal akibat lanjut dari syndrom dispepsia. Akibat lanjut dari syndrom dispepsia: 1. Bila ada infeksi maka rasa sakit akan terus bertambah. 2. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran pencernaan terganggu. 3. Tubuh akan bertambah lemah. 4. Biaya berobat mahal Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut dari syndrom dispepsia. Memberikan pujian pada keluarga Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Ny. K Memberikan pujian pada keluarga Mendiskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan syndrom dispepsia Cara pencegahan syndrom dispepsia: 1. Anjurkan pola makan teratur 2. Anjurkan perut selalu terisi/ makan sediki-sedikit tapi sering.

2.

Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung. 3. Terdapat kontak mata. 4. Sesekali keluarga terlihat mengangukanggukkan kepala. 5. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mengenal masalah syndrome dispepsia pada Ny K Perencanaan : Lanjutkan Implementasi dengan modifikasi jika diperlukan.

Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat lanjut dari syndrom dispepsia, yaitu tubuh akan bertambah lemah dan biaya berobat mahal 2. Keluarga menyatakan keinginan-nya untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Ny K Data Objektif: 1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung 2. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa: Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia. Perencanaan : Lanjutkan implementasi Data Subjektif : 1. Keluarga menyebutkan 4 dari 4 cara pencegahan syndrom dispepsia. 2. Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.

3. Menjaga kebersihan ling-kungan 4. Anjurkan jangan makan makanan yang merngsang (pedas, asam, kopi, dll). Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Ny. K Memberikan pujian pada keluarga 3.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia Cara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu: 1. Memanfaatkan obat tradisional rimpang kunyit. 2. Mampu mengolah kunyit 3. Makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan 4. Makan sedikit-sedikit tapi sering. 5. Meningkatkan istirahat 6. Mengkompres hangat pada area perut yang sakit. 7. Melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit. 3.2.2 Meminta keluarga menyebut-kan kembali cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia 3.2.3 Memberikan pujian pada keluarga 3.3.1 Menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit: kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring. 3.3.2 Mendemonstrasikan cara memasukan serbuk kunyit kedalam kapsul. Masukan serbuk kunyit yang telah kedalam kapsul ukuran 500 mg dengan membuka kapsul, masukan serbuk kunyit penuh atas bawah lalu tutup kembali. 3.3.3 Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional. 3.3.4 Memberikan pujian pada keluarga.

Data Obyektif: 1. Keluarga mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional dari rimpang kunyit. 2. Keluarga memperhatikan maha-siswa saat diskusi berlangsung. 3. Terdapat kontak mata. 4. Sesekali keluarga terlihat mengangguanggukkan kepala 5. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu menyebutkan cara mencegah dan me-rawat kasus syndrome dispepsia pada Ny. K Perencanaa : Lanjutkan implementasi, untuk TUK 3 lakukan kunjungan tidak terencana dan supervisi untuk melihat bagaimana cara keluarga merawat Ny. K

31-8-05 15.00 WIB

TUK 3

3.1.1

Mengadakan kunjungan tidak terencana, mengevaluasi cara keluarga untuk merawat Ny K Cara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu: 1. Memanfaatkan obat tradisional rimpang kunyit dalam bentuk kapsul 2. Menganjurkan makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan dan makan sedikit-sedikit tapi sering. 3. Meningkatkan istirahat 4. Mengkompres hangat pada area perut yang sakit. 5. Melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit. 3.1.2Memberikan pujian pada keluarga.

Data Subjektif : Keluarga mampu menyebutkan dan melaksanakan cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia Data Obyektif: 1. Keluarga tersenyum ketika dibei pujian. 2. Berupa catatan perkembangan keluhan Ny. K Analisa : Masalah teratasi, keluarga mampu menyebutkan dan melaksanakan cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia Perencanaa : Lanjutkan implementasi.

Tabel 4.3 Hasil observasi pada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia (Ny.K) Obyek yang diamati Hari ke

Belum teratasi

1 ~ Perut terasa sakit. ~ Mual ~ Kembung ~ Cepat kenyang ~ Tidak nafsu makan ~ Nyeri ulu hati ~ Nyeri setelah makan ~ Nyeri saat lapar ~ Rasa penuh pada perut bagian atas. 2 ~ Kembung ~ Cepat kenyang ~ Tidak nafsu makan ~ Nyeri saat lapar ~ Rasa penuh pada perut bagian atas.

3

-

Keluhan Teratasi sebagian/ berkurang -

~ Perut terasa sakit ~ Mual ~ Nyeri ulu hati ~ Nyeri setelah makan.

~ Mual ~ Cepat

Sudah teratasi

Intervensi keluarga

Kunyit dikon-sumsi

Tanda Vital

-

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit ~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan ~ Makan sedikit-sedikit tapi sering ~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit.

1 kapsul

Tensi 90/60 mmhg, suhu 36, 2ºC, nadi 68 x/ menit, pernapasan 20 x/ menit

-

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit ~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan ~ Makan sedikit-sedikit tapi sering ~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit ~ Meningkatkan istirahat. ~ Memberikan obat tradisional rimpang

5 kapsul

Tensi 90/60 mmhg, suhu 36 ºC, nadi 70 x/ menit, pernapasan 20 x/ menit

9 kapsul

Tensi 100/60 mmhg, suhu

~ Perut terasa

Therapy Medis Antacid Vitamin B12, dan Parasetamol

kenyang ~ Tidak nafsu makan ~ Rasa penuh pada perut bagian atas

sakit. ~ Kembung ~ Nyeri ulu hati ~ Nyeri setelah makan ~ Nyeri saat lapar

4

-

-

5

-

-

~ Mual ~ Cepat kenyang ~ Tidak nafsu makan ~ Rasa penuh pada perut bagian atas -

6

-

-

-

7

kunyit ~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan ~ Makan sedikit-sedikit tapi sering ~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit ~ Meningkatkan istirahat ~ Melakukan teknik relaksasi ~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit

36 ºC, nadi 70 x/ menit, pernapasan 20 x/ menit

13 kapsul

Tensi 100/60 mmhg, suhu 36,4ºC, nadi 78 x/ menit, pernapasan 20 x/ menit

Memberikan obat tradisional rimpang kunyit

17 kapsul

-

-

Memberikan obat tradisional rimpang kunyit

21 kapsul

-

-

25 kapsul

Tensi 110/80 mmhg, suhu 36,2ºC, nadi 78 x/ menit, pernapasan 20 x/ menit

Hasil evaluasi akhir dengan dilaksanakannya lima tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus ayndrom dispepsia ( Ny.K) oleh keluarga Tn. T diperoleh data sebagai berikut: 1. Nafsu makan naik 2. Sakit perut teratasi dan teras lebih nyaman 3. Ny. K menyatakan tidur lebih nyenyak 4. Ny. K mengatakan badanya lebih segar

4. Pembahasan Kasus I Pengkajian awal pada Ny. K yang datang ke Puskesmas Majenang I dengan kasus syndrom dispepsia mengatakan sudah terbisa menggunakan tanaman obat keluarga rimpang kunyit dalam mengobati penyakitnya tetapi keluhan yang dialami tidak berkurang malah bertambah parah, sedangkan menurut literature yang ada rimpang kunyit mampu mengurangi keluhan bahkan menyembuhkan penyakit syndrom dispepsia, yaitu menurut Hargono ( 2002) rimpang kunyit mempunyai khasiat sebagai anti oksidan, pengurang rasa nyeri pada gangguan sistem pencernaan, peningkat nafsu makan dan dapat

mengurangi penumpukan gas dalam lambung. Hal ini dimungkinkan karena keluarga Tn. T belum mampu merawat anggota keluarganya yang sakit ( Ny. K dengan kasus syndrom dispepsia) dan pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit belum tepat. Dari pengkajian awal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. T dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K ). Asuhan keperawatan yang akan dilakukan bersifat partisipatif yaitu melibatkan seluruh anggota keluarga Tn. T dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K) dan perawatan ini terfokus pada pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Asuhan keperawatan dimulai sejak tanggal 28 Agustus 2005 melalui kunjungan rumah selama satu minggu dengan beberapa tahapan diantaranya pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal-hal yang dikaji dalam pengkajian yaitu identitas keluarga, daftar anggota keluarga, data umum dan pemeriksaan fisik anggota keluarga dengan kasus syndrom dipepsia. Pada pengkajian data umum keluarga, didapatkan tipe keluarga Tn T adalah nuclear family ( keluarga inti) yang terdiri dari ayah, ibu dan lima orang anak yang tinggal dalam satu rumah dan tahap perkembangannya adalah pada tahap anak pertama usia dewasa muda. Pada data umum dikaji juga keadaan biologis keluarga, psikologis keluarga, sosial ekonomi keluarga, spiritual keluarga, lingkungan rumah, fungsi dan harapan keluarga.

Hasil pengkajian keadaan biologis keluarga Tn. T yaitu kebersihan: ”frekuensi mandi sehari 2 kali, menggunakan sabun, kamar mandi milik sendiri, biasa cuci tangan sebelum makan dan tidak biasa cuci kaki sebelum tidur”, pola makan: ”makan sehari 3 kali, makanan pokok nasi, lauk kadangkadang, sayuran selalu ada, buah kadang-kadang, susu kadang-kadang, cara menghidangkan makanan terbuka, tidak ada pantangan makan, air minum dimasak dan kebiasaan masak sayuran dipotong baru dicuci”, pola istirahat: ”rata-rata tidur malam dari jam 21.00 sampai jam 05.00, tidak tidur siang dan tidak ada anggota keluarga yang sulit tidur kecuali Ny. K”, reproduksi: ”alat kontrasepsi yang digunakan yaitu KB suntik dan tidak ada kelainan/ keluhan yang dirasakan setelah menggunakannya”, tidak ada kecacatan dan tidak ada penyakit kronik/ menular dalam keluarga Tn. T. Pengkajian psikologis pada keluarga Tn. T menggambarkan kondisi emosi dalam hubungan antar anggota keluarga untuk menghadapi masalah terkesan baik, terdapat komunikasi/ interaksi antar anggota keluarga, strategi koping keluarga baik ( keluarga mau menyelesaikan masalah kesehatan) dan adanya musyawarah untuk mengambil keputusan. Pada pengkajian ekonomi keluarga, keluarga tidak memiliki tabungan kesehatan, penghasilan per bulan antara tiga ratus ribu sampai enam ratus ribu rupiah dan keluarga Tn. T tergolong pada keluarga sejahtera II.

Pengkajian spiritual menggambarkan pandangan hidup keluarga terhadap keadaan sehat baik, ”keluarga menganggap sehat itu mahal dan berpendapat lebih baik mencegah dari pada mengobati”. Hasil pengkajian lingkungan rumah didapatkan lingkungan rumah terkesan bersih dan teratur, tempat BAB di sungai, pembuangan air kotor keselokan, mempunyai tempat sampah, kondisi halaman berupa tanah tetapi dibiarkan, tidak memiliki kandang ternak, tidak ada lalat/ nyamuk, ventilasi cukup ( tinggi internit lebih dari 2,4 m dari lantai, banyak lobang angin/ jendela, luas jendela lebih dari 10 % dari luas lantai) tetapi dalam ruangan terasa pengap dan penerangan kurang karena jendela jarang difungsikan. Fungsi afektif/ gambaran diri anggota keluarga baik ditandai dengan setiap anggota keluarga berperan sesuai fungsinya masing-masing, setiap anggota keluarga merasa dimiliki dan memiliki dalam keluarga dan setiap anggota keluarga saling mendukung dalam menghadapi masalah kesehatan. Fungsi sosialisasi/ hubungan antar anggota keluarga maupun dengan orang lain terkesan baik dan orang tua yang berperan sebagai pendidik dalam keluarga untuk mengembangkan disiplin, norma, budaya dan perilaku. Fungsi perawatan

kesehatan,

keluarga

Tn. T belum

mampu

melaksanakan fungsi perawatan kesehatan dengan baik dimana keluarga belum mampu mengetahui masalah kesehatan yang ada, belum mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah dan keluarga belum mampu merawat anggota keluarganya yang sakit ( Ny. K). Setelah keluarga mampu

melaksanakan fungsi perawatan kesehatan, keluarga berharap kasus syndrom dispepsia pada Ny. K dapat teratasi. Setelah mengkaji fungsi keluarga, penulis melakukan pemeriksaan fisik pada individu dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K), hasilnya yaitu keadaan umum baik, nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, BB 45 kg, TB 145 Cm, tensi 90/60 mmhg, suhu 36,2 OC, nadi 68 x/mnt, pernafasan 20 x/ menit. Pada anamnesa keluarga, keluarga Tn. T mengatakan sudah memeriksakan Ny. K ke Puskesmas, obat dari puskesmas ( antasid, vitamin B12 dan parasetamol) sudah diminum secara teratur tetapi belum ada perubahan pada penyakitnya dan keluhan Ny. K saat ini yaitu perut terasa sakit, mual, kembung, cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, rasa penuh pada perut bagian atas. Data yang telah dikaji pada keluarga Tn. T dianalisa dengan cara dikelompokan menjadi data subyektif ( Ny. K mengeluh perut terasa sakit, mual, kembung, cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas) dan data objektif ( ada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia dan pada pemeriksaan fisik Ny. K ditemukan nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, BB 45 Kg, TB 145 Cm, tensi 90/60 mmhg, suhu 36,2 OC, nadi 68 x/mnt dan pernafasan 20 x/ menit) lalu ditentukan masalah kesehatannya ( gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia). Analisa tersebut

dirumuskan

menjadi

diagnosa

keperawatan

dan

diagnosa

keperwatannya adalah gangguan sistem pencernaan sindrom dispepsia pada keluarga Tn. T ( Ny. K) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia. Setelah diagnosa keperawatan keluarga sudah dirumuskan, penulis bersama keluarga menyusun rencana keperawatan. Rencana keperawatan keluarga mempunyai tujuan yaitu tujuan khusus ”setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi keluarga mampu merawat anggota keluarganya yang sakit” dan tujuan umum ”setelah 7 x pertemuan gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny K teratasi”. Dari tujuan itu penulis melakukan implementasi keperawatan pada keluarga Tn. T walaupun terfokus pada pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit tetapi tidak mengabaikan/ tetap melaksanakan implementasi keperawatan keluarga lainnya. Implementasi dilakukan melalui penyuluhan dengan cara diskusi, peragaan dan komunikasi interaktif. Respon keluarga Tn. T selama penyuluhan berlangsung kooperatif dan memiliki persepsi yang positif, dimana keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung, terdapat kontak mata, sesekali terlihat menganggukan kepala dan tersenyum saat diberikan pujian. Sewaktu implementasi dan sesudah implementasi penulis melakukan evaluasi. Evaluasi pada keluarga Tn. T bertujuan untuk melihat gambaran kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan khusus dan tujuan umum yang

telah ditentukan pada perencanaan yang dilakukan melalui evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Gambaran pencapaian tujuan khusus ( keluarga Tn. T. mampu merawat anggota keluarganya yang sakit) digambarkan berdasarkan kemampuan keluarga Tn. T dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan keluarga, yaitu: a. Gambaran kemampuan keluarga Tn. T dalam mengenal masalah kesehatan Hari pertama ( 28 Agustus 2005) keluarga belum mampu mengenal masalah kesehatan dengan baik ditandai dengan pengertian syndrom dispepsia yang mampu keluarga sebutkan yaitu “nyeri ulu hati, mual, kembung”, penyebab syndrom dispepsia yang mampu keluarga sebutkan yaitu “maag, makan tidak teratur, makanan”, keluarga tidak mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia walaupun keluarga mampu menyebutan tanda syndrom dispepsia yaitu “nyeri ulu hati, mual, kembung” dan mampu menjelaskan cara cara mengetahui adanya kembung. Pada hari kedua ( 29 Agustus 2005) keluarga Tn. T masih belum mampu mengenal masalah kesehatan secara maksimal sesuai standar yang telah ditetapkan ditandai dengan pengertian dan penyebab syndrom dispepsia yang keluarga mampu sebutkan masih sama seperti hari pertama tetapi pada hari kedua ini keluarga mampu menyebutkan jenis dan tanda syndrom dispepsia serta mampu menjelaskan cara cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut. Kekurangmampuan ini mungkin disebabkan karena standar pengertian yang ditetapkan terlalu sulit untuk dimengerti

karena ketika peneliti menjelaskan kembali jika syndrom dispepsia adalah sakit perut bagian atas yang belum diketahui penyebabnya ”menggunakan bahasa jawa”, keluarga langsung paham dan bisa mengulanginya lagi ketika peneliti mengevaluasi. Hasil evaluasi juga menujukan keluarga Tn. T lebih cepat menguasai respon psikomotor daripada respon verbal, dimana respon psikomotor dalam dua hari mampu dilakukan sesuai standar sedangkan respon verbal belum.

b. Gambaran keluarga Tn. T dalam kemauan mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan Pada hari pertama, keluarga Tn. T belum mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah sesuai standar yang telah ditetapkan karena keluarga hanya mampu menyebutkan 1 dari 4 akibat lanjut dari syndrom dispepsia ”biaya berobat mahal”, tetapi keluarga Tn T menyatakan ingin mengatasi masalah kesehatan pada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K) dengan menggunakan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Pada hari kedua keluarga Tn. T sudah mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, dimana keluarga Tn. T mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat lanjut dari syndrom dispepsia ” tubuh akan bertambah lemah dan biaya berobat mahal” dan juga menyatakan ingin tetap

menggunakan rimpang kunyit untuk mengatasi masalah kesehatan pada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia (Ny. K). Dari hasil wawancara dan evaluasi, disimpulkan bahwa keluarga Tn. T dapat menyebutkan akibat dari masalah kesehatan, mengerti sifat dan luasnya masalah, masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga, dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah, tidak merasa menyerah terhadap masalah kesehatan yang dialami, merasa takut akan akibat dari penyakitnya, tidak mempunyai sikap negatif terhadap masalah, dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, keluarga percaya terhadap tenaga kesehatan dan tidak mendapat informasi yang salah mengenai tindakan dalam mengatasi masalah.

c. Gambaran kemampuan keluarga Tn. T dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan. Gambaran kemampuan keluarga Tn. T dalam merawat anggota keluarga

dengan

masalah

kesehatan

termasuk

kemampuan

memelihara lingkungan dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat. Pad Pada hari pertama ( 28 Agustus 2005) keluarga Tn. T sudah mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan tetapi belum optimal sesuai standar yang telah ditetapkan, yaitu keluarga Tn. T hanya mampu menyebutkan 4 cara dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrome dispepsia tetapi keluarga Tn. T sudah mampu menyebutkan 2 dari 4 cara pencegahan

syndrom

dispepsia

menganjurkan

“menganjurkan

perut

selalu

terisi”,

pola

makan

mampu

teratur

dan

menjelaskan

cara

pembuatan dan penggunaan serbuk kunyit, mampu menyebutkan 4 dari 5 ciri lingkungan rumah sehat dan sudah terbiasa memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada yaitu Puskesmas serta mengatakan akan control bila dalam waktu 3 hari kasus syndrom dispepsia pada Ny. K tidak membaik. Pada hari kedua ( 29 Agustus 2005), keluarga Tn. T mampu merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K) sesuai standar yang telah ditetapkan dimana keluarga Tn. T mampu menyebutkan 4 dari 4 cara pencegahan syndrom dispepsia, mampu menyebutkan 5 dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia dan mampu mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional rimpang kunyit. Hasil pengamatan dan wawancara, disimpulkan bahwa keluarga Tn. T mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, mampu mengambil dari sumber daya keluarga yang ada untuk perawatan yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit, mampu melaksanakan perawatan pada anggota

keluarga

memodifikasi

dengan

lingkungan

kasus yang

syndrom

dispepsia,

mampu

mendukung

kesehatan,

mampu

mempelajari tentang bagaimana perawatan keluarga terhadap anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia sehingga keterampilan

keluarga mengenai perawatan yang diperlukan memadai, tidak mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang diperlukan, tidak ada konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam keluarga, mengetahui upaya peningkatan kesehatan dan pencegahaan penyakit, tidak merasa takut akan akibat dari tindakan, sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan biasa memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan menggunakan kartu JPKM dan mau memodifikasi lingkungan yang menguntungkan kesahatan walaupun BAB masih dikolam tetapi keluarga mempunyai niat untuk membuat WC. Gambaran pencapaian tujuan umum ( setelah 7 x pertemuan gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny K teratasi) yang menggambarkan kemampuan keluarga Tn. T dalam merawat anggota keluarga

dengan

kasus

syndrom

dispepsia

(

Ny.

K)

melalui

penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan memanfaatkan tanaman obat keluarga rimpang kunyit, dipantau melalui observasi selama 1 minggu yaitu: a. Hari Pertama (28 Agustus 2005) Pada hari pertama waktu pengkajian, keluarga Tn. T. mengatakan sudah biasa menggunakan rimpang kunyit untuk mengatasi penyakit sistem pencernaan tetapi biasanya penyakitnya tidak membaik, rimpang kunyit

yang digunakan diolah dengan cara diparut, diperas airnya lalu diminum dengan dosis yang tidak diukur dan dikonsumsi secara tidak teratur. Pada pukul 15.00 WIB peneliti bersama keluarga mengkaji anggota keluarga Ny. K, Ny. K mengeluh sudah satu minggu perut terasa sakit, mual, kembung, cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, rasa penuh pada perut bagian atas. Hasil pemeriksaan fisiknya yaitu keadaan umum baik, konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik, dan tanda vitalnya yaitu tensi 90/60 mmhg, suhu 36, 2ºC, nadi 68 x/ menit, pernapasan 20 x/ menit. Keluarga Tn. T mengatakan Ny. K sudah berobat ke Puskesmas dua hari yang lalu tetapi keluhannya belum berkurang dan obat dari puskesmas sudah diminum sebanyak tujuh kali dan tinggal dua kali minum. Dari Puskesmas Ny. K didiagnosa

syndrom dispepsia dan

mendapatkan obat antasid, vitamin B12 dan parasetamol. Menurut Manjoer (2000) syndrom dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis yang terdiri rasa tidak enak/ sakit perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Syndrom dispepsia merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari salah satu atau lebih gejala nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa kembung, cepat kenyang dan sendawa ( Djojodiningrat, 2001). Manifestasi klinis syndrom dispepsia pada Ny. K termasuk pada dispepsia dengan keluhan seperti ulkus dan dismotitlitas dengan gejala

nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mual, cepat kenyang, rasa penuh pada perut bagian atas dan termasuk jenis akut karena pembagian akut/ kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan ( Mansjoer, 2000). Etiologi penyakit yang diderita Ny. K belum diketahui secara pasti ( dispepsia fungsional) dimana Ny. K tidak mengalami demam, tidak ditemukan gejala diabetes militus, penyakit tiroid dan jantung koroner, tidak mengkonsumsi antibiotik, digitalis, theophilin dan antiinflamasi non steroid. Bisa diketahui etiologinya dengan pasti apabila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut tetapi karena keterbatasan penelitian,

peneliti

kemungkinan

tidak

penyebab

melakukan lain

seperti

penkajian adanya

lebih

tumor,

lanjut gastritis

( peradangan lambung), pemeriksaan fungsi hati, fungsi pangkreas, fungsi saluran empedu, fungsi jantung dan fungsi hormonal. Setelah dilakukan diskusi dengan keluarga Tn. T, keluarga Tn. T mau merawat anggota keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K), keluarga Tn. T juga mau menggunakan tanaman obat keluarga rimpang kunyit dan memberikannya dengan dosis yang sesuai dengan literatur yang ada yaitu 500 mg serbuk rimpang kunyit yang telah diolah dimasukan kedalam kapsul diminum empat kali sehari, satu jam sebelum makan dan satu jam sebelum tidur. Intervensi lain yang di lakukan keluarga yaitu menganjurkan makan makanan yang

tidak merangsang saluran pencernaan, makan sedikit-sedikit tapi sering dan mengkompres hangat pada area perut yang sakit. Keluarga Tn. T terlihat bersemangat untuk melakukan perawatan terhadap anggota keluarganya yang mengalami gangguan saluran pencernaan syndrom dispepsia ( Ny. K) dan respon Ny. K positif dan kooperatif terhadap tindakan yang diberikan.

b. Hari Kedua ( 29 Agustus 2005) Pada pukul 15.00 WIB keluarga Tn. T. mengatakan rimpang kunyit yang sudah diminum sebanyak lima kapsul dan tetap melakukan intervensi keperawatan keluarga pada Ny. K dengan kasus syndrom dispepsia. Keluhan Ny. K sudah mulai berkurang yaitu rasa sakit pada perut, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, mual tidak seperti hari pertama. Sedangkan keluhan yang lainnya yaitu kembung, cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri saat lapar, rasa penuh pada perut bagian atas belum berkurang. Keluarga Tn. T juga mengatakan istirahat Ny. K kurang dan intervensi selanjutnya ditambahkan dengan menganjurkan Ny. K untuk meningkatkan istirahat dan menciptakan suasana lingkungan yang nyaman. Obat dari puskesmas sudah habis, keluarga Tn. T menyatakan penggunaan rimpang kunyit dicampur dengan obat dari puskesmas tidak menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, tetapi menurut keluarga rimpang kunyit lebih nyaman dikonsumsi dalam bentuk dosis tunggal ( kapsul rimpang

kunyit saja). Tanda vital tidak terjadi perubahan sejak seperti hari pertama kecuali suhu turun 0,2 ºC yaitu dari 36,2 ºC menjadi 36 ºC dan denyut nadi naik 2 x/ menit yaitu dari 68 x/ menit menjadi 70 x/ menit.

c. Hari Ketiga (30 Agustus 2005) Pada pukul 15.00 WIB keluarga Tn. T. mengatakan kapsul rimpang kunyit yang sudah dikonsumsi sebanyak sembilan kapsul, tetap melakukan intervensi keperawatan keluarga, Ny. K dianjurkan untuk istirahat dan pekerjaan rutin Ny. K dibantu anggota keluarga yang lain. Keluarga Tn. T juga mengatakan beberapa keluhan Ny. K sudah tidak terasa lagi diantaranya ”kembung, rasa sakit pada perut, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan dan nyeri saat lapar”, sedangkan mual, tidak nafsu makan, cepat kenyang dan rasa penuh pada perut bagian atas belum teratasi tetapi keluhan tersebut sudah mulai berkurang. Setelah diskusi dengan keluarga, peneliti mengajarkan keluarga teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri dan

keluarga

terlihat paham dan menganjurkan Ny. K untuk melakukannya. Tanda vital masih tetap seperti hari kedua kecuali tensi, baik sistol maupun diastolnya ada kenaikan 10 mmhg ( 90/60 mmhg - 100/70 mmhg).

d. Hari Keempat (31 Agustus 2005)

Pada pukul 15.00 WIB, keluarga Tn. T. mengatakan keluhan Ny. K sudah teratasi semua dan sudah tidak ada keluhan pada saluran pencernaan lagi, BAB lancar dan tidak ada perubahan warna maupun konsistensinya. e. Hari Kelima dan keenam Pada hari kelima dan keenam tidak dilakukan kunjungan rumah karena keadaan Ny. K sudah membaik dan semua keluhannya sudah teratasi tetapi pemberian tanaman obat keluarga rimpang kunyit tetap dilanjutkan untuk melihat pengaruh lainnya.

f. Hari Ketujuh ( 3 September 2005) Pada hari ketujuh peneliti menanyakan kepada keluarga: ”Apakah ada keluhan selama mengkonsumsi kapsul rimpang kunyit pada hari kelima dan keenam?”, keluarga menyatakan: ”Tidak ada keluhan apa-apa. malah nafsu makan Ny. K bertambah naik”. Pada pukul 15.00 WIB, peneliti melakukan evaluasi akhir setelah dilaksanakannya lima tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K) oleh keluarga Tn. T. Kapsul rimpang kunyit yang telah dikonsumsi sebanyak 25 kapsul dan keluarga Tn. T mengatakan Ny. K nafsu makannya naik, tidurnya lebih nyenyak, badannya terasa lebih segar, perutnya sudah tidak terasa sakit, tidak kembung dan lebih nyaman. Hasil ini menunjukan kesesuaian dengan literatur, yang menyatakan bahwa rimpang kunyit

mampu menahan sekresi getah lambung, mampu mengurangi rasa nyeri pada gangguan saluran pencernaan, mampu meningkatkan nafsu makan, mampu mengurangi penumpukan gas dalam lambung dan mampu melindungi sel-sel hati dari pengaruh zat-zat toksik ( Hargono, 2002). Tanda vitalnya yaitu tensi 110/80 mmhg, suhu 36,2 ºC, nadi 78 x/ menit, pernapasan 20 x/ menit. Peruhaan tanda vital sejak hari pertama perawatan yaitu tensi ada kenaikan 20 mmhg baik sistol maupun diastolnya, suhu stabil antara 36 ºC-36,4 ºC, nadi ada kenaikan 10 x/ menit dan pernapasan tetap yaitu 20 x/ menit. Walaupun ada kenaikan tensi dan nadi pada Ny. K, ini belum dapat disimpulkan pengaruh dari rimpang kunyit karena banyak faktor lain yang mungkin mempengaruhi dan dapat diteliti lebih lanjut. 5. Simpulan Sementara Kasus I Gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. T dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K) melalui pemanfataan tanaman obat keluarga rimpang kunyit menunjukan bahwa masalah teratasi seluruhnya dimana keluarga Tn. T mampu melaksanakan 5 tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K) dan keluhan anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia teratasi 100 %, jadi tujuan khusus dan tujuan umum asuhan keperawatannya dapat tercapai. Tujuan khusus asuhan keperawatan keluarga tercapai seluruhnya sesuai standar dan kriteria waktu yang telah ditentukan, hal ini dilihat

dari gambaran bahwa keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah dan keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan termasuk mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dan memodifikai lingkungan yang menguntungkan kesehatan dan mampu memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit untuk mengatasi masalah kesehatannya. Sesuai hasil penelitian dan pengamatan peneliti kemampuan keluarga Tn. T tersebut diatas dipengaruhi beberapa faktor yaitu tingkat pengetahuan dan pengalaman keluarga, suasana/ keadaan lingkungan, sumber daya keluarga, masalah kesehatan keluarga yang ada ( syndrom dispepsia), terjangkaunya fasilitas kesehatan, dan kooperatifnya keluarga Tn. T. Tujuan umum asuhan keperawatan keluarga tercapai seluruhnya kurang dari kriteria waktu yang telah ditetapkan yaitu pada hari keempat perawatan dimana kasus syndrom dispepsia pada Ny. K dapat teratasi seluruhnya, dengan teratasinya kasus syndrom dispepsia pada Ny. K tersebut berarti keluarga Tn. T dapat dikatakan mampu merawat anggota keluarganya yang sakit melalui pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Sesuai hasil penelitian

dan pengamatan peneliti

ketercapaian tujuan umum ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan, kooperatifnya keluarga Tn. T dalam merawat anggota keluarganya dengan kasus

syndrom dispepsia ( Ny.K), kepatuhan Ny. K terhadap intervensi yang anjurkan, pengobatan sebelumnya dari Puskesmas, tingkat keparahan penyakit/ masih akutnya penyakit pada Ny. K, penggunaan rimpang kunyit yang sesuai dengan dosis yang ada pada literatur, pola makan dan nutrisi yang adekuat, respon positif Ny. K pada penggunaan rimpang kunyit, dan faktor lingkungan.

B. Kasus II 1. Pengkajian a. Identitas keluarga 1).Nama kepala keluarga : Tuan K 2).Alamat

: Padangsari RT 2 RW VIII Majenang

3).Tanggal pengkajian

: 4 September 2005

4).Puskesmas

: Majenang I

5).Kecamatan

: Majenang

6).No Reg

: 8019

7).Diagnosa medis

: Syndrom dispepsia

b. Daftar anggota keluarga

N o 1 2 3 4 5 6

Nama Anggota Keluarga Tn K Ny U Yeti N. Solehudin Anas M. Rifky N.

Hub. Dgn KK

L/ PendiUmur P dikan

KK Istri Anak Menantu Anak Cucu

L P P L L L

55 th 45 th 30 th 35 th 27 th 10 th

D II PGA D II SMA SI SD

Pekerjaan PNS PNS Wiraswasta Wiraswasta Dosen Pelajar

Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam

Kead Ket kes. Sehat Sakit Sehat Sehat Sehat Sehat

c. Pemeriksaan Individu ( Ny. U dengan Kasus Syndrom Dispepsia) 1).Keadaan utama : Ny. U mengeluh perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas. 2).Keadaan umum : Baik 3).Tanda Vital : Tensi 130/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3 OC, pernafasan 20 x/ menit, BB 52 kg dan TB 158 cm. 4).Pencernaaan

: Defekasi 1-2 kali sehari dengan konsistensi lembek dan warna kuning kecokelatan, tidak terjadi obstifasi dan tidak diare, kembung dan kelihatan mual.

5).Mata

: Konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik.

6).Kulit

: Warna sawo matang, turgor baik, tidak terdapat luka/ borok/ lecet, tidak ikterik, tidak pucat.

7).Genita Urinaria : Miksi 3 – 5 kali dan tidak ada kesukaran. d. Analisa Data No 1 DO:

Data pada keluarga

Masalah kesehatan Gangguan sistem

- Ada anggota keluarga dengan kasus pencernaan syndrom dispepsia ( Ny. U), dan obat syndrom dispepsia. dari Puskesmas yaitu antacid, B12, parasetamol. - Pada pemeriksaan fisik Ny. U ditemukan nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, keadaan umum baik, tensi 130/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3 OC, pernafasan 20 x/ menit, BB 52 kg dan TB 158 cm. DS : - Ny. U mengeluh perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas. e. Diagnosa Keperawatan Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada keluarga Tn K ( Ny. U) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.

2. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Tabel 4.4 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. K Identitas Keluarga : Tn. K N Diagnosa o Keperawatan 1 Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada keluarga Tn. K (Ny. U) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat

Umum Setelah 7 x pertemuan gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny. U teratasi.

Tujuan Khusus Setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi, keluarga mampu:

1. Mengenal masalah GSP syndrom dispepsia pada Ny. U dengan cara

Kriteria

Evaluasi Standar

INTERVENSI

anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.

1.1 Menyebutkan pengertian syndrom dispepsia

Respon verbal

1.2 Menyebutkan penyebab syndrom dispepsia

Respon verbal

1.3 Menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan tandanya

Respon verbal

1.4 Mengidentifi kasi adanya kembung dan sakit perut pada Ny. U

Respon verbal dan psikomotor

Syndrom dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa. Minimal 3 dari 5 penyebab dari syndrom dispepsia 1. Gangguan pada lumen saluran cerna (gastritis/ maag) 2. Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran empedu. 3. Pola makan tidak teratur 4. Obat-obatan. 5. Makanan. Jenis syndrom dispepsia 1. Akut yaitu kurang dari tiga bulan 2. Kronik lebih dari tiga bulan Gejala syndrom dispepsia ( salah satu/ lebih): 1. Nyeri perut bagian atas 2. Nyeri setelah makan 3. Nyeri saat lapar 4. Mudah kenyang 5. Perut cepat terasa penuh saat makan 6. Mual 7. Muntah 8. Kembung 9. Rasa tak nyaman bertambah saat makan. Cara mengetahui adanya kembung dan sakit perut pada Ny. U: 1 Tempelkan telapak tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kanan, jika terdengar suara plungplung berarti kembung. 2 Tekanlah area perut secara perlahan dengan ujung jari tangan dan cari area yang terasa nyeri bila ditekan.

1.1.1

Diskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia

1.2.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia 1.2.2 Tanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia 1.2.3 Berikan pujian pada keluarga 1.3.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai jenis syndrom dispepsia dan tandanya. 1.3.2 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya 1.3.3 Berikan pujian pada keluarga

1.4.1

Jelaskan pada keluarga cara mengetahui kembung dan sakit perut pada Ny. U. 1.4.2 Minta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara menge-tahui kembung dan sakit perut 1.4.3 Berikan pujian pada keluarga

2. Mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia ( Ny. U) dengan cara: 2.1 Menyebutkan akibat lanjut dari GSP syndrom dispepsia

Respon verbal

Memutuskan untuk merawat Ny. U yang mengalami GSP syndrom dispepsia. 3. Merawat ang-gota keluarga dengan masalah GSP syndrom dispepsia dengan cara:

Respon verbal

3.1 Menyebutkan cara pencegahan GSP syndrom dispepsia

Respon verbal

Minimal 2 dari 4 akibat lanjut 1. Bila ada infeksi maka rasa sakit akan terus bertambah. 2. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran pencernaan terganggu. 3. Tubuh akan bertambah lemah. 4. Biaya berobat mahal. Keluarga memutuskan untuk merawat Ny. U yang mengalami gangguan saluran pencernaan syndrom dispepsia

2.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai akibat lanjut dari syndrom dispepsia 2.1.2 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut syndrom dispepsia. 2.1.3 Berikan pujian pada keluarga 2.2.1 Tanyakan keinginan keluarga untuk mera-wat Ny. U 2.2.2 Berikan pujian pada keluarga.

Minimal 2 dari 4 cara 3.1.1 Diskusikan dengan pencegahan keluarga mengenai 1. Anjurkan pola makan cara pencegahan GSP teratur syndrom dispepsia 2. Anjurkan perut selalu 3.1.2 Tanyakan kembali pada keluarga terisi/ makan sedikitentang cara sedikit tapi sering. pencegahan GSP 3. Menjaga kebersihan syndrom dispepsia lingkungan 3.1.3 Berikan pujian pada 4. Anjurkan jangan makan keluarga makanan yang merangsang peningkatan asam lambung ( pedas, asam, kopi, dll).

3.2 Menyebutkan cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. U)

3.3 Mendemonstrasikan cara pembuatan obat tradisional rimpang kunyit

Respon verbal

Respon Psikomotor

Minimal 5 dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia: 1. Keluarga dapat mengkaji sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia yaitu mengatasi GSP syndrom dispepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit. 2. Mampu mengolah kunyit 3. Makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan 4. Makan sedikit-sedikit tapi sering. 5. Meningkatkan istirahat 6. Kompres hangat pada area perut yang sakit. 7. Melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit ( tarik nafas dari hidung dalamdalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman). Cara pembuatan dan pengolahan obat tradisional: Serbuk rimpang kunyit 1,5 - 3 gr direbus dalam 150 ml air selama 15 menit, setelah keluar uap disaring dan ditambah air masak hingga volumenya 150 ml, dan untuk memperbaiki rasa tambahkan 1 sendok makan gula pasir atau madu, diminum tiga kali sehari 1/3 bagian ( 50 ml sebelum makan). Bila digunakan dalam bentuk kapsul, 500 mg bubuk kunyit per kapsul,

3.2.1

Diskusikan cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia 3.2.2 Minta keluarga menyebutkan kembali cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia 3.2.3 Berikan pujian pada keluarga

3.3.1 Demonstrasikan cara pembuatan obat tradisional dan memasukannya kedalam kapsul. 3.3.2 Motivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional 3.3.3 Berikan pujian pada keluarga.

3.4 Melakukan perawatan untuk mengatasi keluhan syndrom dispepsia pada Ny. U

4. Memodifikasi lingkungan.

Respon afektif

diminum empat kali sehari setengah sampai satu jam sebelum makan dan sebelum tidur. Cara membuat bubuk kunyit, kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring. Keluarga melakukan 3.4.1 Adakan kunjungan perawatan pada Ny. U tidak terencana dan yaitu dengan: evaluasi cara 1. Mengatasi gangguan keluarga untuk saluran pencernaan merawat Ny. U. syndrom dispepsia dgn 3.4.2 Berikan pujian pada obat tradisional rimpang keluarga. kunyit dalam bentuk kapsul yang dibuat bersama. 2. Mampu memberi kapsul kunyit dengan dosis 4 X 1 kapsul satu jam sebelum makan dan sebelum tidur. 3. Memberi makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan 4. Menganjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering. 5. Menganjurkan meningkatkan istirahat 6. Mengkompres hangat pada area perut yang sakit. 7. Memotifasi untuk melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit.

4.1 Menyebutkan ciri lingkungan rumah yang sehat

Respon verbal

Minimal 2 dari 4 ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat; 1. Bersih dan rapih 2. Ventilasi cukup 3. Ada penerangan dari sinar matahari 4. Tidak lembab.

4.2 Memodifikasi lingkungan menjadi sehat

Respon psikomotor

Memodifikasi lingkungan 1. Membuka jendela atau pintu rumah 2. Menutup makanan 3. Membersihkan tempat yang disukai lalat.

5. Memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan 5.1 Pergi ke Puskesmas/ dokter untuk mengatasi kasus SD pada Ny. U

Respon afektif

Jika dalam tiga hari Ny. U tidak mambaik maka keluarga akan membawa Ny. U pergi ke Puskesmas/ dokter

4.1.1Diskusikan dengan keluarga mengenai ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat 4.1.2Motivasi untuk menyebutkan kembali ciri-ciri Iingkungan rumah yang sehat 4.1.3Berikan pujian pada keluarga 4.2.1Berikan kesempatan pada keluarga untuk menilai kondisi rumahnya 4.2.2Bersama-sama dengan keluarga melakukan modifi-kasi Iingkungan 4.2.3Berikan pujian pada keluarga 5.1.1 Anjurkan keluarga untuk membawa Ny. U ke Puskesmas/ dokter terdekat. 5.1.2 Berikan pujian pada keluarga

3. Implementasi Dan Evaluasi Tab Identitas Keluarga : Tn. K No. Waktu DX 4-9-05 15.00 WIB

TUK. 1

el 4.5 Implementasi Dan Evaluasi Keluarga Tn. K Implemetasi

Evaluasi

Mendiskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia. Syndrome dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa. 1.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia. Penyebab dari syndrom dispepsia: 1). Gangguan pada lumen saluran cerna ( gastritis/ maag) 2). Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran empedu. 3). Pola makan tidak teratur 4). Obat-obatan.

Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan pengertian dari syndrom dispepsia adalah ”nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah” 2. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 penyebab dari syndrom dispepsia. Penyebabnya adalah maag, makan tidak teratur, makanan dan obat-obatan. 3. Keluarga mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan mampu menyebutkan tanda syndrom dispepsia yaitu nyeri ulu hati, mual, kembung dan muntah. 4. Keluarga mampu menjelaskan cara mengetahui adanya kembung dan mencari area yang sakit

1.1.1

5). Makanan. 1.2.2 Menanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia 1.2.3 Memberikan pujian pada keluarga 1.3.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai jenis syndrom dispepsia dan tandanya. Jenis syndrom dispepsia: 1. Akut yaitu kurang dari tiga bulan 2. Kronik lebih dari tiga bulan Gejala nyeri perut bagian atas, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan, mual, muntah, kembung, rasa tak nyaman bertambah saat makan. 1.3.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya 1.3.4 Memberikan pujian pada keluarga 1.4.1 Menjelaskan pada keluarga cara mengetahui adanya kembung dan sakit perut pada Ny. U. Cara mengetahui kembung dan area perut yang sakit yaitu: 1. Tempelkan telapak tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kiri, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung. 2. Tekanlah area perut secara perlahan dan cari daerah yang terasa nyeri bila ditekan. 1.4.2 Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut pada Ny. U 1.4.3 Memberikan pujian pada keluarga TUK 2.1.1Mendiskusikan dengan keluarga mengenal 2 akibat lanjut dari syndrom dispepsia. Akibat lanjut dari syndrom dispepsia: 1. Bila ada infeksi maka rasa sakit akan terus bertambah. 2. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran pencernaan terganggu. 3. Tubuh akan bertambah lemah. 4. Biaya berobat mahal 2.1.2Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut dari syndrom dispepsia. 2.1.3Memberikan pujian pada keluarga 2.2.1 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Ny. U. 2.2.2 Memberikan pujian pada keluarga TUK 3.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai cara 3 pencegahan syndrom dispepsia Cara pencegahan syndrom dispepsia: 1. Anjurkan pola makan teratur 2. Anjurkan perut selalu terisi/ makan sediki-

Data Objektif : 1 Keluarga mendemonstarsikan cara mengetahui kembung. 2 Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung. 3 Terdapat kontak mata. 4 Sesekali keluarga terlihat mengangukanggukkan kepala. 5 Keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian Perencanaan : Lanjutkan Implementasi dengan modifikasi jika diperlukan.

Data Subjektif : 1 Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat lanjut dari syndrom dispepsia yaitu tubuh akan bertambah lemah dan biaya berobat mahal 2 Keluarga menyatakan keinginan-nya untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Ny. U Data Objektif : Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung dan keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian. Perencanaan : Lanjutkan implementasi Data Subjektif : 1 Keluarga menyebutkan 2 dari 4 cara pencegahan syndrom dispepsia yaitu menganjurkan pola makan teratur dan menganjurkan perut selalu terisi.

sedikit tapi sering. 3. Menjaga kebersihan ling-kungan 4. Anjurkan jangan makan makanan yang merangsang ( pedas, asam, kopi, dll). 3.1.2 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Ny. U. 3.1.3 Memberikan pujian pada keluarga Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia Cara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu: 1. Keluarga dapat mengkaji sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia yaitu mengatasi GSP syndrom dispepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit. 2. Mampu mengolah kunyit 3. Makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan 4. Makan sedikit-sedikit tapi sering. 5. Meningkatkan istirahat 6. Mengkompres hangat pada area perut yang sakit. 7. Melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit (tarik nafas dari hidung dalam-dalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman). Meminta keluarga menyebut-kan kembali cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia Memberikan pujian pada keluarga 3.3.1 Menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit: kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring. 3.3.2 Mendemonstrasikan cara memasukan serbuk kunyit kedalam kapsul. Masukan serbuk kunyit yang telah kedalam kapsul ukuran 500 mg dengan membuka kapsul, masukan serbuk kunyit penuh atas bawah lalu tutup kembali. 3.3.3 Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional. 3.3.4 Memberikan pujian pada keluarga.. TUK Mendiskusikan dengan keluarga mengenai ciri-ciri 4 lingkungan rumah yang sehat Ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat; 1. Bersih dan rapih 2. Ventilasi cukup 3. Ada penerangan dari sinar matahari 4. Tidak lembab

2 Keluarga mampu menyebutkan 4 cara dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrome dispepsia 3 Keluarga mampu menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit dan bisa memasukannya kedalam kapsul. Data Obyektif: 1 Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung. 2 Terdapat kontak mata. 3 Sesekali keluarga terlihat menganggukanggukkan kepala 4 Keluarga tersenyum saat diberikan pujian Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu menyebutkan cara mencegah dan merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia yaitu mengkaji sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia ( obat tradisional rimpang kunyit), makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan, meningkatkan istirahat, mengkompres hangat pada area perut yang sakit. Untuk TUK 3 lakukan kunjungan tidak terencana dan supervisi untuk melihat bagaimana cara keluarga merawat Ny. U. Perencanaa : Lanjutkan implementasi.

Data Subjektif : Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 5 ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat dan keluarga menilai kondisi rumahnya sudah baik dan termasuk rumah yang sehat. Data Objektif; 1 Rumah keluarga tampak bersih dan rapi,

5. Menutup makanan. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali mengenai ciri-ciri Iingkungan rumah yang sehat Memberikan pujian pada keluarga 4.2.1 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk menilai kondis rumahnya 4.2.2 Menganjurkan pada keluarga untuk mempertahankan kondisi rumahnya. 4.2.3 Memberikan pujian pada keluarga

6-9-05 15.00 WIB

TUK 5

Menganjurkan keluarga untuk membawa kembali Ny. U ke Puskesmas atau ke dokter terdekat jika dalam waktu 3 hari kondisinya tidak membaik. Memberikan pujian atas keinginan keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

TUK 3

3.1.1 Mendiskusikan kembali dengan keluarga mengenai cara pencegahan syndrom dispepsia 3.1.2 Menanyakan kembali keinginan keluarga untuk merawat Ny. U. 3.1.3 Memberikan pujian pada keluarga 3.2.1 Mendiskusikan kembali dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia 3.2.2 Meminta keluarga menyebutkan kembali cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia 3.2.3 Memberikan pujian pada keluarga 3.3.1 Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional. 3.3.2 Memberikan pujian pada keluarga.

3.1.1 Mengadakan kunjungan tidak terencana untuk mengevaluasi cara keluarga merawat Ny U 3.3.3 Memberikan pujian pada keluarga

jendela rumah terbuka, dan sinar masuk ke dalam rumah. 2 Keluarga memperhatikan maha-siswa saat diskusi berlangsung. 3 Terdapat kontak mata 4 Keluarga tersenyum ssat diberi pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan rumah menjadi sehat. Perencanaan : Lanjutkan implementasi Data Subjektif : Keluarga mengatakan akan membawa Ny. U akan ke Puskesmas atau ke dokter jika dalam waktu 3 hari SDP syndrom dispepsia yang diderita tidak mengalarni perbaikan. Data Objektif : Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung dan keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah menyatakan kesediaannya untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Perencanaan : Lanjutkan implementasi Data Subjektif : 1 Keluarga menyebutkan 4 dari 4 cara pencegahan syndrom dispepsia. 2 Keluarga mampu menyebutkan 6 dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia. Data Obyektif: 1 Keluarga mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional dari rimpang kunyit. 2 Keluarga memperhatikan maha-siswa saat diskusi berlangsung. 3 Terdapat kontak mata. 4 Sesekali keluarga terlihat mengangguanggukkan kepala 5 Keluarga tersenyum saat diberikan pujian Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu menyebutkan cara mencegah dan merawat kasus syndrome dispepsia pada Ny. U. Perencanaa : Lanjutkan implementasi

Tabel 4.6 Hasil Observasi Pada Anggota Keluarga Tn. K dengan Kasus Syndrom Dispepsia ( Ny. U) Har

Obyek yang diamati

i ke

Belum teratasi

1 Perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, rasa penuh pada perut bagian atas. 2 Perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, rasa penuh pada perut bagian atas. 3 Perut terasa sakit, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, rasa penuh pada perut bagian atas. 4

5

-

Keluhan Teratasi sebagian/ berkurang -

Kunyit dikonsumsi

Tanda Vital

Therapy Medis

Sudah teratasi

Intervensi keluarga

-

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit ~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan ~ Makan sedikit-sedikit tapi sering ~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit.

1 kapsul

T: 130/80 mmhg S: 36, 3ºC N: 80 X/ menit R: 20 X/ menit

Antacid, Vitamin B12 dan Parasetamol

-

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit ~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan ~ Makan sedikit-sedikit tapi sering ~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit ~ Meningkatkan istirahat ~ Melakukan teknik relaksasi

5 kapsul

T: 130/80 mmhg S: 36, 3ºC N: 80 X/ menit R: 20 X/ menit

Antacid, Vitamin B12 dan Parasetamol

Mual

-

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit ~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan ~ Makan sedikit-sedikit tapi sering ~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit ~ Meningkatkan istirahat ~ Melakukan teknik relaksasi

9 kapsul

T: 120/80 mmhg S: 36 ºC N: 80 X/ menit R: 20 X/ menit

Perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, rasa penuh pada perut bagian atas. Kembung, lemas, rasa

-

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit ~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan ~ Makan sedikit-sedikit tapi sering ~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit ~ Meningkatkan istirahat ~ Melakukan teknik relaksasi

13 kapsul

T: 120/80 mmhg S: 36,4ºC N: 80 X/ menit R: 20 X/ menit

Perut terasa ~ Memberikan obat tradisional sakit, mual, rimpang kunyit

17 kapsul

T: 120/80

-

-

-

penuh pada perut bagian atas., tidak nafsu makan

6

-

-

nyeri ulu ~ Makan makanan yang tidak hati, nyeri merangsang sistem pencernaan setelah ~ Makan sedikit-sedikit tapi makan, sering nyeri saat ~ Mengkompres hangat pada lapar area perut yang sakit ~ Meningkatkan istirahat ~ Melakukan teknik relaksasi Kembung, ~ Memberikan obat tradisional Lemas rimpang kunyit Rasa penuh pada perut bagian atas, Tidak nafsu makan

7 Hasil evaluasi akhir dengan dilaksanakannya lima tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus ayndrom dispepsia (Ny.K) oleh keluarga Tn. K diperoleh data sebagai berikut: 1. Nafsu makan naik 2. Sakit perut teratasi dan teras lebih nyaman 3. Ny. U menyatakan tidur lebih nyenyak

4.

Ny. U mengatakan badanya lebih segar.

mmhg S: 36,4ºC N: 78 X/ menit R: 20 X/ menit 21 kapsul

25 kapsul

T: 120/80 mmhg S: 36,2ºC N: 78 X/ menit R: 20 X/ menit T: 110/80 mmhg S: 36,2ºC N: 78 X/ menit R: 20 X/ menit

4 Pembahasan Kasus II Pengkajian awal pada Ny. U yang datang ke Puskesmas Majenang I dengan kasus syndrom dispepsia, Ny. U mengatakan sudah terbisa menggunakan tanaman obat keluarga rimpang kunyit dalam mengobati penyakitnya tetapi keluhan yang dialami tidak berkurang, sedangkan menurut literature yang ada rimpang kunyit mampu mengurangi keluhan bahkan menyembuhkan penyakit syndrom dispepsia, yaitu menurut Hargono ( 2002) rimpang kunyit mempunyai khasiat sebagai anti oksidan, pengurang rasa nyeri pada gangguan sistem pencernaan, peningkat nafsu makan dan dapat mengurangi penumpukan gas dalam lambung. Hal ini dimungkinkan karena keluarga Tn. K belum mampu merawat anggota keluarganya yang sakit ( Ny.

-

U) dan pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit belum tepat. Dari pengkajian awal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. K dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. U ). Asuhan keperawatan yang akan dilakukan bersifat partisipatif yaitu melibatkan seluruh anggota keluarga Tn. K dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. U) dan perawatan ini terfokus pada pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Asuhan keperawatan dimulai sejak tanggal 4 September 2005 melalui kunjungan rumah selama satu minggu dengan beberapa tahapan diantaranya pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal-hal yang dikaji dalam pengkajian yaitu identitas keluarga, daftar anggota keluarga, data umum dan pemeriksaan fisik anggota keluarga dengan kasus syndrom dipepsia. Pada pengkajian data umum keluarga, didapatkan tipe keluarga Tn T adalah nuclear family ( keluarga inti) yang terdiri dari ayah, ibu, dua orang anak, satu menantu dan satu cucu yang tinggal bersama dalam satu rumah dan tahap perkembangannya adalah pada tahap orang tua usia pertengahan. Pada data umum dikaji juga keadaan biologis keluarga, psikologis keluarga, sosial ekonomi keluarga, spiritual keluarga, lingkungan rumah, fungsi dan harapan keluarga. Hasil pengkajian keadaan biologis keluarga Tn. K yaitu kebersihan: ”frekuensi mandi sehari 2 kali, menggunakan sabun, kamar mandi milik

sendiri, biasa cuci tangan sebelum makan dan biasa cuci kaki sebelum tidur”, pola makan: ”tidak ada pantangan makan, makan sehari 3 kali, makanan pokok nasi, lauk kadang-kadang, sayuran selalu ada, buah

kadang-kadang, susu

kadang-kadang, cara menghidangkan makanan tertutup, air minum dimasak dan kebiasaan masak sayuran dipotong baru dicuci”, pola istirahat: ”rata-rata tidur malam dari jam 21.00 sampai jam 05.00, kadang-kadang tidur siang dan tidak ada anggota keluarga yang sulit tidur kecuali Ny. U”, reproduksi: ”keluarga tidak menggunakan alat kontrasepsi”, tidak ada kecacatan dan tidak ada penyakit kronik/ menular dalam keluarga Tn. K. Pengkajian psikologis pada keluarga Tn. K menggambarkan kondisi emosi dalam hubungan antar anggota keluarga untuk menghadapi masalah terkesan baik, terdapat komunikasi/ interaksi antar anggota keluarga, strategi koping keluarga baik ( keluarga mau menyelesaikan masalah kesehatan) dan adanya musyawarah untuk mengambil keputusan. Pada pengkajian ekonomi keluarga, keluarga memiliki tabungan kesehatan, penghasilan per bulan lebih dari enam ratus ribu rupiah dan keluarga Tn. K tergolong pada keluarga sejahtera III. Pengkajian spiritual menggambarkan pandangan hidup keluarga terhadap keadaan sehat baik, ”keluarga menganggap sehat itu mahal dan berpendapat lebih baik mencegah dari pada mengobati”. Hasil pengkajian lingkungan rumah didapatkan lingkungan rumah terkesan bersih dan teratur, tempat BAB di WC, pembuangan air kotor

keselokan, mempunyai tempat sampah, kondisi halaman dimanfaatkan untuk taman dan tanaman obat keluarga, tidak memiliki kandang ternak, tidak ada lalat/ nyamuk, ventilasi cukup ( tinggi internit lebih dari 2,4 m dari lantai, banyak lobang angin/ jendela, luas jendela lebih dari 10 % dari luas lantai), tidak pengap, penerangan cukup baik dan jendela difungsikan. Fungsi afektif/ gambaran diri anggota keluarga baik ditandai dengan setiap anggota keluarga berperan sesuai fungsinya masing-masing, setiap anggota keluarga merasa dimiliki dan memiliki dalam keluarga dan setiap anggota keluarga saling mendukung dalam menghadapi masalah kesehatan. Fungsi sosialisasi/ hubungan antar anggota keluarga maupun dengan orang lain terkesan baik dan orang tua yang berperan sebagai pendidik dalam keluarga untuk mengembangkan disiplin, norma, budaya dan perilaku. Fungsi perawatan kesehatan,

keluarga Tn. K belum mampu

melaksanakan fungsi perawatan kesehatan dengan baik dimana keluarga belum mampu mengetahui masalah kesehatan yang ada, belum mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah dan keluarga belum mampu merawat anggota keluarganya yang sakit ( Ny. U). Setelah keluarga mampu melaksanakan fungsi perawatan kesehatan, keluarga berharap kasus syndrom dispepsia pada Ny. U dapat teratasi. Setelah mengkaji fungsi keluarga, penulis melakukan pemeriksaan fisik pada individu dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. U), hasilnya yaitu keadaan umum baik, nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan

mual, tensi 130/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3 OC, pernafasan 20 x/ menit, BB 52 kg dan TB 158 cm. Pada anamnesa keluarga, keluarga Tn. K mengatakan sudah memeriksakan Ny. U ke Puskesmas, obat dari puskesmas ( antasid, vitamin B12 dan parasetamol) sudah diminum secara teratur tetapi belum ada perubahan pada penyakitnya dan keluhan Ny. U saat ini yaitu perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas. Data yang telah dikaji pada keluarga Tn. K dianalisa dengan cara dikelompokan menjadi data subyektif ( Ny. U mengeluh perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas) dan data objektif ( ada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia dan pada pemeriksaan fisik Ny. U ditemukan nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, tensi 130/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3 OC, pernafasan 20 x/ menit, BB 52 kg dan TB 158 cm) lalu ditentukan masalah kesehatannya ( gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia). Analisa tersebut

dirumuskan

menjadi

diagnosa

keperawatan

dan

diagnosa

keperwatannya adalah gangguan sistem pencernaan sindrom dispepsia pada keluarga Tn. K ( Ny. U) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia. Setelah diagnosa keperawatan keluarga sudah dirumuskan, penulis bersama keluarga menyusun rencana keperawatan.

Rencana keperawatan keluarga mempunyai tujuan yaitu tujuan khusus ”setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi keluarga mampu merawat anggota keluarganya yang sakit” dan tujuan umum ”setelah 7 x pertemuan gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny K teratasi”. Dari tujuan itu penulis melakukan implementasi keperawatan pada keluarga Tn. K walaupun terfokus pada pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit tetapi tidak mengabaikan/ tetap melaksanakan implementasi keperawatan keluarga lainnya. Implementasi dilakukan melalui penyuluhan dengan cara diskusi, peragaan dan komunikasi interaktif. Respon keluarga Tn. K selama penyuluhan berlangsung kooperatif dan memiliki persepsi yang positif, dimana keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung, terdapat kontak mata, sesekali terlihat menganggukan kepala dan tersenyum saat diberikan pujian. Sewaktu implementasi dan sesudah implementasi penulis melakukan evaluasi. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga Tn. K dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, bertujuan untuk melihat gambaran kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan khusus dan tujuan umum yang telah ditetapkan pada perencanaan. Gambaran pencapaian tujuan khusus ( keluarga Tn. K mampu merawat anggota keluarganya yang sakit) digambarkan berdasarkan kemampuan keluarga Tn. K dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatannya, yaitu:

a.

Gambaran kemampuan keluarga Tn. K dalam mengenal masalah kesehatan. Pada hari pertama tanggal 4 September 2005, keluarga mampu menyebutkan pengertian syndrom dispepsia “kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung dan muntah”, mampu menyebutkan penyebab syndrom dispepsia ”maag, makan tidak teratur, makanan dan obat-obatan”, mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan tandanya ”nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah”, mampu menjelaskan dan mendemonstarsikan cara mengetahui adanya kembung serta keluarga kooperatif pada waktu penyuluhan berlangsung. Jadi pada hari pertama keluarga sudah dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan, serta memiliki persepsi yang positif terhadap masalah. Simpulan sementaranya yaitu keluarga Tn. K mampu mengenal masalah kesehatan keluarga aktual syndrom dispepsia, kurang dari kriteria waktu yang telah ditetapkan dan sesuai standar yang telah ditentukan pada perencanaan.

b.

Gambaran kemampuan keluarga Tn. K dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah. Pada hari pertama tanggal 4 September 2005, keluarga Tn. K mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat lanjut syndrom dispepsia dan

menyatakan

keinginannya

untuk

mengatasi

penyakit

syndrom

dispepsia pada Ny. U. Simpulan sementaranya yaitu keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga aktual syndrom dispepsia, kurang dari kriteria waktu yang telah ditetapkan dan sesuai standar yang telah ditentukan pada perencanaan. Sesuai hasil pengkajian dan evaluasi dapat disimpulkan, keluarga Tn. K sudah

mengerti sifat dan luasnya masalah, mampu menyebutkan

akibat dari masalah, mampu membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah, tidak merasa menyerah terhadap masalah kesehatan yang dialami, merasa takut akan akibat dari penyakitnya, tidak mempunyai sikap negatif terhadap masalah, mampu menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, percaya terhadap tenaga kesehatan, tidak mendapat informasi yang salah mengenai tindakan dalam menangani masalah dan masalah dirasakan oleh keluarga.

c.

Gambaran kemampuan keluarga Tn. K dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan. Pada hari pertama tanggal 4 September 2005, keluarga Tn. K sudah mampu merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. U) termasuk didalamnya mampu memelihara lingkungan dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat, dilihat dari hasil evaluasi setelah dilakukan implementasi yaitu keluarga Tn. K menyebutkan 2 dari 4 cara

pencegahan syndrom dispepsia ”menganjurkan pola makan teratur dan menganjurkan perut selalu terisi”, mampu menyebutkan 4 cara dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia, mampu menjelaskan dan mendemontrasikan cara pembuatan serbuk kunyit dan bisa memasukannya kedalam kapsul, mampu menyebutkan semua ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat, rumah keluarga tampak bersih dan rapi, jendela rumah terbuka, sinar masuk ke dalam rumah dan keluarga Tn K mengatakan akan membawa Ny. U ke puskesmas atau dokter, jika dalam waktu 3 hari gangguan saluran pencernaan syndrom dispepsia tidak mengalami perbaikan. Pada saat kunjungan tidak terencana tanggal 6 September 2005 untuk melihat cara keluarga Tn. K melakukan perawatan pada Ny. U. Cara keluarga Tn. K merawat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan mengatakan akan terus merawat anggota keluarganya yang sakit. Hasil evaluasi menunjukan keluarga Tn. K mampu menyebutkan 4 dari 4 cara pencegahan syndrom dispepsia dan mampu menyebutkan 6 dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia. Simpulan sementaranya yaitu keluarga Tn. K mampu melaksanakan perawatan kurang dari kriteria waktu yang telah ditetapkan dan sesuai standar yang telah ditentukan pada perencanaan, mampu mengambil dari sumber daya keluarga yang ada untuk perawatan yaitu tanaman obat keluarga

rimpang

kunyit,

mampu

memodifikasi

lingkungan

yang

mendukung kesehatan, mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, mampu mempelajari tentang bagaimana perawatan keluarga terhadap anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia sehingga keterampilan keluarga mengenai perawatan yang diperlukan memadai, tidak mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang diperlukan, tidak ada konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam keluarga, dapat melihat keuntungan dalam pemeliharaan

lingkungan

dimasa

mendatang,

mengetahui

upaya

peningkatan kesehatan dan pencegahaan penyakit, tidak merasa takut akan akibat dari tindakan, faham dan bisa memodifikasi lingkungan yang menguntungkan kesahatan, sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan mempunyai pandangan positif akan fasilitas kesehatan tersebut serta akan control ke puskesmas/ dokter bila keluhan belum berkurang dalam waktu tiga hari. Gambaran pencapaian tujuan umum ( setelah 7 x pertemuan gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny. U teratasi) dipantau melalui catatan perkembangan anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. U), sebagai gambaran kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang sakit melalui penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Uraiannya sebagai berikut:

a. Hari pertama ( 4 September 2005) Pada waktu pengkajian, keluarga Tn. K mengatakan sudah biasa menggunakan rimpang kunyit untuk mengatasi penyakit sistem pencernaan tetapi biasanya penyakitnya tidak membaik, rimpang kunyit yang digunakan diolah dengan cara diparut, diperas airnya lalu diminum dengan dosis yang tidak diukur dan dikonsumsi secara tidak teratur. Pada hari pertama pukul 15.00 WIB peneliti bersama keluarga Tn. K mengkaji anggota keluarga yang sakit ( Ny. U), didapatkan Ny. U mengeluh sudah satu minggu perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas. Hasil pemeriksaan fisiknya yaitu keadaan umum baik, konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik, dan tanda vitalnya yaitu tensi 130/80 mmhg, suhu 36, 3ºC, nadi 80 x/ menit, respirasi 20 x/ menit. Ny. U Sudah berobat ke Puskesmas terdekat dua hari yang lalu, dari Puskesmas didiagnosa syndrom dispepsia dan mendapatkan obat antasid, vitamin B12 dan parasetamol. Obat yang sudah dikonsumsi sebanyak empat kali minum dan tinggal lima kali minum, tetapi keluarga Tn. K mengatakan keluhan Ny. U belum berkurang. Menurut Manjoer ( 2000) syndrom dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis yang terdiri rasa tidak enak/ sakit perut bagian atas yang

menetap atau mengalami kekambuhan. Syndrom dispepsia merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari salah satu atau lebih gejala nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa kembung, cepat kenyang dan sendawa (Djojodiningrat, 2001). Manifestasi klinis syndrom dispepsia pada Ny. U termasuk pada dispepsia dengan keluhan seperti ulkus dan dismotitlitas yaitu dengan keluhan nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mual, cepat kenyang, rasa penuh pada perut bagian atas. Kasus syndrom dispepsia pada Ny. U termasuk akut karena pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan ( Mansjoer, 2000). Etiologi penyakit yang diderita Ny. U adalah dispepsia fungsional karena etiologinya belum diketahui secara pasti, dimana Ny. U tidak mengalami demam, tidak ditemukan gejala penyakit diabetes militus, penyakit tiroid dan penyakit jantung koroner, serta tidak mengkonsumsi antibiotic, digitalis, theophilin dan antiinflamasi non steroid. Sebenarnya bisa diketahui etiologinya dengan pasti apabila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Karena

keterbatasan

penelitian,

peneliti

tidak

melakukan

pemeriksaan dan pengkajian lebih lanjut seperti pemeriksaan fungsi hati, fungsi pangkreas, fungsi saluran empedu, fungsi jantung dan fungsi hormonal serta tidak melakukan pengkajian kemungkinan penyebab lain seperti adanya tumor dan gastritis ( peradangan lambung).

Setelah dilakukan diskusi dengan keluarga, keluarga mau merawat anggota keluarganya yang sakit ( Ny. U) dengan menggunakan tanaman obat keluarga rimpang kunyit, dosisnya sesuai dengan literatur yang ada yaitu 500 mg serbuk rimpang kunyit yang dimasukkan kedalam kapsul, diminum empat kali sehari satu jam sebelum makan dan satu jam sebelum tidur. Intervensi lain yang di lakukan keluarga yaitu menganjurkan makan makanan yang tidak merangsang saluran pencernaan, makan sedikit-sedikit tapi sering dan mengkompres hangat pada area perut yang sakit. Respon keluarga Tn. K. positif dan kooperatif terhadap tindakan yang diberikan, dan keluarga terlihat bersemangat untuk melakukan perawatan. b. Hari kedua ( 5 September 2005) Pada pukul 15.00 WIB, keluarga Tn. K. mengatakan keluhan Ny. U belum berkurang dengan mengkonsumsi lima kapsul rimpang kunyit dan melakukan intervensi keperawatan keluarga. Tanda vital masih sama seperti hari pertama yaitu tensi 130/80 mmhg, suhu 36,3 ºC, nadi 80 x/ menit dan respirasi 20 x/ menit. Setelah diskusi dengan keluarga intervensi selanjutnya ditambahkan dengan menganjurkan untuk meningkatkan istirahat dengan memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk istirahat dan melakukan teknik relaksasi. Respon keluarga terhadap tindakan yang dilakukan positif dan akan tetap melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit ( Ny. U) walaupun pada hari kedua keluhannya belum berkurang dan Ny. U. mengatakan senang dengan adanya kerjasama dan perhatian keluarga dalam

perawatan penyakitnya. Obat dari puskesmas tinggal dua kali minum dan keluarga menyatakan penggunaannya dicampur dengan rimpang kunyit tidak efek samping, keluarga juga menyatakan mau kontrol ke puskesmas/ dokter apabila obat sudah habis tetapi keluhan Ny. U belum berkurang.

c. Hari ketiga ( 6 September 2005) Pada pukul 15.00 WIB, keluarga Tn. K. mengatakan mual pada Ny. U sudah berkurang dan Ny. U kelihatan lebih nyaman dan mulai dapat beraktifitas sehari-hari dalam keluarga. Keluhan yang lainnya masih sering terasa seperti perut terasa sakit, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas. Kapsul rimpang kunyit yang sudah dikonsumsi sebanyak sembilan kapsul dan obat dari puskesmas sudah habis, keluarga mengatakan akan tetap merawat Ny. U dengan menggunakan rimpang kunyit tanpa obat dari puskesmas karena Ny. U mengatakan lebih nyaman jika rimpang kunyit saja yang dikonsumsi dan intervensi keluarga yang lain akan tetap terus dilakukan. Tanda vitalnya yaitu tensi 120/80 mmhg, suhu 36 ºC, nadi 80 x/ menit, respirasi 20 x/ menit jadi ada perubahan dari sebelumnya yaitu penurunan sistol 10 mmhg dan suhu 0,3ºC tetapi belum dapat disimpulkan disebabkan mengkonsumsi rimpang kunyit karena banyak faktor lain yang mempengaruhi diantaranya Ny. U sudah bisa mandi dengan air dingin

secara teratur yang biasanya pakai air hangat, sudah bisa intirahat dengan tenang bila malam dan lain -lain. d. Hari keempat ( 7 September 2005) Pada pukul 15.00 WIB, keluarga Tn. K. mengatakan semua keluhan Ny. U sudah berkurang walaupun kadang-kadang masih terasa sakit tetapi tidak seperti hari-hari sebelumnya. Keluarga menyatakan intervensi keperawatan keluarga tetap dilakukan dan kapsul rimpang kunyit yang dikonsumsi 13 kapsul, tanda vitalnya yaitu tensi 120/80 mmhg, suhu 36,4 ºC, nadi 80 x/ menit, respirasi 20 x/ menit, tidak ada perubahan yang menyolok pada tanda vital hanya ada kenaikan suhu 0,4 ºC. e. Hari kelima (8 September 2005) Pada hari kelima pukul 15.00 WIB keluarga Tn. K menyatakan keluhan perut terasa sakit, mual, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan sudah tidak terasa lagi sejak mengkonsumsi 14 kapsul rimpang kunyit dan dilakukan intervensi keluarga secara rutin. Rimpang kunyit yang sudah dikonsumsi sebanyak 17 kapsul tetapi dari hasil pemeriksaan masih didapatkan kembung walaupun sudah tidak seperti hari sebelumnya dan keluarga mengatakan lemas, rasa penuh pada perut bagian atas sudah mulai berkurang serta nafsu makan mulai naik. Tanda vitalnya yaitu tensi 120/80 mmhg, suhu 36,4 ºC, nadi 78 x/ menit, respirasi 20 x/ menit. f. Hari keenam ( 9 September 2005)

Pada hari keenam pukul 15.00 WIB keluarga Tn K. menyatakan semua keluhan Ny. U sudah tidak dirasakan lagi sejak 19 kapsul rimpang kunyit dikonsumsi dan menyatakan akan tetap mengkonsumsi rimpang kunyit sampai Ny. U benar-benar sembuh dan mengungkapkan perasaan senangnya bisa merawat anggota keluarganya yang sakit dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dikeluarganya dengan benar karena biasanya mengkonsumsi rimpang kunyit tidak teratur dan dosisnya tidak diukur tetapi dengan pengalaman ini membuat keluarga ingin mengetahui lebih banyak tentang bagaimana cara perawatan penyakit secara mandiri oleh keluarga sebelum kepelayanan kesehatan. Tanda vitalnya yaitu tensi 120/80 mmhg, suhu 36,2 ºC, nadi 78 x/ menit, respirasi 20 x/ menit. g. Hari ketujuh ( 10 September 2005) Pada evaluasi hari ketujuh akhir pukul 15.00 WIB setelah dilaksanakannya lima tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny.U) oleh keluarga Tn. K diperoleh hasil: keluarga mengatakan Ny. U nafsu makannya naik, tidur lebih nyenyak, perut tidak terasa sakit, tidak kembung dan terasa lebih nyaman serta badan Ny. U terasa lebih segar, hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kunyit mampu menahan sekresi getah lambung, sebagai anti oksidan yaitu mampu melindungi kerusakan sel-sel, mampu mengurangi rasa nyeri pada ganguan pencernaan, mampu meningkatkan nafsu makan, mengurangi penumpukan gas dalam lambung, dan melindungi

sel-sel hati dari pengaruh zat-zat toksik. ( Hargono, 2002). Kunyit yang telah dikonsumsi sebanyak 25 kapsul dengan tanda vital tensi 110/80 mmhg, suhu 36,2ºc, nadi 78 x/ menit, respirasi 20 x/ menit. Sejak hari pertama perawatan sistol ada penurunan 20 mmhg, suhu stabil antara 36ºC-36,4ºC, nadi stabil antara 78-80 x/ menit, dan respirasi tetap yaitu 20 x/ menit. 5. Simpulan Sementara Kasus II Gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. K dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. U) melalui pemanfataan tanaman obat keluarga rimpang kunyit menunjukan bahwa masalah

teratasi

seluruhnya

dimana

keluarga

Tn.

K

mampu

melaksanakan 5 tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. U) dan keluhan anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia teratasi 100 %, jadi tujuan khusus dan tujuan umum asuhan keperawatannya dapat tercapai. Tujuan khusus asuhan keperawatan keluarga Tn. K tercapai seluruhnya kurang dari kriteria waktu yang telah ditentukan dan sesuai standar yang telah ditetapkan, yaitu hari pertama keluarga sudah mampu mengenal masalah kesehatan, mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah dan mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan. Sesuai hasil penelitian, kemampuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat pengetahuan keluarga,

suasana

lingkungan,

masalah

kesehatan

keluarga

yang

ada,

terjangkaunya fasilitas kesehatan, dan kooperatifnya keluarga. Tujuan umum tercapai seluruhnya kurang dari kriteria waktu yang telah ditetapkan yaitu pada hari keenam perawatan kasus syndrom dispepsia pada Ny. U dapat teratasi seluruhnya. Dengan teratasinya masalah kesehatan keluarga tersebut disimpulkan bahwa keluarga Tn. K mampu merawat anggota keluarganya yang sakit ( Ny. U) melalui pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Sesuai hasil penelitian, teratasinya keluhan Ny. U dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, kemampuan keluarga Tn. K dalam melakukan perawatan, kooperatifnya keluarga, kepatuhan Ny. U terhadap intervensi yang dianjurkan, pengobatan sebelumnya dari Puskesmas, masih akutnya penyakit pada Ny. U, penggunaan dosis rimpang kunyit yang sesuai dengan literatur yang ada, pola makan dan nutrisi yang adekuat dan respon Ny. U yang positif terhadap penggunaan rimpang kunyit. C. Kasus III 1. Pengkajian a. Identitas Keluarga 1).Nama kepala keluarga : Tuan L 2).Alamat

: Mulyasari RT 2/III Majenang

3).Tanggal pengkajian

: 5 September 2005

4).Puskesmas

: Majenang I

5).Kecamatan

: Majenang

6).Diagnosa medis

: Syndrom dispepsia

b.

Daftar anggota keluarga

Nama Anggota Keluarga 1 Tn. L 2 Debi S. N. 3 Dhia A. N o

Hub. Dgn L/P KK KK L Istri P Anak P

Umur

Pendidikan

33 th DIII 28 th DI 3 th -

c.

Pekerjaan Wiraswasta Wiraswasta -

Agama Islam Islam Islam

Kead Ket kes. Sakit Sehat Sehat

Pemeriksaan Individu ( Tn. L dengan Kasus Syndrom Dispepsia) 1).Keadaan utama : Tn. L mengeluh sejak 1 bulan yang lalu perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri saat lapar dan nyeri setelah makan. 2).Keadaan umum : Baik 3).Tanda Vital

: Tensi 90/60 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,6 O

C, pernafasan 16 x/ menit, BB 77 kg dan TB 173

cm. 4).Pencernaaan

: Defekasi 1-2 kali sehari dengan konsistensi lembek dan warna kuning kecokelatan, tidak terjadi obstifasi dan tidak diare, kembung dan kelihatan mual.

5).Mata

: Konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik.

6).Kulit

: Warna sawo matang, turgor baik, tidak terdapat luka/ borok/ lecet, tidak ikterik, tidak pucat.

7).Genita Urinaria : Miksi 3 – 5 kali dan tidak ada kesukaran.

d. No 1

Analisa Data Data pada keluarga Masalah kesehatan DO: Gangguan sistem - Ada anggota keluarga dengan kasus pencernaan syndrom dispepsia ( Tn. L). syndrom dispepsia. - Pada pemeriksaan fisik Tn. L ditemukan nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, keadaan umum baik, tensi 90/60 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,2 OC, pernafasan 16 x/ menit, BB 77 kg dan TB 173 cm. DS : - Tn. L mengeluh sejak 1 bulan yang lalu perut terasa sakit, mual, kembung. lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri saat lapar dan nyeri setelah makan.

e. Diagnosa Keperawatan Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada keluarga Tn. L ( Tn. L) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.

2. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Tabel 4.7 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. L Identitas Keluarga : Tn. L No

Diagnosa Keperawatan

Umum

Tujuan Khusus

Kriteria

Evaluasi Standar

Intervensi

1

Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada keluarga Tn. L ( Tn. L) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.

Setelah 7 x pertemuan gangguan sis-tem pencernaan syndrom dispep-sia pada Tn. L teratasi.

Setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi, keluarga mampu: 1. Mengenal ma-salah GSP syn-drom dispepsia pada Tn. L dengan cara 1.1 Menyebutkan pengertian syndrom dispepsia.

1.2 Menyebutkan penyebab syndrom dispepsia.

1.3 Menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan tandanya.

Respon verbal

Respon verbal

Respon verbal

Syndrom dispepsia adalah 1.1.1 Diskusikan kumpulan gejala yang dengan keluarga terdiri dari nyeri ulu hati, mengenai pengertian mual, kembung, muntah, syndrom dispepsia. rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa. Minimal 3 dari 5 penyebab 1.2.1 Diskusikan dari syndrom dispepsia. dengan keluarga 1. Gangguan pada lumen mengenai penyebab saluran cerna syndrom dispepsia. ( gastritis/ maag). 1.2.2 Tanyakan kembali 2. Penyakit pada hati, pada keluarga mepangkreas, dan saluran ngenai pengertian empedu. dan penyebab syn3. Pola makan tidak drom dispepsia. teratur. 1.2.3 Berikan pujian 4. Obat-obatan. pada keluarga. 5. Makanan. Jenis syndrom dispepsia: 1.3.1 Diskusikan 1. Akut yaitu kurang dari dengan keluarga tiga bulan. mengenai jenis 2. Kronik lebih dari tiga syndrom dispepsia bulan. dan tandanya. Gejala syndrom dispepsia: 1.3.2 Motivasi keluarga 1 Nyeri perut bagian atas. untuk menyebutkan kembali jenis 2 Nyeri setelah makan. syndrom dispepsia 3 Nyeri saat lapar. dan tandanya. 4 Mudah kenyang. pujian 5 Perut cepat terasa 1.3.3 Berikan pada keluarga. penuh saat makan. 6 Mual. 7 Muntah. 8 Kembung. 9 Rasa tak nyaman bertambah saat makan.

1.4 Mengidentifi kasi adanya kembung dan sakit perut pada Tn. L.

Respon verbal dan psikomotor.

Cara mengetahui adanya kembung dan sakit perut pada Tn. L: 1 Tempelkan telapak tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kanan, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung. 2 Tekanlah area perut secara perlahan dengan ujung jari tangan dan cari area yang terasa nyeri bila ditekan.

1.4.1

Respon verbal

Minimal 2 dari 4 akibat lanjut. 1. Bila ada infeksi maka rasa sakit akan terus bertambah. 2. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran pencernaan terganggu. 3. Tubuh akan bertambah lemah. 4. Biaya berobat mahal.

2.3.1

Respon verbal

Keluarga memutuskan untuk merawat Ny K yang mengalami gangguan saluran pencernaan syndrom dispepsia.

Jelaskan pada keluarga cara mengetahui kem-bung dan sakit perut pada Tn. L. 1.4.2 Minta keluarga untuk menjelaskan kemba-li dan memperaga-kan cara menge-tahui kembung dan sakit perut. 1.4.3 Berikan pujian pada keluarga.

2. Mengambil ke-putusan untuk merawat anggo-ta keluarga dengan kasus gangguan saluran pencernaan ( GSP) syndrom dispepsia Tn. L dengan cara: 2.3 Menyebutkan akibat lanjut dari GSP syndrom dispepsia.

2.4 Memutuskan untuk merawat Tn. L yang mengalami GSP syndrom dispepsia 3 Merawat anggota keluarga dengan masalah GSP syndrom dispepsia, dengan cara:

Diskusikan dengan keluarga mengenai akibat lanjut dari syndrom dispepsia. 2.3.2 Motivasi keluarga utk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut syndrom dispepsia. 2.3.3 Berikan pujian pada keluarga. 2.2.1 Tanyakan keinginan keluarga untuk me-rawat Tn. L. 2.2.2 Berikan pujian pada keluarga.

3.2 Menyebutkan cara pencegahan GSP syndrom dispepsia

3.2 Menyebutkan cara merawat anggota keluarga Tn. L dengan kasus syndrom dispepsia

Respon verbal

Respon verbal

Minimal 2 dari 4 cara pencegahan syndrom dispepsia: 1. Anjurkan pola makan teratur. 2. Anjurkan perut selalu terisi/ makan sedikisedikit tapi sering. 3. Menjaga kebersihan lingkungan. 4. Anjurkan jangan makan makanan yang merangsang peningkatan asam lambung ( pedas, asam, kopi, dll). Minimal 5 dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia: 1. Keluarga dapat mengkaji sumber daya keluarga-nya yang dapat diman-faatkan dalam menanga-ni kasus syndrom dis-pepsia yaitu mengatasi GSP syndrom dispepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit. 2. Mampu mengolah kunyit. 3. Makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan 4. Makan sedikit-sedikit ta-pi sering. 5. Meningkatkan istirahat 6. Kompres hangat pada area perut yang sakit. 7. Melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit ( tarik nafas dari hidung dalamdalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman).

3.1.1

Diskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan GSP syndrom dis-pepsia. 3.1.2 Tanyakan kembali pada keluarga tentang cara pencegahan GSP syndrom dispepsia. 3.1.3 Berikan pujian pada keluarga.

3.2.1

Diskusikan cara me-rawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia. 3.2.2 Minta keluarga me-nyebutkan kembali cara merawat ang-gota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia. 3.2.3 Berikan pujian pada keluarga.

3.3 Mendemonstrasikan cara pembuatan obat tradisional.

3.4 Melakukan perawatan untuk mengatasi keluhan syndrom dispepsia pada Tn. L.

Respon Psikomotor

Respon afektif

Serbuk rimpang kunyit 1,5 - 3 gr direbus dalam 150 ml air selama 15 menit, setelah keluar uap disaring dan ditambah air masak hingga volumenya 150 ml, dan untuk memperbaiki rasa tambahkan 1 sendok makan gula pasir atau madu, diminum tiga kali sehari 1/3 bagian ( 50 ml sebelum makan). Bila digunakan dalam bentuk kapsul, 500 mg bubuk kunyit per kapsul, diminum empat kali sehari setengah sampai satu jam sebelum makan dan sebelum tidur. Cara membuat bubuk kunyit, kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancur-kan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring. Keluarga melakukan perawatan pada Tn. L yaitu dengan: 1. Mengatasi gangguan saluran pencernaan syndrom dispepsia dengan obat tradisional rimpang kunyit dalam bentuk kapsul yang dibuat bersama. 2. Mampu memberi kapsul kunyit dengan dosis 4 x 1 kapsul satu jam sebelum makan dan sebelum tidur. 3. Memberi makan makan-an yang tidak merang-sang sakit pada saluran pencernaan. 4. Menganjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering. 5. Menganjurkan

3.3.1

Demonstrasikan cara pembuatan obat tra-disional dan mema-sukannya kedalam kapsul. 3.3.2 Motivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional. 3.3.3 Berikan pujian pada keluarga.

3.4.1

Adakan kunjungan tidak terencana dan evaluasi cara keluarga untuk merawat Tn. L 3.4.2 Berikan pujian pada keluarga.

mening-katkan istirahat. 6. Mengkompres hangat pada area perut yang sakit. 7. Memotifasi untuk mela-kukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit. 4

Memodifikasi lingkungan.

4.2 Menyebutkan ciri lingkungan rumah yang sehat.

4.2 Memodifikasi lingkungan menjadi sehat

Respon verbal

Minimal 2 dari 4 ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat. 1. Bersih dan rapih. 2. Ventilasi cukup. 3. Ada penerangan dari sinar matahari. 4. Tidak lembab.

Respon psikomotor

Memodifikasi lingkungan. 1. Membuka jendela atau pintu rumah. 2. Menutup makanan. 3. Membersihkan tempat yang disukai lalat.

Respon afektif

Jika dalam tiga hari Tn. L tidak mambaik maka keluarga akan membawa Tn. L pergi ke Puskesmas atau ke dokter.

4.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat. 4.1.2 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali mengenai ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat. 4.1.3 Berikan pujian pada keluarga. 4.2.1 Berikan kesempatan pada keluarga untuk menilai kondisi rumahnya. 4.2.2 Bersama-sama deng-an keluarga melaku-kan modifikasi lingkungan. 4.2.3 Berikan pujian pada keluarga.

5 Memanfaatkan pelayanan kesehatan. 5.1 Pergi ke Puskesmas atau ke dokter untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Tn. L.

5.1.1

Anjurkan keluarga untuk membawa Tn. L ke Puskesmas atau ke dokter terdekat. 5.1.2 Berikan pujian pada keluarga.

3. Implementasi Dan Evaluasi Tab

el 4.8 Implementasi Dan Evaluasi Keluarga Tn. L

Identitas Keluarga : Tn. L Waktu

No.

Implemetasi

Evaluasi

5-9-05 13.00 WIB

DX TUK 1

1.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia. Syndrome dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa. 1.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia. Penyebab dari syndrom dispepsia : 1. Gangguan pada lumen saluran cerna. 2. Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran empedu. 3. Pola makan tidak teratur. 4. Obat-obatan. 5. Makanan. 1.2.2 Menanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia. 1.2.3 Memberikan pujian pada keluarga. 1.3.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai jenis syndrom dispepsia dan gejalanya. Jenis syndrom dispepsia: 1. Akut yaitu kurang dari tiga bulan. 2. Kronik lebih dari tiga bulan. Gejalanya nyeri perut bagian atas, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan, mual, muntah, kembung, rasa tak nyaman bertambah saat makan. 1.3.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya 1.3.3 Memberikan pujian pada keluarga. 1.4.1 Menjelaskan pada keluarga cara mengetahui adanya kembung dan sakit perut pada Tn. L. Cara mengetahui kembung dan area perut yang sakit yaitu: 1. Tempelkan telapak tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kiri, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung. 2. Tekanlah area perut secara perlahan dan cari daerah yang terasa nyeri bila ditekan. 1.4.2 Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut pada Tn. L. 1.4.3 Memberikan pujian pada keluarga. TUK 2.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenal 2 akibat lanjut dari syndrom dispepsia. Akibat lanjut dari syndrom dispepsia: 1. Bila ada infeksi maka rasa sakit akan terus

Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan pengertian dari syndrom dispepsia adalah ”kumpulan gejala dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah”. 2. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 penyebab dari syndrom dispepsia “maag, makan tidak teratur, makanan dan obatobatan”. 3. Keluarga mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan mampu menyebutkan tanda syndrom dispepsia yaitu nyeri ulu hati, mual, kembung dan muntah. 4. Keluarga mampu menjelaskan cara mengetahui adanya kembung dan mencari area yang sakit. Data Objektif : 1. Keluarga mendemonstarsikan cara mengetahui kembung. 2. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung. 3. Terdapat kontak mata. 4. Sesekali keluarga terlihat mengangukanggukkan kepala. 5. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian. Perencanaan : Lanjutkan Implementasi dengan modifikasi jika diperlukan.

Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 4 akibat lanjut dari syndrom dispepsia yaitu tubuh akan bertambah lemah dan biaya

2. 3.

4.

TUK 3

1. 2. 3. 4.

bertambah. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran pencernaan terganggu. Tubuh akan bertambah lemah. Biaya berobat mahal. 2.1.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut dari syndrom dispepsia. 2.1.3 Memberikan pujian pada keluarga. 2.2.1 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Tn. L. 2.2.2 Memberikan pujian pada keluarga. 3.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai 1. cara pencegahan syndrom dispepsia. Cara pencegahan syndrom dispepsia: Anjurkan pola makan teratur. Anjurkan perut selalu terisi/ makan sediki2. sedikit tapi sering. Menjaga kebersihan lingkungan Anjurkan jangan makan makanan yang 3. merangsang ( pedas, asam, kopi, dll). 3.1.2 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Tn. L. 3.1.3 Memberikan pujian pada keluarga. 3.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia. Cara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu: 1. Keluarga dapat mengkaji sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia yaitu mengatasi GSP syndrom dispepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit. 2. Mampu mengolah kunyit. 3. Makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan. 4. Makan sedikit-sedikit tapi sering. 5. Meningkatkan istirahat. 6. Mengkompres hangat pada area perut yang sakit. 7. Melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit ( tarik nafas dari hidung dalam-dalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman). 3.2.2 Meminta keluarga menyebutkan kembali cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia. 3.2.3 Memberikan pujian pada keluarga.

berobat mahal. 2. Keluarga menyatakan keinginan-nya untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Tn. L. Data Objektif : Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung dan keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian. Perencanaan : Lanjutkan implementasi. Data Subjektif : Keluarga menyebutkan 4 dari 4 cara pencegahan syndrom dispepsia yaitu menganjurkan pola makan teratur dan menganjurkan perut selalu terisi. Keluarga mampu menyebutkan 7 cara dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrome dispepsia. Keluarga mampu menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit dan bisa memasukannya kedalam kapsul. Data Obyektif: 1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung. 2. Terdapat kontak mata. 3. Sesekali keluarga terlihat menganggukanggukkan kepala. 4. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu menyebutkan cara mencegah dan merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia yaitu mengkaji sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia ( obat tradisional rimpang kunyit), makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan, meningkatkan istirahat, mengkompres hangat pada area perut yang sakit. Perencanaa : Lanjutkan implementasi.

TUK 4

TUK 5

3.3.1 Menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit: kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring. 3.3.2 Mendemonstrasikan cara memasukan serbuk kunyit kedalam kapsul. Masukan serbuk kunyit yang telah kedalam kapsul ukuran 500 mg dengan membuka kapsul, masukan serbuk kunyit penuh atas bawah lalu tutup kembali. 3.3.3 Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional. 3.3.4 Memberikan pujian pada keluarga. 4.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat. Ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat: 1. Bersih dan rapih. 2. Ventilasi cukup. 3. Ada penerangan dari sinar matahari. 4. Tidak lembab. 5. Menutup makanan. 4.1.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali mengenai ciri-ciri Iingkungan rumah yang sehat. 4.1.3 Memberikan pujian pada keluarga. 4.2.1 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk menilai kondis rumahnya. 4.2.2 Menganjurkan pada keluarga untuk mempertahankan kondisi rumahnya. 4.2.3 Memberikan pujian pada keluarga.

4.1.1

Menganjurkan keluarga untuk membawa kembali Tn. L ke Puskesmas atau ke dokter terdekat jika dalam waktu 3 hari kondisinya tidak membaik. 4.1.2 Memberikan pujian atas keinginan keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 5 ciriciri lingkungan rumah yang sehat. 2. Keluarga menilai kondisi rumahnya sudah baik dan termasuk rumah yang sehat. Data Objektif; 1. Rumah keluarga tampak bersih dan rapi, jendela rumah terbuka, dan sinar masuk ke dalam rumah. 2. Keluarga memperhatikan maha-siswa saat diskusi berlangsung. 3. Terdapat kontak mata. 4. Keluarga tersenyum ssat diberi pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan rumah menjadi sehat. Perencanaan : Lanjutkan implementasi.

Data Subjektif : Keluarga mengatakan akan membawa Tn. L akan ke Puskesmas atau ke dokter jika dalam waktu 3 hari SDP syndrom dispepsia yang diderita tidak mengalarni perbaikan. Data Objektif : Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung dan keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah menyatakan kesediaannya untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Perencanaan : Lanjutkan implementasi.

7-9-05 13.00 WIB

TUK 3

3.1.1

Mendiskusikan kembali dengan keluarga mengenai cara pencegahan syndrom dispepsia. 3.1.2 Menanyakan kembali keinginan keluarga untuk merawat Tn. L. 3.1.3 Memberikan pujian pada keluarga. 3.2.1 Mendiskusikan kembali dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia. 3.2.2 Meminta keluarga menyebutkan kembali cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia. 3.2.3 Memberikan pujian pada keluarga. 3.3.1 Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional. 3.3.2 Memberikan pujian pada keluarga. 3.4.1 Mengadakan kunjungan tidak terencana untuk mengevaluasi cara keluarga merawat Ny. U. 3.4.2 Memberikan pujian pada keluarga.

Data Subjektif : 1. Keluarga menyebutkan 4 dari 4 cara pencegahan syndrom dispepsia. 2. Keluarga mampu menyebutkan 6 dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia. Data Obyektif: 1. Keluarga mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional dari rimpang kunyit. 2. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung. 3. Terdapat kontak mata. 4. Sesekali keluarga terlihat menganggu-anggukkan kepala. 5. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu menyebutkan cara mencegah dan merawat kasus syndrome dispepsia pada Ny. U. Perencanaa : Lanjutkan implementasi.

Tabel 4.9 Hasil Observasi Pada Anggota Keluarga Tn. L dengan Kasus Syndrom Dispepsia ( Ny. L) Obyek yang diamati Hari ke

Belum teratasi

Keluhan Teratasi sebagian

Sudah teratasi

Intervensi keluarga

Kunyit dikonsumsi

Tanda Vital

Obat

1 ~ Perut terasa sakit. ~ M ual. ~ K embung. ~ Lemas. ~ T idak nafsu makan. ~ N yeri ulu hati. ~ N yeri setelah makan. ~ N yeri saat lapar. 2 ~ Perut terasa sakit. ~ M ual. ~ K embung. ~ Lemas. ~ T idak nafsu makan. ~ N yeri ulu hati. ~ N yeri setelah makan. ~ N yeri saat lapar. 3 ~ K ~ Perut sakit. embung. ~ ~ Lemas. Mual. ~ Tidak nafsu ~ makan. Nyeri ulu hati.

-

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit. ~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan. ~ Makan sedikit-sedikit tapi sering. ~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit. ~ Meningkatkan istirahat. ~ Melakukan teknik relaksasi.

1 kapsul

T: 90/60 mmhg S: 36, 6ºC N: 80 x/ menit R: 16 x/ menit

-

-

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit. ~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan ~ Makan sedikit-sedikit tapi sering ~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit ~ Meningkatkan istirahat ~ Melakukan teknik relaksasi

5 kapsul

T: 90/60 mmhg S: 36, 3ºC N: 80 x/ menit R: 20 x/ menit

-

-

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit. ~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan. ~ Makan sedikit-sedikit tapi sering. ~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit. ~ Meningkatkan istirahat. ~ Melakukan teknik relaksasi.

9 kapsul

T: 110/80 mmhg S: 36 ºC N: 78 x/ menit R: 18 x/ menit

-

~ Perut terasa sakit.

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit. ~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan. ~ Makan sedikit-sedikit tapi sering. ~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit. ~ Meningkatkan istirahat. ~ Melakukan teknik relaksasi.

13 kapsul

T: 100/80 mmhg S: 36 ºC N: 80 x/ menit R: 20 x/ menit

-

~

Nyeri setelah makan.

~ 4

Nyeri saat lapar.

~

Tidak nafsu makan.

~

Mual.

~

Kembung. ~ Lemas.

~

Nyeri ulu hati.

~

Nyeri setelah makan.

~ 5

-

-

Nyeri lapar.

~

saat

6 7

~ Memberikan

obat tradisional rimpang kunyit.

17 kapsul

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit. Hasil evaluasi akhir dengan dilaksanakannya lima tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus ayndrom dispepsia (Ny.K) oleh keluarga Tn. L diperoleh data sebagai berikut: 1. Nafsu makan naik. 2. Sakit perut teratasi dan teras lebih nyaman. 3. Tn. L menyatakan tidur lebih nyenyak. 4. Tn. L mengatakan badanya lebih segar dan tidak lemas.

21 kapsul 25 kapsul

Tidak nafsu makan.

-

-

-

T: 100/70 mmhg S: 36,2 ºC N: 80 x/ menit R: 20 x/ menit T: 110/80 mmhg S: 36,2ºC N: 78 x/ menit R: 20 x/ menit

4. Pembahasan Kasus III Pengkajian awal pada Tn. L, Tn. L mengatakan sudah terbisa menggunakan tanaman obat keluarga rimpang kunyit didalam mengobati penyakitnya tetapi keluhan yang dialami tidak berkurang, sedangkan menurut literature yang ada rimpang kunyit mampu mengurangi keluhan bahkan menyembuhkan penyakit syndrom dispepsia, yaitu menurut Hargono ( 2002) rimpang kunyit mempunyai khasiat sebagai anti oksidan, pengurang rasa nyeri pada gangguan sistem pencernaan, peningkat nafsu makan dan dapat mengurangi penumpukan gas dalam lambung. Hal ini dimungkinkan karena keluarga Tn. L belum mampu merawat anggota keluarganya yang sakit ( Tn. L) dan pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit belum tepat. Dari pengkajian awal tersebut peneliti tertarik

-

-

untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. L dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L ). Asuhan keperawatan yang akan dilakukan bersifat partisipatif yaitu melibatkan seluruh anggota keluarga Tn. L dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L) dan perawatan ini terfokus pada pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Asuhan keperawatan dimulai sejak tanggal 5 September 2005 melalui kunjungan rumah selama satu minggu dengan beberapa tahapan diantaranya pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal-hal yang dikaji dalam pengkajian yaitu identitas keluarga, daftar anggota keluarga, data umum dan pemeriksaan fisik anggota keluarga dengan kasus syndrom dipepsia. Pada pengkajian data umum keluarga, didapatkan tipe keluarga Tn T adalah nuclear family ( keluarga inti) yang terdiri dari ayah, ibu dan satu anak angkat yang tinggal bersama dalam satu rumah dan tahap perkembangannya adalah pada tahap anak angkat usia pra sekolah. Pada data umum dikaji juga keadaan biologis keluarga, psikologis keluarga, sosial ekonomi keluarga, spiritual keluarga, lingkungan rumah, fungsi dan harapan keluarga. Hasil pengkajian keadaan biologis keluarga Tn. L yaitu kebersihan: ”frekuensi mandi sehari 2 kali, menggunakan sabun, kamar mandi milik sendiri, biasa cuci tangan sebelum makan dan biasa cuci kaki sebelum tidur”, pola makan: ”tidak ada pantangan makan, makan sehari 3 kali, makanan pokok nasi, lauk kadang-kadang, sayuran selalu ada, buah

kadang-kadang, susu

kadang-kadang, cara menghidangkan makanan terbuka, air minum dimasak dan kebiasaan masak sayuran dipotong baru dicuci”, pola istirahat: ”rata-rata tidur malam dari jam 21.00 sampai jam 05.00, tidur siang kadang- kadang dan tidak ada anggota keluarga yang sulit tidur”, reproduksi: ”keluarga tidak menggunakan alat kontrasepsi”, tidak ada kecacatan dan tidak ada penyakit kronik/ menular dalam keluarga Tn. L. Pengkajian psikologis pada keluarga Tn. L menggambarkan kondisi emosi dalam hubungan antar anggota keluarga untuk menghadapi masalah terkesan baik, terdapat komunikasi/ interaksi antar anggota keluarga, strategi koping keluarga baik ( keluarga mau menyelesaikan masalah kesehatan) dan adanya musyawarah untuk mengambil keputusan. Pada pengkajian ekonomi keluarga, keluarga memiliki tabungan kesehatan, penghasilan per bulan lebih dari enam ratus ribu rupiah dan keluarga Tn. L tergolong pada keluarga sejahtera III. Pengkajian spiritual menggambarkan pandangan hidup keluarga terhadap keadaan sehat baik, ”keluarga menganggap sehat itu mahal dan berpendapat lebih baik mencegah dari pada mengobati”. Hasil pengkajian lingkungan rumah didapatkan lingkungan rumah terkesan bersih dan teratur, tempat BAB di WC, pembuangan air kotor keselokan, mempunyai tempat sampah, kondisi halaman dimanfaatkan untuk taman dan tanaman obat keluarga, tidak memiliki kandang ternak, tidak ada lalat/ nyamuk, ventilasi cukup ( tinggi internit lebih dari 2,4 m dari lantai,

banyak lobang angin/ jendela, luas jendela lebih dari 10 % dari luas lantai), tidak pengap, penerangan cukup baik dan jendela difungsikan. Fungsi afektif/ gambaran diri anggota keluarga baik ditandai dengan setiap anggota keluarga berperan sesuai fungsinya masing-masing, setiap anggota keluarga merasa dimiliki dan memiliki dalam keluarga dan setiap anggota keluarga saling mendukung dalam menghadapi masalah kesehatan. Fungsi sosialisasi/ hubungan antar anggota keluarga maupun dengan orang lain terkesan baik dan orang tua yang berperan sebagai pendidik dalam keluarga untuk mengembangkan disiplin, norma, budaya dan perilaku. Fungsi perawatan

kesehatan,

keluarga

Tn. L belum

mampu

melaksanakan fungsi perawatan kesehatan dengan baik dimana keluarga belum mampu mengetahui masalah kesehatan yang ada, belum mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah dan keluarga belum mampu merawat anggota keluarganya yang sakit ( Tn. L). Setelah keluarga mampu melaksanakan fungsi perawatan kesehatan, keluarga berharap kasus syndrom dispepsia pada Tn. L dapat teratasi. Setelah mengkaji fungsi keluarga, penulis melakukan pemeriksaan fisik pada individu dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L), hasilnya yaitu keadaan umum baik, nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, tensi 90/60 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,6 OC, pernafasan 16 x/ menit, BB 77 kg dan TB 173 cm. Pada anamnesa keluarga, keluarga Tn. L mengatakan sudah memeriksakan Tn. L ke tempat pelayanan kesehatan, obat sudah habis tetapi

belum ada perubahan pada penyakitnya dan keluhan Tn. L saat ini yaitu sejak 1 bulan yang lalu perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri saat lapar dan nyeri setelah makan. Data yang telah dikaji pada keluarga Tn. L dianalisa dengan cara dikelompokan menjadi data subyektif ( Tn. L mengeluh sejak 1 bulan yang lalu perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri saat lapar dan nyeri setelah makan) dan data objektif ( ada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia dan pada pemeriksaan fisik Tn. L ditemukan nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, tensi 90/60 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,6 OC, pernafasan 16 x/ menit, BB 77 kg dan TB 173 cm) lalu ditentukan masalah kesehatannya ( gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia). Analisa tersebut dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan dan diagnosa keperwatannya adalah gangguan sistem pencernaan sindrom dispepsia pada keluarga Tn. L ( Tn. L) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia. Setelah diagnosa keperawatan keluarga sudah dirumuskan, penulis bersama keluarga menyusun rencana keperawatan. Rencana keperawatan keluarga mempunyai tujuan yaitu tujuan khusus ”setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi keluarga mampu merawat anggota keluarganya yang sakit” dan tujuan umum ”setelah 7 x pertemuan gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny K teratasi”. Dari tujuan itu penulis melakukan implementasi keperawatan pada

keluarga Tn. L walaupun terfokus pada pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit tetapi tidak mengabaikan/ tetap melaksanakan implementasi keperawatan keluarga lainnya. Implementasi dilakukan melalui penyuluhan dengan cara diskusi, peragaan dan komunikasi interaktif. Respon keluarga Tn. L selama penyuluhan berlangsung kooperatif dan memiliki persepsi yang positif, dimana keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung, terdapat kontak mata, sesekali terlihat menganggukan kepala dan tersenyum saat diberikan pujian. Sewaktu implementasi dan sesudah implementasi penulis melakukan evaluasi. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga Tn. L dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, bertujuan untuk melihat gambaran kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan khusus dan tujuan umum yang telah ditetapkan pada perencanaan. Gambaran pencapaian tujuan khusus ( keluarga Tn. L mampu merawat anggota keluarganya yang sakit) digambarkan berdasarkan kemampuan keluarga Tn. L dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatannya, yaitu: a. Gambaran kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan Pada hari pertama

tanggal 5 September 2005, keluarga Tn. L

mampu menyebutkan pengertian

syndrom dispepsia yaitu: “kumpulan

gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung dan muntah”, mampu menyebutkan penyebab syndrom dispepsia “maag, makan tidak teratur, makanan dan obat-obatan”, mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia

dan

tandanya,

mampu

menjelaskan

dan

mendemonstrasikan

cara

mengetahui adanya kembung. Jadi pada hari pertama keluarga Tn. L sudah mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan serta memiliki persepsi yang positif terhadap masalah. Simpulan sementaranya yaitu keluarga Tn. L mampu mengenal masalah kesehatan kurang dari kriteria waktu yang telah ditentukan dan sesuai standar yang telah ditetapkan pada perencanaan. Hal ini mungkin disebabkan karena daya tangkap dan tingkat pengetahuan keluarga cukup baik, suasana lingkungan yang mendukung ( nyaman dan tenang) dan kooperatifnya keluarga pada waktu penyuluhan.

b. Gambaran kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah Pada hari pertama tanggal 5 September 2005 keluarga Tn. L mampu menyebutkan 4 dari 4 akibat lanjut syndrome dispepsia dan menyatakan keinginannya untuk mengatasi penyakit syndrome dispepsia pada Tn. L. Simpulan

sementaranya

yaitu

keluarga

Tn.

L

mampu

mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kurang dari kriteria waktu yang telah ditentukan dan sesuai standar yang telah ditetapkan

pada perencanaan, mengerti sifat dan luasnya masalah, masalah dirasakan oleh keluarga, mampu menyebutkan akibat dari masalah, mampu membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah, tidak merasa menyerah terhadap masalah yang dialami, tidak mempunyai sikap negatif terhadap masalah, dapat menjangkau fasilitas kesehatan, percaya terhadap tenaga kesehatan dan tidak mendapat informasi yang salah mengenai tindakan dalam menangani masalah. c. Gambaran kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan. Pada hari pertama tanggal 5 September 2005 keluarga Tn. L mampu menyebutkan semua cara pencegahan

syndrom dispepsia, mampu

menyebutkan semua cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia, mampu menjelaskan dan mendemonstrasikan cara pembuatan serbuk kunyit dan

bisa memasukannya kedalam

kapsul, mampu

menyebutkan semua ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat, keluarga menilai kondisi rumahnya sudah baik dan termasuk rumah yang sehat. Rumah keluarga tampak bersih dan rapih, jendela rumah terbuka dan sinar masuk ke dalam rumah. Keluarga Tn. L juga mengatakan akan membawa Tn. L ke Puskesmas atau dokter jika dalam waktu tiga hari gangguan saluran pencernaan syndrom dispepsia tidak mengalami perbaikan. Jadi pada hari pertama keluarga Tn. L sudah mampu merawat anggota keluarganya yang

sakit ( Tn. L) termasuk mampu memelihara lingkungan yang mendukung kesehatan dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat. Pada saat kunjungan tidak terencana tanggal 7 September 2005 untuk melihat cara keluarga melakukan perawatan terhadap anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L). Cara keluarga Tn. L merawat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan keluarga Tn. L masih mampu menyebutkan semua cara pencegahan syndrom dispepsia serta mampu menyebutkan semua cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia. Simpulan sementaranya yaitu keluarga Tn. L mampu merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L) kurang dari kriteria waktu yang telah tentukan dan sesuai standar yang telah ditetapkan pada perencanaan. Hasil pengamatan dan evaluasi dapat disimpulkan bahwa keluarga Tn. L mampu mengambil dari sumber daya keluarga yang ada untuk perawatan yaitu

tanaman

obat keluarga rimpang

kunyit, mampu

melaksanakan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan, mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, mampu mempelajari tentang bagaimana perawatan keluarga terhadap anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia sehingga keterampilan keluarga mengenai perawatan yang diperlukan memadai, tidak mempunyai pandangan negatif

terhadap perawatan yang diperlukan, tidak ada konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam keluarga, dapat melihat keuntungan dalam pemeliharaan

lingkungan

dimasa

mendatang,

mengetahui

upaya

peningkatan kesehatan dan pencegahaan penyakit, sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan mempunyai pandangan positif akan fasilitas kesehatan, tidak merasa takut akan akibat dari tindakan, faham dan bisa memodifikasi lingkungan yang menguntungkan kesahatan dan keluarga telah terbisa memanfaatkan fasilitas kesehatan serta akan control ke puskesmas/ dokter bila keluhan belum berkurang dalam waktu tiga hari. Gambaran pencapaian tujuan umum dipantau melalui catatan perkembangan anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L), yang menggambarkan kemampuan keluarga Tn. L merawat anggota keluarganya yang sakit melalui penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan memanfaatkan tanaman obat keluarga rimpang kunyit, sebagai berikut: a. Hari pertama ( 5 September 2005). Pada waktu pengkajian, keluarga Tn. L mengatakan sudah biasa menggunakan tanaman obat keluarga rimpang kunyit untuk mengatasi penyakit saluran pencernaannya, menurut keluarga Tn. L biasanya penyakitnya tidak membaik dan rimpang kunyit yang digunakan diolah dengan cara diparut, diperas airnya lalu diminum dengan dosis yang tidak diukur dan dikonsumsi secara tidak teratur.

Pada pukul 13.00 WIB peneliti bersama keluarga mengkaji anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L), Tn L mengeluh sudah satu bulan yang lalu perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri saat lapar dan nyeri setelah makan. Hasil pemeriksaan fisiknya yaitu keadaan umum baik, konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik, tensi 90/60 mmhg, suhu 36,2ºC, nadi 77 x/ menit dan respirasi 16 x/ menit. Dari data Puskesmas dan keluhan tersebut, Tn. L mengalami gangguan saluran pencernaan syndrom dispepsia. Menurut Manjoer ( 2000) syndrom dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis yang terdiri rasa tidak enak/ sakit perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Syndrom dispepsia merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari salah satu atau lebih gejala nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa kembung, cepat kenyang dan sendawa ( Djojodiningrat, 2001). Manifestasi klinis kasus syndrom dispepsia pada Tn. L termasuk dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, yaitu dengan keluhan nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan mual. Kasus syndrom dispepsia pada Tn. L termasuk akut karena pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan ( Mansjoer, 2000). Etiologi kasus syndrom dispepsia pada Tn. L belum diketahui secara pasti ( dispepsia fungsional), sebenarnya bisa diketahui etiologinya dengan pasti apabila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut tetapi karena keterbatasan

penelitian, peneliti tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan fungsi hati, fungsi pangkreas, fungsi saluran empedu, fungsi jantung, fungsi hormonal dan kemungkinan penyebab lain seperti adanya tumor dan gastritis. Setelah dilakukan diskusi dengan keluarga Tn. L, keluarga Tn. L mau merawat anggota keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L) dengan memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Dosis yang digunakan sesuai dengan literatur yang ada yaitu 500 mg serbuk rimpang kunyit, dimasukkan kedalam kapsul dan diminum empat kali sehari, satu jam sebelum makan dan satu jam sebelum tidur. Intervensi lain yang di lakukan keluarga Tn. L yaitu menganjurkan makan makanan yang tidak merangsang saluran pencernaan, makan sedikitsedikit tapi sering dan mengkompres hangat pada area perut yang sakit. Respon keluarga Tn. L. positif

dan kooperatif terhadap tindakan yang

diberikan dan terlihat bersemangat untuk melakukan perawatan terhadap anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L). b. Hari kedua ( 6 September 2005). Pada pukul 13.00 WIB, tanda vital Tn L yaitu tensi 90/80 mmhg, suhu 36,3 ºC, nadi 80 x/ menit dan respirasi 20 x/ menit. Keluarga Tn. L mengatakan keluhan Tn. L belum berkurang dengan melalukan intervensi keperawatan keluarga dan mengkonsumsi lima kapsul rimpang kunyit. Keluarga Tn. L mengatakan akan tetap melakukan perawatan pada anggota

keluarga yang sakit walaupun pada hari kedua keluhannya belum berkurang dan Tn. L mengatakan senang dengan adanya kerjasama keluarga dalam perawatan penyakitnya. Keluarga kooperatif ketika peneliti menganjurkan untuk kontrol ke puskesmas apabila sudah tiga hari perawatan, keluhan tidak berkurang. c. Hari ketiga ( 7 September 2005). Pada pukul 13.00 WIB, tanda vital Tn L yaitu tensi 110/80 mmhg, suhu 36 ºC, nadi 78 x/ menit dan pernapasan18 x/ menit. Jadi ada kenaikan sistol dan diastol 20 mmhg, penurunan suhu 0,3 ºC, penurunan nadi dan respirasi 2 x/ menit. Intervensi keluarga yang dilakukan masih sama seperti hari pertama perawatan dan kapsul rimpang kunyit yang sudah dikonsumsi sebanyak 9 kapsul. Keluarga Tn. L mengatakan keluhan Tn. L mulai berkurang diantaranya perut sakit, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, nyeri ulu hati dan mual, tetapi keluarga mengatakan Tn. L masih kembung, lemas dan tidak nafsu makan. Keluarga Tn. L mengatakan akan tetap terus melakukan perawatan dan keluarga optimis dengan intervensi yang dilakukan akan bisa mengurangi keluhan penyakit Tn. L. d. Hari keempat ( 8 september 2005) Pada pukul 13.00 WIB, tanda vital Tn L yaitu tensi 100/80 mmhg, suhu 36 ºC, nadi 80 x/ menit dan pernapasan 20 x/ menit. Kapsul rimpang kunyit yang sudah dikonsumsi sebanyak 13 kapsul, keluarga mengatakan semua keluhan sudah teratasi kecuali nafsu makan belum naik tetapi ada

perbaikan karena tidak mual. Peneliti menganjurkan kepada keluarga untuk menyajikan makanan yang menarik selera makan dan disukai oleh Tn. L sebatas tidak bertentangan dengan penyakitnya seperti pedas, kecut, dll. Respon keluarga positif dan keluarga mengatakan mau melaksanakan anjuran peneliti serta akan tetap melanjutkan intervensi yang telah direncanakan sebelumnya. e. Hari kelima ( 9 september 2005). Pada pukul 13.00 WIB, tanda vital Tn L yaitu tensi 100/70 mmhg, suhu 36,2 ºC, nadi 80 x/ menit dan pernapasan 20 x/ menit. Kapsul rimpang kunyit yang sudah dikonsumsi sebanyak 17 kapsul, keluarga mengatakan semua keluhan sudah teratasi dan nafsu makan sudah naik. Pada hari keenam tidak dievaluasi karena keluhan Tn. L sudah teratasi semua dan Tn. L sudah kelihatan lebih nyaman dan segar. f. Hari ketujuh ( 11 September 2005). Pada pukul 15.00 WIB, peneliti melakukan evaluasi akhir setelah dilaksanakannya lima tugas keluarga oleh keluarga Tn. L dalam merawat anggota keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L), diperoleh hasil: Kunyit yang telah dikonsumsi sebanyak 25 kapsul, tanda vital Tn. L yaitu tensi 110/80 mmhg, suhu 36,2ºc, nadi 78 x/ menit, respirasi 20 x/ menit. Jadi perubahan tanda vital sejak hari pertama perawatan yaitu sistol dan diastol naik 20 mmhg, respirasi naik 4 x/ menit, suhu stabil antara 36ºC-36,6ºC dan nadi stabil antara 78-80 x/ menit. Keluarga mengatakan

semua keluhan yang dirasakan oleh Tn. L sudah tidak terasa lagi dan nafsu makan Tn. L naik. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kunyit mampu menahan sekresi getah lambung, mampu mengurangi rasa nyeri pada gangguan saluran pencernaan, mengurangi penumpukan gas dalam lambung dan mampu meningkatkan nafsu makan ( Hargono, 2002). 5. Simpulan Sementara Kasus III Gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. L dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L) melalui pemanfataan tanaman obat keluarga rimpang kunyit menunjukkan bahwa masalah teratasi seluruhnya dimana keluarga Tn. L mampu melaksanakan 5 tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L) dan keluhan anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia teratasi 100 %, jadi tujuan khusus dan tujuan umum asuhan keperawatannya dapat tercapai. Tujuan khusus asuhan keperawatan keluarga Tn. L tercapai seluruhnya sesuai standar dan kurang dari kriteria waktu yang telah ditentukan, yaitu dalam waktu 1 x 45 menit tatap muka keluarga Tn. L mampu mengenal masalah kesehatan, mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah dan mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan. Sesuai hasil penelitian

dan pengamatan peneliti

kemampuan keluarga Tn. L tersebut diatas dipengaruhi beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan keluarga, suasana/ keadaan lingkungan, sumber

daya keluarga, masalah kesehatan keluarga yang ada ( syndrom dispepsia), terjangkaunya fasilitas kesehatan, dan kooperatifnya keluarga Tn. L. Tujuan umum tercapai seluruhnya kurang dari kriteria waktu yang telah ditetapkan yaitu masalah kesehatan keluarga Tn. L dapat teratasi seluruhnya pada hari kelima perawatan, dengan teratasinya masalah tersebut berarti keluarga Tn. L dapat dikatakan mampu merawat anggota keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L) melalui pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Sesuai hasil penelitian dan pengamatan peneliti ketercapaian tujuan umum ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemampuan dan kooperatifnya keluarga Tn. L dalam melakukan perawatan, kepatuhan Tn. L terhadap intervensi yang anjurkan, masih akutnya penyakit Tn. L, dosis rimpang kunyit yang digunakan sesuai dengan literatur yang ada, pola makan dan nutrisi yang adekuat, respon klien pada penggunaan rimpang kunyit, dan faktor lingkungan.

D. Kasus IV 1. Pengkajian a. Identitas Keluarga 1).Nama kepala keluarga : Tuan A 2).Alamat

: Mulyasari RT 3/ III Majenang

3).Tanggal pengkajian

: 12 September 2005

4).Puskesmas

: Majenang I

5).Kecamatan

: Majenang

6).Diagnosa medis

: Syndrom dispepsia

b. Daftar anggota keluarga N o 1 2 3 4

Nama Anggota Keluarga Tn A Ny C Hasan P. Indra S

Hub. Dgn KK

L/ PendiUmur P dikan

KK Istri Anak Anak

L P P L

40 th SD 30 th SD 10 th SD 3 th

Pekerjaan Buruh Buruh Pelajar

Agama Islam Islam Islam Islam

Kead Ket kes. Sehat Sakit Sehat Sehat

c. Pemeriksaan individu ( Ny. C dengan kasus syndrom dispepsia). 1).Keadaan utama : Ny. C mengeluh sejak tiga hari yang lalu perut terasa sakit, mual, kembung. cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas. 2).Keadaan umum : Baik. 3).Tanda Vital

: Tensi 120/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3 OC, pernafasan 20 x/ menit, BB 50 kg dan TB 155 cm.

4).Pencernaaan

: Defekasi 1-2 kali sehari dengan konsistensi lembek dan warna kuning kecokelatan, tidak terjadi obstifasi dan tidak diare, kembung dan kelihatan mual.

5).Mata

: Konjungtiva tidak anemis, tidak iktesik.

6).Kulit

: Warna sawo matang, turgor baik, tidak terdapat luka/ borok/ lecet, tidak ikterik, tidak pucat.

7).Genita Urinaria : Miksi 3 – 5 kali dan tidak ada kesukaran.

d. Analisa Data No Data pada keluarga Masalah kesehatan 1 DO: Gangguan sistem - Ada anggota keluarga dengan kasus pencernaan syndrom syndrom dispepsia ( Ny. C). dispepsia. - Pada pemeriksaan fisik Ny. C ditemukan nyeri tekan ada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, keadaan umum baik, tensi 120/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3 O C, pernafasan 20 x/ menit, BB 50 kg dan TB 155 cm. DS : - Ny. C mengeluh sejak tiga hari yang lalu perut terasa sakit, mual, kembung. cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas. e. Diagnosa Keperawatan Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada keluarga Tn. A ( Ny. C) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.

2. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Tabel 4.10 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. A

Identitas Keluarga : Tn. A N Diagnosa o keperawatan Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada keluarga Tn. A ( Ny. C) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.

Umum Setelah 7 x pertemuan gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny. C teratasi.

Tujuan Khusus Setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi keluarga mampu: 1. Men genal mas-alah GSP syn-drom dispepsia pada Ny. C dengan cara 1.1 Menyebutkan pengertian syndrom dispepsia

Kriteria

Respon verbal

1.2 Menyebutkan Respon penyebab syn- verbal drom dispepsia.

1.3 Menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan tandanya

Respon verbal

Evaluasi Standar

Syndrom dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa. Minimal 3 dari 5 penyebab dari syndrom dispepsia 1. Gangguan pada lumen saluran cerna ( gastritis/ maag). 2. Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran empedu. 3. Pola makan tidak teratur. 4. Obat-obatan. 5. Makanan. Jenis syndrom dispepsia: 1. Akut yaitu kurang dari tiga bulan. 2. Kronik lebih dari tiga bulan. Gejala syndrom dispepsia ( salah satu/ lebih gejala dibawah ini): 1. Nyeri perut bagian atas 2. Nyeri setelah makan. 3. Nyeri saat lapar. 4. Mudah kenyang. 5. Perut cepat terasa penuh saat makan. 6. Mual. 7. Muntah. 8. Kembung. 9. Rasa tak nyaman

Intervensi

1.1.1

Diskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia.

1.2.1

Diskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia. 1.2.2 Tanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia. 1.2.3 Berikan pujian pada keluarga.

1.3.1

Diskusikan dengan keluarga mengenai jenis syndrom dis-pepsia dan tandanya. 1.3.2 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya. 1.3.3 Berikan pujian pada keluarga.

1.4 Mengidentifi kasi adanya kembung dan sakit perut pada Ny. C.

Respon verbal dan psikomotor

bertambah saat makan. Cara mengetahui adanya kembung dan sakit perut pada Ny. C: 1. Tempelkan telapak tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kanan, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung. 2. Tekanlah area perut secara perlahan dengan ujung jari tangan dan cari area yang terasa nyeri bila ditekan.

1.4.1

Jelaskan pada keluar-ga cara mengetahui kembung dan sakit perut pada Ny. C. 1.4.2 Minta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui kembung dan sakit perut. 1.4.3 Berikan pujian pada keluarga.

2.

Men gambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan kasus gangguan saluran pencernaan ( GSP) syndrom dispepsia Ny. C dengan cara: 2.1 Menyebutkan akibat lanjut dari GSP syndrom dispepsia

2.2 Memutuskan untuk merawat Ny. C yang mengalami GSP syndrom dispepsia 3 Merawat anggota keluarga dengan masalah GSP syn-

Respon verbal

Minimal 2 dari 4 akibat lanjut dari syndrome dispepsia: 1. Bila ada infeksi maka rasa sakit akan terus bertambah. 2. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran pencernaan terganggu. 3. Tubuh akan bertambah lemah. 4. Biaya berobat mahal.

Respon verbal

Keluarga memutuskan untuk merawat Ny. C yang mengalami gangguan saluran pencernaan syndrom dispepsia.

2.1.1

Diskusikan dengan keluarga mengenal akibat lanjut dari syndrom dispepsia. 2.1.2 Motivasi keluarga utk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut syndrom dispepsia. 2.1.3 Berikan pujian pada keluarga 2.2.1 Tanyakan keinginan keluarga untuk mera-wat Ny. C. 2.2.2 Berikan pujian pada keluarga.

drom dispepsia, dengan cara: 3.1 Menyebutkan cara pencegahan GSP syndrom dispepsia

3.2 Menyebutkan cara merawat anggota keluarga Ny. C dengan kasus syndrom dispepsia.

Respon verbal

Respon verbal

Minimal 2 dari 4 cara pencegahan syndrom dispepsia: 1. Anjurkan pola makan teratur 2. Anjurkan perut selalu terisi/ makan sedikisedikit tapi sering. 3. Menjaga kebersihan lingkungan 4. Anjurkan jangan makan makanan yang merangsang peningkatan asam lambung ( pedas, asam, kopi, dll). Minimal 5 dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia: 1. Keluarga dapat mengkaji sumber daya keluarga-nya yang dapat diman-faatkan dalam mena-ngani kasus syndrom dispepsia yaitu menga-tasi GSP syndrom dis-pepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit. 2. Mampu mengolah kunyit 3. Makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan 4. Makan sedikit-sedikit ta-pi sering. 5. Meningkatkan istirahat 6. Kompres hangat pada area perut yang sakit. 7. Melakukan teknik relak-sasi pada waktu perut terasa sakit ( tarik nafas dari hidung dalamdalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman).

3.1.1

Diskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan GSP syndrom dispepsia. 3.1.2 Tanyakan kembali pada keluarga tentang cara pencegahan GSP syndrom dispepsia. 3.1.3 Berikan pujian pada keluarga.

3.2.1

Diskusikan cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia 3.2.2 Minta keluarga menyebutkan kembali cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia 3.2.3 Berikan pujian pada keluarga

3.3 Mendemonstrasikan cara pembuatan obat tradisional.

3.4 Melakukan perawatan untuk mengatasi keluhan syndrom dispepsia pada Ny. C

Respon Psikomotor

Respon afektif

Serbuk rimpang kunyit 1,5 - 3 gr direbus dalam 150 ml air selama 15 menit, setelah keluar uap disaring dan ditambah air masak hingga volumenya 150 ml, dan untuk memperbaiki rasa tambahkan 1 sendok makan gula pasir atau madu, diminum tiga kali sehari 1/3 bagian ( 50 ml sebelum makan). Bila digunakan dalam bentuk kapsul, 500 mg bubuk kunyit per kapsul, diminum empat kali sehari setengah sampai satu jam sebelum makan dan sebelum tidur. Cara membuat bubuk kunyit, kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring.

3.3.1

Keluarga melakukan perawatan pada Ny. C yaitu dengan: 1. Mengatasi gangguan saluran pencernaan syndrom dispepsia dgn obat tradisional rimpang kunyit dalam bentuk kapsul yang dibuat bersama. 2. Mampu memberi kapsul kunyit dengan dosis 4 x 1 kapsul satu jam sebelum makan dan sebelum tidur. 3. Memberi makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan 4. Menganjurkan makan sedikit-sedikit tapi

3.4.1 Adakan kunjungan tidak terencana dan evaluasi cara keluarga untuk merawat Ny. C 3.4.2 Berikan pujian pada keluarga.

Demonstrasikan cara pembuatan obat tradisional dan memasukannya kedalam kapsul.

3.3.2 Motivasi

keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisionat 3.3.3 Berikan pujian pada keluarga.

sering. 5. Menganjurkan meningkatkan isti-rahat 6. Mengkompres hangat pada area perut yang sakit. 7. Memotifasi untuk melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit 4.

Memodifikasi lingkungan.

4.1 Menyebutkan ciri lingkungan rumah ya-ng sehat

Respon verbal

4.2 Memodifikasi

Respon psikomotor

lingkungan menjadi sehat

5 Memanfaatkan Pelayanan kesehatan 5.1 Pergi ke Puskesmas atau dokter untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Ny. C

Respon afektif

Minimal 2 dari 4 ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat; 1. Bersih dan rapih 2. Ventilasi cukup 3. Ada penerangan dari sinar matahari 4. Tidak lembab.

4.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat 4.1.2 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali menge-nai ciri-ciri Iingkungan rumah yang sehat 4.1.3 Berikan pujian pada keluarga Memodifikasi lingkungan 4.2.1 Berikan kesempatan 1. Membuka jendela atau pada keluarga untuk pintu rumah menilai kondisi 2. Menutup makanan rumahnya 3. Membersihkan tempat 4.2.2 Bersama-sama yang disukai lalat. dengan keluarga melakukan modifikasi Iingkungan 4.2.3 Berikan pujian pada keluarga

Jika dalam tiga hari Ny. C 5.1.1 Anjurkan keluarga tidak mambaik maka untuk membawa Ny. keluarga akan membawa C ke Puskesmas atau Ny. C pergi ke Puskesmas ke dokter terdekat. atau ke dokter 5.1.2 Berikan pujian pada keluarga

3. Implementasi Dan Evaluasi Tabel 4.11 Implementasi Dan Evaluasi Keluarga Tn. A Identitas Keluarga : Tn. A WAKT

No.

IMPLEMETASI

EVALUASI

U 12-9-05 15.00 WIB

DK TUK. 1

TUK 2

1.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia. Syndrome dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa. 1.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia. Penyebab dari syndrom dispepsia: 1. Gangguan pada lumen saluran cerna ( gastritis/ maag) 2. Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran empedu. 3. Pola makan tidak teratur 4. Obat-obatan. 5. Makanan. 1.2.2 Menanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia 1.2.3 Memberikan pujian pada keluarga 1.3.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai jenis syndrom dispepsia dan tandanya. Jenis syndrom dispepsia: 1. Akut yaitu kurang dari tiga bulan 2. Kronik lebih dari tiga bulan Gejala nyeri perut bagian atas, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan, mual, muntah, kembung, rasa tak nyaman bertambah saat makan. 1.3.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya 1.3.3 Memberikan pujian pada keluarga 1.4.1 Menjelaskan pada keluarga cara mengetahui adanya kembung dan sakit perut pada Ny. C. Cara mengetahui kembung dan area perut yang sakit yaitu: 1. Tempelkan telapak tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kiri, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung. 2. Tekanlah area perut secara perlahan dan cari daerah yang terasa nyeri bila ditekan. 1.4.2 Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut pada Ny. C. 1.4.3 Memberikan pujian pada keluarga. 2.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenal akibat lanjut dari syndrom dispepsia. Akibat lanjut dari syndrom dispepsia: 1. Bila ada infeksi maka rasa sakit akan terus

Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan pengertian dari syndrom dispepsia adalah ”nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah” 2. Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 5 penyebab dari syndrom dispepsia. Penyebabnya adalah maag, makan tidak teratur. 3. Keluarga tidak mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia tapi mampu menyebutkan tanda syndrome dispepsia yaitu nyeri ulu hati, mual, kembung. 4. Keluarga mampu menjelaskan cara cara mengetahui adanya kembung. Data Objektif : 1. Keluarga mendemonstarsikan cara mengetahui kembung. 2. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung. 3. Terdapat kontak mata. 4. Sesekali keluarga terlihat mengangukanggukkan kepala. 5. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah belum teratasi Perencanaan : Lanjutkan Implementasi dengan modifikasi jika diperlukan.

Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan 1 dari 4 akibat lanjut dari syndrom dispepsia yaitu biaya berobat mahal

TUK 3

bertambah. 2. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran pencernaan terganggu. 3. Tubuh akan bertambah lemah. 4. Biaya berobat mahal 2.1.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut dari syndrom dispepsia. 2.1.3 Memberikan pujian pada keluarga 2.2.1 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Ny. C 2.2.2 Memberikan pujian pada keluarga 3.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan syndrom dispepsia Cara pencegahan syndrom dispepsia: 1. Anjurkan pola makan teratur 2. Anjurkan perut selalu terisi/ makan sedikisedikit tapi sering. 3. Menjaga kebersihan ling-kungan 4. Anjurkan jangan makan makanan yang merangsang ( pedas, asam, kopi, dll). 3.1.2 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Ny. C 3.1.3 Memberikan pujian pada keluarga 3.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia Cara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu: 1. Keluarga dapat mengkaji sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia yaitu mengatasi GSP syndrom dispepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit. 2. Mampu mengolah kunyit 3. Makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan 4. Makan sedikit-sedikit tapi sering. 5. Meningkatkan istirahat 6. Mengkompres hangat pada area perut yang sakit. 7. Melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit (tarik nafas dari hidung dalam-dalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman). 3.2.2 Meminta keluarga menyebutkan kembali cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia 3.2.3 Memberikan pujian pada keluarga

2.

Keluarga menyatakan keinginannya untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Ny. C Data Objektif : 1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung 2. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah belum teratasi. Perencanaan : Lanjutkan implementasi Data Subjektif : 1. Keluarga menyebutkan 2 dari 4 cara pencegahan syndrom dispepsia yaitu menganjurkan pola makan teratur dan menganjurkan perut selalu terisi. 2. Keluarga mampu menyebutkan 4 cara dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrome dispepsia 3. Keluarga mampu menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit dan bisa memasukannya kedalam kapsul. Data Obyektif: 1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saa diskusi berlangsung. 2. Terdapat kontak mata. 3. Sesekali keluarga terlihat menganggukanggukkan kepala 4. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu menyebutkan cara mencegah dan merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia yaitu mengkaji sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia ( obat tradisional rimpang kunyit), makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan, meningkatkan istirahat, mengkompres hangat pada area perut yang sakit. Perencanaa : Lanjutkan implementasi.

TUK 4

13/ 9/ 2005 15.00 WIB

3.3.1 Menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit: kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring. 3.3.2 Mendemonstrasikan cara memasukan serbuk kunyit kedalam kapsul. Masukan serbuk kunyit yang telah kedalam kapsul ukuran 500 mg dengan membuka kapsul, masukan serbuk kunyit penuh atas bawah lalu tutup kembali. 3.4.1 Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional. 3.4.2 Memberikan pujian pada keluarga. 4.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai ciriciri lingkungan rumah yang sehat Ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat; 1. Bersih dan rapih 2. Ventilasi cukup 3. Ada penerangan dari sinar matahari 4. Tidak lembab 5. Menutup makanan 4.1.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali mengenai ciri-ciri Iingkungan rumah yang sehat 4.1.3 Memberikan pujian pada keluarga. 4.2.1 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk menilai kondis rumahnya 4.2.2 Menganjurkan pada keluarga untuk mempertahankan kondisi rumahnya. 4.2.3 Memberikan pujian pada keluarga

TUK 5

5.1.1 Menganjurkan keluarga untuk membawa kembali Ny. C ke Puskesmas atau ke dokter terdekat jika dalam waktu 3 hari kondisinya tidak membaik. 5.1.2 Memberikan pujian atas keinginan keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

TUK 1

1.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia. Syndrome dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung,

Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 ciriciri lingkungan rumah yang sehat yaitu bersih dan rapi, sinar matahari masuk ke dalam rumah, menutup makanan.dan tidak lembab. 2. Keluarga menilai kondisi rumahnya sudah baik dan termasuk rumah yang sehat. Data Objektif; 1. Rumah keluarga tampak bersih dan rapi, jendela rumah terbuka, dan sinar masuk ke dalam rumah. 2. Keluarga memperhatikan maha-siswa saat diskusi berlangsung. 3. Terdapat kontak mata 4. Keluarga tersenyum saat diberi pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan rumah menjadi sehat. Perencanaan : Lanjutkan implementasi Data Subjektif : Keluarga mengatakan akan membawa Ny. C akan ke Puskesmas atau ke dokter jika dalam waktu 3 hari gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia yang diderita tidak mengalarni perbaikan. Data Objektif : 1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung 2. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah menyatakan kesediaannya untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Perencanaan : Lanjutkan implementasi Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan pengertian syndrom dispepsia. 2. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5

muntah, rasa penuh, cepat sendawa.

kenyang

dan

1.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia. Penyebab dari syndrom dispepsia : 1. Gangguan pada lumen saluran cerna (gastritis/ maag) 2. Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran empedu. 3. Pola makan tidak teratur 4. Obat-obatan. 5. Makanan. 1.2.2 Menanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia 1.2.3 Memberikan pujian pada keluarga 1.3.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai jenis syndrom dispepsia dan tandanya. Jenis syndrom dispepsia: 1. Akut yaitu kurang dari tiga bulan 2. Kronik lebih dari tiga bulan Gejala nyeri perut bagian atas, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan, mual, muntah, kembung, rasa tak nyaman bertambah saat makan. 1.3.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya 1.3.3 Memberikan pujian pada keluarga 1.4.1 Menjelaskan pada keluarga cara mengetahui adanya kembung dan sakit perut pada Ny. C. Cara mengetahui kembung dan area peru yang sakit yaitu: 1. Tempelkan telapak tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kiri, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung. 2. Tekanlah area perut secara perlahan dan cari daerah yang terasa nyeri bila ditekan. 1.4.2 Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut pada Ny. C 1.4.3 Memberikan pujian pada keluarga.

TUK 2

2.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenal akibat lanjut dari syndrom dispepsia. Akibat lanjut dari syndrom dispepsia: 1. Bila ada infeksi maka rasa sakit akan terus

penyebab dari syndrom, dispepsia. Penyebabnya adalah maag, makan tidak teratur, makanan dan obat-obatan. 3. Keluarga mampu menyebutkan jenis syndrome dispepsia dan tanda syndrome dispepsia. 4. Keluarga mampu menjelaskan cara cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut, yaitu ujung jari kiri diketuk oleh ujung jari kanan dan meraba dengan ujung jari untuk tahu yang sakit. Data Objektif : 1. Keluarga mendemonstarsikan cara mengetahui kembung dan area sakit perut. 2. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung. 3. Terdapat kontak mata. 4. Sesekali keluarga terlihat mengangukanggukkan kepala. 5. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mengenal masalah syndrome dispepsia pada Ny. C Perencanaan : Lanjutkan Implementasi dengan modifikasi jika diperlukan.

Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat lanjut dari syndrom dispepsia, yaitu tubuh akan bertambah lemah dan biaya

bertambah. 2. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran pencernaan terganggu. 3. Tubuh akan bertambah lemah. 4. Biaya berobat mahal 2.1.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut dari syndrom dispepsia. 2.1.3 Memberikan pujian pada keluarga 2.2.1 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Ny C. 2.2.2 Memberikan pujian pada keluarga TUK 3

3.1.1.Mendiskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan syndrom dispepsia Cara pencegahan syndrom dispepsia: 1. Anjurkan pola makan teratur 2. Anjurkan perut selalu terisi/ makan sedikisedikit tapi sering. 3. Menjaga kebersihan ling-kungan 4. Anjurkan jangan makan makanan yang merngsang (pedas, asam, kopi, dll). 3.1.2.Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Ny. C 3.1.3. Memberikan pujian pada keluarga 3.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia Cara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu: 1. Memanfaatkan obat tradisional rimpang kunyit. 2. Mampu mengolah kunyit 3. Makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan 4. Makan sedikit-sedikit tapi sering. 5. Meningkatkan istirahat 6. Mengkompres hangat pada area perut yang sakit. 7. Melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit. 3.2.2 Meminta keluarga menyebut-kan kembali cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia 3.2.3 Memberikan pujian pada keluarga 3.3.1 Menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit: kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring. 3.3.2 Mendemonstrasikan cara memasukan serbuk kunyit kedalam kapsul. Masukan serbuk kunyit yang telah kedalam kapsul ukuran 500 mg

berobat mahal Keluarga menyatakan keinginan-nya untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Ny. C Data Objektif: 1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung 2. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian. Analisa: Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia. Perencanaan : Lanjutkan implementasi Data Subjektif : 1. Keluarga menyebutkan 4 dari 4 cara pencegahan syndrom dispepsia. 2. Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia. Data Obyektif: 1. Keluarga mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional dari rimpang kunyit. 2. Keluarga memperhatikan maha-siswa saat diskusi berlangsung. 3. Terdapat kontak mata. 4. Sesekali keluarga terlihat mengangguanggukkan kepala 5. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian Analisa : Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu menyebutkan cara mencegah dan merawat kasus syndrome dispepsia pada Ny. C Perencanaa : Lanjutkan implementasi, untuk TUK 3 lakukan kunjungan tidak terencana dan supervisi untuk melihat bagaimana cara keluarga merawat Ny. C 2.

15-9-05 15.00 WIB

TUK 3

dengan membuka kapsul, masukan serbuk kunyit penuh atas bawah lalu tutup kembali. 3.3.3 Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional. 3.3.4 Memberikan pujian pada keluarga. 3.1.1 Mengadakan kunjungan tidak terencana, mengevaluasi cara keluarga untuk merawat Ny. C Cara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu: 1. Memanfaatkan obat tradisional rimpang kunyit dalam bentuk kapsul 2. Menganjurkan makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan dan makan sedikit-sedikit tapi sering. 3. Meningkatkan istirahat 4. Mengkompres hangat pada area perut yang sakit. 5. Melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit. 3.1.2 Memberikan pujian pada keluarga.

Data Subjektif : Keluarga mampu menyebutkan dan melaksanakan cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia Data Obyektif: 1. Keluarga tersenyum ketika diberi pujian. 2. Berupa catatan perkembangan keluhan Ny. C. Analisa : Masalah teratasi, keluarga mampu menyebutkan dan melaksanakan cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia Perencanaa : Lanjutkan implementasi.

Tabel 4.12 Hasil observasi pada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia (Ny.C) Obyek yang diamati Har i ke

Keluhan Belum teratasi

Teratasi sebagian

1 ~ Perut terasa sakit. ~ Mual ~ Kembung ~ Cepat kenyang ~ Tidak nafsu makan ~ Nyeri ulu hati ~ Nyeri setelah makan ~ Nyeri saat lapar ~ Rasa penuh pada perut bagian atas. 2 ~ Cepat kenyang ~ ~ Kembung Perut terasa ~ Tidak nafsu sakit, mual makan ~ Nyeri ulu ~ Rasa penuh hati pada perut ~ Nyeri setelah bagian atas. makan ~ Nyeri saat lapar

Kunyit dikonsumsi

Tanda Vital

Sudah teratasi

Intervensi keluarga

-

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit ~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan ~ Makan sedikit-sedikit tapi sering ~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit.

1 kapsul

T: 120/80 mmhg S: 36,3ºC N: 80 x/ menit R: 20 x/ menit

-

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit ~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan ~ Makan sedikit-sedikit tapi sering ~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit

5 kapsul

T: 120/80 mmhg S: 36,5 ºC N: 74 x/ menit R: 20 x/ menit

Therapy Medis -

3

-

4

-

5

-

6

-

7

~ Cepat ~ Perut kenyang terasa sakit. ~ Kembung ~ Tidak nafsu ~ Mual makan ~ Nyeri ulu ~ Rasa penuh hati pada perut ~ Nyeri bagian atas. sete-lah makan ~ Nyeri saat lapar ~ Cepat kenyang ~ Kembung ~ Tidak nafsu makan ~ Rasa penuh pada perut bagian atas. -

-

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit ~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan ~ Makan sedikit-sedikit tapi sering ~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit ~ Meningkatkan istirahat ~ Melakukan teknik relaksasi

9 kapsul

T: 110/70 mmhg S: 36,6 ºC N: 78 x/ menit R: 20 x/ menit

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit

13 kapsul

T: 100/60 mmhg S: 36,4ºC N: 78 x/ menit R: 20 x/ menit

~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit ~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit

17 kapsul 21 kapsul 25 kapsul

-

-

-

-

Hasil evaluasi akhir dengan dilaksanakannya lima tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus ayndrom dispepsia ( Ny.C) oleh keluarga Tn. A diperoleh data sebagai berikut: 1. Nafsu makan naik 2. Sakit perut teratasi dan teras lebih nyaman 3. Ny. C menyatakan tidur lebih nyenyak 4. Ny. C mengatakan badanya lebih segar

T: 120/80 mmhg S: 36,4ºC N: 78 x/ menit R: 20 x/ menit

4. Pembahasan Kasus IV Pengkajian awal sebelum dilakukan asuhan keperawatan keluarga tanggal 11 September 2005 pada Ny. C yang mengalami gangguan saluran pencernaan syndrom dispepsia, Ny. C mengatakan sudah terbisa mengunakan tanaman obat keluarga rimpang kunyit didalam mengobati penyakitnya tetapi biasanya keluhan yang dialami tidak berkurang, sedangkan menurut literatur rimpang kunyit mampu mengurangi bahkan menyembuhkan penyakit syndrom dispepsia, yaitu menurut Hargono ( 2002) rimpang kunyit mempunyai khasiat

sebagai anti oksidan, pengurang rasa nyeri pada gangguan sistem pencernaan, peningkat nafsu makan dan dapat mengurangi penumpukan gas pada lambung. Hal ini dimungkinkan karena keluarga Tn. A belum mampu merawat anggota keluarganya yang sakit ( Ny. C) dan pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit belum tepat. Dari pengkajian awal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. A dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. C ). Asuhan keperawatan yang akan dilakukan bersifat partisipatif yaitu melibatkan seluruh anggota keluarga Tn. A dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. C) dan perawatan ini terfokus pada pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Asuhan keperawatan dimulai sejak tanggal 12 September 2005 melalui kunjungan rumah selama satu minggu dengan beberapa tahapan diantaranya pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal-hal yang dikaji dalam pengkajian yaitu identitas keluarga, daftar anggota keluarga, data umum dan pemeriksaan fisik anggota keluarga dengan kasus syndrom dipepsia. Pada pengkajian data umum keluarga, didapatkan tipe keluarga Tn. A adalah nuclear family ( keluarga inti) yang terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak yang tinggal dalam satu rumah dan tahap perkembangannya adalah pada tahap anak pertama usia sekolah. Pada data umum dikaji juga keadaan biologis keluarga, psikologis keluarga, sosial ekonomi keluarga, spiritual keluarga, lingkungan rumah, fungsi dan harapan keluarga.

Hasil pengkajian keadaan biologis keluarga Tn. A yaitu kebersihan: ”frekuensi mandi sehari 2 kali, menggunakan sabun, kamar mandi milik sendiri, biasa cuci tangan sebelum makan dan tidak biasa cuci kaki sebelum tidur”, pola makan: ”tidak ada pantangan makan, makan sehari 3 kali, makanan pokok nasi, lauk kadang-kadang, sayuran selalu ada, buah kadang-kadang, susu kadang-kadang, cara menghidangkan makanan terbuka, air minum dimasak dan kebiasaan masak sayuran dipotong baru dicuci”, pola istirahat: ”rata-rata tidur malam dari jam 21.00 sampai jam 05.00, tidak tidur siang dan tidak ada anggota keluarga yang sulit tidur kecuali Ny. C”, reproduksi: ”alat kontrasepsi yang digunakan yaitu KB suntik dan tidak ada kelainan/ keluhan yang dirasakan setelah menggunakannya”, tidak ada kecacatan dan tidak ada penyakit kronik/ menular dalam keluarga Tn. A. Pengkajian psikologis pada keluarga Tn. A menggambarkan kondisi emosi dalam hubungan antar anggota keluarga untuk menghadapi masalah terkesan baik, terdapat komunikasi/ interaksi antar anggota keluarga, strategi koping keluarga baik ( keluarga mau menyelesaikan masalah kesehatan) dan adanya musyawarah untuk mengambil keputusan. Pada pengkajian ekonomi keluarga, keluarga tidak memiliki tabungan kesehatan, penghasilan per bulan antara tiga ratus ribu sampai enam ratus ribu rupiah dan keluarga Tn. A tergolong pada keluarga sejahtera II.

Pengkajian spiritual menggambarkan pandangan hidup keluarga terhadap keadaan sehat baik, ”keluarga menganggap sehat itu mahal dan berpendapat lebih baik mencegah dari pada mengobati”. Hasil pengkajian lingkungan rumah didapatkan lingkungan rumah terkesan bersih dan teratur, tempat BAB di sungai, pembuangan air kotor keselokan, mempunyai tempat sampah, kondisi halaman berupa tanah tetapi dibiarkan, tidak memiliki kandang ternak, tidak ada lalat/ nyamuk, ventilasi cukup ( tinggi internit lebih dari 2,4 m dari lantai, banyak lobang angin/ jendela, luas jendela lebih dari 10 % dari luas lantai) tetapi dalam ruangan terasa pengap dan penerangan kurang karena jendela jarang difungsikan. Fungsi afektif/ gambaran diri anggota keluarga baik ditandai dengan setiap anggota keluarga berperan sesuai fungsinya masing-masing, setiap anggota keluarga merasa dimiliki dan memiliki dalam keluarga dan setiap anggota keluarga saling mendukung dalam menghadapi masalah kesehatan. Fungsi sosialisasi/ hubungan antar anggota keluarga maupun dengan orang lain terkesan baik dan orang tua yang berperan sebagai pendidik dalam keluarga untuk mengembangkan disiplin, norma, budaya dan perilaku. Fungsi perawatan kesehatan,

keluarga Tn. A belum mampu

melaksanakan fungsi perawatan kesehatan dengan baik dimana keluarga belum mampu mengetahui masalah kesehatan yang ada, belum mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah dan keluarga belum mampu merawat anggota keluarganya yang sakit ( Ny. C). Setelah keluarga mampu

melaksanakan fungsi perawatan kesehatan, keluarga berharap kasus syndrom dispepsia pada Ny. C dapat teratasi. Setelah mengkaji fungsi keluarga, penulis melakukan pemeriksaan fisik pada individu dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. C), hasilnya yaitu keadaan umum baik, nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, tensi 120/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3 OC, pernafasan 20 x/ menit, BB 50 kg dan TB 155 cm. Pada anamnesa keluarga, keluarga Tn. A mengatakan sudah memeriksakan Ny. C ke tempat pelayanan kesehatan, obat sudah habis tetapi belum ada perubahan pada penyakitnya dan keluhan Ny. C saat ini yaitu sejak tiga hari yang lalu perut terasa sakit, mual, kembung. cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas. Data yang telah dikaji pada keluarga Tn. A dianalisa dengan cara dikelompokan menjadi data subyektif ( Ny. C mengeluh sejak tiga hari yang lalu perut terasa sakit, mual, kembung. cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas) dan data objektif ( ada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia dan pada pemeriksaan fisik Ny. C ditemukan nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, tensi 120/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3 O

C, pernafasan 20 x/ menit, BB 50 kg dan TB 155 cm) lalu ditentukan masalah

kesehatannya ( gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia). Analisa tersebut

dirumuskan

menjadi

diagnosa

keperawatan

dan

diagnosa

keperwatannya adalah gangguan sistem pencernaan sindrom dispepsia pada keluarga Tn. A ( Ny. C) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia. Setelah diagnosa keperawatan keluarga sudah dirumuskan, penulis bersama keluarga menyusun rencana keperawatan. Rencana keperawatan keluarga mempunyai tujuan yaitu tujuan khusus ”setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi keluarga mampu merawat anggota keluarganya yang sakit” dan tujuan umum ”setelah 7 x pertemuan gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny. C teratasi”. Dari tujuan itu penulis melakukan implementasi keperawatan pada keluarga Tn. A walaupun terfokus pada pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit tetapi tidak mengabaikan/ tetap melaksanakan implementasi keperawatan keluarga lainnya. Implementasi dilakukan melalui penyuluhan dengan cara diskusi, peragaan dan komunikasi interaktif. Respon keluarga Tn. A selama penyuluhan berlangsung kooperatif dan memiliki persepsi yang positif, dimana keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung, terdapat kontak mata, sesekali terlihat menganggukan kepala dan tersenyum saat diberikan pujian. Sewaktu implementasi dan sesudah implementasi penulis melakukan evaluasi. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga Tn. A dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, bertujuan untuk melihat

gambaran kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan khusus dan tujuan umum yang telah ditetapkan pada perencanaan. Gambaran pencapaian tujuan khusus ( keluarga Tn. A mampu merawat anggota keluarganya yang sakit) digambarkan berdasarkan kemampuan keluarga Tn. A dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatannya, yaitu: a. Gambaran kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. Pada hari pertama tanggal 12 September 2005, keluarga Tn. A belum mampu mengenal masalah kesehatan dengan baik sesuai dengan standar pada respon verbal yaitu ditandai dengan pengertian syndrom dispepsia yang mampu keluarga Tn. A sebutkan hanya “nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah”, penyebabnya hanya ”maag, makan tidak teratur”, tandanya hanya ”nyeri ulu hati, mual, kembung” dan tidak mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia. Sedangkan pada respon psikomotor keluarga Tn. A mampu melakukannya sesuai standar yaitu keluarga Tn. A mampu menjelaskan cara-cara mengetahui adanya kembung. Pada hari kedua tanggal 13 September 2005, keluarga Tn. A mampu mengenal masalah kesehatan sesuai dengan standar yang telah ditentukan pada perencanaan, yaitu keluarga Tn. A mampu menyebutkan pengertian syndrom dispepsia, keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 penyebab syndrom dispepsia yaitu ”maag, makan tidak teratur, makanan dan makanan”, keluarga mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan

tandanya serta keluarga mampu menjelaskan cara-cara mengetahui adanya kembung dan area perut sakit. Dari hasil evaluasi dan wawancara dapat disimpulkan keluarga lebih cepat melaksanakan respon psikomotor daripada respon verbal ( respon psikomotor dalam satu hari mampu dilakukan sesuai standar), keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah dan keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan tersebut.

b. Gambaran kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah. Hari pertama tanggal 12 September 2005, keluarga mampu menyebutkan 1 dari 4 akibat lanjut dari syndrom dispepsia yaitu biaya berobat mahal dan keluarga menyatakan keinginannya untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Ny. C. Hari kedua tanggal 13 September 2005, keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat lanjut dari syndrom dispepsia, yaitu tubuh akan bertambah lemah dan biaya berobat mahal dan keluarga juga menyatakan keinginannya untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Ny. C Sesuai dengan hasil wawancara dan pengamatan peneliti dapat disimpulan bahwa keluarga Tn. A mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah sesuai dengan standar dan kriteria waktu yang

telah ditetapkan ( 2 X 45 Menit) yaitu keluarga mengerti sifat dan luasnya masalah, masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga, keluarga dapat mengungkapkan/ menyebutkan akibat dari masalah kesehatan tersebut, keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah kesehatan tersebut, keluarga tidak merasa menyerah terhadap masalah kesehatan yang dialami, keluarga merasa takut akan akibat dari penyakitnya, keluarga tidak mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan, keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, keluarga percaya terhadap tenaga kesehatan, keluarga tidak mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam menangani masalah.

c. Gambaran kemampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan ( kasus syndrom dispepsia). Gambaran kemampuan keluarga Tn. A merawat anggota keluarga dengan kasus syndrome dispepsia ( Ny. C) termasuk didalamnya kemampuan memelihara lingkungan dan menggunakan sumber/ fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat. Pada hari pertama tanggal 12 September 2005, keluarga Tn. A sudah mampu memelihara lingkungan, mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dan mampu merawat merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan tetapi belum optimal sesuai standar yang telah ditetapkan pada perencanaan, yaitu keluarga hanya mampu

menyebutkan 4 cara dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrome dispepsia tetapi keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 cara pencegahan syndrom dispepsia “menganjurkan pola makan teratur dan menganjurkan perut selalu terisi”, keluarga mampu menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit dan bisa memasukannya kedalam kapsul, keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat “bersih dan rapi, sinar matahari masuk ke dalam rumah, menutup makanan.dan tidak lembab”, rumah keluarga tampak bersih dan rapi, jendela rumah terbuka, dan sinar masuk ke dalam rumah dan keluarga mengatakan akan membawa Ny C kontrol ke puskesmas/ dokter jika dalam waktu 3 hari gangguan sistem

pencernaan

syndrom

mengalami perbaikan.

Selama

dispepsia

yang

penyuluhan

dideritanya berlangsung

tidak respon

keluarga positif dan kooperatif yang ditandai keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung, terdapat kontak mata, sesekali keluarga terlihat

mengangguk-anggukkan kepala dan keluarga

tersenyum saat diberikan pujian. Pada hari kedua tanggal 13 September 2005, keluarga Tn. A mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang ditandai dengan keluarga mampu menyebutkan 4 dari 4 cara pencegahan syndrom dispepsia, mampu menyebutkan 5 dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia dan

keluarga mampu mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional dari rimpang kunyit dengan baik. Pada saat kunjungan tidak terencana untuk melihat cara keluarga Tn. A melakukan perawatan pada anggota keluarga dengan kasus symdrom dispepsia ( Ny. C) tanggal 7 September 2005, keluarga mampu menyebutkan semua cara pencegahan syndrom dispepsia, keluarga mampu menyebutkan semua cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia, hasil pengamatan peneliti menunjukan cara perawatan yang dilakukan keluarga Tn. A sesuai dengan rencana dan standar yang telah ditetapkan sebelumnya dan hasil evaluasi kasus syndrom dispepsia pada Ny. C menunjukan keluhannya sudah mulai berkurang/ penyakitnya membaik serta keluarga Tn. A mengatakan akan terus merawat anggota keluarganya yang sakit. Dari hasil pengamatan dan wawancara dapat disimpulkan keluarga Tn. A mampu melaksanakan perawatan pada anggota keluarganya yang sakit, mampu mengambil dari sumber daya keluarga dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit, mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan, mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, mampu mempelajari tentang bagaimana perawatan keluarga terhadap anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia sehingga keterampilan keluarga mengenai perawatan yang

diperlukan memadai, tidak mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang diperlukan, tidak ada konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam keluarga, dapat melihat keuntungan dalam pemeliharaan lingkungan dimasa mendatang, mengetahui upaya peningkatan kesehatan dan pencegahaan penyakit, sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan mempunyai pandangan positif akan fasilitas kesehatan, tidak merasa takut akan akibat dari tindakan, mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dan mampu memodifikasi lingkungan yang menguntungkan kesahatan. Gambaran pencapaian tujuan umum ( setelah 7 x pertemuan gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny C teratasi) dipantau melalui observasi terhadap anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny C) yang menggambarankan kemampuan keluarga Tn. A merawat anggota keluarganya yang sakit, melalui penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan memanfaatkan tanaman obat keluarga rimpang kunyit, sebagai berikut: a. Hari pertama ( 12 September 2005) Pada waktu pengkajian keluarga Tn. A megatakan sudah biasa menggunakan tanaman obat keluarga rimpang kunyit untuk mengatasi gangguan saluran pencernaan tetapi biasanya keluhan penyakitnya tidak berkurang dan rimpang kunuyit yang digunakan diolah dengan cara diparut,

diperas airnya lalu diminum dengan dosis yang tidak diukur dan dikonsumsi secara tidak teratur. Pada pukul 15.00 WIB peneliti bersama keluarga mengkaji anggota keluarga Ny. C, didapatkan Ny. C mengeluh sejak tiga hari yang lalu perut terasa sakit, mual, kembung. cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas. Hasil pemeriksaan fisiknya yaitu keadaan umum baik, konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik, dan tanda vitalnya yaitu tensi 120/80 mmhg, suhu 36, 3ºC, nadi 80 x/ menit dan respirasi 20 x/ menit. Dari data salah satu Balai Pengobatan Puskesmas Majenang I dan keluhan tersebut, Ny. C mengalami gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia. Menurut Manjoer ( 2000) syndrom dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis yang terdiri rasa tidak enak/ sakit perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Syndrom dispepsia merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari salah satu atau lebih gejala nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa kembung, cepat kenyang dan sendawa ( Djojodiningrat, 2001). Manifestasi klinis syndrom dispepsia pada Ny. C termasuk pada dispepsia dengan keluhan seperti ulkus yaitu dengan keluhan nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mual, cepat kenyang, rasa penuh pada perut bagian atas. Kasus syndrom dispepsia pada Ny. C termasuk akut

karena pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan ( Mansjoer, 2000). Etiologi kasus syndrom dispepsia pada Ny. C belum diketahui secara pasti ( dispepsia fungsional) karena Ny. C tidak mengalami demam, tidak ditemukan gejala diabetes militus, penyakit tiroid dan jantung koroner, tidak mengkonsumsi antibiotic, digitalis, theophilin dan antiinflamasi non steroid. Sebenarnya bisa diketahui etiologinya dengan pasti apabila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut tetapi karena keterbatasan penelitian, peneliti tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut kemungkinan penyebab lain seperti adanya tumor, gastritis ( peradangan lambung), pemeriksaan fungsi hati, fungsi pangkreas, fungsi saluran empedu, fungsi jantung dan fungsi hormonal. Setelah dilakukan diskusi dengan keluarga Tn. A, keluarga Tn. A mau merawat anggota keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. C) dengan memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Dosis yang digunakan sesuai dengan literatur yang ada yaitu 500 mg serbuk rimpang kunyit, dimasukkan kedalam kapsul dan diminum empat kali sehari, satu jam sebelum makan dan satu jam sebelum tidur. Intervensi lain yang di lakukan keluarga Tn. A yaitu menganjurkan makan makanan yang tidak merangsang saluran pencernaan, makan sedikit-sedikit tapi sering dan mengkompres hangat pada area perut yang sakit. Respon keluarga Tn. A. positif dan kooperatif terhadap tindakan

yang diberikan dan terlihat bersemangat untuk melakukan perawatan terhadap anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. A). b. Hari Kedua ( 13 September 2005) Pada pukul 15.00 WIB, keluarga Tn. A. mengatakan keluhan Ny. C dengan mengkonsumsi lima kapsul rimpang kunyit dan melakukan intervensi keperawatan keluarga sudah mulai berkurang yaitu rasa sakit pada perut bagian atas, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan mual tidak seperti hari pertama tetapi kembung, cepat kenyang, tidak nafsu makan, rasa penuh pada perut bagian atas belum berkurang. Setelah diskusi dengan keluarga istirahat klien kurang dan intervensi selanjutnya ditambahkan dengan menganjurkan untuk meningkatkan istirahat dan melakukan teknik relaksasi. Tanda vitalnya stabil yaitu tensi 120/80 mmhg, suhu 36,5ºC, nadi 74 x/ menit dan respirasi 20 x/ menit, jadi hanya ada kenaikan suhu 0,2 ºC dan penurunan nadi 6 x/ menit. c. Hari Ketiga ( 14 September 2005) Pada pukul 15.00 WIB keluarga Tn. A. mengatakan Ny. C dianjurkan untuk lebih banyak istirahat dari pekerjaan rutin dan melakukan teknik relaksasi ketika Ny. C perutnya sakit, kapsul rimpang kunyit yang dikonsumsi sembilan kapsul dan tanda vital Ny. C yaitu tensi 110/70 mmhg, suhu 36,6 ºC, nadi 78 x/ menit dan respirasi 20 x/ menit, jadi sejak hari kedua tensi ( sistol dan diastol) turun 10

mmhg, suhu naik 0,1 ºC, nadi naik 4 x/ menit, dan pernapasan tetap. Dengan

menambahkan

intervensi

meningkatkan

istirahat

dan

melakukan teknik relaksasi, keluhan Ny. C sudah mulai teratasi dimana beberapa keluhan yaitu rasa sakit pada perut, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan mual sudah tidak terasa lagi, serta nafsu makan mulai naik. Sedangkan cepat kenyang, rasa penuh pada perut bagian atas dan kembung masih terasa tetapi keluarga mengatakan sudah mulai berkurang/ tidak seperti sebelumnya.

d. Hari Keempat ( 15 September 2005) Pada pukul 15.00 WIB keluarga Tn. A mengatakan keluhan Ny. C sudah teratasi semua dan sudah tidak ada keluhan pada saluran pencernaan lagi, BAB lancar dan tidak ada perubahan warna maupun konsistensinya. e. Hari Kelima dan Keenam Pada hari kelima dan keenam tidak dilakukan kunjungan rumah karena keadaan Ny. C membaik dan semua keluhan sudah teratasi tetapi pemberian kapsul tanaman obat keluarga rimpang kunyit tetap dilanjutkan untuk melihat pengaruh lainnya. f. Hari Ketujuh ( 18 September 2005)

Kunyit yang telah dikonsumsi sebanyak 25 kapsul dan tanda vital Ny. C yaitu tensi 120/80 mmhg, suhu 36,4 ºC, nadi 78 x/ menit, respirasi 20 x/ menit. Perubahan tanda vital Ny. C selama perawatan yaitu suhu stabil antara 36,3 ºC - 36,6 ºC, nadi stabil antara 74 x/ menit - 80 x/ menit, respirasi tetap yaitu 20x/ menit, dan tensi ada penurunan 10 mmhg pada hari ketiga ( 110/80 mmhg), penurunan 10 mmhg pada hari keempat ( 100/70 mmhg) dan pada hari ketujuh naik lagi jadi 120/80 mmhg atau sama dengan hari pertama perawatan, hal ini dimungkinkan karena pada waktu hari ketiga dan kempat aktifitas Ny. C di kurangi. Pada pukul 15.00 WIB dilakukan evaluasi akhir setelah keluarga Tn. A melaksanakan lima tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. C) dan hasilnya yaitu keluarga Tn. A mengatakan Ny. C nafsu makannya naik, tidurnya lebih nyenyak, perut Ny. C terasa lebih nyaman dan badan Ny. C terlihat lebih segar. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kunyit mampu menahan sekresi getah lambung, mampu mengurangi rasa nyeri pada ganguan pencernaan, mampu meningkatkan nafsu makan dan mengurangi penumpukan gas dalam lambung ( Hargono, 2002). Respon keluarga Tn. A pada evaluasi akhir sangat kooperatif dan menyatakan senang telah mampu merawat anggota keluarganya

yang sakit dengan memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit. 5. Simpulan sementara kasus IV Gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. A dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. C) melalui pemanfataan tanaman obat keluarga rimpang kunyit menunjukan bahwa masalah

teratasi

seluruhnya

dimana

keluarga

Tn.

A

mampu

melaksanakan 5 tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. C) dan keluhan anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia teratasi 100 %, jadi tujuan khusus dan tujuan umum asuhan keperawatannya dapat tercapai. Tujuan khusus asuhan keperawatan keluarga tercapai seluruhnya sesuai standar dan kriteria waktu yang telah ditentukan, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah dan mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan. Sesuai hasil penelitian dan pengamatan peneliti, kemampuan tersebut dipengaruhi beberapa faktor yaitu suasana lingkungan, sumber daya keluarga, masalah kesehatan yang ada, terjangkaunya fasilitas kesehatan dan keluarga yang kooperatif. Tujuan umum asuhan keperawatan keluarga tercapai seluruhnya kurang dari kriteria waktu yang telah ditetapkan yaitu pada hari keempat perawatan kasus syndrom dispepsia pada Ny. C dapat teratasi seluruhnya.

Dengan teratasinya masalah kesehatan tersebut, berarti keluarga Tn. A mampu merawat anggota keluarganya yang sakit ( Ny. C) melalui pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Sesuai hasil penelitian dan pengamatan peneliti, ketercapaian ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor

yaitu

kemampuan

keluarga

dalam

melakukan

perawatan, kooperatifnya keluarga Tn. A dalam merawat anggota keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia (Ny. C), kepatuhan Ny. C terhadap intervensi yang anjurkan, tingkat keparahan penyakit/ masih akutnya penyakit pada Ny. C, penggunaan rimpang kunyit dengan dosis sesuai literatur yang ada, pola makan dan nutrisi yang adekuat, respon klien yang positif terhadap penggunaan rimpang kunyit dan faktor lingkungan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian dari empat kasus tentang “Gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia dengan memanfaatkan tanaman obat keluarga rimpang kunyit di wilayah kerja Puskesmas Majenang I Kabupaten Cilacap tahun 2005” dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Semua keluarga mampu melaksanakan lima keluarga dalam merawat anggota keluarganya dengan masalah kesehatan syndrome dispepsia. 2. Pelaksanaan lima tugas keluarga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan/ pengetahuan dan pengalaman keluarga, suasana/ keadaan lingkungan, sumber

daya

keluarga,

masalah

kesehatan

keluarga

terjangkaunya fasilitas kesehatan dan kooperatifnya keluarga.

yang

ada,

3. Semua keluarga mampu mengatasi masalah kesehatan syndrom dispepsia dengan melaksanaan lima tugas keluarga sesuai dengan tingkat kemampuannya dan salah satunya dengan memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit. 4. Diperoleh gambaran bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit mampu mengatasi masalah kesehatan keluarga aktual syndrom dispepsia. 5. Asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia dengan memanfaatkan tanaman obat rimpang kunyit sesuai dosis yang ada di leteratur, yaitu 4 kali 500 mg bubuk kunyit dalam bentuk kapsul diminum 1 jam sebelum tidur dapat mengurangi keluhan syndrom dispepsia kurang dari 1 minggu dan dapat meningkatkan nafsu makan. 6. Upaya mengurangi keluhan syndrom dispepsia dengan memanfaatkan tanaman obat keluarga rimpang kunyit dikombinasikan dengan pemberian antasid, parasetamol dan Vitamin B12 dan tanpa kombinasi dapat menurunkan keluhan pada kasus syndrom dispepsia meskipun dipengaruhi oleh pola makan, nutrisi yang adekuat, respon klien pada penggunaan rimpang

kunyit,

tingkat

keparahan

penyakit,

faktor

lingkungan,

kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan, kooperatifnya keluarga dalam merawat anggota keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia, kepatuhan anggota keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia terhadap

intervensi yang anjurkan, dan penggunaan rimpang kunyit sesuai dosis yang ada pada literatur.

Saran Supaya keluarga mampu mandiri dalam merawat anggota keluarganya yang sakit dan mampu memanfaatkan sumber daya keluarga dengan tepat, hendaknya diadakan program kesehatan keluarga melalui penyuluhan atau pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus tertentu/ setiap kasus. Hasil penelitian ini diharapkan dapat ditindaklanjuti melalui penelitian lebih lanjut dengan metode eksperimental untuk melihat: 1.

Pengaruh tingkat pengetahuan/ pendidikan keluarga terhadap

efektifitas penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia. 2.

Pengaruh tingkat pengetahuan/ pendidikan keluarga terhadap

efektifitas penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus tertentu ( contoh: TBC, malaria, kusta, dan lain-lain) 3.

Pengaruh pemanfaatan obat keluarga rimpang kunyit terhadap

penurunan keluhan syndrom dispepsia. 4.

Pengaruh pemanfaatan obat keluarga rimpang kunyit terhadap

efektifitas asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia. 5.

Pengaruh pemanfaatan obat keluarga lain ( Contoh: daun alpukat,

mengkudu, kencur, lidah buaya, dll) terhadap efektifitas asuhan

keperawatan keluarga pada kasus tertentu ( disesuaikan dengan manfaatnya). 6.

Penatalaksanaan

asuhan

keperawatan

keluarga

dengan

memanfaatkan tanaman obat keluarga/ tanaman obat keluarga selain kunyit pada kasus yang sesuai.

Related Documents


More Documents from "Muhammad Nur Kholis"