ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY. S DENGAN HIPERTENSI PADA NY.S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENTENG KOTA PALANGKA RAYA
Oleh: M. DILAH RASIT NIM. PO.62.20.1.16.152
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN KELAS REGULER III TAHUN 2019
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran selang waktu lima menit dalam keadaan cukup tenang/istirahat (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Gejala-gejala hipertensi yaitu adalah sakit kepala atau rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi (Anindya,2009). Tingginya angka kejadian hipertensi yang terus meningkat dan akan menyebabkan komplikasi. Penatalaksanaan hipertensi yang tidak dilakukan dengan baik dapat menyebabkan komplikasi (Riskesdas,2013). Apabila hipertensi tidak ditangani dengan tepat maka akan menimbulkan komplikasi yaitu stroke, infark miokard, gagal jantung, gagal ginjal kronik dan retinopati (Nuraini, 2015). Data Worlh Health Organization (WHO), di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta 2
pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di
3
negara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Hipertensi juga menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dirumah sakit di Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita (30%) dan pria (29% ) sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama dinegara berkembang (Triyanto, 2014). Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %. Prevelensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9.5 %, jadi ada 0,1 % yang minum obat sendiri. Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75 tahun. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara tahun 2016 tercatat masih tingginya angka kejadian hipertensi. Berdasarkan data dan informasi pengukuran tekanan darah yang terdiagnosis hipertensi/darah tinggi tertinggi terjadi pada perempuan yaitu sebanyak 21.006 jiwa (34,47%) dan terendah pada laki-laki sebanyak 10.811 jiwa (50,32%), total laki-laki dan perempuan sebanyak 31.817 kasus hipertensi (38.60%). Hal ini menunjukan masih tingginya kasus hipertensi yang terjadi di Sulawesi Tenggara. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam suatu rumah tangga yang berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. (Ali, 2010). Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga yang sehat sangat berperan penting untuk kelangsungan hidup yang sejahtera. Dengan memiliki keluarga yang sehat tanpa memiliki penyakit akan menjamin kesejahteraan keluarga yang harmonis dan bahagia. Beberapa ahli berpendapat bahwa bertambah umur, merupakan faktor terjadinya Hipertensi. Oleh sebab itu pengawasan dan pengelolaan keluarga terhadap faktor pencetus dari peningkatan tekanan darah 4
sangat disarankan agar terhindar dari keadaan yang lebih parah (Harmoko, 2012). Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan, ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam Dion & Betan, (2013) yaitu :mengenal masalah dalam kesehatan keluarga, membuat keputusan tindakanyang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit,mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat,menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat. Tugaskeluarga tersebut harus selalu dijalankan. Apabila salah satu atau beberapa diantara tugas tersebut tidak dijalankan justru akan menimbulkan masalah kesehatan dalam keluarga. Kasus Hipertensi di Puskesmas Asinua dalam 3 tahun terakhir terus meningkat dan menurut jenis kelamin tertinggi selalu terjadi pada perempuan, berdasarkan kelompok usia tertinggi selalu terjadi pada kelompok usia di atas 45 tahun. Tahun 2015 kasus Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Asinua mencapai 178 kasus Hipertensi dimana perempuan sebanyak 97 kasus dan laki-laki sebanyak 81 kasus, pada tahun 2016 kasus hipertensi sebanyak 193 kasus dimana perempuan sebanyak 101 kasus dan laki-laki sebanyak 92 kasus. Pada tahun 2017 kasus hipertensi di Puskesmas Asinua semakin meningkat yaitu sebesar 212 dengan kasus tertinggi pada perempuan sebanyak 117 kasus dan terendah laki-laki sebanyak 95 kasus. Dari wawancara yang dilakukan pada petugas Puskesmas Asinua didapatkan bahwa penderita hipertensi banyak yang tidak rutin mengontrol tekanan darah, memiliki kebiasaan merokok, pola hidup yang tidak sehat, jika kebiasaan tersebut tidak diatasi maka akan memicu terjadi hipertensi dan berlanjut ke komplikasi seperti gagal jantung, stroke, kerusakan pada ginjal dan kebutaan. Keluarga pada umumnya mengatasi hipertensi dengan beristrahat serta sedikitnya langsung memeriksakan kondisi kesehatannya di Puskesmas (Profil Puskesmas Asinua Tahun 2018). Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis tertarik melakukan studi kasus Hipertensi pada keluarga dalam judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018”. 5
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018. c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018. d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018. e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Mubarak dkk, 2011 ). BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2012) menyatakan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Sedangkan menurut Wall, (1986) dalam Friedman (2010) menyatakan bahwa keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga. 2. Ciri-Ciri Keluarga Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu : a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara. c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk perhitungan garis keturunan. d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotaanggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak. e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.
7
3. Tipe Keluarga Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi : a. Secara Tradisional Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. 2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah ( kakeknenek, paman-bibi) b. Secara Modern Berkembangnya
peran
individu
dan
meningkatnya
rasa
individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga selain di atas adalah : 1) Tradisional Nuclear Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah. 2) Reconstituted Nuclear Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anakanaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah. 3) Niddle Age/Aging Couple Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di rumah,
anak-anak
sudah
meninggalkan
rumah
karena
sekolah/perkawinan/ meniti karier. 4) Dyadic Nuclear Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah. 5) Single Parent Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya 8
dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
6) Dual Carrier Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak. 7) Commuter Married Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu. 8) Single Adult Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin. 9) Three Generation Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah. 10) Institusional Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu pantipanti. 11) Comunal Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas. 12) Group Marriage Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak. 13) Unmaried Parent and Child Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi. 14) Cohibing Couple Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin. 15) Gay and Lesbian Family Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
9
4. Struktur Keluarga Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, strukrur peran, struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk, 2011) menggambarkan sebagai berikut :
a. Struktur komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan. b. Struktur peran Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. c. Struktur kekuatan Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain : legitimate power (hak), referent power (ditiru), expert power (keahlian), reward power (hadiah), coercive power (paksa) dan affective power. d. Struktur nilai dan norma Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosil tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga. 5. Fungsi keluarga Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu : a. Fungsi afektif Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan
persepsi
keluarga
dan
kepedulian
sosioemosional semua anggota keluarganya. 10
terhadap
kebutuhan
b. Fungsi sosialisasi dan status sosial Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika. c. Fungsi reproduksi Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu menyediakan angagota baru untuk masyarakat. d. Fungsi perawatan kesehatan Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga. e. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan. 6. Tahap perkembangan keluarga Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi (Friedman, 2010) : a. Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family) Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan dan perencanaan keluarga. b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family) Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 11
bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan keluarga disini adalah setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus memepelajari peran barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan fungsi dan tanggung jawab.
c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with preschool) Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saatini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suamiayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk anak-anak. d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with schoolchildren) Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan. e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers) Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utamapada keluarga 12
pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatankeluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yanglebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa mudah. f. Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada tahap ini adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi. Tugas perkembangan keluarga yang kedua adalah bagi orang tua untuk memfokuskan kembali hubungan pernikahan mereka. Sedangkan tugas Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang
bersifat proinotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. g. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga. h. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan. i. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan. j. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau perawatan dirumah. k. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi. Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara lain adalah : 1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah : a) Tingkat sosial ekonomi yang rendah. b) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri. c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit keturunan. 2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu : 13
a) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun). b) Menderita kekurangan gizi (anemia). c) Menderita hipertensi. d) Primipara dan Multipara. e) Riwayat persalinan atau komplikasi 3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena : a) Lahir prematur (BBLR). b) Berat badan sukar naik
14
15
16
17
18
19
20
21
7. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut : a. Mengenal masalah kesehatan keluarga Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah. b. Membuat keputusan tindakan yang tepat Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan. c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : 1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis danperawatannya). 2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan. 3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan. 4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yangbertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,psikososial). 5) Sikap keluarga terhadap yang sakit. d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : 1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga. 22
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan. perkembangan
keluarga
yang
ketiga
adalah
untuk
anggota
keluarga,terutama orang tua dan anak remaja, untuk berkomunikasi secara terbukasatu sama lain. e. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching centerfamilies) Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar, orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri. f. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families) Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tugas keperawatan keluarga pada tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat. g. Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain. Tugas
perkembangan
keluarga
pada
tahap
terakhir
ini
adalah
mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan dan kembali 23
kerumah setelah individu pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi problematik.
1) Pentingnya hiegine sanitasi. 2) Upaya pencegahan penyakit. 3) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi. 4) Kekompakan antar anggota kelompok. h. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : 1) Keberadaan fasilitas keluarga. 2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan. 3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan. 4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga. 8. Peran Perawat Keluarga Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah sebagai berikut : a. Sebagai pendidik Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan. b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif. Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan. c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan keperawatan 24
keluarga secara komprehensif. d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat. e. Sebagai pembela (advokat) Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hakhak keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga. f. Sebagai fasilitator Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah. g. Sebagai peneliti Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga. 9. Prinsip perawatan kesehatan keluarga Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu : a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan. b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai tujuan utama. c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai 25
peningkatan kesehatan keluarga. d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
26
27
28
a) .
29
b) Lahir dengan cacat bawaan. c) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi. d) bu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan anaknya. 2) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga a) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk digugurkan. b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok dan ketegangan. c) Ada anggota keluarga yang sering sakit d) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari meninggalkan rumah. B. Konsep Hipertensi 1. Definisi Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik diatas tekana darah normal. Tekanan darah sistolik adalah tekanan puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila arteriol– arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010). Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).
30
2. Anatomi Dan Fisiologi a. Anatomi Menurut Tarwoto (2009) Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung, vaskuler (arteri, vena, kapiler) dan limfatik. Fungsi utama sisitem kardiovaskuler adalah menghantarkan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh dan memompakan darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk dioksigenasi. 1) Jantung Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler , berotot dan berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastinum, diantara dua paru-paru. Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah disebut apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepinya pada ruang interkosta V kiri atau kira-kira 9 cm dari kiri linea medioclavikularis, sedangkan bagian atasnya disebut basis terletak agak kekanan tepat nya pada kosta ke lll,1 cm dari tepi lateral sternum. Ukuran jantung kira-kira panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cm tebalnya 6 cm. beratnya sekitar 200 sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada perempuan sekitar 225 gram. 2) Pembuluh darah Lubang pusat pada pembuluh darah yang disebut lumen dikelilinggi oleh dinding yang terdiri atas tiga lapisan : a) Tunika intima adalah lapisan dalam yang berhubungan langsung dengan darah. Terdiri atas lapisan dalam endotelium yang dikelilingi berbagai jaringan ikat. b) Tunika media adalah lapisan tengah yang terdiri atas otot polos dengan berbagai serat elastik. c) Tunika advensia adalah lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat. Sistem jantung dan pembuluh darah terdiri atas tiga macam pembuluh darah yang membentuk sistem jalur-jalur tertutup : a) Arteri mengangkut darah menjauhi jantung. 31
(1) Arteri elastik adalah arteri terbesar, meliputi aorta dan cabangcabang terdekatnya. Mengandung banyak jaringan ikat. (2) Arteri
muskular
bercabang
dari
arteri
elastik
dan
mendistribusikan darah ke berbagai bagian tubuh. (3) Arteriol adalah pembuluh darah yang sangat kecil. Sebagian besar arteriol mempunyai tiga tunika pada dindingnya, dengan jumlah otot polos yang memadai pada tunika medika. b) Kapiler adalah pembuluh darah mikroskopik yang mempunyai dinding sangat tipis. Hanya tunika intima yang terdapat pada dinding ini. Sebagian dindingnya hanya mengandung satu lapisan endotelium. c) Vena mengangkut darah kembali ke jantung. (1) Venula pascapiler adalah vena terkecil, sangat berpori-pori, tetapi mempunyai serat otot polos yang menyebar pada tunika media. (2) Venula terbentuk ketika venula pascapiler bersatu. Dinding venula yang lebih besar berlapis tiga. (3) Vena mempunyai dinding berlapis tiga, namun tunika intima dan tunika medianya jauh lebih tipis daripada arteri yang berukuran serupa. b. Fisiologi Menurut Mutaqqin (2014) Sistim kardiovaskuler berfungsi sebagai sistim regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi, pada keadaan tertentu darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung otak untuk memelihara sistim sirkulasi organ tersebut. 1) Darah Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistim kardiovaskular, secara normal volume darah yang berada dalam sirkulasi pada seseorang laki-laki dengan berat badan 70 kg berkisar 32
8% dari berat badan atau sekitar 5600 ml. dari jumlah tersebut sekitar
33
55% merupakan plasma, volume komponen darah harus memiliki jumlah yang sesuai dengan rentang yang normal agar system kardiovaskuler dapat berfungsi sebagaimana mestinya. 2) Curah jantung Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control regulasi yang digunakan untuk menigkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan yaitu dengan meningkatkan jumlah cairan jantung (cardiac output) pengaturan curah jantung bergantung pada hasil perkalian denyut jantung (heart rate) dengan volume sekuncup (stroke volume). Curah jantung orang dewasa adalah antara 4,5-8 liter permenit, peningkatan curah jantung terjadi karena adanya peningkatan denyut jantung atau volume sekuncup. 3) Denyut jantung Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali permenit, denyut jantung ini dikontrol sendiri oleh jantung melalui mekanise regulasi nodus SA dan system purkinje. Dalam keadaan normal, regulasi denyut jantung dipengaruhi oleh saraf simpatis, saraf parasimpatis melalui sistim saraf otonom. Empat reflek utama yang menjadi media system saraf otonom dalam meregulasi denyut jantung adalah refleks baroreseptor, refleks kemoreseptor, refleks Bainbrige, refleks pernapasan. 4) Tekanan vena Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient, ketika darah dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120 mmHg pada saat sistolik dan 70 mmHg pada saat diastolic. Tekanan ini akan menurun bersamaan dengan pergerakan darah keluar menuju arteri, kapiler, venula. Sistem vena mempunyai daya kapasitasnsi yang sangat besar dan berpengaruh terhadap perubahan tekanan yang kecil. Adanya kapasitansi dan banyaknya system saraf simpatis akan mengubah tekanan vena dalam mengatur aliran balik ke jantung, konstriksi vena yang disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis akan mengurangi kapasitani dan meningkatkan tekanan vena, sehingga meningkatkan 34
aliran balik ke jantung.
35
5) Ruang jantung a) Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah mengalirkan darah dari vena-vena sirkulasi sistemis ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paruparu . darah yang berasal dari pembulu vena ini masuk ke dalam atrium kanan melalui vena cava superior, inferior dan sinus koronarius. b) Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit yang berguna untuk menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteri pulmonaris. Sirkulasi pulmunar merupakan sistim aliran darah bertekanan rendah, dengan resitensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran darah yang berasal dari ventrikel kanan. Oleh karena itu, beban kerja dari ventrikel kanan jauh lebih ringan dari pada ventrikel kiri. c) Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paruparu melalui vena pulmonaris. Tidak terdapat katup sejati antara vena pulmonalis dan atrium kiri. Oleh karena itu, darah akan mengalir kembali ke pembuluh paru-paru bila terdapat perubahan tekanan dalam atrium kiri (retrograde). d) Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran darah ke jaringan-jaringan perifer. 6) Katup jantung a) Katup atrioventrikuler terletak antara atrium dan ventrikel, mempunyai tiga buah daun katup yang disebut katup trikuspidalis. Sedangkan katup yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup yang disebut katup mitral. b) Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar pulmonary dan katup semilunar aorta. Katup semilunar pulmonary terletak pada arteri pulmonaris, memisahkan arteri pulmonaris dengan
36
ventrikel kanan.katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta. 3. Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat kalasifikasi (Smeltzer, 2012), yaitu : Tabel 2.1 Kalsifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Kategori TD Sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg) Normal < 120 mmHg < 80 mmHg Prahipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg Sumber : Smeltzer, et al, 2012 Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang dewasa menurut Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai berikut: Tabel 2.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang Dewasa. Kategori TD Sistolik TD diastolik (mmHg) (mmHg) Normal < 130 mmHg < 85 mmHg Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg Stadium 1 (ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg Stadium 2 (sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg Stadium 3 (berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg Stadium 4 (maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg Sumber : Triyanto, 2014 4. Etiologi a. Hipertensi primer atau esensial Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “ pada suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan cepat. Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor 37
keturunan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins
38
(2007), beberapa faktor yang berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan seperti :stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi. b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti kontasepsi oral dan kartikosteroid. 5. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah sebagai berikut : a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah 1) Riwayat keluarga Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda. 2) Usia Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan darah sistolik lebih dari 39
pada tekanan darah diastolic karena merupakan predictor yang lebih
40
baik untuk kemungkinan kejadian dimasa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal. 3) Jenis kelamin Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hamper sama antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih besar. 4) Etnis Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar rennin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopressin, tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan. b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah 1) Diabetes mellitus Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien diabetes mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar. 2) Stress Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stressor dan respon stress. 3) Obesitas Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi obesitas dengan faktorfaktor lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi. 4) Nutrisi Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung 41
menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi
42
mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat. Penelitan juga menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium, dan magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi. 5) Penyalahgunaan obat Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi. pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung. 6. Patofisiologi Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi lebih lama. Sistem yang cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan perngaturan hormon angiotensin dan vasopresor. Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan pada arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam bentuk hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik karena gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi. (Hull, 1996; dalam Bustan 2007). 43
Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume cairan darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian terjadi penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah tidak dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi gangguan diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah. 7. Manifestasi Klinis Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus optikus ) (Brunner & Suddart, 2015). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik yang menigkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015). Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul : a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekana intracranial. b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi. c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus. e. Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
44
8. Pemeriksaan Penunjang a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia. b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi). d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik. e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi. f. Kolesterol
dan
trigeliserida
serum
:
peningkatan
kadar
dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler) g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan hipertensi. h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer (penyebab). i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes. j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul. k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi. l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat. m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter. 45
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung. o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma. p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. (Anonim, 2013) 9. Komplikasi Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut : a. Jantung Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung. b. Otak Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar. c. Ginjal Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh. d. Mata Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat 46
menimbulkan kebutaan.
10. Penatalaksanaan Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015). a. Terapi nonfamakologis Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu : 1) Mempertahankan berat badan ideal Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg. 2) Kurangi asupan natrium Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), penguramgan konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak 2,5 mmHg. 3) Batasi konsumsi alkohol Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum berakohol. 4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium 47
Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel
48
kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan menurut Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-buahan sebanyak 35 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium yamg cukup. 5) Menghindari merokok Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari rokok karena dapat memperberat hipertensi. 6) Penurunan Stress Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi. 7) Terapi pijat Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya pijat yang dikukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua jalur energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan. b. Terapi farmakologis Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain : 1) Diuretik (Hidroklorotiazid) Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan. 49
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin) Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas saraf simpatis. 3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol) Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan seperti asma bronkhial. 4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin) Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah. 5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril) Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas. 6) Penghambat angiotensin II (Valsartan) Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada resptor. 7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.
50
11. Pathway Faktor Predidposisi: Usia, Jenis Kelamin, Merokok, Stres, Kurang Olaraga, Faktor Genetik, Alkohol, Konsentrasi Garam, Obesitas Hipertensi
Perubahan Situasi
Informasi Yang Minim
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Defesiensi Pengetahuan Ansietas
Vaskontriksi Gangguan sirkulasi
penyumbatan pembuluh darah otak suplai O2 ke otak berkurang
Resistensi pembuluh darah ke otak meningkat Ginjal
Spasme Arteriol
Blood Flow Menurun
Metode Koping Tidak Efektif
Ketidakefektifan perfusi Jaringan otak
Retina
Vasokontriksi Pembuluh Darah
Krisis Situasional
Ketidakefektifan Koping
Pembuluh Darah Sistemik Vasokontriksi
Koroner Afterload
Iskemik Miokard
Resiko cidera Respon R A A Merangsang Aldesteron Retensi NA
Kelelahan
Nyeri Intoleransi Aktivitas Edema
Kelebihan Volume Cairan
Sumber : (NANDA NIC-NOC, 2015).
51
12. Fokus Pengkajian Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi : a. Data umum Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah : 1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan. 2) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga 3) Status sosial ekonomi Keluarga Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga 1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini. 2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi Menjelaskan
perkembangan
keluarga
yang
belum
terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. 3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan. 52
4) Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri. c. Pengkajian lingkungan Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber air, sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010). d. Fungsi keluarga 1) Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010). 2) Fungsi sosialisasi Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010). 3) Fungsi keperawatan a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga (Friedman, 2010). b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa : keluarga mengkaji status kesehatan, masalah kesehatan yang membuat kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan (Friedman, 2010). c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan yang dikonsumsi, cara menyiapkan makanan, banyak makanan yang dikonsumsi perhari dan kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan (Friedman, 2010). d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki status kesehatan, pencegahan 53
penyakit, perawatan keluarga dirumah dan keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah (Friedman, 2010). e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah makan, dan pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan (Friedman, 2010). 4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012). 5) Fungsi ekonomi Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam memenuhi sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan peningkatan status kesehatan. e. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe. 13. Fokus Diagnosa keperawatan Keluarga a. Diagnosa keperawatan keluarga Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke system keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan.
Diagnosis
keperawatan keluarga termasuk
masalah
kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman ( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah: 1) Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan). 2) Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
54
3) Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2013) : 1) Penurunan curah jantung 2) Intoleransi aktivitas 3) Nyeri (sakit kepala) 4) Kelebihan volume cairan 5) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak 6) Ketidakefektifan koping 7) Defisiensi pengetahuan 8) Ansietas 9) Resiko cidera b. Skala Prioritas Masalah Table 2.3 Skala Prioritas Masalah Keluarga Kriteria 1) Sifat masalah : a) Aktual (tidak/kurang sehat) b) Ancaman kesehatan c) Keadaan sejahtera 2) Kemungkinan masalah dapat diubah a) Mudah b) Sebagian c) Tidak dapat 3) Potensi masalah untuk dicegah : a) Tinggi b) Cukup c) Rendah 4) Menonjolnya masalah: a. Masalah dirasakan dan perlu segera ditangani b. Masalah dirasakan tapi tidak perlu segera ditangani c. Masalah tidak dirasakan
Skor
Bobot
3 2 1
1
2 1 0
2
3 2 1
1
2 1 0
Total Skore Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012) 55
1
Keterangan : Total Skor didapatkan dengan: Skor (total nilai kriteria) x Bobot =Nilai Angka tertinggi dalam skor Cara melakukan Skoring adalah : 1) Tentukan skor untuk setiap criteria 2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot 3) Jumlah skor untuk semua criteria 4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa keperawatan keluarga. 14. Fokus Intervensi Keperawatan Keluarga Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).
56
Rencana asuhan keperawatan keluarga (NANDA NIC-NOC 2013) dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.4 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Berdasarkan NANDA NIC-NOC 2013 No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi 1 Penurunan curah jantung NOC NIC Cardiac Pump effectiveness Definisi : ketidakadekuatan Cardiac Care Circulation Status darah yang dipompa oleh - Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi) Vital Sign Status - Catat adanya disritmia jantung jantung untuk memenuhi Kriteria Hasil : - Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput kebutuhan metabolik tubuh Tanda vital dalam rentang - Monitor status kardiovaskuler normal (Tekanan darah, Nadi, - Monitor status pernafasan yang menandakan gagal Respirasi). jantung Dapat mentoleransi aktivitas, - Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi tidak ada kelelahan - Monitor balance cairan Tidak ada edema paru, perifer - Monitor adanya perubahan tekanan darah dan tidak ada asites - Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan Tidak ada penurunan kesadaran antiaritmia - Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan - Monitor toleransi aktivitas pasien - Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu - Anjurkan untuk menurunkan stress Vital Sign Monitoring - Monitor TD, nadi, suhu dan RR - Catat adanya fluktuasi tekanan darah - Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri - Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan - Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas - Monitor kualitas dari nadi 57
2
3
Intoleransi aktivitas Definisi : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan
NOC Energy conservation Activity tolerance Self Care : ADLs Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri Tanda tanda vital normal Energy psikomotor Level kelemahan Mampu berpindah : dengan atau tanpa bantuan alat Status kardio pulmunari adekuat Sirkulasi status baik Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat Nyeri Akut NOC Definisi : Pengalaman sensori Pain Level dan emosional yang tidak Pain Control menyenangkan yang muncul Comfort level akibat kerusakan jaringan Kriteria Hasil :
58
- Monitor adanya pulsus paradoksus - Monitor adanya pulsus alterans - Monitor jumlah dan irama jantung - Monitor bunyi jantung NIC Activity Therapy - Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi Medik dalam merencanakan program terapi yang tepat - Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan - Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda,krek - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai - Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang - Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas - Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas - Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan - Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual. NIC Pain Management - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
yang aktual atau potensial Mampu mengontrol nyeri (tahu atau digambarka dalam hal penyebab nyeri, mampu kerusakan sedemikian rupa menggunakan tehnik (internatioal association for nonfarmakologi untuk the study of pain) : awitan mengurangi nyeri, mnecari yang tiba-tiba atau lambat bantuan) dari intensitas ringan hingga Melaporkan bahwa nyeri berat dengan akhir yang dapat berkurang dengan menggunakan diantisipasi atau diprediksi manajemen nyeri dan berlangsung <6 bulan. Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
4
Kelebihan volume cairan Definisi : Peningkatan retensi cairan isotonik
NOC Electrolit and acid base balance Fluid balance Hydration Kriteria Hasil : Terbebas dari edema, efusi, anaskara
59
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan - Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan - Kurangi faktor presipitasi nyeri - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi - Ajarkan tentang teknik non farmakologi - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri - Tingkatkan istirahat - Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil - Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri NIC Fluid management - Timbang popok/pembalut jika diperlukan - Pertahankan catatan intake dan output yang akurat - Pasang urin kateter jika diperlukan - Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urin)
Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+) Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan Menjelaskan indikator kelebihan cairan 5
Resiko ketidakefektifan NOC Circulation status perfusi jaringan otak Definisi : Berisiko mengalami Tissue Prefusion : celebral Kriteria Hasil : penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan : kesehatan Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan Tidak ada ortostatikkhipertensi Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg) Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
60
- Monitor status hemodinamik termasuk CVP,MAP,PAP, dan PCWP - Monitor vital sign - Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan (cracles, CVP, edema, distensi vena leher, asites) - Kaji lokasi dan luas edema - Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori - Monitor status nutrisi - Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi - Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na<130 mEq/l - Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk NIC Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer) - Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul - Monitor adanya paretese - Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi - Gunakan sarung tangan untuk proteksi - Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung - Monitor kemampuan BAB - Kolaborasi pemberian analgetik - Monitor adanya trombo plebitis - Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
6
Ketidakefektifan koping Definisi : Ketidak mampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stressor, ketidak adekuatan pilihan respon yang dilakukan dan/atau ketidak mampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia
Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi Memproses informasi Membuat keputusan dengan benar Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan gerakan involunter NOC Decison making Role inhasmet Sosial support Kriteria Hasil : Mengidentifikasi pola koping yang efektif Mengungkapkan secara verbal tentang koping yang efektif Mengatakan penurunan stres Klien mengatakan telah menerima tentang keadaannya Mampu mengidentifikasi strategi tentang koping
61
NIC Decison making - Menginformasikan pasien alternatif atau solusi lain penanganan - Memfasilitasi pasien untuk membuat keputusan - Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan, kerugian dari keadaan Role inhancement - Bantu pasien untuk identifikasi bermacam-macam nilai kehidupan - Bantu pasien identifikasi strategi positif untuk mengatur pola nilai yang dimiliki Coping inhancement - Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang realistis - Gunakan pendekatan tenang dan meyakinkan
7
Defisiensi pengetahuan Definisi : Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu
NOC Knowledge : disease process Knowledge : health behavior Kriteria Hasil : Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
8
Ansietas Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber sering kali
NOC Anxiety self-control Anxiety level Coping Kriteria Hasil :
62
- Hindari pengambilan keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat - Berikan informasi actual yang terkait dengan diagnosis, terapi dan prognosis NIC Teaching : disease Process - Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik - Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat - Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat - Ganbarkan proses penyakit dengan cara yang tepat - Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat - Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat - Hindari jaminan yang kosong - Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat - Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperluhkan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit NIC Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) - Gunakan pendekatan menenangkan - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
9
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
Risiko cidera Definisi : Beresiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensif individu
NOC Risk kontrol Kriteria Hasil : Klien terbebas dari cedera Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury/cedera Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku personal Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
63
-
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur - Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut - Dorong keluarga untuk menemani anak - Lakukan back/neck rub - Dengarkan dengan penuh perhatian - Identifikasi tingkat kecemasan - Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,, persepsi - Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi - Berikan obat untuk mengurangi kecemasan NIC Environment Management (Manajemen Lingkungan) - Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien - Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien - Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan) - Memasang side rall tempat tidur - Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih - Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien - Membatasi pengunjung - Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
Mampu mengenali perubahan status kesehatan
Sumber : NANDA NIC-NOC, 2013
64
-
Mengontrol lingkungan dari kebisingan Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
65
66