KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah. SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan perlindungandan kesehatan sehingga penulis dapat menyusun makalah dengan judul ” Fraktur dan macam-macam fraktur”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini penulis banyak menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan keterbatasan penulis sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki penulis maka penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah dengan sebaik-baiknya. Sebagai manusia penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, Amin.
Jember, 16 Februari 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................... i Daftar Isi ............................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................................................... Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2 BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian fraktur ............................................................................................................... 3 Etiologi ............................................................................................................................... 3 Manifestasi klinis ............................................................................................................... 3 Klasifikasi / jenis fraktur .................................................................................................... 4 Proses penyembuhan tulang ............................................................................................... 5 Konsep Dasar Penanganan Faktur ..................................................................................... 6 Komplikasi ......................................................................................................................... 6 Pemeriksaan penunjang fraktur .......................................................................................... 7 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................................................ 8 Saran .................................................................................................................................. 8 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Kerangka tubuh manusia terdiri dari susunan berbagai macam tulang yang satu sama lainnya saling berhubungan, terdiri dari: Tulang kepala: 8 buah; Tulang kerangka dada: 25 buah; Tulang wajah: 14 buah; Tulang belakang dan pinggul: 26 buah; Tulang telinga dalam: 6 buah; Tulang lengan: 64 buah dan Tulang lidah: 1 buah Tulang kaki: 62 buah. Fungsi kerangka antara lain: 1. menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak rubuh 2. melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru-paru 3. tempat melekatnya otot-otot 4. untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot 5. tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah 6. memberikan bentuk pada bangunan tubuh buah Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi menuju industrialisasitentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alatalat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah “kesemrawutan” arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur. Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363). Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana
perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien fraktur melalui metode ilmiah. B.
Rumusan Masalah 1. Mengetahui jenis-jenis/klasifikasi faktur 2. Menjelaskan proses penyembuhan tulang 3. Merincikan konsep dasar penanganan faktur
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian Faktur Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang berlebihan(Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915) Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183) Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia dan fibula.
B.
Etiologi Penyebab fraktur diantaranya : a. Trauma 1. Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut. 2. Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan. b. Fraktur Patologis Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan lainlain. c. Degenerasi Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut d. Spontan Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
C.
Manifestasi Klinis a. Nyeri lokal b. Pembengkakan c. Eritema d. Peningkatan suhu
e. Pergerakan abnormal Nyeri
terus
menerus
dan
bertambah
beratnya
sampai
fragmen
tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
D.
Klasifikasi / Jenis 1. Fraktur komplet : Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran dari posisi normal. Fraktur yang garis patahannya single ada beberapa macam berdasarkan atas arah garis patahannya misalnya : a. Fraktur transversal yaitu fraktur yang lurus seberang tulang. b. Fraktur miring / oblique fracture, patah yang secara diagonal melintasi tulang. c. Fraktur spiral/spiral fracture, bila fraktur mengitari/melingkari sekitar tulang d. Fraktur longitudinal, fraktur yang membujur dengan salah satu memanjang disepanjang tulang Berdasarkan atas pemisahan tulang/displacement, fraktur komplit dibagi atas : a. Impacted fracture misalnya sering pada acetabulum, Impacted fraktur adalah dampak dari fraktur di mana salah satu fragmen tegas didorong ke yang lain. b. Distracted fracture misalnya terjadi pada olecranon. c. Compression fracture misalnya terjadi pada frakture vertebrae. Fraktur kompresion adalah yang disebabkan oleh kompresi.
d. Depression
fracture
misalnya
pada
fraktur
thorak. Fraktur depresition
adalah fraktur tengkorak di mana fragmen yang tertekan
2. Fraktur tidak komplet : Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi:
3. Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen frakturnya tidak menembus jaringan kulit. Cara penanganan : a) Pertolongan darurat (Emergency) Pemasangan bidal (splint) a. Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut. b. Mengurangi rasa nyeri. c. Menekan kemungkinan terjadinya emboli dan syok. d. Memudahkan transportasi dan pengambilan foto. b) Pengobatan definitive
Reposisi secara tertutup a. Manipulasi secara tertutup untuk mereposisi terbatas hanya pada patah tulang tertentu. b. Traksi dengan melakukan tarikan pada ekstremitas bagian distal. Imobilisasi a. Gips (Plaster of paris castis) b. Traksi secara kontinue : traksi kulit, traksi tulang Reposisi secara terbuka Melakukan reposisi dengan operasi kemudian melakukan imobilisasi dengan menggunakan fiksasi interna yang dapat berupa plat, pen dan kawat. Rehabilitasi - Tujuan umum a. Mempertahankan ruang gerak sendi. b. Mempertahankan kekuatan otot. c. Mempercepat proses penyembuhan fraktur. d. Mempercepat pengambilan fungsi penderita - Latihan terdiri dari a. Mempertahankan ruang gerak sendi. b. Latihan otot. c. Latihan berjala
4. Fraktur terbuka : Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing) 1) Grade I
: Luka bersih, panjang <>
2) Grade II
: Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif 3) Grade III
: Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan
lunak yang ekstensif, merupakan yang paling berat. Cara penanganan :
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah pembidaian. Pembidaian adalah
berbagai
tindakan
dan
upaya
untuk
menghindari
pergerakan,
untuk melindungi serta menstabilkan bagian tubuh yang cedera. Hal ini penting dilakukan sebelum tenaga ahli (dokter atau paramedis) dapat membantu Anda. Pembidaian bertujuan untuk: a.
Mencegah pergerakan atau pergeseran dari ujung tulang yang patah
b.
Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar bagian tulang yang patah
c.
Mengistirahatkan anggota badan yang patah
d.
Mengurangi rasa nyeri
e.
Mengurangi perdarahan
f.
Mempercepat penyembuhan
5. Jenis khusus fraktur a. Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya membengkok. b. Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang. c. Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang. d. Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang e. Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen f. Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah) g. Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang) h. Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit pegel, tumor) i. Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada perlekatannya j. Epifiseal : Fraktur melalui epifisis k. Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
E.
Proses Penyembuhan Tulang Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu: a. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali. b. Stadium Dua-Proliferasi Seluler Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya. c. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu. d. Stadium Empat-Konsolidasi Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
e. Stadium Lima-Remodelling Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya. (Black, J.M, et al, 1993 dan Apley, A.Graham,1993)
F.
Konsep Dasar Penanganan Faktur Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu : 1. Rekognisi Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri. 2. Reduksi Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak asalnya. Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat darurat atau ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selama tindakan, penderita dapat diberi narkotika IV, sedative atau blok saraf lokal. 3. Retensi Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi gips, bidai, traksi dan teknik fiksator eksterna. 4. Rehabilitasi Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien. Latihan isometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah.
G.
Pemeriksaan penunjang fraktrur 1. Laboratorium : Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam darah. 2. Radiologi X-Ray
dapat
dilihat
gambaran
fraktur,
deformitas
dan
metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001). Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita perhatian masyarakat, pada arus mudik dan arus balik hari raya idul fitri banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang sangat banyak yang sebagian korbannya mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga yang banyak menyebabkan fraktur. Sering kali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia contohnya ada seorang yang mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya informasi untuk menanganinya Ia pergi ke dukun pijat, mungkin karena gejalanya mirip dengan orang yang terkilir.
B.
Saran Setelah membaca makalah ini penulis menyarankan agar pembaca dapat memahami tentang gejala, penyebab fraktur sehingga dapat membuat kita lebih hatihati dalam bekerja ataupun melakukan aktifitas sehari-hari serta dapat membantu pasien fraktur .
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Fraktur_tulang http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/01/fraktur-tibia-fibula.html www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-fraktur-jenis-klasifikasi.html?m=1 https://www.google.co.id/amp/s/hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/pertolongan-pertamapada-patah-tulang-terbuka/amp/ perawatpskiatri.blogspot.com>2009/03