Energi laut adalah salah satu sumber energi terbarukan. Energi ini selanjutnya dibagi menjadi 4 kategori dengan dua kategori utama: Energi Gelombang Laut dan Energi Pasang Surut. Energi laut merupakan energi yang dihasilkan dari samudera dan laut, dan tentu saja merupakan sumber energi hijau terbarukan karena metode dan teknologi yang digunakan untuk menangkap tenaga gelombang dan pasang surut tidak menghasilkan emisi CO2. Dalam artikel ini kita akan melihat beberapa fakta energi laut sehingga kita bisa memahami dengan angka dan fakta mengenai manfaat dari energi terbarukan ini.
Saat ini ada 4 jenis atau subkategori energi laut:
Energi Gelombang Laut: berasal dari energi kinetik angin yang menyebabkan terjadinya gelombang lautan.
Energi Pasang Surut: berasal dari pasang surut yang disebabkan oleh gaya gravitasi dari matahari dan bulan.
Energi Gradien Salinitas: energi yang diambil dari perbedaan salinitas antara air asin laut dan air tawar dari sungai.
Konversi energi termal lautan (OTEC): berasal dari perbedaan suhu antara permukaan dan dasar lautan.
Laut menutupi sekitar 70% permukaan Bumi. Dengan sendirinya, laut bisa menjadi sumber energi terbarukan terbesar. Energi laut adalah salah satu dari energi terbarukan paling potensial. Energi terbarukan potensial lainnya adalah Matahari, Angin, Biomassa / Biofuel, Panas Bumi dan Air. Energi laut adalah salah satu Sumber Energi Terbarukan yang paling lambat perkembangannya karena membutuhkan investasi lebih besar dari yang lain dan dalam banyak kasus lokasinya berada jauh dari grid listrik. Tentunya, dibutuhkan lebih banyak R & D untuk mendorong teknologi ini mencapai efektivitas biayanya. Penelitian telah menunjukkan bahwa biaya listrik yang dihasilkan dari laut bisa lebih murah daripada sumber lain, tetapi karena kondisi lautan cepat berubah, pemeliharaan dan pengoperasian fasilitas energi laut menjadi tinggi. Energi mekanik dan energi panas adalah dua jenis energi yang dihasilkan dari laut. Energi mekanik dihasilkan dari ombak dan pasang-surut, sedangkan panas dihasilkan dari panas matahari. Energi laut bisa menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan memberi lapangan kerja. Di Eropa saja diharapkan sekitar 26.000 pekerjaan akan tercipta pada tahun 2020 sebagai efek ekspansi dan eksploitasi energi laut. Setidaknya ada 25 negara di seluruh dunia yang berkepentingan dengan energi laut. Negara-negara Eropa yang berinvestasi di energi laut dan telah memulai R & D pada energi laut adalah: Spanyol, Portugal, Irlandia, Inggris dan Denmark. Negara-negara ini memiliki gelombang dan angin yang kuat, pasang tinggi, dan sungai yang mengalir ke laut untuk menghasilkan gradien salinitas. Pada tahun 1996 proyek pasang surut La Rance selesai dengan kapasitas 240MW.
Bureau of Ocean Energy management, BOEM, didirikan di Amerika Serikat pada tahun 2010 dan pada tahun 2013 akan mendapat anggaran sekitar 170 juta dolar untuk beroperasi, menurut dengan laporan pendiriannya. Ocean Renewable Energy Coalition, OREC, didirikan pada bulan April 2005, merupakan asosiasi perdagangan untuk industri energi laut di Amerika Serikat. Tujuannya adalah untuk mempromosikan pengembangan, penyempurnaan dan komersialisasi energi laut. Ocean Energy Systems, OES, didirikan pada tahun 2001 oleh 3 negara sebagai sebuah kolaborasi antar pemerintah untuk promosi energi laut /samudra. Sekarang telah berkembang menjadi 19 negara.
Energi laut adalah sumber energi terbarukan yang statusnya masih bayi bila dibandingkan dengan sumber energi terbarukan lainnya, tetapi memiliki potensi besar karena 70% dari permukaan bumi ditutupi oleh lautan. Potensi teoritis energi laut diperkirakan berada di sekitar 1.8TW untuk pengetahuan dan teknologi saat ini.
Energi pasang surut adalah salah satu sumber energi terbarukan, dan bersama dengan energi gelombang laut merupakan dua bentuk umum energi laut terbarukan. Singkatnya, energi pasang surut adalah energi yang didapatkan dari pasang surut air laut yang disebabkan oleh gaya gravitasi bulan dan matahari. Beberapa fakta menarik tentang energi pasang surut tercantum di bawah ini. Fakta Energi Pasang Surut
Energi pasang surut adalah bentuk tertua dari energi terbarukan, yang digunakan di penggilingan oleh orang Romawi ketika mereka menduduki Inggris. Ia kemudian digunakan untuk tujuan yang sama, memberikan tenaga untuk penggilingan, di sepanjang pantai Spanyol, Perancis dan Inggris . Energi pasang surut merupakan energi hijau terbarukan dan tidak menggunakan bahan bakar fosil apapun, sehingga memiliki nol emisi CO2 dan nol dampak terhadap lingkungan. Gerakan pasang surut terjadi dua kali sehari akibat efek gravitasi bulan. Energi pasang surut umumnya digunakan untuk produksi listrik. Energi pasang surut dapat dihasilkan dengan memanfaatkan energi kinetik atau energi potensial pasang surut. Tergantung pada teknologi yang digunakan dan lokasi. Eksploitasi energi potensial untuk energi pasang surut memiliki efisiensi 80% yang dianggap tinggi bila dibandingkan dengan bentuk lain dari sumber energi hijau terbarukan. Saat ini terdapat 3 jenis teknologi energi pasang surut yakni:
o Tidal Stream Generator o Tidal Barrage o Dynamic Tidal Power
Teknologi yang diperlukan dan digunakan untuk mengkonversi energi pasang surut menjadi listrik mirip -dan dalam beberapa kasus sama- dengan teknologi yang digunakan dalam bendungan dan instalasi listrik tenaga air lainnya.
Fakta Listrik Pasang Surut
Tidak semua pantai cocok untuk eksploitasi energi pasang surut. Tempat yang cocok untuk instalasi energi pasang surut harus memiliki kisaran pasang surut lebih dari 7 meter. Energi pasang surut dapat diperoleh maksimal dalam siklus 10 jam per hari. Teknologi energi pasang surut memiliki kelemahan, yaitu mempengaruhi ekosistem dan satwa liar di daerah sekitarnya. Biaya membangun instalasi listrik pasang surut masih tinggi, bervariasi dari 1,3 juta USD - 1,8 juta USD per MW tergantung pada lokasi dan teknologi yang digunakan. Biaya tinggi adalah salah satu faktor penghalang dari ekspansi energi pasang surut. Instalasi listrik pasang surut dapat memberikan manfaat tambahan, berupa jembatan dan jalan yang dapat dibangun di atas instalasi. Ini telah diterapkan di instalasi La Rance yang mana jalan dibangun di atas pembangkit listrik pasang surut. Energi pasang surut dapat dianggap sebagai sumber yang konsisten dan dapat diprediksi, karena pasang terjadi dua kali sehari dengan pola yang konsisten.
Pembangkit listrik pasang surut yang terbesar untuk penggunaan komersial terletak di Northern Perancis pada muara La Rance. Proyek pasang surut pertama di Kanada dibangun di Annapolis Nova Scotia, di mana pasang tertinggi di dunia dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Dengan kapasitas 20 MW, pembangkit ini dapat menyediakan listrik untuk sekitar 4.500 rumah. Proyek pasang surut pertama di Amerika Serikat, yang terhubung ke grid listrik adalah di Cobscook Bay. Dua lainnya, pembangkit listrik pasang surut komersial terletak di White Sea, Rusia dan di Jiangxia, Cina. Gelombang laut di North West Australia mencapai ketinggian 30 kaki dan tempat ini merupakan wilayah potensial untuk pembangkit listrik pasang surut. Skotlandia adalah area di mana banyak dilakukan penelitian dan pengembangan dalam dua subkategori energi laut: Energi gelombang dan energi pasang surut. Skotlandia berinvestasi banyak dalam sumber-sumber energi dan teknologi yang berhubungan dengannya. Skotlandia memiliki dua turbin pasang surut besar yang beroperasi. Turbin pasang surut terbesar di dunia ada di Skotlandia. Proyek energi pasang surut terbesar di dunia akan dibangun di Skotlandia di antara dua pulau. Pulau Jura dan pulau Islay. Proyek ini akan memiliki 10 turbin pasang surut dan akan mampu memproduksi 1MW listrik. The Seagen, pembangkit energi pasang surut di Irlandia, adalah yang proyek pasang surut komersial pertama yang telah mencapai 5 GWh listrik.
Energi pasang surut adalah energi yang dihasilkan oleh kekuatan pasang surut, yang tidak lain merupakan kekuatan gelombang pasang. Energi pasang surut lebih mudah diprediksi dibandingkan dua sumber utama energi terbarukan lainnya, energi surya dan angin. Fakta-fakta Mendasar Tentang Energi Pasang Surut Pasang surut, gampangnya, ialah naik turunnya permukaan air laut yang disebabkan oleh kombinasi dari dua gaya: gaya gravitasi matahari atau bulan dan rotasi Bumi. Naik dan turunnya tingkat air bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, diukur menurut kisaran pasang. Kisaran pasang surut 10 kaki (3 meter) sudah cukup untuk memungkinkan kita guna menghasilkan energi pasang surut yang ekonomis. Apakah Energi Pasang Surut itu Terbarukan? Ya! Energi pasang surut terbarukan karena pasang akan terus terjadi selama matahari dan bulan ada dan selama bumi berputar! Jumlah air tidak berkurang sama sekali dalam proses ini, hanya saja permukaannya akan naik dan kemudian turun sehingga pasang akan menjadi surut dan air laut akan mengalir. Seperti untuk setiap jenis energi, energi pasang surut memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan Energi Pasang Surut Beberapa kelebihan energi pasang surut adalah:
Energi ini dapat dihasilkan dengan biaya murah. Pasang surut dapat diprediksi sehingga energi pasang surut dapat diprediksi pula. Karena dapat diprediksi, energi pasang surut sangat handal dan dengan demikian kita dapat merencanakan penggunaannya. Energi ini tidak menghasilkan limbah atau polusi.
Kekurangan Energi Pasang Surut Beberapa kekurangan energi pasang surut adalah:
Tidak banyak lokasi di dunia yang cocok untuk energi pasang surut. Biaya awal yang tinggi, terutama untuk waduk pasang surut. Hanya menghasilkan energi selama sekitar 10 jam, periode saat air pasang berlangsung. Pemanfaatan energi ini dapat menyebabkan gangguan hewan dan tumbuhan di daerah pembangkit dibangun.
Instalasi Pembangkit Listrik Pasang Surut Dewasa ini, energi pasang surut telah digunakan selama bertahun-tahun. Energi ini adalah salah satu sumber tertua energi hijau terbarukan. Energi pasang surut diketahui telah digunakan oleh penggilingan di sepanjang pantai Spanyol, Perancis dan Inggris sejak 787 Masehi. Penggilingan ini menyimpan air pasang di kolam penampung dan kemudian mengalirkan air melalui roda yang akan memberikan tenaga untuk menghasilkan energi. Saat ini telah ada beberapa instalasi pembangkit listrik pasang surut komersial di beberapa bagian dunia:
La Rance, Prancis
Annapolis Royal di Nova Scotia, Kanada Kislaya Guba, Rusia Saint Bernandino Straits, Filipina
Beberapa Fakta Lainnya Mengenai Energi Pasang Surut
Meskipun terdapat biaya awal yang tinggi untuk mendirikan sebuah pembangkit listrik pasang surut, biaya operasionalnya sangat rendah karena tidak banyak dibutuhkan staf untuk menjalankannya. Sulit untuk menentukan harga listrik yang dihasilkan per kW energi pasang surut karena biaya bervariasi per wilayah geografis. Pembangkit listrik pasang surut memiliki efisiensi 80% yang mungkin tertinggi diantara sumber energi hijau terbarukan lainnya. Pembangkit listrik pasang surut dapat dibangun sedemikian rupa sehingga mereka akan bermanfaat bagi masyarakat dalam banyak bentuk, seperti, bisa bertindak sebagai jembatan yang menghubungkan antar daratan. Amerika Serikat tidak memiliki tidak pembangkit listrik pasang surut untuk saat ini.
Energi pasang surut adalah salah satu sumber energi hijau terbarukan, dan meskipun fakta bahwa ia tersedia hanya di lokasi tertentu, energi ini memiliki potensi besar di tempat yang memiliki gelombang pasang tinggi.
Listrik tenaga pasang surut adalah energi terbarukan, hasil dari mengkonversi energi pasang surut menjadi listrik. Listrik tenaga pasang surut adalah bentuk tenaga air di mana energi didapatkan dari energi yang terkandung pada pasang surut air laut. Listrik tenaga pasang surut merupakan sumber energi terbarukan karena pasang surut air laut di bumi adalah hasil dari interaksi gravitasi bulan dan matahari dan rotasi bumi yang membuatnya menjadi sumber tenaga listrik yang hampir tak ada habis-habisnya. Listrik tenaga pasang surut memiliki potensi yang sangat baik tetapi banyak industri listrik pasang surut masih sebatas proyek percontohan dan belum mendapat perhatian di seluruh dunia. Banyak daerah di dunia memiliki sumber daya pasang surut air laut yang kuat, konstan dan dapat diprediksi. Energi pasang surut juga disebutkan sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang paling efisien, dengan efisiensi hingga 80%. Listrik tenaga pasang surut tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca berbahaya dan karena itu tidak berkontribusi terhadap perubahan iklim seperti yang terjadi pada bahan bakar fosil. Listrik tenaga pasang surut memiliki satu kelemahan utama, yaitu biaya konstruksinya yang tinggi sehingga secara signifikan memperpanjang masa pengembalian investasi dan hal inilah yang menghalangi masuknya para investor. Energi pasang surut mampu menghasilkan listrik hanya disaat gelombang pasang yang rata-rata sekitar 10 jam setiap hari. Ini berarti bahwa energi pasang surut adalah sumber energi intermiten (seperti surya dan angin) dan karena itu memerlukan solusi penyimpanan energi yang memadai. Biaya konstruksi tinggi dan intermitten merupakan dua kekurangan besar yang menghalangi listrik tenaga pasang surut menjadi pemain utama di pasar energi terbarukan global. Apakah ilmu pengetahuan akan dapat membuat perbedaan dan membuat tenaga pasang surut kompetitif dengan bahan bakar fosil dalam hal biaya? hal ini masih terus kita pantau, tetapi potensi tersebut pastilah ada.
Gelombang laut disebabkan oleh angin yang bertiup di atas permukaan laut, dan di beberapa wilayah di dunia anginnya cukup konsisten dan kuat untuk menghasilkan gelombang besar terus menerus. Gelombang besar air laut adalah sumber energi dan energi yang dihasilkan dari gelombang laut memiliki potensi besar untuk menjadi sumber energi terbarukan yang signifikan di beberapa bagian dunia di tahun-tahun mendatang. Mengenai keunggulannya, energi gelombang laut merupakan sumber energi terbarukan yang benarbenar bersih di mana bahan bakar tidak diperlukan dan tidak ada masalah dengan emisi dan/atau limbah seperti pada beberapa sumber energi lainnya. Energi gelombang laut memiliki potensi yang sangat besar, dapat menghasilkan sejumlah besar energi (sumber daya gelombang laut yang bermanfaat diperkirakan lebih besar dari 2 TW -tera watt). Dan juga pada proyek energi gelombang laut, sekali pembangkit dibangun mereka tidaklah mahal untuk dioperasikan dan dipelihara. Energi gelombang memiliki keuntungan dalam prediktabilitas-nya. Banyak orang tidak tahu bahwa gelombang sangat bisa diprediksi. Gelombang yang disebabkan oleh angin dapat diprediksi lima hari sebelumnya. Pembukaan proyek-proyek pembangkit listrik tenaga gelombang laut juga akan memberi banyak kesempatan kerja di bidang konstruksi, operasi dan pemeliharaan. Kelemahan utama dari energi gelombang laut adalah kenyataan bahwa kekuatan gelombang bervariasi di berbagai belahan dunia dalam artian tidak semua bagian dunia efisien untuk dibuat proyek-proyek energi gelombang yang bernilai ekonomis. Daerah dengan potensi energi gelombang laut diantaranya adalah pantai barat Skotlandia, Kanada bagian utara, Afrika Selatan, Australia, dan pantai barat laut Amerika Serikat. Agar proyek-proyek energi gelombang laut cocok secara komersial, dibutuhkan gelombang kuat secara konsisten. Juga, teknologi energi gelombang laut masih belum berkembang, teknologi energi gelombang laut saat ini sedang dalam tahap awal pertumbuhannya, meskipun telah hadir pembangkit listrik tenaga gelombang laut komersial pertama di dunia yang berbasis di Portugal, di Aguçadoura Wave Park. Karena proyek energi gelombang laut membutuhkan lokasi yang gelombangnya cukup kuat secara konsisten, instalasi pembangkit listrik tenaga gelombang juga harus dibangun dengan sangat kuat agar dapat menahan kondisi cuaca yang sangat buruk, dan karena itu dalam banyak kasus proyekproyek seperti ini sangat mahal untuk dikembangkan. Memanfaatkan energi gelombang laut dapat memiliki beberapa efek negatif dari sudut pandang lingkungan seperti mengganggu kehidupan laut, mengganggu pemandangan lanskap, dan polusi suara. Memang, energi gelombang laut masih memiliki permasalahan yang mesti dipecahkan. Tetapi,
dengan pengembangan teknologi lebih lanjut, kita tidak akan terkejut jika energi gelombang laut di masa depan menjadi salah satu sumber energi terbarukan yang paling penting.
Tenaga pasang surut pada dasarnya adalah bentuk tenaga air yang menghasilkan daya listrik melalui pemanfaatan dari aliran pasang surut. Listrik tenaga pasang surut walaupun memiliki potensi besar masih belum banyak digunakan. Prinsip kerja dari tenaga pasang surut tidak terlalu rumit: sekali air pasang datang, air akan disimpan dalam bendungan, dan ketika air surut, air di bendungan akan disalurkan melalui pipa untuk menggerakkan turbin, yang kemudian menghasilkan listrik. Listrik tenaga pasang surut memiliki beberapa keunggulan. Pertama, tenaga pasang surut adalah sumber energi terbarukan karena pasang surut di planet kita disebabkan oleh interaksi gaya gravitasi antara Bulan dan Matahari, serta rotasi bumi, yang berarti bahwa listrik tenaga pasang surut tidak akan habis selama paling tidak beberapa milyar tahun. Satu keunggulan besar yang dimiliki tenaga pasang surut dibandingkan beberapa sumber energi terbarukan lainnya (terutama energi angin) adalah bahwa tenaga pasang surut merupakan sumber energi yang sangat handal. Hal ini dapat dipahami karena kita bisa memprediksi kapan air pasang akan naik dan kemudian surut, karena pasang-surutnya air laut jauh lebih siklik daripada pola cuaca yang acak. Dan juga, listrik tenaga pasang surut tidak menghasilkan gas rumah kaca seperti bahan bakar fosil, dan limbah berbahaya seperti ini juga dikhawatirkan akan terjadi pada penggunaan energi nuklir. Waduk dan bendungan kecil yang diperlukan untuk memanfaatkan tenaga pasang surut juga dapat memainkan peran yang sangat penting dalam melindungi kota-kota terdekat atau pelabuhan dari gelombang berbahaya pada saat terjadi badai. Listrik tenaga pasang surut merupakan sumber energi yang sangat efisien, dengan efisiensi 80%, ini berarti bahwa efisiensi energi pasang surut hampir tiga kali lebih besar dari batubara dan minyak bumi yang memiliki efisiensi 30%, dan juga secara signifikan lebih tinggi dari efisiensi energi surya dan angin. Kelemahan utama energi pasang surut adalah pembangkit listrik pasang surut sangat mahal untuk dibangun, yang berarti listrik tenaga pasang surut masih tidak efektif dalam hal biaya bila dibandingkan dengan pembangkit bahan bakar fosil. Meskipun begitu, pembangkit listrik pasang surut dibangun hanya sekali dan biaya pemeliharaannya relatif rendah. Dan pula, di kehidupan nyata energi pasang surut hanya dapat dilakukan di pantai dengan diferensial pasang surut yang baik, artinya tidak banyak lokasi yang benar-benar cocok untuk jenis pembangkit listrik tenaga pasang surut, dan juga hanya menghasilkan listrik selama ada gelombang pasang yang rata-rata terjadi sekitar 10 jam setiap hari. Listrik tenaga pasang surut juga dapat memiliki dampak negatif terhadap lingkungan; turbin pembangkit dapat mengganggu gerakan kapal dan hewan laut yang besar di sekitar kanal, sedangkan bangunan pembangkit listrik tenaga pasang surut dapat mengganggu migrasi ikan di lautan, dan bahkan membunuh populasi ikan ketika melewati turbin. Tidak ada keraguan sedikitpun bahwa tenaga pasang surut memiliki potensi besar, namun juga terdapat beberapa kelemahan serius yang menghambat listrik tenaga pasang surut memiliki nilai
komersial tinggi. Masih perlu banyak pengembangan agar teknologi listrik tenaga pasang surut menjadi efektif dalam hal biaya, karena potensi besar saja tidak cukup untuk membuat tenaga pasang surut kompetitif dengan bahan bakar fosil yang dominan di saat ini.
Tenaga air telah lama digunakan untuk memproduksi listrik, dan secara tradisional dilakukan di sungai dengan memanfaatkan kekuatan arus mereka. Teknologi ini bekerja dalam cara yang sama seperti yang digunakan untuk memanfaatkan angin untuk menggerakkan turbin, yang pada gilirannya menyebabkan roda gigi generator berputar dan memproduksi listrik. Inilah cara tenaga air dimanfaatkan di masa lalu, tapi ada jenis lain dari energi listrik yang dihasilkan oleh tenaga air. Energi gelombang laut menjadi sumber tenaga yang telah banyak diusahakan untuk dikonversi menjadi energi listrik. Gelombang laut kaya akan energi kinetik yang melalui teknologi telah diupayakan untuk dimanfaatkan dengan mengubahnya menjadi bentuk energi yang berguna seperti listrik atau hidrogen. Melalui pengembangan teknologi baru, pembangkit listrik bertenaga gelombang mulai menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk keperluan rumah dan bisnis. Sampai saat ini, belum dapat dimantapkan bagaimana energi gelombang laut dapat dimanfaatkan. Karena gelombang laut bergerak ke sejumlah arah, tidak selalu deras seperti sungai, dan laut bisa begitu korosif dan sulit untuk dikelola. Meskipun begitu, sekarang ada suatu cara yang efektif untuk dapat digunakan guna memanfaatkan tenaga ombak. Pelamis, Konventer Energi Gelombang Laut Ada teknologi baru yang memanfaatkan gerak gelombang laut secara keseluruhan di permukaan laut. Teknologi ini disebut Konverter Energi Gelombang Pelamis dan dibuat untuk memanfaatkan gerakan gelombang dan mengubahnya menjadi listrik.
cara kerja Pelamis Alasan terbesar bahwa alat konventer energi gelombang Pelamis bisa dimanfaatkan adalah bahwa alat ini dirancang lebih untuk terus bekerja di bawah setiap kondisi laut daripada mencoba untuk mengkonversi setiap energi. Artinya teknologi ini tidak dimaksudkan untuk menyerap semua energi pada setiap gelombang, tetapi hanya memanfaatkan sebagian energi yang dimiliki gelombang laut. Pada saat cuaca buruk (dan gelombang besar), alat ini tidak akan berusaha untuk mengambil terlalu banyak energi. Alat ini terdiri dari beberapa bagian berbentuk silinder yang disambung. Bagian-bagiannya, yang sebagian di bawah air digerakkan oleh gelombang. Karena setiap bagian bergerak, mereka memompa minyak melalui motor yang menghasilkan gerakan pada generator. Generator pada gilirannya menghasilkan listrik. Meskipun perangkat Pelamis beroperasi pada efisiensi 15% saja, 30 bagian pelamis dapat mensuplai listrik untuk sebanyak 20.000 rumah. Pemabangkit Listrik Energi Gelombang
bagian internal Pelamis Karena alat mengkorvensi energi gelombang, Pelamis, telah terbukti bekerja dengan baik saat percobaan, pembangkit listrik gelombang laut mulai bermunculan. Pembangkit listrik pertama yang digunakan secara komersial dipasang di Portugal. Pada awalnya, pembangkit terdiri dari hanya 3 alat Pelamis, tetapi karena terbukti sukses, ada rencana untuk menambah jumlah alat hingga sebanyak 1.500 rumah tangga dapat dipasok oleh pembangkit listrik tenaga gelombang ini. Selain itu, ada rencana untuk membangun sebuah pembangkit listrik tenaga gelombang di lepas pantai Skotlandia, yang juga akan dapat menambah sumber daya di negara itu. Merupakan fakta bahwa hal besar berikutnya di wilayah teknologi listrik tenaga air kemungkinan adalah penggunaan gelombang laut untuk mencukupi kebutuhan energi di berbagai negara di seluruh dunia. Terlebih, energi gelombang merupakan energi bersih dan terbarukan yang banyak memberikan benefit bagi umat manusia.
Laut dapat menghasilkan energi untuk rumah dan tempat bisnis kita. Saat ini, hanya terdapat sedikit pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga laut dan kebanyakan berukuran kecil. Tapi, bagaimana kita mendapatkan energi dari laut? Ada tiga cara yang umum untuk memanfaatkan laut sebagai sumber energi. Kita dapat menggunakan gelombang laut, menggunakan gelombang pasang surut laut, atau dapat menggunakan perbedaan suhu air laut. Berikut ini adalah penjelasannya. Energi Gelombang
Energi kinetik (gerakan) terdapat pada gelombang air laut. Energi ini dapat digunakan untuk menggerakkan turbin. Sederhananya, gelombang naik ke sebuah ruangan. Air yang naik mendorong udara untuk keluar dari dalam ruangan. Udara yang bergerak akan memutar turbin yang dapat mengerakkan generator. Ketika gelombang turun, udara mengalir melalui turbin dan kembali ke dalam ruang melalui pintu yang semulanya tertutup. Sistem ini merupakan salah satu jenis sistem energi gelombang. Metode lainnya benar-benar menggunakan gerakan naik turun gelombang untuk mendorong sebuah piston yang bergerak ke atas dan ke bawah di dalam silinder. Piston ini yang akan mengaktifkan generator. Kebanyakan sistem energi gelombang sangat kecil. Tapi, mereka dapat digunakan untuk menyalakan pelampung peringatan atau mercusuar kecil. Energi Pasang Surut
La Rance, di Perancis Bentuk lain energi laut disebut energi pasang surut. Ketika pasang datang menuju pantai, air tersebut terperangkap di waduk di belakang bendungan. Kemudian ketika surut, air di belakang bendungan dapat dibiarkan keluar seperti di pembangkit listrik tenaga air biasa. Energi pasang surut telah digunakan sejak sekitar abad 11, saat itu bendungan kecil dibangun di sepanjang muara laut dan sungai kecil. air pasang surut di balik bendungan itu digunakan untuk memutar kincir air untuk menggiling biji-bijian. Agar energi pasang surut bekerja dengan baik, diperlukan volume yang besar pada saat terjadi pasang surut. Diperlukan kenaikan minimal 16 kaki antara air surut dan pasang tinggi. Di bumi ini, hanya ada beberapa tempat di mana perubahan pasang surut seperti ini terjadi. Beberapa pembangkit listrik sudah beroperasi menggunakan ide ini. Sebuah pembangkit di Perancis memproduksi cukup banyak energi dari pasang surut air laut (240 megawatt) untuk memasok daya bagi 240.000 rumah. Fasilitas ini disebut Stasiun La Rance, di Perancis. Pembangkit ini mulai memproduksi listrik pada tahun 1966. pembangkit ini memproduksi sekitar seperlima dari pembangkit listrik tenaga nuklir atau pembangkit listrik batubara biasa. Dan Stasiun La Rance ini lebih dari 10 kali kekuatan dari stasiun pasang surut terbesar kedua di dunia, Stasiun Annapolis Kanada (17 megawatt). Konversi Energi Panas Laut ( Ocean Thermal Energy Conversion, OTEC) Idenya bukanlah hal baru. Penggunakan suhu air untuk menghasilkan energi sebenarnya bisa dirujuk ke tahun 1881 ketika insinyur Perancis bernama Jacques D 'Arsonval pertama kali memikirkan OTEC. Ide yang paling mutahir adalah menggunakan perbedaan suhu di laut. Jika Anda pernah berenang di laut dan menyelam jauh ke bawah permukaan, Anda akan menyadari bahwa semakin dalam maka air akan semakin dingin. Air lebih hangat di permukaan karena sinar matahari menghangatkan air laut tersebut. Tapi di bawah permukaan, air laut menjadi sangat dingin. Karena itulah penyelam memakai pakaian anti dingin saat mereka menyelam ke dalam. Baju selam mereka menahan panas tubuh agar mereka tetap hangat. Pembangkit listrik dapat dibangun yang menggunakan perbedaan suhu untuk menghasilkan
energi. Perbedaan setidaknya 38 derajat Fahrenheit diperlukan antara air permukaan yang lebih hangat dan air laut yang lebih dingin di bagian dalam. Menggunakan jenis sumber energi ini disebut Konversi Energi Panas Laut atau OTEC.
Makalah Seminar Hasil Penelitian T.A. 2006
PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) : FOKUS PADA JARAK PAGAR Oleh: Prajogo U. Hadi Adimesra Djulin Amar K. Zakaria Valeriana Darwis Jefferson Situmorang PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2006 1 I. PENDAHULUAN Indonesia mengalami defisit BBM dalam jumlah besar, yang pada tahun 2004 sudah mencapai 17,8 juta KL. Defisit yang sangat besar ini dipenuhi melalui impor. Dengan harga minyak mentah dunia yang sangat tinggi akhir-akhir ini hingga menembus batas US$70/barel, impor BBM yang sangat besar tersebut sangat menguras devisa negara. Demikian pula, makin rendahnya kemampuan APBN, makin rendah pula kemampuan pemerintah untuk memberikan subsidi harga BBM sehingga sejak kahun 2005 harga BBM sudah mengalami kenaikan beberapa kali. Dampak kenaikan harga BBM yang terjadi sejak tanggal 1 Oktober 2005 dirasakan pahit oleh mayoritas masyarakat Indonesia yang tingkat pendapatannya masih rendah. Di masa-masa mendatang, kebutuhan BBM akan makin besar karena meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan solar dan premium, jumlah penduduk yang menggunakan minyak tanah, dan jumlah industri yang menggunakan solar dan minyak bakar. Dengan makin tipisnya cadangan BBM fosil yang ada dalam perut bumi Indonesia, yang menurut data Automotive Diesel Oil diperkirakan akan
habis dalam waktu 10-15 tahun yang akan datang, maka akan makin besar pula impor BBM, dan makin besar pula beban APBN dan perekonomian nasional. Untuk meringankan beban tersebut, pemerintah berupaya keras mencari sumbersumber BBM alternatif yang dapat diperbaharui atau disebut “biofuel” sebagai pengganti sumberdaya energi fosil yang tidak dapat diperbaharui. Sumber biofuel adalah tanaman pertanian, utamanya : kelapa sawit dan jarak pagar yang menghasilkan biodiesel sebagai pengganti solar; dan ubikayu dan tebu yang menghasilkan bioetanol sebagai pengganti premium. Sumber-sumber energi alternatif tersebut sebenarnya sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia, walaupun belum pada taraf komersial. Teknologi yang digunakan juga tidak terlalu rumit yaitu trans-esterifikasi atau esterifikasitransesterifikasi (“estrans”) untuk biodiesel dan fermentasi untuk bioetanol. Menurut Blue Print Energi Nasional, pada tahun 2025 peranan energi yang dapat diperbaharui akan meningkat menjadi 4,4% dengan porsi biofuel sebesar 1,335% yang setara dengan 4,7 juta KL. Ini merupakan tantangan sekaligus peluang baru bagi sektor pertanian, yaitu tidak hanya memproduksi bahan makanan dan serat-seratan (food and fiber farming) saja, tetapi juga memproduksi energi (energy farming). Pemerintah melalui Menko Perekonomian menyatakan bahwa pada tahun 2006 akan dimulai pemanfaatan jarak pagar untuk menghasilkan biodiesel sebagai substitusi solar dan ubikayu untuk menghasilkan bioetanol sebagai substitusi premium. Ditargetkan bahwa 10% dari kebutuhan BBM untuk transportasi yang terdiri dari solar sebesar 12,487 juta KL akan dapat dipenuhi dari produksi biodiesel dan 10% dari kebutuhan premium sebesar 17,207 juta KL akan dapat dipenuhi dari produksi bioetanol. Diproyeksikan bahwa pada tahun 2010, kebutuhan BBM untuk transportasi di Indonesia akan meningkat menjadi 15,70 juta KL untuk solar dan 22,51 juta KL untuk premium. Ini berarti bahwa kebutuhan biodiesel dan bioetanol juga akan meningkat. Pengembangan biofuel sudah merupakan tekad bulat dan keputusan pemerintah yang mendapat legitimasi politik kuat dan akan menjadi sebuah gerakan nasional. Hal ini terbukti dengan telah diterbitkannya Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain. Dalam Inpres tersebut ada 13 Menteri, semua Gubernur dan Bupati/Walikota yang mendapat instruksi untuk melaksanakan tugas sesuai dengan mandatnya
masing-masing. Dalam hal ini, Menteri Pertanian diberi tanggungjawab sebagaimana tertuang pada pasal 3, yaitu: (1) Mendorong penyediaan tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel) termasuk benih dan bibitnya; (2) Melakukan penyuluhan pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati; (3) Memfasilitasi penyediaan benih dan bibit tanaman bahan baku bahan bakar nabati; dan (4) Mengintegrasikan kegiatan pengembangan dan kegiatan pasca panen tanaman bahan baku bahan bakar nabati. 2 Untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut diperlukan sumberdaya alam (terutama lahan) dan sumberdaya finansial (publik dan swasta) cukup besar, namun kegiatan produksi biofuel belum pernah dilakukan pada skala komersial. Oleh karena itu, prospek pengembangan biofuel seyogyanya tidak hanya dijustifikasikan dari aspek teknis saja, tetapi juga dari aspek sosial-ekonomi. Berkaitan dengan itu, diperlukan sebuah kajian aspek sosial-ekonomi yang hasilnya akan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penyusunan perencanaan yang lebih matang sehingga program pengembangan industri biofuel berhasil mencapai sasaran yang dikehendaki..Penelitian lebih difokuskan pada biofuel berbasis jarak pagar (Jatropha curcas, Linn) karena jenis biofuel ini yang paling belum siap untuk dikembangkan secara besarbesaran. Kajian ini telah dilaksanakan oleh Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian tahun 2006. Sehubungan dengan itu, penelitian ini bertujuan: (1) Menganalisis kelayakan finansial usahatani jarak pagar di beberapa lokasi yang potensial untuk pengembangan; (2) Mengestimasi harga jual bahan baku (biji jarak pagar) yang layak bagi petani, pengusaha biodiesel dan konsumen biodiesel; (3) Mengestimasi biaya pembuatan biodiesel oleh perusahaan besar yang ingin memproduksi biodiesel untuk kebutuhan perusahaan sendiri; (4) Mengestimasi dampak makro pengembangan jarak pagar terhadap penyerapan tenaga kerja; dan (5) Merumuskan kebijakan pendukung pengembangan sumber energi alternatif berbasis tanaman jarak pagar. Keluaran yang diharapkan dari kajian ini adalah tersedianya parameter-parameter sosial ekonomi yang dapat menjustifikasi atau memberikan peringatan awal (early warning) kepada pemerintah dalam pengembangan industri biofuel berbasis jarak pagar kedepan. II. METODE PENELITIAN 2.1. Kerangka Pemikiran
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas, Linn) sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia sebagai tanaman liar, bukan sebagai tanaman yang diusahakan untuk tujuan ekonomi. Tiba-tiba, tanaman ini mendapat perhatian yang sangat besar dan cepat meluas di seluruh dunia termasuk Indonesia. Banyak seminar, berita di media masa dan pergunjingan yang memblow-up tentang prospek ekonomi jenis tanaman ini. Banyak pihak yang histeris dan hiruk pikuk (euforia) namun belum jelas justifikasinya karena segala sesuatu yang berkenaan dengan pengusahaan tanaman ini masih sedang dipelajari dan dipersiapkan, baik yang menyangkut benihnya, teknologi budidaya, cara panen, pasca panen, ekstraksi minyak dari biji jarak, teknologi pengolahan minyak jarak menjadi biodiesel, rendemen minyak, serta cara penyimpanannya. Bahkan pasarnya belum terbentuk dan masih terfrakmentasi dan sporadis sehingga harganya juga belum jelas. Oleh karena itu, hasil jarak pagar belum waktunya untuk digolongkan sebagai sebuah komoditas (mata dagangan). Dalam menghadapi persoalan tersebut di atas, berbagai pihak mengambil sikap yang berbeda-beda. Pihak petani kecil, dengan penguasaan lahan yang sangat terbatas sangat hati-hati dalam mengambil keputusan, terutama karena pasar dan harga hasilnya tidak jelas. Pengusaha perseorangan dengan modal cukup besar atau petani yang lahannya luas, lebih berani dengan mengambil sikap coba-coba (spekulatif) untuk mengusahakan jarak pagar, minimal hasilnya dapat dijual sebagai bibit. mengambil sikap yang lebih berani. Perusahaan besar dengan pabriknya dan kendaraan angkutannya yang selama ini mengkonsumsi solar, mungkin sudah melakukan kalkulasi sehingga berminat besar untuk memproduksi biodiesel untuk mencukup kebutuhan perusahaannya sendiri dengan melakukan pembukaan kebun jarak pagar sendiri. Sebagian dari meraka sudah membuka lahan dan menanam ratusan hektar dengan jarak pagar pada akhir tahun 2005, bahkan ada yang menanam pada tahun-tahun sebeluimnya. Disamping dapat memperoleh penghematan biaya bahan bakar dengan mempoduksinya sendiri, juga ada harapan mesin-mesin pabrik dan 3 kendaranannya akan lebih awet sehingga menjadi lebih efisien, disamping mengurangi polusi udara dari pembakaran bahan bakar minyak . Melihat masalah di atas, maka persoalan yang harus dipencahkan adalah: (1) Berapa
harga jual yang layak untuk biji jarak pagar hasil sehingga mereka bersedia menjadi produsen bahan baku; (2) Berapa biaya produksi per liter biodiesel asal jarak pagar jika perusahaan menanam jarak pagar dan mengolahnya sendiri untuk kebutuhan sendiri sehingga biaya bahan bakar menjadi lebih hemat dibanding solar; (3) Berapa biaya produksi per liter minyak jarak kasar (crude jatropha oil, CJO) jika petani menanam jarak pagar dan mengolahnya sendiri untuk kebutuhan sendiri sehingga biaya bahan bakar untuk rumah tangganya menjadi lebih hemat dibanding minyak tanah; (4) Kapan pasar biodisel asal jarak pagar akan terbentuk dan siapa yang akan membeli produk tersebut, serta bagaimana standarisasi, pengawasan mutu dan sistem pemasarannya; dan (5) Bagaimana jika harga solar menurun karena menurunnya harga minyak mentah dunia sebagai akibat dari pulihnya kondisi sosial, ekonomi dan politik di negara-negara penghasil minyak bumi utama (Irak, Iran, Meksiko, AS, dll). Dari sekian persoalan tesebut, yang sangat dan paling mendesak untuk dicarikan jawabannya segera adalah tiga persoalan pertama. Berkaitan dengan analisis tiga persoalan tersebut, ada beberapa faktor yang perlu dan harus dipertimbangkan. Pertama, harga minyak mentah dunia (dan nilai tukar rupiah) yang menjadi barometer dan menentukan harga bahan bakar minyak di dalam negeri, dimana pilihan terhadap biodisel akan sangat mempertimbangkan harga solar. Kedua, rendemen dari biji menjadi CJO yang akan sangat menentukan biaya ekstraksi minyak CJO per kg biji (juga rendemen dari CJO ke biodiesel). Ketiga, biaya pengolahan dari CJO ke biodiesel dengan menggunakan proses dua tahap yaitu esterifikasi (tahap I) dan transesterifikasi (tahap kedua) atau lazim disingkat proses “estrans”. Proses estrans perlu dilakukan karena CJO di Indonesia mempunyai tingkat keasaman tinggi (Sudradjat et al, 2006). Jika tidka, maka mesin akan cepat rusak. 2.2. Pemilihan Lokasi dan Responden Penelitian dilakukan di empat lokasi, yaitu Nusa Tenggara Barat, yang terdengar lebih dahulu gencar mengembangkan jarak pagar; serta Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatra Selatan yang banyak terdapat lahan marjinal dan kritis. Kabupaten yang diamati adalah Lombok Barat dan Lombok Tengah untuk NTB, kabupaten Situbondo untuk Jawa Timur, kabupaten Pati untuk Jawa Tengah, dan kabupaten Ogan Ilir untuk Sumatera Selatan. Penentuan kabupaten, kecamatan dan
desa dilakukan dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan Dinas Perkebunan Tingkat I dan II setempat karena data mengenai areal tanaman jarak pagar belum terdokumentasi secara baik. Oleh karena itu, responden pelaku bisnis (petani dan pengusaha) lebih bersifat kasuskasus individual di masing-masing lokasi. Untuk menambah wawasan dilakukan diskusi dengan lembagalembaga penelitian setempat yaitu BPTP Mataram di NTB, Kebun Percobaan Balittas di Asem Bagus (Jawa Timur), dan Kebun Percbaan Balitas di Muktiharjo (Jawa Tengah), dan nstansi-instansi terkait dil uar Dinas Perkebunan, yaitu PLN dan Dinas Kehutanan. Kebun jarak pagar petani sudah ada yang berumur 3 tahun, sehingga sudah berproduksi dan diketahui data jumlah dan harga input dan output, pemasaran, dan lain-lain. Diskusi juga dilakukan dengan pihak instansi kunci yang terkait dengan pengembangan jarak pagar di tingkat Pusat yaitu Ditjen Perkebunan (Deptan), Ditjen Industri Agro(Deperin), Ditjen Energi Baru dan Terbarukan dan Ditjen Minyak dan Gas Bumi (Dep ESDM) dan BPPT Serpong. Hasil-hasil penelitian Puslibangbun mulai dari pembibitan sampai dengan pengolahan hasil serta hasil-hasil penelitian dan tulisan berbagai pihak baik di surat kabar, majalah, internet dan bahanbahan seminar/lokakarya di berbagai tempat (Jakarta, Bogor, Bandung, Bangkok, dll) sangat berguna untuk pembuatan analisis dalam penelitian ini. 4 2.3. Analisis Data Sesuai dengan kerangka pemikiran, ada tiga persoalan pokok yang harus dipecahkan, yaitu: (1) Penentuan harga jual biji jarak di tingkat petani yang bertujuan menjual biji dan kelayakan usahatani jarak pagar pada tingkat harga tersebut; (2) Estimasi harga pokok produksi biodiesel asal jarak pagar untuk mengetahui apakah memproduksi biodiesel dengan menanam jarak pagar sendiri oleh perusahaan lebih menguntungkan dibanding menggunakan solar yang harganya tidak disubsidi; dan (3) Estimasi harga pokok produksi minyak jarak kasar (Crude Jatropha Oil, CJO) untuk mengetahui apakah memproduksi CJO dengan menanam jarak pagar sendiri oleh petani lebih menguntungkan dibanding menggunakan minyak tanah dengan harga subsidi. (1) Penentuan Harga Jual Biji Jarak di Tingkat Petani Karena biodiesel mempunyai fungsi yang sama dengan solar (sebagai bahan subtitusi), maka harga solar akan sangat menentukan harga biodiesel. Pihak pengguna akan menginginkan bahwa harga biodiesel maksimal sama dengan harga solar di dalam negeri. Dalam hal ini digunakan harga solar yang tidak disubsidi karena merupakan harga yang sesungguhnya. Harga solar dalam
negeri itu sendiri sangat dipengaruhi oleh harga minyak mentah di pasar dunia dan nilai tukar tukar rupiah terhadap dolar AS. Dartanto (2006) menunjukkan bahwa pada harga minyak mentah dunia per barel mencapai US$60, US$70 dan US$60 dan nilai tukar adalah Rp 9..500/US$, maka harga solar dalam negeri (tanpa subsidi) per liter masing-masing adalah Rp 4.602, Rp 5.262 dan Rp 5.923. Simulasi telah dilakukan oleh Dartanto (2006) untuk berbagai harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah. Penghitungan dilakukan oleh Tim ini dengan menggunaan parameterparameter yang sama untuk ketiga harga minyak mentah dunia tersebut dan nilai tukar yang berlaku saat penelitian ini yaitu Rp 9.183/US$. Langkah selanjutnya adalah penghitungan biaya pengolahan untuk mendapatkan 1 liter biodiesel. Untuk itu harus diketahui lebih dahulu rendemen CJO per kg biji dan rendemen biodiesel per liter CJO. Dari berbagai tulisan yang telah diseminarkan di berbagai forum yang telah diselenggarakan oleh berbagai pihak dan diskusi Tim sendiri dengan pihak-pihak terkait dapat diketahui bahwa rendemen CJO/kg bervariasi dari 20% sampai 35% jika menggunakan alat pemeras mekanis dan 35-45% jika menggunakan cara pelarutan. Karena masyarakat pedesaan/petani lebih sesuai menggunakan alat mekanis dibanding cara pelarutan, maka analisis ini menggunakan data rendemen dan biaya dengan alat pemeras mekanis. Demikian pula, rendemen dari CJO ke biodiesel adalah 90%. Analisis ini menggunakan tiga macam rendemen bijiCJO yaitu 25% (paling umum), 30% (ada beberapa kasus) dan 35% (harapan) dan satu cama rendemen CJObiodiesel yaitu 90%..Data biaya ekstraksi CJO dengan menggunakan mesin pemeras berulir (screw press) dengan tenaga penggerak motor diesel/listrik diambil dari Sugiri (2006), yaitu Rp 242/kg biji jarak pagar, dan data biaya pengolahan CJO-biodiesel 2 tahap (proses estrans) diperoleh dari Sudrajat (2006) yaitu Rp 1.500/liter biodiesel. Rumus penghitungan biaya per liter biodiesel adaah sebagai berikut: 234 12 1
* CCC RR C C B = + + + ......................................................................................... (1) Dimana: CB = Biaya per liter biodiesel (Rp) C1 = Biaya ekstraksi CJO (Rp/kg biji jarak pagar) R1 = Rendemen biji ke CJO
R2 = Rendemen CJO ke biodiesel C2 = Biaya estrans CJO ke biodiesel (Rp/liter biodiesel) C3 = Biaya distribusi dan laba pengusaha biodiesel (Rp/liter biodiesel) C4 = Laba pengolah biodiesel (Rp/liter) 5 Harga per kg biji jarak pagar dihitung dengan rumus (2): 12R * R H HS CB BJP
− = ............................................................................................................. (2) dmana: HBJP = Harga biji jarak pagar (Rp/kg) HS = Harga solar tanpa subsidi (Rp/liter) CB = Biaya biodiesel (Rp/liter) R1 = Rendemen biji ke CJO R2 = Rendemen CJO ke biodiesel Langkah berikutnya adalah mengalisis kelayakan finansial usahatani (budidaya) per hektar kebun jarak pagar dengan menggunakan kriteria NPV, BCR dan IRR dengan rumus (3), (4) dan (5): NPV = PV(B) − PV(C) ............................................................................................... (4) =Σ( ∗ )
tt
PV (B) B DF
=Σ( ∗ )
tt
PV (C) C DF
t
( )t r
DF + = 1 1 () () PV C BCR = PV B ............................................................................................................... (5)
()
+ =+− ∗ ab b
NPV NPV IRR r r r NPV .......................................................................... (6) dimana : NPV = Net present value (Rp) PV(B) = Total present value dari penerimaan (Rp) PV(C) = Total present value dari biaya (Rp) Bt = Perimaan kotor tahun t (Rp) Ct = Total biaya usahatani tahun t (Rp) DFt = Discount factor tahun t r = Tingkat bunga bank (dalam desimal) BCR = Benefit-Cost Ratio IRR = Internal rate of return rb = Discount rate bawah sehingga NPV>0 ra = Discount rate atas sehingga NPV<0 NPVb = NPV pada discount rate bawah (Rp) NPVa = NPV pada discount rate atas (Rp) Dalam penghitungan penerimaan kotor menggunakan harga HBJP yang sudah dihitung dengan rumus (2) tersebut. Komponen biaya usahatani sudah memperhitungkan biaya oportunitas tenaga kerja keluarga, modal dan lahan masing-masing menggunakan upah yang berlaku di masingmasing daerah, tingkat bunga modal deposito berjangka setahun dan harga sewa lahan. IRR dapat dihitung secara lebih mudah dengan menggunakan persamaan dalam program komputer. Discount 6 factor menggunakan rata-rata tingkat bunga pinjaman bank pemerintah (state bank) per tahun pada tahun 2006. Ada empat pola usahatani yang dianalisis, yaitu: (A) Monokultur jarak pagar petani luas/pengusaha di NTB (2.500 pohon/ha); (B) Monokultur jarak pagar petani luas/pengusaha di Jawa Timur (2.500 pohon/ha); (C) Monokultur jarak pagar perusahaan besar PTP XII di Jawa Tengah (1.666 pohon/ha); dan (D) Tumpangsari jarak pagar + jagung di NTB (2.222 pohon). Siklus hidup ekonoimi jarak pagar diasumsikan 15 tahun, dimana tanaman mulai berproduksi pada tahun pertama, lalu meningkat hingga tahun ke-5 yang konstan hingga tahun ke-15. Skenario analisis adalah sebagai berikut: (1) Harga minyak mentah dunia per barel : US$70, sensitivitas US$60 dan US$80 (2) Rendemen biji jarak pagar ke CJO: 25%, sensitivitas 30% dan 35%. (3) Rendemen CJO ke biodiesel: 0,90 (4) Subsidi benih: tanpa subsidi dan subsidi 100% (5) Nilai tukar tetap Rp 9.183 (rata-rata 2006) (6) Biaya ekstraksi biji jarak pagar: Rp 242/kg biji (Sugiri, 2006) (7) Biaya estrans CJO ke biodeisel: Rp 1.500/liter biodiesel (Sudradjat, 2006). (8) Biaya distribusi dan laba pengolah biodiesel: Rp 500/liter biodiesel. (9) Pola tanam A, B, C dan D. Harga pokok produksi biji jarak oleh perusahaan besar dihitung dengan rumus (7): TQ bab
HP TC BJP = ..................................................................................................................... (7)
Dimana: HPBJP = Harga pokok biji jarak pagar (Rp/kg) TC = Total biaya tahun 1 sampai tahun 15 (Rp) TQ = Total produksi biji tahun 1 sampai tahun 15 (kg) . Dalam menghitung biaya produksi (TC), benih tidak disubsidi karena pelakunya adalah perusahaan besar. Diasumsikan perusahaan menerapkan pola tanaman A, B dan C. Biaya produksi per liter biodiesel dihitung dengan rumus (8): 23 12 1
* CC RR B C B = + + ................................................................................................. (8) . dimana: BB = biaya biodiesel (Rp/liter); notas lainnya sama dengan di atas. Saving atau penghematan biaya bakar minyak merupakan selisih antara biaya biodiesel (BB) dengan harga solar tidak bersubsidi (HS) berdasarkan harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah. Rumus (7) diterapkan juga untuk menghitung harga pokok produksi per kg biji oleh petani, namun perlu penyesuaian. Untuk menghitung TC pada rumus (7), petani mendapat subsidi benih 100%. Karena petani hanya memproduksi CJO, maka biaya produksi per liter CJO dihitung dengan rumus (9): Saving atau penghematan biaya bakar minyak merupakan selisih antara biaya CJO (BCJO) dengan harga minyak tanah bersubsidi. 2 1
C R 1
B C CJO = + ............................................................................................................... (9) . dimana: BCJO= biaya CJO (Rp/liter); notas lainnya sama dengan di atas. 7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisis Harga Biji Jarak Pagar Dari Dartanto (2006) dapat diketahui harga solar tanpa subsidi di dalam negeri berdasarkan harga minyak mentah dunia per barel dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dalam Tabel 1 hanya dipertlihatkan untuk harga minyak mentah US$80, US$70, dan US$60 per barel dan nilai tukar Rp 9.500, Rp 9.183 dan Rp 9.000. Harga solar dalam negeri pada nilai tukar Rp 9.183 (kondisi 2006) dibuat oleh Tim dengan menggunakan parameter dari Dartanto (2006). Terlihat bahwa makiin rendah harga minyak mentah dunia pada nilai tukar yang sama, main rendah pula harga solar dalam
negeri. Demikian pula makin kuat nulai tukar rupiah dengan harga minyak mentah yang sama, makin rendah pula harga solar dalam negeri. Harga solar dalam negeri akan turun atau naik lebih cepat jika keduanya turun atau naik. Jika salah satu naik dan lainnya turun, maka dampaknya terhadap harga solar dalam negeri lebih ringan. Tabel 1. Harga Solar Dalam Negeri Berdasarkan Harga Minyak Mentah Dunia dan Nilai Tukar Rupiah Tahun 2006. Nilai Tukar Harga Minyak Mentah Dunia (US$/barel) (Rp/US$) 80 70 60 9.500 5.923 5.262 4.602 9.183 5.726 5.086 4.448 9.000 5.612 4.985 4.360 Sumber: Dartanto (2006) Hasil penghitungan harga bahan baku biji jarak pagar di tingkat petani berdasarkan rendemen biji-CJO, harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah tahun 2006 diperlihatkan pada Tabel 2 (rincian langkah-langkah penghitungan ditunjukkan pada Lampiran 1) Terlihat bahwa pada tahun 2006, dimana nilai tukar rata-rata adalah Rp 9.183 dan harga minyak mentah dunia US$70/barel, dan rendemen bij-CJO 25%, harga biji jarak pagar di tingkat petani hanya Rp 453/kg. Harga ini akan meningkat jika diperloleh rendemen lebih tinggi, yaitu Rp 592/kg untuk rendemen 30% dan Rp 731/kg untuk rendemen 35%. Harga akan menjadi sangat rendah jika harga minyak mentah dunia turun menjadi US$60/barel dan sebaliknya kan membaik jika harga minyak mentah dunia naik menjadi US$80/barel. Harga biji akan menjadi sangat rendah jika didasarkan pada harga solar bersubsidi. Karena pemerintah tidak mungkin melakukan intervensi terhadap harga minyak mentah dunia dan melakukan penyesuaian nilai tukar hanya untuk kepentigan industri biodiesel jarak paga, maka upaya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki rendemen biji menjadi CJO. Tabel 2. Harga Bahan Baku Biji Jarak Pagar per Kg Berdasarkan Harga Minyak Mentah Dunia, Nilai Tukar Rupiah dan Rendemen Biji-CJO, 2006. Uraian Rendemen Biji-CJO 25% 30% 35% Harga biji tanpa subsidi solar (Rp/kg): 1. US$60, NT Rp 9.183 309 419 530 2. US$70, NT Rp 9.183 453 592 731 3. US$80, NT Rp 9.183 597 765 933 Harga biji dengan subsidi solar (Rp/kg) 276 379 483 Keterangan: Rincian penghitungan ditunjukkan pada Lampiran 1. 8 3.2. Analisis Kelayakan Usahatani Jarak Pagar Sebagaimana telah disebutkan dimuka, ada empat pola usahatani yang dianalisis, yaitu
Pola A, Pola B, Pola C dan Pola D. Hasil analisis kelayakan untuk kondisi 2006 (harga minyak mentah dunia US$70/barel, nilai tukar Rp 9.183 dan rendemen biji-CJO 25%) tanpa dan dengan subsidi benih 100% dengan menggunakan harga biji jarak pagar pada Tabel 2 diperlihatkan pada Tabel 3. Semua pola usahatani tidak fisibel tanpa subsidi benih. Juga tetap tidak fisibel walaupun diberikan subsidi benih 100% dan bahkan jika produksi naik 10%. Tabel 3. NPV, IRR dan BCR Usahatani Jarak Pagar, Harga Minyak Mentah Dunia US$70/barel, Nilai Tukar Rp 9.183, Rendemen Biji-CJO 25%. Uraian Pola A Pola B Pola C Pola D Rataan Tanpa Subsidi Benih NPV -6.801.983 -6.370.660 -7.249.192 -4.573.296 -6.248.783 BCR 0,67 0,62 0,58 0,70 0,64 Dengan Subsidi Benih 100% NPV -4.586.763 -4.323.990 -5.551.660 -2.815.567 -4.319.495 BCR 0,75 0,71 0,64 0,79 0,72 Dengan Subsidi Benih 100%, Produktivitas Naik 10% NPV -3.913.962 -3.818.326 -5.066.741 -2.733.929 -3.883.240 BCR 0,80 0,75 0,68 0,80 0,76 Keterngan: IRR tidak dapat dihitung karena keuntungan negatif. Dengan perbaikan rendemen biji-CJO dari 25% menjadi 30% juga tetap tidak fisibel, kecuali Pola A yang diberikan subsidi benih 100% dan ada kenaikan produktivitas 10% (Tabel 4). Baru setelah rendemen dinaikkan menjadi 35%, hampir semua pola (kecuali Pola C) menjadi fisibel, walaupun tidak diberikan subsidi benih, dan seluruh pola menjadi fisibel setelah rendemen biji-CKO dinaikkan menjadi 35% dan diberikan subsidi benih 100% (Tabel 5). Kondisi akan lebih baik lagi jika produktivitas meningkat 10%. Tabel 4. NPV, IRR dan BCR Usahatani Jarak Pagar, Harga Minyak Mentah Dunia US$70/barel, Nilai Tukar Rp 9.183, Rendemen Biji-CJO 30%. Uraian Pola A Pola B Pola C Pola D Rataan Tanpa Subsidi Benih NPV -2.547.232 -3.172.879 -4.203.698 -1.899.887 -2.955.924 BCR 0,88 0,81 0,75 0,87 0,83 Dengan Subsidi Benih 100% NPV -332.012 -1.126.209 -2.506.165 -142.158 -1.026.636 BCR 0,98 0,92 0,84 0,99 0,93 Dengan Subsidi Benih 100%, Produktivitas Naik 10% NPV 766.265 -300.767 -1.716.697 -4.288 -313.872 IRR 18,75% 14,38% 7,53% 15,96% 14,16 BCR 1,04 0,98 0,89 1,00 0,98 Dari hasil analisis tersebut jelas bahwa upaya perbaikan rendemen biji-CJO dan produktivitas tanaman/kebun menjadi faktor sangat krusial untuk mengimbangi rendahnya harga biji
jarak pagar. Perbaikan rendemen dapat dilakukan mulai dari pemetikan buah sampai dengan proses ekstraksi, sedangkan perbaikan produktivitas dapat dilakukan mulai dari pembibitan sampai dengan pemetikan. 9 Tabel 5. NPV, IRR dan BCR Usahatani Jarak Pagar, Harga Minyak Mentah Dunia US$70/barel, Nilai Tukar Rp 9.183, Rendemen Biji-CJO 35%. Uraian Pola A Pola B Pola C Pola D Rataan Tanpa Subsidi Benih NPV 1.707.519 24.902 -1.158.203 773.522 336.935 IRR 20,20% 16,08% 12,12% 19,64% 17,01 BCR 1,08 1,00 0,93 1,05 1,02 Dengan Subsidi Benih 100% NPV 3.922.739 2.071.572 539.330 2.531.251 2.266.223 IRR 29,04% 26,15% 18,35% 35,47% 27,25 BCR 1,21 1,14 1,03 1,19 1,14 Dengan Subsidi Benih 100%, Produktivitas Naik 10% NPV 5.446.491 3.216.792 1.633.348 2.725.354 3.255.496 IRR 33,65% 31,30% 22,86% 38,71% 31,63 BCR 1,28 1,21 1,10 1,20 1,20 Kondisi yang sangat dikhawatirkan adalah apabila harga minyak mentah dunia turun menjadi dibawah US$70/barel, misalnya menjadi US$60/barel, sebagai akibat dari gejolak sosial, ekonomi, politik dan gangguan alam di negara-negara produsen minyak utama dunia (Irak, Iran, Venezuela, Meksiko, AS, dll). Tabel 6 memperlihatkan bahwa jika hal ini terjadi, walaupun diberikan subsidi benih 100%, rendemen biji-CJO tinggi yaitu 35% dan produktivitas kebun naik 20%, tetap tidak ada yang fisibel. Ini akan merupakan pukulan sangat telak bagi petani. Tabel 6. NPV, IRR dan BCR Usahatani Jarak Pagar Menurut Variasi Harga Minyak Mentah Dunia, Rendemen Biji-CJO, Subsidi Benih, Nilai Tukar Rp 9.183. Uraian Pola A Pola B Pola C Pola D Rataan Harga Minyak Mentah Dunia US$60/barel, Subsidi Benih 100%, Rendemen Biji-CJO 35%, Produktivitas Naik 20% NPV -412.822 -1.186.944 -2.557.335 -262.173 -1.104.818 IRR 14,45% 9,27% 2,43% 13,66% 9,95 BCR 0,98 0,92 0,84 0,98 0,93 Harga Minyak Mentah Dunia US$80/barel, Tanpa Subsidi Benih, Rendemen Biji-CJO 25%, Produktivitas Tetap NPV -2.394.183 -3.057.851 -4.094.147 -1.803.721 -2.837.476 IRR 9,32% 3,94% -0,48% 6,07% 4,71 BCR 0,88 0,82 0,76 0,88 0,84 Harga Minyak Mentah Dunia US80/barel, Subsidi Benih 100%, Rendemen Biji-CJO 25%, Produktivitas Tetap NPV -178.963 -1.011.181 -2.396.615 -45.992 -908.188
IRR 15,34% 10,33% 3,50% 15,60% 11,19 BCR 0,99 0,93 0,84 1,00 0,94 Harga Minyak Mentah Dunia US80/barel, Subsidi Benih 100%, Rendemen Biji-CJO 30%, Produktivitas Tetap NPV 4.963.470 2.853.763 1.284.271 3.185.179 3.071.671 IRR 32,20% 29,69% 21,45% 40,06% 30,85 BCR 1,27 1,19 1,08 1,24 1,20 10 Andaikan harga minyak mentah dunia naik menjadi US$80/barel, mungkin karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah atau strategi politik OPEC untuk membatasi produksi minyak yang menyebabkan harga naik, maka usahatani tidak fisibel walaupun diberikan subsidi benih 100% jika rendemen biji-CJO masih rendah yaitu 25%. Usahatani semua pola baru fisibel jika rendemen biji-CJO naik menjadi 30% (Tabel 6). Dari analisis tersebut di atas dapat ditarik garis merah bahwa harga minyak mentah dunia, rendemen biji-CJO dan pemberian subsidi (dan tentu saja nilai tukar rupiah) sangat berpengaruh terhadap kelayakan finansial usahatani jarak pagar, yang berarti prospek usahatani itu sendiri. Makin tinggi harga minyak mentah dunia, rendemen biji-CJO dan subsidi benih, usahatani jarak pagar makin fisibel secara finansial. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah sebagai berikut: (1) Dalam jangka pendek, dimana harga minyak mentah dunia US$70/barel dan nilai tukar Rp 9.183 seperti yang terjadi pada tahun 2006, langkah yang yang harus diambil segera adalah: (a) Memberikan subsidi benih 100% kepada petani dan menemukan teknologi ekstraksi biji menjadi CJO hingga mencapai rendemen minimal 30% dengan metode mekanis. Dianjurkan untuk menggunakan alat pemeras berulir (screw press). Penggunaan pelarut tidak dianjurkan karena tidak mungkin dilakukan oleh masyarakat pedesaan, walaupun bisa menghasilkan rendemen CJO hingga 40-45%. Penanganan produk mulai dari panen, pasca panen, sampai penyimpanan biji dan minyak harus dilakukan secara tepat agar rendemen minyak tetap tinggi. Dalam jangka menengah dan panjang terus diupayakan untuk menemukan bibit unggul yang produktivitasnya bisa meningkat minimal 10-20% dari kondisi saat ini. (2) Jika harga minyak mentah dunia turun hingga menjadi US$60/barel, usahatani jarak pagar akan terancam. Walaupun diberikan subsidi benih 100%, rendemen biji-CJO mencapai 35% dan produktivitas kebun naik 20%, usahatani jarak pagar tetap tidak fisibel jika hasil bijinya
ditujukan untuk dijual. Dalam kondisi demikian, maka produksi jarak pagar lebih baik ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi petani sendiri. (3) Pada harga minyak mentah dunia US$80/barel, petani masih tetap perlu diberikan subsidi benih 100% dan rendemen biji-CJO sedapat mungkin bisa mencapai 30%. Jadi, untuk mengembangkan usahatani jarak pagar, dukungan pemerintah dan teknologi tidak boleh setengah-setengah, mulai dari penyediaan benih unggul, budidaya (mulai dari pembuatan bibit sampai dengan panen), pasca panen, proses ekstraksi CJO dari biji dan proses estrans (esterifikasi dan transesterifikasi) dari CJO menjadi biodiesel. Bagaimana dengan perusahaan besar yang ingin memproduksi sendiri biodiesel? Prinsipnya adalah meningkatkan efisiensi kerja perusahaan melalui penghematan biaya bahan bakar minyak dengan menghasilkan biji jarak pagar sendiri, lalu mengolahnya sendiri menjadi biodiesel sendiri tanpa menghitung-hitung harga biji. Yang menjadi fokus perhatian adalah biaya produksi per liter biodiesel, rendemen dan biaya ekstraksi, serta rendemen dan biaya estrans, dan tidak perlu memperhatikan laba prosesor biodiesel karena akan masuk ke perusahaan sendiri sebagai keuntungan berupa penghematan. Analisis berikut akan menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut. 3.3. Analisis Biaya Produksi Biodiesel oleh Perusahaan Besar Walaupun pengembangan jarak pagar baru pada taraf paling awal, dimana benih unggul sedang dipersiapkan dan teknologi budidaya, panen, pasca panen dan pengolahan minyak masih dalam proses perakitan, sudah banyak pengusaha yang berminat menanam jarak pagar secara besar-besaran yang hasilnya akan diproses sendiri untuk memenuhi kebutuhan perusahaannya. Dalam analisis ini diasumsikan perusahaaan menggunakan pola usahatani monokultur (Pola A, B dan C) sebagaimana yang dilakukan pada responden penelitian ini. Hasil analisis pada Tabel 7 untuk kondisi tahun 2006 membuktikan bahwa dengan harga minyak mentah dunia US$70/barel, 11 nilai tukar Rp 9.183 dan rendemen biji-CJO masih 25%, ternyata harga pokok produksi biodiesel lebih murah dibanding harga solar dalam negeri tanpa subsidi. Harga pokok produksi biodiesel berkisar Rp 4.416 – Rp 4.734 atau rata-rata Rp 4.584 per liter, sedangkan harga solar tanpa susidi Rp 5.086 per liter, sehingga berpotensi menghemat biaya bahan bakar minyak sebesar Rp 352 – Rp 671 atau rata-rata Rp 503 per liter.
Tabel 7. Biaya Produksi per Liter Biodiesel dan Penghematan Biaya Bahan Bakar dengan Bahan Baku Biji Jarak Pagar Produksi Sendiri oleh Perusahaan Besar pada Harga BBM Dunia US$70/barel, Nilai Tukar Rp 9.183/US$ dan Rendemen Biji-CJO 25%, 30% dan 35%, Tanpa Subsidi Benih. Rendemen Biji- Biaya Produksi Biji Biaya Pengolahan CJO dan Pola Tanam Per kg (Rp) Per liter Biodiesel (Rp) Ekstraksi (Rp/lt Biodisel) Estrans (Rp/lt Biodisel) Total Biaya (Rp/lt Biodisel) Harga Solar DN (Rp/lt)*) Saving (Rp/lt Biodisel) Rendemen 25%: Pola A 512 1.842 1.074 1.500 4.416 5.086 671 Pola B 563 2.027 1.074 1.500 4.601 5.086 485 Pola C 600 2.160 1.074 1.500 4.734 5.086 352 Rataan 558 2.010 1.074 1.500 4.584 5.086 503 Rendemen 30%: Pola A 512 1.535 895 1.500 3.930 5.086 1.157 Pola B 563 1.689 895 1.500 4.084 5.086 1.002 Pola C 600 1.800 895 1.500 4.195 5.086 891 Rataan 558 1.675 895 1.500 4.070 5.086 1.017 Rendemen 35%: Pola A 512 1.535 767 1.500 3.802 5.086 1.285 Pola B 563 1.689 767 1.500 3.956 5.086 1.130 Pola C 600 1.800 767 1.500 4.067 5.086 1.019 Rataan 558 1.675 767 1.500 3.942 5.086 1.145 Biaya produksi biodiesel akan lebih rendah lagi sehingga penghematan akan lebih besar lagi jika rendemen biji-CJO makin besar, harga minyak mentah dunia naik dan nilai tukar rupiah melemah. Untuk pengembangan di lapangan, dianjurkan untuk menggunakan pola A dan B, dimana kepadatan pohon mencapai 2.500 pohon, sedangkan pola C tidak dianjurkan karena kepadatan
pohon terlalu rendah untuk kebun monokultur (hanya 1.666 pohon) sehingga memberikan keuntungan lebih kecil. Jika harga minyak mentah dunia turun menjadi hanya US$60/barel dan rendemen bijiCJO hanya 25%, perusahaan akan lebih untung jika membeli solar karena haga pokok produksi biodiesel sendiri lebih mahal dibanding harga solar tanpa subsidi (Tabel 8). Tetapi pada rendemen 30% atau lebih, memproduksi biodiesel sendiri akan lebih murah sehingga masih dapat diperoleh penghematan. Dengan demikian, maka jika harga minyak mentah dunia jatuh menjadi US$60/barel, perusahaan masih bisa bertahan dengan memperbaiki rendemen biji-CJO. Untuk mengantisipasi dampak buruk dari turunnya harga minyak dunia (lebih buruk lagi jika nilai tukar menguat), maka perusahaan perlu melakukan pengembangan alat pemeras biji jarak pagar sehingga rendemen bijiCJO dapat mencapai minimal 30%. 12 Tabel 8. Biaya Produksi per Liter Biodiesel dan Penghematan Biaya Bahan Bakar dengan Bahan Baku Biji Jarak Pagar Produksi Sendiri oleh Perusahaan Besar pada Harga BBM Dunia US$60/barel, Nilai Tukar Rp 9.183/US$ dan Rendemen Biji-CJO 30%, Tanpa Subsidi Benih. Rendemen Biji- Biaya Produksi Biji Biaya Pengolahan CJO dan Pola Tanam Per kg (Rp) Per liter Biodiesel (Rp) Ekstraksi (Rp/lt Biodisel) Estrans (Rp/lt Biodisel) Total Biaya (Rp/lt Biodisel) Harga Solar DN (Rp/lt)*) Saving (Rp/lt Biodisel) Rendemen 25%: Pola A 512 1.842 1.074 1.500 4.416 4.448 32 Pola B 563 2.027 1.074 1.500 4.601 4.448 -153
Pola C 600 2.160 1.074 1.500 4.734 4.448 -286 Rataan 558 2.010 1.074 1.500 4.584 4.448 -136 Rendemen 30%: Pola A 512 1.535 895 1.500 3.930 4.448 518 Pola B 563 1.689 895 1.500 4.084 4.448 364 Pola C 600 1.800 895 1.500 4.195 4.448 253 Rataan 558 1.675 895 1.500 4.070 4.448 378 Rendemen 35%: Pola A 512 1.535 767 1.500 3.802 4.448 646 Pola B 563 1.689 767 1.500 3.956 4.448 492 Pola C 600 1.800 767 1.500 4.067 4.448 381 Rataan 558 1.675 767 1.500 3.942 4.448 506 3.4. Analisis Biaya Produksi CJO oleh Petani Jika harga minyak mentah dunia jatuh menjadi US$60/barel, usahatani tidak akan bisa bertahan jika untuk tujuan komersial, walaupun diberikan subsidi benih 100%, rendemen biji-CJO 35% dan produksi naik 20% (lihat uraian dimuka). Namun petani masih bisa menggunakan biji jarak untuk dijadikan CJO untuk bahan bakar di rumah sendiri (untuk kompor, lampu, dll). Tabel 9 memperlihatkan, pada harga minyak mentah dunia US$60/barel dan nilai tukar Rp 9.183/US$, petani memperoleh subsidi benih 100%, dan rendemen biji-CJO mencapai 30% atau lebih maka petani masih lebih untung memproduksi minyak sendiri daripada membeli minyak tanah eceran dengan harga subsidi,. Jika rendemen hanya 25%, petani lebih untung membeli minyak tanah eceran bersubsidi. Tetapi jika harga minyak tanah kelak tidak disubsidi lagi (misalnya menjadi sekitar Rp 4.000/liter), petani akan jauh lebih untung jika memproduksi minyak jarak sendiri. 13 Tabel 9. Biaya Produksi per Liter CJO dan Penghematan Biaya Bahan Bakar dengan Bahan Baku Biji Jarak Pagar Produksi Sendiri oleh Petani pada Harga BBM Dunia US$60/barel, Nilai Tukar Rp 9.183/US$ dan Rendemen Biji-MJK 25%, 30% dan 35%, Subsidi Benih 100%. Rendemen Biji- Biaya Produksi Biji CJO dan Pola Tanam Per kg (Rp) Per liter CJO (Rp) Biaya Ekstraksi (Rp/lt CJO) Total Biaya (Rp/lt CJO) Harga
M. Tanah Subsidi (Rp/lt) Saving (Rp/lt CJO) Rendemen 25%: Pola A 486 1.946 968 2.914 2.600 -314 Pola B 532 2.126 968 3.094 2.600 -494 Pola C 573 2.291 968 3.259 2.600 -659 Rataan 530 2.121 968 3.089 2.600 -489 Rendemen 30%: Pola A 486 1.622 807 2.428 2.600 172 Pola B 532 1.772 807 2.579 2.600 21 Pola C 573 1.909 807 2.716 2.600 -116 Rataan 530 1.768 807 2.574 2.600 26 Rendemen 35%: Pola A 486 1.390 691 2.081 2.600 519 Pola B 532 1.519 691 2.210 2.600 390 Pola C 573 1.636 691 2.328 2.600 272 Rataan 530 1.515 691 2.206 2.600 394 3.5. Potensi Masalah Pengembangan ke Depan Bagi perusahaan besar mungkin tidak menemui masalah krusial dalam pemanfaatan biodiesel asal jarak pagar karena mereka dapat menanam sendiri, lalu mengolahnya sendiri dan kemudian menggunakan sendiri untuk pabrik atau perusahaannya. Walaupun harga minyak bumi turun hingga US$60/barel, mereka masih dapat memproduksi biodiesel sendiri yang lebih murah dibanding membeli solar tanpa subsidi hanya dengan memperbaiki rendemen biji-CJO menjadi minimal 30%. Bagi perusahaan besar, untuk mencapai rendemen tersebut atau bahkan lebih tinggi lagi tidak akan sulit karena mempunyai dana untuk riset, baik dilakukan sendiri maupun membayar pihak lain. Penghematan biaya bahan bakar minak akan menjadi sangat besar jika harga minyak mentah dunia naik menjadi di atas US$70/barel. Namun yang menjadi persoalan adalah jika jarak pagar akan dikembangkan oleh rakyat. Petani kecil tidak mempunyai lahan lagi dan tidak akan mau menggeser tanaman yang sudah ada untuk diganti dengan jarak pagar. Pemerintah Daerah juga belum berani melangkah jauh karena khawatir akan gagal karena pasar belum jelas sehingga petani akan marah. Di beberapa tempat, hasil panen jarak pagar petani tidak ada yang membeli sehingga petani mencabuti tanamnnya kembali. Ada juga petani yang membagi-bagikan hasilnya kepada orang lain. Mereka tidak mengolah sendiri menjadi CJO karena peralatannya belum tersedia di pasar (masih dalam tahap
percobaan). Jadi, harus ada kejelasan tentang pasar dan harga untuk biji jarak petani. Namun harus diakui juga bahwa dalam jangka pendek ini, dimana produksi masih terbatas, pembeli belum berani bergerak karena skala ekonomi belum efisien dimana jumlah produksi bahan baku masih terlalu sedikit untuk diproses dalam pabrik. Posisi petani juga sangat rentan jika tiba-tiba harga minyak mentah dunia turun sampai menjadi US$60/barel. Siapapun pengusaha yang akan membeli biji jarak pagar hasil petani, apakah BUMN atau swasta, pasti tidak mau rugi dan sangat memperhitungkan manfaat ekonomi yang akan diperolehnya. 14 Bagaimana kemungkinannya penanaman jarak sebagai pembatas (pagar)? Secara teknis bisa karena mudah tumbuh dan di pedesaan banyak digunakan sebagai pagar hidup. Pertanyaannya, apakah petani bersedia mengolah, apakah kompornya cukup murah dan praktis (nyaman) digunakan?. Penggunaan CJO untuk penerangan mungkin kurang dianjurkan karena multilpier efeknya rendah. Lebih baik PLN membangun jaringan atau pembangkit listrik di daerahdaerah dengan menggunakan bahan bakar biodiesel asal jarak pagar setempat sehingga masyarakat disamping menikmati adanya lampu penerangan, juga memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari TV, radio dan bisa berkomunikasi jarak jauh melalui pesawat telpon. Karena dunia menghendaki harga BBM yang murah, maka ke depan diperkirakan akan ada kecenderungan penurunan harga minyak mentah dunia. Jika ini terjadi, maka pihak yang dapat diandalkan untuk memproduksi biodiesel asal jarak pagar adalah perusahaan besar atau koperasi yang dapat mengolah biodiesel sendiri untuk mencukupi kebutuhan sendiri atau dijual jika memungkinkan. Dengan cara ini, minimal dapat : (1) Menghemat devisa negara untuk impor BBM fosil; (2) Memanfaatkan lahan tidur menjadi lahan produktif yang akan berdampak positif pada lingkungan (berfungsi sebagai penghijauan), penyerapan tenaga kerja pedesaan untuk kebun jarak pagar dan pabrik biodiesel; (3) Merangsang peningkatan kegiatan ekonomi pedesaan; (4) Mendorong kegiatan ekonomi yang lebih hulu (penangkaran benih, dll) dan lebih hilir (transportasi, warung-warung makanan, dll); dan (5) Menghasilkan pupuk organik dari sisa pengolahan. Dalam rangka itu, pemerintah perlu memberikan fasilitas atau insentif kepada investor (dalam dan luar negeri) berupa: (1) Kemudahan prosedur dan kecepatan waktu pemberian ijin usaha; (2)
Pembebasan sementara pajak (tax holiday) selama tanaman jarak pagar belum berproduksi; (3) Pembangunan insfrastruktur pedesaan; dan (4) Melakukan sertifikasi dan pengawasan terhadap mutu produk biodiesel yang akan dihasilkan, terutama yang akan dipasarkan kepada konsumen, karena bahan bakau biodiesel bermacam-macam (jarak pagar, minyak sawit, dan jenisjenis tanaman lain yang mengandung minyak). IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan (1) Usahatani jarak pagar secara finansial layak jika harga minyak mentah dunia tetap US$70/barel atau lebih, nilai tukar rupah tidak menguat dari posisi Rp 9.183/US$, petani mendapat subidi benih 100%, dan rendemen biji ke CJO minimal 30%. Usahatani tidak fisibel lagi jika harga minyak mentah dunia turun menjadi US$60/barel, walaupun diberikan subsidi benih 100%, rendemen bij-CJO 35% dan produksi naik 20%. Ini menunjukkan bahwa tantangan pengembangan jarak pagar di tingkat petani memang cukup berat. (2) Petani dapat memanfaatkan CJO hasil kebunnya sendiri untuk kebutuhan keluarga (memasak) jika harga biji terlalu rendah karena rendahnya harga minyak mentah dunia, namun petani mendapat subsidi benih 100% dan rendemen biji-CJO bisa mencapai 35%, dimana biaya produksi CJO lebih murah dibanding harga minyak tanah bersubsidi. Namun jika rendemen biji-CJO hanya mencapai 25-30%, maka membeli minyak tanah bersubsidi akan lebih murah. Tetapi jika kelak minyak tanah tidak disubsidi lagi, maka petani mungkin akan tertarik untuk melakukan pertanian energi (energy farming) berbasis jarak pagar di lahan yang selama ini tidak bisa ditanami tanaman pertanian karena biaya produksi CJO akan lebih murah dibanding harga minyak tanah tak bersubsidi. (3) Peluang bagi perusahaan besar untuk membuka kebun jarak pagar, mengolah sendiri dan menggunakan biodiesel untuk kebutuhan sendiri lebih terbuka lebar, walaupun harga minyak mentah dunia turun hingga menjadi US$60/barel, namun rendemen biji-CJO minimal hasrus mencapai 30%. Penghematan biaya bahan bakar akan lebih besar lagi dengan 15 meningkatnya harga minyak mentah dunia sehingga lebih merangsang lagi perusahaan besar untuk memproduksi biji jarak pagar dan mengolahnya sendiri menjadi biodiesel. 4.2. Saran-saran (1) Pemerintah perlu menyediakan benih bermutu jarak pagar kepada petani dan memberikan subsidi benih 100% serta memberikan penyuluhan tentang teknik budidaya, panen dan pasca panen yang benar. Para penangkar benih perlu didorong untuk mempercepat penyediaan benih bermutu namun perlu tetap dilakukan pengawasan mutunya. Produktivitas tanaman/kebun perlu ditingkatkan sebesar 20% dari kondisi sekarang. (2) Penanaman jarak pagar sebaiknya menggunakan jarak optimal misalnya 2mx2m dengan kepadatan tanaman 2.500 pohon untuk pola monokutur atau lebih jarang untuk pola tumpangsari. Jumlah pohon yang terlalu jarang untuk pola monokultur akan menghasilkan
produksi sedikit sehingga tingkat kelayakan finansialnya lebih rendah.. (3) Pemerintah perlu memberikan fasilitas atau insentif kepada pengusaha untuk membuka kebun jarak pagar sekaligus membangun pabrik biodiesel berupa: (a) Kemudahan prosedur dan kecepatan waktu pemberian ijin usaha; (b) Penyediaan lahan untuk kebun jarak pagar dan lokasi pabrik; (c) Pemberian tax holiday selama tanaman jarak pagar berproduksi; (d) Pembangunan insfrastruktur pedesaan; dan (e) Melakukan sertifikasi dan pengawasan terhadap mutu produk biodiesel yang akan dihasilkan, terutama yang akan dipasarkan kepada konsumen, karena bahan baku biodiesel bermacam-macam (jarak pagar, minyak sawit, dan jenis-jenis tanaman lain yang mengandung minyak). (4) Pengembangan alat pemeras mekanis yang sesuai untuk wilayah pedesaan dengan kapasitas optimal sehingga rendemen biji-CJO bisa mencapai 30-35%. Terbukti bahwa rendemen biji-CJO sangat mempengaruhi biaya pembuatan CJO dan biodiesel.
DAFTAR PUSTAKA CJP. 2005. Growing Diesel Fuel Plant: Cultivation for Bio Diesel Production. Internet. Dartanto, T. 2006. Tantangan Pengembangan Biofuel/Biodiesel di Indoensia. INDENI. Jakarta. Duke, J.A. 1983. Handbook of Energy Crops. Internet. Gittinger, J.P. 1982. Economic Analysis of Agricultural Projects. Second Edition. UIPress – John Hopkins. Edi Series in Economic Development. Baltimore, London and Jakarta, Jones, C. 2005. Europe Adopts Biodiesel: Can an African Bean Crack Europe’s Biodiesel Blockage? Internet. Lele, S. 2005. The Cultivation of Jatropha curcas. Internet. Monke, E.A. and Scott R. Pearson. 1989. The Policy Analysis Matrix for Agricultural Development. Cornell University Press. Ithaca and London. Kadariah, L. Karlina dan C. Gray. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Puslitbangbun. 2005. Petunjuk Teknis Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Squire, L. dan Herman G. van der Tak. 1975. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pembangunan. Terjemahan Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 16 Srivastava, U.K. 1981. Project Planning, Financing, Implementation, and Evaluation. Centre for Management in Agrculture, Indian Institute of Management. Ahmedabad. Sudradjat, H.R., D. Setiawan, Y. Widyawati, R. Ariatmi dan Sahirman. 2006. “Permasalahan dalam Teknologi Pengolahan Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar”. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor. Sugiri, M.B. 2006. ”Pengembangan Pemerah Berulir Skala Kecil untuk Ekstraksi Minyak Jarak”. PT Tracon Industri, Jakarta. Widodo. 2006. Perspektif Pengembangan Biofuel di Indonesia. INDENI. Jakarta. 17
Lampiran 1. Penghitungan Harga Bahan Baku Biji Jarak Pagar Berdasarkan Rendemen Biji-CJO, Harga Minyak Mentah Dunia dan Nilai Tukar Rupiah, 2006. Uraian Rendemen Biji-CJO 25% 30% 35% Biaya ekstraksi biji (dengan screw presser): - Dari biji ke CJO (Rp/kg biji) a) 242 242 242 - Konversi biji ke CJO (liter/kg) 0,25 0,30 0,35 - Biaya ekstraksi biji/liter CJO (Rp) 968 807 691 - Konversi CJO-Biodiesel 0,9 0,9 0,9 - Biaya ekstraksi biji/liter biodiesel (Rp) 1076 897 768 Biaya ekstrans CJO-biodiesel/liter biodiesel (Rp) b) 1500 1500 1500 Total biaya pengolahan/liter biodisel (Rp) 2576 2397 2268 Biaya distribusi dan laba/liter biodiesel (Rp) 500 500 500 Total pengolahan, distribusi, laba/liter biodisel 3076 2897 2768 Harga solar dalam negeri tanpa subsidi (Rp/liter) c): 1. US$60/barel, NT Rp 9.183 4448 4448 4448 2. US$70/barel, NT Rp 9.183 5086 5086 5086 3. US$80/barel, NT Rp 9.183 5726 5726 5726 Harga solar subsidi (Rp/liter) 4300 4300 4300 Nilai bahan baku biji/liter biodiesel tanpa subsidi(Rp): 1. US$60, NT Rp 9.183 1372 1551 1680 2. US$70, NT Rp 9.183 2010 2189 2318 3. US$80, NT Rp 9.183 2650 2829 2958 Nilai bahan baku biji/liter biodiesel dengan subsidi (Rp) 1224 1403 1532 Konversi biodiesel ke biji (kg/liter) 4,44 3,7 3,17 Harga biji per kg tanpa subsidi solar (Rp): 1. US$60, NT Rp 9.183 309 419 530 2. US$70, NT Rp 9.183 453 592 731 3. US$80, NT Rp 9.183 597 765 933 Harga biji per kg dengan subsidi solar (Rp) 276 379 483 Sumber : a) Sugiri (2006); b) Sudradjat et al (2006); c) Dartanto (2006) 18 Lampiran 2a. Kebutuhan Fisik Input dan Output Usahatani Jarak Pagar dengan Pola Tanam Monokultur Petani Luas di NTB (populasi tanaman 2.500 pohon/ha) Satuan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Input: 1. Bahan a. Bibit batang 3000 200 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 b. Pupuk - Urea kg 150 150 150 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 - SP36 kg 150 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 - KCl kg 50 50 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 - Pupuk kandang kg 2000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 c. Obat-obatan: liter 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2. Tenaga Kerja - Pembukaan/pengol lahan hok 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pembuatan lubang tanaman hok 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Tanam hok 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pemupukan hok 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 - Penyulaman hok 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Penyiangan hok 20 25 20 15 10 10 10 10 10 10 5 5 5 5 5 - Pengendalian hama/penyakit hok 9 9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 - Pemangkasan hok 15 15 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Panen hok 8 22 38 56 72 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 - Pasca panen hok 4 11 19 28 36 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 3. Peralatan set 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Output ton 0,8 2,2 3,8 5,6 7,2 8,4 8,4 8,4 8,4 8,4 8,4 8,4 8,4 8,4 8,4
19
Lampiran 2b. Biaya dan Pendapatan Usahatani Jarak Pagar dengan Pola Tanam Monokultur Petani Luas di NTB (populasi tanaman 2.500 pohon/ha) Harga Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Biaya (Rp/sat) 1. Bahan a. Bibit 750 2250000 150000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 b. Pupuk - Urea 1250 187500 187500 187500 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 - SP36 1600 240000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 - KCl 2100 105000 105000 105000 210000 210000 210000 210000 210000 210000 210000 210000 210000 210000 210000 210000 - Pupuk kandang 50 100000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 c. Obat-obatan: 50000 0 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 2. Tenaga Kerja - Pembukaan/pengol lahan 20000 1000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pembuatan lubang tanaman 20000 600000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Tanam 15000 225000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pemupukan 20000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 - Penyulaman 20000 0 80000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Penyiangan 15000 300000 375000 300000 225000 150000 150000 150000 150000 150000 150000 75000 75000 75000 75000 75000 - Pengendalian hama/penyakit 20000 180000 180000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 - Pemangkasan 20000 300000 300000 160000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Panen 15000 120000 330000 570000 840000 1080000 1260000 1260000 1260000 1260000 1260000 1260000 1260000 1260000 1260000 1260000 - Pasca panen 15000 60000 165000 285000 420000 540000 630000 630000 630000 630000 630000 630000 630000 630000 630000 630000 3. Peralatan 180000 180000 180000 180000 180000 180000 180000 180000 180000 180000 180000 180000 180000 180000 180000 180000 4. Biaya lain-lain - Sewa lahan 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 - Bunga deposito (8%/th) 339240 117480 104360 123200 132320 140960 140960 140960 140960 140960 138560 138560 138560 138560 138560 5. Total biaya 6596740 2789980 2591860 2948200 3242320 3520960 3520960 3520960 3520960 3520960 3443560 3443560 3443560 3443560 3443560 Output 452 361600 994400 1717600 2531200 3254400 3796800 3796800 3796800 3796800 3796800 3796800 3796800 3796800 3796800 3796800 Keuntungan 6235140 1795580 -874260 -417000 12080 275840 275840 275840 275840 275840 353240 353240 353240 353240 353240
20 Lampiran 3a. Kebutuhan Fisik Input dan Output Usahatani Jarak Pagar dengan Pola Tanam Monokultur Petani Luas di Jatim (populasi tanaman 2.500 pohon/ha) Satuan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Input: 1. Bahan a. Bibit batang 2500 500 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 b. Pupuk - Urea kg 150 150 150 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 - SP36 kg 50 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 - KCl kg 50 50 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 - Pupuk kandang kg 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 c. Obat-obatan: liter 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2. Tenaga Kerja - Pembukaan/pengol lahan hok 42 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pembuatan lubang tanaman hok 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Tanam hok 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pemupukan hok 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 - Penyulaman hok 4 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Penyiangan hok 15 20 20 10 10 10 10 10 10 10 5 5 5 5 5 - Pengendalian hama/penyakit hok 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 - Pemangkasan hok 5 10 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Panen hok 6 15 32 45 54 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62 - Pasca panen hok 3 8 16 23 27 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 3. Peralatan set 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Output ton 0,6 1,5 3,2 4,5 5,4 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2
21 Lampiran 3b. Biaya dan Pendapatan Usahatani Jarak Pagar dengan Pola Tanam Monokultur Petani Luas di NTB (populasi tanaman 2.500 pohon/ha) Harga Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Biaya (Rp/sat)
1. Bahan a. Bibit 750 1875000 375000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 b. Pupuk - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Urea 1250 187500 187500 187500 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 - SP36 1600 80000 80000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 - KCl 2100 105000 105000 105000 210000 210000 210000 210000 210000 210000 210000 210000 210000 210000 210000 210000 - Pupuk kandang - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 c. Obat-obatan: 50000 0 0 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 2. Tenaga Kerja - Pembukaan/pengol lahan 20000 840000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pembuatan lubang tanaman 20000 300000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Tanam 15000 150000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pemupukan 20000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 - Penyulaman 20000 80000 40000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Penyiangan 15000 225000 300000 300000 150000 150000 150000 150000 150000 150000 150000 75000 75000 75000 75000 75000 - Pengendalian hama/penyakit 20000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 - Pemangkasan 20000 100000 200000 200000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Panen 15000 90000 225000 480000 675000 810000 930000 930000 930000 930000 930000 930000 930000 930000 930000 930000 - Pasca panen 15000 45000 112500 240000 337500 405000 465000 465000 465000 465000 465000 465000 465000 465000 465000 465000 3. Peralatan 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 4. Biaya lain-lain - Sewa lahan 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 250000 - Bunga deposito (8%/th) 254360 103880 95240 106800 113280 119040 119040 119040 119040 119040 116640 116640 116640 116640 116640 5. Total biaya 4901860 2298880 2387740 2509300 2718280 2904040 2904040 2904040 2904040 2904040 2826640 2826640 2826640 2826640 2826640 Output 452 271200 678000 1446400 2034000 2440800 2802400 2802400 2802400 2802400 2802400 2802400 2802400 2802400 2802400 2802400 Keuntungan -4630660 -1620880 -941340 -475300 -277480 -101640 -101640 -101640 -101640 -101640 -24240 -24240 -24240 -24240 24240
22 Lampiran 4a. Kebutuhan Fisik Input dan Output Usahatani Jarak Pagar dengan Pola Tanam Monokultur Perusahaan Besar di Jateng (populasi tanaman 1.666 pohon/ha), Kasus PTP XII Satuan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Input: 1. Bahan a. Bibit batang 2000 500 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 b. Pupuk - Urea kg 100 100 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 - SP36 kg 50 50 50 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 - KCl kg 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 - Pupuk kandang kg 1500 1500 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 c. Obat-obatan: liter 0 0 0 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2. Tenaga Kerja - Pembukaan/pengol lahan hok 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pembuatan lubang tanaman hok 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Tanam hok 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pemupukan hok 12 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 - Penyulaman hok 4 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Penyiangan hok 15 20 20 10 10 10 10 10 10 10 5 5 5 5 5 - Pengendalian hama/penyakit hok 8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 - Pemangkasan hok 8 10 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Panen hok 5 12 30 44 51 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 - Pasca panen hok 3 6 15 22 25,5 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 3. Peralatan set 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Output ton 0,5 1,2 3,0 4,4 5,1 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
23 Lampiran 4b. Biaya dan Pendapatan Usahatani Jarak Pagar dengan Pola Tanam Monokultur Perusanaan besar di Jateng (populasi tanaman 1.666 pohon/ha) Kasus PTP XII Harga Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Biaya (Rp/sat) 1. Bahan a. Bibit 750 1500000 375000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 b. Pupuk
- Urea 1250 125000 125000 187500 187500 187500 187500 187500 187500 187500 187500 187500 187500 187500 187500 187500 - SP36 1600 80000 80000 80000 80000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 160000 - KCl 2100 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 - Pupuk kandang - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 c. Obat-obatan: 50000 0 0 0 50000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 2. Tenaga Kerja - Pembukaan/pengol lahan 20000 800000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pembuatan lubang tanaman 20000 400000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Tanam 15000 150000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pemupukan 20000 240000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 - Penyulaman 20000 80000 40000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Penyiangan 15000 225000 300000 300000 150000 150000 150000 150000 150000 150000 150000 75000 75000 75000 75000 75000 - Pengendalian hama/penyakit 20000 160000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 - Pemangkasan 20000 160000 200000 200000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Panen 15000 75000 180000 450000 660000 765000 900000 900000 900000 900000 900000 900000 900000 900000 900000 900000 - Pasca panen 15000 45000 90000 225000 330000 382500 450000 450000 450000 450000 450000 450000 450000 450000 450000 450000 3. Peralatan 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 120000 4. Biaya lain-lain - Sewa lahan 500000 500000 500000 500000 500000 500000 500000 500000 500000 500000 500000 500000 500000 500000 500000 500000 - Bunga deposito (8%/th) 229120 96720 83400 86280 101720 108200 108200 108200 108200 108200 105800 105800 105800 105800 105800 5. Total biaya 4994120 2411720 2450900 2468780 2771720 2980700 2980700 2980700 2980700 2980700 2903300 2903300 2903300 2903300 2903300 Output 452 226000 542400 1356000 1988800 2305200 2712000 2712000 2712000 2712000 2712000 2712000 2712000 2712000 2712000 2712000 Keuntungan 4768120 1869320 1094900 -479980 -466520 -268700 -268700 -268700 -268700 -268700 -191300 -191300 -191300 -191300 -191300
24 Lampiran 5a. Kebutuhan Fisik Input dan Output Usahatani Jarak Pagar dengan Pola Tanam Tumpangsari Petani Luas di NTB (populasi tanaman 2.222 pohon/ha). Satuan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Input: 1. Bahan a. Bibit - Jarak pagar batang 2000 600 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Jagung kg 40 25 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 b. Pupuk - Urea kg 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 - SP36 kg 100 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 - KCl kg 0 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 - Pupuk kandang kg 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 c. Obat-obatan: liter 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2. Tenaga Kerja - Pembukaan/pengol lahan hok 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pembuatan lubang tanaman hok 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Tanam hok 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pemupukan hok 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 - Penyulaman hok 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Penyiangan hok 14 20 20 10 10 10 10 10 10 10 5 5 5 5 5 - Pengendalian hama/penyakit hok 6 6 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pemangkasan hok 8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 - Panen hok 11 14,5 29,2 38 46 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 - Pasca panen hok 4,9 6,9 14,38 19 23 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 3. Peralatan set 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Output - Jagung ton 1,2 0,7 0,4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Jarak pagar ton 0,5 1,1 2,7 3,8 4,6 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2
25 Lampiran 5b. Biaya dan Pendapatan Usahatani Jarak Pagar dengan Pola Tanam Tumpangsari Petani Luas di NTB (populasi tanaman 2.222 pohon/ha). Harga Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Biaya (Rp/sat)
1. Bahan a. Bibit - Jarak pagar 750 1500000 450000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Jagung 2000 80000 50000 20000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 b. Pupuk - Urea 1250 125000 125000 125000 125000 125000 125000 125000 125000 125000 125000 125000 125000 125000 125000 125000 - SP36 1600 160000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 - KCl 2100 0 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 105000 - Pupuk kandang 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 c. Obat-obatan: 30000 0 0 0 30000 30000 30000 30000 30000 30000 30000 30000 30000 30000 30000 30000 2. Tenaga Kerja - Pembukaan/pengol lahan 20000 600000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pembuatan lubang tanaman 20000 300000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Tanam 15000 150000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pemupukan 20000 120000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 - Penyulaman 20000 40000 40000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Penyiangan 15000 210000 300000 300000 150000 150000 150000 150000 150000 150000 150000 75000 75000 75000 75000 75000 - Pengendalian hama/penyakit 20000 120000 120000 120000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Pemangkasan 20000 160000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 80000 - Panen 15000 165000 217500 438000 570000 690000 780000 780000 780000 780000 780000 780000 780000 780000 780000 780000 - Pasca panen 15000 73500 103500 215700 285000 345000 390000 390000 390000 390000 390000 390000 390000 390000 390000 390000 3. Peralatan 100.000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 4. Biaya lain-lain - Sewa lahan 350000 350000 350000 350000 350000 350000 350000 350000 350000 350000 350000 350000 350000 350000 350000 350000 - Bunga deposito (8%/th) 382312 186192 180574 173680 193840 208960 208960 208960 208960 208960 200560 200560 200560 200560 200560 5. Total biaya 4635812 2387192 2194274 2128680 2328840 2478960 2478960 2478960 2478960 2478960 2395560 2395560 2395560 2395560 2395560 Output - Jagung 1000 1200000 700000 440000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Jarak pagar 452 226000 497200 1220400 1717600 2079200 2350400 2350400 2350400 2350400 2350400 2350400 2350400 2350400 2350400 2350400 - Total 1426000 1197200 1660400 1717600 2079200 2350400 2350400 2350400 2350400 2350400 2350400 2350400 2350400 2350400 2350400
26