PERJALANAN FILSAFAT DI ABAD PERTENGAHAN Filasafat Yunani yang menelurkan banyak pemikir ulung, memiliki tempat yang cukup berpengaruh pada perkembangan ilmu filsafat di abad pertengahan. Pada masa itu, perkembangan kehidupan di dunia tidak bisa lepas dari dua agama besar yang saat itu saling mempengaruhi, Islam dan Nasrani. Masyarakat tersebut memiliki kontribusi besar dalam perkembangan dunia selanjutnya. Keistimewaan yang ditawarkan oleh para filsuf Yunani adalah bagaimana keberagaman sudut pandang yang memperkaya ilmu filsafat itu sendiri. Dari membaca bagian ini, kita kemudian memiliki pertanyaan-pertanyaan tertentu, misalnya mengenai mengapa sejarah islam di abad pertengahan tidak terlalu banyak mengangkat nama Heraklitos dan Demokritos, kemudian apakah menurut masyarakat pada masa itu Plato tampaknya lebih “hebat” dari pada kedua tokoh tersebut. pertanyaan- pertanyaan seperti ini merupakan hasil dari suksesnya stimulus yang diberikan oleh Tan Malaka. Beralih pada paragraf selanjutnya, sebagai masyarakat islam, sudah sepatutnya saya bangga, bahwa nenek moyang saya pada abad pertengahan merupakan orang-orang tangguh yang memiliki pemikiran yang sangat maju tentang memaknai kehidupan. Tan Malaka menjelaskan bahwa, di Arab pada masa itu terdapat sekelompok orang-orang yang menjalani kehidupan secara ilegal tetapi memiliki hasil pemikiran yang ditakuti bahkan oleh bangsa Eropa. Keterangan itu dapat menajdi pacuan bagi masyarakat islam sekarang, tanpa berniat menonjolkan suatu agamapun, saya masih takjub dengan keistimewaan bangsa islam, lihat saja Ibnu sina, Ibnu Rsyd, Al-jabar, dll. Banyak hal di dunia yang dipengaruhi hasil pemikiran mereka, bukan hanya ilmu pengetahuan empirik bahkan filsafatnya. Tetapi kenyataannya sekarang, entah mengapa identitas islam yang semula dikenal sebagai golongan jenius berubah menjadi golongan yang identik dengan sekarang ini. Dari golongan Nasrani, pada masa ini kekuasaan agama masih begitu berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan filasafat, khususnya di kawasan Eropa. Adanya tren perbudakan membuat para pemikir ahli terbatas hanya dari kaum agamis yang berada di gereja saja, karena mereka yang diluar gereja terlalu disibukkan dengan urusan melayani orang lain, daripada memikirkan halhal yang tidak mengenyangkan seperti filsafat. Sedikit menambahkan dari pembahasan Tan Malaka mengenai bagian Agama, Filsafat dan Pengetahuan
empirik, pada bagian tersebut Tan Malaka telah memberikan sedikit kata kunci bahwa
dalam
perkembangan
filsafat
agama
dan
pengetahuan
empirik
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari prosesnya, karena ketiga saling mempengaruhi. Peranan masing-masing aspek menjadi ciri khas suatu zaman, yang saling berkaitan, seperti yang dikemukakan pada bagian akhir dari bahan bacaan yang membingungkan ini.