Corak Dan Ciri Filsafat Abad Pertengahan Dan Abad Modern.docx

  • Uploaded by: Inestya Snellius
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Corak Dan Ciri Filsafat Abad Pertengahan Dan Abad Modern.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 979
  • Pages: 2
Corak dan Ciri Filsafat Abad Pertengahan dan Abad Modern Filsafat abad pertengahan yang pada umumnya disebut dengan abad filsafat skolastik. Kata skolastik berasal dari kata schuler yang memiliki arti sekolahan atau ajaran. Kata skolastik belakangan menjadi istilah bagi filsafat pada abad ke 9-15. Pada abad pertengahan ini, filsafat memiliki corak khusus yakni filsafat yang dipengaruhi agama. Pada zaman ini filsafat dicirikan memiliki kaitan erat antara agama Kristen dan filsafat sehingga bisa dibilang bahwa filsafat abad pertengahan merupakan sebuah filsafat agama yang dasarnya ialah agama kristiani. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan sebab mengajarkan bahwa wahyu Tuhan ialah kebenaran yang sejati. Ini berlawanan dengan pandangan yunani kuno yaitu kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal sebab belum mengenal adanya wahyu. Abad pertengahan juga disebut sebagai abad kegelapan, pada zaman ini seluruhnya mendeskripsikan corak pemikiran filsafat dan keilmuan yang dibuat sesuai dengan perkembangan peradaban Kristen. Filsafat abad modern merupakan tanda berakhirnya era skolastik dan diawali dengan zaman Renaisanse di Eropa. Zaman ini muncul sekitar abad ke-17 hingga awal abad ke 20. Zaman ini memiliki beberapa perbedaan pandangan mengenai jiwa dengan abad pertengahan. Ada dua hal penting yang menandai abad modern, yaitu jatuhnya pengaruh gereja dan dan menguatnya pengaruh ilmu pengetahuan. Kedua hal ini merupakan dasar penjelasnya. Negaranegara mulai menggantikan gereja sebagai kekuasaan politik yang mengatur kebudayaan. Renaisans Menurut Ahmad Tafsir, Renaisans berasal dari bahasa perancis yakni kata re dan nasci yang artinya lahir kembali (rebirth). Pada umumnya istilah ini digunakan oleh sejarawan untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, terutama yang terjadi di Eropa, dan lebih utamanya di Italia, sepanjang abad ke 15 dan ke 16. (Ahmad Tafsir, 1990: 124-125). Yang dimaksud ialah kelahiran kembali budaya klasik khususnya budaya Yunani kuno dan budaya Romawi kuno. Pemakaian kata Renaissance awalnya dilakukan oleh Jules Michelet, seorang sejarawan Perancis yang lahir pada abad ke-18 dan mulai dikenal dunia Barat pada abad ke-19 karena karyanya yang berjudul “History of France”. Karya ini menekankan bahwa masa romatik Abad Pertengahan bukanl tidak berguna sama sekali untuk perkembangan kebudayaan Barat. Di dalam buku “History of France” dapat ditemukan kata Renaissance yang digunakan untuk menyebutkan zaman setelah Abad Pertengahan. Menurut Jules Michelet, Abad Pertengahan ditandai oleh faktor dogmatis, sedangkan manusia Renaissance ditandai oleh faktor humanis. Jadi Renaisans merupakan suatu gerakan yang meliputi suatu zaman dimana orang merasa seperti dilahirkan kembali dalam keadaban. Gerakan ini juga menunjuk pada zaman dimana ditekankan independensi dan kedaulatan manusia dalam berpikir, berkreasi serta mengembangkan ilmu pengetahuan, seni maupun sastra. Latar belakang yang menjadi alasan munculnya Renaisans ialah Eropa mengalami masa kegagalan karena kepentingan pemikiran yang dipengaruhi oleh pemimpin-pemimpin gereja. Middle Age ialah zaman dimana Eropa sedang mengalami masa suram. Berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Pengaruh gereja sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat mengatur berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Bagaikan raja tidak memiliki kekuasaan, tetapi malah gereja yang mengatur pemerintahan. Berbagai kebijakan diberlakukan demi kepentingan gereja, tetapi hal-hal yang merugikan gereka akan mendapat balasan yang sangat kejam. Sementara itu, menurut latar belakang munculnya Renaisans apabila diamati terdiri dari beberapa aspek yaitu sebagai berikut :

1. Kondisi sosial yakni kehidupan masyarakat Eropa yang pada masa itu sangat terikat pada doktrin gereja. Seluruh kegiatan hidup sehari-hari ditujukan untuk akhirat. Masyarakat kehilangan kebebasan untuk menentukan pribadinya serta kehilangan harga diri. Kehidupan manusia tidak tentram sebab selalu diawasi oleh intelijen gereja, sehingga menimbulkan sikap saling mencurigai dalam masyarakat. 2. Kondisi budaya yakni pembatasan kebebasan seni dalam pengertian bahwa seni hanya diperbolehkan mengenai tokoh-tokoh Injil dan kehebatan gereja. Semua kreatifitas seni ditujukan untuk kehidupan akhirat sehingga budaya tidak berkembang. Demikian juga dalam bidang ilmu pengetahuan sebab seluruh kebenaran hanya kebenaran gereja. 3. Kondisi politik yakni raja yang secara teoritis ialah sentral kekuasaan politik dalam negara, kenyataannya merupakan juru damai. Kekuasaan politik ada pada kelompok bangsawan dan kelompok gereja. Keduanya memunyai pasukan militer yang sewaktuwaktu dapat dipakai untuk melancarkan ambisinya. Pada saat tertentu kekuatan militer kaum bangsawan dan kaum gereja lebih kuat dari kekuatan militer milik raja. 4. Kondisi ekonomi yakni abad pertengahan berlaku sistem ekonomi tertutup sebab yang menguasai perekonomian hanya golongan penguasa. Kondisi-kondisi tersebut mengakibatkan masyarakat Eropa terkungkung dan tidak memunyai harga diri yang pantas. Oleh sebab muncuk upaya-upaya untuk keluar dari keadaan tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat usaha untuk keluar dari kondisi Abad Pertengahan menjadi latar belakang munculnya Renaissance, sebagai berikut: 1. Kehidupan sosial masyarakat Eropa yang tidak lagi mau terbelenggu oleh ikatan gereja. Masyaraat memalingkan diri dari kehidupan akhirat menuju keduniaan sehingga kekuasaan gereja menurun. Kehidupan materialistis semakin berkembang mendesak kehidupan keagamaan. 2. Masyarakat berpacu memasuki kawasan kota dagang dan kota industri, menjadi buruh agar mengubah kehidupan ekonomi ke arah yang lebih baik. Para petani yang pada Abad Pertengahan setia mengerjakan tanah para bangsawan feodal, kini hilang berganti dengan golongan masyarakat baru yang menjadi buruh pabrik. 3. Sejalan dengan arus urbanisasi, fungsi kota pun berubah dari fungsi politis menjadi pusat perdagangan dan industri. 4. Timbulnya kaum borjuis sebagai kelompok baru yang kaya dan dapat menyaingi kaum bangsawan. Kelompok borjuis yang mempengaruhi perdagangan tidak suka pada kelompok bangsawan dan gereja, sehingga hanya mau membayar pajak kepada raja. Akhirnya raja kembali memegang kekuasaan politik tertinggi yang dipatuhi perintahnya oleh semua lapisan masyarakat. 5. Naskah-naskah ilmu pengetahuan Yunani dan Romawi Kuno ditemukan kembali oleh masyarakat Barat yang dibawa lari oleh ilmuwan dari Konstantinopel ke Italia sesudah Konstantinopel jatuh ke tangan Turki. 6. Timbulnya kota-kota dagang yang makmur akibat perdagangan mengubah perasaan pesimistis (zaman Abad Pertengahan) menjadi optimistis. Hal ini juga menjadi penyebab dihapuskannya sistem stratifikasi sosial masyarakat agraris yang feodalistik. Maka kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan feodal menjadi masyarakat yang bebas. Termasuk kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan agama sehingga menemukan dirinya sendiri dan fokus untuk kemajuan diri sendiri. Antroposentrisme menjadi pandangan hidup dengan humanisme menjadi pegangan sehari-hari. Selain itu dukungan dari keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan semangat Renaisans sehingga menyebar ke seluruh Italia dan Eropa. DAFTAR PUSTAKA Andry Martha. 2014. Filsafat Abad Pertengahan. Makalah. Beny Maulana,dkk. 2018. Filsafat Modern. Makalah. Fatikah Rahmah. 2014. Makalah Renaisans. Makalah.

Related Documents


More Documents from ""