Faktor Penyebab Masalah Gizi Pada Usia Remaja.docx

  • Uploaded by: Ayu Puspita Febrindari
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Faktor Penyebab Masalah Gizi Pada Usia Remaja.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,345
  • Pages: 11
Faktor Penyebab Masalah Gizi Pada Usia Remaja Berbagai bentuk gangguan gizi pada usia remaja sering terjadi. Selain kekurangan energi dan protein, anemia gizi dan defisiensi berbagai vitamin juga sering terjadi. Sebaliknya juga masalah gizi berlebih(overnutrition) yang ditandai oleh tingginya angka obesitas pada remaja terutama di kota-kota besar. Berbagai faktor yang memicu terjadinya masalah gizi pada usia remaja antara lain adalah: (+) Kebiasaan makan yang buruk Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan keluarga yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terus terjadi pada usia remaja. Mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan dampak tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka. (+) Pemahaman gizi yang keliru Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja terutama remaja putri. Hal itu sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara keliru. Sehingga kebutuhan gizi mereka tak terpenuhi. Hanya makan sekali sehari atau makan makanan seadanya, tidak makan nasi merupakan penerapan prinsip pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya gangguan gizi. (+) Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja menyebabkan kebutuhan gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti itu biasanya terkait dengan “mode” yang tengah marak dikalangan remaja. Di tahun 1960an misalnya remaja-remaja di Amerika Serikat sangat menggandrungi makanan berupa hotdog dan minuman bersoda. Kebiasaan ini kemudian menjalar ke remajaremaja di berbagai negara lain termasuk di Indonesia.

(+) Promosi yang berlebihan melalui media massa Usia remaja merupakan usia disana mereka sangat mudah tertarik pada hal-hal yang baru. Kondisi itu dimanfaatkan oleh pengusahan makanan dengan mempromosikan produk makanan mereka, dengan cara yang sangat mempengaruhi para remaja. Lebih-lebih jika promosi itu dilakukan dengan menggunakan bintang film yang menjadi idola mereka. (+) Masuknya produk-produk makanan baru yang berasal dari negara lain secara bebas membawa pengaruh terhadap kebiasaan makanan para remaja. Jenis-jenis makanan siap santap (fast food) yang berasal dari negara barat seperti hotdog, pizza, hamburger, fried chichken, dan french fries, berbagai jenis makanan berupa kripik

yang tergolong junk food sering dianggap sebagai tren yang harus dikuti oleh para remaja. Berbagai jenis fast food danjunk food berbahaya untuk kesehatan karena kadar lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi disamping kadar garam. Zat-zat gizi itu memicu terjadinya berbagai penyakit kardiovaskuler pada usia muda. Penyebab masalah gizi pada remaja Masalah gizi yang terjadi pada remaja umumnya disebabkan oleh satu sumber utama yaitu pola makan yang kurang tepat. Pola makan yang kurang tepat pada remaja, secara garis besar dipengaruhi dua hal, antara lain faktor lingkungan dan faktor personal atau individu dari remaja itu sendiri. Berikut kami sajikan sebuah model yang menunjukkan factor-faktor yang mempengaruhi pola makan pada remaja, yang diadaptasi dari Story M, Alton I (1996).

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Jenis-jenis masalah gizi pada remaja Perilaku makan yang kurang tepat dapat membawa dampak negative terhadap kesehatan atau status gizi remaja. Berikut beberapa masalah gizi yang dapat dialami oleh remaja. Kelebihan berat badan atau obesitas Kekurangan berat badan Anemia zat besi atau kurang darah Hyperlipidemia Hipertensi Anorexia dan bulimia nervosa Body image Diabetes mellitus Gangguan kesehatan reproduksi . Sumber : Jamie Stang and Mary Story (2005) Guidelines for Adolescent Nutrition Services. Center for Leadership, Education, and Training in Maternal and Child Nutrition, Division of Epidemiology and Community Health, School of Public Health, University of Minnesota - See more at: http://manjilala.info/masalah-gizi-pada-remaja/#sthash.hAv0ZNDR.dpuf

Nutrisi Pada Remaja Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal karena nutrisi dan pertumbuhan merupakan hubungan integral. Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual dan hambatan pertumbuhan linear. Pada masa ini pula nutrisi penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan osteoporosis. Sebelum masa remaja, kebutuhan nutrisi anak lelaki dan anak perempuan tidak dibedakan, tetapi pada masa remaja terjadi perubahan biologik dan fisiologik tubuh yang spesifik sesuai gender (gender specific) sehingga kebutuhan nutrienpun menjadi berlainan. Sebagai contoh, remaja perempuan membutuhkan zat besi lebih banyak karena mengalami menstruasi setiap bulan. Selain perubahan biologik dan fisiologik, remaja juga mengalami perubahan psikologik dan sosial. Terdapat variasi waktu dan lamanya berlangsung masa transisi dari anak menjadi manusia dewasa yang dipengaruhi oleh faktor sosio-kultural dan ekonomi. Selain itu, remaja bukanlah kelompok yang homogen walaupun berada dalam lingkungan sosio-kultural yang sama dengan variasi lebar dalam hal perkembangan, maturitas dan gaya hidup. Penelitian Blum (1991) pada remaja 15-18 tahun, didapatkan bahwa remaja lelaki lebih percaya diri, merasa lebih bahagia dan sehat serta lebih tidak rentan dibandingkan remaja perempuan yang cenderung merasa kurang puas akan keadaan tubuhnya, kepribadian serta kesehatannya. Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah. Kebutuhan nutrisi Tingginya kebutuhan energi dan nutrien pada remaja dikarenakan perubahan dan pertambahan berbagai dimensi tubuh (berat badan, tinggi badan), massa tubuh serta komposisi tubuh sebagai berikut: Tinggi badan  

Sekitar 15 – 20% tinggi badan dewasa dicapai pada masa remaja. Percepatan tumbuh anak lelaki terjadi lebih belakangan serta puncak ypercepatan lebih tinggi dibanding anak perempuan. Pertumbuhan linear dapat melambat atau terhambat bila kecukupan makanan / energi sangat kurang atau energy expenditure meningkat misal pada atlet. Berat badan

 

Sekitar 25 – 50% final berat badan ideal dewasa dicapai pada masa remaja. Waktu pencapaian dan jumlah penambahan berat badan sangat dipengaruhi yasupan makanan / energi dan energy expenditure. Komposisi tubuh



Pada masa pra-pubertas proporsi jaringan lemak dan otot maupun massa ytubuh tanpa lemak (lean body mass) pada anak lelaki dan perempuan sama.



  



Anak lelaki yang sedang tumbuh pesat, penambahan jaringan otot lebih ybanyak daripada jaringan lemak secara proporsional, demikian pula massa tubuh tanpa lemak dibanding anak perempuan. Jumlah jaringan lemak tubuh pada orang dewasa normal adalah 23% pada yperempuan dan 15% pada lelaki. Sekitar 45% tambahan massa tulang terjadi pada masa remaja dan pada yakhir dekade kedua kehidupan 90% massa tulang tercapai. Terjadi kegagalan penambahan massa tulang pada perempuan dengan ypubertas terlambat sehingga kepadatan tulang lebih rendah pada masa dewasa. Nutrisi merupakan salah satu faktor lingkungan yang turut menentukan awitan pubertas. Pemantauan pertumbuhan selama pubertas dapat menggunakan indeks TB/U, BB/TB dan IMT/U (indeks massa tubuh menurut umur). Rumus IMT = BB/TB. Nutrisi pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi beberapa hal di bawah ini:

1. Mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif serta maturasi seksual. 2. Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil. 3. Mencegah awitan penyakit terkait makanan seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, osteoporosis dan kanker. 4. Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat. Pada remaja yang sedang mengalami pertumbuhan fisik pesat serta perkembangan dan maturasi seksual, pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan hal yang mutlak dan hakiki. Defisiensi energi dan nutrien yang terjadi pada masa ini dapat berdampak negatif yang dapat melanjut sampai dewasa. Kebutuhan nutrisi remaja dibahas berikut ini: Energi Kebutuhan energi remaja dipengaruhi oleh aktivitas, metabolisme basal dan peningkatan kebutuhan untuk menunjang percepatan tumbuh-kembang masa remaja. Metabolisme basal (MB) sangat berhubungan erat dengan jumlah massa tubuh tanpa lemak (lean body mass) sehingga MB pada lelaki lebih tinggi daripada perempuan yang komposisi tubuhnya mengandung lemak lebih banyak. Karena usia saat terjadinya percepatan tumbuh sangat bervariasi, maka perhitungan kebutuhan energi berdasarkan tinggi badan (TB) akan lebih sesuai. Percepatan tumbuh pada remaja sangat rentan terhadap kekurangan energi dan nutrien sehingga kekurangan energi dan nutrien kronik pada masa ini dapat berakibat terjadinya keterlambatan pubertas dan atau hambatan pertumbuhan. Protein Kebutuhan protein pada remaja ditentukan oleh jumlah protein untuk rumatan masa tubuh tanpa lemak dan jumlah protein yang dibutuhkan untuk peningkatan massa tubuh tanpa lemak selama percepatan tumbuh. Kebutuhan protein tertinggi pada saat puncak percepatan tinggi terjadi (perempuan 11-14 tahun, lelaki 15-18 tahun) dan kekurangan asupan protein secara konsisten pada masa ini dapat berakibat pertumbuhan linear berkurang, keterlambatan maturasi seksual serta berkurangnya akumulasi massa tubuh tanpa lemak. Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan, selain juga sebagai sumber serat makanan. Jumlah yang dianjurkan adalah 50% atau lebih dari energi total serta tidak lebih dari 10-25% berasal dari karbohidrat sederhana seperti sukrosa atau fruktosa.

Di Amerika Serikat, konsumsi minuman ringan (soft drinks) memasok lebih dari 12% kalori yang berasal dari karbohidrat dan konsumsinya meningkat 3 kali lipat pada dua dekade terakhir ini. Penelitian Josep di Jakarta (2010) pada remaja siswa SMP didapatkan bahwa siswa yang mengonsumsi minuman bersoda 3-4 kali per minggu berisiko untuk terjadi gizi lebih. Lemak Tubuh manusia memerlukan lemak dan asam lemak esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Pedoman makanan di berbagai negara termasuk Indonesia (gizi seimbang), menganjurkan konsumsi lemak tidak lebih dari 30% dari energi total dan tidak lebih dari 10% berasal dari lemak jenuh. Sumber utama lemak dan lemak jenuh adalah susu, daging (berlemak), keju, mentega / margarin, dan makanan seperti cake, donat, kue sejenis dan es krim, dan lain-lain. Mineral Kalsium (Ca). Kebutuhan kalsium pada masa remaja merupakan yang tertinggi dalam kurun waktu kehidupan karena remaja mengalami pertumbuhan skeletal yang dramatis. Sekitar 45% dari puncak pembentukan massa tulang berlangsung pada masa remaja, sehingga kecukupan asupan kalsium menjadi sangat penting untuk kepadatan masa tulang serta mencegah risiko fraktur dan osteoporosis. Pada usia 17 tahun, remaja telah mencapai hampir 90% dari masa tulang dewasa, sehingga masa remaja merupakan peluang (window of opportunity) untuk perkembangan optimal tulang dan kesehatan masa depan. Angka kecukupan asupan kalsium yang dianjurkan untuk kelompok remaja adalah 1.300 mg per hari. Susu merupakan sumber kalsium terbaik, disusul keju, es krim, yogurt. Kini banyak makanan dan minuman yang difortifikasi dengan kalsium yang setara dengan kandungan kalsium pada susu (300mg per saji). Terdapat pula kalsium dalam bentuk sediaan farmasi (dalam bentuk karbonat, sitrat, laktat atau fosfat) dengan absorpsi sekitar 25-35%. Preparat kalsium akan diabsorpsi lebih efisien bila dikonsumsi bersama makanan dengan dosis tidak lebih dari 500 mg. Zat besi (Fe). Seperti halnya kalsium, kebutuhan zat besi pada remaja baik perempuan maupun lelaki meningkat sejalan dengan cepatnya pertumbuhan dan bertambahnya massa otot dan volume darah. Pada remaja perempuan kebutuhan lebih banyak dengan adanya menstruasi. Kebutuhan pada remaja lelaki 10-12 mg/hari dan perempuan 15 mg/hari. Besi dalam bentuk ‘heme’ yang terdapat pada sumber hewani lebih mudah diserap dibanding besi non-heme yang terdapat pada biji-bijian atau sayuran. Seng (Zn).Seng berperan sebagai metalo-enzyme pada proses metabolisme serta penting pada pembentukan protein dan ekspresi gen. Konsumsi seng yang adekuat penting untuk proses percepatan tumbuh dan maturasi seksual. Seperti halnya dengan kekurangan energi dan protein, kekurangan seng dapat mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan dan kematangan seksual. Daging merah, kerang dan biji-bijian utuh merupakan sumber seng yang baik. Vitamin Vitamin A. Selain penting untuk fungsi penglihatan, vitamin A juga diperlukan untuk pertumbuhan, reproduksi dan fungsi imunologik. Kekurangan vitamin A awal ditandai dengan adanya buta senja. Sumber vitamin A utama : serealia siap saji, susu, wortel, margarin dan keju. Sumber β- karoten sebagai pro-vitamin A yang sering dikonsumsi remaja berupa wortel, tomat, bayam dan sayuran hijau lain, ubi jalar merah dan susu.

Vitamin E. Vitamin E dikenal sebagai antioksidan yang penting pada remaja karena pesatnya pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin E merupakan tantangan karena makanan sumber vitamin E umumnya mengandung lemak tinggi. Vitamin C . Keterlibatannya dalam pembentukan kolagen dan jaringan ikat menyebabkan vitamin ini menjadi penting pada masa percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Status vitamin C pada remaja perokok lebih rendah walaupun telah mengonsumsinya dalam jumlah cukup dikarenakan stres oksidatif sehingga mereka memerlukan tambahan vitamin C hingga 35 mg per hari. Folat. Folat berperan pada sintesis DNA, RNA dan protein sehingga kebutuhan folat meningkat pada masa remaja. Kekurangan folat menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik dan kecukupan folat pada masa sebelum dan selama kehamilan dapat mengurangi kejadian spina bifida pada bayi. Lain-lain Serat (fiber). Serat makanan penting untuk menjaga fungsi normal usus dan mungkin berperan dalam pencegahan penyakit kronik seperti kanker, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus tipe-2. Asupan serat yang cukup juga diduga dapat menurunkan kadar kolesterol darah, menjaga kadar gula darah dan mengurangi risiko terjadinya obesitas. Kebutuhan serat per hari dapat dihitung dengan rumus : ( umur + 5 ) gram dengan batas atas sebesar ( umur + 10 ) gram. Masalah nutrisi pada remaja Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah dan gaya hidup. Laporan hasil beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kebanyakan remaja kekurangan vitamin dan mineral dalam makanannya antara lain folat, vitamin A dan E, Fe, Zn, Mg, kalsium dan serat. Hal ini lebih nyata pada perempuan dibanding lelaki, tetapi sebaliknya tentang asupan makanan yang berlebih (lemak total, lemak jenuh, kolesterol, garam dan gula) terjadi lebih banyak pada lelaki daripada perempuan. Isu masalah nutrisi pada remaja 1. Defisiensi besi, anemia defisiensi besi dan defisiensi mikronutrien lain. Anemia merupakan masalah nutrisi utama pada remaja dan umumnya pola makan salah sebagai penyebabnya di samping infeksi dan menstruasi. Prevalensi anemia pada remaja cukup tinggi. Sukarjo dkk di Jawa Timur (2001) mendapatkan prevalensi sebesar 25.8% pada remaja perempuan dan 12.1% pada remaja lelaki usia 12-15 tahun, sedangkan laporan Sunarno dan Untoro (2002) pada SKRT 1995 menunjukkan angka 45.8% dan 57.1% masing-masing pada anak sekolah lelaki dan perempuan usia 10-14 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan defisiensi besi dengan gangguan proses kognitif yang membaik setelah mendapat suplementasi zat besi. 2. Gizi kurang dan perawakan pendek Perawakan pendek pada remaja seringkali ditemukan pada populasi dengan kejadian malnutrisi tinggi, prevalensi berkisar antara 27 – 65% pada 11 studi oleh ICRW (International Centre for Research on Women). Gizi kurang kronik yang mengakibatkan perawakan pendek merupakan penyebab terjadinya hambatan pertumbuhan dan maturasi, memperbesar risiko obstetrik, dan berkurangnya kapasitas kerja.

3. Obesitas Obesitas pada masa remaja cenderung menetap hingga dewasa dan makin lama obesitas berlangsung makin besar korelasinya dengan mortalitas dan morbiditas. Obesitas sentral (rasio lingkar pinggang dengan panggul) terbukti berkorelasi terbalik dengan profil lipid padal penelitian longitudinal Bogalusa. Obesitas juga menimbulkan masalah besar kesehatan dan sosial, dan pengobatan tidak saja memerlukan biaya tinggi tetapi seringkali juga tidak efektif. Karenanya pencegahan obesitas menjadi sangat penting dan remaja merupakan target utama. 4. Perilaku dan pola makan remaja. Pola makan remaja seringkali tidak menentu yang merupakan risiko terjadinya masalah nutrisi. Bila tidak ada masalah ekonomi ataupun keterbatasan pangan, maka faktor psiko-sosial merupakan penentu dalam memilih makanan. Gambaran khas pada remaja yaitu : pencarian identitas, upaya untuk ketidaktergantungan dan diterima lingkungannya, kepedulian akan penampilan, rentan terhadap masalah komersial dan tekanan dari teman sekelompok (peer group) serta kurang peduli akan masalah kesehatan, akan mendorong remaja kepada pola makan yang tidak menentu tersebut. Kebiasaan makan yang sering terlihat pada remaja antara lain ngemil (biasanya makanan padat kalori), melewatkan waktu makan terutama sarapan pagi, waktu makan tidak teratur, sering makan fast foods, jarang mengonsumsi sayur dan buah ataupun produk peternakan (dairy foods) serta diet yang salah pada remaja perempuan. Hal tersebut dapt mengakibatkan asupan makanan tidak sesuai kebutuhan dan gizi seimbang dengan akibatnya terjadi gizi kurang atau malahan sebaliknya asupan makanan berlebihan menjadi obesitas. Remaja perempuan cenderung pada asupan makanan yang kurang, terlebih bila terjadi kehamilan. Di negara berkembang, sering terjadi gangguan perilaku makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia terutama pada perempuan yang berkorelasi dengan body image yang negatif. Karenanya penting membangun body image dan self esteem yang positif pada remaja dalam upaya promosi kesehatan dan gizi serta pencegahan obesitas. Ringkasan Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal. Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual dan hambatan pertumbuhan linear. Pada masa ini pula nutrisi penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan osteoporosis. Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah dan gaya hidup. Masalah Kesehatan Remaja 2013 POSTED BY MHASA LALLU POSTED ON 00.07 WITH NO COMMENTS Pada umunya remaja merupakan fase siklus perubahan baik secara fisik maupun mental, dalam proses pertumbuhan menjadi dewasa. Dalam fase ini remaja sudah meninggalkan dunia anak-anak akan tetapi belum bisa disebut dewasa. Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang cepat, munculnya ciri-ciri kelamin sekunder, seperti tumbuhnya bulu-bulu disekitar kelamin, ketiak, pada cowok tumbuh kumis, cambang, jenggot dan bulu dada, suara yang membesar, pada wanita buah dada dan pinggul yang membesar. Perkembangan organ-organ

seksual terjadi untuk persiapan menghasilkan keturunan. Pada masa ini juga terjadi perubahan psikis atau mental emosional. Beberapa fakta tentang remaja sebagai berikut :       

Lebih dari 1,8 juta orang berusia 15 sampai 24 meninggal setiap tahun oleh penyebab yang sebenarnya bisa dicegah. Sekitar 16 juta anak perempuan berusia 15 sampai 19 melahirkan setiap tahun. Orang muda, 15 hingga 24 tahun, menyumbang 40% dari semua infeksi HIV baru di kalangan orang dewasa di tahun 2008. Setiap tahun, sekitar 20% dari remaja akan mengalami masalah kesehatan mental, yang paling sering depresi atau kecemasan. Sekitar 150 juta orang muda pengguna tembakau. Sekitar 565 orang muda berusia 10-29 mati setiap hari melalui kekerasan interpersonal. Kecelakaan lalu lintas diperkirakan menyebabkan 1 000 orang muda mati setiap hari.

Dan begitu pula pada masa remaja kerap masalah kesehatan harus diperhatikan beberapa masalah kesehatan yang sering dihadapi oleh remaja diantaranya : Jerawat dan Penyakit Kulit lainnya Jerawat atau yang dalam istilah medisnya disebut acne vulgaris, adalah kelainan kulit yang ditandai peradangan kronis pada kelenjar minyak, ditandai dengan munculnya komedo, benjolan kecil dengan ukuran bervariasi serta kadang-kadang disertai pembentukan parut. Remaja juga sering menderita penyakit kulit lainnya seperti scabies, jamuran, eksim/dermatitis dan penyakit kulit ini sangat mengganggu dalam kehidupan sehari-hari. Kelaainan Mata Pada remaja sering dijumpai kelainan penglihatan berupa rabun jauh, rabun dekat ataupun astigmatisma. Kelainan-kelainan ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan mata untuk berakomodasi, dan juga dirasakaan ketika umur 20-an. Penyakit Seksual HIV- AIDS Penyakit ini bukan rahasia lagi dikalangan remaja karena beberapa survey telah membuktikan Saat ini, hanya 30% laki-laki muda dan 19% wanita muda memiliki pengetahuan yang komprehensif dan benar mereka butuhkan untuk melindungi diri dari tertular virus. Hamil diluar Nikah Peristiwa ini sudah bnayak terjadi hampir diseluruh bagian indonesia, Hasil penelitian BKKBN (mengindikasikan sebanyak 20,9% remaja mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah, sedangkan 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah. Merokok

Merokok adalah bagian dari kehidupan remaja yang baanyak mengandung sistemik baik pro maupun kontra namun secara sadar bahaya rokok telah diketahui oleh setiap orang yang merokok. Kombinasi Gizi Terbaik untuk Remaja 28 September 2013 Articles, Food Issues No comments Masa remaja merupakan masa pertumbuhan paling pesat setelah masa bayi dan anak-anak. Namun di masa-masa penting ini seringkali banyak terjadi kesalahan dalam pemenuhan kebutuhan gizi para remaja. Masalah ini mungkin terlihat sepele, namun apabila dibiarkan dalam jangka waktu lama dan menjadi suatu kebiasaann dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit atau gangguan pada tubuh, seperti pertumbuhan yang tidak optimal, gangguan pencernaan, gangguan reproduksi, anorexia, penyakit degeneratif (diabetes, kanker, hipertensi, gangguan jantung), stroke, dan gastritis atau tukak lambung. Pertanyaan yang kemudian timbul kemudian adalah bagaimana menyikapi asupan gizi untuk remaja agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat optimal? Remaja adalah perempuan berusia 10-18 tahun dan laki-laki berusia 12-20 tahun. Remaja membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk menunjang berbagai aktivitas hariannya. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia, remaja membutuhkan sekitar 2050 – 2500 kkal dan protein 50-60 gram sesuai dengan pertambahan umurnya. Secara umum, remaja dapat mengalami keadaan gizi kurang, gizi yang baik/ normal, atau gizi lebih tergantung asupan gizi yang diterimanya, atau secara sederhana disebut konsumsi gizi yang tidak setara dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. 3 masalah gizi yang sering terjadi pada masa remaja adalah obesitas, kurangnya energi kronis, dan anemia. 1. Obesitas Obesitas/ overweight/ kegemukan merupakan masalah klasik yang sering dialami atau dipermasalahkan khususnya oleh remaja wanita pada umumnya. Obesitas terjadi karena konsumsi kalori yang di luar kecukupan gizi, yang banyak berasal dari lemak dan karbohidrat. 1. Kurang energi kronis Berlawanan dengan obesitas, kekurangan energi kronis terjadi karena terlalu banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan oleh remaja, sedangkan asupan gizi yang diterimanya kurang atau terlalu sedikit. 1. Anemia Anemia adalah keadaan lemas yang dirasakan oleh seseorang karena sel darah merah akibat kekurangan zat besi. Faktor lain yang dapat menyebabkan anemia adalah pendarahan, genetik, dan kekurangan vitamin B12. Berikut adalah beberapa tips untuk mengatur kecukupan gizi remaja: 1. Memakan aneka ragam makanan karena setiap makanan memiliki kandungan gizi yang berbeda satu dengan yang lainnnya, namun tetap memperhatikan faktor kecukupan gizi untuk remaja.

2. Konsumsi karbohidrat sebanyak setengah, dan lemak sebanyak seperempat dari total kecukupan kalori per hari. 3. Konsumsi protein yang dapat berasal dari telur, ikan, ayam, daging, susu, serta produk olahannya. 4. Cukupi kebutuhan mineral remaja seperti zat besi (untuk kematangan seksual dan otot, berasal dari sayuran hijau, hati, dan kacang hijau), kalsium (otot, tulang, dam hormon, banyak terdapat pada susu dan produk susu), serta seng (menunjang kematangan seksual dan otot, dapat diperoleh dari konsumsi daging sapi, ayam, telur, roti, susu, biji-bijian, dan berbagai produk olahannya). 5. Konsumsi sayur dan buah untuk menunjang kebutuhan vitamin dan mineral lainnya yang diperlukan tubuh. 6. Hindari makanan siap santap (junk food) karena makanan tersebut kurang mengandung mineral yang dibutuhkan remaja, rendah serat dan vitamin, tinggi kalori (lemak juga kolesterol), serta memiliki kadar gula dan kadar garam yang tinggi. 7. Meminum air bersih secara teratur sebanyak 2 liter atau 8 gelas setiap hari. 8. Sarapan secukupnya setiap hari untuk memenuhi kebutuhan gizi di pagi hari. 9. Biasakan memiliki pola makan teratur dengan asupan gizi tepat dan seimbang. 10. Konsultasi dengan ahli gizi mengenai asupan gizi yang tepat dan seimbang. (oleh Yoel Linggo Soetjiamto, mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Padjadjaran, dari berbagai sumber) MasalahNutrisiRemaja Untuk berkembang dan tumbuh secara maksimal, seorang remaja tetap membutuhkan asupan nurisi yang baik. Namun, seringkali ada beberapa masalah gizi yang kerap menyerang kaum remaja. Perubahan fisiologis yang terjadi saat remaja bisa mempengaruhi kebutuhan gizi termasuk untuk pertumbuhan yang cepat dan biasanya pertumbuhan cepat lebih banyak terlihat pada remaja laki-laki. Namun terkadang, seorang anak remaja memilih makanan yang tidak tepat sehingga mempengaruhi asupan gizi yang masuk ke tubuhnya. Ada beberapa masalah gizi yang mungkin saja terjadi pada seorang remaja, antara lain : 1. Seorang remaja bisa saja kekurangan Zinc Kondisi dimana seorang remaja kekurangan zat besi merupakan hal yang paling umum dijumpai. Seorang remaja, bisa saja mengalami anemia, karena kekurangan zat besi, terutama remaja putri yang telah mengalami menstruasi. Gaya hidup dan pilihan makanan yang buruk, serta pertumbuhan yang cepat adalah penyebab dari hal ini. Daging merah, sereal, buah kering, roti dan sayuran berdaun hijau adalah sumber makanan utama yang mengandung zat besi. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber makanan yang berasal dari non-daging dibutuhkan asupan nutrisi lain seperti makanan kaya vitamin C (jeruk, blackcurrant dan sayuran berdaun hijau), sedangkan makanan yang bisa mengurangi penyerapan zat besi adalah the, yang di dalammnya terkandung zat tanin. 2. Seorang remaja bisa saja kekurangan Kalsium Osteoporosis atau pengeroposan tulang, dapat membuat tulang rapuh atau mudah patah, dari hasil survei ditemukan bahwa, sekitar 25 persen remaja memiliki asupan kalsium lebih rendah dari yang direkomendasikan sehingga berdampak terhadap kesehatan tulangnya di masa depan. Nutrisi yang diperlulan oleh tulang adalah vitamin D, kalsium dan fosfor, dimana tulang akan terus tumbuh dan diperkuat sampai usia 30 tahun dan masa remaja adalah waktu yang sangat penting untuk perkembangan ini. Segelas susu, 150 gram yogurt dan sepotong keju ukuran kecil, adalah sumber kalsium yang paling baik. Anda bisa memilih susu

Untuk berkembang dan tumbuh secara maksimal, seorang remaja tetap membutuhkan asupan nurisi yang baik. Namun, seringkali ada beberapa masalah gizi yang kerap menyerang kaum remaja. Perubahan fisiologis yang terjadi saat remaja bisa mempengaruhi kebutuhan gizi termasuk untuk pertumbuhan yang cepat dan biasanya pertumbuhan cepat lebih banyak terlihat pada remaja laki-laki. Namun terkadang, seorang anak remaja memilih makanan yang tidak tepat sehingga mempengaruhi asupan gizi yang masuk ke tubuhnya. 3. Seorang remaja bisa saja salah diet sehingga kekurangan gizi Banyak kaum remaja terutama remaja perempuan yang tidak puas dengan berat badannya, sehingga melakukan diet dengan cara yang salah seperti melewatkan waktu makan, menghindari daging merah, tapi mengonsumsi makanan ringan dan bergula. Pada usia remaja tubuh mengalami percepatan pertumbuhan yang menuntut adanya peningkatan nutrisi, sehingga hal tersebut bukanlah pilihan yang sehat. Tubuh akan mendapatkan nutrisi yang penting dalam jumlah kecil atau tidak sama sekali jika diet yang dilakukan salah. Untuk mengurangi kalori sekaligus tetap mempertahankan nutrisi yang masuk, sebaiknya konsumsilah makanan secara masuk akal, olahraga teratur, mengurangi makanan bergula dan banyak lemak. Selain itu masa-masa remaja merupakan waktu yang banyak menyebabkan perkembangan gangguan makan. kedelai yang sudah difortifikasi, jika tidak bisa mengonsumsi produk susu, atau pilihlah susu yang rendah lemak (low fat), jika takut dengan kandungan lemak. 3. Seorang remaja bisa saja salah diet sehingga kekurangan gizi Banyak kaum remaja terutama remaja perempuan yang tidak puas dengan berat badannya, sehingga melakukan diet dengan cara yang salah seperti melewatkan waktu makan, menghindari daging merah, tapi mengonsumsi makanan ringan dan bergula. Pada usia remaja tubuh mengalami percepatan pertumbuhan yang menuntut adanya peningkatan nutrisi, sehingga hal tersebut bukanlah pilihan yang sehat. Tubuh akan mendapatkan nutrisi yang penting dalam jumlah kecil atau tidak sama sekali jika diet yang dilakukan salah. Untuk mengurangi kalori sekaligus tetap mempertahankan nutrisi yang masuk, sebaiknya konsumsilah makanan secara masuk akal, olahraga teratur, mengurangi makanan bergula dan banyak lemak. Selain itu masa-masa remaja merupakan waktu yang banyak menyebabkan perkembangan gangguan makan PolaDietYangBenarUntukRemaja Banyak remaja yang masih berada dalam tahap pertumbuhan terobsesi ingin punya tubuh langsing tapi dengan cara yang salah. Untuk itu, mereka harus mengikuti cara diet yang baik. Agar bisa tetap aktif melakukan kegiatan, para remaja perlu banyak energi dan stamina. Tapi sayangnya, karena kurangnya makanan sehat dan aktivitas fisik, makin banyak remaja yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Melakukan diet ketat dan latihan keras adalah hal yang dilakukan oleh kebanyakan remaja yang ingin menurunkan berat badan dengan cepat, yang tentunya akan mempengaruhi tumbuh kembangnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan para remaja agar mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan tanpa harus kehilangan energi dan staminanya : 1. Para Remaja Harus Mengontrol kebiasaan Seringkali, para remaja menggantinya kebiasaan baik dengan kebiasaan baru yang dianggap dapat menurunkan berat badan, seperti melewatkan waktu makan, konsumsi minuman, membiarkan tubuh puasa untuk waktu lama dan terlalu keras ketika berolahraga.

Related Documents


More Documents from "SetiawanIwan"

Laporan Orientasi.docx
April 2020 1
Lampiran Iii.docx
April 2020 7
Daftar Hadir.xlsx
April 2020 7
Bab I.docx
November 2019 52
Bab Ii.docx
December 2019 61